Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner

2. Curriculum Vitae (CV) 3. Rincian Biaya Penelitian 4. Jadwal Penelitian

5. Surat Persetujuan Komisi Etik

6. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 7. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2013

Incan Wahyudi Sitepu

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

X+35 halaman

Radiografi sangat berperan penting dalam kedokteran gigi sebagai alat membantu penegakkan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan. Radiografi dibutuhkan apabila pemeriksaan klinis sukar untuk memastikan suatu penyakit. Dalam mendiagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui anatomi normal yang baik sehingga dapat diinterpretasi. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan cross sectional study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Untuk memperoleh data responden dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh 90% mahasiswa kepaniteraan klinik menjawab dengan benar mengenai pengetahuan anatomi kavum nasal, sinus maksilaris, kondilus mandibula.

Kesimpulan penelitian ini pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta tentang anatomi normal pada radiografi panoramik dikategorikan baik sebesar 83%.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kondisi saat ini radiografi kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering digunakan untuk membuat rencana perawatan, evaluasi perawatan serta membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosis. Radiografi dibutuhkan apabila pemeriksaan klinis sukar untuk memastikan suatu penyakit. Radiologi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari oral diagnosa moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui gambaran radiografi yang baik sehingga dapat diinterpretasi.1,2

Radiografi yang banyak tersedia adalah gambaran dua dimensi dari suatu obyek tiga dimensi dimana gambaran dari obyek tersebut diproyeksikan pada suatu media perekam sebagai gambar dua dimensi.3 Radiografi dalam kedokteran gigi ada 2 macam, yaitu; radiografi intraoral dan ekstraoral. Panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang biasa digunakan dalam praktik kedokteran gigi. Panoramik menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Radiografi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit serta mengevaluasi trauma.4,5 Melalui radiografi panoramik selain anatomi normal, kita juga dapat melihat kelainan berupa kalsifikasi arteri karotis yang berbentuk vertikolinier yang terletak diantara C3 dan C4.6

Sebelum menegakkan diagnosis, seorang dokter gigi ataupun mahasiswa kepaniteraan klinik harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai anatomi normal rongga mulut sehingga menghasilkan interpretasi yang tepat dalam pembacaan gambaran radiografi. Pada saat melakukan diagnosa penyakit oral dan maksilofasial, data klinis dan radiologi memiliki peranan yang penting. Pada hal ini, hanya diagnosis klinis yang baik dengan disertai pemeriksaan radiografi sehingga dapat menghasilkan diagnosis yang tepat. Diagnosis yang tepat dan evaluasi dari


(4)

pemeriksaan klinis biasanya didukung oleh pengetahuan yang baik mengenai anatomi normal pada regio tersebut.1,7

Survei menunjukkan jumlah yang tinggi dari kesalahan diagnosis disebabkan karena pembacaan radiografi yang salah, sehingga perlu ditingkatkan pemahaman dalam menginterpretasikan gambaran radiografi di kedokteran gigi. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Stheeman,dkk, (1996) diketahui bahwa dokter gigi dapat mengidentifikasi 81% keadaan yang abnormal pada radiografi dan kemudian dapat mendiagnosis 59% dari semua kondisi abnormal. Akan tetapi, dokter gigi melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi 55% lesi pada radiografi yang dimana sebenarnya tidak terdapat keadaan yang abnormal pada radiografi tersebut (false negative).8 Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal dalam menginterpretasi gambaran radiografi panoramik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga mulut dan kemampuan dalam menginterpretasi gambaran radiografi panoramik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap radiografi anatomi normal rongga mulut dan kemampuan dalam menginterpretasi gambaran radiografi panoramik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis : hasil penelitian akan memberikan gambaran pengetahuan terhadap anatomi normal rongga mulut dan kemampuan dalam menginterpretasi


(5)

gambaran radiografi panoramik dari mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

Manfaat Praktis : hasil penelitian sebagai pedoman untuk meningkatkan pengetahuan tentang anatomi normal rongga mulut yang akan mendukung diagnosis dengan tepat.


(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Gibson et,al, kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan, dan keterampilan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sejenis pendidikan, kurikulum, pengalaman praktik dan latihan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis, rencana pengobatan penyakit dan evaluasi pada perawatan tersebut. Meskipun dosis radiasi dalam radiografi rendah, bila memungkinkan paparan radiasi harus diminimalkan. Dokter mempertimbangkan manfaat dari radiografi terhadap meningkatnya konsekuensi paparan radiasi terhadap pasien, efek yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu. Harus mengikuti prinsip-prinsip untuk meminimalkan paparan radiasi.1,4,9

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi adalah alat yang membantu dalam menegakkan diagnosis dan rencana perawatan penyakit mulut mulai dari karies, penyakit periodontal dan patologi oral. Radiografi ini merupakan langkah awal pendeteksi keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi sangat baik jika dilakukan radiografi sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam pengobatan bisa sebaik mungkin.1,4,9

Di bidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang optimal.9 Radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran ada dua, yaitu


(7)

intraoral dan ekstraoral. Pada radiografi intraoral, film radiografi diletakkan di dalam mulut pasien, contohnya adalah radiografi periapikal, bitewing dan oklusal. Pada radiografi ekstraoral, film radiografi diletakkan di luar mulut pasien, contohnya adalah radiografi panoramik, radiografi lateral dan cephalometri.1,4,5 Ada beberapa tujuan dari radiografi, yaitu :4,9

a. Untuk mendeteksi adanya lesi

b. Untuk melihat ada tidaknya kerusakan tulang terutama pada kasus fraktur mandibula

c. Untuk membuktikan diagnosa suatu penyakit

d. Untuk melihat lokasi lesi atau benda asing yang tedapat dalam rongga mulut e. Untuk memberikan informasi yang menunjang prosedur perawatan

f. Untuk mengevaluasi pertumbuhan gigi geligi

g. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu

2.1.1 Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan radiografi yang filmnya diletakkan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intraoral merupakan pokok dari radiografi kedokteran gigi.3 Radiografi intraoral terdiri atas beberapa tipe yaitu:1,4,5,10

a. Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal adalah radiografi yang berguna untuk melihat gigi geligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan pendukungnya. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya.4,5,10

Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting. Pada teknik paralel film diletakkan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar dengan sumbu gigi. Pada teknik bisekting tidak menggunakan pegangan film (film holder) tetapi menggunakan jari tangan pasien untuk memposisikan film dalam rongga mulut.4,5


(8)

Teknik radiografi periapikal paralel dan bisekting memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu teknik bisekting dianggap lebih mudah dan praktis dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik paralel (kesejajaran).Keuntungan teknik bisekting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisekting yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan).4,5

Keuntungan teknik paralleling yaitu tidak ada distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representative dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralleling yaitu pemakaian film holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan serta kesulitan meletakkan film holder di dalam rongga mulut terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang kecil.4.5

b. Radiografi Bitewing

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu film khusus. Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan efektif untuk melihat kalkulus pada interproksimal. Pada teknik radiografi bitewing

tidak menggunakan pegangan film (film holder) melainkan dengan cara pasien menggigit sayap (wing) film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut. Pada radiografi bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang dari pada radiografi periapikal.4,5,10

Radiografi bitewing memiliki kelemahan yaitu periapikal dan ujung akar tidak terlihat serta pasien sulit mengoklusikan maksila dan mandibula sehingga mulut tetap terbuka. Selain itu radiografi bitewing juga memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi karies dini, puncak tulang alveolar terlihat jelas dan aman untuk pasien yang memiliki refleks muntah yang tinggi.4,5

c. Radiografi Oklusal

Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film. Radiografi


(9)

oklusal juga dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di langit - langit, sialolit pada

ductus stenson dan kelainan yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi yaitu instuksikan pasien untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film.4,5

2.1.2 Radiografi Ekstraoral

Radiografi ekstraoral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat area yang luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi ekstraoral film yang digunakan diletakkan diluar rongga mulut. Radiografi ekstraoral terdiri atas radiografi panoramik, lateral jaw, lateral cephalometric, posterior-anterior,

submentovertec, waters, dan sebagainya.1,4,5,11

Radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. Radiografi panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya. Radiografi panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk pertama kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intraoral.4,11,12

Radiografi panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan bagian wajah yang mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah radiografi dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Radiografi panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.4,11,12

Prinsip pembuatan radiografi panoramik pertama kali ditemukan oleh Numata

dan Paatero dengan prinsip kerja alat adalah pada saat pemotretan posisi tabung akan bergerak mengeliling kepala pasien. Posisi film-pasien-tabung sinar X akan


(10)

selalu sejajar dan berotasi di sekeliling kepala pasien. Pada saat bergerak tabung sinar X akan memancarkan sinarnya secara terus menerus, menembus ke setiap bagian kepala, dan sinar tersebut selanjutnya akan mengenai film panoramik (berbentuk panjang ukuran 18x30 cm). Pada saat dikenai sinar, film juga akan berotasi secara simultan, sehingga setiap berkas sinar yang menembus bagian-bagian kepala akan terpaparkan secara bertahap pada daerah film.1

Selain itu, sistem kerja dari pesawat panoramik menurut Olaf E Langland (1982), prinsipnya adalah sama dengan tomogram, yang dimana tube dan film selama pemaparan berputar mengelilingi pasien, dengan tiga pusat sumbu rotasi, satu sumbu rotasi konsentris untuk regio anterior rahang dan dua sumbu eksentris untuk bagian samping rahang (tepatnya dibelakang molar tiga). Untuk menghasilkan gambaran yang baik sewaktu film dan tube berputar, posisi kepala harus dalam keadaan fiksasi, waktu berputar tube dan film biasanya diatur oleh pabrik dan operator/radiografer hanya menekan tombol timer yang ada, sehingga perputaran film dan tube selama pemaparan dapat menggambarkan keseluruhan gigi geligi dari gigi molar paling kiri (molar tiga kiri) sampai gigi molar paling kanan (molar tiga kanan).11

Untuk dapat menginterpretasi radiografi panoramik, terlebih dahulu harus mengenali anatomi normal dari hasil film panoramik, hal ini disebabkan antara lain karena hasil radiografi panoramik mencakup struktur anatomi yang kompleks, ditambah dengan adanya penumpukan bayangan dengan berbagai variasi struktur anatomi, dan juga dengan adanya perubahan dimensi dan orientasi proyeksi pada hasil radiografinya. Ada kemungkinan penyakit intraoral tidak diketahui atau mengobati kondisi yang normal jika salah dalam menginterpretasi.1,4,5,11

Keuntungan utama dari radiografi panoramik adalah cakupan yang luas dari tulang wajah dan gigi, dosis radiasi rendah pada pasien, kenyamanan pemeriksaan untuk pasien, fakta bahwa pemeriksaan ini dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat membuka mulut mereka dan pendeknya waktu yang dibutuhkan untuk membuat gambar panoramik, biasanya berkisar antara 3 sampai 4 menit. Kerugian utama dari radiografi panoramik adalah bahwa gambar tidak menampilkan detail anatomi halus yang tersedia pada radiografi periapikal intraoral. Jadi,tidak sebaik


(11)

seperti radiografi periapikal yang dapat mendeteksi lesi karies kecil atau penyakit periapikal.

Kelebihan dari radiografi panoramik adalah memberikan gambaran yang luas mengenai struktur tulang fasial dan gigi geligi, dosis radiasi terhadap pasien rendah, pasien relative nyaman saat menjalani pemeriksaan, dapat dilakukan terhadap pasien yang tidak dapat membuka mulut, memerlukan waktu relatif singkat. Kekurangan dari radiografi panoramik adalah tidak cocok untuk menentukan derajat kehilangan tulang yang berhubungan dengan gigi individual, dimana terlihat distorsi yang hebat dan garis luar pada batas tulang sering tidak jelas karena tumpang tindih dari struktur yang menghalangi.

