PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KULIT PISANG RAJA TERHADAP KADAR SERAT DAN DAYA TERIMA COOKIES Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Kadar Serat dan Daya Terima Cookies.

(1)

TERHADAP KADAR SERAT DAN DAYA TERIMA

COOKIES

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

DINA GATI KAHARA

J310120060

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KULIT PISANG RAJA TERHADAP KADAR SERAT DAN DAYA TERIMA COOKIES

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

DINA GATI KAHARA J 310 120 060

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

(Pramudya Kurnia, STP, M.Agr) NIK/NIDN: 959/06-1901-7801

Pembimbing II

(Endang Nur W., SST., M.Si. Med) NIDN. 717/06-2908-7401


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KULIT PISANG RAJA TERHADAP KADAR SERAT DAN DAYA TERIMA COOKIES

OLEH

DINA GATI KAHARA J 310 120 060

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 06 Desember 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Pramudya Kurnia, STP. M.Agr (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Eni Purwani, S.Si., M.Si (...) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Zulia Setiyaningrum, S.Gz., M.Gizi (...) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes


(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi atau Lembaga lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Apabila kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Surakarta, 06 Desember 2016 Penulis

DINA GATI KAHARA J 310 120 060


(5)

1

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KULIT PISANG RAJA TERHADAP KADAR SERAT DAN DAYA TERIMA COOKIES

ABSTRAK

Pendahuluan: Kulit pisang raja memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi dan dapat

diolah menjadi produk cookies. Tepung kulit pisang raja dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pensubtitusi dalam pembuatan cookies untuk meningkatkan nilai serat.Penggunaan tepung kulit

pisang raja dapat berpengaruh terhadap mutu kimia, mutu fisik dan mutu sensorik (daya terima)

cookies.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi kulit pisang raja terhadap kadar serat dan daya terima cookies.

Metode Penelitian: Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan substitusi tepung kulit pisang raja yaitu 0% (kontrol), 10%, 20% dan 30%. Kadar serat

diuji menggunakan metode Gravimetri dan daya terima cookies diuji menggunakan uji organoleptik

dengan skala hedonik tujuh tingkat. Kedua data kadar serat dan daya terima tidak homogen dan

tidak normal sehingga menggunakan uji Kruskal Wallis.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap kadar serat cookies. Ada pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap daya terima warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan cookies, ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing p=0,000; p=0,017; rasa p=0,000; p=0,017; dan p=0,000.

Kesimpulan: Kadar serat tertinggi (2,94%) terdapat pada cookies dengan substitusi 30%. Berdasarkan hasil uji daya terima, disarankan menggunakan 10% tepung kulit pisang raja.

Kata kunci: cookies, tepung kulit pisang raja, kadar serat, daya terima

ABSTRACTS

Introduction: Banana (Musa parasidiaca) peel has a high content of crude fiber and can be processed into cookies. Banana peel flour can be used as an ingredient in the making of cookies to increase fiber content. The use of banana peel flour and can affect the chemical quality, physical quality and sensory quality cookies.

Purpose: The purpose on this study was to determine effect of banana peel flour substitution fiber content and acceptability of cookies.

Methods: The design of this study was completely randomized design with 4 treatments that is banana peel flour substitution is 0% (control), 10%, 20% and 30%. Levels of fiber content were tested using the method of Gravimetry and acceptability of cookies using organoleptic test by seven levels of hedonic scale. Both data of fiber content and acceptability are not homogeneous and not normal so that Kruskal Wallis test was implemented.

Results: The results showed that there was no substitution effect on the fiber content cookies. There was a significant substitution on acceptability of color, aroma, flavor, texture and overall cookies, with significant value respectively p=0,000; p=0,017; p=0,000; p=0,017; dan p=0,000.

Conclusions: The highest fiber content (2,94%) contained in cookies with the substitution of 30%. Based on a acceptability it is recommended to use of 10% banana peel flour 10%.


(6)

2

1. PENDAHULUAN

Data Kementrian Pertanian (2014) menunjukkan bahwa volume produksi pisang di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 6,28 juta ton. Pemanfaatan buah pisang oleh masyarakat sangatlah besar sehingga menghasilkan limbah kulit pisang yang besar pula. Kulit pisang menghasilkan bobot 40% dari buahnya dan pemanfaatannya sebagai bahan makanan masih terbatas. Nilai gizi dan manfaat kulit pisang belum dipahami secara luas oleh masyarakat, karena pada umumnya kulit pisang hanya dibuang sebagai limbah organik atau digunakan sebagai pakan ternak.

