Respon tanaman kedelai dan padi gogo terhadap limbah budi daya jamur tiram

RESPON TANAMAN KEDELAI DAN PADI GOGO
TERHADAP LIMBAH BUDI DAYA JAMUR TIRAM

AIP MUHAMAD IRPAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Respon Tanaman
Kedelai dan Padi Gogo Terhadap Limbah Budi Daya Jamur Tiram merupakan
hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2011

Aip Muhamad Irpan
G353090081

ABSTRACT
AIP MUHAMAD IRPAN (Response of Soybean and Upland Rice Plants to
Oyster Mushroom Cultivation Waste). Under direction of ARIS
TJAHJOLEKSONO and SUHARSONO.
The amount of mushroom cultivation waste increased in consequence of the
increase of quality and capacity of business working on mushroom production.
The accumulation of cultivation waste will cause environmental problem, if it is
not handled properly. This research was aimed to evaluate the effect of oyster
mushroom cultivation waste on nutrient uptake, plant growth, and yield of
soybean and upland rice. The experiment was conducted using two factors of
treatment. The first factor was waste of oyster mushroom cultivation that consist
of 4 levels : 0 g/kg, 150 g/kg, 300 g/kg, and 450 g/kg of soil. The second factor
was anorganik fertilizers consisting 3 level : 0%, 50%, and 100% of
recommended doses. The upland rice variety Situbagendit was planted in pots and
grown in the green house, while soybean number 44 was planted in pots and
grown on the field condition. The treatmens of waste increase significantly the
nutrients uptake, growth and yield of soybean and upland rice. The treatment of

300 g waste/kg soil in combination with 100% dose of anorganik fertilizers
showed the best result in nutrient uptake. Anorganik fertilizers increase nutrient
uptake in soybean, but contrarily in upland rice. The dose 300 g waste/kg of soil
showed the best result in plant height, stem diameter, and number of node. While
the dose of 450 g/kg showed the best result in number of leave, number of branch,
and shoot dry weight of soybean. The mushroom cultivation waste also increase
significantly the number of leave and rice seedlings. Combined with the
mushroom cultivation waste, anorganik fertilizers had no significant affect on
growth and yield of soybean and upland rice. The mushroom cultivation waste
affect significantly the soybean yield that was indicated by the increase of pod
number (up to 192%), number of seed (362%), seed weight (462%), and weight of
100 seeds (49%).
Keyword :

Mushroom cultivation waste, nutrient
production, soybean, upland rice.

uptake,

growth


and

RINGKASAN
AIP MUHAMAD IRPAN. Respon Tanaman Kedelai dan Padi Gogo Terhadap
Limbah Budi Daya Jamur Tiram. Dibimbing oleh ARIS TJAHJOLEKSONO and
SUHARSONO.
Peningkatan budi daya jamur akan menyebabkan bertambahnya jumlah
limbah budi daya jamur. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari solusi
pembuangan limbah yang tepat khususnya limbah jamur tiram serta memberikan
kontribusi bagi pengembangan pupuk organik. Bahan tanaman yang digunakan
adalah padi gogo varietas Situ Bagendit dan kedelai galur 44 koleksi PPSHB IPB.
Penelitian tanaman padi mengunakan rancangan acak lengkap dan tanaman
kedelai menggunakan rancangan acak kelompok yang masing-masing terdiri atas
2 faktor dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis limbah budi daya
jamur tiram yang terdiri atas 4 taraf, yaitu : 0 g/kg tanah, 150 g/kg tanah, 300 g/kg
tanah, dan 450 g/kg tanah. Faktor kedua adalah pupuk anorganik yaitu urea, SP36, dan KCL yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : 0%, 50%, dan 100% dari dosis yang
direkomendasikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa limbah budi daya jamur tiram
berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan hara, pertumbuhan, dan produksi

tanaman kedelai dan padi gogo. Perlakuan pupuk anorganik tidak menunjukkan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Perlakuan pupuk
anorganik justru berpengaruh nyata dalam menurunkan berat kering brangkasan
tanaman padi gogo.
Pada tanaman kedelai, perlakuan limbah 300 g/kg tanah yang
dikombinasikan dengan pupuk anorganik dosis 100% menunjukkan nilai serapan
hara yang tertinggi, baik hara makro maupun mikro. Pada tanaman padi, serapan
hara tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan limbah 300 g/kg tanah yang tidak
dikombinasikan dengan pupuk anorganik. Penambahan pupuk anorganik justru
menurunkan serapan hara pada tanaman padi.
Perlakuan limbah 300 g/kg tanah menunjukkan pertumbuhan terbaik untuk
tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah buku. Nilai jumlah daun, jumlah
cabang, dan berat kering brangkasan yang terbaik ditunjukkan oleh perlakuan
limbah 450 g/kg tanah. Pengaruh nyata limbah pada tanaman padi ditunjukkan
oleh jumlah daun dan jumlah anakan. Perlakuan limbah yang terbaik untuk
tanaman padi adalah perlakuan 300 g/kg tanah.
Meningkatnya serapan hara dan pertumbuhan vegetatif tanaman diiikuti
dengan meningkatnya produksi tanaman kedelai, seperti meningkatnya jumlah
polong sebesar 192,34%, jumlah biji 362,95%, berat kering biji 462,36%, dan
berat 100 butir 49,32%. Dosis limbah yang terbaik untuk produksi tanaman

kedelai adalah 450 g/kg tanah. Peningkatan hasil produksi terbaik pada tanaman
padi secara signifikan ditunjukkan oleh perlakuan limbah 300 g/kg tanah yang
meningkatkan jumlah malai sebesar 79,03%, jumlah biji 118,17%, berat biji isi
111,25%, dan berat 1000 butir 5,96%.
Kata kunci : Limbah budi daya jamur tiram, serapan hara, pertumbuhan dan
produksi tanaman, kedelai, padi gogo.

