Kajian Jenis Kemasan Kaku Terhadap Mutu Buah Mentimun Segar (Cucumis sativus L.) Dalam Simulasi Transportasi Darat

KAJIAN JENIS KEMASAN KAKU TERHADAP MUTU BUAH
MENTIMUN SEGAR (Cucumis sativus L.) DALAM SIMULASI
TRANSPORTASI DARAT

GINA LUPITA HUTAGAOL

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Jenis Kemasan
Kaku Terhadap Mutu Buah Mentimun Segar (Cucumis sativus L.) Dalam
Simulasi Transportasi Darat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013

Gina Lupita Hutagaol
NIM F14090066

ABSTRAK
GINA LUPITA HUTAGAOL. Kajian Jenis Kemasan Kaku Terhadap Mutu Buah
Mentimun Segar (Cucumis sativus L.) Dalam Simulasi Transportasi Darat.
Dibimbing oleh USMAN AHMAD.
Buah mentimun dapat mengalami kerusakan dalam transportasi karena
penanganan yang kasar, penumpukan kemasan yang berlebihan dan kapasitas tiap
kemasan lebih dari 30 kg. Hal ini menyebabkan mentimun sering mengalami
kerusakan fisik seperti memar, patah, gores dan retak akibat beban yang berlebih
serta benturan antar mentimun maupun antara mentimun dengan kemasan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jumlah kerusakan mekanis dan
menentukan pengaruh tiga jenis kemasan terhadap mutu buah mentimun setelah
simulasi transportasi darat serta menentukan kemasan terbaik untuk pengangkutan
mentimun dari ketiga jenis kemasan yang digunakan. Pada penelitian ini kemasan

yang digunakan adalah plastik polietilen (kontrol), plastik polietilen + keranjang
plastik (PEKP), plastik polietilen + karton gelombang (PEKG), dan lama simulasi
adalah 2 jam dan 3 jam. Jumlah kerusakan mekanis paling besar dialami oleh
buah mentimun yang dikemas menggunakan plastik polietilen yaitu sebesar
53.96% dan 59.57% untuk lama simulasi 2 jam dan 3 jam. Jenis kemasan dan
lama simulasi berpengaruh nyata terhadap susut bobot, kadar air, dan kekerasan.
Berdasarkan uji pembobotan dan uji statistik kemasan yang terbaik untuk
transportasi mentimun adalah plastik polietilen + karton gelombang (PEKG).
Kata kunci: jenis kemasan, mentimun, simulasi transportasi darat

ABSTRACT
GINA LUPITA HUTAGAOL. Study on Types of Rigid Packaging on Quality of
Fresh Cucumber (Cucumis sativus L.) in Land Transportation Simulation.
Supervised by USMAN AHMAD.
Cucumber could suffered damage in transportation due to rough handling,
over stacking of packaging and excessive capacity in packaging. These cause the
cucumbers often experience physical damage such as bruises, broken, scratch and
crack due to the excess burden as well as a clash between cucumber and cucumber
with packaging material. The purpose of this research is to analyze the number of
mechanical damage and determine the influence of three types packaging on

quality parameters of cucumber after land simulated transportation as well as
determining the best packaging for transportation of cucumber from three types
packaging that the use. In this research packaging used were polyethylene plastic
(control), polyethylene plastic + crates (PEKP), polyethylene plastic + cardboard
(PEKG), and duration for simulated were 2 hours and 3 hours. The highest
mechanical damage was found on the packaging polyethylene plastic of 53.96%
and 59.57% for 2 hours and 3 hours simulated. The type of packaging and
duration of simulation significantly contributed to weights loss, moisture content,
and firmness. Based on the weighting test and analysis of statistical, the best
packaging for cucumber transportation was polyethylene plastic + cardboard
(PEKG).
Keywords: cucumber, land transportation simulation, packaging

KAJIAN JENIS KEMASAN KAKU TERHADAP MUTU BUAH
MENTIMUN SEGAR (Cucumis sativus L.) DALAM SIMULASI
TRANSPORTASI DARAT

GINA LUPITA HUTAGAOL

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Kajian Jenis Kemasan Kaku Terhadap Mutu Buah Mentimun Segar
(Cucumis sativus L.) Dalam Simulasi Transportasi Darat
:
Gina
Lupita Hutagaol
Nama
NIM
: F14090066


Disetujui oleh

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: '()

5 DE.C 2013

Judul Skripsi : Kajian Jenis Kemasan Kaku Terhadap Mutu Buah Mentimun Segar
(Cucumis sativus L.) Dalam Simulasi Transportasi Darat
Nama
: Gina Lupita Hutagaol
NIM
: F14090066

Disetujui oleh

Dr. Ir. Usman Ahmad, MAgr
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Kajian Jenis
Kemasan Kaku Terhadap Mutu Buah Mentimun (Cucumis sativus L.) Dalam
Simulasi Transportasi Darat”. Penelitian dilakukan dari bulan Juli hingga
September 2013 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian
(TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Usman Ahmad, MAgr selaku
dosen pembimbing atas bimbingan, masukan dan arahannya selama penelitian
hingga penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir.
M. Solahudin, MSi dan Dr. Ir. Sri Mudiastuti, MEng selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan demi terselesaikannya perbaikan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sulyaden dan Mbak
Sugih yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan menyediakan fasilitas
selama penelitian. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada bapak, mama,
abang (Andriyan) dan adek (Androfov) atas dukungan moril, materil serta doa dan
kasih sayang yang luar biasa. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 46 khususnya
(Kemoceng) Kristen, Raisa, Eti, Citta, Tiara, Selvi, Gina A, Jeni, Vina, Riris,
Awanis, Dian, Rahma, Lisa, Aiya, Stevy, teman-teman PMK, Kopral 46 atas
dukungan dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

