STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL Strategi Coping Remaja Perempuan yang Mengkonsumsi Alkohol.

 

 

STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN
YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh :
Ayub Aji Munandar
F.100 110 103

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016


 

 

 

 

ABSTRAKSI
STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN
YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL
Ayub Aji Munandar
Ayubmunandar@gmail.com
Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap dan mengetahui strategi coping
remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Pengambilan sample dilakukan
secara purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini, empat remaja
perempuan dengan karakteristik: Strategi coping remaja perempuan yang
mengkonsumsi alkohol, yang bertempat tinggal di Surakarta dan berusia 21-22

tahun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan
data menggunakan wawancara dan observasi serta dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.Strategi coping berasal dari lingkungan
dari dalam diri dan dari luar untuk memecahkan suatu masalah. 2.Dapat merespon
perubahan dalam kondisi stress untuk menjadi lebih baik. 3.Dapat menghadapi
tekanan 4.memberikan efek positif yaitu kekuatan psikis pada diri individu.
5.Terungkap beberapa faktor yang mempengaruhi strategi coping remaja
perempuan yang mengkonsumsi alkohol meliputi: keinginan untuk menjadi lebih
baik, mendapatkan dukungan sosial, dan mendapatkan teman-teman yang lebih
baik atau positif.
Kata kunci : alkohol, remaja perempuan, strategi coping
ABSTRACT
The purpose of this research was to reveal and to know the coping strategy of
female teenagers who consume alcohol. The sampling was conducted through
purposive sampling. The amount of informants in this research was four female
teenagers with the characteristics: The coping strategy of female teenagers who
consume alcohol, who live in Surakarta and their age was 21-22 years old. This
research used a qualitative method with the method of data collection used
interview and observation and analyzed descriptively. The results of the research
revealed that: 1. The coping strategy derived from the environment, from

themselves, and from outside to solve a problem. 2. Being able to respond to the
change in a stressed condition to be better. 3. Being able to face pressure 4.
Giving a positive effect in the form of physical power in individual. 5. It was
revealed some factors influencing the coping strategy of female teenagers who
consume alcohol which covered: an intention to be better, to get social support,
and to have better or positive friends.
Keywords: alcohol, female teenagers, the coping strategy



 

 

1. PENDAHULUAN
Penggunaan

alkohol

bagi


remaja

sangat

mengkhawatirkan

dikarenakan

mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat
dan mempengaruhi kewajiban sosial pada orang yang mengkonsumsinya.
Penggunaan alkohol juga dapat berpengaruh pada kerusakan fisik dan organ
tubuh jika terlalu sering dikonsumsi oleh tubuh dan alkohol mengalami
metabolisme di dalam ginjal, paru-paru, dan otot (Panjaitan, 2003).
Alkohol merupakan zat psikoaktif yang dibuat oleh petani dengan
memfermentasikan tumbuhan atau hewan tertentu melalui proses yang panjang
dengan menjadikan cairan. Minuman berakohol adalah minuman yang
mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan
penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya. Minuman
beralkohol sudah dikenal manusia kurang lebih 500 tahun yang lalu. Di Indonesia

dikenal beberapa minuman lokal yang mengandung alkohol seperti brem cair,
tuak, saguer, dan ciu dan minuman yang banyak mengandung alkohol seperti
wine, whisky brandy, sampagne, malaga menurut (Anonim, 2002).
Alkohol masuk dalam zat adiktif sesuai dengan yang tertera dalam
undang-undang No. 5 Tahun 1997 dan No. 35 Tahun 2009. Zat adiktif ini
didefinisikan sebagai zat yang didapat secara alamiah atau taman yang
mengakibatkan

penurunan

kesadaran

yang

menyebabkan

timbulnya

ketergantungan yang berdampak negative pada diri berpengaruh pada susunan
saraf pusat yang berpengaruh pada aktivitas mental.

Pada awalnya seseorang

pertama kali mengkonsumsi alkohol karena

dianggap dapat menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. (Santrock, 2002)
menyatakan bahwa lima sampai sepuluh persen populasi remaja merupakan anak
muda yang berisiko sangat tinggi. Masa remaja merupakan masa pencarian jati
diri dengan mencoba hal-hal yang baru, karena masa remaja itu memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri.

