Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abad 21 merupakan abad kompetitif di berbagai bidang yang menuntut kemampuan dan keterampilan baru yang berbeda. Perubahan keterampilan pada
abad 21 memerlukan perhatian yang serius dalam pembelajaran, sistem penilaian dan pengembangan kurikulum Rotherham, 2009, hlm 2. Beberapa keterampilan
yang diperlukan dan dikembangkan di abad 21 dirancang dalam kerjasama dengan
National Science Teacher Association
NSTA, yaitu antara lain:
learning and innovation meliputi creativity and innovation, critical thinking and problem
solving, communication, dan collaboration.
Dalam konteks pendidikan IPA, keterampilan abad 21 menawarkan beberapa cara baru dari kerangka yang dianggap sebagai pendekatan dalam
pembelajaran IPA dan beberapa ide baru untuk memperkaya penyelidikan siswa dengan model belajar lintas-disiplin. Demikian juga sebaliknya, IPA dengan
karakteristiknya yang kaya akan pemikiran kritis dan kreatif, teknologi terapan, dan kerja kolaborasi dengan standar yang tinggi untuk komunikasi dan tanggung
jawab pribadi, berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan keterampilan pada abad 21 di semua bidang disiplin Windschitl, 2009, hlm. 23. Dalam peta keterampilan
abad 21 dijelaskan bahwa keterkaitan antara abad 21 dan keterampilan berakar dalam hal penyelidikan
inquiry
, pengetahuan proses, desain eksperimen, dan elemen kebiasaan berpikir ilmiah, seperti yang disebutkan dalam
Project American Association for the Advancement of Science
2061
Benchmarks for Science Literacy
, the
Atlas of Science Literacy
, dan
the National Science Education Standards
, serta ekstrapolasi dari praktek penelitian ilmiah sebagaimana mereka berubah di Abad ke-21.
Ciri IPA terletak pada metode khusus yang digunakan saintis untuk mempelajari dunia. IPA dimaksudkan untuk memahami, menjelaskan, dan
memprediksi dunia di tempat kita hidup Poedjiadi, 2001. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa karakter lain yang penting dalam IPA adalah konstruksi teori. Saintis
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tidak hanya
mengumpulkan data
hasil percobaan,
melainkan ingin
menjelaskannya dalam bentuk teori umum. Satu dari problem kunci dalam filsafat IPA adalah untuk memahami bagaimana teknik seperti eksperimen, observasi, dan
konstruksi teori telah menjadikan saintis mampu mengatasimemahami demikian banyak rahasia alam. Tugas utama dari filsafat IPA adalah menganalisis metode
inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Untuk menjawab tantangan zaman,
National Science Teacher Association
NSTA, 2011 menyatakan bahwa “guru IPA SMP di Amerika Serikat harus
memiliki delapan puluh persen dari kompetensi yang ada. ” Guru harus
mempunyai penekanan yang kuat pada penyelidikan kolaboratif di laboratorium dan lapangan, melibatkan siswa secara efektif dalam melaksanakan kegiatan nyata
yang akan mengarah pada pengembangan konsep yang diinginkan melalui penyelidikan dan analisis pengalaman, membantu siswa memahami mengapa IPA
penting bagi mereka. Di Amerika Serikat, kompetensi pedagogi menjadi bagian penting dalam pembelajaran karena cara yang disampaikan oleh guru akan
mempengaruhi apa yang siswa pelajari NRC, 1996, hlm. 28. Guru IPA juga harus siap untuk membimbing siswa memahami di setiap
wilayah konten IPA yang terjalin dalam perspektif interdisipliner. Mereka harus mampu membimbing siswa untuk memahami perbedaan antara ilmu pengetahuan,
penyelidikan, dan teknologi sebagai disain, serta dampak ilmu pengetahuan dan teknologi pada diri mereka sendiri, komunitas serta kesehatan masyarakat dan
cara melakukan observasi, eksperimen, pengumpulan data, dan inferensi untuk menguji ide dan membangun konsep ilmiah NSTA, 2011.
