Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara

(1)

PEMANFAATAN MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS)

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN I DESA PULAU SEJUK

KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Oleh

Fauziah Rahmah Karim

081121009

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara

Nama : Fauziah Rahmah Karim Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 26 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

……… ………

Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS Iwan Rusdi, S.Kp, MNS NIP. 19740826 200212 1 002 NIP. 19730909 200003 1 1001

Penguji II

……….. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes NIP. 19741002 200112 1 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persayaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 26 Juni 2010 Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

……….. Erniyati, S.Kp, MNS NIP. 19671208 199903 2 001


(3)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat dan hidayahnya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta shalawat beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan terindah sehinga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNs sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga memberi motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes dan Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.


(4)

4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di PSIK.

5. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara administratif.

6. Bapak Kepala Desa Dusun I Desa Pulau Sejuk dan staf yang telah memberikan izin penelitian ditempat yang saya tuju.

7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Abd. Karim Hasba, AMaPd dan Zuraidah, AMaPd yang terus memberikan motivasi dan doa yang tiada henti yang begitu berarti bagi saya, kepada abang dan adikku Fazrul Rahman Karim, ST dan Fadhillah Rahmih Karim yang tiada henti memotivasi agar segera menyelesaikan skripsi.

8. Tersayang kepada Irwansyah yang tak pernah henti menasehatiku dan memberi motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik. Teman-teman Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan terutama stambuk 2008 yang terus memberikan dorongan agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi.

9. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian saya.

10.Semua Pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya baik dalam


(5)

penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya kepada semua pihak yang telah membantu saya. Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Mei 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Daftar Grafik ... x

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Masalah Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Tujuan Penelitian ... 5

5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tekanan Darah ... 7

2. Hipertensi ... 10

3. Mentimun(cucumis sativus) ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 25

2. Defenisi Operasional ... 25

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 27

2. Populasi Penelitian ... 27

3. Sampel Penelitian ... 27

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

5. Pertimbangan Etik Penelitian ... 28

6. Instrumen Penelitian ... 29

7. Alat dan Bahan ... 30

8. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

9. Analisa Data ... 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 34

2. Pembahasan... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 53


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Kuesioner Data Demografi

3. Instrumen Penelitian Lembar Observasi Pemanfaatan Mentimun 4. Instrumen PenelitianLembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan

Darah pada Penderita Hipertensi 5. Cara Mengukur Tekanan Darah

6. Cara Meramu Mentimun Mejadi Sebuah Minuman 7. Taksasi Dana

8. Jadwal Penelitian 9. Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi ... 11 Tabel 2 Karakteristik Demografi Responden ... 36 Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus)

pada Kelompok yang Memanfaatkan Mentimun ... 38 Tabel 4 Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus)

pada Kelompok yang Memanfaatkan Mentimun ... 39 Tabel 5 Tekanan Darah Responden pre dan post pada Kelompok

Yang Memanfaatan Mentimun dan Kelompok yang

Tidak Memanfaatkan Mentimun ... 40 Tabel 6 Tekanan Darah Responden pre dan post Pemanfaatan

Mentimun (cucumis sativus) ... 42 Tabel 7 Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) dengan Penurunan

Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi ... 43 Tabel 8 Resiko Relatif Pemanfaatan Mentimun terhadap Penurunan

Tekanan Darah ... 43 Tabel 9 Perbedaan Tekanan Darah pre dan pos Pemanfaatan

Mentimun (cucumis sativus) ... 45 Tabel 10 Perbedaan Tekanan Darah Kelompok yang Memanfaatkan

Mentimun dengan Kelompok yang Tidak Memanfaatkan

Mentimun ... 46


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Tingkat Pemanfaatan Mentimun Kelompok Kasus ... 38 Grafik 2 Tekanan Darah Kelompok Kasus ... 41 Grafik 3 Tekanan Darah Kelompok Kontrol ... 41


(11)

Judul : Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Labupaten Batu Bara Tahun 2009 Nama : Fauziah Rahmah Karim

NIM : 081121009

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Abstrak

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer (pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mentimun (cucumis saivus) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mentimun (cucumis sativus) memiliki sifat diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkkan cairan tubuh (melalui air seni). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif

observasional. Pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dalam penelitian ini

dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. Berdasarkan teknik purposif sampling diperoleh sampel sebanyak 20 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok yang memanfaatkan dan 10 orang kelompok yang tidak memanfaatkan. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif, odds

ratio dan inferensial. Berdasarkan data demografi pada kedua kelompok sebanyak

(55%) berada pada rentang 41-60, (70%) berjenis kelamin perempuan, dan berdasarkan BMI (15%) mempunyai berat badan berlebih dan (10%) adalah obesitas. Jika dilihat dari tingkat pemanfaatan sebanyak 70% cukup memanfaatkan dan 30% kurang memanfaatkan. Sementara hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mentimun 81 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Sedangkan dengan uji paired

t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda

antara pre-post pemanfaatan mentimun (sistolik: t=6.319, p=0.000; diastolik: t=6.8666, p=0.000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan (sistolik: 2.522, p=0.021; diastolik: t=-2.969, p=0.08). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa menimun (cucumis sativus) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(12)

Judul : Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Labupaten Batu Bara Tahun 2009 Nama : Fauziah Rahmah Karim

NIM : 081121009

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Abstrak

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer (pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mentimun (cucumis saivus) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mentimun (cucumis sativus) memiliki sifat diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkkan cairan tubuh (melalui air seni). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif

observasional. Pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dalam penelitian ini

dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. Berdasarkan teknik purposif sampling diperoleh sampel sebanyak 20 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok yang memanfaatkan dan 10 orang kelompok yang tidak memanfaatkan. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif, odds

ratio dan inferensial. Berdasarkan data demografi pada kedua kelompok sebanyak

(55%) berada pada rentang 41-60, (70%) berjenis kelamin perempuan, dan berdasarkan BMI (15%) mempunyai berat badan berlebih dan (10%) adalah obesitas. Jika dilihat dari tingkat pemanfaatan sebanyak 70% cukup memanfaatkan dan 30% kurang memanfaatkan. Sementara hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mentimun 81 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Sedangkan dengan uji paired

t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda

antara pre-post pemanfaatan mentimun (sistolik: t=6.319, p=0.000; diastolik: t=6.8666, p=0.000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan (sistolik: 2.522, p=0.021; diastolik: t=-2.969, p=0.08). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa menimun (cucumis sativus) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) (Myrank, 2009). Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu (Yundini, 2006). Contoh dampak yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu angina dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal dan lain-lain (Palmer, 2007).

Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan sistoliknya mencapai di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum dimana jantung berkontraksi dan memompa darah ke luar, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan dimana jantung sedang mengalami relaksasi, menerima curahan darah dari pembuluh darah perifer (Myrank, 2009).

Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbilitas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara cukup tinggi, diantaranya yaitu Vietnam (2004) mencapai 34,5%, Thailand (1989) 17%, Malaysia (1996) 29,9%, Philipina (1993) 22%, dan Singapura (2004) 24,9%.


(14)

Sedangkan dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3%. Sama halnya, survei faktor resiko penyakit kardiovaskuler (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukkan prevalensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 21,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan 12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita (Infokes, 2007).

Dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, dan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugeri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi Sumatra Barat 18,6% pria dan 17,4% wanita, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006).

Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan. Secara rata-rata, pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensi


(15)

hingga 8%. Akan lebih baik jika penanganan hipertensi diintegrasikan dengan sistem kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat-obatan. Obat yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang memerlukan pengobatan jangka panjang (Infokes, 2007).

Selain dengan mengkonsumsi obat-obatan yang harganya masih relatif mahal dan merubah gaya hidup, hipertensi juga bisa ditanggulangi dengan pengobatan tradisional yaitu dengan menggunakan mentimun (Cucumis Sativus) yang diolah menjadi sebuah minuman. Mentimun sering digunaka sebagai lalapan, makanan diet atau pun sebagai masker untuk kecantikan. Padahal, banyak khasiat yang dapat diperoleh dari memtimun (Cucumis Sativus), Salah satunya adalah mengobati Hipertensi (Myrank,2009).

Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) merupakan salah satu tanaman yang dapat mengobati penyakit hipertensi. Selain mudah didapat dan murah, mentimun (Cucumis Sativus) ternyata memiliki banyak khasiat (Genie, 2009). Meilinasari, MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta telah mengemukakan bahwa mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk mengonsumsi mentimun. Menurutnya mentimun dapat mengobati hipertensi karena kandungan mineral yang ada didalamnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Myrank, 2009).

Sementara dalam Majalah Nirmala (2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id) mengatakan bahwa penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi


(16)

mentimun. Kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam mentimun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Mineral magnesium juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf. Walupun mentimun (cucumis

sativus) mudah didapat dan harganya yang terjangkau, tetapi banyak masyarakat

yang tidak tahu pemanfaatan mentimunn (Cucumis Sativus) tersebut terhadap penurunan tekanan darah.

Berdasarkan studi pemaparan di atas tentang banyaknya kandungan dan manfaat mentimun (Cucumis Sativus) dalam mengobati penyakit terutama pada penderita hipertensi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Bagimana Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima puluh Kab. Batu Bara”.

2. Masalah Penelitian

Berdasarka uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima Puluh Kab. Batu Bara.

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pada penelitian ini adalah ”Bagaimana pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?”.


(17)

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

4.1Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

4.2Untuk mengetahui bagaimana resiko relatif Odds Ratio pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima Puluh Kab. Batu Bara.

4.3Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 4.4Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tekanan darah pada kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol.

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 5.1Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(18)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, sehingga informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi dan keluarganya.

5.3Area Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat terhadap manfaat mentimun (Cucumis Sativus) untuk mencegah peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi.

5.4Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian keperawatan mengenai pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang perbandingan mentimun (Cucumis Sativus) dengan tanaman yang lain terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan Darah

1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

1.2 Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare,


(20)

2001). Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul


(21)

diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001). Adapun prosedur pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada lampiran 4.

1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).

Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan


(22)

aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin, yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah (Hayens, 2003).

Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tingggi.

2. Hipertensi

2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003).

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi skunder. Hipertensi esensial (primer) merupakan tipe yang hampir sering terjadi 95 persen dari kasus terjadinya hipertensi. Hipertensi esensial (primer) dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti


(23)

kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Sedangkan hipertensi sekunder berkisar 5 persen dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit jantung) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (Palmer, 2007).

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi

Kategori Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal Di bawah 130

mmHg

Di bawah 85 mmHg

Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg Hipertensi Ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi Sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Hipertensi Berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Hipertensi Maligna (stadium 4) 210 mmHg atau

lebih

120 mmHg atau lebih

Diambil dari Wiryowidagdo (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung,

Darah Tinggi, &Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka.

2.3 Respon Penderita Hipertensi

Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah, sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin


(24)

aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan perdarahan (haemmorrhage) yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens, 2003).

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Lenny, 2008).

Pada penelitian ini, untuk menghindari hasil penelitian yang bias, maka penderita hipertensi yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu penderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi sehingga dapat dilihat hasil pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, pada penelitian ini lebih difokuskan untuk melihat pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang ringan dan sedang saja.

2.4 Bahaya Hipertensi

Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang


(25)

mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Ina, 2008).

Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar di seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung (Ezzati et al., 2003 dalam Kaplan, 2006). Infokes (2007) mengatakan bahwa hipertensi adalah salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, imfark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan) jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

2.5 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis atau dan penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan dengan terapi herbal.

2.5.1 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu:


(26)

2.5.1.1 Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan (Dalimartha, et al, 2008). Menurut Hayens (2003), diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.

2.5.1.2 Penghambat adrenergik (β-bloker)

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008). Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β-bloker dapat mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2 di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma (Hayens, 2003).


(27)

2.5.1.3 Vasodilator

Agen vasodilator bekeja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah (Wikipedia, 2008). Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha, et al, 2008).

2.5.1.4 Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE) Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).

2.5.1.5 Antagonis Kalsium

Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah. Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar (Hayens, 2003). Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).


(28)

Menurut Dalimartha, et al (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).

Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita hipertensi yaitu:

2.5.2.1 Mengontrol Pola Makan

Hayens (2003) menyarankan mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500 miligram. Karena tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi kecuali kalcium antagonis.

Dalimartha, et al (2008) menyarankan lemak kurang dari 30% dari konsumsi kalori setiap hari. Mengonsumsi banyak lemak akan berdampak pada kadar kolestereol yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan resiko terkena penyakit jantung (Sheps, 2005).