Gina Lupita Hutagaol

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Penelitian

3


Prosedur Analisis Data

5

Rancangan Percobaan

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Kesetaraan Simulasi

9

Kerusakan Mekanis

9


Susut Bobot

10

Kadar Air

11

Kekerasan

12

Total Padatan Terlarut

13

Warna

14

Pemilihan Kemasan

16

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL
1 Indeks sifat berbobot pada tiga jenis kemasan dan lama simulasi
transportasi
2 Data pengukuran guncangan truk pada berbagai keadaan jalan
3 Pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis buah mentimun
4 Pengaruh lama simulasi terhadap kerusakan mekanis buah mentimun
5 Pengaruh jenis kemasan terhadap susut bobot buah mentimun
6 Pengaruh lama simulasi terhadap susut bobot buah mentimun
7 Pengaruh interaksi kemasan dan lama simulasi terhadap susut bobot
8 Pengaruh jenis kemasan terhadap kadar air buah mentimun
9 Pengaruh lama simulasi terhadap kadar air buah mentimun
10 Pengaruh jenis kemasan terhadap kekerasan buah mentimun
11 Pengaruh lama simulasi terhadap kekerasan buah mentimun
12 Pengaruh jenis kemasan terhadap total padatan terlarut buah mentimun
13 Pengaruh lama simulasi terhadap total padatan terlarut buah mentimun
14 Pengaruh jenis kemasan terhadap nilai warna L buah mentimun
15 Pengaruh lama simulasi terhadap nilai warna L buah mentimun
16 Pengaruh jenis kemasan terhadap nilai warna a buah mentimun
17 Pengaruh lama simulasi terhadap nilai warna a buah mentimun
18 Pengaruh jenis kemasan terhadap nilai warna b buah mentimun
19 Pengaruh lama simulasi terhadap nilai warna b buah mentimun
20 Digital logic
21 Nilai penurunan mutu fisik mentimun setelah simulasi transportasi
selama 2 jam
22 Nilai penurunan mutu fisik mentimun setelah simulasi transportasi
selama 3 jam
23 Sifat berkala dan indeks sifat berbobot setelah simulasi transportasi
selama 2 jam
24 Sifat berkala dan indeks sifat berbobot setelah simulasi transportasi
selama 3 jam
25 Kerusakan mekanis buah mentimun
26 Persentase kerusakan mekanis buah mentimun
27 Susut bobot buah mentimun
28 Kekerasan buah mentimun
29 Total padatan terlarut buah mentimun
30 Warna buah mentimun
31 Kadar air buah mentimun

16
19
21
21
21
22
22
22
22
23
23
23
23
24
24
24
24
25
25
26
26
26
27
27
28
29
29
30
31
33
37

DAFTAR GAMBAR
1 Mentimun yang diperoleh dari petani
2a Mentimun dalam kemasan plastik polietilen
2b Mentimun dalam kemasan plastik polietilen yang dikombinasikan
dengan karton gelombang
2c Mentimun dalam kemasan plastik polietilen yang dikombinasikan
dengan keranjang plastik
3 Simulasi transportasi buah mentimun
4 Diagram alir proses penelitian simulasi trasnportasi mentimun

3
4
4
4
4
5

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
5a Luka memar
5b Luka gores
5c Luka retak
6 Grafik tingkat kerusakan mekanis buah mentimun
7 Grafik persentase susut bobot buah mentimun
8 Grafik kadar air buah mentimun
9 Grafik kekerasan buah mentimun
10 Grafik total padatan terlarut buah mentimun
11 Grafik nilai perubahan warna L buah mentimun
12 Grafik nilai perubahan warna a buah mentimun
13 Grafik nilai perubahan warna a buah mentimun

9
9
9
10
11
12
13
14
15
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Konversi angkutan truk berdasarkan data lembaga uji konstruksi BPPT
1986
2 Analisis sidik ragam kerusakan mekanis buah mentimun
3 Analisis sidik ragam susut bobot buah mentimun
4 Analisis sidik ragam kadar air buah mentimun
5 Analisis sidik ragam kekerasan buah mentimun
6 Analisis sidik ragam total padatan terlarut buah mentimun
7 Analisis sidik ragam nilai warna L buah mentimun
8 Analisis sidik ragam nilai warna a buah mentimun
9 Analisis sidik ragam nilai warna b buah mentimun
10 Metode pembobotan menggunakan tabel digital logic, sifat berkala dan
indeks sifat berbobot
11 Data pengamatan kerusakan mekanis buah mentimun
12 Persentase kerusakan mekanis buah mentimun
13 Data pengukuran susut bobot buah mentimun
14 Data pengukuran kekerasan buah mentimun
15 Data pengukuran total padatan terlarut buah mentimun
16 Data pengukuran warna buah mentimun
17 Data pengukuran kadar air buah mentimun

19
21
21
22
23
23
24
24
25
26
28
29
29
30
31
33
37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil komoditas hortikultura yang potensial.
Bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun serta membaiknya tingkat
pendapatan masyarakat dapat mengakibatkan permintaan akan buah-buahan dan
sayur-sayuran meningkat di masa mendatang (Kusumah 2007).
Mentimun adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir
setiap negara dan banyak dikonsumsi segar. Mentimun juga sangat berkhasiat
untuk kesehatan, dapat dibuat minuman dalam bentuk jus. Mentimum kaya akan
sumber mineral, vitamin dan harganya terjangkau oleh semua kalangan. Oleh
karena itu permintaan akan buah mentimun semakin meningkat (Suherman 2011).
Produktivitas buah mentimun di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012
adalah 540,122 ton, 583,641 ton, 547,141 ton, 521,535 ton, 509,291 ton. Dengan
persentasi pertumbuhan -2.35% (2011–2012) (Kementan 2013).
Peningkatan jumlah permintaan komoditas buah dan sayuran tidak hanya
perlu memperhatikan kuantitasnya saja, akan tetapi juga dengan memperhatikan
kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan setiap segmen
konsumen. Namun kondisi di lapangan masih jauh dari ideal yaitu penanganan
kasar, penumpukan kemasan yang berlebihan dan kapasitas tiap kemasan lebih
dari 30 kg sehingga kerusakan mekanis selama transportasi darat menjadi
meningkat.
Berdasarkan sifat kelenturannya, jenis kemasan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Kemasan fleksibel adalah
kemasan yang hanya berfungsi untuk membungkus produk demi kemudahan
penanganan selanjutnya, dan tidak dimaksudkan untuk melindungi produk dari
kerusakan mekanis akibat gaya tekan dari luar yang mengenai produk dalam
kemasan. Contoh-contoh kemasan fleksibel misalnya karung jala, kantong plastik,
atau karung goni yang biasa digunakan untuk mengemas kentang atau bawang
merah, cabai merah dan kubis. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat
menahan gaya tekan sehingga dapat melindungi produk yang dikemas dari gaya
tekan yang timbul selama penangganan, terutama penangganan yang kasar.
Contoh kemasan kaku misalnya keranjang anyaman bambu atau rotan, peti kayu,
kotak karton dan keranjang plastik (krat) (Ahmad 2013).
Berdasarkan fungsinya dan ada atau tidak kontak langsung dengan produk,
kemasan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kemasan primer dan kemasan
sekunder. Kemasan primer umumnya digunakan sebagai kemasan eceran, dan
biasanya dari jenis kemasan fleksibel karena tujuan utamanya adalah memperbaiki
penampilan produk hortikultura dan memperlihatkannya kepada konsumen, serta
mempermudah penanganan dalam kegiatan pemasaran (Ahmad 2013).
Kemasan primer atau yang dikenal juga kemasan eceran adalah kemasan
untuk konsumen, yang akan dikemas lagi dalam keranjang atau kotak karton
ketika akan didistribusikan. Kemasan primer tidak dapat melindungi produk
hortikultura dari kerusakan mekanis yang dapat terjadi selama pengangkutan,
karena memang bukan dirancang untuk tujuan tersebut, melainkan untuk
kemudahan pemasaran dan pembagian dalam unit-unit yang lebih kecil. Untuk

