Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Kemasan Plastik Polietilen dan Keranjang Bambu dalam Transportasi Darat

PERUBAHAN MUTU FISIK MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA
KEMASAN PLASTIK POLIETILEN DAN KERANJANG BAMBU DALAM
TRANSPORTASI DARAT

SKRIPSI

Oleh:
SUHERMAN
F14070003

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

CUCUMBER ( Cucumis sativus L. ) PHYSICAL QUALITY CHANGE IN LAND
TRANSPORTATION AND PACKAGING TYPE
Suherman dan Usman Ahmad
Departement of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor
Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia
Phone +62 085 693 994 567, e-mail: suherman.karawang@yahoo.com
ABSTRACT

Transport model and selection on packaging type in land transportation of cucumber
determine the level of mechanical damage which can degrade the quality of cucumber. Mechanical

damage on cucumber grouped into wound scratch, wound rupture, bruising, and wound
crack. Mechanical damage will affect the physical quality of cucumber. The objective of this
research is to determine effect of some packaging types on cucumber physical quality change
(polyethylene plastic and bamboo baskets). The observations were conducted based on the
physical quality parameters such as mechanical damage, weight loss, color, hardness, and
organoleptic tests. Simulations was performed using a simulator table for 2 hours and 3 hours with
an amplitude of 2.5 cm and frequency of 2.75 Hz. Physical qualiy parameter of cucumber were
observed before and after simulation. Polyethylene packaging showed better results in cucumber fruit
packaging, with less mechanical damage (28.48% and 32.64%), weight loss (10:07% and 10.62%)
and general acceptance of cucumber by the panelists after transport with a score of 3.5.
Keywords: cucumber, polietilen, bamboo basket, simulation, mechanical damage, quality

SUHERMAN. F14070003. Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Kemasan
Plastik Polietilen dan Keranjang Bambu dalam Transportasi Darat. Dibimbing oleh Usman Ahmad.
2011.

RINGKASAN


Model pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan dalam transportasi mentimun menetukan
tingkat kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu mentimun. Kerusakan mekanis itu sendiri
terjadi karena getaran dan goncangan tumpukan dalam kemasan. Kerusakan mekanis pada buah
mentimun dikelompokan menjadi luka gores, luka pecah, luka memar, dan luka retak. Akibat dari
kerusakan mekanis tersebut akan mempengaruhi kualitas mutu fisik buah mentimun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis kemasan terhadap
penurunan mutu fisik mentimun, jenis kerusakan mekanis buah mentimun dan menentukan kemasan
yang sesuai dalam transportasi darat. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah mentimun lokal
umur petik 36-40 hari, plastik polietilen dan keranjang bambu. Peralatan yang digunakan adalah meja
simulator untuk simulasi transportasi. Timbangan metler, rheometer, dan chromameter. Buah
mentimun dibersihkan dan disortasi sebelum di kemas dengan plastik polietilen dan keranjang bambu.
Simulasi dilakukan dengan meja simulator selama 2 jam dan 3 jam dengan amplitudo 2.5 cm dan
frekuensi 2.75 Hz. Buah mentimun diamati parameter mutu fisik sebelum dan sesudah simulasi.
Pengamatan dilakukan terhadap parameter mutu fisik mentimun seperti kerusakan mekanis,
berat (susut bobot), warna, kekerasan, dan uji organoleptik. Kerusakan mekanis terbesar dialami oleh
buah mentimun yang dikemas dengan menggunakan keranjang bambu yaitu sebesar 32.64 % dan
52.13 % untuk waktu simulasi 2 jam dan 3 jam simulasi, dibanding kerusakan mekanis pada kemasan
polietilen yaitu 28.48 % dan 32.64 %. Susut bobot terbesar dialami oleh buah mentimun yang
dikemas dengan menggunakan keranjang bambu untuk lama simulasi selama 2 jam dan 3 jam yaitu

sebesar 11% dan 13.42%, Sedangkan susut bobot untuk buah mentimun yang dikemas dengan
menggunakan plastik polietilen adalah sebesar 10.07% dan 10.62%. Pada lama simulasi 2 jam
penurunan kekerasan produk sebesar 0.4 kgf (kemasan polietilen) dan 0.37 kgf (kemasan keranjang
bambu). Sedangkan nilai kekerasan produk pada lama simulasi 3 jam sebesar 0.42 kgf (kemasan
polietilen) dan 0.56 kgf (kemasan keranjang). Perubahan TPT tidak terlalu besar, mentimun dapat
digolongkan sebagai buah yang mempunyai kandungan karbohidrat dan pati yang rendah yang praktis
perubahan keduanya hampir tidak ada sesudah dipanen. Untuk nilai L warna mentimun berubah
menjadi lebih cerah dari warna sebelum transportasi yang agak putih redup karena warna hijau masih
ada di bagian tengah dan ujung buah mentimun. Nilai a buah mentimun semakin kehilangan warna
hijaunya. Untuk nilai b warna mentimun setelah transportasi berubah dari hijau menjadi warna kuning
Dari uji organoleptik terhadap aroma buah mentimun yang dikemas dengan plastik polietilen
dan keranjang bambu dapat diterima oleh responden, karena nilai rata-rata penilaian ≥ γ.5. Dari uji
organoleptik terhadap kekerasan buah mentimun hanya ada satu perlakuan yang tidak diterima yaitu
buah mentimun yang dikemas dengan keranjang bambu dan digetarkan selama 3 jam dengan nilai 3.4.
Untuk warna buah mentimun responden hanya menerima perubahan warna pada perlakuan
pengemasan mentimun dengan menggunakan plastik polietilen dan lama simulasi selama 2 jam. Dari
hasil uji organoleptik buah mentimun terhadap rasa responden lebih menerima buah mentimun yang
dikemas dengan menggunakan keranjang bambu dengan skor 3.5. Untuk penerimaan buah mentimun
secara umum responden lebih menyukai buah mentimun yang dikemas dengan menggunakan plastik
polietilen, karena nilai penerimaan responden terhadap penerimaan umum konsumen sebesar 3.5.

kemasan polietilen lebih baik dalam mengemas buah mentimun selama 2 jam simulasi yaitu dengan
nilai indeks sifat berbobot ( ) 85.4γγ lebih besar dari nilai indeks sifat berbobot ( ) kemasan
keranjang bambu sebesar 84.267. Sedangkan untuk lama simulasi 3 jam kemasan plastik polietilen
masih lebih baik dari pada keranjang bambu dengan nilai sebesar 8γ.γγγ sedangkan untuk nilai
keranjang bambu adalah 73.585.