2.5.2.2 Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah satu faktor pemicu tekanan darah tinggi. Buah-buahan dan sayuran segar merupakan sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut untuk menurunkan tekanan darah (Dalimartha, et al, 2008).


(29)

Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition yang ditulis dalam Dalimartha, et al (2008) ditemukan bahwa pria yang mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis padi-padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat kecil (0-20%) untuk terkena penyakit jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian, semakin rendah resiko penyakit jantung koroner, termasuk terkena hipertensi (Dalimartha, et al, 2008).

2.5.2.4 Aktivitas (Olah Raga)

Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Yundini, 2006). Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya mengantar anak kesekolah, sisihkan 30 menit sebelum erangkat bekerja untuk berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan, pada sat istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan, pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga dibandingkan lift atau eskalator.

2.5.2.5 Bantuan dari Kelompok Pendukung

Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung pola hidup sehat (Dalimartha, et al, 2008). Sehingga keluarga dan teman-teman


(30)

mengerti sepenuhnya tentang besarnya resiko jika tekanan darah kita tidak terkendali. Dengan demikian keluarga dan teman akan membantu dengan memperhatikan makanan kita atau mengingatkan saat tiba waktunya untuk minum obat atau untuk melakukan aktivitas berjalan-jalan setiap hari dan mungkin saja mereka bahkan akan menemani kita (Sheps, 2005). Penelitian yang ditulis dalam Dalimartha, et al (2008) menunjukkan dukungan kelompok terbukti berhasil dalam mengubah gaya hidup untuk mencegah hipertensi

2.5.2.6 Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol berlebih Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Sheps, 2005).

Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2003). Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Selain itu minum-minuman alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari kalsium dan magnesium berkaitan dengan


(31)

peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). Beberapa laporan mnyimpulkan bahwa efek alkohol dimulai dari asupan alkohol yang paling rendah. Jadi, seseorang yang tidak mengkonsumsi alkohol maka cenderung memiliki tekanan darah yang normal. Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang tertentu dari alkohol yang dapat mempengaruhi tekanan darah (Hayens, 2003).

2.5.3 Terapi Herbal

Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari (Dalimartha, et al, 2008).

Adapun tanaman obat tradisional yang dapat di gunakan untuk penyakit hipertensi yaitu: bawang putih (Allimun sativum L), seledri (Apium graveolens L), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), belimbing (Averrhoa carambola L), teh (Camellia sinensis L), wortel (Daucus carota L), mengkudu (Morinda citrifolia L), mentimun (Cucumis sativus L) dan lain-lain (Wiryowidagdo, 2002).

3. Mentimun (Cucumis Sativus) 3.1 Pengertian

Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) adalah tanaman merambat, batangnya menjulur, berbulu halus dan panjangnya sampai tiga meter. Bentuk


(32)

daunnya seperti bentuk tangan, besar dan berbulu kasar serta berkeping 3 sampai 7, berakar serabut dan bentuknya bulat panjang, berwarna hijau muda dan mengandung banyak air. Isi buahnya lembut dan berbiji kecil-kecil berbentuk pipih (Wiryowidagdo, 2002).

Para ahli menamai mentimun Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk keluarga besar suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Timun biasanya dipanen sebelum matang benar. Timun berupa herbal menjalar atau setengah merambat. Ia termasuk tanaman semusim. Artinya setelah berbunga dan berbuah ia akan mati. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah namun dalam budidaya biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik (Fikri, 2008).

3.2 Sejarah

Menurut Fikri (2008) di dalam berbagai literatur tertulis, timun merupakan tumbuhan asli India. Tumbuhan ini ditemukan pertama kali 10.000 tahun lalu. Uniknya, dari India timun justru tidak menyebar ke negara Asia lainnya, tetapi malah ditanam di Yunani dan Italia. Setelah itu barulah bibit timun di bawa ke China. Pada abad ke-9 timun ditanam di Prancis. Kemudian abad ke-14 ditanam di Inggris, dan dua abad kemudian barulah timun masuk ke Amerika Utara. Saat itu, tahun 1494 timun sudah ditanam di Haiti. Tahun 1535 tumbuhan ini ditanam petani di Montreal, kemudian tahun 1584 ditanam di Florida. Tidak jelas benar kapan timun masuk ke Indonesia. Yang jelas kini timbuhan ini dapat ditemukan di hampir seluruh dunia (Fikri, 2008).


(33)

Ada banyak jenis mentimun yang bisa ditemukan di pasaran. Mentimun-mentimun ini bervariasi dalam bentuk, ukuran, maupun warna kulitnya. Tetapi efek sehat yang terkandung dalam masing-masing jenis ini sama ampuhnya untuk menyembuhkan penyakit (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).

3.3.1 Mentimun Lokal. Sayuran berbentuk bulat panjang dengan kulit berwarna hijau berlarik-larik putih kekuningan ini bisa dimakan mentah sebagai lalapan, campuran keredok den rujak, serta bisa diolah menjadi acar, dijus, direbus, atau dikukus. Mentimun lebih disarankan untuk dimakan mentah, karena proses pemasakan dan pengolahan menjadi acar akan mengurangi kandungan vitamin dan mineralnya, terutama vitamin C (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).

3.3.2 Mentimun Jepang (Kyuri). Timun asal negeri sakura ini memiliki bentuk yang lebih 'ramping' dan panjang dibanding mentimun lokal. Kulitnya berwarna hijau gelap dengan bintik-bintik putih timbul yang membuat permukaannya tidak rata. Rasa dan teksturnya lebih lembut daripada mentimun lokal. Mentimun jeinis kyuri sangat cocok diolah menjadi campuran salad dan acar (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).

3.3.3 Mentimun Gherkin. Disebut juga mentimun acar atau baby kyuri. Sesuai namanya mentimun ini lebih sering diolah menjadi acar. Ukurannya lebih kecil dengan kulit berwarna hijau tua dan ada bintik-bintik yang timbul seperti kyuri. Rasanya renyah, tidak terlalu berair dan tidak bergetah (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).