Menurut Anhwange et al, (2009) kulit pisang mengandung karbohidrat sebesar 59%,

protein kasar 0,9%, lemak kasar 1,7%, serat kasar 31,7%, dan beberapa kandungan mineral di dalamnya seperti potasium 78,1%, kalsium 19,2%, besi 24,3% dan mangan 24,3%. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan kulit pisang yang mengandung serat adalah dengan

mengolahnya menjadi produk pangan seperti cookies. Menurut SNI 01-2973-2011, cookies

merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak dan gula tinggi, relatif renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Menurut Anhawange et al, (2009) komposisi pati pada kulit pisang diperkirakan mencapai 59% maka kulit pisang dapat diolah menjadi tepung. Tepung ini dapat menggantikan atau

mengurangi jumlah tepung terigu yang biasa dipakai dalam pembuatan cookies. Cookies yang

selama ini dikonsumsi masyarakat hanya mengandung zat gizi makro dan rendah serat, sehingga diharapkan dengan substitusi tepung kulit pisang dapat menambah serat serta

memperbaiki kandungan gizi cookies.

Hasil penelitian Zuhrina (2011) tentang pengaruh penambahan tepung kulit pisang raja terhadap daya terima kue donat menunjukkan bahwa pada umumnya ketiga kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja dengan konsentrasi yang berbeda tidak disukai berdasarkan warna, aroma, rasa dan tekstur kue donat. Hasil organoleptik yang tidak disukai panelis pada produk donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja adalah warna donat yang cederung kecoklatan gelap serta teksturnya yang padat dan agak keras sehingga peneliti tertarik untuk mensubstitusikan tepung kulit pisang dengan produk lain yaitu cookies yang diharapkan dapat memperbaiki daya terima produk. Dalam penelitian Sukriyadi (2010) menyatakan bahwa semua jenis kulit pisang dapat diolah menjadi tepung, namun yang terbaik adalah kulit pisang raja karena memiliki struktur serat yang lebih tebal dan memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Tepung kulit pisang raja mengandung serat kasar yang lebih tinggi dan karbohidrat yang lebih rendah daripada jenis pisang lainnya.


(7)

3

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap kadar serat dan daya terima cookies.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini kulit pisang raja, tepung terigu, gula halus, margarin, kuning telur dan garam. Kulit pisang raja diperoleh dari hasil panen pisang raja di Surakarta, Jawa Tengah. Sedangkan tepung terigu, gula halus, margarin, telur dan garam diperoleh dari supermarket di Surakarta.

2.2 Alat

Peralatan yang digunakan terbagi atas dua kelompok, yaitu alat pengolahan dan alat analisis. Alat untuk pengolahan antara lain timbangan digital analitik, baskom, mesin penggiling (grinder), ayakan 80 mesh, sieve shaker, panci kukusan, mixer, cetakan cookies, loyang, dan oven. Alat untuk analisis kadar serat antara lain timbangan digital analitik, Soxhlet, Batang pengaduk, Erlenmeyer 500 ml, Desikator, Gelas ukur 10 ml, Labu ukur 100 ml, Oven, Pendingin balik, Pinset, Pipet tetes, Spatula, Lumpang dan stamper

2.3 Pembuatan tepung kulit pisang raja

Pembuatan tepung kulit pisang raja dimodifikasi dari Yudha dkk, (2015) kulit pisang raja dicuci dan dipotong-potong kemudian dikukus. Setelah itu dilakukan pengeringan. Selanjutnya dilakukan penggilingan dan pengayakan menggunakan ayakan 80 mesh sehingga diperoleh tepung kulit pisang raja.

2.4 Pembuatan cookies tepung kulit pisang raja

Proses pembuatan cookies kulit pisang raja dimodifikasi dari Septiana (2013) yaitu bahan

ditimbang menggunakan timbangan analitik. Bahan-bahan dalam pembuatan cookies yaitu tepung kulit pisang raja, tepung terigu, gula halus, margarin, kuning telur dan garam. Kemudian bahan-bahan dicampur menggunakan mixer selama 10 menit.

Selanjutnya adonan dipanggang dengan suhu 1300C selama 35 menit.

