4. Prosedur yang sederhana dan cepat.
5. Prosedur kontrol infeksi yang minimal.
6. Mampu mendeteksi karies, penyakit periodontal, dan kelainan periapikal yang
berhubungan dengan pulpa.
Beberapa kekurangan dari radiografi panoramik yaitu :
1.
Bayangan jaringan lunak dan udara dapat menimpa struktur jaringan keras yang diperlukan.
1,17
2.
Teknik ini tidak cocok untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau pada pasien cacat karena panjangnya siklus paparan.
3.
Gerakan pasien selama paparan dapat menimbulkan kesulitan dalam interpretasi radiograf.
2.2 Anatomi Normal Rongga Mulut
Radiografi konvensional baik radiografi intraoral maupun radiografi ekstraoral seperti radiografi panoramik, jaringan dan struktur normal rongga mulut
dapat dilihat secara makroskopis. Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal rongga mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi hasil radiografi. Struktur
radiopak yang normal dan patologis, serta benda asing diluar dari bidang fokus dapat memberikan efek pada hasil radiografi yang mana akan menghambat interpretasi atau
bahkan menyebabkan kesimpulan diagnosis yang salah.
14
2.2.1 Septum Nasal
Septum nasal merupakan dinding medial rongga hidung yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri. Septum nasal berfungsi sebagai penompang batang
hidung dorsum nasi. Septum nasal dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian anterior, yang tersusun dari tulang rawan, dan bagian posterior yang tersusun dari
lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer, dilapisi oleh perikondrium dan periostium, sedangkan diluarnya dilapisi juga oleh mukosa hidung.
14
Gambaran radiografi panoramik dari nasal septum adalah radiopak.
2.2.2 Kavum Nasal
Rongga hidung atau kavum nasal berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh nasal septum dibagian tengahnya sehingga menjadi kavum
nasal kanan dan kiri. Setiap kavum nasal memiliki 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. Bagian dari kavum nasal yang letaknya sesuai
ala nasi, tepatnya dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang
disebut dengan vibrise.
14
Gambaran radiografi panoramik dari kavum nasal adalah radiolusen.
2.2.3 Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena
bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Secara anatomis, oral dan sinus adalah dua bagian yang dekat namun terpisah
satu dengan yang lain. Sinus berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah orbita kiri dan kanan. Bagian medial dari sinus dibatasi oleh dinding lateral dari rongga
hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveolar rahang atas yaitu tempat dimana gigi-gigi berada. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus
maksilaris adalah dasar sinus yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu apeks premolar P
18
1
dan P
2
dan molar M
1
dan M
2
kiri dan kanan, sehingga terkadang juga dapat memberikan kesan bahwa satu atau lebih akar menonjol ke
dalam sinus. Beberapa fungsi sinus maksilaris antara lain:
14,18
1. Sebagai pengatur kondisi udara air conditioning. Sinus berfungsi sebagai
ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.
14,18
2. Sebagai penahan suhu thermal insulator. Sinus berfungsi sebagai penahan
buffer panas, melindungi orbita dan fossa selebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
3. Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.
4. Membantu resonansi kualitas suara.
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin. 6.
Membantu produksi mukus yang efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi.
7. Mengandung saraf olfaktori yang mempunyai reseptor penciuman.
Radiografi panoramik dapat digunakan sebagai sarana pemeriksaan mengenai hubungan antara sinus maksilaris dan gigi rahang atas. Gambaran radiografi
panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen. Pada area apeks premolar dan molar rahang atas. Dasar sinus terdiri dari tulang kortikal yang terlihat seperti garis
yang radiopak. Perluasan dasar sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya meluas dari premolar kedua sampai molar kedua. Bila sinus besar bisa terlihat dari
kaninus atau premolar pertama sampai lebih dari molar ketiga rahang atas.
1,14,18
2.2.4 Tuberositas Maksila