(34)

3.3.4 Zucchini. Sayuran yang masih bersaudara dengan mentimun ini sering disebut sukini atau timun Italia. Memiliki ukuran lebih besar den tidak terlalu berair dibanding mentimun. Bentuknya tidak bulat sempurna, tapi bersegi-segi. Warna kulitnya hijau lumut tua dan mengkilap. Bagian dalamnya berwarna putih menyerupai oyong. Majalah Nirmala (2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id) mengatakan berbeda dengan mentimun, sukini jarang dimakan mentah.

3.4 Habitat

Masyarakat pada umumnya menanam mentimun (Cucumis Sativus) di sawah atau di ladang sebagai tanaman komersial. Mentimun tumbuh sepanjang tahun dan tergolong tanaman merambat (Mangonting, et al, 2008).

3.5Kandungan Mentimun (Cucumis Sativus)

Buah mentimun (Cucumis Sativus) mengandung sejumlah zat kimia alami diantaranya, vitamin A, B, C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, flavonoid dan polifenol. Secara rinci di dalam 100 gram buah timun terdapat energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula 1.67 gr, serat pangan 0.5 gr, lemak 0.11 gr, protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027 mg, Vitamin B2 0.033 mg, Vitamin B3 0.098 mg, vitamin B5 0.259 mg, vitamin B6 0.040 mg, folate 2%, vitamin C 2.8 mg, kalcium 16 mg, zat besi 0.28 mg, magnesium 13 mg, fospor 24 mg, potassium 147 mg, zinc 0.20 mg (Fikri, 2008).

3.6Khasiat Mentimun (Cucumis Sativus)


(35)

untuk mengobati penyakit seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah hepatitis, sariawan, demam, darah tinggi dan beberapa gangguan kesehatan lainnya (Mangonting, et al, 2008).

Kandungan serat dalam mentimun dapat menurunkan kadar lemak tubuh dan kolesterol serta memberi efek mengenyangkan sehingga kita jadi tidak gampang lapar. Selain itu, mentimun juga mengandung asam malonat yang dapat mencegah gula darah berubah menjadi lemak, sehingga sangat membantu menurunkan berat badan (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).

3.7Pemanfaatan Mentimun terhadap Tekanan Darah Tinggi

Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni) (Mangonting, et al, 2008). Dimana mentimun mengandung mineral yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun juga bersifat diuretic karena mengandung banyak air sehingga menbantu menurunkan tekanan darah (Myrank, 2009). Sementara di dalam Majalah Nirmala (2008, dalam http://cybermed.cbn.net.id) Penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi mentimun, karena kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam timun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Serta mineral magnesium yang juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.

3.8Cara Meramu atau Membuat Jus Mentimun (Cucumis Sativus)

Cara meramu atau membuat jus mentimun untuk penyakit hipertensi yaitu: buah mentimun segar sebanyak 300 gram dicuci dan diparut kemudian diperas


(36)

dan selanjutnya disaring. Pemarutan bisa dilakukan secara manual maupun non manual. Pemakaian hasil saringan diminum sekaligus, sementara untuk penggulangan harus dibuat ramuan baru (Wiryowidagdo, 2002). Sementara menurut Fikri (2008) cara meramu mentimun (Cucumis Sativus) untuk menurunkan tekanan darah tinggi yaitu ambil sebanyak 2 buah timun ukuran sedang. Cuci sampai bersih lalu potong-potong seperlunya. Kemudian rebus dengan 3-4 gelas air sampai tersisa separuhnya. Dinginkan, saring. Bagi ramuan menjadi dua. Minum pagi dan malam. Lakukan pengobatan sampai sembuh.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih ramuan mentimun menurut Wiryowidagdo, (2002) dimana sebanyak 300 gram mentimun dicuci dan diparut kemudian diperas dan selanjutnya disaring dan diminum 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.


(37)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh pendeita hipertensi (ringan dan sedang) yang digambarkan sebagai berikut:

Skema: Kerangka konseptual penelitian Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) terhadap Panurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. 2. Defenisi Operasional

2.1Tekanan darah

Tekanan darah pada penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri brachialis yang terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolic dengan kategori tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan

Penderita hipertensi Pemanfaatan

mentimun (Cucimis Sativus)

Memanfaatkan : 10-14 Cukup memanfaatkan : 5 - 9 Kurang memanfaatkan : 0 - 4

TD pre pemanfaatan mentimun

TD post pemanfaatan mentimun Pemberian penyuluhan tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus)


(38)

tekanan darah diastolic 90-99 mmHg pada penderita hipertensi ringan, dan tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolic 100-109 mmHg pada penderita hipertensi sedang yang diukur dengan sphygmomanometer dan stetoskop pada saat sebelum dan sesudah melakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus), kemuadian hasil pengukuran tekanan darah disajikan dalam bentuk lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg dan dengan skala interval.

2.2 Pemanfaatan Mentimun

Pemanfaatan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah pemanfaatan mentimun yang diolah menjadi sebuah minuman yaitu dengan cara memarut 300 gr mentimun yang sudah dicuci, kemudian hasil parutan diperas dan selanjutnya disaring, kemudian diminum sebanyak 2 kali sehari selama satu minggu. Alat ukur yang digunakan yaitu lembar observasi daftar kegiatan selama 7 hari. Dimana minum 1x = 1, minum 2x = 2 dan tidak minum = 0. Dengan hasil ukur memanfaatkan 10-14 kali, cukup memanfaatkan 5-9 kali dan kurang memanfaatkan 0-4 kali dengan menggunakan skala interval.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional yang bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan mentimun (Cucumis Satuvus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dan bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemanfaaatan mentimun (Cucumis Sativus).

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi ringan dan sedang dengan kategori ringan (tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg) dan sedang (tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 100-109 mmHg) yang merupakan warga Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

3. Sampel Penelitian

Sampel dipilih dengan mengggunakan tehnik purposive sampling, yaitu suatu tehnik penempatan sampel dengan dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Penentuan jumlah sampel digunakan berdasarkan Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan oleh Lemeshow (1997) yaitu sebanyak 20 orang. Kemudian 20 orang ini akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 orang untuk kelompok pemanfaatan mentimun dan 10 orang untuk kelompok kontrol.