2.5 Analisis kadar serat kasar

Analisis kadar serat kasar mengikuti prosedur Sudarmadji (2003). Sampel cookies ditimbang sebanyak 1-2 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25% panas dan direflux selama 30 menit, setelah itu ditambahkan 200 ml NaOH 3,25% dan direflux selama 30 menit. Sampel yang telah dipanaskan, kemudian disaring panas-panas dengan kertas saring yang telah diketahui


(8)

4

bobotnya. Setelah disaring, lalu sampel dicuci dengan 50 ml H2SO4 1,25% dan 15 ml alkohol 95%, kemudian endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C dan timbang sampai bobot konstan. Serat kasar dihitung dengan rumus :

Berat (ks + residu) – berat ks – berat abu

%Serat Kasar = x100%

Berat bahan

2.6 Uji daya terima

Variabel daya terima yang diuji yaitu warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan. Pengujian didasarkan pada lima skala hedonik 1-7 yaitu 1= sangat tidak suka, 2= tidak suka, 3= agak tidak suka, 4= netral, 5= agak suka, 6= suka, 7= sangat suka. Pengujian dilakukan oleh 30 oarng panelis mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kadar Serat

Serat adalah total karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang terdapat dalam bahan pangan. Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary

fiber). Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan setelah diperlakukan dengan

asam dan alkali mendidih. Serat kasar terdiri dari selulosa, gum, hemiselulosa, pektin dan lignin. Serat kasar banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-buahan. Umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0,2-0,5 bagian jumlah serat makanan (Prangdimurti, 2007).

Kecenderungan adanya pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap kadar serat disajikan pada gambar 1.


(9)

5

Berdasarkan gambar 1, diketahui bahwa hasil rata-rata kadar serat pada cookies

dengan substitusi tepung kulit pisang raja 0% memiliki kadar serat paling rendah yaitu sebesar 0,43% sedangkan kadar serat tertinggi didapat pada cookies dengan substitusi tepung kulit pisang raja 30% yaitu sebesar 2,94%. Hal ini dikarenakan semakin banyak tepung kulit pisang raja yang disubstitusikan pada pembuatan cookies maka kadar serat semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2015),

tentang substitusi tepung kulit pisang raja terhadap mutu cookies semprit, yang

menyatakan bahwa semakin tinggi substitusi tepung kulit pisang raja semakin tinggi kadar serat kasar pada cookies semprit dan cookies semprit substitusi tepung kulit pisang raja 40% memiliki kadar serat lebih tinggi apabila dibandingkan dengan substitusi tepung kulit pisang raja 20%.

Pada proses pemasakan terjadi proses katabolisme (pemecahan atau penghancuran molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih kecil) sehingga menyebabkan sebagian serat kasar bahan segar menjadi dapat dicerna atau berubah menjadi serat pangan pada produk akhir. (Astawan, 2004). Kadar serat pada cookies berasal dari bahan yang digunakan yaitu tepung terigu dan tepung kulit pisang raja. Menurut Sukriyadi (2010) tepung kulit pisang raja memiliki kandungan serat kasar sebesar 11,98% dan kadar serat kasar tepung terigu sebesar 1,9% menurut Widaningrum dkk, (2005). Kadar serat

cookies yang dihasilkan pada penelitian ini tidak memenuhi standart menurut SNI cookies

No. 2973-2011 dimana kadar serat maksimum pada biskuit adalah 0,5%.

Menurut Kusnandar (2010) suatu produk pangan dikatakan sebagai sumber serat yang baik jika pada penyajiannya mengandung 2,5 – 4,9 g. Hasil analisis kadar serat menunjukkan rata-rata kadar serat cookies yang disubstitusi dengan tepung kulit raja sebesar 30% memiliki kadar serat sebesar 2,94%, sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita penyakit degeneratif. Serat mampu menyerap air dan mengikat glukosa sehingga mengurangi ketersediaan glukosa dan mampu mencegah kenaikan glukosa darah serta menjadikannya tetap terkontrol. Serat dalam saluran pencernaan dapat mengikat garam empedu dan mengeluarkannya bersama feses sehingga dapat menurunkan sampai 5% kadar kolesterol dalam darah. Serat juga akan memberikan rasa kenyang yang lama sehingga mencegah mengkonsumsi lebih banyak makanan karena serat memiliki kemampuan untuk menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam pencernaan (Santoso, 2011).