PERUBAHAN MUTU FISIK MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA KEMASAN PLASTIK
POLIETILEN DAN KERANJANG BAMBU DALAM TRANSPORTASI DARAT

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Mesin Dan Biosistem
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
SUHERMAN
F14070003


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

i

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Kemasan Plastik
Polietilen dan Keranjang Bambu dalam Transportasi Darat
: Suherman
: F14070003

Menyetujui
Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr.

NIP. 196612281992031003

Mengetahui :
Ketua Departemen

Dr. Ir. Desrial, M. Eng.
NIP. 196612011991031004

Tanggal Lulus :

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASINYA

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul Perubahan Mutu Fisik
Mentimun (Cucumis sativus L.) pada Kemasan Plastik Polietilen dan Keranjang Bambu dalam
Transportasi Darat adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen pembimbing akademik, dan
belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011
Yang membuat pernyataan
Suherman
F14070003

iii

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Suherman, lahir di Karawang tanggal 4 Februari
1989, merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara dari pasangan H. Agus
Nurjaman dan Hj. Siti Aisyah. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Adiarsa VI Karawang, kemudian
dilanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Karawang (2001-2004) dan
SMA Negeri 5 Karawang (2004-2007. Pada tahun 2007 penulis diterima
di IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB.Penulis memilih
Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa kuliah, pada tahun 2008

penulis aktif sebagai pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah Karawang (PANATAYUDHA) sebagai
Ketua divisi Informasi dan Komunikasi. Pada tahun 2009 penulis aktif di BEM FATETA (Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian) divisi Advokasi. Pada tahun 2010 penulis
menjadi Ketua Tim POKJA SPP FATETA. Selain itu penulis juga dipercaya menjadi asisten
praktikum mata kuliah Motor Tenaga Pertanian dan Teknik Mesin Budidaya Pertanian pada tahun
ajaran 2010/2011. Penulis juga mendapatkan dana dari Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM)
Kewirausahaan dari DIKTI dengan judul “Pemasaran Pizza Singkong di Sekitar Kampus IPB” pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis melakukan praktek lapang di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Divisi Biskuit dengan judul laporan “Aspek Keteknikan Dalam Pembuatan Biskuit Crackers di PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Biskuit”.

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang berjudul “Mempelajari Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Perubahan Mutu

Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Selama Transportasi Darat” yang disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan Hasil Pertanian.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang berpartisipasi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Dr. Ir. Usman Ahmad M.Agr selaku dosem pembimbing akademik yang telah membimbing
penulis dan menyisihkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis.
2. Dosen penguji Bapak Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si
3. Kedua Orang Tua beserta kakak dan adik penulis, serta keluarga besar yang berada di Karawang
(Teluk Jambe dan Klari) yang selalu memotivasi penulis dan atas segala bantuannya baik moril
ataupun materil.
4. Seluruh staff pengajar Dept. Teknik Mesin Biosistem atas nasehat, ilmu dan bimbingannya yang
telah diberikan di dalam ataupun diluar perkuliahan.
5. Seluruh pegawai dan staff pegawai Dept. Teknik Mesin dan Biosistem atas segala bantuan dan
bimbingannya dalam mempermudah pengayaan alat dan bahan untuk penelitian.
6. Teman-teman satu angkatan 44 Teknik Mesin dan Biosistem atas bantuan, dukungan serta
informasi hasil tukar fikirannya selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. Mudho Saksono,
Ririn Nurmawati, Putri Barus yang selalu memberikan dukungan serta saranya.
7. Teman-teman kost di Balebak yang selalu memberikan keceriaan disetiap waktu.
8. Widyaningtias Septianti yang selalu mendukung dan menemani penulis selama peulis menyusun
skripsi termasuk dalam pencarian bahan untuk penelitian.

9. Waqif Agusta atas saran, bantuan dan diskusinya.
Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2011
Suherman
F14070003

v

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1
B. TUJUAN PENELITIAN..................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3

A. BUAH MENTIMUN .......................................................................................................... 3
B. PENGEMASAN ................................................................................................................. 4
C. KEMASAN PLASTIK DAN KERANJANG BAMBU ..................................................... 5
D. TRANSPORTASI............................................................................................................... 6
E. SIMULASI TRANSPORTASI PERTANIAN.................................................................... 7
F. KERUSAKAN MEKANIS ................................................................................................. 8
III. METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 9
A. WAKTU DAN TEMPAT ................................................................................................... 9
B. ALAT DAN BAHAN ......................................................................................................... 9
C. METODE PENELITIAN.................................................................................................... 9
D. KESETARAAN SIMULASI TRANSPORTASI ............................................................. 13
E. PENGAMATAN............................................................................................................... 14
F. RANCANGAN PERCOBAAN ........................................................................................ 18
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................ 19
A. KESETARAAN SIMULASI ............................................................................................ 19
B. PENURUNAN MUTU FISIK .......................................................................................... 19
1. Kerusakan Mekanis ...................................................................................................... 19
2. Susut Bobot .................................................................................................................. 21
3. Kekerasan ..................................................................................................................... 22
4. Total Padatan Terlarut .................................................................................................. 23
5. Warna ........................................................................................................................... 24
6. Organoleptik................................................................................................................. 26
C. PEMILIHAN KEMASAN................................................................................................ 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 31
A. KESIMPULAN................................................................................................................. 31
B. SARAN............................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 32
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 34

vi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kandungan dan komposisi gizi buah mentimun tiap 100 g........................................... 4
Tabel 2. Perlakuan selama simulasi transportasi pada meja getar (Cianjur-Bogor) .................. 11
Tabel 3. Perlakuan selama simulasi transportasi pada meja getar (Cianjur-Jakarta)................. 11
Tabel 4. Kombinasi Perlakuan .................................................................................................. 18
Tabel 5. Tabulasi data dalam penelitian .................................................................................... 18