(40)

Adapun kriteria sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi (ringan dan sedang)

2. Tidak tidak minum alkohol

3. Pria/Wanita dewasa berusia sekitar 25-60 tahun 4. Ada riwayat penyakit hipertensi

5. Tidak minum obat anti hipertensi

6. Bersedia mengikuti kegiatan penelitian selama penelitian berlangsung

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena lokasi ini jauh dari pusat kesehatan masyarakat dan jumlah penduduk yang berusia di atas 25 tahun lebih kurang 50% dari jumlah penduduk yang berada di Dusun I Desa Pulau Sejuk. Penelitian ini dilaksanakan mulai 25 Desemer 2009 sampai 1 Januari 2010.

5. Pertimbangan Etik Penelitian

Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu pertama peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU, mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada kepala desa Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Setelah mendapatkan izin dari kepala desa peneliti menyerahkan langsung lembar penelitian kepada responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu responden


(41)

menandatangani lembar persetuajuan. Jika responden menolak untuk dimenjadi responden penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat persetujuan. Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Lembar persetujuan dapat dilihat pada lampiran I.

6. Instrumen Penelitian 1. Data Demografi

Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pekerjaan/aktivitas, suku. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

2. Lembar Observasi Daftar Kegiatan Penelitian

Lembar observasi daftar kegiatan penelitian ini berguna untuk melihat tingkat pemanfaatan responden terhadap pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus). Untuk menentukan tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)

digunakan rumus panjang kelas (Sudjana, 1998) yaitu: perbandingan antara rentang kelas dengan jumlah kelas. P = rentang/banyak kelas, dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 14 dengan 3 kategori nilai 0 untuk yang tidak minum, nilai 1 untuk yang minum 1x dan nilai 2 untuk yang minum 2 kali


(42)

dalam satu hari. untuk menilai tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis Sativus), maka didapat panjang kelas 4,66 dan dibulatkan menjadi 5, menggunakan P = 5 dan nilai terendah 0. Jadi tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus): memanfaatkan = 10-14, cukup memanfaatkan = 5-9, dan kurang memanfaatkan = 0-4.

3. Lembar observasi tekanan darah pre dan post Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus)

Hasil pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) disajikan dalam bentuk lembar observasi dengan skala mmHg yang dapat dilihat pada lampiran 3 dengan tujuan untuk melihat hasil pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

7. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer), lembar cara mengukur tekanan darah, mentimun (cucumis sativus), lembar cara meramu mentimun (cucurmis sativus) menjadi sebuah minuman, dan lembar observasi daftar pelaksanaan pemanfaatan mentimun selama penelitian berlangsung.

8. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU.


(43)

2. Mengajukan surat permohonan izin kepada kepala desa Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

3. Mengumpulkan calon responden dilakukan dalam dua tahap, yaitu: calon responden wanita diambil dari perwiritan wanita/ibu-ibu, dan calon responden pria diambil dari perwiritan pria/bapak-bapak.

4. Memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis

Sativus) terhadap hipertensi dan memberikan leaflet kepada seluruh calon

responden. Kemudian mengukur tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop seluruh calon responden pre pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Setelah itu peneliti menentukan siapa saja yang menjadi kelompok responden.

5. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada calon responden.

6. Mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria penelitian dijadikan sebagai kelompok pemanfaatan. 7. Memberikan informed consent kepada kelompok responden.

8. Menjelaskan jadwal kontrak kegiatan pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus).

9. Mengisi kuesioner data demografi responden dengan melakukan wawancara pada responden.

10.Memantau responden dalam melakukan kegiatan pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) setiap hari selama 7 hari sebanyak 2 x sehari, dan melihat lembar observasi daftar kegiatan.


(44)

11.Pengukuran pre dan post tekanan darah pada kelompok yang memanfaatkan mentimun dilakukan selama 7 hari. Untuk tekanan darah pre dilakukan pada pagi hari sebelum responden minum jus mentimun, sedangkan untuk pengukuran tekanan darah post dilakukan pada sore hari. Alasan peneliti melakukan pengukuran setiap hari karena tidak semua responden dalam penelitian ini melakukan pemanfaatan mentimun setiap hari , jadi peneliti ingin melihat perbedaan tekanan darah responden yang melakukan pemanfaatan mentimun dengan yang tidak melakukan pemanfaatan mentimun.

12.Dalam melakukan pemanfaatan mentimun, peneliti tidak langsung melakukan intervensi kepada responden, tetapi responden melakukan pemanfaatan mentimun dengan kehendaknya sendiri. Pertimbangan peneliti tidak memaksakan responden untuk melakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) yaitu karena pertimbangan etika.

13.Mengukur kembali tekanan darah post pemanfaatan mentimun (Cucumis

Sativus).

9. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti pada saat pengisian kuesioner data demografi kepada penderita hipertensi, hasil observasi pelaksanaan pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus), dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) dan sesudah dilakukan pemanfaatan


(45)

mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan tekanan darah pre dan post pemanfaataan mentimun (Cucumis Sativus) dalam bentuk tabel.

2. Uji Statistik Odds-Ratio

Dalam penelitian ini uji statistik odds ratio digunakan untuk melihat berapa besar resiko penurunan tekanan darah pada kelompok pemanfaatan setelah melakukan pemanfaatan mentimun dengan kelompok kontrol. Kemudian data statistik yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan komputerisasi.

3. Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk mengetahui penurunan tekanan darah

pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus), uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji statistik paired sample t-test sedangkan perbedaan tekanan darah antara kelompok pemanfaatan dan kontrol di uji dengan menggunakan uji satistik independent t-test..


(46)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. Penelitian ini melibatkan 20 orang responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 10 orang responden kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) selama 7 hari yang dilakukan 2 kali sehari. Sedangkan 10 orang responden yang lain adalah kelompok yang tidak memamfaatkan mentimun (cucumis sativus) yang dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan manfaat mentimun (cucumis saivus) untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan, resiko relatif pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah, tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus), perbedaan tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus), dan perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok yang


(47)

memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus).

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21-60 tahun yang merupakan usia dewasa akhir (M=45.60, SD=9,675), dan lebih dari setengah responden (70%) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) berada pada rentang usia 41-60 tahun yaitu usia setengah baya (middle age) dan lebih dari setengah responden (60%) dari kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) berada pada rentang usia 21-40 tahun yaitu usia dewasa awal (early adulthood).

Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah responden pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) adalah perempuan (60%), sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) hampir seluruhnya adalah perempuan yaitu (80%). Hampir setengah berat badan responden dalam penelitian ini berada pada rentang 50-59 kg (45%), dengan mayoritas tinggi badan 150-159 cm (60%) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan (60%) pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus). Jika dilihat dari BMI (Body Mass Index) sebanyak 20% dari kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) adalah


(48)

obesitas, sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) sebanyak 20% adalah berat badan berlebih. Menjadi seorang petani adalah pilihan terbanyak sebagai jenis pekerjaan atau aktivitas keseluruhan dari responden yaitu setengah responden (50%) pada kelompok yang memanfaatan mentimun (cucumis sativus) dan tiga perlima (60%) pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus). Menurut kategori suku responden pada kelompok yang memanfaatan mentimun (cucumis sativus) lebih dari setengah (70%) bersuku Jawa dan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) seluruhnya responden (100%) bersuku Jawa. Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik Data

Demografi

Kelompok yang Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus)

Kelompok yang Tidak Memanfaatkan Mentimun

(cucumis sativus) Frekuensi (n) Persentase

(%)

Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia 21-40 41-60 3 7 30% 70% 6 4 60% 40% (M=45.60, SD=9.675, Min-max=26-56) (M=41.40, SD=8.435, Min-max=28-57) 2. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan 4 6 40% 60% 2 8 20% 80%

3. TB (cm) 140-149 150-159 160-169 1 6 3 10% 60% 30% 2 6 2 20% 60% 20% (M=155.20, SD=5.493, Min-max=145-162) (M=154.40, SD=5.777, Min-max=148-166)


(49)

4. BB (kg) 40-49 50-59 60-69 70-80 0 4 4 2 0% 40% 40% 20% 1 5 4 0 10% 50% 40% 0% (M=61.30, SD=8.693, Min-max=52-80) (M=57.00, SD=5.981, Min-max=49-65) BMI (Body Mass

Index)=(BB/TB2) BBI BBB Obesitas 7 1 2 70% 10% 20% 8 2 0 80% 20% 0% 5. Pekerjaan Petani IRT PNS Pedagang Dll 5 3 1 1 0 50% 30% 10% 10% 0% 6 3 0 0 1 60% 30% 0% 0% 10% 6. Suku Jawa Melayu 7 3 70% 30% 10 0 100% 0%

1.2 Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumus sativus) pada Kelompok Kasus

Tingkat pemanfaatn mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) diukur berdasarkan banyaknya responden melakukan pemanfaatan mentimun. Dalam peneitian ini didapatkan lebih dari setengah (70%) responden termasuk tingkat cukup memanfaatkan dan (30%) termasuk kurang memanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumus sativus) pada Kelompok kasus dapat dilihat pada tabel 3.


(50)

Tabel 3. Tingkat pemanfaatan mentimun pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)

Tingkat pemanfaatan Range Frekuensi (n) Persentase (%)

Cukup Memanfaatkan 5-9 7 70%

Kurang Memanfaatkan 3-4 3 30%

Grafik 1. Tingkat pemanfaatan mentimun pada kelompok pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)

Dari hasil penggukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata pada tingkat cukup memanfaatkan adalah 7.29 (SD: 1.496) dengan rentang (5-9) dan tingkat kurang memanfaatkan adalah 3.33 (SD: 0.577) dengan rentang (3-4).


(51)

Tabel 4. Tingkat pemanfaatan mentimun pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)

Tingkat Pemanfaatan Mean Sd Range

Cukup Memanfaatkan 7.29 1.496 5-9

Kurang Memanfaatkan 3.33 0.577 3-4

1.3Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus)

Responden kedua kelompok diukur tekanan darahnya pada arteri brachialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan darah sistolik dan diastolik yang diukur dan dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan berarti tekanan sistolik 140-159 dan tekanan diastolik 90-99, dan hipertensi sedang berarti tekanan sistolik 160-179 dan tekanan diastolik 100-109 (Wiryowidagdo, 2002). Kemudian hasil pengukuran tekanan darah pada kedua kelompok dicatat dalam lembar observasi

Dari hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi diketahui bahwa tekanan darah pre pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) lebih dari setengah responden (70%) termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan kurang lebih sepertiga responden (30%) termasuk hipertensi sedang. Kemudian setelah dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) tekanan darah post pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus) (90%) responden mengalami penurunan tekanan darah yaitu sebanyak

lebih dari satu pertiga dari responden (40%) mengalami penurunan keklasifikasi normal tinggi (prehipertensi), sedangkan setengah dari responden (50%)


(52)

mengalami penurunan menjadi normal, dan (10%) tidak mengalami penurunan. Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis

sativus), setelah dilakukan pendidikan kesehatan seluruh respnden (100%) berada

pada klasifikasi hipertensi ringan. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dilihat pada tabel 5.

Tabel 5: Tekanan darah responden pre dan post pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dengan kelompok yang tidak

memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)

Kelompok Range Pre Post

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Kasus 150-159 / 100-109 3 30% 1 10%

140-149 / 90-99 7 70% 0 0%

130-139 / 85-89 0 0% 4 40%

< 130 / < 85 0 0% 5 50%

Kontrol 150-159 / 100-109 1 10% 0 0%

140-149 / 90-99 9 90% 10 100%


(53)

Grafik 2. Tekanan darah pre dan post Kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)

Grafik 3. Tekanan darah kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis


(54)

Dari hasil penggukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) yaitu rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) pre pemanfaatan metimun adalah 154.60 (SD: 10.658) dengan rentang (140-178) dan post pemanfaatan mentimun adalah 131.50 (SD: 12.581) dengan rentang (114-162). Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik pre pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) adalah 151.60 (SD: 6.328) dengan rentang (142-162) dan post adalah 151.90 (SD: 5.363) dengan rentang (144-159).