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.
Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

RESPON TANAMAN KEDELAI DAN PADI GOGO
TERHADAP LIMBAH BUDI DAYA JAMUR TIRAM


AIP MUHAMAD IRPAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Dra. Triadiati, M.Si

Judul Tesis : Respon Tanaman Kedelai dan Padi Gogo Terhadap Limbah Budi
Daya Jamur Tiram
Nama
NIM

: Aip Muhamad Irpan

: G353090081

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Aris Tjahjoleksono, DEA
Ketua

Dr.Ir. Suharsono, DEA
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Miftahudin. M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


Tanggal Ujian : 29 Juli 2011

Tanggal lulus :

PRAKATA
Rasa syukur yang tiada tara penulis haturkan kepada yang Maha Kuasa
Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2010
sampai Nopember 2010 ialah Pemanfaatan limbah sebagai bahan organik bagi
tanaman dengan judul Respon Tanaman Kedelai dan Padi Gogo Terhadap Limbah
Budi Daya Jamur Tiram.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr.Ir. Aris Tjahjoleksono, DEA dan
Prof.Dr.Ir. Suharsono, DEA selaku komisi pembimbing, Dr.Ir. Miftahudin,
M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan serta Dr. Dra Triadiati,
M.Si selaku penguji luar komisi. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa
bagi penulis untuk menyelesaikan studi Program Magister di Sekolah
Pascasarjana IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri (Apriliani
Indria Sari), anak, orang tua, paman, dan seluruh keluarga penulis atas doa,
dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2011
Aip Muhamad Irpan

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Nopember 1979 dari ayah
Endang Ilham dan ibu Euis Holisoh (alm.). Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara. Saat ini penulis telah dikarunia dua orang anak yaitu Rifki Zaidan
Ilmani dan Kanza Gania Ilmani dari istri Apriliani Indria Sari.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri Cileungsi 01 dan pada tahun
yang sama penulis melanjutkan studi S1 di Universitas Pakuan Bogor. Penulis
memilih jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama
melaksanakan studi S1, penulis telah diterima bekerja di Madrasah Al Hidayah
Citaringgul Kecamatan Babakanmadang Kabupaten Bogor dari tahun 2002
sampai dengan sekarang. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi S2 di
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Biologi Tumbuhan
melalui seleksi beasiswa Kementerian Agama RI.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xvi

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
1
2
2
2


TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
Limbah Budi Daya Jamur Tiram .........................................................
Unsur Hara Tanaman ...........................................................................
Hubungan Pertumbuhan Tanaman dan Hara Mineral .........................
Ketersediaan Unsur Hara Bagi Tanaman ............................................
Pemupukan ..........................................................................................
Pupuk Organik .....................................................................................
Peranan Pupuk Organik .......................................................................

3
3
3
5
6
9
9
10

BAHAN DAN METODE .............................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Bahan ...................................................................................................
Rancangan Percobaan ..........................................................................
Metode Penelitian ................................................................................
Data Penelitian .....................................................................................
Analisis Data ........................................................................................

13
13
13
13
13
15
16

HASIL ...........................................................................................................
Sifat Kimia dan Fisik Tanah Percobaan ..............................................
Kandungan Hara Limbah Budi Daya Jamur Tiram .............................
Serapan Hara Tanaman Kedelai ..........................................................
Serapan Hara Tanaman Padi ................................................................
Pertumbuhan Tanaman Kedelai ...........................................................
Pertumbuhan Tanaman Padi ................................................................
Produksi Tanaman Kedelai ..................................................................
Produksi Tanaman Padi .......................................................................

17
17
17
17
20
22
26
31
32

PEMBAHASAN ..........................................................................................
Kandungan Hara Limbah Budi Daya Jamur Tiram ..............................
Serapan Hara Tanaman ........................................................................
Pertumbuhan Tanaman ........................................................................
Produksi Tanaman ...............................................................................

35
35
36
39
41

SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
Simpulan ..............................................................................................
Saran ....................................................................................................

45
45
45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

47

LAMPIRAN ..................................................................................................

51

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Bentuk unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain karbon,
hidrogen, dan oksigen ............................................................................

4

2

Kandungan hara limbah budi daya jamur tiram .....................................

17

3

Pertumbuhan tanaman kedelai pada umur 10 MST ................................

23

4

Pertumbuhan tanaman kedelai pada umur 5 MST ..................................

23

5

Pertumbuhan tanaman padi pada umur 12 MST.....................................

28

6

Pertumbuhan tanaman padi umur 13 MST pada perlakuan
limbah budi daya jamur tiram ................................................................

28

Pertumbuhan tanaman padi umur 13 MST pada perlakuan
pupuk anorganik .....................................................................................

29

8

Produksi tanaman kedelai ......................................................................

32

9

Produksi tanaman padi ...........................................................................

