Penjadwalan SMP Affinity dan Load Ballancing

[Silberschatz2005] Avi Silberschatz, Peter Galvin, dan Grag Gagne. 2005. Operating Systems Concepts. Seventh Edition. John Wiley Sons. [WEBWiki2007] Wikipedia. 2007. MulticoreComputing – http:en.wikipedia.orgwikiMulticore . Diakses 27 Februari 2007. 108

Bab 16. Evaluasi dan Ilustrasi

16.1. Pendahuluan

Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya, terdapat banyak algoritma penjadwalan CPU. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana memilih algoritma penjadwal untuk suatu sistem. Untuk memilihnya, pertama kita harus mengetahui kriteria algoritma penjadwal yang baik. Kriteria ini bisa mencakup hal berikut: • Memaksimalkan penggunaan CPU dengan batasan response time maksimum adalah satu detik. • Memaksimalkan throughput sehingga rata-rata turnaround time berbanding lurus dengan total waktu eksekusi. Dengan mempertimbangkan kriteria itu, kita bisa mengevaluasi algoritma penjadwalan dengan berbagai metode-metode yang akan dijelaskan dalam bab ini.

16.2. Deterministic Modelling

Salah satu metode evaluasi adalah evaluasi analitik, yaitu menggunakan algoritma yang sudah ada dan workload dari sistem untuk menghasilkan suatu formula yang menggambarkan performance suatu algoritma. Salah satu tipe evaluasi analitik ini adalah deterministic modelling. Model ini menggunakan workload yang sudah diketahui dan melihat performance algoritma dalam menjalankan workload tersebut. Untuk dapat memahami deterministic modelling ini, kita gunakan sebuah contoh. Misalkan lima proses datang pada waktu yang bersamaan dengan urutan sebagai berikut: Tabel 16.1. Contoh Proses Burst Time P1 10 P2 29 P3 3 P4 7 P5 12 Dengan deterministic modelling kita membandingkan performance algoritma dalam mengekseskusi proses-proses di atas. Eksekusi proses dengan algoritma First Come First Serve FCFS, Shortest Job First SJF, dan Round Robin RR digambarkan pada Gambar 16.1, “Perbandingan dengan Deterministic Modelling”. Dari average waiting time-nya, dapat dilihat bahwa untuk kasus ini algoritma SJF memberikan hasil yang paling baik, yaitu average waiting time-nya paling kecil. Deterministic modelling ini memungkinkan kita membandingkan performance algoritma dengan cepat dan sederhana karena kita bisa melihat perbandingannya langsung dari angka yang dihasilkan. Namun, model ini hanya berlaku untuk kasus tertentu dimana kita bisa mengetahui angka pasti dari workload yang akan dijadikan input dalam perhitungan. Model ini bisa digunakan untuk memilih algoritma terbaik dimana kita menjalankan program yang sama berulang-ulang dan kebutuhan untuk menjalankan program dapat diukur. 109