Adapun tekanan darah diastolik pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) pre pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) adalah 97.30 (SD: 4.498) dengan rentang 92-105 dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) 83.50 (SD: 7.821) dengan rentang 72-100. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik pre pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) adalah 95.60 (SD: 2.757) dengan rentang 92-101 dan post adalah 94.90 (SD: 2.283) dengan rentang 92-98. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucmis sativus) dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)

Kelompok Pengukuran Pre pemanfaatan Post pemanfaatan

Mean Sd Range Mean Sd Range

Kasus Sistolik 154.60 10.658 140-178 131.50 12.581 114-162

Diastolik 97.30 4.498 92-105 83.50 7.821 72-100

Kontrol Sistolik 151.60 6.328 142-162 151.90 5.363 144-159


(55)

1.4Resiko Relatif Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada kedua kelompok

Uji statistik Odds Ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar resiko pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap terjadinya penuruna tekanan darah. Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa 81,000 kali lebih besar responden mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap penurunan tekanan darah pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% (4.361<OR<1504.642 ), maka didapatkan OR sebesar 81.00. Dengan Asymp.

Sig:0.003. Resiko Relatif Odds Ratio pemanfaatan mentimun terhadap penurunan

tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Pemanfaatan Mentimun(cucumis sativus) dengan Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Tabel 8. Resiko Pemanfaatan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Value Lower Upper Asym. Sig Odds Ratio kelompok

(kasus / kontrol)

81.000 4.361 1504.462 0.003

TD Total

Menurun Tidak menurun Kelompok Kasus

Persentase

9 1 10

90% 10% 100%

Kontrol Persentase

1 9 10

10% 90% 100%

Total Persentase

10 10 20


(56)

1.5Perbedaan Tekanan Darah pre dan post Pemanfaatan Mentimun (cucumis

sativus)

Sebelum dilakukan uji parametrik dengan paired test dan independen

t-test, maka persyaratan yang harus dipenuhi pada uji parametrik yaitu sebaran data

harus berdistribusi normal. Sebaran data berdistribusi normal dalam penelitian ini dapat dilihat pada kurva yang terdapat di dalam lampiran.

Uji statistik paired t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus). Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa tekanann darah berbeda

antara pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) (Sistolik: t = 6.319, p = 0.000, mean differenence = 23,100; Diastolik: t = 6.866, p =0.000, mean differenence = 13.800). Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) (Sistolik: t = 0.537, p = 0.604, mean differenence = -0.300; Diastolik: t = 1.655, p = 0.132, mean differenence = 0.700). Data ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah (Sistolik/Diastolik) yang signifikan antara sebelum dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dan sesudah dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus). Berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah awal dan akhir. Perbedaan teknan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dapat dilihat pada tabel 9.


(57)

Tabel 9. Perbedaan tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)

No Kelompok Tekanan

Darah

Mean

difference T Sig

1 Kasus Sistolik 23.100 6.319 0.000

Diastolik 13.800 6.886 0.000

2 Kontrol Sistolik -0.300 -0.573 0.604

Diastolik 0.700 1.655 0.132

1.6Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Antara Kelompok yang Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus) dengan Kelompok yang Tidak Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus).

Untuk melihat perbedaan penurunan tekanan darah kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) digunnakan uji independent t-test. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui nilai p tekanan darah sistolik = 0.021, dan nilai p tekanan darah diastolik = 0.008, sehingga dapat disimpulkan p<0.05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus). Pada tabel 10 dapat dilihat perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun(cucumis sativus).


(58)

Tabel 10. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Kelompok yang Memanfaatkan dengan Kelompok yang Tidak Memanfaatkan N

o Variable

Kelompok Kasus

Kelompok

Kontrol p

Value T

Mean SD Mean SD

1 Tekanan Darah Sistolik 142.685 9.210 151.385 5.842 0.021 -2.522 2 Tekanan Darah Diastolik 89.930 4.757 94.914 2.357 0.008 -2.969

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai bagaimana pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2.1Karekteristik Demografi Responden

Berdasarkan usia responden dari kedua kelompok dalam penelitian ini dibagi kedalam rentang usia 21-60 tahun yaitu termasuk usia dewasa akhir di mana 55% dari responden pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis

sativus) berada pada rentang usia 41-60 tahun dan pada kelompok yang

memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) memiliki nilai M=46.20, SD=9.675 dan min-max=26-56, begitu juga pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) memiliki nilai M=40.00, SD=8.435 dan min-max=28-57.

Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi banyak terjadi pada rentang usia 20-60 tahun. Sesuai dengan pendapat Yundini (2006) yang mengatakan bahwa dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun adalah


(59)

penderita hipertensi. Informasi yang lain juga sependapat dengan Yundini dimana Sheps (2005) mengatakan hipertensi paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Di antara orang amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65 tahun ke atas, 50% menderita penyakit hipertensi. Dalimartha, et al (2008) juga sependapat dengan Sheps dimana pada umumnya, hipertensi menyerang pada usia di atas 30 tahun

Berdasarkan jenis kelamin dari seluruh responden pada penelitian ini lebih dari setengah responden adalah perempuan ((60%) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan (80%) pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)). Sesuai dengan pendapat Lewington (2002, dalam Kaplan, 2006) bahwa angka kematian dengan penyebab penyakit tekanan darah tinggi lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Yundini (2006) yang mengatakan bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Sama halnya di dalam penelitian ini dimana peneliti juga menemukan jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Adapun berat badan responden bila diukur berdasarkan BMI (Body Mass

Index) dari WHO dengan perhitungan berat badan (kg) dibagi tinggi badan yang

dikuadratkan (m2) untuk mencari berat badan ideal maka (15%) responden memiliki berat badan berlebih (BBB) dan (10%) responden adalah obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa responden penderita hipertensi memiliki masalah kelebihan berat badan dan membuktikan bahwa ada kaitan antara kelebihan berat badan dengan hipertensi.


(60)

Pendapat mengenai ini juga diutarakan oleh Dalimartha (2008) bahwa berdasarkan penelitian, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi, penelitian membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.

2.2Tekanan Darah Responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus)

Data awal pengukuran tekanan darah pada penelitian ini didapatkan sebanyak (75%) responden termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan (25%) responden termasuk klasifikasi hipertensi sedang. Bila ditinjau berdasarkan kedua kelompok maka pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) lebih dari setengah termasuk menderita hipertensi ringan (70 %) dan selebihnya termasuk hipertensi sedang (30%). Pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) hampir keseluruhan responden (80%) menderita hipertensi ringan, dan selebihnya (20%) adalah hipertensi sedang.