(10)

6

3.2 Daya Terima

Hasil uji statistik menunjukan ada pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap daya terima warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan. Daya terima cookies

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Daya Terima Cookies dengan Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja

Substitusi Skor Daya Terima

Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan

0% 6,47b 6,13b 6,23b 6,27b 6,23 b 10% 5,80a 5,70a 5,27a 5,83a 5,70 a 20% 5,63a 5,63a 5,17a 5,80 a 5,50 a 30% 5,43a 5,40a 4,97a 5,63 a 5,37 a

Sign. (p) 0,000 0,017 0,000 0,017 0,000

Notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata pada ɑ: <0,05

Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima warna cookies tertinggi yaitu pada substitusi

tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,47. Sebaliknya, skor daya terima warna yang

terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30%. Cookies yang

disubstitusi dengan tepung kulit pisang berwarna kecoklatan. Warna coklat ini berasal dari komponen polifenol dan tannin yang terkandung dalam kulit pisang. Hal ini dikarenakan kulit pisang raja mudah mengalami reaksi browning enzimatik dimana enzim polyphenol oksidase bereaksi dengan senyawa fenolik yang menghasilkan zat kuinon, zat ini kemudian mengalami polimerasi oksidatif non enzimatik yang menghasilkan warna kecoklatan pada tepung kulit pisang raja (Ermawati dkk, 2016). Warna cookies juga dapat terbentuk dari proses pemanggangan dalam oven yang menghasilkan warna coklat pada permukaan

cookies akibat reaksi Maillard (Winarno, 2004).

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima aroma cookies tertinggi yaitu pada substitusi

tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,13. Sebaliknya, skor daya terima aroma yang

terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30% dengan skor

5,40. Aroma pada cookies berasal dari aroma khas kulit pisang raja. Aroma tersebut dipengaruhi oleh komponen polifeol dalam hasil ekstrak kulit pisang yang berinteraksi dengan komponen protein, lemak, dan gula dalam bahan adonan selama proses pengolahan. Komposisi lemak yang tepat pada bahan pangan akan mempengaruhi keseimbangan dari

beberapa reaksi pembentukan flavour selama pemasakan dan selanjutnya akan

mempengaruhi flavour dan aroma secara keseluruhan Ermawati dkk, (2016). Aroma pada


(11)

7

cookies yang makin tinggi dan adanya komponen protein dalam bahan penyusunnya. Reaksi

Maillard dalam makanan dapat berfungsi untuk menghasilkan flavor dan aroma (Azizah,

2012).

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima rasa cookies tertinggi yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,23, sedangkan skor daya terima rasa yang

terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30% dengan skor

4,97. Cookies yang disubstitusi tepung kulit pisang raja memiliki rasa khas kulit pisang raja yaitu sedikit sepat. Rasa sepat pada cookies ini berasal dari tepung kulit pisang raja. Kandungan tanin pada kulit pisang mentah sebesar 7,36 % dan setelah masak turun menjadi 1,99 % (Djunaidi, 2014). Senyawa tanin adalah senyawa astringent yang memiliki rasa sepat (pahit) (Ismarani, 2012).

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima tekstur cookies tertinggi yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,27, sedangkan skor daya terima tekstur yang

terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30% dengan skor

5,63. Semakin tinggi substitusi tepung kulit pisang raja, daya terima tekstur cenderung menurun, hal ini dikarenakan substitusi tepung kulit pisang raja menyebabkan tekstur

cookies menjadi agak keras. Salah satu yang mempengaruhi tekstur adalah kandungan

gluten pada bahan pembuatan cookies. Tepung kulit pisang tidak mengandung gluten yang

berperan terhadap pembentukan tekstur cookies yang baik, sedangkan tepung terigu

mengandung protein gluten. Jumlah gluten dalam adonan sedikit menyebabkan adonan kurang mampu menahan gas, sehingga pori-pori yang terbentuk dalam adonan juga kecil-kecil. Akibatnya adonan tidak mengembang dengan baik, maka setelah pembakaran selesai akan menghasilkan produk yang keras (Subandoro dkk, 2013).

Daya terima keseluruhan cookies terbaik yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 10%. Semakin besar substitusi tepung kulit pisang raja menyebabkan daya terima

terhadap keseluruhan cookies menurun. Menurunnya daya terima panelis disebabkan karena

warna pada produk yang cenderung kecoklatan. Aroma khas tepung kulit pisang raja mulai tercium dan rasa khas kulit pisang yaitu cenderung asam dan sepat yang ditimbulkan akibat

penambahan tepung kulit pisang raja serta tekstur cookies yang agak keras. Kandungan serat

pada bahan pangan mempengaruhi kekerasan suatu produk karena serat merupakan polisakarida yang berfungsi sebagai penguat tekstur. Semakin tinggi kadar serat maka akan dihasilkan produk dengan tekstur yang lebih kokoh dan kuat (Winarno, 2004). Tekstur

cookies yang agak keras dapat disebabkan karena dalam serat mengandung selulosa yang


(12)

