Radiografi Panoramik Radiografi Ekstraoral

oklusal juga dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di langit-langit, sialolit pada ductus Stenson dan kelainan yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi yaitu instuksikan pasien untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film. 1,3,5

2.1.2 Radiografi Ekstraoral

Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan yang menggunakan film yang lebih besar dan berada diluar mulut sewaktu pemaparan sinar-x yang bertujuan untuk melihat area pada kepala dan rahang. Radiografi ekstra oral biasanya digunakan untuk kegunaan perawatan ortodonti dan bedah mulut untuk melihat lokasi serta bentuk dari rahang seseorang. Radiografi ekstraoral terdiri atas radiografi panoramik, Lateral Jaw, Lateral Cephalometric, Posterior-anterior, Submentovertec, Waters View, dan sebagainya. 1,3,5

2.1.2.1 Radiografi Panoramik

Panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. Radiografi panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya. Radiografi panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk pertama kali radiografi panoramik hampir sama dengan dosis empat kali radiografi intraoral. Pada radiografi panoramik akan dihasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah radiografi dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Radiografi panoramik dikenal juga dengan panorex atau othopantomogram dan menjadi sangat populer di kedokteran 1,3 gigi karena teknik yang sederhana, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis yang rendah. Radiografi panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi. Prinsip kerja radiografi panoramik menggunakan tiga pusat putaran. Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam, sumber sinar–x dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar- x dan tempat film bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus kesetiap bagian kepala pasien mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu konsentris untuk regio anterior pada rahang dan dua sumbu rotasi eksentris untuk bagian samping rahang, tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan. Jadi, pada saat pengambilan radiografi, posisi tabung akan bergerak mengelilingi kepala pasien. Posisi film -pasien-tabung roentgen akan selalu sejajar dan berotasi di sekeliling kepala pasien. Pada saat bergerak, tabung roentgen akan memancarkan sinarnya secara terus-menerus, menembus kesetiap bagian kepala, dan sinar tersebut selanjutnya akan mengenai film panoramik berbentuk panjang ukuran 18x30 cm. Pada saat dikenai sinar, film roentgen akan berotasi secara simultan, sehingga setiap berkas sinar yang menembus bagian-bagian kepala akan terpapar secara bertahap pada daerah film. 1,3,12,13 1,3,14 Gambar 1. Anatomi panoramik normal Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 5. Prosesus palatinus, 6. Kanal insisivum, 7. Arkus zigomatikus, 8. Spina angular, 9. Prosesus kondilus mandibula, 10. Prosesus koronoid mandibula, 11. Tuberositas maksila, 12. Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14. Fossa glenoidalis, 15. Prosesus styloid, 16. Prosesus mastoid, 17. Oblique ridge of the mandible, 18. Foramen mandibula, 19. Kanal mandibula inferior, 20. Foramen mentalis, 21. Tuberkel genial, 22. Inferior border of the mandible, 23. Sudut mandibula, 24. Panorex chin rest. 5 Untuk dapat menginterpretasi radiografi panoramik, terlebih dahulu harus mengenali anatomi normal dari hasil radiografi panoramik, hal ini disebabkan antara lain karena hasil radiografi panoramik mencakup struktur anatomi yang kompleks, ditambah dengan adanya penumpukan bayangan dengan berbagai variasi struktur anatomi, dan juga dengan adanya perubahan dimensi dan orientasi proyeksi pada hasil radiografinya. 1,3,12,13 Gambar 2. Radiografi Panoramik 15 Gambar 3. Radiografi Panoramik 15 Keterangan Gambar 2 dan Gambar 3 : 15 Indikasi panoramik sangat luas, meliputi evaluasi umum untuk: a. Rekam medis 1,3 b. Evaluasi awal kelainan periodontal c. Penilaian perawatan ortodonti d. Membandingkan gambaran radiografi sisi kiri dan kanan sinus maksilaris, TMJ, dan lain-lain e. Perluasan lesi atau kelainan di rahang kista, tumor, kelaian sistemik, dan tumbuh kembang f. Pertumbuhan benih gigi tetap dan susunan geligi g. Fraktur kompleks, gigi impaksi, sinus maksilaris, dan kasus-kasus bedah mulut lainnya h. Kondisi kualitas dan kuantitas tulang rahang, termasuk perawatan implan. Beberapa kelebihan dari radiografi panoramik adalah : 1. Dapat memberi gambaran yang lebih luas dari lengkung gigi dan struktur pendukungnya. 1,16 2. Menghasilkan gambar anatomi yang secara relatif tidak distorsi. 3. Dapat menurunkan dosis radiasi pada pasien. 4. Prosedur yang sederhana dan cepat. 5. Prosedur kontrol infeksi yang minimal. 6. Mampu mendeteksi karies, penyakit periodontal, dan kelainan periapikal yang berhubungan dengan pulpa. Beberapa kekurangan dari radiografi panoramik yaitu : 1. Bayangan jaringan lunak dan udara dapat menimpa struktur jaringan keras yang diperlukan. 1,17 2. Teknik ini tidak cocok untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau pada pasien cacat karena panjangnya siklus paparan. 3. Gerakan pasien selama paparan dapat menimbulkan kesulitan dalam interpretasi radiograf.

2.2 Anatomi Normal Rongga Mulut

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

9 130 51

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik antara Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Padang dan Jakarta

7 95 80

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik antara Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Padang dan Jakarta

0 0 14

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik antara Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Padang dan Jakarta

0 0 2

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik antara Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Padang dan Jakarta

0 0 4

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik antara Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Padang dan Jakarta

0 2 15

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik antara Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Padang dan Jakarta

0 0 2

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

0 0 17

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

0 0 12