33

7

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Hubungan antara pertumbuhan atau hasil tanaman dengan
konsentrasi hara dalam jaringan tanaman .............................................

6

Hubungan pH tanah terhadap ketersediaan atau kelarutan unsur
hara .........................................................................................................

7

3

Pertukaran kation pada permukaan koloid tanah ...................................

8

4

Serapan hara makro tanaman kedelai pada perlakuan kombinasi ..........

18

5

Serapan hara mikro tanaman kedelai pada perlakuan kombinasi ..........

19

6

Serapan hara makro tanaman padi pada perlakuan kombinasi ..............

20

7

Serapan hara mikro tanaman padi pada perlakuan kombinasi ...............

21

8

Pertumbuhan tanaman kedelai pada umur 5 MST ..................................

22

9

Tinggi tanaman kedelai pada perlakuan limbah budi daya
jamur tiram .............................................................................................

24

10 Diameter batang tanaman kedelai pada perlakuan limbah
budi daya jamur tiram ............................................................................

25

11 Jumlah cabang tanaman kedelai pada perlakuan limbah budi
daya jamur tiram ....................................................................................

26

12 Jumlah daun tanaman kedelai pada perlakuan limbah budi
daya jamur tiram ....................................................................................

26

13 Pertumbuhan tanaman padi pada umur 12 MST ....................................

27

14 Tinggi tanaman padi pada perlakuan limbah budi daya jamur
tiram ......................................................................................................

29

15 Jumlah daun tanaman padi pada perlakuan limbah budi daya
jamur tiram .............................................................................................

30

16 Jumlah anakan tanaman padi pada perlakuan limbah budi daya
jamur tiram .............................................................................................

30

17 Jumlah polong isi tanaman kedelai ........................................................

31

18 Jumlah malai tanaman padi ....................................................................

32

2

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Klasifikasi unsur hara pada tanaman berdasarkan fungsinya ................

52

2

Sifat kimia dan fisik tanah percobaan ....................................................

53

3

Kriteria penilaian sifat kimia tanah ........................................................

54

4

Persyaratan teknis minimal pupuk organik ............................................

55

5

Hasil analisis serapan hara tanaman kedelai ..........................................

56

6

Hasil analisis serapan hara tanaman padi ...............................................

59

7

Hasil analisis pertumbuhan tanaman kedelai .........................................

62

8

Hasil analisis pertumbuhan tanaman padi ..............................................

64

9

Hasil analisis produksi tanaman kedelai ................................................

66

10 Hasil analisis produksi tanaman padi .....................................................

67

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin meningkatnya budi daya jamur menyebabkan bertambahnya
jumlah limbah jamur. Sampai saat ini, petani budi daya jamur belum
memanfaatkan limbah hasil budi daya jamur. Melainkan membuang percuma ke
lingkungan seperti dibakar atau dihanyutkan ke sungai. Jika tidak dikelola secara
bijak, limbah jamur dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan masalah bagi
lingkungan seperti timbulnya pencemaran. Dalam rangka mencari solusi
pembuangan limbah yang tepat khususnya limbah jamur tiram, perlu dilakukan
penelitian untuk melihat apakah limbah budi daya jamur tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Mengingat bahan dasar limbah budi daya
jamur berasal dari serbuk kayu yang kaya bahan organik seperti selulosa dan
hemiselulosa, maka limbah budi daya jamur dapat berpengaruh positif terhadap
tanaman jika penggunaan dosisnya tepat. Limbah yang mengandung bahan
organik dapat menjadi sesuatu yang berharga bagi tanaman, yaitu sebagai
penyedia unsur hara

dan juga dapat

memelihara

produktivitas

lahan

(Nagavallemma et al. 2004).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami yang
dapat diperbaharui, misalnya dari sisa-sisa tanaman atau hewan maupun limbah
pasar, limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah budi daya pertanian.
Pupuk organik dapat berbentuk cair maupun padat seperti pupuk kandang, pupuk
hijau, dan kompos. Keuntungan penggunaan pupuk organik di antaranya adalah
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Suriadikarta & Setyorini,
2006).
Perubahan fungsi lahan pertanian, khususnya areal persawahan yang terus
meningkat dapat menyebabkan terjadinya kerawanan pangan. Oleh karena itu,
upaya pengembangan sistem pertanian dengan memanfaatkan lahan kering
melalui pengembangan padi gogo merupakan alternatif guna meningkatkan
produksi dan menjaga kestabilan pangan nasional. Sampai saat ini, produksi padi
gogo di Indonesia relatif masih rendah. Data produksi padi gogo tahun 2009

2

hanya mencapai 3.290.445 ton/ha dari total produksi padi 64.398.890 ton/ha
(Kementan 2010).
Di samping padi, kedelai juga merupakan komoditas prioritas. Penetapan
kedelai sebagai komoditas prioritas oleh Puslitbang tanaman pangan sejak tahun
2005 didasari oleh permintaan atau konsumsi kedelai yang terus meningkat.
Namun demikian, kapasitas produksi kedelai dalam negeri masih belum memadai.
Produksi kedelai tahun 2009 hanya mencapai 972.945 ton, sedangkan kebutuhan
kedelai nasional mencapai 2,2 juta ton (BPS 2009) sehingga sampai saat ini
Indonesia masih melakukan impor kedelai.
Dalam rangka menjalankan sistem pertanian yang berkelanjutan untuk
mencapai target produksi yang tinggi dengan tetap memelihara kesuburan tanah,
ramah lingkungan serta dapat memelihara keseimbangan ekosistem di sekitarnya,
maka diperlukan usaha dan strategi yang tepat, salah satu di antaranya ialah
melalui proses pemupukan (pupuk organik) yang sesuai dengan program Go
Organik yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2010.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah budi daya jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) terhadap tanaman kedelai dan padi gogo dengan
mengukur respon serapan hara, pertumbuhan, dan produksi tanaman tersebut.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan solusi alternatif dalam
pengelolaan limbah budi daya jamur tiram serta memberikan kontribusi bagi
pengembangan pupuk organik dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap
penggunaan pupuk anorganik.