8

dalam air dingin maupun air panas serta asam panas dan alkali panas. Pada proses pematangan, penyimpanan atau pengolahan, komponen selulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan tekstur. Riyanto (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan selulosa dan lignin dapat meningkatkan daya absorbsi terhadap air sehingga

menghasilkan produk cookies agak kurang lembut dan memiliki tingkat kekerasan yang

tinggi.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah substitusi tepung kulit pisang raja tidak

memberikan pengaruh terhadap kadar serat pada cookies. Nilai rata-rata kadar serat pada

cookies terdapat pada cookies dengan substitusi tepung kulit pisang raja 30% yaitu

2,94%. Pada uji daya terima menunjukkan bahwa adanya pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan cookies. Diantara

cookies yang disubstitusi tepung kulit pisang raja, persentase substitusi tepung kulit

pisang raja 10% lebih disukai oleh panelis dan tidak terdapat beda nyata dengan persentase substitusi 20% dan 30%.

4.2 Saran

Disarankan penggunaan substitusi tepung kulit pisang raja sebesar 10% pada

pembuatan cookies karena memiliki tingkat kesukaan tertinggi. Perlunya penelitian lebih

lanjut tentang substitusi kulit pisang yang tidak terbatas pada cookies saja karena proses

pengolahan dalam pembuatan cookies sangat berpengaruh terhadap kadar serat cookies.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., Kusnandar, F. dan Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat.

Anhwange, B., Ugye, T. & T. Nyiaatagher. 2009. Chemical Composition of Musa (banana) peels.

Electronic Journal of Environmental, Agricultural, and Food Chemistry. 8(6):[437-442].

Astawan, M dan Wresdiyati. 2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat. Surakarta: Tiga

Serangkai. BSN, 2011. SNI Mutu dan Cara Uji Biskuit (SNI 01-2973-2011). Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

Azizah, H. N. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe sebagai Bahan Pensubstitusi Daging

Sapi Terhadap Komposisi Proksimat dan Daya Terima Sosis. Skripsi. Surakarta: Universitas


(13)

9

Ermawati, W.O., Wahyuni, S., Rejeki, S. 2016. Kajian Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Raja

(Musa paradisiaca var Raja) dalam Pembuatan Es Krim. Jurnal Sains dan Teknologi

Pangan. Vol. 1 No. 1, p.67-72, Th 2016

Kusnandar, F. 2010. Kimia pangan Komponen Pangan. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Lee, E.H., Yeom, H.J., Ha, M.S dan Bae, D.H. 2010. Developent of Banana Jelly and Its

Antioxidant and Textural Properties. Food Sci. Biotechnol 19(2): 499-455

Prangdimurti., F.R Zakaria dan Palupi, N.S. 2007. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi

Pangan. Bogor : IPB

Riyanto, B dan Maya, W. Cookies Berkadar Serat Tinggi Substitusi Tepung Ampas Rumput Laut

dari Pengolahan Agar-Agar Kertas. Buletin Teknologi Hasil Pertanian. Bogor: Program

Studi Teknologi Hasil Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Santoso, A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Magistra No. 75

Th. XXIII Maret 2011.

Septiana, Riska. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Bonggol Pisang Ambon (Musa Parasidiaca)

terhadap Tingkat Kekerasan dan Daya Terima Cookies. Skripsi. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Subandoro, R.H., Basito dan Atmaka, W. 2013. Pemanfaatan Tepung Millet Kuning dan Tepung

Ubi Jalar Kuning Sebagai Subtitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Terhadap

Karakteristik Organoleptik dan Fisikokimia. Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4.

Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.

Yogyakarta.

Sukma, N. 2015. Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca lamk.)

Terhadap Mutu Cookies Semprit. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang

Sukriyadi, L. 2010. Kajian Sifat Kimia dan Sifat Organoleptik Pada Tepung Kulit Pisang Dari

Beberapa Varietas Pisang (Skripsi). Ternate: Universitas Khairun Ternate.

Widaningrum, Sri, W. Dan Soewarno, T. S. Pengayaan Tepung Kedelai pada Pembuatan Mie

Basah dengan Bahan Baku Tepung Terigu yang Disubtitusi Tepung Garut. Journal

Pascapanen, 2(1):41-48.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yudha, L. F., dan Joni, K. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Terhadap

Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus casei pada Es Krim. Malang: Universitas Brawijaya

Malang.

