Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut dengan Pakan Limbah Tauge atau Kangkung Kering sebagai Pengganti Rumput

RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA GARUT
DENGAN PAKAN LIMBAH TAUGE ATAU KANGKUNG
KERING SEBAGAI PENGGANTI RUMPUT

MONICA CANADIANTI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis dan
Tingkah Laku Domba Garut dengan Pakan Limbah Tauge atau Kangkung Kering
sebagai Pengganti Rumput adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Monica Canadianti
NIM D14090090

ABSTRAK
MONICA CANADIANTI. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut
dengan Pakan Limbah Tauge atau Kangkung Kering sebagai Pengganti Rumput.
Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan MOHAMAD YAMIN.
Domba garut merupakan domba yang banyak dikembangkan di Jawa Barat
dan biasanya diberi pakan rumput sebagai sumber energi. Namun, rumput
memiliki kualitas yang rendah dan ketersediannya bergantung musim, sehingga
perlu pakan alternatif pengganti rumput, seperti limbah tauge dan kangkung
kering. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon fisiologis dan tingkah
laku domba Garut yang dipengaruhi oleh pakan dan lingkungan. Penelitian ini
menggunakan 9 ekor domba garut jantan I0 dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan pakan yang digunakan meliputi P0 (50% rumput lapang+50%

konsentrat), P1 (50% limbah tauge+50% konsentrat), dan P2 (50% kangkung
kering+50% konsentrat). Data respon fisiologis dianalisis ragam (ANOVA) dan
uji lanjut Tukey, sementara itu data frekuensi tingkah laku harian dianalisis
dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pakan
tidak berpengaruh secara nyata (P>0.05) pada denyut jantung dan laju respirasi
serta mempengaruhi secara nyata (P0.05) pada hampir semua tingkah laku kecuali pada
tingkah laku istirahat, merawat diri, menjilat benda lain, serta lokomosi pada
perlakuan P1 lebih tinggi dibanding P0 dan P2.
Kata kunci: domba garut, kangkung kering, limbah tauge, respon fisiologis,
tingkah laku

ABSTRACT
MONICA CANADIANTI. Physiological Response and Behavior of Garut Sheep
with Fed Mung Bean Sprout Waste or Dried Kangkung as Grass Subtitutes.
Supervised by SRI RAHAYU and MOHAMAD YAMIN.
Garut sheep is commonly reared in West Java and usually fed with grass as
the main feed and energy source. However, this grass has low quality and
seasonally available, therefore should be an alternative feed such as mung bean
sprout waste and dried kangkung. This research aimed to study sheep physiology
and behavior as a response to diet and environment. This research used nine garut

sheep (I0) with three treatments and replicates. The treatments were P0 (50%
grass+50% consentrate), P1 (50% mung bean sprout waste+50% concentrate) and
P2 (50% dried kangkung+50% concentrate). Physiological response data were
analyzed by analysis of variance (ANOVA) and tested by Tukey post test method,
while behavior frequency data were analyzed by Kruskal-Wallis test. Result
showed that diet treatment did not affect (P>0.05) the heart and respiration rate,
but significantly affected (P0.05) except for resting, grooming,
licking strange object, and locomotion were higher in P1 than P0 and P2.
Keywords: behavior, dried kangkung, garut sheep, mung bean sprout iwaste,
physiological response

RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA GARUT
DENGAN PAKAN LIMBAH TAUGE ATAU KANGKUNG
KERING SEBAGAI PENGGANTI RUMPUT

MONICA CANADIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan

pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut dengan Pakan
Limbah Tauge atau Kangkung Kering sebagai Pengganti Rumput
Nama
: Monica Canadianti
NIM
: D14090090