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Limbah budi daya
jamur tiram dalam jumlah yang tepat dapat berpengaruh positif terhadap serapan
hara, pertumbuhan, dan produksi tanaman kedelai (Glicine max L.) dan padi gogo
(Oryza sativa L.).

3

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah Budi Daya Jamur Tiram
Kebanyakan limbah-limbah organik dibuang sia-sia ke alam dan secara
umum dibiarkan yang tentunya dapat menurunkan fungsi estetika lingkungan.
Semakin meningkatnya budidaya jamur menyebabkan jumlah limbah jamur
semakin tinggi. Memanfaatkan limbah jamur sebagai pupuk organik merupakan
salah satu solusi pembuangan limbah yang tepat. Penambahan limbah organik
pada lahan pertanian dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah sehingga
membantu solusi pencemaran lingkungan (Plaza et al. 2004).
Komponen utama limbah budi daya jamur adalah bahan organik. Hal ini
berkaitan dengan komponen isi media budi daya jamur yang mayoritasnya adalah
serbuk gergajian kayu. Serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan untuk media
tanam jamur biasanya dicampur dengan bahan-bahan lain seperti bekatul atau
dedak, kapur, gips, air bersih, sisa kapas, tepung jagung, tepung tapioka, dan TSP
untuk melengkapi kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
jamur. Di antara bahan-bahan tersebut, hanya lima bahan yang umum digunakan
yaitu : 1) serbuk kayu, nutrisi utama bagi pertumbuhan jamur karena mengandung
glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati, 2) bekatul, kaya akan kandungan
karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan
miselium dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 3) kapur (CaCO 3 ),
berfungsi untuk mengontrol pH media tanam agar berada dalam kondisi normal,
4) gips (CaSO 4 ), berfungsi untuk memperkokoh struktur media agar tidak mudah
pecah, 5) air dengan kadar sebesar 50% - 65%.

Unsur Hara Tanaman
Kebutuhan tanaman akan unsur hara merupakan faktor penting yang harus
dipenuhi untuk dapat melaksanakan fungsi biologisnya, yaitu melakukan
pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Baker dan Pilbeam (2007), ada tiga kriteria
unsur kimia dikatakan sebagai unsur hara esensial bagi tanaman : 1) berperan
langsung dalam proses metabolisme. Artinya, unsur hara tersebut sangat
diperlukan untuk melengkapi siklus hidupnya, 2) tidak ada unsur lain yang dapat

4

menggantikan kedudukannya. Jika tanaman mengalami defisiensi hanya dapat
diperbaiki dengan unsur hara tersebut, 3) bersifat universal atau diperlukan oleh
semua tanaman.
Unsur hara esensial dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur esensial
makro (macro element) dan unsur esensial mikro (micro element / trace element).
Perbedaan tersebut didasarkan pada kebutuhan dan konsentrasinya di dalam
jaringan tanaman. Unsur hara makro adalah unsur yang dibutuhkan atau
diakumulasi dalam jumlah yang tinggi (di atas 500 ppm atau 0,1% berat kering
jaringan tanaman). Sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam konsentrasi yang
relatif rendah (kurang dari 50 ppm atau < 0,01% berat kering jaringan tanaman)
(Baker & Pilbeam 2007). Unsur hara makro esensial meliputi nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan silikon (Si) yang
masing-masing menyusun 0,1% bagian berat kering tanaman. Unsur hara mikro
esensial meliputi boron (Bo), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn),
molibdenum (Mo), dan klorin (Cl), Natrium (Na), dan Nikel (Ni).
Tanaman menyerap setiap jenis unsur hara dalam bentuk ion anorganik
yaitu kation (ion positif ) dan anion (ion negatif) yang terlarut di dalam tanah.
Pada Tabel 1 disajikan bentuk-bentuk ion yang diserap oleh tanaman.
Tabel 1 Bentuk unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain karbon, hidrogen, dan
oksigen (Fitter dan Hay 2002)
Jenis unsur hara
Nitrogen
Phosphor
Kalium
Kalsium
Magnesium
Sulfur
Mangan
Boron
Molybdenum
Tembaga
Seng
Besi
Nikel
Klor
Natrium
Kobal
Silikon

Simbol
N
P
K
Ca
Mg
S
Mn
B
Mo
Cu
Zn
Fe
Ni
Cl
Na
Co
Si

Bentuk yang
diserap
NH 4 + , NO 3 HPO 4 2- ,
H 2 PO 4 K+
Ca2+
Mg2+
SO 4 2Mn2+
B(OH) 3 MoO42Cu2+, Cu3+
Zn2+
Fe2+, Fe3+
Ni 2+
ClNa+
Co 2+
Si(OH) 4

Konsentrasi khusus dalam
jaringan(μg g-1)
20.000
2.000
10.000
500 – 5.000
200 – 2.000
1.000
50
20
0,2
5
20
100
0,5
1.000 – 10.000
500 – 50. 000
100
1.000 – 10.000

5

Setiap unsur hara yang diserap tanaman dalam bentuk ion-ion, baik kation
maupun anion memiliki fungsi fisiologis dan biokimia dalam mendukung
terjadinya proses metabolisme pada tanaman. Klasifikasi unsur hara pada tanaman
berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hubungan Pertumbuhan Tanaman dan Hara Mineral
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks. Secara
sederhana pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai suatu peningkatan
yang sifatnya tidak dapat kembali seperti semula (irreversible) di dalam massa
karena adanya pengembangan dan perluasan sel suatu organisme baik sebagai
keseluruhan individu utuh ataupun sebagai bagian dari individu tersebut (Stren
2006). Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase atau proses,
di antaranya : 1) fase pembentukan sel, 2) fase perpanjangan dan pembesaran sel,
3) fase diferensiasi sel. Semua fase atau proses pertumbuhan tanaman tentu akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor pertumbuhan. Faktor yang cukup mempengaruhi
proses pertumbuhan tanaman di antaranya adalah ketersediaan nutrisi atau unsur
hara dan ketersedian air. Ketersedian unsur hara dapat dipenuhi dari kandungan
alamiah tanah setempat atau dari hasil pemupukan.
Ketersedian hara tanah cukup penting dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang optimal, sehingga kadar hara dalam tanah
selayaknya diketahui agar dosis pemupukan yang tepat dapat ditentukan sesuai
kebutuhan. Tingkat kesuburan tanah atau kandungan hara pada daerah sekitar
perakaran tanaman dapat ditentukan melalui analisis sifat fisik dan kimia tanah.
Namun demikian, analisis tanah saja tidak dapat menggambarkan seberapa
banyak hara mineral yang dibutuhkan tanaman dan yang mampu diserap oleh
tanaman. Oleh karena itu, analisis jaringan tanaman juga diperlukan (Taiz &
Zeiger 2002).
Analisis jaringan tanaman diperlukan untuk mengetahui hubungan antara
pertumbuhan atau hasil tanaman dengan konsentrasi hara mineral dalam jaringan
tanaman. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara pertumbuhan atau hasil
tanaman dengan konsentrasi hara dalam jaringan tanaman. Bila konsentrasi hara
dalam jaringan rendah, maka pertumbuhan atau hasil tanaman juga rendah.

6

Peningkatan konsentrasi hara dalam jaringan tanaman pada zona defisiensi
(deficiency zone), secara langsung akan meningkatkan pertumbuhan atau hasil
tanaman. Jika ketersedian hara dalam jaringan tanaman terus meningkat melewati
batas konsentrasi kritis (critical concentration), maka peningkatan ketersedian
hara setelah batas konsentrasi kritis ini tidak selalu berkaitan dengan peningkatan
pertumbuhan atau hasil tanaman. Namun, pertumbuhan atau hasil tanaman akan
konstan sampai pada batas maksimum penampungan konsentrasi hara dalam
jaringan dan diakumulasi pada daerah yang dinamakan zona cukup (adequate
zone).
Konsentrasi kritis merupakan batas transisi antara zona defisiensi dan zona
cukup (adequate zone), yang diartikan sebagai batas konsentrasi hara yang dapat
memberikan pertumbuhan atau hasil tanaman yang optimal. Peningkatan
konsentrasi hara yang terus melewati batas zona cukup menyebabkan tanaman
mengalami keracunan hara sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan
produktivitas tanaman juga menurun. Daerah setelah batas maksimum zona cukup
dinamakan zona toksik (toxic zone) (Taiz & Zeiger 2002).

Gambar 1 Hubungan antara pertumbuhan atau hasil tanaman dengan konsentrasi
hara dalam jaringan tanaman (Taiz & Zeiger 2002).

Ketersediaan Unsur Hara Bagi Tanaman
Ketersediaan unsur hara bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain sifat fisik, kimia, dan biologi lingkungannya. Kondisi dari ketiga faktor
tersebut saling berpengaruh dalam menentukan tingkat kesuburan tanah. Sifat
fisik tanah ditentukan oleh beberapa hal, seperti tekstur dan struktur tanah,
porositas, aerasi, dan temperatur tanah. Sifat kimia tanah dipengaruhi oleh pH

7

tanah. Sifat biologi tanah dipengaruhi oleh keberadaan mikrorganisme dalam
tanah yang berperan dalam proses dekomposisi hara organik.
Perubahan unsur-unsur hara dalam tanah dari bentuk tidak tersedia menjadi
tersedia sebagai hasil dari suatu reaksi dikontrol oleh pH (Plaster 2003). Selain
itu, pH tanah juga bisa mempengaruhi aktivitas mikroba dalam tanah. Hubungan
pH terhadap ketersediaan atau kelarutan unsur hara dalam tanah sehingga bisa
diserap oleh tanaman ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Hubungan pH tanah terhadap ketersedian atau kelarutan unsur hara
(Taiz & Zeiger 2002).
Upaya untuk meningkatkan pH rendah (asam) dapat dilakukan melalui
pengapuran dan pemupukan yang mengandung sumber fosfor baik dari sumber
anorganik maupun organik. Proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba
dalam tanah akan menghasilkan asam-asam organik seperti asam humat dan
fulvat. Asam-asam organik tersebut akan membentuk khelat dengan kation-kation
pengikat P, yaitu ion-ion penyebab kemasam tanah seperti Fe3+ dan Al3+ sehingga
pH meningkat. Hasil khelasi tersebut akan menurunkan reaktivitas ion-ion