Zuhrina. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) terhadap


(14)

(1)

5

Berdasarkan gambar 1, diketahui bahwa hasil rata-rata kadar serat pada cookies dengan substitusi tepung kulit pisang raja 0% memiliki kadar serat paling rendah yaitu sebesar 0,43% sedangkan kadar serat tertinggi didapat pada cookies dengan substitusi tepung kulit pisang raja 30% yaitu sebesar 2,94%. Hal ini dikarenakan semakin banyak tepung kulit pisang raja yang disubstitusikan pada pembuatan cookies maka kadar serat semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2015), tentang substitusi tepung kulit pisang raja terhadap mutu cookies semprit, yang menyatakan bahwa semakin tinggi substitusi tepung kulit pisang raja semakin tinggi kadar serat kasar pada cookies semprit dan cookies semprit substitusi tepung kulit pisang raja 40% memiliki kadar serat lebih tinggi apabila dibandingkan dengan substitusi tepung kulit pisang raja 20%.

Pada proses pemasakan terjadi proses katabolisme (pemecahan atau penghancuran molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih kecil) sehingga menyebabkan sebagian serat kasar bahan segar menjadi dapat dicerna atau berubah menjadi serat pangan pada produk akhir. (Astawan, 2004). Kadar serat pada cookies berasal dari bahan yang digunakan yaitu tepung terigu dan tepung kulit pisang raja. Menurut Sukriyadi (2010) tepung kulit pisang raja memiliki kandungan serat kasar sebesar 11,98% dan kadar serat kasar tepung terigu sebesar 1,9% menurut Widaningrum dkk, (2005). Kadar serat cookies yang dihasilkan pada penelitian ini tidak memenuhi standart menurut SNI cookies No. 2973-2011 dimana kadar serat maksimum pada biskuit adalah 0,5%.

Menurut Kusnandar (2010) suatu produk pangan dikatakan sebagai sumber serat yang baik jika pada penyajiannya mengandung 2,5 – 4,9 g. Hasil analisis kadar serat menunjukkan rata-rata kadar serat cookies yang disubstitusi dengan tepung kulit raja sebesar 30% memiliki kadar serat sebesar 2,94%, sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita penyakit degeneratif. Serat mampu menyerap air dan mengikat glukosa sehingga mengurangi ketersediaan glukosa dan mampu mencegah kenaikan glukosa darah serta menjadikannya tetap terkontrol. Serat dalam saluran pencernaan dapat mengikat garam empedu dan mengeluarkannya bersama feses sehingga dapat menurunkan sampai 5% kadar kolesterol dalam darah. Serat juga akan memberikan rasa kenyang yang lama sehingga mencegah mengkonsumsi lebih banyak makanan karena serat memiliki kemampuan untuk menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam pencernaan (Santoso, 2011).


(2)

6 3.2 Daya Terima

Hasil uji statistik menunjukan ada pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap daya terima warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan. Daya terima cookies dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Daya Terima Cookies dengan Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja

Substitusi Skor Daya Terima

Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan

0% 6,47b 6,13b 6,23b 6,27b 6,23 b

10% 5,80a 5,70a 5,27a 5,83a 5,70 a

20% 5,63a 5,63a 5,17a 5,80 a 5,50 a

30% 5,43a 5,40a 4,97a 5,63 a 5,37 a

Sign. (p) 0,000 0,017 0,000 0,017 0,000

Notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata pada ɑ: <0,05 Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima warna cookies tertinggi yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,47. Sebaliknya, skor daya terima warna yang terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30%. Cookies yang disubstitusi dengan tepung kulit pisang berwarna kecoklatan. Warna coklat ini berasal dari komponen polifenol dan tannin yang terkandung dalam kulit pisang. Hal ini dikarenakan kulit pisang raja mudah mengalami reaksi browning enzimatik dimana enzim polyphenol oksidase bereaksi dengan senyawa fenolik yang menghasilkan zat kuinon, zat ini kemudian mengalami polimerasi oksidatif non enzimatik yang menghasilkan warna kecoklatan pada tepung kulit pisang raja (Ermawati dkk, 2016). Warna cookies juga dapat terbentuk dari proses pemanggangan dalam oven yang menghasilkan warna coklat pada permukaan cookies akibat reaksi Maillard (Winarno, 2004).