Dari data diatas, terlihat bahwa jumlah penderita hipertensi ringan lebih banyak dari pada penderita hipertensi sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridwanamiruddin (2007) yang menyatakan bahwa saat ini kejadian hipertensi di Indonesia diperkirakan sebanyak 15 juta kasus dengan prevalensi 68,4 % termasuk hipertensi ringan, 28,1 % hipertensi sedang dan hanya 3,5 % hipertensi berat.

Penyakit hipertensi jika tidak segera disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ


(61)

yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003). Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, demensia dan kematian prematur. Apabila tidak ditanggapi secara serius, umur penderitanya bisa diperpendek 10-20 tahun (Sheps, 2005).

Oleh karena itu sangat penting dilakukan penatalaksanaan hipertensi salah satu terapi non farmakologis yaitu dengan menggunakan mentimun (cucumis

sativus) yang dapat menurunkan hipertensi. Menurut Myrank (2009) mentimun

bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah.

Pada penelitian ini setelah dilakukan pemanfaatan mentimun diperoleh hasil setengah dari responden (50%) mengalami penurunan tekanan darah menjadi tekanan darah normal, kemudian (30%) responden turun ke klasifikasi normal tinggi (prehipertensi) dan (10 %) tidak mengalami penurunan. Sedangkan tekanan darah kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) seluruhnya menjadi hipertensi ringan (100%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Meilinasari, MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta telah mengemukakan bahwa mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk mengonsumsi mentimun. Menurutnya mentimun dapat mengobati hipertensi karena kandungan mineral yang ada didalamnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Myrank, 2009).


(62)

2.3Resiko Relative Pemanfaatan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada kedua kelompok

Pada penelitian ini berasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap pemanfaatan mentimun pada kepercayaan (CI=95%) dengan nilai lower limit: 4,362 dan upper limit: 1504,462 (4,362<OR<1504,462) maka didapatkan OR: 81,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penderita yang memanfaatkan mentimun mempunyai 81,000 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan dengan penderita hipertensi yang tidak memanfaatkan mentimun.

2.4Perbedaan Tekanan Darah pre dan post Pemanfaatan Mentimun (cucumis

sativus) dan Perbedaan Penurunan Tekanan Darah antara Kelompok yang

Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus) dengan Kelompok yang Tidk Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus).

Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dalam waktu 7 hari sebanyak 2 x sehari pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus). Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) hanya diberikan pendidikan kesehatan tentang manfaatan mentimun (cucumis sativus) untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus).


(63)

Dari hasil penelitian pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) setelah dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terdapat penurunan tekanan darah yang bermakna sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) tidak. Pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) tekanan darah sistoliknya memiliki

mean difference = 23.100 dengan level of significant = 0.000, dan tekanan darah

diastolik memiliki mean difference = 13.800 dengan level significant = 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis

sativus) memiliki perbedaan yang signifikan atau bermakna karena nilai sig yang

diperoleh p<0.05.

Jika ditinjau berdasarkan perbedaan penurunan tekanan darah kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus), berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis

sativus) dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus).

Hal ini didukung dengan diperolehnya nilai p tekanan darah sistolik pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) = 0.021 sehingga dapat disimpulkan p<0.05, begitu juga dengan perolehan nilai p tekanan darah diastolik = 0.008 yang berarti p<0.05 sehingga diketahui terdapat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(64)

Hal ini sesuai dengan pendapat Genie (2009), bahwa mentimun dapat mengobati penyakit hipertensi karena kandungan air yang sangat tinggi (hingga 90%),membuat mentimun memiliki efek diuretic (memperlancar buang air kecil) sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Dalimartha, et al (2008) juga sependapat dengan Genie bahwa mentimun (cucumis sativus) bersifat diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah dengan cara menggeluarkan cairan tubuh (melalui kencing), dengan demikian volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan. Informasi lain juga didapatkan dari Hayens (2003) yang berpendapat diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik. Selain itu jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.

Penatalaksanaan hipertensi dengan mentimun (cucumis sativus) merupakan salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah. Dekker (1996) menyatakan bahwa penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan mengurangi jumlah darah, mengurangi kegiatan jantung memompa, dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi halus sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun.


(1)

Std. Deviation 2.283

Minimum 92

Maximum 98

Range 6

Interquartile Range 5

Skewness .153 .687

Kurtosis -1.435 1.334

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. TD_diastolpre .127 10 .200* .953 10 .705 TD_diastolpost .153 10 .200* .917 10 .335 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance. TD_diastolpre

TD_diastolpre Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

4.00 9 . 2334 5.00 9 . 56778 1.00 10 . 1

Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)


(2)

(3)

TD_diastolpost

TD_diastolpost Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

.00 9 . 3.00 9 . 223 3.00 9 . 445 2.00 9 . 67 2.00 9 . 88

Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)


(4)

(5)

LEMBAR KONSUL Nama : Fauziah Rahmah Karim

Nim : 081121009

Dosen Pembimbing : Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS

Tanggal Topik Saran Paraf

Dosen 25-Feb-09 5-Mar-09 31-Mar-09 13-Apr-09 22-Apr-09 29-Apr-09 05-Mei-09 14-Mei-09 23-Mei-09 27-Jun-09 3-Jul-09 9-Jul-09 11-Jul-09 12-Jan-010 20-Jan-010 Mengajukan judul penelitian ACC judul Konsul Draft I Perbaikan Draf I

Konsul Draft II Perbaikan Draf II

Konsul Draft III Perbaikan Draft III

Konsul Draft IV Perbaikan Draft IV

Konsul Draft V Perbaikan Draft V

Mengajukan sidang proposal

Konsul Hasil Penelitian (Bab 5) Draft I

Perbaikan Bab 5

Rubah desain penelitian menjadi deskiptif eksploratif

Perkembangan cukup laju, lebih teliti lagi.

Coba buat metodelogi yang lebih teliti dan saling berkaitan

Diskusikan tentang pengumpulan data

Cek penulisan dan


(6)

25-Jan-010 30-Jan-010

03-Peb-010 10-Peb-010

12-Peb-010

Konsul Bab 5 Draft II Perbaikan Draft II

Konsu Draft III Konsul Abstrak

Mengajukan Sidang Hasil

kalimat. Gunakan uji

paired dan independent t-test

Lihat tabel, gabungkan pembahasan uji paired dan independen t-test Lanjutkan Abstrak

Persiapkan untuk pengajuan sidang