Disetujui oleh

Ir Sri Rahayu, MSi
Pembimbing I


Dr Ir Moh Yamin, MAgrSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam penulis
panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi dengan judul Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut dengan
Pakan Limbah Tauge atau Kangkung Kering sebagai Pengganti Rumput ini
berdasarkan penelitian mulai bulan Januari sampai Maret 2013.
Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari respon fisiologis dan tingkah laku
yang penting sebagai salah satu indikator awal dari performa ternak. Respon

fisiologis dan tingkah laku ini diduga selain dipengaruhi oleh iklim mikro juga
dipengaruhi oleh pakan. Pakan yang berupa rumput lapang ketersediaanya mulai
terbatas, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan limbah tauge dan
kangkung kering yang diduga mampu menjadi pengganti rumput lapang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku dosen
pembimbing skripsi serta dosen pembimbing akademik dan Bapak Dr Ir Moh.
Yamin, MAgrSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran,
serta kepada dewan penguji sidang Bapak Dr Ir Salundik, MSi, Ibu Ir Anita S
Tjakradidjaja, MRurSc, dan Bapak Edit Lesa Aditya, SPt MSc yang telah
memberikan masukan untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga yang selalu
memberikan doa restu dan motivasi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
rekan satu tim penelitian (Listya, Ike, Syeh, dan Gayuh), pegawai kandang dan
pedagang tauge pasar Bogor yang telah membantu dalam penelitian, sahabat
tercinta (Ajul, Een, Kiki, Ria, Syarif, Himma, Ajo, dan Ubay), serta seluruh
teman-teman IPTP 46 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Monica Canadianti


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
Rancangan Percobaan
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Respon Fisiologis Domba
Tingkah Laku Harian Domba

SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
2
3
4
5
5
6

6
8
10
12
13
15
16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Kandungan nutrien bahan pakan
Kandungan nutrien pakan
Rataan suhu dan kelembaban udara dalam dan luar kandang
Rataan denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal domba garut
berdasarkan perlakuan pakan
5 Rataan frekuensi tingkah laku harian domba berdasarkan perlakuan

pakan

4
4
7
9
11

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi bahan pakan sebelum dihomogenisasi (a) rumput lapang, (b)
limbah tauge, (c) kangkung kering, (d) konsentrat
2 Contoh tingkah laku domba selama pengamatan (a) tingkah laku makan,
(b) tingkah laku istirahat
3 Tingkah laku menjilat benda lain

3
10
12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap denyut jantung domba pagi
hari .................................................................................................................. 15
2 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap laju respirasi domba pagi hari ..... 15
3 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap suhu rektal domba pagi hari ........ 15
4 Uji lanjut Tukey perlakuan pakan terhadap suhu rektal domba pagi hari ...... 15
5 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap denyut jantung domba siang
hari .................................................................................................................. 15
6 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap laju respirasi domba siang
hari .................................................................................................................. 15
7 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap suhu rektal domba siang hari ....... 16
8 Uji lanjut Tukey perlakuan pakan terhadap suhu rektal domba siang hari .... 16
9 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap denyut jantung domba sore
hari .................................................................................................................. 16
10 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap laju respirasi domba sore hari...... 16
11 Analisis ragam perlakuan pakan terhadap suhu rektal domba sore hari ........ 16
12 Uji lanjut Tukey perlakuan pakan terhadap suhu rektal domba sore hari ...... 16
13 Uji Kruskal Wallis perlakuan pakan terhadap tingkah laku agonistik
domba ............................................................................................................. 16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dibudidayakan di
Indonesia untuk mencukupi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Populasi
domba di Indonesia ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi
perkembangan populasi domba ini tidak terlepas dari permintaan konsumen yang
semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi manusia dan peningkatan pendapatan. Hal inilah yang mendorong terjadinya peningkatan usaha
penggemukan domba di Indonesia.
Salah satu komponen dalam usaha penggemukan domba yang penting
secara ekonomi adalah pakan. Biaya pakan menjadi biaya produksi terbesar dalam
usaha penggemukan domba. Pakan yang biasanya digunakan adalah rumput
lapang sebagai sumber serat utama dan konsentrat sebagai penguat. Rumput
lapang yang ada di Indonesia ini terdiri dari campuran beberapa jenis rumput lokal
memiliki kandungan nutrien yang tergolong rendah. Hal yang harus dilakukan
adalah mencari alternatif pakan yang memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup
bagi ternak.
Alternatif pakan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah limbah tauge
dan kangkung kering. Kedua pakan ini dikombinasikan dengan konsentrat, sehingga kecukupan nutrisi bagi ternak akan dicapai. Limbah tauge merupakan bagian dari tauge yang tidak dikonsumsi manusia yang memiliki kandungan nutrien
yang relatif baik dengan SK 49.44 %, PK 13.63% dan TDN 64.65%, serta
ketersediaannya cukup banyak (Ifafah 2012).
Kangkung yang digunakan adalah kangkung yang tidak dikonsumsi
manusia yang dikeringkan dan dicacah, sehingga diperoleh pakan dalam bentuk
kangkung kering. Kangkung kering ini memiliki kandungan nutrien yang cukup
bagus dengan SK 27.64%, PK 11.13% dan TDN 57.8%. Kangkung kering yang
digunakan memiliki ketersediaan yang tidak tergantung musim. Penggunaan
kangkung kering sebagai pakan ternak itu sendiri sudah banyak dilakukan oleh
peternak di daerah Jawa Timur.
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi respon fisiologis
dan tingkah laku ternak domba. Respon fisiologis dan tingkah laku ternak adalah
indikator awal yang menggambarkan produktivitas ternak terhadap perlakuan
yang diberikan pada domba. Faktor lain yang berpengaruh terhadap respon
fisiologis adalah manajemen dan lingkungan (Awabien 2007). Kondisi lingkungan dan pakan yang kurang mendukung dapat menyebabkan stress pada
domba, yang dapat dilihat dari respon fisiologis dan tingkah laku, dan secara tidak
langsung dapat menurunkan produktivitas domba. Oleh karena itu, menejemen
pakan dan lingkungan yang baik harus diterapkan agar tidak menimbulkan stress
pada ternak.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan limbah tauge
sebagai pakan meningkatkan respon fisiologis domba, namun masih dalam
kondisi normal yang menunjukkan ternak tidak mengalami stress (Ifafah 2012).
Penggunaan limbah tauge dalam pakan ini kemudian dibandingkan dengan

2
kangkung kering untuk dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap respon fisiologis
dan tingkah laku domba untuk menggantikan rumput lapang sebagai sumber serat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian limbah tauge
dan kangkung kering sebagai pengganti rumput lapang terhadap respon fisiologis
dan tingkah laku domba. Respon fisiologis domba yang diukur berupa laju denyut
jantung, laju respirasi, serta suhu rektal, dan tingkah laku yang diamati adalah
tingkah laku harian domba.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian skala laboratorium yang dimaksudkan
untuk menguji penggunaaan bahan pakan alternatif limbah tauge dan kangkung
kering sebagai pengganti rumput terhadap respon fisiologis dan tingkah laku
domba. Adapun ternak percobaan yang digunakan adalah bangsa domba lokal
yaitu domba garut dengan jenis kelamin jantan dan berumur I0 (kurang dari satu
tahun) yang dipelihara selama dua bulan.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama dua bulan yaitu bulan JanuariMaret 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi
Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis proksimat pakan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium
Pusat Antar Universitas, Fakultas Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu
dengan ukuran 90 x 90 x 100 cm beserta tempat pakan dan tempat minum. Peralatan lain yang digunakan yaitu timbangan duduk SM dengan kapasitas 5 kg dan
ketelitian 10 g, timbangan gantung WeiHeng dengan kapasitas 50 kg dan
ketelitian 0.01 g, terpal, gunting, alat suntik, dan termometer bola basah bola
kering.
Peralatan untuk pengukuran respon fisiologis domba meliputi termometer
air raksa GP Care 0.1oC, stetoskop OneMed, dan stopwatch SEIKO. Peralatan
untuk mengamati tingkah laku adalah kamera CASIO 14.1 MP.

3
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berupa domba garut yang
berjumlah 9 ekor dan berumur kurang dari satu tahun (I0). Rataan bobot awal
domba 10.53±2.13 kg dan koefisien keragaman 20%. Domba garut ini diperoleh
dari peternakan rakyat dan Mitra Tani Farm yang berada di daerah Tegal Waru,
Jawa Barat.
Pakan dan Air Minum
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput lapang yang
diperoleh dari padang rumput Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, limbah tauge diperoleh dari pasar Bogor, kangkung kering
diperoleh dari Malang, serta konsentrat komersial dengan komposisi dedak padi,
molases, bungkil kelapa, tepung ikan dan jagung yang berasal dari MT Farm.
Rasio pemberian pakan antara hijauan dan konsentrat adalah 50:50 berdasarkan
bobot kering.
Perlakuan pakan yang terhadap ternak meliputi P0 yang terdiri dari rumput
lapang dan konsentrat diberikan dalam bentuk yang terpisah, P1 yang terdiri dari
limbah tauge dan konsentrat dan P2 yang terdiri dari kangkung kering dan
konsentrat diberikan dalam bentuk yang dihomogenkan secara manual. Kondisi
fisik bahan pakan sebelum dihomogenkan dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) rumput lapang

(b) limbah tauge

(c) kangkung kering

(d) konsentrat

Gambar 1 Kondisi bahan pakan sebelum dihomogenisasi (a) rumput lapang, (b)
limbah tauge, (c) kangkung kering, (d) konsentrat
Keempat bahan pakan tersebut dianalisis kandungan nutriennya dengan
analisis proksimat. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Tabel 1.

4
Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan
Bahan Makanan
BK
Abu
PK
SK
LK
Beta-N
Kandungan nutrien bahan pakan (%)
Rumput
As fed 19.81
1.12
1.73
5.78
0.38
10.80
Lapang1)
Kering
100
5.65
8.73
29.18 1.92
54.52
Limbah
As fed 44.62
3.28
6.08
22.06 0.52
12.68
Tauge2)
Kering
100
7.35
13.63
49.44 1.17
28.42
Kangkung
As fed 84.45
13.36
9.40
23.34 2.47
35.88
Kering3)
Kering
100
15.82
11.13
27.64 2.92
42.49
2)
Konsentrat As fed 80.52
11.36
10.58
13.62 4.81
40.15
Kering
100
14.11
13.14
16.92 1.24
49.86
Sumber: 1) Hasil Analisis Laboratorium Pusat Antar Universitas (2013); 2) Ifafah (2012);
3) Hasil Analisis Laboratorium iIlmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2013).

Kandungan nutrien ketiga jenis perlakuan pakan dapat dihitung dari hasil
analisis proksimat kandungan nutrien dari Tabel 1 di atas. Hasil dari perhitungan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Kandungan nutrien pakan
Jenis Pakan

BK

P0
P1
P2

50.17
62.57
82.49

Abu

PK
SK
LK
Beta-N
Kandungan nutrien pakan (%)
9.88
10.94
23.03
3.95
52.22
10.73
13.39
33.18
3.57
39.14
14.97
12.14
22.28
4.45
46.18

TDN*
60.57
62.09
58.45

Keterangan : P0 = 50% rumput lapang + 50% konsentrat, P1 = 50% limbah tauge + 50%
konsentrat, P2 = 50% kangkung kering + 50% konsentrat; *diperoleh dengan
menggunakan rumus Hartadi et al. (1993).

Air minum yang digunakan yaitu air bersih yang berasal dari sumur Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan. Pemberian pakan dan minum ini menggunakan sistem ad libitum.

Prosedur
Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian meliputi persiapan kandang, peralatan, obat-obatan dan
pakan. Persiapan kandang meliputi pembersihan kandang dan melengkapi peralatan yang digunakan dalam penelitian.
Persiapan obat-obatan dan pakan dilakukan untuk memastikan ketersediaan
pakan selama penelitian. Domba yang baru datang diberi perlakuan preliminary
selama dua minggu untuk adaptasi.
Pelaksanaan Penelitian
Pemeliharaan domba ini dilakukan selama dua bulan dan dua minggu
adaptasi. Domba garut yang berjumlah 9 ekor ini diberi 3 taraf perlakuan, yaitu
konsentrat dengan rumput lapang sebagai kontrol, konsentrat dengan limbah tauge

5
dan konsentrat dengan kangkung kering. Pakan ini diberikan setiap 2 kali sehari,
yaitu pada pagi dan sore hari pada pukul 07.00 WIB dan 16.00 WIB sedangkan
untuk air minum diberikan ad libitum.
Pengukuran fisiologis meliputi pengukuran denyut jantung, laju respirasi,
dan suhu rektal dilakukan secara duplo dan sebanyak tiga kali pada minggu ke-1,
minggu ke-4, dan minggu ke-8. Pengukuran denyut jantung dan laju respirasi
dilakukan dengan bantuan stetoskop, sedangkan suhu rektal diukur dengan
termometer. Suhu dan kelembaban kandang diukur setiap hari, yaitu pada pagi
hari pukul 07.30 WIB, siang hari pada pukul 13.30 WIB serta sore hari pukul
17.30 WIB.
Pengamatan tingkah laku harian dilakukan dengan menggunakan kamera.
Metode yang digunakan adalah ad libitum sampling yaitu dengan mencatat semua
tingkah laku yang dilihat dan diperagakan pada waktu pengamatan (Altman
1973). Jumlah domba yang diamati sebanyak 9 ekor. Pengamatan tingkah laku
harian dilakukan tiga kali dalam sehari pada pagi hari pukul 06.00-06.45 WIB,
siang hari 13.00-13.45 WIB, dan sore hari pukul 17.00-17.45 WIB dengan lama
pengamatan masing-masing 5 menit. Pengamatan tingkah laku ini dilakukan
secara duplo dalam satu minggu dan dilakukan pada minggu ke-1, minggu ke-4,
dan minggu ke-8 penelitian.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan pakan P0, P1 dan P2. Domba garut yang digunakan
pada masing-masing perlakuan adalah 3 ekor sebagai ulangan. Model matematika
dari rancangan ini menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai
berikut:
Yij = μ + Pi + εij
Keterangan:
Yij
µ
Pi
Ɛij
i
j

= nilai pengamatan pemberian pakan ke-i pada ulangan ke-j
= nilai tengah umum pengamatan pemberian pakan
= pengaruh pemberian pakan ke-i
= pengaruh galat percobaan pemberian pakan ke-i pada ulangan ke-j
= perlakuan pemberian pakan ke 0, 1 dan 2
= ulangan ke 1, 2 dan 3

Data respon fisiologis dianalisis dengan menggunakan ANOVA untuk
mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan, kemudian diuji banding dengan
uji Tukey. Data pengamatan tingkah laku dianalisis dengan uji non parametrik
Kruskal-Wallis.

Peubah yang Diamati
Respon Fisiologis
Respon fisiologis diamati selama tiga kali, yaitu pada awal, tengah dan akhir
penelitian, serta dilakukan secara duplo. Peubah yang diamati antara lain:
1. Laju denyut jantung: pengukuran terhadap laju denyut jantung pada domba
dilakukan dengan cara menghitung banyaknya detak jantung domba dengan

6

2.

3.

menggunakan stetoskop pada dada sebelah kiri dalam waktu satu menit yang
diukur dengan stopwatch. Pengukuran denyut jantung ini dilakukan pada pagi,
siang, dan sore hari;
Laju respirasi: laju respirasi pada domba diukur dengan cara mendengarkan
hembusan nafas domba melalui stetoskop pada bagian rongga dada dalam
waktu satu menit yang diukur dengan stopwatch. Pengukuran laju respirasi ini
dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari;
Suhu rektal: pengukuran suhu rektal domba dilakukan dengan cara memasukkan termometer ke dalam anus domba dalam waktu dua sampai tiga menit
yang diukur dengan stopwatch. Pengukuran ini dilakukan pada pagi, siang
dan sore hari (Ifafah 2012).

Tingkah Laku Harian
Tingkah laku harian diamati dengan menggunakan ad libitum sampling.
Pengamatan dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian, dan dilakukan
secara duplo. Berikut ini peubah yang diamati:
1. Tingkah laku makan ketika domba memasukkan pakan ke dalam mulutnya
serta tingkah laku ruminasi yaitu ketika domba memamah kembali makanan
dari lambungnya kemudian ditelan kembali;
2. Tingkah laku minum ketika domba memasukkan minum ke dalam mulutnya;
3. Tingkah laku defekasi ketika domba mengeluarkan kotoran berupa feses;
4. Tingkah laku urinasi ketika domba mengeluarkan kotoran berupa urin;
5. Tingkah laku sosial ketika domba berinteraksi dengan domba lainnya;
6. Tingkah laku istirahat dan tidur ketika domba tidak melakukan aktivitas,
yaitu dalam keadaan diam, duduk, atau berdiri tanpa gerakan;
7. Tingkah laku merawat diri ketika domba menggaruk dan menjilat bagian
tubuhnya;
8. Tingkah laku menjilat benda lain ketika domba menjilat atau menggigit
benda-benda di sekitarnya, seperti kayu dan besi pembatas, atau tempat pakan.
9. Tingkah laku vokalisasi, yaitu ketika domba bersuara;
10. Tingkah laku agonistik ketika domba mengais lantai, menghentakkan kaki,
mendengus, dan menanduk;
11. Tingkah laku lokomosi ketika domba bergerak berpindah tempat (Anggraini
2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Kondisi Lapang
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil
blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Domba garut dalam penelitian ini dipelihara secara intensif pada kandang individu. Kondisi lingkungan di
sekitar kandang ini dapat mempengaruhi ternak, baik tingkah laku, respon

7
fisiologis, maupun produktivitas ternak. Unsur iklim mikro yang diukur dalam
penelitian ini meliputi suhu dan kelembaban udara di dalam dan di luar kandang.
Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rataan suhu dan kelembaban udara dalam dan luar kandang
Tempat
Waktu
Suhu (oC)
Kelembaban (%)
Pagi
24.6 ± 1.20
91.2 ± 1.53
Dalam Kandang
Siang
28.2 ± 2.75
87.0 ± 4.36
Sore
26.7 ± 1.90
88.6 ± 4.59
Pagi
22.3 ± 1.75
88.2 ± 2.61
Luar Kandang
Siang
30.2 ±0.85
63.0 ± 2.86
Sore
23.3 ± 2.16
77.2 ± 4.55
Keterangan: Pagi (07.30), Siang (13.30), Sore (17.30)

Terdapat 4 unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produktivitas
secara langsung yaitu suhu, kelembaban udara, radiasi, dan kecepatan angin.
Keempat unsur ini dapat menghasilkan indeks dengan pengaruh yang berbeda
terhadap ternak (Yani dan Purwanto 2006). Hasil pengukuran dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa suhu udara pada waktu pagi hari tergolong rendah, kemudian
mengalami peningkatan di siang hari, dan kembali menurun pada sore hari.
Tingginya kelembaban udara dikarenakan penelitian ini dilakukan pada
musim hujan. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara tersebut tidak jauh
berbeda dengan kisaran suhu normal untuk wilayah tropis. Rataan suhu dan
kelembaban udara di Indonesia cukup tinggi, yaitu suhu sekitar 24-34 oC dan
kelembaban 60% - 90% (Yani dan Purwanto 2006).
Kondisi Domba
Domba garut yang digunakan selama penelitian ini secara umum dalam
kondisi sehat, namun selama penelitian terdapat beberapa ekor domba yang
mengalami sakit mata dan diare. Kedua penyakit tersebut dapat teratasi karena
domba diobati hingga sembuh.
Pertumbuhan Bobot Badan Harian (PBBH) dari domba juga diukur sebagai
data pendukung. PBHH domba dengan pakan limbah tauge dan konsentrat paling
tinggi kemudian diikuti oleh domba dengan pakan rumput lapang dan konsentrat
dan terakhir adalah domba dengan pakan kangkung kering dan konsentrat, dengan
nilainya masing-masing berurutan adalah sebesar 26.01 g/ekor/hari, 13.93
g/ekor/hari dan 12.20 g/ekor/hari. PBBH tersebut sangat kecil karena kecukupan
nutrisi dari domba belum terpenuhi secara maksimal. Kebutuhan nutrisi domba
untuk penggemukan dengan bobot awal 8.7 kg – 15.5 kg agar PBHHnya efisien
yaitu PK sebesar 15.09% dan TDN 58.60% (Purbowati et al. 2007).
Kondisi Pakan
Pakan dalam penelitian ini meliputi rumput lapang, limbah tauge, dan
kangkung kering yang dikombinasikan dengan konsentrat. Limbah tauge dan
kangkung kering memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan rumput
lapang, yaitu memiliki kandungan nutrien, salah satunya protein kasar, yang
relatif lebih baik serta ketersediaan kedua bahan pakan ini tidak bergantung pada
musim. Rahayu et al. (2010) menyatakan bahwa limbah tauge merupakan salah

8
satu limbah pasar yang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai sumber pakan
karena produksi tauge tidak mengenal musim. Limbah tauge yang dihasilkan di
kota Bogor sebesar 1.5 ton/hari. Kangkung kering memiliki ketersediaan yang
cukup dan tidak tergantung musim karena dalam bentuk kering maka memiliki
umur simpan yang lebih panjang. Teknik pengeringan pakan merupakan salah
satu upaya pengawetan pakan sederhana, sehingga kontinyuitas ketersediaan
pakan dapat terjamin (Nuschati et al. 2010).
Limbah tauge memiliki kandungan protein kasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan protein kasar pada rumput lapang. Kandungan protein kasar
pada limbah tauge sebesar 13.63%. Protein pada tauge ini terdiri dari asam-asam
amino yang baik untuk tubuh. Asam amino yang terkandung dalam tauge meliputi
asam amino esensial seperti lisin 4.26 g/16 g N, leusin 8.53 g/16 g N, isoleusin
4.70 g/16 g N, triptofan 1.00 g/16 g N dan valin 5.10 g/16 g N. Selain
mengandung beberapa asam amino, tauge memiliki kandungan mineral Na, K, Ca,
P, Mg, Fe, dan Mn. Tauge juga memiliki kandungan antinutrisi yang berasal dari
biji kacang hijaunya, namun telah mengalami penurunan akibat proses
perkecambahan itu sendiri. Kandungan antrinutrisi pada tauge meliputi tripsin
inhibitor, hemagglutinin, tanin dan asam pitat (Mubarak 2005).
Kangkung memiliki kandungan protein kasar sebesar 11.13%, yang terdiri
dari beberapa asam amino, antara lain asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat,
prolin, glisin, alanin, sistein, valin, metionin, isoleusin, leusin, tirosin, lisin,
histidin dan arginin. Kangkung juga mengandung mineral seperti Na, Ca, Mg, Zn,
dan Fe (Prasad et al. 2008).
Pakan dalam penelitian ini juga dihitung konsumsi pakannya sebagai data
pendukung. Konsumsi harian domba ini dihitung berdasarkan dari bahan kering.
Rataan konsumsi harian domba dengan pakan limbah tauge lebih tinggi
(472.05±70.81g/ekor/hari) dibandingkan dengan konsumsi domba dengan rumput
lapang dan konsentrat (307±22.53 g/ekor/hari) dan konsumsi domba dengan
pakan kangkung kering dan konsentrat (277.93±51.29 g/ekor/hari). Konsumsi
pakan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kandungan
nutrien pakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah
palatabilitas, kandungan energi, protein dan konsentrasi asam amino, komposisi
hijauan, temperatur lingkungan, pertumbuhan dan laktasi, serta ukuran metabolik
tubuh (Cheeke 1999).
Respon Fisiologis Domba
Respon fisiologis pada domba garut yang diukur dalam pengamatan ini
meliputi denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal. Hasil pengukuran respon
fisiologis ini dapat dilihat pada Tabel 4. Respon fisiologis merupakan suatu reaksi
yang dilakukan oleh setiap sistem hidup terhadap berbagai perubahan yang terjadi
pada lingkungannya (Isnaeni 2006). Respon fisiologis terhadap lingkungan ini
selalu berubah-ubah sesuai waktu dan tempat. Kondisi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu cuaca, nutrisi, dan menejemen (Awabien 2007).
Hasil pengukuran respon fisiologis ini secara statistik pada umumnya tidak
nyata, terutama pada pengukuran denyut jantung dan laju respirasi. Hal ini karena
respon fisiologis dipengaruhi pula oleh ukuran tubuh. Ukuran tubuh dari domba
garut yang digunakan juga tidak memiliki perbedaan yang nyata jika dilihat dari

9
pertumbuhan bobot badan hariannya. Awabien (2007) menyatakan bahwa semakin besar ukuran tubuh hewan dapat mempengaruhi respon fisiologis, terutama
denyut jantung.
Tabel 4

Rataan denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal domba garut
iberdasarkan perlakuan pakan
Perlakuan Pakan
Peubah
Waktu
P0
P1
P2
Denyut
Pagi
75.06 ±3.81 AB 79.33±4.77 BB 77.11±7.55 AA
Jantung
Siang 84.89 ±6.91AB 86.06±6.33 AA 82.00±7.62 AA
(kali/menit)
Sore
79.83 ±6.43AB 81.56±4.46 AB 77.61±10.56 AA
Pagi
19.53±0.34 AA 21.33±2.91 AB 21.83±5.36 AA
Laju Respirasi
Siang 22.78±2.08 BB 23.94±1.50 AB 28.00±6.30 AA
(kali/menit)
Sore
25.17±2.84 AA 24.50±2.18 AB 23.67±3.04 AA
Pagi
38.47±0.20 AB 38.77 ±0.31 AA 37.96±0.35 BB
Suhu Rektal
Siang 39.17±0.16 AA 39.27±0.25 AA 38.27±0.43 BB
(oC)
Sore
39.19±0.16 AA 39.47±0.11 AA 38.52±0.09 BB

Keterangan:

Angka dengan huruf (A,B) pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P0.05). Denyut jantung tersebut masih dalam kisaran
denyut jantung yang normal. Kisaran denyut jantung domba normal sekitar 60120 kali tiap menit (Duke 1995). Rataan denyut jantung domba pada P1 relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan limbah
tauge memiliki kandungan antinutrisi yang dapat mempengaruhi fisiologis domba,
khususnya denyut jantung. Kandungan antinutrisi pada kecambah tauge yaitu
haemagglutinin, antitripsin, tanin, dan asam phytat (Mubarak 2005).
Haemagglutinin ini dapat menyebabkan penggumpalan sel darah, sehingga
jantung akan berdenyut lebih cepat untuk mengedarkan darah (Marquadt et al.
1975).
Laju Respirasi
Respirasi merupakan proses pertukaran gas yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan O2 pada ternak. Laju respirasi ini terkait dengan termoregulasi dalam
tubuh domba. Sebagian panas dari dalam tubuh domba akan dikeluarkan melalui
respirasi. Panas dari tubuh domba sebesar 20% dikeluarkan melalui pernapasan
pada domba yang hidup pada suhu 12 oC (Marai et al. 2007).
Laju respirasi dari setiap perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal
ini berarti ketiga pakan tersebut memiliki kandungan energi yang sesuai dengan
kebutuhan ternak, sehingga laju respirasi pada ternak berjalan dengan normal. Hal

10
ini berkaitan dengan konsumsi pakan, terutama sumber energi. Peningkatan
konsumsi energi dapat meningkatkan laju pernapasan, karena kebutuhan oksigen
meningkat akibat adanya peningkatan metabolisme (Ali 1999). Laju respirasi
normal pada domba adalah 26-32 kali tiap menit (Frandson 1992).
Suhu Rektal
Suhu rektal merupakan salah satu indikator yang sering digunakan untuk
menggambarkan suhu tubuh ternak. Rataan suhu rektal domba dengan pakan
rumput lapang dengan konsentrat dan limbah tauge dengan konsentrat pada waktu
pagi, siang dan sore hari nyata lebih tinggi (P0.05) dari domba dengan perlakuan kontrol, berarti domba
tersebut memiliki tingkah laku yang normal, dan ketiga jenis pakan dapat saling
menggantikan.
Tingkah laku yang berhubungan dengan sosial meliputi tingkah laku sosial,
istirahat dan merawat diri. Tingkah laku sosial yang dilakukan domba dengan
ketiga perlakuan pakan tersebut tidak berbeda nyata (P>0.05). Domba merupakan
ternak yang hidup secara berkelompok, sehingga akan melakukan aktivitas sosial
antara individu yang satu dengan yang lainnya (Anggraini 2012). Frekuensi tingkah laku istirahat dan merawat diri pada domba P1 nyata lebih tinggi (P