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima aroma cookies tertinggi yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,13. Sebaliknya, skor daya terima aroma yang terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30% dengan skor 5,40. Aroma pada cookies berasal dari aroma khas kulit pisang raja. Aroma tersebut dipengaruhi oleh komponen polifeol dalam hasil ekstrak kulit pisang yang berinteraksi dengan komponen protein, lemak, dan gula dalam bahan adonan selama proses pengolahan. Komposisi lemak yang tepat pada bahan pangan akan mempengaruhi keseimbangan dari beberapa reaksi pembentukan flavour selama pemasakan dan selanjutnya akan mempengaruhi flavour dan aroma secara keseluruhan Ermawati dkk, (2016). Aroma pada cookies juga dapat disebabkan reaksi Maillard karena kandungan karbohidrat produk


(3)

7

cookies yang makin tinggi dan adanya komponen protein dalam bahan penyusunnya. Reaksi Maillard dalam makanan dapat berfungsi untuk menghasilkan flavor dan aroma (Azizah, 2012).

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima rasa cookies tertinggi yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,23, sedangkan skor daya terima rasa yang terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30% dengan skor 4,97. Cookies yang disubstitusi tepung kulit pisang raja memiliki rasa khas kulit pisang raja yaitu sedikit sepat. Rasa sepat pada cookies ini berasal dari tepung kulit pisang raja. Kandungan tanin pada kulit pisang mentah sebesar 7,36 % dan setelah masak turun menjadi 1,99 % (Djunaidi, 2014). Senyawa tanin adalah senyawa astringent yang memiliki rasa sepat (pahit) (Ismarani, 2012).

Berdasarkan Tabel 2, skor daya terima tekstur cookies tertinggi yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 0% dengan skor 6,27, sedangkan skor daya terima tekstur yang terendah adalah cookies yang disubstitusikan dengan tepung kulit pisang 30% dengan skor 5,63. Semakin tinggi substitusi tepung kulit pisang raja, daya terima tekstur cenderung menurun, hal ini dikarenakan substitusi tepung kulit pisang raja menyebabkan tekstur cookies menjadi agak keras. Salah satu yang mempengaruhi tekstur adalah kandungan gluten pada bahan pembuatan cookies. Tepung kulit pisang tidak mengandung gluten yang berperan terhadap pembentukan tekstur cookies yang baik, sedangkan tepung terigu mengandung protein gluten. Jumlah gluten dalam adonan sedikit menyebabkan adonan kurang mampu menahan gas, sehingga pori-pori yang terbentuk dalam adonan juga kecil-kecil. Akibatnya adonan tidak mengembang dengan baik, maka setelah pembakaran selesai akan menghasilkan produk yang keras (Subandoro dkk, 2013).

Daya terima keseluruhan cookies terbaik yaitu pada substitusi tepung kulit pisang raja 10%. Semakin besar substitusi tepung kulit pisang raja menyebabkan daya terima terhadap keseluruhan cookies menurun. Menurunnya daya terima panelis disebabkan karena warna pada produk yang cenderung kecoklatan. Aroma khas tepung kulit pisang raja mulai tercium dan rasa khas kulit pisang yaitu cenderung asam dan sepat yang ditimbulkan akibat penambahan tepung kulit pisang raja serta tekstur cookies yang agak keras. Kandungan serat pada bahan pangan mempengaruhi kekerasan suatu produk karena serat merupakan polisakarida yang berfungsi sebagai penguat tekstur. Semakin tinggi kadar serat maka akan dihasilkan produk dengan tekstur yang lebih kokoh dan kuat (Winarno, 2004). Tekstur cookies yang agak keras dapat disebabkan karena dalam serat mengandung selulosa yang merupakan struktur keras dinding sel tanaman (Andarwulan dkk., 2011). Selulosa tidak larut


(4)

8

dalam air dingin maupun air panas serta asam panas dan alkali panas. Pada proses pematangan, penyimpanan atau pengolahan, komponen selulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan tekstur. Riyanto (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan selulosa dan lignin dapat meningkatkan daya absorbsi terhadap air sehingga menghasilkan produk cookies agak kurang lembut dan memiliki tingkat kekerasan yang tinggi.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah substitusi tepung kulit pisang raja tidak memberikan pengaruh terhadap kadar serat pada cookies. Nilai rata-rata kadar serat pada cookies terdapat pada cookies dengan substitusi tepung kulit pisang raja 30% yaitu 2,94%. Pada uji daya terima menunjukkan bahwa adanya pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan cookies. Diantara cookies yang disubstitusi tepung kulit pisang raja, persentase substitusi tepung kulit pisang raja 10% lebih disukai oleh panelis dan tidak terdapat beda nyata dengan persentase substitusi 20% dan 30%.

4.2 Saran

Disarankan penggunaan substitusi tepung kulit pisang raja sebesar 10% pada pembuatan cookies karena memiliki tingkat kesukaan tertinggi. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang substitusi kulit pisang yang tidak terbatas pada cookies saja karena proses pengolahan dalam pembuatan cookies sangat berpengaruh terhadap kadar serat cookies.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., Kusnandar, F. dan Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat. Anhwange, B., Ugye, T. & T. Nyiaatagher. 2009. Chemical Composition of Musa (banana) peels.