Di Indonesia, guru IPA SMP dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi yang standar, sebagaimana disebutkan di dalam Permendiknas No
162007 di antaranya kompetensi pedagogi, guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Selanjutnya dijelaskan di dalam Permendikbud
Nomor 1032014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah. Kenyataan menunjukkan pada umumnya guru IPA tidak cukup memiliki
pemahaman tentang hakikat IPA Rustaman, 2010. IPA harusnya dibelajarkan untuk mendidik individu yang mampu membuat pertimbangan tentang
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pengetahuan yang dihasilkan dan cara lain untuk mengetahuinya proses, sikap serta nilai yang dihasilkan dari suatu produk IPA. Guru IPA SMP belum memiliki
kompetensi pedagogi inkuiri seperti yang dipersyaratkan oleh peraturan. Kondisi ini didukung oleh hasil studi pendahuluan Susilawati, dkk. 2014a yang
menunjukkan dari 47 orang guru IPA SMP, 51,1 memiliki pemahaman pengetahuan tentang konsep inkuiri pada kategori rendah dan 61,7 memiliki
kemampuan mengajar IPA berbasis inkuiri yang rendah. Data hasil kajian awal yang diambil pada tahun 2013, dari 115 orang guru IPA SMP, 70.45
dari mereka masih membutuhkan peningkatan kompetensi dalam hal pemahaman
konsep inkuiri, begitu juga dalam hal membuat perangkat pembelajaran serta keterampilan mengajarkannya terkait beberapa aspek kemampuan inkuiri.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP di Indonesia. National Research Council 1996,
hlm. 57 menyatakan bahwa peningkatan kompetensi pedagogi yang terstandar, dapat diperoleh melalui pengembangan diri secara berkelanjutan dan sepanjang
hayat. Pengembangan diri dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan dan latihan. Jadi, kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP dapat ditingkatkan
melalui pengembangan profesional berkelanjutan dalam bentuk pendidikan dan latihan Diklat inkuiri. Diklat yang dirancang dengan perbandingan aspek teori
dan jam praktik sesuai dengan kebutuhan dijelaskan pada struktur program. Pada umumnya Diklat inkuiri dilaksanakan secara terpisah-pisah, terdiri atas
lokakarya yang pendek dan tidak ada hubungannya baik antara satu sama lain maupun dengan pekerjaan guru di kelas NRC, 2000, hlm. 112. Pelaksanaan
Diklat inkuiri dalam waktu yang singkat tidak mengubah praktik guru di dalam kelas dan program Diklat dianggap tidak efektif Bush, 1984; Yoon, dkk. 2007;
Darling-Hamond, dkk. 2009. Padahal sebaiknya pengembangan profesional dalam pendidikan IPA dilakukan dalam jangka waktu yang tidak terlalu singkat
dan berkelanjutan, disesuaikan dengan konteks, dan melibatkan peserta merefleksikan praktek mereka serta bekerja secara kolegial dengan pendidik
lainnya sehingga pengembangan profesional menjadi lebih efektif NRC, 2000; Garet, 2001; Loucks-Horsley, 2003; Gulamhussein, 2013. Efektivitas merupakan
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
hubungan antara
output
dengan tujuan, semakin besar kontribusi sumbangan
output
terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan Mahmudi, 2005, hlm 92.
Wenning 2005 menekankan bahwa kegiatan pengembangan professional guru tentang inkuiri haruslah mempunyai karakteristik khusus untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan kenyataan. Kegiatan harus termasuk menempatkan guru dalam peranannya sebagai pengajar dan pebelajar. Keadaan ini harus didukung
oleh ketersediaan pelatihan, pendampingan yang terus menerus dari lembaga penyedia pelatihan. Peningkatan pemecahan masalah dalam pelatihan guru harus
dikaji dari akar permasalahan yang akan mempengaruhi filosofi berpikir guru. Oleh karena itu, Wenning menekankan bahwa untuk mempengaruhi
outcome
guru sebagai peserta pelatihan, lembaga penyedia pelatihan perlu memberikan
perhatian yang tinggi terhadap filosofi gurunya. Terdapat beberapa penelitian tentang pengembangan profesional guru
khususnya pengembangan model Diklat inkuiri, seperti penelitian Smith Enfield 2002 menemukan pola pelatihan inkuiri untuk remaja yang berperan
sebagai guru mentor siswa SD dengan menggunakan
Step-Up Incremental Training Model
. Model ini meliputi tiga kali lokakarya secara berturut-turut yang diselingi dengan implementasi pembelajaran. Pemodelan yang efektif, praktik,
refleksi dan review menjadi metode utama pada setiap tahapnya. Model pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mengamati, menjelaskan objek, dan
keterampilan bertanya. Smith Enfield menganggap model ini efektif bagi remaja yang berperan sebagai guru mentor dalam kegiatan pembelajaran IPA
berbasis inkuiri, akan tetapi model ini belum dilakukan kepada guru yang sesungguhnya, guru yang mempunyai tugas mengajar langsung di kelas dan guru
sebagai orang dewasa yang memiliki karakteristik khusus dalam belajar, sehingga efektivitasnya masih dipertanyakan.
Shedletzky 2005 mengembangkan model Diklat inkuiri menggunakan program Biomind yang dilaksanakan selama empat bulan kepada guru SMA.
Guru diminta menerapkan pembelajaran dengan inkuiri terbuka dengan cara memberikan pertanyaan yang berhubungan secara logika, menulis proposal, dan
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
melakukan percobaan. Kesulitan yang dihadapi guru kemudian dijadikan sebagai dasar untuk membuat disain model dan melaksanakan lokakarya.
Hasilnya didapatkan model pelatihan guru dalam jabatan untuk meningkatkan pengajaran
inkuiri terbuka dengan tiga tahap yaitu tahap praktik, tahap refleksi, dan tahap pengembangan profesional. Model pelatihan mengindikasikan bahwa lokakarya
dapat meningkatkan baik pemahaman pentingnya proses pembelajaran inkuiri terbuka maupun pengetahuan pedagogi dalam mengajar inkuiri terbuka. Akan
tetapi karena model pelatihan inkuiri guru ini hanya melatih pengajaran inkuiri terbuka saja, maka dianggap masih kurang memenuhi kebutuhan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri yang seharusnya dimiliki guru secara lebih luas.