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kemasan Karung Plastik ........................................................................................... 5
Gambar 2. Kemasan Polietilen.................................................................................................... 5
Gambar 3. Keranjang Bambu...................................................................................................... 5
Gambar 4. Pencucian Mentimun................................................................................................. 9
Gambar 5. Penyusunan mentimun dalam plastik polietilen ...................................................... 10
Gambar 6. Penyusunan mentimun dalam keranjang bambu ..................................................... 10
Gambar 7. Penyusunan tumpukan kemasan polietilen.............................................................. 10
Gambar 8. Penyusunan tumpukan keranjang bambu ................................................................ 10
Gambar 9. Bagan alir metode penelitian ................................................................................... 12
Gambar 10. Timbangan digital.................................................................................................. 15
Gambar 11. Rheometer.............................................................................................................. 15
Gambar 12. Bagian-bagian dari buah mentimun....................................................................... 15
Gambar 13. Refraktometer ........................................................................................................ 16
Gambar 14. Chromameter......................................................................................................... 16
Gambar 15. Contph berbagai kerusakan mekanis yang terjadi setelah simulasi ....................... 20
Gambar 16. Tingkat kerusakan mekanis buah mentimun ......................................................... 20
Gambar 17. Persentasi susut bobot buah mentimun.................................................................. 22
Gambar 18. Kekerasan buah mentimun .................................................................................... 23
Gambar 19. Nilai penurunan kekerasan buah mentimun setelah transportasi ........................... 23
Gambar 20. Nilai total padatan terlarut buah mentimun ........................................................... 24
Gambar 21. Perubahan warna (Nilai L) pada buah mentimun .................................................. 25
Gambar 22. Perubahan warna (Nilai a) pada buah mentimun................................................... 25
Gambar 23. Perubahan warna (Nilai b) pada buah mentimun................................................... 26
Gambar 24. Tingkat kesukaan responden terhadap aroma buah mentimun .............................. 27
Gambar 25. Tingkat kesukaan responden terhadap kekerasan buah mentimun ........................ 27
Gambar 26. Tingkat kesukaan responden terhadap warna buah mentimun .............................. 28
Gambar 27. Tingkat Kesukaan responden terhadap rasa buah mentimun................................. 28
Gambar 28. Tingkat kesukaan terhadap penerimaan umum buah mentimun............................ 29

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Kontruksi BPPT 1986... 34
Lampiran 2. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan kerusakan mekanis buah mentimun......... 37
Lampiran 3. Analisis Ragan dan uji lanjut Duncan susut bobot buah mentimun...................... 38
Lampiran 4. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan kekerasan buah mentimun ....................... 39
Lampiran 5. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan TPT buah mentimun............................... 40
Lampiran 6. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan warna (L, a, b) buah mentimun ............... 41
Lampiran 7. Metoda pembobotan dengan menggunakan tabel digital logic, sifat berskala dan
indeks sifat berbobot ........................................................................................... 44
Lampiran 8. Tabel kerusakan mekanis buah mentimun ........................................................... 46
Lampiran 9. Tabel persentasi kerusakan mekanis buah mentimun ........................................... 46
Lampiran 10. Tabel data susut bobot buah mentimun............................................................... 47
Lampiran 11. Tabel kekerasan buah mentimun ....................................................................... 47
Lampiran 12. Tabel total padatan terlarut buah mentimun ....................................................... 49
Lampiran 13. Tabel data warna (nilai L. a, b) buah mentimun ................................................. 51
Lampiran 14. Tabel data uji organoleptik aroma buah mentimun............................................. 53
Lampiran 15. Tabel data uji organoleptik kekerasan buah mentimun....................................... 54
Lampiran 16. Tabel data uji organoleptik warna buah mentimun............................................. 55
Lampiran 17. Tabel data uji organoleptik rasa buah mentimun ................................................ 56
Lampiran 18. Tabel data uji organoleptik keseluruhan buah mentimun ................................... 57