Electronic Journal of Environmental, Agricultural, and Food Chemistry. 8(6):[437-442]. Astawan, M dan Wresdiyati. 2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat. Surakarta: Tiga

Serangkai. BSN, 2011. SNI Mutu dan Cara Uji Biskuit (SNI 01-2973-2011). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Azizah, H. N. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap Komposisi Proksimat dan Daya Terima Sosis. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta


(5)

9

Ermawati, W.O., Wahyuni, S., Rejeki, S. 2016. Kajian Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var Raja) dalam Pembuatan Es Krim. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan. Vol. 1 No. 1, p.67-72, Th 2016

Kusnandar, F. 2010. Kimia pangan Komponen Pangan. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Lee, E.H., Yeom, H.J., Ha, M.S dan Bae, D.H. 2010. Developent of Banana Jelly and Its Antioxidant and Textural Properties. Food Sci. Biotechnol 19(2): 499-455

Prangdimurti., F.R Zakaria dan Palupi, N.S. 2007. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi Pangan. Bogor : IPB

Riyanto, B dan Maya, W. Cookies Berkadar Serat Tinggi Substitusi Tepung Ampas Rumput Laut dari Pengolahan Agar-Agar Kertas. Buletin Teknologi Hasil Pertanian. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Santoso, A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011.

Septiana, Riska. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Bonggol Pisang Ambon (Musa Parasidiaca) terhadap Tingkat Kekerasan dan Daya Terima Cookies. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Subandoro, R.H., Basito dan Atmaka, W. 2013. Pemanfaatan Tepung Millet Kuning dan Tepung Ubi Jalar Kuning Sebagai Subtitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Terhadap Karakteristik Organoleptik dan Fisikokimia. Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4.

Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Sukma, N. 2015. Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca lamk.) Terhadap Mutu Cookies Semprit. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang

Sukriyadi, L. 2010. Kajian Sifat Kimia dan Sifat Organoleptik Pada Tepung Kulit Pisang Dari Beberapa Varietas Pisang (Skripsi). Ternate: Universitas Khairun Ternate.

Widaningrum, Sri, W. Dan Soewarno, T. S. Pengayaan Tepung Kedelai pada Pembuatan Mie Basah dengan Bahan Baku Tepung Terigu yang Disubtitusi Tepung Garut. Journal Pascapanen, 2(1):41-48.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yudha, L. F., dan Joni, K. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus casei pada Es Krim. Malang: Universitas Brawijaya Malang.

Zuhrina. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) terhadap Daya Terima Kue Donat. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Tepung Kulit Pisang Raja Hasil Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Karkas dan Organ Dalam Itik Peking Umur Delapan Minggu

2 47 61

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KULIT PISANG RAJA TERHADAP KADAR SERAT DAN DAYA TERIMA COOKIES Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Kadar Serat dan Daya Terima Cookies.

2 16 17

PENDAHULUAN Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Kadar Serat dan Daya Terima Cookies.

0 6 6

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Kadar Serat dan Daya Terima Cookies.

0 20 4

KADAR BETA KAROTEN DAN DAYA TERIMA COOKIES GARUT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING Kadar Beta Karoten dan Daya Terima Cookies Garut dengan Substitusi Tepung Labu Kuning.

1 7 15

KADAR BETA KAROTEN DAN DAYA TERIMA COOKIES GARUT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING Kadar Beta Karoten dan Daya Terima Cookies Garut dengan Substitusi Tepung Labu Kuning.

0 2 18

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BONGGOL PISANG TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA DONAT Pengaruh Substitusi Tepung Bonggol Pisang Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima Donat.

0 3 14

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SINGKONG TERFERMENTASI DAN TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP KADAR PROTEIN, KADAR SERAT, DAN DAYA Pengaruh Substitusi Tepung Singkong Terfermentasi Dan Tepung Kacang Merah Terhadap Kadar Protein, Kadar Serat, Dan Daya Terima Cake.

0 14 11

PENDAHULUAN Pengaruh Substitusi Tepung Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca ) Terhadap Tingkat Kekerasan Dan Daya Terima Cookies.

0 1 4

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BONGGOL PISANGAMBON(Musa Pengaruh Substitusi Tepung Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca ) Terhadap Tingkat Kekerasan Dan Daya Terima Cookies.

0 1 13