Gambar 1. Anatomi panoramik normal10

Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 5. Prosesus palatinus, 6. Kanal insisivum, 7. Arkus zigomatikus, 8. Spina angular, 9. Prosesus kondilus mandibula, 10. Prosesus koronoid mandibula, 11. Tuberositas maksila, 12. Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14. Fossa glenoidalis, 15. Prosesus styloid, 16. Prosesus mastoid, 17. Oblique ridge of the mandible, 18. Foramen mandibula, 19. Kanal mandibula inferior, 20. Foramen mentalis, 21. Tuberkel genial, 22. Inferior border of the mandible, 23. Sudut mandibula, 24. Panorex chin rest.


(12)

Gambar 2. Radiografi Panoramik11

Gambar 3. Radiografi Panoramik11

Keterangan Gambar 2 dan Gambar 3 :11 1. Orbit

2. Cervical vertebrate, with tooth axis

3. Basal compact bone of the opposing jaw

4. Nasal septum

5. Inferior nasal concha 6. Maxillary sinus (borders)

7. Anterior nasal spine

8. Horizontal ossesous palatal lamina

9. Laterobasal border of the nasal cavity

10.Palatal velum 11.Pterygopalatal fossa


(13)

12.Body of the zygomatic bone, with innominate line

13.Zigomatic arch 14.Basal compact bone 15.Mylohyoid line 16.Mandibular canal 17.Mental foramen

18.Digastric fovea or mental fovea, defending upon the positioning of the mandibular anterior segment in the plane of focus

19.External ear, with auditory opening

20.Mandibular articular process (condyle)

21.Muscular process of the mandible

22.Styloid osseous temporalis process

23.Hyoid bone

24.Base of the tongue

Indikasi Panoramik sangat luas, meliputi evaluasi umum untuk:4,12

a. Medical record ( individu dengan mobilitas tinggi atau resiko pekerjaan besar ) b. Evaluasi awal kelainan periodontal

c. Penilaian perawatan ortodonti

d. Membandingkan gambaran radiografi sisi kiri dan kanan (sinus maksilaris, TMJ dan lain-lain.)

e. Perluasan lesi atau kelainan di rahang (kista, tumor, kelainan sistemik, dan tumbuh kembang)

f. Pertumbuhan benih gigi tetap dan susunan geligi

g. Fraktur kompleks, gigi impaksi, sinus maksilaris, dan kasus-kasus bedah mulut lainnya.

h. Kondisi (kualitas dan kuantitas tulang rahang), termasuk perawatan implant.

2.2 Anatomi Normal Rongga Mulut

Radiografi konvensional baik radiografi intraoral maupun radiografi ekstraoral seperti radiografi panoramik, jaringan dan struktur normal rongga mulut dapat dilihat secara makroskopis. Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal rongga mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi gambaran radiografi. Struktur radiopak yang normal dan patologis, serta benda asing di luar dari bidang fokus dapat memberikan efek pada gambaran radiografi yang mana akan


(14)

menghambat interpretasi atau bahkan menyebabkan kesimpulan diagnosa yang salah.11

2.2.1 Nasal Septum

Nasal septum merupakan dinding medial yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri. Nasal septum berfungsi sebagai penompang batang hidung (dorsum nasi). Nasal septum dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian anterior, yang tersusun dari tulang rawan, bagian posterior yang tersusun dari lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer.13 Pada radiografi panoramik dari nasal septum adalah radiopak.

2.2.2 Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu.14

Secara anatomis, oral dan sinus adalah dua bagian terdekat namun terpisah satu dengan yang lain. Sinus berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah orbita kiri dan kanan. Bagian medial dari sinus dibatasi oleh dinding lateral dari rongga hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveolar rahang atas yaitu tempat dimana gigi-gigi berada. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksilaris adalah dasar sinus yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu; apeks premolar (P1 dan P2) dan molar (M1 dan M2) kanan dan kiri, sehingga terkadang dapat memberi kesan menonjol ke dalam sinus dan menyebabkan infeksi gigi geligi mudah naik ke atas dan menyebabkan sinusitis. Batas antara dasar sinus maksilaris dan apeks gigi posterior rahang atas adalah lapisan tulang yang terdiri dari mukosa ligamen periodontal.

Beberapa fungsi sinus maksilaris antara lain:14

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning). Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.


(15)

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulator). Sinus berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fossa selebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

3. Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. 4. Membantu resonansi (kualitas) suara.

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin.

6. Membantu produksi mukus yang efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi.

7. Mengandung saraf olfaktori yang mempunyai reseptor penciuman.

Gambaran radiografi panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen. Pada area apeks premolar dan molar rahang atas. Dasar sinus terdiri dari tulang kortikal yang terlihat seperti garis yang radiopak. Perluasan dasar sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya meluas dari premolar dua sampai molar dua. Bila sinus besar bisa terlihat dari kaninus atau premolar satu sampai lebih dari molar tiga rahang atas.4,13,14

2.2.3 Tuberositas Maksila

Tuberositas maksila adalah tulang keras, besar dan bulat pada permukaan luar rahang atas. Berlokasi di area gigi posterior, dibelakang gigi molar dan ditutupi oleh jaringan keras gusi. Masalah dapat dihasilkan pada bagian mulut ini selama prosedur dental, seperti pencabutan gigi. Saraf alveolar posterior superior biasanya menembus permukaan belakang tuberositas maksila. Saraf alveolar superior adalah saraf yang menyebabkan seseorang memiliki sensasi pada gigi molar dua dan tiga, serta disebagian besar akar gigi molar satu. Gambaran radiografi tuberositas maksila adalah radiopak dengan batas cembung pada distal rahang atas.15


(16)

2.2.4 Kondilus Mandibula

Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, meskipun sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular.4,16

Gambar 4. Kondilus mandibula20

Radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus, dan badan mandibula dalam satu radiografi. Radiografi ini biasanya penting untuk mengevaluasi kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau patahan dari fraktur. Selain itu, di dalam radiografi panoramik terlihat regio prosesus kondilaris dan subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan antara kondilus kanan dan kiri. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosa fraktur kondilus.13,16

2.2.5 Prosesus Styloid

Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia. Pada radiografi panoramik terlihat radiopak.