ix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan penghasil komoditass hortikultura yang potensial. Buah-buahan dan
sayur-sayuran merupakan produk hortikultura yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga
bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri baik dari segi kualitas/mutu maupun
produktivitasnya.
Mentimun merupakan salah satu sayuran yang banyak dikonsumsi segar oleh masyarakat
Indonesia. Mentimun juga sangat berkhasiat untuk kesehatan, dapat dibuat minuman dalam bentuk jus
berkhasiat untuk kesehatan kulit. Mentimun kaya akan sumber mineral, vitamin, dan harganya
terjangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu permintaan akan buah mentimun semakin
meningkat. Keadaan seperti itu harus diikuti dengan peningkatan kualitas buah mentimun,
peningkatan produksi, serta pengembangan usaha tani yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan
petani mentimun itu sendiri.
Luas areal lahan mentimun di Indonesia dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 58.647 ha,
56.634 ha, 55.795 ha, 56.099 ha, dan 56.902 ha. Dengan presentasi pertumbuhan sebanyak 1.43%
(2009-2010). Produktivitas buah mentimun pada tahun 2008 mencapai 540122 ton sedangkan tahun
2009 mencapai 583641 ton dengan pertumbuhan 7.96 % (2008-2009) (Badan Pusat Statistik dan
Direktorat Jenderal Hortikultura).
Dalam penaganan pasca panen, pengangkutan/pendistribusian merupakan bagian yang sangat
penting. Kerusakan mekanis yang terjadi selama transportasi di Indonesia berkisar antara 1.57%37.05%. Kerusakan yang tinggi tersebut disebabkan oleh kerusakan fisiologis, kerusakan fisik karena
pemuatan dan pembongkaran yang kurang hati-hati, penggunaan wadah yang tidak sesuai, kondisi
pengangkutan yang kurang memadai dan terjadinya keterlambatan pada jalur pengangkutan (Anwar,
2005). Kerusakan ini diakibatkan oleh benturan (shock), getaran (vibration) selama transportasi, beban
tekanan yang dialami buah (stress), varietas, tingkat kematangan, bobot dan ukuran buah, karakteristik
kulit, serta kondisi lingkungan (Kays, 1991).
Pengangkutan mentimun dari kebun ke pasar bisa mengunakan berbagai macam jenis
kemasan untuk transportasi, seperti peti kayu, karung berjaring, kardus karton, kantong plastik dan
keranjang bambu. Tetapi dari hasil pengamatan langsung di beberapa pasar Kota Bogor, untuk
mentimun varietas lokal biasanya dikemas dengan menggunakan kemasan plastik seperti polietilen,
polipropilen, karung plastik dan kemasan bersifat kaku seperti keranjang bambu.
Kesalahan pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan dalam transportasi mentimun dapat
menyebabkan kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu mentimun. Sementara itu konsumen
menginginkan buah yang dibeli masih dalam keadaan segar dan tidak rusak. Maka diperlukan
pengemasan yang benar, baik dalam pemilihan jenis kemasan dan penyusunan mentimun itu sendiri di
dalam kemasan. Penyusunan mentimun di dalam kemasan juga harus diperhatikan karena kerusakan
mekanis yang terjadi ketika transportasi akan semakin meningkat jika penyusunan buah mentimun di
dalam kemasan kurang tepat. Dalam masalah ini perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
seberapa baik kemasan untuk transportasi buah mentimun yang pada umumnya digunakan untuk
mengemas buah mentimun, yaitu plastik polietilen dan keranjang bambu. Selain itu juga untuk
mengetahui pengaruh kedua kemasan tersebut terhadap mutu fisik buah mentimun setelah mengalami
proses simulasi transportasi.

1

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mempelajari pengaruh kemasan polietilen dan keranjang bambu terhadap penurunan mutu fisik
mentimun dalam transportasi darat.
2. Mengetahui kerusakan mekanis pada mentimun setelah transportasi darat pada kemasan plastik
polietilen dan keranjang bambu

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Mentimun
Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau Cucurbitaceae)
merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan secara langsung ataupun diolah
terlebuh dahulu. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki
kandungan air yang cukup banyak di dalamnya sehingga dapat menyejukan ketika dimakan.
Mentimun dapat tumbuh dengan baik dan mampu beradaptasi di hampir semua jenis tanah,
kemasaman tanah yang optimal adalah 5.5 - 6.5. Tanah yang banyak mengandung air merupakan jenis
tanah yang baik untuk penanaman mentimun. Jenis tanah yang cocok diantaranya adalah aluvial,
latosol, dan andosol. Untuk tumbuh dengan baik mentimun menginginkan suhu 18-30 0C. Namun,
untuk perkecambahan biji suhu optimal antara 25-30 0C. Cahaya merupakan faktor yang sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman mentimun. Penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan
optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari. Kelembaban relatif udara (RH) yang
dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%. Curah hujan 200-400
mm/bulan, curah hujan yang tinggi tidak baik karena curah hujan yang tinggi akan banyak
menggugurkan bunga (Sumpena, 2007).
Perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembusnya
relatif dangkal, pada kedalaman 30-60 cm. Oleh karena itu, tanaman mentimun termasuk peka
terhadap kekurangan dan kelebihan air (Rukmana, 1994).
Biji bah mentimun bentuknya pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning-kuningan
sampai cokelat. Biji ini dapat digunakan sebagai perbanyakan tanaman (Rukmana, 1994).
Buah mentimun siap dipetik setelah ditanam sekitar 34 hari. Ukuran buah yang ideal dengan
panjang 20-25 cm diameter 4 cm. Kadang-kadang pasar menyukai ukuran tertentu (lebih besar atau
lebih kecil). Pemetikan dapat dilakukan 2-3 hari sekali (Tanindo, 2006). Untuk kandungan dan
komposisi gizi buah mentimun tiap 100 gram dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan taksonomi buah
mentimun sebagai berikut:
Kingdom
Subkingdom
Superdivisio
Divisi
Kelas
Sub kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
(Sharma, 2002)

: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta (berpembuluh)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (berbunga)
: Magnoliopsida (berkepingdua/dikotil)
: Dilleniidae
: Violales
: Cucurbitaceae (sukulabu-labuan)
: Cucumis
: Cucumis sativus L

3

Tabel 1. Kandungan dan komposisi gizi buah mentimun tiap 100 g
bahan (Sumpena, 2007).
Kandungan Gizi

Kadar

Energi (kal)

15

Protein (g)

0.8

Pati (g)

0.1

Karbohidrat (g)

3

Fosfor (mg)

30

Zat besi (mg)

0.5

Thianine (mg)

0.02

Ribovlafin (mg)
Vitamin A (S.I)

0.01
0.45

Vitamin B1 (mg)

0.3

Vitamin B2 (mg)
Asam (mg)