Wenning 2010 menemukan pendekatan inkuiri bertingkat dengan aspek kemampuan inkuiri yang lebih lengkap dan sesuai dengan kemampuan pedagogis
dasar. Aspek kemampuan inkuiri yang dikembangkan dalam model inkuiri Wenning dijelaskan dalam enam level yaitu
Discovery Learning DL, Interactive Demonstration ID, Inquiry Lesson I Les, Inquiry Laboratory I Lab, Real
World Application RWA,
dan
Hypothetical Inquiry HI
. Wenning mengimplementasikan kemampuan inkuiri pada enam level dalam pembelajaran
Fisika di SMA, hasilnya dapat memberikan kerangka kerja pengajaran yang membantu meyakinkan bahwa siswa berkembang dalam hal intelektual maupun
keterampilan proses sains. Menurut Wenning 2010, penggunaan urutan spektrum pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep selain mengembangkan pemahaman siswa tentang inkuiri ilmiah dan hakikat sains. Namun demikian,
keberhasilan yang diungkapkan oleh Wenning merupakan contoh aplikasi model inkuiri yang diberikan khusus bagi guru Fisika SMA, sehingga hasilnya masih
dipertanyakan apabila model ini digunakan dalam pelatihan guru IPA SMP yang mengajarkan materi bukan hanya Fisika tetapi juga Biologi dan Kimia. Untuk
mendapatkan data yang akurat diperlukan penelitian yang tepat. Merujuk pada beberapa penelitian yang telah diuraikan, terlihat bahwa
penelitian tentang pengembangan model Diklat inkuiri untuk guru telah dilakukan
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
sebelumnya. Jadi, isu besarnya bukan terletak pada tidak adanya program pengembangan professional khususnya Diklat inkuiri, namun ada beberapa hal
yang belum dilakukan dan memerlukan perhatian khusus sehingga perlu diadakan penelitian.
Penelitian ini mencoba menerapkan keberhasilan yang sudah diraih oleh Wenning 2010, 2011 dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogi
inkuiri guru secara lengkap. Perbedaannya pada penelitian ini bahwa pembelajaran inkuiri diterapkan kepada guru IPA SMP yang mengajar Fisika,
Biologi, dan Kimia. Pelatihan menggunakan urutan spektrum pembelajaran yang akan menandai peningkatan level.
Penggunaan inkuiri akan bermakna apabila diperlakukan sebagai kemampuan kerja ilmiah, diterapkan dan diukur selama proses pembelajaran, dan
sebagai perolehan pembelajaran Rustaman, 2005. Banyaknya aspek kemampuan inkuiri pada enam level yang dikembangkan Wenning, akan sulit bila diberikan
secara sekaligus kepada guru pada satu kali pelaksanaan Diklat. Dengan demikian, aspek kemampuan inkuiri pada beberapa level yang berbeda harus
diberikan secara bertahap dalam bentuk Diklat berjenjang disesuaikan dengan tujuan pedagogis dasarnya. Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
yang utuh tentang pembelajaran inkuiri melalui Diklat berjenjang, guru yang mengikuti Diklat haruslah guru yang sama. Pada kenyataannya, pelatihan belum
tentu diikuti oleh orang yang sama. Metode utama pada setiap tahapan mengadaptasi dari hasil penelitian Smith
dan Enfield 2002 dengan modifikasi di beberapa bagian tertentu. Konten materi yang digunakan sebagai alat untuk mengembangkan kompetensi pedagogi inkuiri
khusus pada materi yang diajarkan di SMP kelas VIII. Pelatihan difokuskan pada peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri guru tentang keterampilan penyusunan
Rencana Persiapan Pembelajaran RPP IPA berbasis inkuiri dan keterampilan mengajar IPA berbasis inkuiri sebagaimana dipersyaratkan dalam standar
kualifikasi dan kompetensi guru secara nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka kebaruan dalam penelitian ini adalah
dikembangkannya model Diklat inkuiri yang dapat meningkatkan kompetensi
Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pedagogi inkuiri guru IPA SMP dengan karakteristik khusus Inkuiri Berjenjang. Selain pelaksanaan di tempat Diklat, model Diklat juga dilengkapi dengan latihan
implementasi di sekolah langsung. Model Diklat inkuiri berjenjang yang dikembangkan adalah bentuk pengembangan profesional guru yang merupakan
modifikasi dari pola pelatihan yang sudah ada sebelumnya. Diharapkan model Diklat ini dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk mengembangkan diri, karena
pada dasarnya pengembangan professional menjadi usaha besar untuk meningkatkan kompetensi guru
Rotherham, 2009, hlm. 21. Pada akhirnya, pendidikan dan pelatihan bagi guru memainkan peranan penting dalam
peningkatan mutu sekolah Bradley, 1994. hlm. 236.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian