Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya.

PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN
PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN
MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran PPP Sikakap dalam
Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai
serta Strategi Pengembangannya adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Juli 2013

Jhon Pikal Tama Sakoikoi
C44080089

ABSTRAK
JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI. Peran PPP Sikakap dalam Menunjang
Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi
Pengembangannya. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA.
Pengembangan pelabuhan perikanan perlu dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan bagi nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas,
kondisi dan pemanfaatan fasilitas PPP Sikakap, menghitung kontribusi PPP
Sikakap terhadap perekonomian daerah, dan menentukan strategi pengembangan
fasilitas PPP Sikakap. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan aspek
yang diteliti terdiri dari aspek teknis dan ekonomi dari PPP Sikakap. Aktivitas di
PPP Sikakap berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nelayan untuk melakukan
usaha penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian, fasilitas pelabuhan
perikanan yang rusak yaitu TPI, pabrik es, ruang pendingin. Sektor perikanan

pada tahun 2000-2010 termasuk pada kegiatan basis (LQ>1). Multiplier effect
perikanan berdasarkan indikator pendapatan daerah pada tahun 2000-2010
berkisar antara 4,41-21,99 dan menurut indikator tenaga kerja pada tahun 20082012 berkisar antara 0,69-1,44. Strategi pengembangan PPP Sikakap yaitu
memanfaatkan lahan pelabuhan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas
yang belum tersedia, meningkatkan produksi hasil tangkapan kualitas ekspor,
meningkatkan teknologi penangkapan ikan serta kualitas SDM.
Kata kunci : aktivitas, fasilitas, multiplier effect, pengembangan

ABSTRACT
JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI. The Role Of PPP Sikakap in Supporting
Users’ Need and Region Economy of Mentawai Islands as well as Its
Development Strategies. Supervised by ERNANI LUBIS and WAWAN
OKTARIZA.
Development of fishing ports is needed to improve services for fishermen.
The aims of this research were to identify the activities, conditions and utilization
of facilities PPP Sikakap, calculate the contribution of PPP Sikakap to the
regional economy, and determine the facility development strategy of PPP
Sikakap. Case study method was used in this research to examine the technical
and economic aspects of PPP Sikakap. Activities in PPP Sikakap related to the
fulfillment of fishermen’s needs in running their business. Result showed that

broken fishing port facilities were TPI, ice plant, and cold storage. The fishery
sector in 2000-2010 could be categorized as basis sector (LQ>1). Multiplier
effects of fisheries based on regional income indicators in 2000-2010 ranged from
4,41 to 21,99 and according to indicators of labor in 2008-2012 ranged from 0,69
to 1,44. Development strategies of PPP Sikakap were land utilization for
development of more port facilities, increase of export quality catches, fishing
technology and improvement of human resources quality.
Keywords: activities, facilities, multiplier effect, development

PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN
PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN
MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan
Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai
serta Strategi Pengembangannya.

Nama

: Jhon Pikal Tama Sakoikoi

NRP

: C44080089


Program Studi

: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:
Komisi Pembimbing
Ketua,

Anggota,

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA
NIP: 19561123 198203 2 002

Ir. Wawan Oktariza, M.Si
NIP: 19661016 199103 1 004

Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc

NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
kasih dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan
harapan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 sampai Juli 2012 dengan
judul skripsi Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna
dan
Ekonomi
Daerah
Kepulauan
Mentawai
serta
Strategi
Pengembangannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA.
selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Wawan Oktariza, M.Si selaku

pembimbing kedua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari
penulisan pointerisasi proposal sampai dengan penulisan skripsi serta Ibu Retno
Muninggar S Pi. ME selaku dosen penguji pada sidang skripsi. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Rusli Sakoikoi dan Ibu Rejalina Taileleu
selaku orangtua dan seluruh keluarga atas kasih sayangnya, doa, dana dan
motivasi selama kuliah dan pengerjaan skripsi ini; Bapak Fajar Piliang SE, selaku
Kepala PPP Sikakap beserta jajarannya; Bapak Fadli yang membantu dalam
penyediaan data; Pihak Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah
mendukung dalam pemberian beasiswa kepada penulis untuk terus melanjutkan
pendidikan di IPB; pihak BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai; Bapak Edi
Sukarni, SH selaku kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan
Mentawai beserta jajarannya yang memberikan izin untuk melakukan penelitian;
Adik Imel dan Renol yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan PSP
45 dan Mentawaians (Welly, Maria, Eta, Desni) yang telah memberikan semangat
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2013

Jhon Pikal Tama Sakoikoi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODOLOGI

Waktu dan Tempat
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Operasional di PPP Sikakap
Analisis Kontribusi PPP Sikakap terhadap Perekonomian Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai
Analisis Location Quotien
Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Sikakap
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Geografis, Topografi dan Iklim
Keadaan Penduduk
Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap
Unit Penangkapan Ikan
Produksi Hasil Tangkapan
Musim Penangkapan Ikan
Daerah Penangkapan Ikan
Peranan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah
PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai

Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Mentawai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas PPP Sikakap
Fasilitas PPP Sikakap
Dampak Sektor Perikanan
Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator PDRB daerah
Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator tenaga kerja
Location quotient sektor perikanan
Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap
Identifikasi faktor-faktor SWOT
Analisis matriks IFE dan EFE
Matriks SWOT

1
1
2
2
3
3
3

3
5
5
5
6
6
9
9
10
12
12
15
18
18
19
19
19
20
20
23
33
33
34
35
36
36
40
41

Perumusan Strategi Utama
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran 44

42
43
43

DAFTAR PUSTAKA

45

LAMPIRAN

47

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Matriks SWOT
6
Penilaian bobot faktor strategis internal
7
Penilaian bobot faktor strategis eksternal
8
Matriks Internal Factor Evaluation
8
Matriks Eksternal Factor Evaluation
8
Luas dari setiap kecamatan beserta ibukota kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Mentawai
9
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai
10
Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun 2011
11
Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten
Mentawai tahun 2010
11
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mentawai tahun 2010
11
Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
12
Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai
13
Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap
tahun 2006-April 2012
13
Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun
2006-2010
14
Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun
2005-2011
14
Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan PPP Sikakap
29
PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan harga konstan (Juta
rupiah)
19
Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai yang bekerja menurut lapangan usaha
tahun 2008-2012
20
Jenis dan kapasitas fasilitas PPP Sikakap serta pemanfaatannya
24
Ukuran fasilitas-fasilitas di PPP Sikakap
33
Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan PDRB harga konstan
Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2000-2010 (juta rupiah)
34
Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan tenaga kerja
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2008-2012 (orang)
35
Nilai location quotient sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
tahun 2000-2010
36
Matriks IFE strategi internal PPP Sikakap
40
Matriks EFE strategi eksternal PPP Sikakap
41
Matriks SWOT strategi pengembangan PPP Sikakap Kabupaten Mentawai 42
Perankingan alternatif strategi pengembangan PPP Sikakap
43

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Diagram proses pendaratan ikan di PPP Sikakap
Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap
Lahan di PPP Sikakap
Dermaga tambat labuh di PPP Sikakap
Alur pelayaran di PPP Sikakap
Turab di sepanjang Pantai PPP Sikakap
Gedung TPI PPP Sikakap yang sudah rusak
Es balok yang disuplai dari Kota Padang
Tangki BBM di PPP Sikakap
Bak penampungan air bersih PPP Sikakap
Kantor pelabuhan PPP Sikakap
MCK di PPP Sikakap
Gedung BPN PPP Sikakap

21
22
25
26
26
26
29
29
29
30
32
32
32

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Peta Lokasi Penelitian
Perhitungan ukuran fasilitas
Hasil wawancara responden

49
50
53

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Barat yang terletak di Samudera Indonesia. Daerah Kabupaten Kepulauan
Mentawai dikelilingi oleh perairan dengan luas laut ekonomis 78.018,43 km2.
Perairan Mentawai memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar untuk
dikelola. Potensi lestari ikan pelagis Kabupaten Kepulauan Mentawai 127.721
ton/tahun. Potensi sumberdaya ikan tentunya dapat memberikan kontribusi dalam
pembangunan dan pendapatan daerah (DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai,
2012).
Pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2007-2011
mengalami peningkatan sebesar 78,29 %. PDRB atas dasar harga berlaku pada
sektor perikanan tahun 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 94,06 % (BPS
Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012). PDRB daerah tersebut berdasarkan
sektor perikanan dan seluruh sektor dari tahun 2007 hingga 2011 terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar
18,11 % dan 15,59 %. Pendapatan perkapita Kabupaten Kepulauan Mentawai
pada tahun 2006 sebesar Rp 12.177.390, 64 dan pada tahun 2007 sebesar Rp
13.760.877,04. Bertambahnya hasil pendapatan daerah tentunya dipengaruhi oleh
sektor perikanan dan perkembangan kegiatan perikanan yang ada di Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Kegiatan perikanan dilakukan dengan memanfaatkan
sumberdaya perikanan yang tersedia yang tujuannya untuk memberikan kontribusi
dalam pembangunan daerah.
Ketersediaan sumberdaya perikanan yang besar di Kabupaten Kepulauan
Mentawai tentunya harus didukung dengan adanya pelabuhan perikanan di daerah
tersebut. Keberadaannya memudahkan nelayan untuk melakukan operasi
penangkapan ikan mulai dari persiapan kebutuhan melaut hingga distribusi hasil
tangkapan ke konsumen dan juga memberikan dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah. Aktivitas yang terjadi di pelabuhan perikanan tentunya berkaitan
dengan fasilitas yang terdapat didalamnya. Kelengkapan fasilitas yang dimiliki
pelabuhan perikanan akan menjadi penghubung dari setiap aktivitas didalamnya.
Pelabuhan perikanan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap. Pelabuhan ini memiliki peluang besar
untuk memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan karena merupakan pelabuhan
perikanan satu-satunya yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Sikakap merupakan salah satu sentra ekonomi perikanan
yang terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan tersebut dilengkapi
berbagai fasilitas seperti fasilitas pokok, fungsional dan fasilitas tambahan/
penunjang. PPP Sikakap memiliki beberapa kelebihan diantaranya letaknya
strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat, berdekatan dengan pasar ikan
sehingga aksesnya lebih mudah, serta ketersediaan sumberdaya ikan di sekitar
perairan setempat.

2
PPP Sikakap masih belum dikelola dengan baik dalam menjalankan fungsi
dan peranannya. Nelayan kesulitan dalam penanganan hasil tangkapan karena
tidak tersedianya es akibat rusaknya pabrik es, aktivitas pelelangan hasil
tangkapan tidak dilakukan karena sedikitnya jumlah hasil tangkapan yang
didaratkan. Permasalahan tersebut merupakan hambatan dalam melakukan usaha
penangkapan ikan serta akan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Hal ini dapat dilihat pada penurunan jumlah produksi perikanan laut Kabupaten
Kepulauan Mentawai dimana pada tahun 2006 sebesar 529,20 dan tahun 2007
mencapai 259,87 ton, atau mengalami penurunan sebesar 50,89 %.
Produksi perikanan laut yang dihasilkan melalui keberadaan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Sikakap dapat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan
ekonomi daerah dan meningkatkan kesejateraan hidup nelayan. Permasalahan
yang dihadapi pelabuhan perikanan tentunya harus diatasi dengan menerapkan
pengelolaan serta strategi yang tepat dalam pengembangannya. Oleh karena itu,
diperlukan adanya penelitian tentang sejauh mana peran PPP Sikakap dalam
menunjang kebutuhan pengguna dan ekonomi daerah Kepulauan Mentawai serta
strategi pengembangannya.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:
1) Identifikasi aktivitas, kondisi dan pemanfaatan fasilitas PPP Sikakap;
2) Menghitung kontribusi PPP Sikakap terhadap perekonomian daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai; dan
3) Menentukan strategi pengembangan fasilitas PPP Sikakap.

Manfaat Penelitian

1) Memberikan informasi tentang aktivitas dan fasilitas di Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Sikakap;
2) Memberikan informasi mengenai kontribusi pendapatan Pelabuhan Perikanan
Pantai Sikakap terhadap perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan
Mentawai; dan
3) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah, instansi-instansi yang
berwenang dalam mengembangkan PPP Sikakap.

3

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penetian dilakukan pada tanggal 05 Juni hingga 10 Juli 2012. Adapun
tempat pelaksanaan penelitian, yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap
Kabupaten Kepulauan Mentawai (Lampiran 1).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yanag ditekankan
pada peran PPP Sikakap dalam menunjang kebutuhan pengguna dan ekonomi
daerah Kepulauan Mentawai serta strategi pengembangannya. Aspek yang diteliti
yaitu aspek teknis dan ekonomi mengenai peran pelabuhan perikanan dalam
menunjang kebutuhan pengguna yang meliputi aktivitas dan pemanfaatan fasilitas
pelabuhan, peran pelabuhan perikanan dalam menunjang perekonomian daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai yang meliputi PDRB daerah setempat, data
tenaga kerja, pendapatan pelabuhan PPP Sikakap, selanjutnya disusun strategi
pengembangan PPP Sikakap.

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan
dan adanya wawancara serta pengisian kusioner. Pengamatan langsung dilakukan
terhadap fasilitas pokok dan fungsional diantaranya adalah gedung TPI, stasiun
pengisian bahan bakar, dermaga, instalasi air bersih, dan kolam PPP. Hal yang
perlu diamati dan dicatat terkait fasilitas tersebut antara lain kondisi fisik,
kapasitas, dan ukuran fasilitas (luas, panjang, lebar dan kedalaman). Pengamatan
langsung terhadap aktivitas yang ada di pelabuhan diantaranya adalah tambat
labuh, pendaratan, penimbangan, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran hasil
tangkapan. Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan kepada responden yang
ditentukan secara purposive sampling berdasarkan tujuan pendataan. Jenis
responden dan data yang akan diperoleh melalui wawancara dan pengisian
kuesioner diuraikan dibawah ini.
1) Pengelola PPP
Wawancara dilakukan kepada pengelola pelabuhan diantaranya kepala PPP
Sikakap dan 3 orang petugas pelabuhan. Data yang dikumpulkan dari pengelola
PPP antara lain fasilitas yang tersedia (jenis, jumlah dan kapasitasnya), produksi
hasil tangkapan yang didaratkan selama 5 tahun terakhir (jenis, jumlah dan nilai),
proses pemasaran dan jadwal pelaksanaannya, serta pengelolaan fasilitas.

4
2) Nelayan
Data yang dikumpulkan dari 26 orang nelayan antara lain jenis armada
penangkapan, ukurannya (GT), dan lama trip. Selain itu, dikumpulkan juga data
jenis hasil tangkapan, kapasitas palka dari armada penangkapan, besarnya
produksi hasil tangkapan setiap pendaratan, penjualan hasil tangkapan (ke
penampung atau dilelang di TPI), alat yang digunakan untuk membongkar, waktu
yang dibutuhkan untuk membongkar, besarnya kebutuhan es dan BBM, serta
permasalahan yang dialami di PPP terkait dengan fasilitas yang ada. Jenis nelayan
yang diwawancarai adalah nelayan pancing ulur dan gillnet. Nelayan gillnet dan
pancing ulur merupakan nelayan yang dominan yang ada di PPP Sikakap.
3) Pedagang
Jumlah pedagang yang diwawancarai sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1
orang pedagang pengumpul dan 2 orang pedagang pengecer. Data yang
didapatkan dari pedagang antara lain asal pembelian hasil tangkapan, besarnya
hasil tangkapan yang dibeli (jumlah dan bobot), harga ikan per kg untuk setiap
jenisnya, bahan dan alat yang digunakan untuk menjaga mutu hasil tangkapan,
fasilitas yang dimiliki untuk menyimpan hasil tangkapan, cara pembayaran (cash
atau credit), dan permasalahan yang ada di PPP terkait dengan fasilitas yang
tersedia. Pedagang yang akan diwawancarai yaitu pedagang yang telah lama
melakukan kerjasama terhadap pihak pelabuhan ataupun nelayan, sehingga dapat
memberikan informasi yang tepat dalam pengambilan data. Jenis pedagangnya
yaitu pedagang eceran dan pengumpul.
Data sekunder diperoleh dari pengelola PPP Sikakap, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Data dari pengelola PPP Sikakap berupa fasilitas dan
kapasitas di PPP Sikakap, perkembangan produksi dan nilai produksi hasil
tangkapan di PPP Sikakap (minimal 5 tahun terakhir). Data yang dikumpulkan
melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai diuraikan
di bawah ini:
1) Perkembangan jumlah dan jenis unit penangkapan yang ada di Kabupaten
Kepulauan Mentawai (Minimal 5 tahun terakhir)
2) Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Nelayan dan PPP
Sikakap (minimal 5 tahun terakhir)
3) Potensi Perikanan
4) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis lokasi penelitian dan
kependudukan.
5) Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi PPP Sikakap (5 tahun
terakhir).
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai
sebagai berikut:
1) PDRB sub sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai 5 tahun terakhir
2) Data tenaga kerja seluruh sektor dan sektor perikanan di Kabupaten Kepulauan
Mentawai

5
Analisis Data

Analisis Operasional di PPP Sikakap
Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap operasional PPP yang meliputi
jenis aktivitas, pemanfaatan fasilitasnya dan frekuensi kunjungan kapal.
1) Analisis aktivitas
Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah melakukan inventarisasi dan
identifikasi terhadap perkembangan aktivitas kepelabuhanan selama 5 tahun
terakhir berdasarkan fungsi pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan
pada pasal 4 ayat 2.
2) Analisis kondisi dan pemanfaatan fasilitas
Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah melakukan identifikasi
terhadap keberadaan dan persentase pemanfaatan fasilitasnya. Fasilitas yang
diteliti mempunyai batasan yaitu dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran,
gedung TPI, instalasi air bersih dan pabrik es. Persentase (%) pemanfaatan
fasilitas dihitung menurut rasio antara kapasitas terpasang dengan rata-rata
pemanfaatan fasilitasnnya.

Analisis Kontribusi PPP Sikakap
Kabupaten Kepulauan Mentawai

terhadap

Perekonomian

Daerah

Analisis kontribusi PPP Sikakap dihitung menggunakan multiplier effect
berdasarkan indikator pendapatan daerah dan tenaga kerja. Multiflier effect jangka
pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan dapat dinyatakan
dalam rumus (Glasson, 1977):

Keterangan:
MSY : Koefisien Multiflier Effect
: Perubahan Pendapatan seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai
: Perubahan Pendapatan PPP Sikakap pada aktivitas perikanan Kabupaten
Kepulauan Mentawai.
Perhitungan kontribusi PPP Sikakap terhadap pendapatan daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai menggunakan data pendapatan sektor perikanan. Hal ini
berkaitan dengan tidak tersedianya data pendapatan sektor perikanan laut pada
PDRB daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Perhitungan Multiflier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus:



Keterangan:
MSE: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja
�: Perubahan seluruh angkatan kerja Kabupaten Kepulauan Mentawai

: Perubahan tenaga kerja terserap Kabupaten Kepulauan Mentawai.

6
Analisis Location Quotien
Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan sektor perikanan merupakan
sektor basis atau non basis di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perhitungan LQ
merupakan suatu perbandingan antara besarnya peran suatu sektor di suatu daerah
(region) terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas
(Sjafrizal, 2008). Perhitungan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
LQ



Keterangan :
LQ : Location Quotient
vi
: PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
vt
: PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai
Vi : PDRB sekor perikanan Propinsi Sumatera Barat
Vt : PDRB seluruh sektor Propinsi Sumatera Barat
Apabila nilai:
LQ > 1 ; maka sektor perikanan merupakan sektor basis
LQ < 1 ; maka sektor perikanan merupakan sektor non basis

Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap
Strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap dapat
dirumuskan melalui analisis SWOT. Alternatif-alternatif strategi diperoleh dengan
membuat tabel Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pelabuhan perikanan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan
pendekatan tersebut, dapat dibuat kemungkinan alternatif strategi SO, ST, WO,
WT atau dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Peluang
(Opportunity)

Ancaman
(Threat)

Kekuatan
(Strength)
Strategi SO
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk menangkap peluang

Strategi ST
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Sumber : Rangkuti F (1997).

Kelemahan
(Weakness)
Strategi WO
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman

7
Pembuatan analisis SWOT dibutuhkan analisis lingkungan internal dan
eksternal yang dihadapi PPP Sikakap. Analisis tersebut dilakukan dengan
membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE) dan
Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE). Penentuan faktor
internal dan eksternal diperoleh dari wawancara kepada nelayan, pedagang serta
masyarakat setempat dan adanya diskusi dengan pihak terkait seperti BAPEDA
Kabupaten Mentawai, pegawai PPP Sikakap dan kepala PPP Sikakap. Langkahlangkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu:
1) Analisis faktor internal dan eksternal
Faktor-faktor internal yang digunakan dalam penentuan IFAS terdiri dari
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang diperoleh dari pelabuhan
perikanan seperti kegiatan operasional, kegiatan sumberdaya manusia (jumlah,
pendidikan, keahlian) dan kegiatan pemasaran. Faktor-faktor eksternal yang
digunakan dalam penentuan EFAS terdiri dari peluang (Opportunities) dan
ancaman (Threats) yang diperoleh dari lingkungan luar pelabuhan perikanan
seperti analisis pemerintah dan kelompok kepentingan tertentu.
2) Menentukan bobot setiap variabel
Penentuan bobot pada setiap faktor internal dan faktor eksternal bertujuan
untuk mengkuantifikasi faktor internal dan eksternal yang telah dianalisis.
Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang
digunakan dalam pengisian kolom adalah:
1 = jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal
2 = jika faktor horizontal sama penting dari faktor vertikal
3 = jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variable
terhadap jumlah keseluruhan variable dengan menggunakan rumus (Kinnear T
dan Taylor J 1991):

Keterangan :
: Bobot variable ke-ii: 1,2,3,…
Xi: Nilai variable ke-in: jumlah variable
Penilaian bobot faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan
penilaian bobot faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 3

Table 2 Penilaian bobot faktor strategis internal
Faktor strategis internal
A
B
C

Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991).

A

B

C



Total

8
Table 3 Penilaian bobot faktor strategis eksternal
Faktor strategis eksternal
A
B
C

Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991).

A

B

C



Total

3) Menentukan peringkat atau rating
Penentuan peringkat atau rating terhadap variable-variabel hasil analisis
situasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
Nilai untuk matriks IFE, antara lain:
1 = sangat lemah
3 = sangat kuat
2 = lemah
4 = kuat
Nilai untuk matriks EFE, antara lain:
1 = rendah
3 = tinggi
2 = sedang
4 = sangat tinggi
Cara penentuan peringkat yaitu mengalikan nilai pembobotan dengan
peringkat pada setiap faktor, kemudian seluruh hasil perkalian tersebut
dijumlahkan secara vertikal dan akan diperoleh total skor pembobotan tersebut.
Hasil pembobotan dan rating ditampilkan dalam bentuk matriks Tabel 4 dan
Tabel 5.

Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation
Faktor-faktor strategi internal
Kekuatan :
Kelemahan :
Total

Bobot

Rating

Skor

Tabel 5 Matriks Eksternal Factor Evaluation
Faktor-faktor strategi eksternal
Peluang :
Ancaman :
Total

Bobot

Rating

Skor

Hasil dari faktor internal dan eksternal tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk matriks SWOT yang dapat menjelaskan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang akan dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya dalam merumuskan beberapa strategi alternatif.

9

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Kondisi Geografis, Topografi dan Iklim

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari Propinsi Sumatera
Barat yang telah ditetapkan dengan UU No. 49 tahun 1999. Kabupaten Kepulauan
Mentawai beribukota Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan
jarak dari Kota Padang sejauh 153 km. Secara geografis Kepulauan Mentawai
terletak pada 0055’00’’ - 3021’00’’ LS dan 98035’00’’ – 100032’00’’ BT dengan
luas wilayah kurang lebih 6.011,35 km2 dan memiliki garis pantai 1.402,66 km.
Batas-batas wilayahnya sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Selat
Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sanding, sebelah timur
berbatasan dengan Selat Mentawai dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia.
Secara topografi, keadaan Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara
bukit-bukit dengan ketinggian 0 hingga 200 meter dari permukaan laut (dpl), dan
dialiri sekitar 17 sungai utama yang berhilir di sisi timur dan barat gugusan pulau.
Luas dari setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Luas dari setiap kecamatan beserta ibukota kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Mentawai
Kecamatan
Pagai Selatan
Sikakap
Pagai Utara
Sipora Selatan
Sipora Utara
Siberut Selatan
Siberut Barat Daya
Siberut Tengah
Siberut Utara
Siberut Barat
Kepulauan Mentawai

Ibu kota kecamatan
Bulasat
Sikakap
Saumanganyak
Sioban
Sido Makmur
Muara Siberut
Pasakiat Taileleu
Saibi Samukop
Muara Sikabaluan
Simalegi

Luas kecamatan (km²)
901,08
278,45
342,02
268,47
383,08
508,33
649,08
739,87
816,11
1.124,86
6.011,35

Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

Kecamatan Sikakap terletak di Pulau Pagai Utara pada koordinat 2o37’12” –
3o55’04” LS dan 100o00’0” – 100o16’12” BT. Luas wilayah Kecamatan Sikakap
kurang lebih 278,45 km2 yang terdiri dari tiga desa yaitu Sikakap, Matobe, dan
Taikako. Kecamatan Sikakap terbentuk dari hasil pemekaran Kecamatan Pagai
Utara Selatan yang terbentuk pada tahun 2007 dengan ibukota kecamatannya
Sikakap.

10
Desa Sikakap merupakan daerah pesisir pantai yang memiliki ketinggian
dua meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya 22,493 ha dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Matobe, sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Makalo, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Taikako dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai. Jarak Desa
Sikakap dengan ibukota kabupaten 112 km dan jarak dengan provinsi (Kota
Padang) 196 km.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap terletak di Desa Sikakap,
Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan ini merupakan
salah satu pelabuhan perikanan yang terdapat di Pulau Pagai. Secara geografis
PPP Sikakap terletak pada posisi 99019’19” BT dan 01007’48” LS dengan
batas-bataas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah utara: Dusun Sikakap Barat
2) Sebelah selatan: Selat Sikakap
3) Sebelah barat: Dusun Masabuk
4) Sebelah timur: Dusun Sikakap Tengah
Jarak antara PPP dengan Kota Padang lebih kurang 120 mil, jarak dengan Ibu
Kota Kabupaten Mentawai lebih kurang 60 mil dan jarak dengan Ibu Kota
Kecamatan Sikakap lebih kurang 1 km.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan hasil sensus
penduduk pada tahun 2010 tercatat 76.173 jiwa yang terdiri dari penduduk lakilaki sebanyak 39.504 jiwa dan perempuan sebanyak 36.669 jiwa atau mengalami
peningkatan sekitar 2,07 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
tahun 2009 sebanyak 74.625 jiwa. Pertumbuhan dan jumlah penduduk
berdasarkan kecamatan di Kabupaten kepulauan Mentawai dapat dilihat pada
Tabel 7 dan 8.

Tabel 7 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Jumlah Penduduk (Jiwa)
69.774
71.355
72.972
74.625
76.173
77.077

Pertumbuhan (%)
2,27
2,27
2,27
2,07
1,19

Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

Berdasarkan data yang diperoleh, menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kepulauan Mentawai pertumbuhan penduduk yang terjadi semakin meningkat.
Jumlah penduduk pada tahun 2006-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 2,27 %,
tahun 2010 dan 2011 masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 2,07% dan
1,19 %.

11
Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun 2011
Kecamatan

Penduduk
Perempuan
4.153
4.562
2.500

Jumlah
Penduduk
8.888
9.644
5.274

1) Pagai Selatan
2) Sikakap
3) Pagai Utara

Laki-laki
4.735
5.082
2.774

4) Sipora Selatan

4.497

4.067

8.560

5) Sipora Utara

4.851

4.354

9.205

4.063
2.894
2.912
3.731
3.213
36.449

8.546
6.141
6.141
7.866
6.813
77.078

6) Siberut Selatan
4.482
7) Siberut Barat Daya
3.247
8) Siberut Tengah
3.229
9) Siberut Utara
4.135
10) Siberut Barat
3.600
Total
40.632
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

Keterbatasan sarana pendidikan serta kurangnya kesadaran masyarakat
Mentawai terhadap pentingnya pendidikan mengakibatkan rendahnya kualitas
sumberdaya manusia di daerah ini. Tingkat pendidikan berdasarkan kecamatan
serta seluruh penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2010 dapat dilihat
pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 9 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan kecamatan
di Kabupaten Mentawai tahun 2010
Tingkat pendidikan
DI/DII
DIII/Akademi
Sarjana(S1-S2-S3)
Pagai Selatan
7
40
31
Sikakap
78
56
163
Pagai Utara
19
10
43
Sipora Selatan
62
41
78
Sipora Utara
71
179
425
Siberut Selatan
71
47
113
Siberut Barat Daya
33
14
14
Siberut Tengah
26
13
28
Siberut Utara
39
16
40
Siberut Barat
26
7
7
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.
Kecamatan

Tabel 10 Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mentawai tahun 2010
Tingkat pendidikan
Jumlah (jiwa)
Tidak/belum sekolah
9.606
Tidak tamat SD
23.726
Tamat SD
17.260
SLTP
7.225
SLTA
5.570
DI/DII
432
DIII/Akademi
423
Sarjana(S1-S2-S3)
942
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

Persentase (%)
14,73
36,39
26,48
11,08
8.55
0,66
0,64
1,45

12
Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap

Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi perikanan yang cukup
besar, baik untuk perikanan darat maupun perikanan lautnya. Perairan laut di
Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki garis pantai sepanjang 1.402,66 km.
Perairan laut dapat dikembangkan melalui operasi penangkapan dari Selat
Mentawai hingga ke Samudera Hindia. Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan
dapat dilihat pada Tabel 11. Potensi perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
masih dapat dikembangkan terutama pada pengembangan perikanan laut dengan
memfasilitasi nelayan dengan alat dan teknologi penangkapan yang moderen.
Potensi perikanan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan daerah sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
peningkatan status sosial masyarakat Kabupaten Mentawai.
Tabel 11 Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Jenis Areal
1) Luas perairan laut ekonomis
2) Panjang garis pantai
3) Jumlah sungai (muara)
4) Teluk
5) Perairan Umum
6) Budidaya air payau/estuaria
7) Budidaya Laut
8) Terumbu karang
9) Hutan mangrove
Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2010.

Jumlah
78.018,43 km2
1.402,66 km
27 sungai
76 teluk
574 ha
102.700 ha
34.200 ha
21.220,62 ha
789 ha

Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam kegiatan
operasi penangkapan ikan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya
yang terdiri dari kapal/perahu, nelyan dan alat tangkap.
1) Kapal
Kapal atau perahu penangkap ikan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan
Mentawai terdiri atas perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan
Kapal Motor (KM). Perkembangan jumlah armada kapal tahun 2006 hingga 2011
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 menjelaskan jumlah perahu dan kapal di Kabupaten Kepulauan
Mentawai selama periode tahun 2006 hingga 2011 bervariasi. Jumlah kapal motor
tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebanyak 56 unit, untuk perahu motor tempel
(PMT) 492 unit pada tahun 2009, dan perahu tanpa motor (PTM) 1181 unit pada
tahun 2009.

13
Tabel 12 Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun

PTM

Pertumbuhan per
tahun (%)

PMT

Pertumbuhan per
tahun (%)

2006
1028
325
2007
1026
-0,19
282
-13,23
2008
877
-14,52
343
21,63
2009
1181
34,66
492
43,44
2010
529
-55,21
273
-44,51
2011
1129
113,42
538
97,07
Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

KM

Pertumbuhan per
tahun (%)

25
25
26
16
56
44

0,00
4,00
-38,46
250,00
-21,43

Armada kapal penangkap ikan yang ada di PPP Sikakap terdiri atas Kapal
Motor (KM), Perahu Motor Tempel (PMT), dan Perahu Tanpa Motor (PTM).
Jumlah kapal pada tahun 2006 sebanyak 219 kapal dan pada tahun 2007
mengalami penurunan menjadi 191 kapal hingga pada tahun 2010 hanya terdapat
110 kapal yang mendarat di PPP Sikakap. Penurunan pada tahun 2007 dan 2010
diakibatkan oleh adanya bencana alam yaitu terjadinya gempa dan tsunami di
daerah tersebut khususnya di Sikakap sehingga nelayan yang biasanya menangkap
ikan dilarang melaut oleh pemerintah setempat. Jumlah dan ukuran kapal yang
didaratkan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap
tahun 2006-April 2012
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
s/d April
2012
Jumlah

0-10
(GT)
219
152
61
44
55
37

10-20
(GT)
0
0
1
2
7
6

19
587

0
16

Jumlah kapal (unit)
20-30 30-100 100-200
(GT)
(GT)
(GT)
0
0
0
0
24
15
0
92
86
1
61
49
7
31
9
5
21
6
6
19

30
259

12
177

200-300
(GT)
0

Total

0
4
1
0

219
191
240
161
110
75

0
5

67
1063

Sumber : PPP Sikakap, 2012.

2) Alat Tangkap
Alat penangkap ikan yang digunakan di daerah tersebut terdiri atas pukat
tepi, jaring insang, bagan, pancing tonda dan alat tangkap lainnya. Perkembangan
jumlah alat penangkap ikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2006
hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 14.

14
Tabel 14

Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan
Mentawai tahun 2006-2010

Tahun
2006
2007
2008
2009
2010

Pukat Tepi
20
24
18
11
10

Jumlah
Jaring Insang Bagan
263
7
319
8
293
0
420
0
167
0

Pancing Tonda
25
31
25
0
0

Jumlah Total
315
382
336
431
177

Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

Tabel 14 menjelaskan bahwa perkembangan jumlah alat tangkap di
Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami penurunan. Penurunan jumlah alat
tangkap tersebut diakibatkan adanya bencana alam yang terjadi di daerah tersebut
sehingga banyak alat tangkap yang hilang dan rusak. Jenis alat tangkap yang
paling banyak terdapat di daerah tersebut yaitu jaring insang. Banyaknya jumlah
alat tangkap jaring insang dipengaruhi oleh ketertarikan nelayan dalam
mendapatkan ikan yang lebih cepat dan mudah dalam pengoperasiannya.
Selanjutnya jumlah alat tangkap yang menempati urutan kedua terbanyak adalah
pancing tonda. Pancing tonda banyak diminati oleh masyarakat setempat karena
proses pembuatan dan biayanya murah serta masih banyaknya nelayan tradisional.
Selain itu, jenis alat tangkap lain-lain yang terdapat di daerah tersebut yaitu
tombak dan jala tebar.
Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di PPP Sikakap dalam
operasi penangkapan terdiri dari pancing, bubu dan jaring insang dengan jumlah
masing-masing adalah 36 unit, 148 unit dan 20 unit.
3) Nelayan
Nelayan Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu nelayan penuh (full time) dan nelayan sambilan (part time).
Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun
2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan
Mentawai tahun 2005-2011
Nelayan penuh
921
1033
1116
1965
1920
1169
34

Nelayan sambilan
439
446
487
540
540
767
1994

Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.

Total
1360
1479
1603
2505
2460
1936
2028

15
Tabel 15 menjelaskan bahwa pada tahun 2005 hingga 2008 jumlah nelayan
mengalami peningkatan dan didominasi oleh nelayan penuh. Hal ini menunjukkan
bahwa sumberdaya ikan yang tersedia pada tahun tersebut masih banyak dan
nelayan asing belum banyak melakukan aktivitas penangkapan ikan di Perairan
Mentawai. Jumlah nelayan penuh pada tahun 2009 hingga 2011 cenderung
berkurang. Nelayan penuh pada tahun 2011 berjumlah 34 orang, hal ini diduga
karena adanya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami yang terjadi di
Kabupaten Mentawai pada tahun 2010. Selain itu, berkurangnya jumlah nelayan
diakibatkan adanya kapal-kapal ukuran besar yang melakukan aktivitas
penangkapan di Perairan Mentawai. Kapal-kapal tersebut datang dari daerah lain
yaitu Sibolga, Bengkulu, Jawa dan Padang.
Nelayan yang terdapat di PPP Sikakap terdiri dari nelayan penuh dan
nelayan sambilan. Nelayan yang terdapat di PPP Sikakap tidak hanya terdiri dari
nelayan setempat melainkan ada juga yang berasal dari Kota Padang, Pariaman,
Pesisir Selatan yang singgah di PPP Sikakap. Nelayan pendatang umumnya
mengoperasikan alat tangkap puse seine dengan ukuran kapal yang lebih besar
dibandingkan nelayan setempat. Jumlah total nelayan PPP Sikakap 250 orang
diantaranya 150 orang berupa nelayan penuh dan 100 orang nelayan sambilan.
Besarnya jumlah nelayan di PPP Sikakap antara lain karena pihak pengelola PPP
Sikakap memberikan pelayanan yang baik misalnya pelayanan jasa tambat labuh
tanpa dipungut biaya.

Produksi Hasil Tangkapan
Jenis ikan yang didaratkan di PPP Sikakap antara lain ikan kerapu
(Ephinephelus spp), tuna (Thunnus sp), tongkol (Euthynnus sp), kuwe (Caranx sp),
cakalang (Katsuwonus pelamis), kembung (Rastrelliger sp), julung-julung
(Tylourus sp), dan tenggiri (Scomberomorus commerson). Ikan yang didaratkan di
PPP Sikakap hanya ikan yang memiliki nilai ekonomis penting sisanya dijual
langsung kepada masyarakat setempat. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP
Sikakap berkisar 70 % dari total hasil tangkapan dan ditampung oleh pedagang
pengumpul.
Produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap pada tahun 2007-2011 mengalami
penurunan kecuali pada tahun 2009 yang mengalami peningkatan sebesar
11,87 %. Penurunan produksi hasil tangkapan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya jumlah nelayan, armada penangkapan ikan dan alat tangkap yang
semakin berkurang di Kabupaten Kepulauan Mentawai secara khusus di PPP
Sikakap. Berkurangnya unit penangkapan ikan tersebut disebabkan karena adanya
bencana alam yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2007
dan 2010 sehingga berdampak pada produksi hasil tangkapan. Produksi hasil
tangkapan rata-rata pertahun di PPP Sikakap 113,84 ton.
Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan juga dipengaruhi oleh fungsi
kepelabuhanan. Pelayanan yang diberikan oleh PPP Sikakap masih kurang, hal ini
dapat dilihat pada rusaknya fasilitas pabrik es dan gedung pelelangan. Rusaknya
pabrik es mengakibatkan nelayan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan es untuk
melaut sehingga sebagian nelayan hanya melakukan penangkapan ikan dengan
waktu satu malam di perairan untuk menangkap ikan (one day fishing). Hal

16
tersebut tentunya hasil tangkapan ikan yang dihasilkan merupakan ikan yang tidak
memiliki nilai jual yang tinggi seperti ikan kembung (Rastrelliger sp), julungjulung (Tylourus sp), layur (Trichiurus sp) yang langsung dijual ke konsumen
tanpa melakukan perekapan data hasil tangkapan ke PPP Sikakap. Rusaknya
fasilitas TPI PPP Sikakap mengakibatkan tidak adanya pelelangan ikan sehingga
ikan hasil tangkapan nelayan langsung ditampung oleh pedagang pengumpul yang
hanya menerima ikan ekonomis penting. Pengumpulan data dilakukan oleh
pedagang pengumpul dan hanya data hasil tangkapan ikan ekonomis penting saja,
untuk ikan yang tidak memiliki nilai ekonomis penting langsung dijual nelayan ke
masyarakat tanpa melakukan perekapan data. Hal ini tentunya mempengaruhi dari
jumlah data hasil tangkapan yang dikumpulkan oleh PPP Sikakap. Jumlah dan
nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan PPP Sikakap

Jenis ikan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Kerapu
Kakap
Kuwe
Julung-julung
Cakalang
Tongkol
Tenggiri
Gurita/Cumicumi
9) Lain-lain
10)Tuna
Jumlah
Pertumbuhan (%)

Volume
(Kg)
20.270
21.455
21.385
22.110
9.155
16.620
2.720

Nilai
(Rp.000)
283.780
236.005
149.695
88.440
45.775
116.340
29.920

Volume
(Kg)
6.245
6.075
5.995
5.645
106.150
11.250
-

Nilai
(Rp.000)
87.430
66.825
41.965
22.580
530.750
78.750
-

Tahun
2009
Volume
Nilai
(Kg)
(Rp.000)
8.735
131.025
9.095
127.330
5.585
39.095
495
2.475
53.605
268.025
47.565
380.520
-

9.690
27.240
150.645
-

62.985
68.100
1.081.040
-

7.820
149.180
-0.97

23.460
851.760
-21.21

12.320
29.495
166.895
11.87

2007

2008

61.600
294.950
1.305.020
53.21

2010

2011

Volume
(Kg)
6.470
7.845
6.325
12.250
12.400
-

Nilai
(Rp.000)
97.050
109.830
25.300
61.250
99.200
-

Volume
(Kg)
5.176
4.707
4.428
9.800
9.920
-

Nilai
(Rp.000)
103.520
84.726
44.275
58.800
89.280
-

8.820
6.870
60.980
-63.46

44.100
68.700
505.430
-61.27

2.646
4.809
41.486
-31.97

15.876
57.708
454.185
-10.14

Sumber : PPP Sikakap, 2012.

17

18
Musim Penangkapan Ikan
Nelayan PPP Sikakap mengenal adanya musim barat, dan musim timur.
Musim barat terjadi pada bulan Mei-Agustus yang ditandai dengan adanya
gelombang laut yang besar. Musim timur berlangsung dari bulan September-April
yang ditandai dengan keadaan perairan yang relatif tenang. Pada umumnya
operasi penangkapan ikan dilakukan pada musim timur, sedangkan pada musim
barat sebagian besar nelayan melakukan perbaikan perahu/kapal, alat tangkap atau
memilih aktivitas lainnya seperti bertani untuk mencari penghasilan tambahan.
Operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di PPP Sikakap
berlangsung sepanjang tahun. Ketersediaan sumberdaya ikan di perairan
Kepulauan Mentawai memicu adanya aktivitas penangkapan ikan yang
berlangsung secara terus menerus. Musim penangkapan ikan dengan hasil
tangkapan yang banyak terjadi pada bulan April-September yang merupakan
musim timur sedangkan musim penangkapan ikan dengan hasil tangkapan sedikit
terjadi pada bulan Mei-Agustus yang merupakan musim barat.

Daerah Penangkapan Ikan
Penentuan posisi daerah penangkapan ikan sangat penting untuk
menciptakan usaha penangkapan yang efektif dan efisien. Berdasarkan jalur
penangkapan ikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelompokkan kedalam
tiga jalur, yaitu : jalur I (0-5 mil), jalur II (5-10 mil) dan jalur III (10 mil dari lepas
pantai). Nelayan PPP Sikakap hingga saat ini melakukan operasi penangkapan
ikan umumnya masih berada pada jalur I (0-5 mil) dan II (5-10 mil), hanya
sebagian kecil yang beroperasi di jalur III (10 mil dari lepas pantai). Hal ini
karena unit penangkapan yang digunakan tidak terlalu besar. Pencarian daerah
penangkapan ikan umumnya belum mempunyai pedoman yang tetap, melainkan
berdasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Keberhasilan dalam
melakukan operasi penangkapan ikan di suatu lokasi akan diulang kembali di
lokasi yang sama.
Nelayan lokal/setempat biasanya melakukan operasi penangkapan ikan
dengan waktu melaut berkisar 1 sampai 3 hari. Lokasi daerah penangkapan ikan
tidak begitu jauh, yaitu di sekitar Selat Mentawai dan Samudera Indonesia,
sedangkan waktu melaut untuk nelayan pendatang dapat mencapai 1 sampai 3
bulan dengan alat tangkap purse seine. PPP Sikakap digunakan oleh nelayan
pendatang untuk tempat persinggahan saja, istirahat dan mengisi perbekalan
melaut sebaliknya hasil tangkapan nelayan tersebut dijual di luar PPP Sikakap.

19
Peranan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah

PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai
Sektor perikanan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah. Pendapatan sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun
2000-2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi sektor perikanan
terhadap pendapatan daerah dapat dilihat pada nilai Z pada Tabel 17.
Tabel 17 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan harga
konstan (Juta rupiah)
Tahun

Y

Yb

2000

341.623,23

41.958,96

2001

355.407,21

43.599,18

2002

377.011,61

44.581,75

2003

398.191,11

46.802,65

2004

414.890,96

48.949,90

2005

428.727,81

52.339,47

2006

446.108,42

56.086,47

2007

465.786,51

58.862,73

2008

486.658,71

61.917,71

2009

509.396,33

67.069,48

2010
534.232,32
70.765,85
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2004 dan 2012.

Z(%)
12,28
12,27
11,83
11,75
11,80
12,21
12,57
12,64
12,72
13,17
13,25

Ket :
Y
: Jumlah PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai
Yb : Jumlah PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Z
: Persentase kontribusi PDRB sektor perikanan terhadap pendapatan daerah
Tabel 17 menjelaskan bahwa persentase kontribusi pendapatan sektor
perikanan terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan mentawai pada
tahun 2000-2010. Persentase (nilai Z) dari kontribusi sektor perikanan meiliki
nilai yang berkisar 11,75-13,25 %. Pada tahun 2000, sektor perikanan
memberikan kontribusi untuk pendapatan daerah sebesar 11,75 % dari total
pendapatan daerah, begitu juga pada tahun 2010, sektor perikanan memberikan
kontribusi pada pendapatan daerah sebesar 13,25 %.

Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Mentawai
Lapangan Usaha yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian
besar didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, perburuan serta
perikanan. Hal ini didukung dari keadaan geografis daerah setempat serta budaya

20
yang terdapat di wilyah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Lapangan usaha
perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel menempati urutan kedua di
daerah tersebut. Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai yang bekerja menurut
umur 15 tahun keatas dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai yang bekerja menurut lapangan
usaha tahun 2008-2012
Lapangan Usaha

2008
a) Pertanian, kehutanan, perburuan dan
22.433
perikanan
36
b) Pertambangan dan penggalian
182
c) Indus tri pengolahan
156
d) Listrik, gas dan air
79
e) Bangunan
f) Perdagangan besar, eceran, rumah makan,
1.254
dan hotel
290
g) Angkutan, pergudangan dan komunikasi
h) Keuangan, asuransi, usaha persewaan
0
bangunan, tanah, dan jasa perusahaan
i) Jasa kemasyarakatan
1.400
Total
25.830
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2013.

2009

Tahun
2010

2011

2012

27.879

32.668

24.529

28.106

0
192
30
172

0
211
0
272

66
234
96
1.031

131
616
0
1.203

1.404

1.059

1.088

1.623

300

353

530

467

0

86

184

0

1.597
31.574

1.804
36.453

3.063
30.821

3.835
35.981

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas PPP Sikakap

Pengelolaan pelabuhan perikanan tentunya akan berkaitan dengan aktivitasaktivitas yang terdapat di dalamnya