2
melindungi produk dari kerusakan mekanis yang mungkin selama pengangkutan
dan penanganan lainnya, digunakan kemasan sekunder. Kemasan sekunder
umumnya berukuran lebih besar dan digunakan untuk mengemas produk yang
telah dikemas dalam kemasan primer, menjadi satuan yang lebih besar. Namun
tidak jarang kemasan sekunder digunakan untuk mengemas produk secara curah,
terutama untuk produk hortikultura yang akan dijual tanpa kemasan primer seperti
jeruk, mangga, dan lain-lain (Ahmad 2013).
Produk mentimun yang telah dikemas selanjutnya dikirim dari sentra-sentra
produksi (Garut dan Indramayu) ke tempat pemasaran (Pasar Induk Kramat Jati).
Pengangkutan biasanya dilakukan menggunakan kendaraan pick up (mobil bak),
truk dan kereta api. Setiap resiko transportasi bergantung pada karakteristik
kemasan dimana jenis dan tebal kemasan akan menentukan daya redam kemasan.
Kemasan dengan ketebalan tinggi akan memiliki daya redam yang tinggi pula
namun tidak selalu harus mengenakan kemasan daya redam yang tinggi sebab
tidak semua produk hortikultura memerlukan daya redam yang tinggi, tergantung
dari jenis produk hortikultura tersebut.
Kesalahan pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan dalam transportasi
mentimun dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu
mentimun. Sementara itu konsumen menginginkan buah yang dibeli dalam
keadaan segar dan tidak rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai pemilihan jenis kemasan dan cara pengemasan mentimun dalam
kemasan yang tepat untuk mengurangi kerusakan mentimun selama proses
transportasi. Dengan demikian mutu mentimun dapat dipertahankan dari
kerusakan yang berlebihan selama transportasi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis jumlah kerusakan mekanis buah mentimun pada tiga jenis
kemasan setelah simulasi transportasi darat.
2. Menentukan pengaruh kemasan primer terhadap perubahan mutu buah
mentimun (susut bobot, kekerasan, warna, kadar air dan total padatan terlarut)
setelah simulasi transportasi darat.
3. Menentukan jenis kemasan terbaik untuk pengangkutan buah mentimun dari
ketiga jenis kemasan yang digunakan.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan
Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian pada
bulan Juli hingga Oktober 2013.

33
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah mentimun lokal
yang berasal dari petani di Dramaga dengan umur petik 36-40 hari setelah tanam.
Bahan lain yang digunakan adalah plastik polietilen kapasitas 15 kg, keranjang
plastik ukuran 45 cm x 35 cm x 15 cm dan karton gelombang ukuran 45 cm x 35
cm x 15 cm.
Alat
Peralatan yang digunakan terdiri atas meja simulator, refraktometer Atago,
timbangan digital Camry, rheometer CR 500-DX, chromameter Minolta CR-400,
stopwatch, peralatan analisis kadar air meliputi cawan alumunium, oven,
timbangan analitik dan desikator.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Mentimun
Mentimun yang telah diperoleh dari kebun, ketika tiba di Laboratorium
TPPHP, mentimun dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air dan disortasi
berdasarkan ukuran (panjang 15-20 cm). Mentimun yang dipilih adalah mentimun
yang tidak memiliki kerusakan atau cacat. Setelah itu akan diambil beberapa
sampel mentimun untuk diukur kekerasan, total padatan terlarut, warna dan kadar
air sebagai data awal.

Gambar 1 Mentimun yang diperoleh dari petani
Pengemasan Mentimun
Pengemasan mentimun dilakukan dengan tiga perlakuan, untuk perlakuan
pertama mentimun dikemas kedalam plastik polietilen sebagai kemasan primer
dengan berat 15 kg (Gambar 2a), perlakuan kedua mentimun yang telah dikemas
kedalam plastik polietilen dengan berat 15 kg lalu dimasukkan kedalam karton
gelombang (Gambar 2b), perlakuan ketiga mentimun dikemas dengan plastik
polietilen dengan berat 15 kg lalu dimasukkan ke dalam keranjang plastik
(Gambar 2c). Kemasan-kemasan diletakkan di atas meja simulator dengan 2
tumpukan tiap jenis kemasan. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan posisi
penyusunan selama transportasi pada keadaan yang sebenarnya.

4

(2a)
(2b)
(2c)
Gambar 2 Pengemasan buah mentimun dalam plastik polietilen (2a), mentimun
dalam plastik polietilen yang dikombinasikan dengan karton
gelombang (2b), mentimun dalam plastik polietilen yang
dikombinasikan dengan keranjang plastik (2c)
Simulasi Transportasi
Simulasi transportasi dilakukan dengan menggunakan meja simulator yang
guncangan dominan adalah guncangan pada arah vertikal (Gambar 3). Simulasi
dilakukan dengan amplitudo 3.0 cm dan frekuensi 3.42 Hz selama 2 jam dan 3
jam. Simulasi transportasi dilakukan dalam ruangan bersuhu 300C dan RH 6065%.

Gambar 3 Simulasi transportasi mentimun
Pengambilan Data
Setelah simulasi transportasi dilakukan kemudian dihitung jumlah kerusakan
mekanis pada setiap kemasan untuk mengetahui jumlah dan persentase mentimun
yang mengalami kerusakan akibat simulasi transportasi. Selain itu, dari setiap
kemasan diambil sampel masing-masing sebanyak 2 buah dari bagian atas, tengah
dan bawah dari kemasan, kemudian dilakukan pengamatan terhadap susut bobot,
kekerasan, total padatan terlarut, kadar air dan warna.

53
Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Mentimun dipetik dari kebun dengan umur panen 36-40 hari

Pembersihan dan Penyortiran
mentimun
Pengamatan awal sebelum simulasi terhadap bobot awal, uji
kekerasan, uji warna, uji total padatan terlarut dan kadar air





Pengemasan
Plastik polietilen (Kontrol)
Plastik polietilen dengan Karton Gelombang (PEKG)
Plastik polietilen dengan Keranjang Plastik (PEKP)

Peletakkan di atas meja simulator dan simulasi di atas meja simulator
(f = 3.42 Hz dan A = 3.0 cm selama 2 jam dan 3 jam)




Pengamatan Kerusakan Mekanis
Pengukuran Susut Bobot dan Kadar Air
Pengujian Warna, Kekerasan dan TPT
Analisis:
Pengaruh perlakuan dengan analisis sidik ragam
(ANOVA) dan uji lanjut DMRT.

Gambar 4 Diagram alir proses penelitian simulasi transportasi mentimun
Prosedur Analisis Data
Tingkat Kerusakan Mekanis
Pengamatan tingkat kerusakan mekanis mentimun dilakukan setelah
dibiarkan selama 4 hari dalam suhu ruang (270C) karena kerusakan mekanis yang
sebelumnya tidak terlihat setelah simulasi transportasi menjadi terlihat jelas
dengan cara melihat kerusakan seperti luka memar, gores, retak dan pecah dari
masing-masing kemasan. Uji ini dilakukan secara visual. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung persentase kerusakan mekanis adalah:
% Rusak =

100%.................................................(1)

6
Klasifikasi kerusakan pada mentimun sebagai berikut:
1. Luka memar, terjadi akibat adanya benturan antara produk dengan dinding alat
pengemasan atau tekanan sesama produk. Tanda luka memar dicirikan dengan
buah terlihat lebam pada bagian yang mengalami luka sehingga kulit terlihat
gelap dari warna awal.
2. Luka gores, terjadi akibat adanya gesekan antara produk dengan kemasan atau
gesekan sesama produk. Tanda luka gores dicirikan dengan adanya luka yang
cukup dalam, biasanya memanjang.
3. Luka pecah, terjadi akibat tekanan yang terjadi dari arah vertikal maupun dari
arah horizontal produk, selain itu juga dapat diakibatkan karena guncangan
selama proses pengangkutan. Luka pecah dicirikan dengan buah mentimun
hancur (kondisi luka paling parah) di bagian yang luka.
4. Luka retak, terjadi akibat tekanan yang terjadi dari arah vertikal dan arah
horizontal. Lukanya tidak separah luka pecah, bisa juga disebabkan karena
goresan yang cukup dalam. Dicirikan dengan luka yang memanjang yang
menyebabkan buah mentimun terlihat seperti terbelah.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan diukur setelah simulasi transportasi menggunakan rheometer
CR 500-DX berdasarkan tingkat ketahanan mentimun terhadap jarum penusuk
(plunger) dari rheometer. Rheometer diset dengan mode 20, beban maksimum 10
kg, diameter jarum penusuk sebesar 5 mm, P/t Press sebesar 30 mm/menit. Uji
kekerasan dilakukan pada tiga titik yang berbeda, yaitu: bagian pangkal, bagian
tengah dan bagian ujung. Satuan untuk tingkat kekerasan bahan adalah
Megapascal (MPa).
Susut Bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan setelah simulasi transportasi menggunakan
timbangan digital Camry. Penurunan bobot dilakukan berdasarkan persentase
penurunan berat bahan sejak sebelum sampai dengan setelah simulasi transportasi.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah sebagai berikut :
Susut bobot (%) =
x 100 %...............................................................(2)
Keterangan
W0 = Bobot awal bahan (kilogram)
Wa = Bobot akhir bahan (kilogram)
Total Padatan Terlarut
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan setelah simulasi transportasi
menggunakan refractometer Atago. Buah mentimun dihancurkan kemudian
dilakukan pengukuran total padatan terlarut dengan meletakkan cairan mentimun
yang telah dihancurkan pada prisma refractometer. Sebelum dan sesudah
pembacaan prisma refraktormeter dibersihkan dengan aquades dan tissue. Angka
yang tertera pada refractometer menunjukkan kadar total padatan terlarut (ºBrix).
Kadar Air
Pengukuran kadar air dilakukan setelah simulasi transportasi dengan Metode
Oven. Ditimbang mentimun sebanyak 5 gram dalam aluminium foil yang telah

73
diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
105oC selam 4 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu
ditimbang. Selanjutnya dipanaskan lagi di dalam oven selama 30 menit, lalu
didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai
diperoleh berat yang konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar air (%) =

..............................................(3)

Uji Warna
Intensitas warna diukur setelah simulasi transportasi dengan menggunakan
chromameter Minolta CR-400. Pada chromameter ini digunakan sistem L, a, b.
Nilai L menyatakan kecerahan (cahaya pantul yang menghasilkan warna
akromatik putih, abu-abu, dan hitam), bernilai 0 untuk warna hitam dan bernilai
100 untuk warna putih. Nilai L yang semakin besar menunjukkan irisan produk
semakin rusak karena warnanya semakin pucat. Nilai a menyatakan warna
akromatik merah hijau, bernilai a positif berkisar antara 0 sampai 100 untuk
warna merah dan bernilai a negatif berkisar antara 0 sampai (-80) untuk warna
hijau. Nilai a yang semakin besar menunjukkan irisan produk semakin mendekati
kebusukan. Nilai b positif berkisar antara 0 sampai +70 yang menyatakan
intensitas warna kuning sedangkan nilai b negatif yang menyatakan intensitas
warna biru berkisar antara 0 sampai -80. Pengujian akan dilakukan dengan
menempelkan sensor pada produk dan menembakkan sinar pada tiga bagian yang
berbeda.
Pemilihan Kemasan
Pemilihan kemasan yang paling baik dalam pengemasan buah mentimun
dilakukan dengan menggunakan tabel digital logic untuk menentukan positif
decision dan faktor pembobot. Setiap parameter akan dibandingkan terhadap
parameter lainnya. Misalnya, parameter a dibandingkan dengan parameter b, jika
parameter a lebih berpengaruh (nilai yang diinginkan rendah) terhadap penurunan
mutu fisik maka diberi nilai 1, sedangkan b diberi nilai 0.
Penentuan sifat berkala () dilakukan setelah didapatkan nilai faktor
pembobot untuk masing-masing parameter dengan rumus dibawah ini.

=

Untuk nilai dari perubahan yang diharapkan tinggi.......................(4)

=

Untuk nilai dari perubahan yang diharapkan rendah.....................(5)

Keterangan
 : sifat berskala
Ns : nilai numerik sifat
B : nilai terbesar yang dipertimbangkan
K : nilai terkecil yang dipertimbangkan
Rumus yang digunakan adalah rumus untuk nilai dari perubahan yang
diharapkan rendah, dikarenakan nilai parameter penurunan mutu fisik buah

8
mentimun diharapkan rendah. Jika penurunan mutu fisik buah mentimun rendah
berarti kualitas dari buah mentimun masih baik tidak jauh berbeda ketika sebelum
disimulasikan.
Indeks sifat berbobot () diperlukan untuk pemilihan kemasan yang paling
baik dengan memilih nilai terbesar dari hasil perhitungan. Perhitungan
menentukan indeks sifat berbobot menggunakan rumus dibawah ini.
 = ∑ i wi..................................................(6)
Keterangan
 : indeks sifat berbobot
i : nilai sifat berskala parameter i
wi : nilai hasil perbandingan parameter pada masing-masing kemasan
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
K. Jenis kemasan yang digunakan
K1 = Plastik Polietilen dan Karton gelombang (PEKG)
K2 = Plastik Polietilen dan Keranjang plastik (PEKP)
K3 = Plastik Polietilen (Kontrol)
T. Lama simulasi
T1 = 2 jam
T2 = 3 jam
Model umum rancangan percobaan ini adalah:
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ɛ ij………………………….....................(7)
Dimana:
Yijk = Pengamatan pada perlakuan A ke-i dan B ke-j
μ = Nilai rata – rata harapan
Ai = Perlakuan A ke-i
Bj = Perlakuan B ke-i
(AB)ij = Interaksi A ke-i dan B ke-j
Cijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan A ke-i, B ke-j pada ulangan ke-k
i = 1, 2, 3 (jenis kemasan)
j = 1, 2 (lama simulasi)
k = 1, 2, 3 (ulangan)
Uji statistik diawali dengan analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui
pengaruh dan interaksi perlakuan, serta dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) sebagai penentu beda taraf nyata 5% dari hasil perhitungan
dengan menggunakan statistical analysis software (SAS). Acuan dalam analisis
ragam untuk dapat dilanjutkan ke uji DMRT apabila :
1. Jika P-value ≥ 5 % maka tidak signifikan / tidak berpengaruh.
2. Jika P-value ≤ 5% maka signifikan / berpengaruh.

93

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesetaraan Simulasi
Simulasi transportasi digunakan untuk memperoleh gambaran data yang
menggambarkan penurunan mutu fisik mentimun setelah transportasi. Hasil
konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi berdasarkan angkutan truk
selama 1 jam dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja simulator dapat
dihitung dengan persamaan yang terdapat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh bahwa selama simulasi terjadi getaran secara vertikal
dengan frekuensi 3.42 Hz dan amplitudo 3.0 cm selama 2 jam dan 3 jam yang
setara dengan perjalanan sejauh 207 km (Garut – Kramat Jati) dan 310 km
(Indramayu – Kramat Jati). Dalam perhitungan nilai dari frekuensi, amplitudo dan
lama simulasi sangat menentukan terhadap jarak yang ditempuh oleh angkutan
pada keadaan yang sebenarnya.
Kerusakan Mekanis
Penurunan mutu fisik mentimun dikelompokkan menjadi luka memar, gores,
retak dan pecah. Penampakan kerusakan luka pada buah mentimun dapat dilihat
pada Gambar 5. Dari Gambar 6 terlihat kerusakan mekanis mentimun terbesar
dialami oleh buah mentimun yang dikemas dengan menggunakan plastik
polietilen yaitu sebesar 53.96% dan 59.57% untuk lama simulasi 2 jam dan 3 jam.
Pada kemasan plastik polietilen, mentimun mengalami benturan antar buah dan
kemasan itu sendiri. Selain itu, plastik polietilen tidak dapat meredam guncangan
dan tidak dapat bertahan dari gaya tekan dalam tumpukan.

(5a)
(5b)
(5c)
Gambar 5 Kerusakan mekanis buah mentimun luka memar (5a), luka gores (5b),
luka retak (5c)

10

Kerusakan Mekanis (%)

70
60

59.57
53.96

50
38.26

40
30

32.34
25.73

22.09

20
10
0
2 jam
Kontrol

PEKG

3 jam
PEKP

Gambar 6 Tingkat kerusakan mekanis buah mentimun
Buah mentimun dalam kemasan akan mengalami guncangan selama simulasi
transportasi. Guncangan tersebut menyebabkan buah mentimun bergeser dan
bergerak sehingga buah mentimun akan mengalami pembebanan baik berupa
tekanan, benturan atau gesekan sesama mentimun atau buah mentimun dengan
kemasan. Kerusakan mekanis akibat guncangan selama pengangkutan, secara
ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah yang
harus dibuang sehingga menurunkan jumlah yang dapat dijual.
Pada analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT (Lampiran 2) terlihat bahwa
jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis buah mentimun.
Lama simulasi dan interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
kerusakan mekanis buah mentimun. Dapat diartikan, perbedaan penggunaan jenis
kemasan selama transportasi berpengaruh terhadap tingkat kerusakan mekanis
pada buah mentimun, sedangkan lama simulasi tidak berpengaruh. Penggunaan
jenis kemasan kaku dapat meredam guncangan sehingga kerusakan mekanis yang
terjadi lebih rendah dibandingkan dengan kemasan fleksibel. Perbedaan lama
simulasi tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat
kerusakan mekanis.
Susut Bobot
Kerusakan mekanis mempengaruhi susut bobot, karena buah mentimun yang
mengalami kerusakan mekanis tersebut akan kehilangan air dan proses penguapan
lebih cepat terjadi. Berdasarkan hasil pengamatan susut bobot terbesar dialami
oleh buah mentimun yang dikemas dengan menggunakan plastik polietilen untuk
lama simulasi selama 2 jam dan 3 jam yaitu sebesar 2.88% dan 3.23%. Sedangkan
susut bobot untuk buah mentimun yang dikemas dengan menggunakan plastik
polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang untuk lama simulasi
selama 2 jam dan 3 jam sebesar 1.45% dan 2.30%, plastik polietilen yang
dikombinasikan dengan keranjang plastik untuk lama simulasi selama 2 jam dan 3
jam sebesar 1.63% dan 2.59%.
Tingginya susut bobot pada mentimun yang dikemas menggunakan plastik
polietilen dikarenakan tingkat kerusakan mekanis cukup besar yaitu 53.96% dan

113
59.57% untuk lama simulasi 2 jam dan 3 jam berbeda dengan kemasan plastik
polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang yang mengalami
kerusakan mekanis sebesar 22.09% dan 25.73%, plastik polietilen yang
dikombinasikan dengan keranjang plastik yang mengalami kerusakan mekanis
sebesar 32.43% dan 38.26%. Persentase susut bobot mentimun dapat dilihat pada
Gambar 7.
4

Susut Bobot (%)

3.23
3

2.88
2.59
2.30

2
1.45

1.63

1

0
2 jam

Kontrol

PEKG

3 jam
PEKP

Gambar 7 Persentase susut bobot buah mentimun
Pada hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT (Lampiran 3) terlihat
bahwa jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh nyata terhadap nilai susut
bobot buah mentimun. Untuk interaksi antara jenis kemasan dan lama simulasi
berpengaruh nyata terhadap nilai susut bobot buah mentimun. Dapat diartikan jika
penggunaan jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh terhadap penurunan
bobot buah mentimun. Penggunaan jenis kemasan kaku mampu menahan
transpirasi dan peningkatan respirasi karena kerusakan mekanis pada mentimun
segar sehingga penurunan bobot lebih rendah dibandingkan dengan kemasan
fleksibel. Perbedaan lama simulasi menghasilkan persentase susut bobot yang
semakin kecil secara signifikan sehingga mempengaruhi penurunan bobot.
Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Menurut Wills et al. (1981), susut
bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan
kandungan air pada produk. Nilai kadar air buah mentimun setelah simulasi
transportasi dapat dilihat pada Gambar 8.

12
98

97.7
97.5

Kadar Air (%)

97.3
97

96.8
96.6
96.4

96

95
2 jam

Kontrol

PEKG

3 jam
PEKP

Gambar 8 Kadar air buah mentimun
Kadar air tertinggi setelah simulasi transportasi yaitu pada kemasan plastik
polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang yaitu 97.7% dan 96.8%
untuk lama simulasi 2 jam dan 3 jam. Sedangkan kadar air terendah yaitu pada
kemasan plastik polietilen yaitu 97.3% dan 96.4% untuk lama simulasi 2 jam dan
3 jam. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakan mekanis buah mentimun yang
dikemas menggunakan plastik polietilen yang dikombinasikan dengan karton
gelombang cukup rendah yaitu 22.09% dan 25.73% untuk lama simulasi 2 jam
dan 3 jam.
Pada hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT (Lampiran 4) terlihat
bahwa jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh nyata terhadap nilai kadar
air buah mentimun. Untuk interaksi antara jenis kemasan dan lama simulasi tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air buah mentimun. Dapat diartikan jika
jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh terhadap penurunan kadar air buah
mentimun. Penggunaan jenis kemasan kaku mampu menahan transpirasi dan
peningkatan respirasi karena kerusakan mekanis sehingga kadar air dapat
dipertahankan. Perbedaan lama simulasi menghasilkan persentase kadar air yang
semakin kecil secara signifikan sehingga mempengaruhi penurunan kadar air.
Kekerasan
Kekerasan merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kesegaran
buah atau sayuran. Pengukuran kekerasan mentimun dilakukan sebelum dan
setelah simulasi transportasi. Hal ini dilakukan karena pengukuran kekerasan
dapat menjadi indikasi terjadinya kerusakan pada mentimun. Menurut Pantastico
(1989), peningkatan dan penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan
penguapan air. Semakin menurun nilai tekan dari mentimun, maka mutu dari
mentimun tersebut semakin menurun karena sudah tidak seperti sebelumnya. Nilai
kekerasan buah mentimun setelah simulasi transportasi dapat dilihat pada Gambar
9.

133
1.64

Kekerasan (MPa)

1.63

1.63
1.62

1.62
1.61
1.61
1.61
1.60
1.60
1.60
1.59
2 jam

Kontrol

PEKG

3 jam
PEKP

Gambar 9 Kekerasan buah mentimun
Lama simulasi mempunyai kemasan terbaik dalam hubungannya dengan
kekerasan buah mentimun setelah simulasi transportasi. Pada lama simulasi 2 jam
didapatkan nilai penurunan kekerasan buah mentimun sebesar 0.01 MPa (kemasan
plastik polietilen), 0.00 MPa (plastik polietilen yang dikombinasikan dengan
karton gelombang) dan 0.00 MPa (plastik polietilen yang dikombinasikan dengan
keranjang plastik). Sedangkan nilai penurunan kekerasan buah mentimun pada
lama simulasi 3 jam sebesar 0.02 MPa (plastik polietilen), 0.01 MPa (plastik
polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang) dan 0.01 (plastik
polietilen yang dikombinasikan dengan keranjang plastik). Tingkat kekerasan
yang berubah disebabkan oleh pecahnya dinding-dinding sel.
Pada hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT (Lampiran 5) terlihat
bahwa jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh nyata terhadap nilai
kekerasan buah mentimun. Untuk interaksi antara jenis kemasan dan lama
simulasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan buah mentimun. Dapat
diartikan jika jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh terhadap penurunan
kekerasan buah mentimun. Penggunaan jenis kemasan kaku mampu menahan
kehilangan air yang terjadi karena proses transpirasi dan respirasi sehingga nilai
kekerasan dapat dipertahankan. Perbedaan lama simulasi menghasilkan nilai
kekerasan yang semakin kecil secara signifikan sehingga mempengaruhi
penurunan kekerasan.
Total Padatan Terlarut
Pengamatan total padatan terlarut berguna sebagai indikator adanya
perubahan atau kerusakan pada bahan. Buah mentimun merupakan buah nonklimakterik. Buah non-klimakterik menimbun gula selama proses pendewasaan
dan pematangan. Nilai total padatan terlarut buah mentimun setelah simulasi
transportasi dapat dilihat pada Gambar 10.

