Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. R Memungkinkan ekspansi paru lebih luas. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

- Gerakan pernapasan asimetri. - Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan. - Suara napas : Ronkhi - Spuntum : hijaupurulen, kekuningan, pink.

6. KemananKeselamatan :

- Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip. - Demam pada kondisi akut.

7. Interaksi Sosial :

- Perasaan terisolasiditolak. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kentaldarah. 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler. 3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntumbatuk, dyspnea atau anoreksia 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang tidak akurat. Intervensi Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kentaldarah. Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif. Kriteria hasil :  Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.  Mendemontrasikan batuk efektif.  Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi. Rencana Tindakan : 1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. R Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. 2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. R Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. R Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4. Lakukan pernapasan diafragma. R Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar. 5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat. R Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret. 6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. R Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien. 7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cchari bila tidak kontraindikasi. R Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis. 8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. R Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran. Pemberian antibiotika. Konsul photo toraks. R Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler. Tujuan : Pertukaran gas efektif. Kriteria hasil :  Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.  Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.  Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab. Rencana tindakan : 1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin. R Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit. 2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital. R Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.