0.2
14

B. Pengemasan
Pengemasan buah atau sayuran adalah meletakan buah dan sayuran ke dalam suatu wadah
yang cocok dengan lingkungan yang mampu mendukung aktivitas buah tersebut setelah dipanen
sehingga dapat di minimalisir kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, maupun biologi selama
transportasi dan penyimpanan sebelum sampai ke tangan konsumen.
Menurut Satuhu (2004), bahan dan bentuk kemasan secara umum dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
1. Kemasan langsung, yaitu kemasan utama yang langsung berhubungan dengan buah yang dikemas,
bahan pengemas utama bisa berupa karung, plastik, kertas atau daun.
2. Kemasan tidak langsung, yaitu kemasan kedua dari buah yang tidak bersentuhan langsung. Bahan
pengemas jenis ini dapat terbuat dari peti kayu, peti plastik, peti karton dan keranjang bambu.
Perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam goncangan dalam
perjalanan yang mengakibatkan kememaran dan penurunan kekerasan hasil hortikultura. Faktor yang
perlu diperhatikan meliputi kemasan, jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan; komoditas yang
diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur dan pola susunan biaya pengangkutan dibandingkan
dengan harga komoditas, permintaan waktu, jarak dan keadaan jalan yang dilintasi (Purwadaria,
1998).
Persyaratan kemasan yang baik adalah seperti dibawah ini (Paine dan Paine, 1983):
1. Sesuai dengan produk yang akan dikemas
2. Harus terjamin sanitasi dan kebersihan kemasan
3. Mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dan segala resiko selama pengangkutan
4. Terbuat dari bahan yang kuat dan ringan
5. Terbuat dari bahan yang murah dan mudah untuk didapatkan di daerah penghasil
Kapasitas kemasan ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akan digunakan pada
transportasi. Menurut Peleg (1985), kapasitas kemasan untuk penanganan sesuai kemampuan manusia
(suitable for carrying man) adalah 15 – 30 kilogram dan sekitar 200 – 500 kilogram untuk sistem
penanganan mesin (suitable for forklift handling).

4

Komoditi hortikultura bersifat mudah rusak (perishable) dan masih melakukan metabolisme
sebagai aktivitas hidup maka pemuatan produk dalam kemasan harus dilakukan secara efisien untuk
menghindari kerusakan produk selama transportasi. Penggunaan 60 – 65% volume kemasan adalah
penggunaan volume kemasan yang baik untuk mengurangi kerusakan produk karena masih
tersedianya ruang dalam kemasan untuk pertukaran gas – gas yang dihasilkan dari proses metabolisme
produk selama dikemas (Peleg, 1985).
Dari hasil studi lapang di beberapa pasar sekitar Bogor (Pasar Anyar dan Pasar Bogor),
mentimun dikemas dengan menggunakan plastik polietilen, karung plastik dan keranjang bambu.
Masing-masing dikemas antara 25-30 kg per kantung plastik polietilen dan polipropilen, sedangkan
karung plastik dan keranjang bambu antara 30-40 kg per kemasan. Terdapat beberapa susunan dalam
peletakan buah di dalam kemasan, yaitu secara acak dan tersusun secara horizontal.

C. Kemasan Plastik Polietilen dan Keranjang Bambu
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan
pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplastis dan selektif dalam
permeabilitasnya terhadap uap air dan oksigen. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara
menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno,
1987). Ryall dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang
dapat menarik selera konsumen. Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,
mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi
lunak dan mencair pada suhu 110 C. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat
mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak
digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang termoplastis, polietilen mudah dibuat
kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970).
Penggunaan keranjang bambu kurang efektif sebagai kemasan transportasi, karena
penampang kemasan yang berbentuk lingkaran, daripada kemasan lain yang berpenampang segi
empat seperti kayu dan kardus. Bentuk penampang beban tumpukan terutama bila diisi penuh (padat)
sehingga buah juga akan menerima beban tumpukan tersebut.
Kemasan transportasi buah mentimun yang biasa digunakan di wilayah sekitar Bogor dan
Cianjur adalah karung plastik (Gambar 1), plastik polietilen (Gambar 2), dan keranjang bambu
(Gambar 3)