Koping dilakukan untuk

memberikan reakasi terhadap tekanan yang berfungsi untuk memecahkan,
mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Menurut Lazarus
(dalam Rostiana, 2003) Strategi koping merupakan penyesuaian diri dari tuntutan



 


 

baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri yang
dianggap di luar batas kemampuannya yang dilakukan bila ada tuntutan-tuntutan
yang dirasa menentang, membebani sumber daya yang dimiliki, dengan
melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk menurunkan, meminimalisasi dan
menahan tuntutan.
Hasil wawancara pada subjek

berinisial “S” berusia 20th bertempat

tinggal di Purwodadi, menyatakan bahwa subjek tidak akan mengkonsumsi
alkohol apabila kondisi minimnya keuangan. Selanjutnya, apabila keluarga
mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi alkohol maka semua fasilitas yang
diberikan kepada subjek akan tidak diberikan lagi. Agar tidak lagi mengkonsumsi
alkohol subjek melakukan ibadah secara rutin, menjauhi lingkungan yang
mengajarkan subjek untuk mengkonsumsi alkohol.
Hasil wawancara subjek berinisial “T” berusia 19th bertempat tinggal di
Sukoharjo, menyatakan bahwa subjek tidak akan mengkonsumsi alkohol apabila
subjek tidak mengalami problem dalam hidup subjek. Selanjutnya, apabila

keluarga mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi alkohol akan kecewa kepada
subjek, dan diperintahkan untuk menjauhi temen-temen yang mengkonsumsi
alkohol. Agar tidak lagi mengkonsumsi alkohol subjek akan mencari temen yang
lebih baik dan lebih mengenal agama.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masih banyak remaja
yang mengkonsumsi alkohol khususnya pada remaja perempuan, maka perlu
adanya penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut agar nantinya dapat menjadi
informasi serta acuan bagi semua orang, yang masih mengkonsumsi alkohol.
Maka dari itu, penelitian ini untuk mengetahui strategi koping remaja perempuan
yang mengkonsumsi alkohol.
Tujuan dari penelitian adalah untuk memahami dan mendiskripsikan
strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Peneliti berharap
dengan adanya penelitian yang mengkaji tentang makna strategi koping remaja
perempuan yang mengkonsumsi alkohol, dapat membawa manfaat sebagai berikut
:



 


 

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berguna untuk
perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam kajian psikologi positif, dan
psikologi sosial.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memahami gambaran tentang fenomena remaja perempuan
yang mengkonsumsi alkohol, serta dapat memberikan suatu ide atau gagasan
untuk menciptakan suatu program berkaitan dengan remaja perempuan yang
mengkonsumsi alkohol.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan

dengan

adanya

penelitian


ini

dapat

memperdalam

dan

mengembangkan khasanah teoritis dalam ilmu psikologi, mengenai makna
strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, serta dapat
diajadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.
Menurut Lazarus (dalam Rostiana, 2003) Strategi coping merupakan
penyesuaian diri dari tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun dari
dalam dan luar diri sendiri yang dianggap di luar batas kemampuannya, yang
dilakukan bila ada tuntutan-tuntutan yang dirasa menentang, membebani sumber
daya yang dimiliki, dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk
menurunkan,

meminimalisasi


dan

menahan

tuntutan.

Dalam

psikologi

kemampuan menghadapi, melawan, mengelola, mengatasi, ataupun menyesuaikan
dikenal dengan proses koping. Koping sebagai suatu proses di mana individu
mencoba untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan (baik yang berasal dari
individu, maupun yang berasal dari lingkungan) dengan sumber daya yang
mereka gunakan dalam situasi stressful dan untuk mengurangi tekanan yang
bersifat dinamis (Pramudi dan Lasmono, 2003).
Tone dan Neale (dalam Putrianti, 2007) mengatakan bahwa koping
merupakan cara yang dilakukan individu, baik yang tampak atau tidak tampak
untuk menghadapi situasi yang menimbulkan tekanan. Koping dipandang sebagai
suatu proses dinamik dari suatu pola perilaku atau pikiran-pikiran seseorang yang
secara sadar digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang



 

 

menekan atau menegangkan. Menurut Lazarus dan Launier (dalam Tanumidjojo,
2004), koping terdiri atas usaha, baik tindakan psikis maupun intrapsikis untuk
mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik diantara mereka.
Menurut Bradburn (dalam Hapsari, 2002) secara psikis, koping
memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan
kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan
antara perasaan yang positif atau negatif. Menurut Breakwell (dalam Hapsari,
2007) strategi koping mempunyai tiga target yang harus ada minimal salah satu
diantaranya, yaitu: (1) penghilangan aspek-aspek yang mengancam; (2)
pergerakan individu ke dalam situasi yang tidak mengancam; dan (3) perbaikan
struktur identitas.
Strategi coping yang dimunculkan oleh seorang individu terdiri dari
beberapa aspek di dalamnya. Telah banyak peneliti yang telah mencoba untuk
menjabarkan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku koping dengan bahasa
yang berbeda. Terdapat beberapa aspek strategi koping menurut Carver, dkk
(dalam Setianingrum, 2004), yaitu:
a. Keaktifan diri. Yaitu tindakan untuk menghilangkan penyebab stress dengan
cara bertindak langsung.
b. Perencanaan. Yaitu memikirkan bagaimana cara mengatasi stress dengan
membuat strategi untuk menenangkan masalah.
c. Kontrol diri. Yaitu individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas
kompetensi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru.
d. Mencari dukungan sosial. Yaitu mencari nasehat, pertolongan informasi,
dukungan moral, simpati dari orang lain.
e. Mengingkari. Yaitu situasi pengingkaran terhadap suatu masalah.
f. Penerimaan. Yaitu situasi yang penuh dengan stress memaksa seseorang untuk
mengatasi masalah tersebut.
g. Religiusitas. Yaitu sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalahmasalah secara keagamaan.
Dalam menentukan pemilihan bentuk strategi koping yang akan digunakan
umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :



 

 

a. Jenis Kelamin, menurut penelitian yang dilakukan Lazarus dan Folkman
(dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) ditemukan bahwa laki-laki dan
perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk koping yaitu emotionfocused coping dan problem focused coping. Namun menurut pendapat Billing
dan Moos (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007), wanita lebih cenderung
berorientasi pada tugas dalam menghadapi masalah, sehingga wanita
diprediksi akan lebih sering menggunakan emotion-focused coping.
b. Tingkat Pendidikan, Menaghan (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007)
mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi
akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan
aktif dalam memecahkan masalah.
c. Perkembangan Usia, Pramadi dan Lasmono (2007) menyebutkan bahwa
sejumlah struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber untuk melakukan
strategi koping akan berubah menurut perkembangan usia dan akan
membedakan seseorang dalam merespons tekanan.
d. Konteks Lingkungan dan Sumber Individual, Menurut Lazarus dan Folkman
(dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) sumber-sumber individu seseorang
seperti pengalaman, persepsi, kemampuan intelektual, kesehatan, kepribadian,
pendidikan dan situasi yang dihadapi sangat menentukan proses penerimaan
suatu stimulus yang kemudian dapat dirasakan sebagai tekanan atau ancaman.
e. Status Sosial Ekonomi, menurut Westbrook (dalam Pramadi dan Lasmono,
2007) seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan menampilkan
strategi koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau
menampilkan respons menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status
ekonominya lebih tinggi.
Pertanyaan Penelitian
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi remaja perempuan mengkonsumsi
alkohol?
2. Bagaimana cara untuk keluar dari masalah remaja perempuan yang
mengkonsumsi alkohol dengan menggunakan strategi koping?



 

 

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
fenomenologis. Identifikasi gejala penelitian dalam penelitian ini adalah Strategi
koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol
Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik

purposive

sampling yaitu penentuan informan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
karakteristik informan penelitian dalam penelitian ini adalah: remaja perempuan
yang mengkonsumsi alkohol berjumlah 4 orang remaja perempuan.
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode wawanacara dan
observasi. Data yang di peroleh dari hasil wawancara dan observasi
dikelompokkan dan di beri kode untuk mendeskripsikan tema-tema yang muncul
kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaanpenelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menyebutkan, rencana agar dapat keluar dari lingkungan
yang mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan observasi dan wawancara yang
dilakukan dapat keluar dari lingkungan yang mengkonsumsi alkohol, informan
harus melakukan koping didalam lingkungan pertemanan, memilih teman-teman
yang lebih baik atau positif, agar informan bisa melakukan kehidupan yang lebih
sehat tanpa mengkonsumsi alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaplin
(2001) menyatakan bahwa koping sebagai segala perbuatan untuk melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan masalahnya
atau tugasnya. Dengan melakukan koping akan lebih mudah untuk merubah hal
yang sebelumnya buruk akan menjadi baik lagi. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Cheng (2001) menjelaskan bahwa koping sebagai proses yang dinamis, individu
merubah secara konstan pikiran dan perilaku individu dalam merespon perubahan
dalam penilaian terhadap kondisi stress dan tuntutan dalam situasi tersebut.
Dalam strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol
memiliki harapan setelah berhenti mengkonsumsi minuman yang beralkohol ini
agar dapat berpola hidup yang lebih sehat. Berdasarkan dari hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa harapan setelah berhenti
mengkonsumsi alkohol ingin mengembalikan postur tubuh dan menginginkan



 

 

hidup yang sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus dan Launier dalam
Tanumidjojo (2004) menyatakan bahwa koping terdiri atas usaha, baik tindakan
psikis maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan
konflik diantara mereka. Usaha yang dibangun oleh diri sendiri dengan keadaan
yang ikhlas dan memiliki niat yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasil
yang maksimal dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat menambah
semangat tersendiri untuk menjadi lebih baik lagi. Hal ini serupa juga
diungkapkan oleh Bradburn dalam Hapsari (2002) menjelaskan bahwa secara
psikis, koping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep
diri dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau
keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif.
Bahwa yang mendukung saat keluar dari mengkonsumsi alkohol pertama
niat dari diri informan sendiri terus kemudian teman-teman yang selalu memberi
motifasi untuk

tidak lagi mengkonsumsi alkohol dan terutama informan

memikirkan kesehatan didalam kehidupan kedepanya yang semakin buruk atau
semakin tidak sehat dikehidupan sehari-hari saat mengkonsumsi alkohol. Seperti
yang di ungkapkan oleh Hawari (2007) yang menyatakan bahwa penyalahgunaan
alkohol sebagai perilaku menyimpang yang merupakan gambaran dari
kepribadian antisosial atau gangguan tingkah laku pada remaja. Hal ini
disebabkan karena anggapan dan cara pandang remaja yang longgar tentang suatu
bentuk kenakalan akan membuat mereka cenderung melakukan kenakalan yang
salah

satunya

adalah

penyalahgunaan

alkohol.

Mungkin

dengan

cara

mengkonsumsi alkohol masalah atau stress bisa hilang, tetapi dalam beberapa
kejadian atau fenomena dilingkungan remaja alkohol membawa dampak yang
sangat buruk untuk kelangsungan hidup remaja untuk psikis atau pun kesehatan
tubuh remaja. Sejalan dengan pendapat Farihat (2009) bahwa proses penggunaan
alkohol pada remaja putri, menemukan bahwa penggunaan alkohol disebabkan
karena coba-coba dan rasa ingin tahu serta untuk menunjukkan rasa solidaritas
antar teman yang memberikan minuman beralkohol tersebut.
Hasil penelitian menyebutkan, saat pertama kali remaja perempuan
mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan



 

 

dapat diketahui bahwa informan saat pertama kali mengkonsumsi alkohol pada
waktu masih berada dibangku sekolah SMA atau pertama kali masuk perkuliahan,
masa remaja ini dimana masih mencari jati diri dan mudah terpengaruh
lingkungan teman. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2002) menyatakan
bahwa lima sampai sepuluh persen populasi remaja merupakan anak muda yang
berisiko sangat tinggi. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dengan
mencoba hal-hal yang baru, karena masa remaja itu memiliki keinginan bebas
untuk menentukan nasib sendiri. Remaja sangat mudah untuk terpengaruh dalam
lingkungan yang buruk seperti mengkonsumsi alkohol, karena remaja masih
sangat sulit untuk mengontrol ego dan emsosi yang sedang dialami remaja. Hal
serupa juga diungkapkan oleh Farihat (2009) menjelaskan bahwa dalam masa
pencarian jati diri, remaja cenderung untuk mencoba hal baru dan rasa ingin tahu
seperti mengonsumsi narkotika dan alkohol karena untuk menghilangkan stress
dan ikut-ikutan teman, lingkungan dan lemahnya perhatian orang tua.
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dapat
diketahui bahwa alasan mengapa mengkonsumsi alkohol karena bujukan dan
ajakan teman untuk mengkonsumsi alkohol, terkadang juga karena stress
kemudian memliki rasa penasaran terhadap hal yang baru. Hal ini sesuai dengan
pendapat

Ali dan Asrori (2008) menyatakan bahwa remaja sebetulnya tidak

mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak,
melainkan juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang
dewasa, sehingga remaja cenderung mengalami ketidakstabilan emosi dan
kejiwaannya. Remaja merasa tenang dan nyaman jika keinginanya untuk
menghilangkan stress dengan mengkonsumsi alkohol dapat di terima oleh
lingkunganya seperti, dilingkungan pertemanan dan lingkungan tempat tinggal,
karena kestabilan emosi remaja belum bisa dikendalikan dengan baik memiliki
ego yang tinggi. Secara sosial, salah satu perkembangan remaja ditandai oleh
semakin berkurangnya ketergantungan kepada orang tua dan lebih memilih untuk
mengenal hal baru di dunia luar melalui interaksi dengan teman sekolah, teman
sebaya maupun pergaulan dengan masyarakat luas.



 

 

4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan , maka dapat disimpulkan
bahwa :
1.

Strategi coping merupakan penyesuaian diri yang berasal dari lingkungan
maupun dari dalam dan luar diri sendiri dengan melakukan usaha kognitif
dan behavioral, meliputi tahap perencanaan kedepanya dengan memilih
lingkungan yang baik seperti memilih teman yang berlatar belakang positif
dan kontrol diri dengan harapan yang lebih baik, dengan hidup sehat tanpa
mengkonsumsi alkohol.

2.

Faktor-faktor yang mendukung Informan keluar dari masalah mengkonsumsi
alkohol terutama dari diri sendiri, kemudian dari faktor lingkungan
pertemanan yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif agar
dapat keluar dari mengkonsumsi alkohol, dan juga dapat motifasi dari orangorang yang disayang seperti pacar, sahabat dan keluarga yang dapat
mendorong informan menjadi lebih baik dan bisa menjaga kesehatan tanpa
mengkonsumsi alkohol lagi.

3.

Bagaimana

cara

yang

dilakukan

informan

keluar

dari

masalah

mengkonsumsi alkohol terutama dari diri sendiri, kemudian dari faktor
lingkungan pertemanan yang selalu memberikan masukan-masukan yang
positif agar dapat keluar dari mengkonsumsi alkohol, dan juga dapat motifasi
dari orang-orang yang disayang seperti pacar, sahabat dan keluarga yang
dapat mendorong informan menjadi lebih baik dan bisa menjaga kesehatan
tanpa mengkonsumsi alkohol lagi.
Saran
1. Informan (remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol)
Dengan strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi
alkohol remaja akan bisa berubah kehidupanya dengan memilih teman-teman
yang baik atau berlatar belakang yang positif jauh dari alkohol, dan berniat
berubah dari diri sendiri terlebih dahulu, sehingga remaja akan memiliki masa
depan yang baik dan selalu hidup sehat.

10 

 

 

2. Penulis dan peneliti berikutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi untuk
penelitian sejenis. Peneliti selanjutnya dapat memperdalam tema penelitian yang
sama dengan kriteria proses strategi koping yang berbeda.
PERSANTUNAN
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada kelima informan yang telah
bersedia menjadi responden penelitian. Kemudian kepada dosen pembimbing dan
para dosen penguji.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & M, Asrori. (2008). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Anonim, a. (2002). Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya. Bandung : RSJP.
Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Cheng, (2001). Stres, Coping, dan Penyakit. Jakarta: Arta Karya.
Farihat, (2009), Remaja, Edisi sebelas. Jakarta: Erlangga.
Hapsari, (2007). “Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan
Kecenderungan Strategi Koping”. Jurnal Universitas Diponegoro. 3, (2)
71-83.
Hapsari, R.A. Karyani, U. dan Taufik. (2002). Perjuangan Hidup Pengungsi
Kerusuhan Etnis (Studi Kualitatif tentang Bentuk-Bentuk Perilaku Coping
pada Pengungsi di Madura). Indigenous. Surakarta: Fakultas Psikkologi
UMS.
Hawari, D. (2007). Penyalahgunaan Dan ketergantungan NAZA (Narkotika,
Alkohol, & Zat adiktif. Jakarta: Gaya Baru.
Panjaitan, R. G. P. (2003). Uji Pengaruh Alkohol Terhadap Perkembangan
Embiro Mencit Putih. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.

11 

 

 

Pramadi, A. & Lasmono, H. K. (2007). “Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, dan
Sunda”. Anima Indonesian Psychological Journal. 18, (4), 326- 340.
Rostiana. (2003). Strategi koping penderita hiv/aids. Bogor: Ghalia Indonesia.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Setyaningrum. (2004). Strategi Koping Menghadapi Kecemasan pada Pasien
Paraplegia. Skripsi tidak diterbitkan : Surakarta : Fakultas Psikologi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tanumidjojo, Y. Lestari Basoeki S., Ananta Yudiarso. (2004). Stres dan Perilaku
Coping Pada Penderita Diabetes Mellitus Tiper II. jurnal Anima
Indonesian Psychological. 19, (4). 70-78.

12