(17)

2.2.6 Prosesus Koronoid Mandibula

Gambaran prosesus koronoideus mandibula biasanya dapat terlihat melalui radiografi periapikal pada region molar maksila. Ketika membuka mulut maka prosesus ini akan bergerak maju, oleh sebab itu, prosesus ini dapat terlihat ketika rongga mulut terbuka maksimal saat dilakukan roentgen. Gambarannya berupa daerah radiopak yang berbentuk lonjong atau segitiga terkadang superimposisi pada gigi molar mandibular dan maksila yang dimana superimposisi pada daerah molar tiga. Pada beberapa kasus terutama ketika bayangan yang dihasilkan padat dan homogen, prosesus koronoideus disalah interpretasikan oleh dokter gigi sebagai suatu fragmen akar. Bayangan yang benar dapat dengan mudah dibuktikan dengan melakukan dua radiografi dengan kondisi mulut dalam posisi yang berbeda dan mencatat perubahan posisi bayangan yang dicurigai.4,13

2.2.7 Foramen Mandibula

Foramen mandibula adalah sebuah lubang dirahang bawah atau dimandibula. Foramen mandibula berfungsi sebagai pintu masuk untuk pembuluh darah dan saraf pada alveolar mandibula. Secara khusus foramen mandibula terletak di ramus mandibula. Saraf inferior alveolar masuk masuk ke rahang bawah melalui foramen mandibula.4,11 Pada radiografi panoramik foramen mandibula terlihat sebagai daerah radiolusen pada pertengahan ramus mandibula.

2.2.8 Kanal Mandibula

Kanal mandibula merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi rahang bawah yaitu inferior alveolar neurovascular bundle yang terdiri dari arteri dan vena alveolar inferior, serta saraf alveolar inferior. Kanal mandibula bermula dari foramen mandibula pada bagian medial ramus. Kanal ini berjalan dalam arah ke bawah dan ke depan dalam ramus dan kemudian secara horizontal dalam badan mandibula sampai foramen mentalis. Kanal mandibula mempunyai beberapa variasi diantaranya lokasi kanal mandibula dari apeks molar dan variasi bentuk anatomis.


(18)

Gambaran radiografi kanal mandibula adalah radiolusen dengan batas linier radiopak tipis dimana batas tersebut dapat terlihat tipis atau tidak terlihat sama sekali, tepi superior dan inferior terdiri dari tulang lamella yang berhubungan langsung dengan kanal. Penjalaran kanal ini jelas kelihatan dari foramen mandibula hingga foramen mentalis. Jarang dapat dilihat gambaran kelanjutan kanal mandibula di anterior yang menuju ke garis tengah pada radiograf.13

Gambar 5. Kanal Mandibula

2.2.9 Foramen Mentalis

Foramen mentalis adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentalis dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena, dan nervus mentalis yang merupakan cabang nervus alveolaris inferior. Foramen mentalis ini terletak bilateral pada anterolateral rahang bawah sampai ke alveolar margin.4,13

Gambaran foramen mentalis kemungkinan dapat menutupi apeks gigi, sehingga dapat disalahartikan sebagai suatu lesi periapikal. Namun demikian, suatu lamina dura yang utuh pada daerah radiolusen dapat mendukung interpretasi yang baik terhadap foramen mentalis.13


(19)

Foramen mentalis tidak selalu dapat divisualisasikan dalam radiograf. Foramen mentalis dapat diamati gambarannya pada pemeriksaan rutin radiograf. Foramen mentalis juga terbukti lebih sering terlihat pada mandibula yang edentulus. Jika tulang alveolar mengalami resorbsi yang nyata dan atrofi, maka kemungkinan letak foramen mentalis berada di dekat batas superior dari tulang alveolar. Secara anatomis ada satu foramen mentalis pada setiap sisi mandibula yang merupakan tempat lewatnya arteri, vena, dan nervus mentalis.17

Radiograf dari foramen mentalis dapat dilihat sebagai suatu daerah radiolusen oval atau bulat di regio premolar. Lokasinya dapat bervariasi sehubungan dengan akar premolar dan gambarannya dapat dijumpai lebih rendah, sama atau lebih tinggi dari apeks akar premolar.18

Pengetahuan tentang foramen mentalis bermanfaat dalam hal pemberian anastesi lokal untuk tujuan pembedahan dan perawatan endodonti. Agar dapat melakukan interpretasi radiografi dengan baik, maka pengetahuan mengenai keadaan foramen mentalis yang normal harus dimiiki, dengan menyadari adanya variasi

Gambar 6. (Tanda panah 1) Gambaran foramen mentalis yang normal yang dapat dilihat adanya suatu lamina dura yang utuh, sehingga dapat dibedakan dengan lesi periapikal (Tanda panah 2).13


(20)

struktural luas yang masih dalam batas normal. Beberapa penelitian telah memaparkan bahwa foramen mentalis dapat lebih mudah dilihat dengan radiografi panoramik, tetapi dalam beberapa kasus dengan sinar yang terang tidak terlihat.18

2.2.10 Kavum Nasal

Rongga hidung atau kavum nasal berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh nasal septum di bagian tengahnya sehingga menjadi kavum nasal kanan dan kiri. Setiap kavum nasal memiliki empat buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Bagian dari kavum nasal yang letaknya sesuai ala nasi, tepatnya dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang disebut vibrise.13 Radiografi panoramik dari kavum nasal adalah radiolusen.


(21)

2.3 Kerangka Konsep

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Radiografi Ekstraoral (Panoramik) Radiografi

Intraoral

Radiologi Dental

Anatomi Normal Rongga Mulut

Kondilus Mandibula

Prosesus Styloid

Kanal Mandibula Foramen Mandibula Tuberositas Maksila

Sinus Maksilaris Nasal Septum

Foramen Mentalis Prosesus Koronoid Mandibula


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional. Menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di klinik salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta, waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta. Metode sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Maka besar sampel penelitian diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

=

�ɑ2��

�2 Keterangan rumus :

n : Jumlah sampel.

Z : Derajat kepercayaan. (95% = 1,96) P : Proporsi populasi penelitian. (0,5) Q : Selisih antara populasi. (1-P) d : Selang kepercayaan. (10%)


(23)

Cara Perhitungan Sampel Minimum

�= (1,96

2)(0,5)(10,5)

(0,1)2

�= 96,04

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga mulut pada radiografi panoramik didefinisikan sebagai hasil pemikiran dan interpretasi mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap gambaran anatomi normal rongga mulut yang terlihat pada radiografi panoramik. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal pada radiografi panoramik diukur menggunakan kuisioner sebanyak 10 pertanyaan dengan skala ordinal. Jawaban yang benar bernilai 1 dan jawaban yang salah bernilai 0. Kriteria pengukuran adalah apabila 8-10 pertanyaan dalam kuisioner dijawab dengan benar maka pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dinilai baik. Apabila 5-7 pertanyaan dalam kuesioner dijawab dengan benar, maka pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dinilai cukup. Kemudian apabila kurang dari 5 pertanyaan dalam kuisioner yang dijawab benar maka pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dinilai kurang.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuisioner, dimana kuisioner

diberikan secara langsung kepada responden, yaitu mahasiswa kepaniteraan klinik dan diisi langsung oleh responden. Setelah diisi diserahkan kepada peneliti saat itu juga. Prosedur pengumpulan data :

1. Peneliti meminta ijin kepada Dekan pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta dan Ketua dari tiap-tiap Departemen untuk melakukan penelitian;

2. Peneliti menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta;


(24)

4. Kuisioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi

3.6.2 Analisis Data

a. Dihitung total skor pada kuisioner masing-masing responden dimana skor 0 jika jawaban salah dan skor 1 jika jawaban benar.

b. Dikategorikan nilai hasil kuisioner yang mana ≥ 80% jawaban yang benar, maka dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan baik, 50%-70% jawaban yang benar, maka dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan sedang dan ≤ 50% jawaban yang benar, maka dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan kurang.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 262/KOMET/FK USU/2013 dengan judul pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga mulut di tinjau dari radiografi panoramik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta. Sebelum penelitian berjalan responden telah diberikan penjelasan mengenai manfaat dan resiko dari penelitian ini.


(25)

3.8 Proses Penelitian

Pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi

Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan

mengelompokkan data dalam tabel frekuensi dan

melakukan

coding

data

Mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu FKG di

Jakarta mengisi kuisioner yang telah diberikan

Peneliti menyebarkan kuisioner mengenai pengetahuan

terhadap anatomi normal ditinjau dari radiografi panoramik

kepada mahasiswa kepaniteraan klinik

Pembuatan Kuisioner


(26)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini sampel yang didapat berjumlah 100 orang. Responden berasal dari mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia

Frekuensi Persen

21 tahun 12 12.0

22 tahun 35 35.0

23 tahun 26 26.0

24 tahun 23 23.0

25 tahun 1 1.0

26 tahun 3 3.0

Total 100 100.0

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Frekuensi Persen

Laki-laki 28 28.0

Perempuan 72 72.0


(27)

4.3 Pengetahuan Tentang Anatomi Orbital

Tabel 3. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Orbital pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Orbital pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 89 89.0

Salah 11 11.0

Total 100 100.0

4.4 Pengetahuan Tentang Anatomi Kavum Nasal

Tabel 4. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kavum Nasal pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kavum Nasal pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 94 94.0

Salah 6 6.0

Total 100 100.0

4.5 Pengetahuan Tentang Anatomi Sinus Maksilaris

Tabel 5. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 95 95.0

Salah 5 5.0


(28)

4.6 Pengetahuan Tentang Anatomi Kondilus Mandibula

Tabel 6. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kondilus Mandibula pada Radiografi Panormaik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kondilus Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 90 90.0

Salah 10 10.0

Total 100 100.0

4.7 Pengetahuan Tentang Anatomi Tuberositas Maksila

Tabel 7. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 81 81.0

Salah 19 19.0

Total 100 100.0

4.8 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula Tabel 8. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anantomi Prosesus Koronoid Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 73 73.0

Salah 27 27.0


(29)

4.9 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Styloid

Tabel 9. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 71 71.0

Salah 29 29.0

Total 100 100.0

4.10 Pengetahuan Tentang Anatomi Foramen Mandibula

Tabel 10. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mandibula pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 88 88.0

Salah 12 12.0

Total 100 100.0

4.11 Pengetahuan Tentang Anatomi Kanal Mandibula

Tabel 11. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kanal Mandibula pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anantomi Kanal Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 89 89.0

Salah 11 11.0


(30)

4.12 Pengetahuan Tentang Anatomi Foramen Mentalis

Tabel 12. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mentalis pada Radiografi Panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anantomi Foramen Mentalis pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persen

Benar 87 87.0

Salah 13 13.0

Total 100 100.0

4.13 Tingkat Pengetahuan Tentang Anatomi Normal Rongga Mulut

Diagram Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Pada Radiografi Panoramik.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%


(31)

BAB V PEMBAHASAN

Radiografi panoramik merupakan radiografi konvensional ekstraoral yang dapat memperlihatkan gambaran anatomi maksila dan madibula secara luas serta keseluruhan dan satu film dimana jaringan dan struktur normal rongga mulut dapat dilihat secara makroskopis. Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal rongga mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi hasil radiografi untuk menunjang didapatnya kesimpulan diagnosa yang tepat.10,11

Penelitian ini telah dilakukan pada mahasiswa kepaniteraan klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta. Untuk memperoleh data dari responden dilakukan wawancara dengan bantuan kuesioner. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 28 orang laki-laki dan 72 orang perempuan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Tabel 1) terdapat 12% responden yang berusia 21 tahun, 35% berusia 22 tahun, 26% berusia 23 tahun, 23% berusia 24 tahun, 1% berusia 25 tahun dan 3% berusia 26 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin terdapat 28% responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 72% responden dengan jenis kelamin perempuan. Lebih banyak persentase responden perempuan, sehingga dari perbandingan ini dapat kita lihat bahwa Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta lebih banyak diminati oleh perempuan daripada laki-laki.

Pengetahuan responden tentang anatomi orbital pada radiografi panoramik (Tabel 3) dikategorikan baik karena 89% responden menjawab dengan benar. Masih terdapat beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik yang menyangka orbital merupakan fossa nasal dikarenakan kedua anatomi ini terlihat radiolusen pada radiografi panoramik.

Pada radiografi panoramik akan terlihat radiolusen diatas rongga hidung.13 Orbital merupakan rongga yang bertujuan untuk melindungi bola mata. Bentuk rongga mata adalah piramida empat sisi yang ujungnya berada di foramen optikal. Terdapat tujuh tulang yang ikut membentuk formasi tulang orbital ini yaitu : maksilari, zigoma, frontal, ethmoidal, lakrima, palatin dan sfenoid. Tulang-tulang ini membentuk soket


(32)

untuk bola mata yang memberi tempat untuk masuknya otot-otot mata dan berasosiasi sangat dekat dengan sinus sekitarnya dan fosa kranial. Banyak saraf dan pembuluh darah yang melewati foramina, fisuradan kanal dari tulang orbital.

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi kavum nasal sebanyak 94% (Tabel 4) dan dikategorikan baik. Gambaran radiografi kavum nasal dan foramen insisivus adalah radiolusen, sehingga menyebabkan beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik salah dalam menjawab pertanyaan anatomi yang dimaksud.

Kavum nasal atau rongga hidung merupakan terowongan yang berada di kanan dan kiri, sedangkan bagian tengahnya dipisahkan oleh septum nasal. Setiap kavum nasal memiliki empat buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Foramen insisivum adalah saluran tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf di daerah gigi insisivus.13

Frekuensi responden mengenai sinus maksilaris (Tabel 5) dikategorikan baik karena 95% mahasiswa kepaniteraan klinik menjawab dengan benar. Masih terdapat beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik memperkirakan sinus maksilaris terletak di sekitar kavum nasal.

Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar berupa ruangan kosong yang terletak di bawah orbital kiri dan kanan dan terlihat radiolusen pada radiografi panoramik.Anatomi sinus maksilaris adalah dasar sinus yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu; apeks premolar (P1 dan P2) dan molar (M1 dan M2) kanan dan kiri, sehingga terkadang dapat memberi kesan menonjol ke dalam sinus dan menyebabkan infeksi gigi geligi mudah naik ke atas dan menyebabkan sinusitis. Batas antara dasar sinus maksilaris dan apeks gigi posterior rahang atas adalah lapisan tulang yang terdiri dari mukosa ligamen periodontal.13,14

Dikategorikan baik tentang anatomi kondilus mandibula pada radiografi panoramik (Tabel 6) dikarenakan 90% responden menjawab dengan benar. Masih terdapat beberapa mahasiswa yang menyangka kondilus mandibula adalah prosesus koronoid, karena kedua anatomi ini terlihat radiopak pada radiografi panoramik dan terletak di mandibula.

Kondilus mandibula merupakan tulang berbentuk cembung pada seluruh permukaannya dan terletak di bagian posterior ramus mandibula. Kondilus juga


(33)

berbentuk seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari

eminensia artikular.4,16

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi tuberositas maksila sebanyak 81% (Tabel 7) dan dikategorikan baik. Tuberositas maksila adalah tulang keras, besar dan bulat pada permukaan luar rahang atas. Berlokasi di area gigi posterior, dibelakang gigi molar.15 Berbeda dengan arkus zigomatikus yang merupakan sepasang tulang di daerah muka yang terdiri dari tulang maksila dibagian depan, tulang frontal di superior, dan tulang temporal di belakang.19 Juga berbeda dengan prosesus palatinus yang terletak di palatina.

Pengetahuan responden mengenai prosesus koronoid mandibula (Tabel 8) dikategorikan cukup karena hanya 73% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui bahwa yang terlihat pada gambaran radiografi panoramik tersebut merupakan prosesus koronoid mandibula.

Prosesus koronoid mandibula merupakan daerah radiopak yang berbentuk lonjong atau segitiga terkadang superimposisi pada gigi molar mandibula dan maksila yang dimana superimposisi pada daerah molar tiga.4,13

Frekuensi responden tentang anatomi prosesus styloid pada radiografi panoramik (Tabel 9) dikategorikan cukup karena hanya 71% responden menjawab dengan benar.

Prosesus styloid merupakan tulang yang berkembang dari tulang temporal dan terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia. Pada radiografi panoramik terlihat radiopak.13

Frekuensi responden yang mengetahui anatomi foramen mandibula pada radiografi panoramik sebanyak 88% (Tabel 10) dikategorikan berpengetahuan baik. Responden yang mengetahui anatomi kanal mandibula pada radiografi panoramik sebanyak 89% (Tabel 11) dikategorikan berpengetahuan baik. Serta responden yang mengetahui anatomi foramen mentalis pada radiografi panoramik sebanyak 87% (Tabel


(34)

12) dikategorikan berpengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa banyak mahasiswa kepaniteraan klinik dapat membedakan antara lokasi dan bentuk anatomi dari foramen mandibula, kanal mandibula, dan foramen mentalis.

Foramen mandibula adalah sebuah lubang di mandibula sebagai pintu masuk untuk pembuluh darah dan saraf pada alveolar mandibula dan terlihat radiolusen pada pertengahan ramus mandibula.4,11 Kanal mandibula merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi rahang bawah, terletak di bagian medial ramus yang terlihat radiolusen dengan batas linier radiopak tipis. 13 Sedangkan foramen mentalis adalah suatu daerah radiolusen oval atau bulat di regio premolar. Dengan demikian pengetahuan dan kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik terinterpretasi dengan baik dalam membedakan anatomi normal foramen mandibula, kanal mandibula dan foramen mentalis.


(35)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Disimpulkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik di Jakarta memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 83%. Sebagaimana yang telah dibuat pada tujuan penelitian adalah agar mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui pengetahuan terhadap radiografi anatomi normal rongga mulut dan mampu dalam menginterpretasi gambaran radiografi panoramik.

6.2 Saran

1. Perlunya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang anatomi maksila dan mandibula.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

1. MacDonald D. Oral and Maxillofacial Radiology: A Diagnostic Approach. Canada: Wiley Buckwell, 2011: 5-30

2. Suwargiani AG. Gambaran pengetahuan mahasiswa ko-ass mengenai proteksi radiasi pada saat pemotretan foto rontgen. Bandung. 2007: 1-3

3. Vuchkova J, Maybury T, Farah CS. Digital Interactive Learning of Oral Radiograph Anatomy. European J of Dent Education. 2012; 16: 79-87

4. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6th ed. Canada: University of Toronto, 2009: 109-206

5. Ghom. Textbook of Oral Radiology. India: Elsevier India, 2008: 135-213

6. Dong Gu. The Prevalence of Corelation of Carotid Artery Calcification on Panoramik Radiographs and Pheripheral Arterial Disease in a Population From the Republic of Korea. Dentomaxillofacial Radiology J. 2012; 42: 2-6

7. Altug HA, Ozkan A, ed. Diagnostic Imaging in Oral and Maxillofacial Pathology. Croatia: Intech Europe. 2011: 216-26

8. Stheeman SE, Mileman PA. Room for Improvement? The Accuracy of Dental Practitioners Who Diagnose Bony Pathose With Radiograph. Departement of Oral Radiology, Academic Centre for Dentistry Amsterdam, The Netherlands. 2006; 8 (2): 251-4

9. Am Dent Assoc. The Use Of Dental Radiography. September 2006.

10.Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan: USU Press. 2011: 9-30 11.Pasler FA, Visser H. Pocket Atlas of Dental Radiology. Jerman: Thieme, 2007: 2-40 12.Masyrifah N. Prinsip Interpretasi Radiografi Panoramik pada Fraktur Mandibula.

Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011: 7-23.

13.Ludlow JB, Tyndall DA. Anatomy of the Panoramic Radiograph. Carolina: University of North Carolina School of Dentistry, 2003.


(37)

14.Wahyuni ES. Perluasan Dasar Sinus Maksilaris Ditinjau Secara Radiografi Panoramik pada Masyarakat Di Kecamatan Medan Selayang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013: 4-9

15.King Y. What Is Maxillary Tuberosity?. <http://www.wisegeek.com>. (11 Juli 2013)

16.Epsilawati L, Firman RN. Diagnosa Kelainan Sendi Temporomandibular dengan Memanfaatkan Panoramik Foto. <http://pustaka.unpad.ac.id>. (7 Juli 2013)

17.Ronald R. Radiolucent Landmark on Mandibular. <http://armymedical.tpub.com>. (10 Juli 2013)

18.Juodzbalys G, Wang HL, Sabalys G. Anatomy of Mandibular Vital Structure Part II: Mandibular Incisive Canal, Mental Foramen and Associated Neurovascular Bundles in Relation with Dental Implantology. J Oral Maxillofac Res. 2010; 1(1): 1-6

19.Lubis SM. Penatalaksanaan Fraktur Arkus Zigomatikus. <http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33009>. (17 September 2013)


(38)

Lampiran 1

DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

TERHADAP ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT DITINJAU

DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA SALAH SATU

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DI JAKARTA

No. Responden : Tanggal :

Usia :

Jenis Kelamin : L / P

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di FKG Jakarta

2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap benar

3. Semua pertanyaan harus dijawab

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.


(39)

LINGKARI JAWABAN YANG BENAR MENURUT ANDA PADA PILIHAN JAWABAN YANG TERSEDIA BERDASARKAN GAMBAR YANG TERTERA !

Gambar Radiografi Panoramik

1. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.1? a. Fossa nasal

b. Prosesus palatinus c. Orbital

2. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.2? a. Prosesus palatinus

b. Foramen insisivum c. Kavum Nasal

3. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.4? a. Septum nasal

b. Orbital


(40)

4. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.9? a. Tuberositas

b. Kondilus mandibula c. Prosesus koronoid

5. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.11? a. Prosesus palatinus

b. Tuberositas maksila c. Arkus zigomatikus

6. Menurut anda apakah no.10 adalah prosesus koronoid mandibula?

a. Ya b. Tidak

7. Menurut anda apakah no.15 adalah prosesus styloid?

a. Ya b. Tidak

8. Menurut anda apakah no.18 adalah foramen mandibula?

a. Ya b. Tidak

9. Menurut anda apakah no.19 adalah foramen mandibula?

a. Ya b. Tidak

10.Menurut anda apakah no.20 adalah foramen mandibula?


(41)

Lampiran 2

DATA PERSONALIA

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Incan Wahyudi Sitepu Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Serdang / 02 September 1992 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jalan Gg. Mesjid No 4 dan 5 Tanjung Langkat Telepon/Hp : 085761745345/082360596624

Email : idiwahyudisitepu_24@yahoo.co.id

PENDIDIKAN

1998-2004 : SD Negeri 050629 Salapian 2004-2007 : SMP Negeri 2 Salapian 2007-2010 : SMA Negeri 5 Binjai

2010-sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan, September 2013


(42)

Lampiran 3

Rincian Biaya Penelitian

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteran Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

Di Jakarta

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebesar Rp 5.000.000 dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal Rp 100.000 2. Biaya pembuatan kuesioner Rp 100.000 3. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 100.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 200.000 5. Biaya transportasi Rp 2.500.000

6. Biaya tempat tinggal Rp 2.000.000

Total Rp 5.000.000


(43)

Lampiran 4 Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

WAKTU PENELITIAN

Juni Juli Agustus September Oktober 1. Pembuatan

Proposal

Minggu IV

Minggu I,II 2. Pelaksanaan

Penelitian

Minggu III, IV

3. Pembuatan laporan hasil

penelitian

Minggu I,II,III, IV

Minggu I

4. Penggandaan laporan


(44)

(45)

Lampiran 6

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi abang dan kakak, perkenalkan nama saya Incan Wahyudi Sitepu. Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut di Tinjau dari Radiografi Panoramik pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta”

Pada kesempatan ini, saya ingin agar abang dan kakak mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya berharap abang dan kakak bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian dan saya percaya bahwa partisipasi ini akan bermanfaat bagi Anda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap radiografi anatomi normal rongga mulut dan kemampuan dalam menginterpretasi gambaran radiografi panoramik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai pedoman untuk meningkatkan pengetahuan tentang anatomi normal rongga mulut yang akan mendukung diagnosa dengan tepat kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa co-ass mengisi kuisioner dan pengisian berlangsung selama kurang lebih 10 menit.

Pada penelitian ini mahasiswa co-ass tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Peneliti utama dilakukan oleh saya sendiri Incan Wahyudi Sitepu dan didampingi beberapa temen rekan mahasiswa Kedokteran Gigi USU Medan.

Jika Anda bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan


(46)

kepada pihak peneliti. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Demikian, mudah-mudahan keterangan kami diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 31 Juli 2013 Incan Wahyudi Sitepu

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp : 085761745345/082360596624


(47)

Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………

Alamat : ………

Telepon/Hp : ………

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan pada penelitian yang berjudul:

” Pengetahuan Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut di Tinjau dari Radiografi Panoramik pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di

Jakarta”

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini secara sadar dan tanpa paksaan.

Jakarta,...

Yang menyetujui, Subjek penelitian


(48)

Lampiran 8

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 21 tahun 12 12.0 12.0 12.0

22 35 35.0 35.0 47.0

23 26 26.0 26.0 73.0

24 23 23.0 23.0 96.0

25 1 1.0 1.0 97.0

26 3 3.0 3.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 28 28.0 28.0 28.0

Perempuan 72 72.0 72.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Orbital pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 11 11.0 11.0 11.0

Benar 89 89.0 89.0 100.0


(49)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kavum Nasal pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.0 6.0 6.0

Benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 5 5.0 5.0 5.0

Benar 95 95.0 95.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kondilus Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 10 10.0 10.0 10.0

Benar 90 90.0 90.0 100.0


(50)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 19 19.0 19.0 19.0

Benar 81 81.0 81.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 27 27.0 27.0 27.0

Benar 73 73.0 73.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 29 29.0 29.0 29.0

Benar 71 71.0 71.0 100.0


(51)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 12 12.0 12.0 12.0

Benar 88 88.0 88.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kanal Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 11 11.0 11.0 11.0

Benar 89 89.0 89.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mentalis pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 13 13.0 13.0 13.0

Benar 87 87.0 87.0 100.0


(1)

kepada pihak peneliti. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat

dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini

berlangsung. Demikian, mudah-mudahan keterangan kami diatas dapat dimengerti dan

atas kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima

kasih.

Medan, 31 Juli 2013

Incan Wahyudi Sitepu

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Telp : 085761745345/082360596624


(2)

Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: ………

Alamat

: ………

Telepon/Hp

: ………

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan

dilakukan pada penelitian yang berjudul:

” Pengetahuan Kepaniteraan Klinik terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut di

Tinjau dari Radiografi Panoramik pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di

Jakarta”

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini secara

sadar dan tanpa paksaan.

Jakarta,...

Yang menyetujui,

Subjek penelitian


(3)

Lampiran 8

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 21 tahun 12 12.0 12.0 12.0

22 35 35.0 35.0 47.0

23 26 26.0 26.0 73.0

24 23 23.0 23.0 96.0

25 1 1.0 1.0 97.0

26 3 3.0 3.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 28 28.0 28.0 28.0

Perempuan 72 72.0 72.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Orbital pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 11 11.0 11.0 11.0

Benar 89 89.0 89.0 100.0


(4)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kavum Nasal pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.0 6.0 6.0

Benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 5 5.0 5.0 5.0

Benar 95 95.0 95.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kondilus Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 10 10.0 10.0 10.0

Benar 90 90.0 90.0 100.0


(5)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 19 19.0 19.0 19.0

Benar 81 81.0 81.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 27 27.0 27.0 27.0

Benar 73 73.0 73.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 29 29.0 29.0 29.0

Benar 71 71.0 71.0 100.0


(6)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 12 12.0 12.0 12.0

Benar 88 88.0 88.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Kanal Mandibula pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 11 11.0 11.0 11.0

Benar 89 89.0 89.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Foramen Mentalis pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 13 13.0 13.0 13.0

Benar 87 87.0 87.0 100.0


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

1 66 58

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

1 38 61

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 1

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 2

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 1 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 2

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 13

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

0 0 17