Gambar 1. Kemasan karung plastik

Gambar 2. Kemasan polietilen

Gambar 3. Keranjang bambu

5

D. Transportasi
Pada umumnya pengangkutan mentimun dikemas ke dalam berbagai macam kemasan akan
dikirim ke pasar induk atau diambil oleh penjual untuk pasar-pasar lokal dengan truk, pick up atau alat
angkut lainnya. Pengangkutan mentimun terdiri dari dua macam yaitu jauh dan dekat. Pengangkutan
dengan jarak lebih dari 200 km memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Penggunaan kemasan
karung jala dan keranjang bambu dengan kapasitas 50-75 kg pada pengangkutan dengan jarak lebih
dari 200 km akan mengalami kerusakan sampai 20%. Hasil penelitian para peneliti Pasca Panen
Balithort menyatakan pada setiap tahap penanganan memerlukan waktu total sampai ke pedagang
eceran bisa mencapai 36 jam dan terjadi kerusakan sebesar 25% (Sumpena, 2007).
Bahan hasil pertanian khususnya sayuran sangat mudah mengalami kerusakan. Salah satu
masalah utama lepas panen adalah kerusakan mekanis yang diakibatkan oleh pengangkutan yang
dapat terjadi karena adanya benturan antar produk di dalam kemasan, produk dengan kemasan karena
bergesekan dan himpitan. Semakin lama pengangkutan atau semakin panjang jalan maka semakin
tinggi tingkat kerusakan mekanis yang terjadi, sehingga perlu diperhatikan penggunaan jenis kemasan
dan pengaturan umur petik buah jambu biji jika di transportasikan pada jarak yang jauh (Putu, 2006).
Goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun direl kereta api
dapat mengakibatkan kememaran, susut berat dan memperpendek masa simpan. Hal ini dapat terjadi
terutama pada pengangkutan buah-buahan dan sayur-sayuan yang dikemas. Meskipun kemasan dapat
meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan
kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan dan susunan kemasan di dalam pengangkut
(Purwadaria, 1992).
Menurut Satuhu (2004), perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat
mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu sampai ditempat tujuan
mencapai kurang dari 30-50%. Pada umumnya hambatan-hambatan yang menyebabkan penurunan
mutu tersebut adalah kegiatan penanganan pasca panen yang tidak sempurna. Kegiatan pasca panen
meliputi masalah tempat pengumpulan, grading dan sortasi, pengemasan, pengangkutan dan
pemasaran.
Menurut Kitinoja dan Kader (2003), pada pengangkutan dengan kendaraan terbuka,
tumpukan produk harus hati-hati disusun agar tidak menyebabkan kerusakan mekanis. Kendaraan
dapat dilindungi dengan lapisan jerami atau karung sebagai penahan getaran pada kendaraan kecil.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada kendaraan terbuka sedapat mungkin udara dapat melewati produk
dengan baik. Kitinoja dan Gorny (1999), menyatakan pengiriman saat-saat lebih dingin (malam hari
atau dini hari) dapat mengurangi panas pada produk sehingga dapat meminimalkan kerusakan.
Pantastico (1986), memberikan pertimbangan-pertimbangan dasar untuk pengangkutan jarak
pendek dan jarak jauh sebagai berikut:
1. Pada pengangkutan dalam jarak pendek, komoditi harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dan
kemungkinan suhu yang ekstrim.
2. Untuk pengankutan jarak jauh, ada resiko tambahan berupa kerusakan komoditi disebabkan oleh
pemanasan yang berlebihan dan pelayuan, masuknya organisme pembusukan, kerusakan akibat
pendinginan, pelunakan komoditi yang mengandung banyak air atau pematangan buah.
Menurut Hilton (1993), vibrasi dan benturan selama transportasi dapat diredam dengan
menggunakan bantalan. Pada jenis kemasan yang terbuat dari kayu atau plastik (hard plastic),
kemasan bantalan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meredam vibrasi dan benturan
sekaligus dapat menjaga posisi buah tidak berubah di dalam wadah kemasan bantalan selama proses
transportasi dan tidak menyentuh dasar kemasan primer.

6

Kerusakan memar banyak terjadi pada tomat selama transportasi dengan kemasan kotak
karton dibandingkan kemasan peti kayu, hal ini dikarenakan peti kayu memiliki celah sirkulasi lebih
banyak dibandingkan kotak karton. Penyusunan secara teratur dalam kemasan selama transportasi
lebih baik dibandingkan dengan cara penyusunan tomat secara acak. Penyusunan tomat secara teratur
dapat mengurangi kerusakan yang terjadi pada tomat baik memar, luka ataupun pecah karena isi
kemasan tidak terlalu padat. Namun penyusunan secara teratur lebih membutuhkan waktu yang lebih
banyak sehingga produk akan lebih lama sampai ke konsumen (Prajawati, 2006).
Daya tahan mentimun lokal untuk disimpan hanya 2-3 hari. Lebih lama dari itu mentimun
akan layu dan keriput. Mentimun jepang yang dikemas tanpa menggunakan Modified Atmosfer hanya
bertahan selama 7 hari (Purwadaria, 1997). Mentimun pada suhu 75 0F selama 8 hari disimpan dengan
kemasan yang dapat menahan air kehilangan bobot sebesar 6.1% (Pantastico, 1986). Mentimun akan
tetap segar dalam waktu yang lama pada penyimpanan dalam suhu 12-14 0C, dalam kondisi seperti ini
mentimun akan tahan sampai 14 hari (Sumpena, 2007).

E. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian
Produk holtikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga potong mudah sekali rusak
setelah dipanen. Kerusakan ini dapat dipercepat oleh adanya luka dan memar. Untuk memperoleh
gambaran data kerusakan mekanis yang diterima, maka ketika merancang alat simulasi pengangkutan
disesuaikan dengan kondisi jalan dalam dan di luar kota.
Dasar yang membedakan jalan dalam kota dan luar kota adalah besar amplitudo yang terukur
dalam suatu panjang jalan tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo rendah jika dibandingkan
dengan jalan luar kota. Frekuensi alat angkut yang tinggi bukan penyebab utama terhadap kerusakan
pengangkutan, yang lebih berpengaruh adalah ampitudo jalan (Darmawati, 1994)
Untuk simulasi pengangkutan dengan truk maka goncangan yang dominan adalah
goncangan pada arah vertikal, sedangkan pada kereta api adalah goncangan horizontal. Goncangan
lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya kecil sekali (Soedibyo,
1992).
Kusumah (2007), mengkaji pengaruh kemasan dan suhu terhadap mutu fisik mentimun
selama transportasi. Kemasan yang digunakan adalah peti kayu, karung jaring dan karton. Simulasi
simulasi dilakukan selama 3 jam dengan amplitudo 2.5 cm dan frekuensi 2.59 Hz. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa tingkat kerusakan mekani tertinggi dialami oleh mentimun dalam peti kayu
dengan nilai kerusakan sebesar 40.915% dan yang terendah dialami oleh mentimun dalam kemasan
kardus dengan nilai kerusakan sebesar 26.1%.
Pradnyawati (2006), menyatakan lamanya simulasi berpengaruh terhadap jumlah kerusakan
pada jambu biji. Semakin lama waktu simulasi, maka semakin tinggi tingkat kerusakan mekanis yang
terjadi. Pradnyawati (2006), telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kemasan dan goncangan
terhadap mutu fisik jambu biji selama transportasi. Jenis kemasan yang digunakan adalah keranjang
bambu dengn bahan pengisi daun pisang, kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah, dan
kardus karton dengan bahan pembungkus kertas koran. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat
kerusakan mekanis yang tertinggi dialami oleh jambu biji dalam kemasan keranjang bambu dengan
bahan pengisi daun pisang. Sedangkan tingkat kerusakan mekanis terendah dialami oleh jambu biji
dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran.
Siregar (2007), telah melakukan simulasi transportasi terhadap buah salak yang dikemas
dengan kemasan berbahan baku pelebah salak, dimana simulasi menunjukan bahwa kapasitas
mempengaruhi persentase kerusakan fisik, persentase luas memar pada tiap buah salak.