8

sehingga menyebabkan pelarutan fosfat menjadi lebih efektif (Han & Lee 2005).
Proses dekomposisi bahan organik akan melepaskan sejumlah kation untuk
mengendapkan Al dan Fe dengan membentuk Al(OH) 2 .H 2 PO 4 dan FePO 4 2H 2 O
sehingga pH tanah meningkat, dan juga adanya substitusi Al dan Ca yang
terkandung pada sumber pupuk fosfat mengendapkan Al dalam bentuk Al(OH) 3
(Andayani & Hayat 2005).
Proses absorpsi kation merupakan hal penting dalam menentukan tingkat
kesuburan tanah. Terserapnya kation-kation yang merupakan hara bagi tanaman
disebabkan adanya muatan negatif pada permukaan koloid tanah. Kation yang
telah terserap pada koloid tanah, kedudukannya dapat digantikan oleh kation lain
melalui proses pertukaran kation (cation exchange) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3. Kemampuan tanah untuk mengabsorpsi dan melakukan pertukaran
kation disebut KTK (kapasitas tukar kation). Semakin tinggi nilai KTK tanah,
maka tingkat kesuburan tanahnya makin tinggi pula (Taiz & Zeiger 2002).

Gambar 3 Pertukaran kation pada permukaan koloid tanah (Taiz & Zeiger 2002).

Adanya penambahan sejumlah kation ke dalam tanah seperti ion kalium
+

(K ) melalui pemupukan KCL dapat menggantikan kedudukan ion Ca2+ pada
permukaan koloid tanah. Akibatnya ion Ca2+ menjadi bentuk tersedia dan bisa
diserap oleh akar tanaman. Penambahan ion H+ ke dalam tanah dapat terjadi
melalui proses oksidasi antara CO 2 hasil dekomposisi bahan organik dan H 2 O,
dan juga pelepasan H+ hasil metabolik tanaman. Proses oksidasi akan melepaskan
ion hidrogen (H+) dan asam karbonat (HCO 3 -). Ion H+ yang dilepaskan akan
menggantikan kedudukan kation lain pada permukaan koloid tanah seperti Mg2+,
Ca2+, K+, dan Mn2+ (Taiz & Zeiger 2002).

9

Pemupukan
Pemupukan merupakan upaya yang ditempuh untuk memperbaiki kesuburan
tanah terutama dalam hal meningkatkan ketersedian hara, yaitu dengan jalan
menambahkan atau memasukkan bahan (pupuk), baik anorganik maupun organik
ke dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman
secara optimal. Namun, penambahan pupuk ini harus dalam keadaan yang
seimbang karena kelebihan maupun kekurangan pupuk dapat mengganggu
serapan hara dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sistem pertanian yang intensif untuk mencapai hasil produksi yang tinggi
menyebabkan kebutuhan pupuk semakin tinggi. Hal ini menjadi salah satu sebab
ketergantungan atau tingginya konsumsi pupuk anorganik, khususnya pupuk N
(urea), P (TSP atau SP-36), dan K (KCL). Penggunaan pupuk anorganik (pupuk
kimia) dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka panjang telah menimbulkan
dampak negatif seperti menurunnya kesuburan tanah, pencemaran lingkungan di
sekitar daerah pertanian, dan rusaknya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Penggunaan pupuk anorganik tersebut menyebabkan tanah menjadi padat,
penimbunan fosfat, dan menurunnya aktivitas mikroba di dalam tanah akibat
penurunan kadar bahan organik (Suriadikarta & Setyorini, 2006). Peningkatan
produktivitas tanaman dengan menggunakan pupuk anorganik secara terus
menerus bukan merupakan langkah yang bijaksana. Mengingat akhir-akhir ini,
terjadi peningkatan tekanan konsumen yang menghendaki produk pertanian yang
bebas residu pestisida dan pupuk anorganik agar produksi tersebut aman
dikonsumsi dan terciptanya lingkungan hidup yang sehat.

Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami yang
dapat diperbaharui, baik dari sisa-sisa tanaman atau hewan. Pupuk organik dapat
berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa air hasil
penyaringan pupuk organik padat. Pupuk cair dimaksudkan agar penggunaannya
lebih mudah, cepat diserap, tidak mengandung kotoran, dan sekaligus menjaga
kelembaban tanah. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk kandang, dan
kompos. Pupuk organik bersifat bulky yaitu karena perlu diberikan dalam jumlah

10

yang banyak mengandung hara makro dan mikro yang jumlahnya relatif rendah
(Suriadikarta & Setyorini 2006). Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu,
sabut kelapa, batang sorghum), serbuk gergaji, kotoran hewan atau pupuk
kandang, limbah pasar, limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan limbah budi
daya jamur. Karena bahan dasar pembuatan pupuk organik bervariasi, kualitas
pupuk yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan kualitas bahan asalnya.