14
Total Padatan Terlarut (0Brix)

3.5
3.4

3.4

3.4
3.3

3.3

3.3
3.2

3.2

3.2
3.1
3.0
2 jam

Kontrol

PEKG

3 jam
PEKP

Gambar 10 Total padatan terlarut buah mentimun
Pada hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT (Lampiran 6) terlihat
bahwa jenis kemasan dan lama simulasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
total padatan terlarut buah mentimun. Untuk interaksi antara jenis kemasan dan
lama simulasi tidak berpengaruh nyata. Dapat diartikan jika jenis kemasan dan
lama simulasi tidak berpengaruh terhadap penurunan total padatan terlarut buah
mentimun. Penggunaan jenis kemasan (kemasan kaku dan fleksibel) dan
perbedaan lama simulasi tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan
terhadap perubahan total padatan terlarut. Hal ini dikarenakan mentimun
merupakan buah non-klimakterik yang mempunyai kandungan karbonhidrat dan
pati yang rendah yang praktis perubahan keduanya hampir tidak ada setelah panen.
Warna
Warna merupakan salah satu parameter yang dilihat oleh konsumen, sehingga
apabila warna dari sebuah komoditi sayuran dan buah-buahan tidak menarik atau
tidak seperti seharusnya maka konsumen akan segan untuk mempertimbangkan
rasa dan aromanya. Pandangan orang terhadap warna suatu bahan berbeda-beda,
sehingga dibutuhkan suatu pengukuran warna yang objektif yaitu dengan
menggunakan instrument chromameter.
Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa warna buah mentimun berubah menjadi
lebih cerah dari warna sebelum simulasi transportasi yang agak putih redup karena
warna hijau masih ada di bagian tengah dan ujung buah mentimun. Pada Gambar
12 dapat dilihat bahwa buah mentimun semakin kehilangan warna hijaunya.
Setelah panen, klorofil mengalami degradasi, hal ini mengakibatkan warna buah
dan sayur yang hijau berubah menjadi warna kuning. Pada Gambar 13 dapat
dilihat bahwa warna buah mentimun setelah simulasi transportasi berubah dari
hijau menjadi warna kuning. Warna kuning yang muncul akan berubah secara
cepat menjadi warna cokelat pada bagian buah mentimun yang mengalami
kerusakan mekanis. Pencokelatan ini disebabkan oleh reaksi enzimatis. Perubahan
warna terjadi karena reaksi dari senyawa-senyawa tertentu yang mengalami
perubahan kondisi sesudah dinding sel pecah.

153
64

63.56
63.09 63.24

Nilai warna L

63

62.57

62.34 62.33

61.76

62

61.43
60.99

61
60
59
awal

2 jam
Kontrol

3 jam

PEKG

PEKP

Gambar 11 Nilai perubahan warna L buah mentimun
-13
awal

2 jam

3 jam

-14.48
-15

-14.88 -14.80
-15.15
-15.65

-16

-15.73

-15.96 -15.99

-17

Kontrol

-15.53

PEKG

PEKP

Gambar 12 Nilai perubahan warna a- buah mentimun
30

29.69
29.46

Nilai warna b+

Nilai warna a-

-14

28.95

29

28.65 28.71

28.68

28.39
28.13

28.03
28

27
awal

2 jam
Kontrol

PEKG

3 jam
PEKP

Gambar 13 Nilai perubahan warna b+ buah mentimun

16
Pada hasil analisis ragam dan uji lanjut DMRT (Lampiran 7, 8, 9) terlihat
bahwa jenis kemasan dan lama simulasi tidak berpengaruh nyata terhadap
perubahan warna pada buah mentimun baik untuk nilai L, a- dan b+. Untuk
interaksi antara jenis kemasan dan lama simulasi tidak berpengaruh nyata. Dapat
diartikan jika jenis kemasan dan lama simulasi tidak berpengaruh terhadap
perubahan nilai warna pada buah mentimun. Penggunaan jenis kemasan kaku dan
kemasan fleksibel tidak memberikan dampak yang sangat terlihat terhadap
perubahan warna (L, a- dan b+). Perbedaan lama simulasi tidak memberikan
dampak yang sangat terlihat terhadap perubahan warna (L, a- dan b+).

Pemilihan Kemasan
Untuk mengetahui kemasan yang paling baik dalam mengemas buah
mentimun selama simulasi transportasi antara plastik polietilen (kontrol), plastik
polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang, dan plastik polietilen
yang dikombinasikan dengan keranjang plastik harus memperhatikan faktor-faktor
yang bisa mempengaruhi perubahan mutu fisik buah mentimun. Faktor-faktor
tersebut adalah kerusakan mekanis, susut bobot, kadar air, kekerasan, total
padatan terlarut dan warna. Untuk memilih kemasan paling baik setiap parameter
bisa menggunakan analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT, tetapi untuk mencari
kemasan paling baik dengan memperhatikan parameter mutu fisik buah mentimun
dilakukan metode pembobotan (Lampiran 10). Pembobotan dilakukan dengan
memberikan nilai 1 (tabel digital logic) pada parameter yang lebih berpengaruh
(diharapkan nilai yang rendah) daripada parameter lain yang dibandingkan, dan
nilai 0 untuk parameter yang kurang berpengaruh jika dibandingkan dengan
parameter lain yang dibandingkan.
Tabel 1 Indeks sifat berbobot () pada tiga jenis kemasan dan lama simulasi
transportasi

Kemasan
Lama simulasi 2 jam
Lama simulasi 3 jam
Kontrol
PEKG
PEKP

53.49
79.91
69.57

59.01
79.92
69.23

Dari Tabel 1 didapatkan bahwa kemasan plastik polietilen yang
dikombinasikan dengan karton gelombang lebih baik dalam mengemas buah
mentimun selama 2 jam simulasi yaitu dengan nilai indeks sifat berbobot () 79.91
lebih besar dari nilai indeks sifat berbobot () kemasan plastik polietilen yang
dikombinasikan dengan keranjang plastik sebesar 69.57 dan nilai indeks sifat
berbobot () kemasan plastik polietilen sebesar 53.49. Untuk lama simulasi 3 jam
kemasan plastik polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang masih
lebih baik dengan nilai indeks sifat berbobot () sebesar 79.92 sedangkan untuk
nilai indeks sifat berbobot () kemasan plastik polietilen yang dikombinasikan
dengan keranjang plastik sebesar 69.23 dan untuk nilai indeks sifat berbobot ()
kemasan plastik polietilen sebesar 59.01.

173

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

3.

4.

5.

Jenis kemasan dan lama simulasi berpengaruh nyata terhadap susut bobot,
kadar air dan kekerasan. Untuk parameter kerusakan mekanis, jenis kemasan
berpengaruh nyata. Untuk parameter tingkat kecerahan (nilai L), tingkat
kehijauan (nila a-), tingkat kekuningan (nilai b+), total padatan terlarut, jenis
kemasan dan lama simulasi tidak berpengaruh nyata.
Jumlah kerusakan mekanis paling kecil dialami oleh buah mentimun yang
dikemas menggunakan plastik polietilen yang dikombinasikan dengan karton
gelombang yaitu sebesar 22.09% dan 25.73% untuk lama simulasi 2 jam dan
3 jam.
Jumlah kerusakan mekanis paling besar dialami oleh buah mentimun yang
dikemas menggunakan plastik polietilen yaitu sebesar 53.96% dan 59.57%
untuk lama simulasi 2 jam dan 3 jam.
Kemasan plastik polietilen yang dikombinasikan dengan karton gelombang
lebih baik dalam mengemas mentimun selama 2 jam dan 3 jam simulasi yaitu
dengan nilai indeks sifat berbobot () sebesar 79.91 dan 79.92.
Kemasan yang terbaik untuk pengangkutan buah mentimun lokal selama
transportasi adalah kemasan plastik polietilen yang dikombinasikan dengan
karton gelombang karena dapat meredam guncangan.
Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai optimasi biaya akibat adanya
penambahan kemasan (karton gelombang dan keranjang plastik). Perlu dilakukan
modifikasi meja simulator agar amplitudo dan frekuensi dapat diatur sesuai
kebutuhan. Perlu dilakukan validasi simulasi transportasi dengan melakukan
proses transportasi langsung dan mencatat frekuensi nyata selama transportasi dan
menyesuaikannya dengan kondisi di laboratorium.

18

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad U. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2013. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran,
periode 2008-2012. http://www.kementan.go.id [10 Oktober 2013].
Kusumah SE. 2007. Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Selama
Transportasi [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik Pertanian. FATETA.
Institut Pertanian Bogor.
Pantastico ERB. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soedibyo M. 1992. Alat simulasi pengangkutan buah-buahan segar dengan mobil dan
kereta api. J Hortikultura 2(1) : 66-73.
Suherman. 2011. Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Kemasan
Plastik Polietilen dan Keranjang Bambu Dalam Transportasi Darat [Skripsi].
Bogor: Departemen Teknik Pertanian. FATETA. Institut Pertanian Bogor.
Wills RH, TH Lee, D Graham, WB Nc Glasson, EG Hall. 1981. Postharvest : An
Introduction to The Physiology and Handling of Fruits and Vegetables.
Australia: NSW Press.

19
Lampiran 1 Konversi angkutan truk berdasarkan data lembaga uji konstruksi BPPT
1986 (Soedibyo 1992)
Bila alat simulasi dengan guncangan vertikal telah digunakan selama 1 jam, maka
jarak yang ditempuh = y
y=

x jarak tempuh selama 1 jam
dimana: a = jumlah luas seluruh getaran vibrator (cm2/jam)
b = jumlah seluruh getaran bak truk (cm2/jam)
y = jarak yang ditempuh oleh truk (km)
Data truk
Lembaga uji konstruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur guncangan truk yang
diisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam untuk jalan dalam kota dan luar kota dan
30 km/jam untuk jalan buruk (aspal) dan jalan buruk berbatu. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data pengukuran guncangan truk pada berbagai keadaan jalan
Amplitudo gerakan vertikal (cm)
Jumlah
Jalan dalam
Jalan luar
Jalan buruk
Jalan buruk
Amplitudo
kota
kota
(aspal)
(berbatu)
1
3.5
3.9
4.8
5.2
500
3.2
3.6
4.2
4.1
1000
2.9
3.3
3.9
3.8
1500
2.5
3.0
2.5
3.6
2000
2.2
2.8
3.1
3.2
2500
1.8
2.5
2.8
2.6
3000
1.6
2.1
2.8
2.6
3500
1.5
2.0
2.0
2.0
4000
1.1
1.7
1.2
1.1
4500
0.9
1.3
0.8
0.7
5000
0.0
0.1
0.2
0.1
Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit untuk 30 km, sedangkan jalan
buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit untuk 30 km.
Dari Tabel 2 dapat diturunkan rumus sebagai berikut :
A=





dimana:
A = amplitudo rata-rata getaran bak truk (cm)
N = jumlah kejadian amplitudo (Tabel 2)
Luas satu siklus getaran truk = ∫
dimana:
= kecepatan sudut (getaran/detik)
T = periode (detik/getaran)

20
Lampiran 1 (lanjutan)
Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan luar kota:
A=

= 1.742 cm

Jika frekuensi getaran bak truk =1.4 Hz
maka T = 1/f= 1/1.4= 0.714 detik/getaran
= 2/T = 2(3.14)/ 0.714 = 8.8 getaran/detik
Luas satu siklus getaran bak truk di jalan luar kota
=∫
=

= 1.742 [





] 0.714
0

= 1.742 [
]
2
= 0.00119 cm /getaran
Luas satu siklus getaran bak truk = 0.00119 cm2/getaran
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam
= 30 menit x 60 detik/menit x 1.4 getaran/detik x 0.00119 cm2/getaran
= 2.999 cm2
Perhitungan:
1. Kesetaraan simulasi transportasi untuk 2 jam dan 3 jam yang dilakukan dengan
menggunakan meja simulator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah
ini :
f = 3.42 Hz
A = 3.0 cm

Luas satu siklus getaran vibrator =





8.39 x 10-4 cm2/getaran
=
Jumlah seluruh getaran vibrator selama 2 jam
= 2 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.42 getaran/detik
= 24 624 getaran/jam
Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 2 jam
= 24 624 getaran/jam x 8.39 x 10-4 cm2/getaran
= 20.659 cm2/jam
Simulasi dengan meja getar selama 2 jam setara dengan perjalanan di jalan luar kota =
km = 207 km
Jumlah seluruh getaran vibrator selama 3 jam
= 3 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.42 getaran/detik
= 36 936 getaran/jam

21
Lampiran 1 (lanjutan)
Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 3 jam= 36 936 getaran/jam x 8.39 x 10-4
cm2/getaran = 30.989 cm2/jam
Simulasi dengan meja getar selama 3 jam setara dengan perjalanan di jalan luar kota =
km = 310 km
Lampiran 2 Analisis sidik ragam kerusakan mekanis buah mentimun
Sumber Keragaman
kemasan
lama simulasi
kemasan*lama simulasi

Derajat
Bebas
2
1
2

Jumlah
Kuadrat
2769.227
170.570
4.813

Kuadrat
Tengah
1384.613
170.570
2.407

Fhitung

Pr > F

35.31
4.35
0.06

F

128.70
127.74
8.64