7

F. Kerusakan Mekanis
Salah satu masalah pasca panen adalah kerusakan mekanis karena transportasi karena adanya
benturan antara buah dengan buah, benturan antara buah dengan wadah atau kemasan, gesekan dan
himpitan. Penyebab kerusakan mekanis selama pengangkutan antara lain:
1. Isi kemasan terlalu penuh
Isi kemasan yang terlalu penuh menyebabkan meningkatnya kerusakan tekan atau kompresi
karena adanya tambahan tekanan dari tutup kemasan.
2. Isi kemasan kurang
Isi kemasan yang kurang menyebabkan kerusakan vibrasi pada lapisan atas. Hal ini
disebabkan karena adanya ruang diatas bahan sehingga selama pengangkutan bahan bagian atas akan
terlempar-lempar dan saling berbenturan.
3. Kelebihan tumpukan
Tumpukan bahan yang terlalu tinggi di dalam kemasan menyebabkan tekanan yang besar
pada buah lapisan bawah, sehingga meningkatkan kerusakan kompresi.
Sedangkan penyebab kerusakan mekanis yang biasa terjadi pada bahan dalam kemasan
selama pengangkutan, yaitu kerusakan karena tekanan dan kompresi, kerusakan akibat benturan dan
kerusakan akibat vibrasi (Kusumah, 2007).
Tinggi susunan komoditas dalam kemasan tergantung pada kecepatan respirasi komoditas.
Bila susunannya terlalu padat dan tebal maka bagian tengah akan menjadi lebih panas akibat respirasi
yang tidak dapat keluar. Soedibjo (1992) menyatakan bahwa yang terpenting dalam penyusunan
bahan di dalam kemasan adalah penyusunan lapisan dasar yang baik, dengan demikian lapisan
berikutnya akan mudah dikerjakan.
Faktor-faktor yang terjadi selama pengangkutan dapat terjadi karena tumpukan buah yang
terlalu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang besar terhadap buah yang terdapat pada
lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan akibat kompresi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan mekanik buah antara lain:
1. Gaya-gaya luar
Tingkat kerusakan mekanis yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya gaya luar (beban) yang
mengenai buah. Kerusakan akan semakin tinggi jika gaya luar yang diterima oleh buah semakin besar.
2. Sifat mekanis buah
Sifat mekanis yaitu respon bahan yang sesuai dengan perilakunya apabila diberi gaya. Sifat
mekanis bahan dipelajari dalam ilmu reologi. Secara reologi, sifat mekanis buah dapat dinyatakan
dalam tiga bentuk yakni gaya, deformasi, dan waktu.

8

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil
Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian selama 5 bulan terhitung mulai Maret 2011 hingga Juli 2011.

B. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan adalah meja simulator untuk simulasi transportasi dengan
kompresor. Timbangan digital untuk mengukur susut bobot, rheometer untuk mengukur kekerasan
buah, chromameter untuk mengetahui perubahan warna dan refraktometer untuk mengukur total
padatan terlarut.
2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah mentimun lokal yang berasal dari Cianjur
dengan umur petik 36-40 hari (panen ke-2). Kemasan yang digunakan adalah plastik polietilen
ukuran 50 cm x 85 cm kapasitas untuk mentimun 20-30 Kg dengan ketebalan 0.04 mm dan keranjang
bambu dengan kapasitas angkut minimal untuk mentimun 20-30 Kg dengan tinggi 60 cm dan
diameter 50 cm.

C. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan adalah
1. Mentimun sebelum dikemas dibersihkan dengan cara dicuci dengan air (Gambar 4) dan dicari yang
seragam baik bentuk dan ukurannya (panjang 15-20 cm, diameter 4-5 cm). Setelah itu mentimun
kembali disortir ketika akan disimulasikan. Sebelum disimulasikan dilakukan pengamatan terhadap
parameter mutu fisik mentimun.

Gambar 4. Pencucian mentimun

9

2. Mentimun yang telah dibersihkan dan disortasi kemudian dimasukan ke dalam plastik polietilen
(kapasitas 25 kg) sebanyak 20 kg dan keranjang bambu (kapasitas 30 kg) sebanyak 20 kg.
Penempatan mentimun didalam kemasan tersusun rapih searah horizontal dengan posisi kemasan
terbaring untuk kemasan polietilen seperti pada Gambar 5. Untuk penyusunan buah mentimun dengan
keranjang bambu (Gambar 6) sama seperti penyusunan buah mentimun di dalam polietilen. Pemilihan
posisi ini dikarenakan posisi tersebut pada dasarnya akan mengurangi kerusakan mekanis selama
transportasi jika dibandingkan pada kemasan yang sama. Untuk mengetahui kemasan yang
mengakibatkan kerusakan mekanis minimal harus dilakukan percobaan dengan simulasi transportasi.

Gambar 5. Penyusunan mentimun dalam
plastik polietilen

Gambar 6. Penyusunan mentimun dalam
keranjang bambu

3. Kemasan tersebut kemudian disusun pada meja getar, untuk masing-masing kemasan sebanyak dua
tumpukan. Pada layer pertama akan ditumpuk kemasan yang diisi dengan buah mentimun yang
sebenarnya dan pada layer yang kedua akan diisi dengan bahan pemberat sebesar berat mentimun
yang ada pada kemasan dibawahnya yaitu sebesar 20 kg (Gambar 7 dan Gambar 8). Bahan
pemberatnya adalah pasir.