Peranan Pupuk Organik
Penambahan pupuk organik pada lahan pertanian sangat penting karena
dapat memperbaiki sifat fisik tanah (struktur dan tekstur tanah), sifat kimia tanah
(pH, sumber ketersedian hara tanah), dan memperbaiki sifat biologi tanah. Bahan
organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi
gembur sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus perakaran
tanaman. Sifat kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya kapasitas tukar kation
dan ketersedian hara, sedangkan pengaruh bahan organik pada biologi tanah
adalah menambah energi yang diperlukan bagi kehidupan mikroba (Suriadikarta
& Setyorini 2006).
Penggunaan pupuk organik pada lahan vulkanik dapat meningkatkan
ketersedian beberapa nutrisi, menjaga kestabilan kandungan nutrisi, meningkatkan
kapasitas menahan air, meningkatkan stabilitas struktur tanah, dan meningkatkan
pH tanah masam (Shiralipour et al. 2003). Menurut Pagliai et al. (2004), bahan
organik pada lahan pertanian berperan mempertahankan kondisi nutrisi yang
lebih baik (stabil), meningkatkan kapasitas penahan air, memperbaiki aerasi, dan
berkontribusi terhadap peningkatan hasil produksi tanaman. Penambahan pupuk
organik berupa lumpur tinja (sludge sewage) dapat meningkatkan total karbon
organik sebesar 16,21 g/kg, vermikompos sebesar 12,37 g/kg, dan kompos limbah
perkotaan (municipal waste compost) sebesar 11,59 g/kg dibandingkan total
karbon organik pada lahan yang menggunakan pupuk kombinasi antara pupuk
kimia dan organik. Selain itu, penambahan ketiga pupuk organik di atas (lumpur
tinja, vermikompos, dan limbah perkotaan) dapat meningkatkan laju respirasi dari

11

mikroba tanah jika dibandingkan dengan pada lahan yang menggunakan pupuk
kimia (Gilani & Bahmanyar 2008).
Penggunaan pupuk kandang yang diaplikasikan pada tanaman kedelai dan
gandum berpengaruh nyata dalam meningkatkan hasil panen. Hasil panen relatif
lebih baik dengan kombinasi antara pupuk P dan pupuk kandang dibandingkan
dengan penggunaan pupuk tunggal (Reddy et al. 2000). Kombinasi pupuk NPK
dan limbah pertanian (farm yard manure) juga menunjukkan pengaruh yang lebih
baik terhadap peningkatan karbon organik tanah dan pertumbuhan biomassa akar
dibandingkan dengan penggunaan pupuk secara terpisah (Purakayastha et al.
2008; Mandal et al. 2009). Melati et al. (1991) melaporkan bahwa pupuk kandang
(kotoran ayam) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jumlah biji dan ukuran
biji tanaman kedelai serta meningkatkan kadar P dalam daun dan pH tanah.
Peningkatan hasil kedelai dengan penambahan bahan organik juga telah
dilaporkan oleh Wakimoto (1989). Bertham (2002) juga melaporkan bahwa
terjadi peningkatan pH tanah asam dan penurunan pH tanah alkali serta
peningkatan hasil tanaman kedelai setelah penggunaan vermikompos sebagai
pupuk organik. Peningkatan pH tanah akan diikuti dengan peningkatan kapasitas
tukar kation (KTK) dan P tersedia (Andayani & Hayat 2005). Penggunaan pupuk
organik asal jerami pada tanah ultisol juga meningkatkan komponen pertumbuhan
dan hasil kedelai (Bertham 2002). Penggunaan bahan organik asal gulma siam
(Chromolaena odorata) yang dikombinasikan dengan biopestisida pada tanaman
kedelai hitam berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang,
luas daun, dan produksi tanaman kedelai. Penggunaan bahan organik (dosis 10,
20, dan 30 ton/ha) cenderung menunjukkan hasil produksi yang baik pada
penggunaan dosis yang lebih tinggi dibandingkan dosis yang lebih rendah
(Kastono 2005).
Di samping memiliki berbagai keunggulan, pupuk organik juga memiliki
kelemahan, di antaranya adalah : 1) diperlukan dalam jumlah yang banyak, 2)
hara yang dikandung untuk bahan yang sejenis sangat bervariasi, 3) memerlukan
waktu dekomposisi yang relatif lebih lama, 4) penggunaan kompos atau bahan
organik yang belum matang akan menganggu pertumbuhan tanaman.

12

13

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan Nopember 2010
di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB.

Bahan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman padi
gogo varietas Situ Bagendit dan tanaman kedelai. Kedelai yang digunakan adalah
galur 44 koleksi PPSHB IPB yang merupakan hasil persilangan antara varietas
Slamet dan varietas Nokonsawon. Limbah budi daya jamur tiram diperoleh dari
UKM budi daya jamur tiram di Kecamatan Cibeuber Kabupaten Cianjur. Pupuk
anorganik N, P, dan K yang digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCL.