Gambar 7. Penyusunan tumpukan
kemasan polietilen

Gambar 8. Penyusunan tumpukan
keranjang bambu

10

4. Simulasi dilakukan selama 2 jam dan 3 jam dan dengan pengulangan sebanyak 3 kali, dengan
menggunakan jalan luar kota. Pemilihan lama simulasi selama 2 jam setara dengan jarak yang
ditempuh kendaraan pengangkut sejauh 86 km (jarak Cianjur ke Bogor) dengan menggunakan jalan
luar kota. Sedangkan untuk lama simulsi selama 3 jam setara dengan jarak yang ditempuh kendaraan
pengangkut sejauh 129 km (jarak Cianjur ke Jakarta) dengan menggunakan jalan luar kota. Nilai
frekuensi dan amplitudo selama simulasi adalah 2.75 Hz dan 2.5 cm. Perlakuan dalam melakukan
simulasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 untuk lama simulasi 2 jam dan Tabel 3 untuk lama
simulasi 3 jam.
Tabel 2. Perlakuan selama simulasi transportasi pada meja getar (Cianjur-Bogor)
Dicari

Nilai

Satuan

Frekuensi

2.75

Hz

Amplitudo
Perioda (T)

2.5
0.363636364

cm
detik/getaran

Kecepatan sudut (w)

17.27

getaran/detik

Luas satu siklus getaran vibrator

0.000868674

cm2/jam

Lama getaran
Jumlah luas seluruh getaran selama 1 jam
Jumlah luas seluruh getaran truk luar kota
selama 0.5 jam

2
17.19974694

jam
cm2/jam

2.999

cm2

Jumlah jarak yg ditempuh

86.02741052

km

Tabel 3. Perlakuan selama simulasi transportasi pada meja getar (Cianjur-Jakarta)
Dicari

Nilai

Satuan

Frekuensi

2.75

Hz

Amplitudo
Perioda (T)

2.5
0.363636364

cm
detik/getaran

Kecepatan sudut (w)

17.27

getaran/detik

Luas satu siklus getaran vibrator
Lama getaran

0.000868674
3

cm2/jam
jam

Jumlah luas seluruh getaran selama 1 jam
Jumlah luas seluruh getaran truk luar kota
selama 0.5 jam

25.79962042

cm2/jam

2.999

cm2

Jumlah jarak yg ditempuh

129.0411158

km

5. Setelah simulasi transportasi dilakukan, buah mentimun dari setiap kemasan diambil secara acak
untuk dijadikan sampel. Buah mentimun untuk sampel berjumlah 3 buah pada masing-masing
kemasan, buah mentimun yang dijadikan sampel terletak pada bagian atas, tengah dan bawah dari
kemasan. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan,
total padatan terlarut, warna dan uji organoleptik. Pengamatan dilakukan pada buah mentimun
sebelum dan sesudah transportasi. Tetapi penyajian data setelah transportasi dipilih pada hari yang
ke-5 karena kerusakan mekanis yang sebelumnya tidak terlihat menjadi terlihat jelas. Setelah
kerusakan mekanis terlihat secara jelas, maka dilakukan pengamatan kerusakan mekanis berupa luka
gores, luka retak, luka memar dan luka pecah.
Bagan alir dari metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

11

Mentimun dipetik dari kebun
dengan umur panen 36-40 hari

Mentimun dibersihkan dan disortir baik bentuk dan
ukurannya (panjang 15-20 cm, diameter 4-5 cm).

Dilakukan pengamatan sebelum simulasi terhadap kerusakan mekanis, susut
bobot, kekerasan, total padatan terlarut, warna dan uji organoleptik.

Mentimun disusun secara teratur di dalam kemasan
polietilen dan keranjang bambu masing-masing
sebanyak 20 kg

Kemasan yang telah terisi buah
mentimun ditaruh pada layer
terbawah dan pasir (20 kg) pada
layer paling atas

Disimulasikan selama
2 jam

Disimulasikan selama
3 jam

Meja getar dioperasikan frekuensi dan amplitudo selama simulasi adalah
2.75 Hz dan 2.5 cm

Dilakukan pengamatan terhadap kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan,
total padatan terlarut, warna dan uji organoleptik. Tetapi penyajian data
setelah transportasi dipilih pada hari yang ke-5 karena kerusakan mekanis
yang sebelumnya tidak terlihat menjadi terlihat jelas.
Gambar 9. Bagan alir metode penelitian

12

D. Kesetaraan Simulasi Transportasi
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja getar dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan dibawah ini dengan konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji
Kontruksi BPPT 1986 (Lampiran. 1).
1. Data Vibrator
T = 1/f
=2 /
LSV =

∫ sin

JLSVT = y x 60 x 60 x f x LSV
2. Data Truk
A=∑(
)/
LST = A ∫ sin

JLSTT = z x 60 x 60 x ft x LST
Maka simulasi pengangkutan dengan truk selama x jam:

=

Ket:

x setara panjang jalan

T = Perioda meja getar
f = Frekuensi meja getar
W = Kecepatan sudut
LSV = Luas satu siklus getaran vibrator
Y = Waktu getar
JLSVT = Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama y jam
A = Amplitudo rata-rata getaran Truk
N = Jumlah kejadian amplitudo
Tt= Periode bak truk
Ft=Frekuensi bak truk
LST=Luas satu siklus getaran bak truk
z = Waktu tempuh truk
JLSTT=Jumlah seluruh getaran truk selama z jam
A = Jumlah luas seluruh getaran vibrator selamam x jam
B = Jumlah getaran bak truk

13

E. Pengamatan
1. Kerusakan Mekanis
Pengamatan tingkat kerusakan mekanis mentimun dilakukan setelah pengangkutan dengan
cara melihat kerusakan pecah, memar, gores, retak dari masing-masing produk dalam kemasan. Uji ini
dilakukan secara visua