Rancangan Percobaan
Penelitian tanaman padi mengunakan rancangan acak lengkap, sedangkan
penelitian tanaman kedelai menggunakan rancangan acak kelompok yang masingmasing terdiri atas 2 faktor dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis
limbah budi daya jamur tiram yang terdiri atas 4 taraf, yaitu : 0 g/kg tanah (L0),
150 g/kg tanah (L1), 300 g/kg tanah (L2), 450 g/kg tanah (L3). Faktor kedua
adalah pupuk anorganik yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : dosis 0% (P0), dosis 50%
(P1), dosis 100% (P2). Dosis pupuk anorganik 100% untuk tanaman kedelai yaitu
: 100 kg/ha urea, 150 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCl, sedangkan untuk tanaman
padi gogo yaitu : 200 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCL

Metode Penelitian
a. Sampel Tanah
Jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah latosol yang diambil
dari daerah Cibeurem kecamatan Dramaga. Tanah diambil pada lapisan olah 0 25 cm, kemudian dikering-anginkan pada udara luar. Tanah yang telah kering
kemudian dihaluskan dan disaring dengan menggunakan saringan berdiameter
lubang 5 mm. Kemudian sampel tanah tersebut dianalisis sifat fisik dan kimianya

14

di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian IPB. Analisis sifat fisik tanah meliputi tekstur tanah dengan pembagian
tiga fraksi (debu, pasir, dan liat). Analisis sifat kimia tanah meliputi pH tanah
dengan menggunakan metode pH-meter dengan medium H 2 O dan KCl, C-organik
dengan metode Walkley dan Black, N-total dengan metode Kjeldhal, P dengan
metode Bray, sedangkan K, Ca, Mg, Mn, Fe, Zn, dan Cu dengan metode
Absorption Atomic Spectrophotometry (AAS).
b. Sampel Limbah Budi Daya Jamur Tiram
Limbah budi daya jamur adalah media yang tersisa setelah jamur selesai
dipanen (biasanya media telah digunakan selama lebih dari 7 bulan). Bobot sisa
media jamur yang telah menjadi limbah berkisar antara 400 g/baglog – 550
g/baglog.
Limbah budi daya jamur tiram dihancurkan dan dikering anginkan
secukupnya, kemudian dilakukan analisis yang sama seperti sampel tanah untuk
mengetahui kandungan haranya yang dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.
b. Penyiapan Media Tanam
Media tanam berupa tanah dan limbah budi daya jamur yang telah dikering
anginkan, ditimbang sesuai takaran yang telah ditentukan, kemudian dilakukan
pengadukan secara merata dan dimasukkan ke dalam pot. Pot percobaan untuk
tanaman padi kemudian dibiarkan selama 2 minggu sebelum dilakukan
penanaman, sedangkan pot percobaan untuk tanaman kedelai 6 minggu sebelum
penanaman.
c. Penanaman
Tanaman padi ditanam di dalam pot yang diletakkan di dalam rumah kaca,
sedangkan tanaman kedelai ditanam di dalam pot yang diletakkan di kebun
percobaan PPSHB IPB. Penanaman padi dan kedelai dilakukan dengan sistem
tugal yaitu medium tanah dilubangi sedalam 2 cm. Setiap pot ditanami 5 benih
padi gogo. Sepuluh hari setelah tanam (HST) dilakukan penjarangan sehingga
pada setiap pot hanya terdapat satu tanaman. Jumlah benih kedelai pada setiap pot
adalah 4 benih dan penjarangan dilakukan setelah 14 HST.

15

d. Pemupukan
Pupuk anorganik diberikan pada saat tanam dengan dosis sesuai perlakuan
yang telah ditentukan. Pupuk urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian pada saat
tanam dan 2/3 bagian pada saat 30 hari setelah tanam, sedangkan SP-36 dan KCl
diberikan pada saat tanam.
e. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di antaranya adalah penyiraman,
penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai
kebutuhan untuk mencapai kapasitas lapang. Proses penyiangan dilakukan setiap
kali ada gulma yang tumbuh dengan tujuan membebaskan tanaman dari gulma.
Pengendalian hama tanaman dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis
2,4 WD. Penyemprotan dilakukan ketika serangan hama mulai nampak.

Data Penelitian
Peubah yang dijadikan sebagai data penelitian diperoleh berdasarkan
pengamatan terhadap :
a. Serapan hara tanaman. Serapan hara tanaman diperoleh dengan cara mengukur
unsur N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn, dan Zn pada sampel yang meliputi seluruh
bagian tajuk (selain akar). Sampel diambil dari tanaman yang dipanen pada
masa peralihan antara fase vegetatif dan generatif. Analisis dilakukan di
laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian IPB. Unsur hara N dianalisis dengan metode Kjedahl, sedangkan
hara P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, dan Mn dianalisis menggunakan metode
pengabuan kering yang dilanjutkan dengan metode AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry). Nilai serapan hara tanaman diperoleh dari persamaan :
Nilai serapan hara makro (g/pot) = (BKB + BKA) x SH / 100
Nilai serapan hara mikro (mg/pot) = (BKB + BKA) x SH / 1000
Ket :
BKB = Berat Kering Brangkasan (g)
BKA = Berat Kering Akar (g)
SH

= Serapan Hara (hara makro dalam satuan %, hara mikro dalam
satuan ppm)

16

b. Pertumbuhan tanaman. Peubah untuk tanaman kedelai adalah tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah buku, jumlah cabang, jumlah daun, berat kering
brangkasan (tajuk atau bagian atas tanaman selain akar), berat kering akar, dan
panjang akar. Peubah untuk tanaman padi adalah tinggi tanaman, jumlah
anakan per rumpun, jumlah daun, berat kering brangkasan, berat kering akar,
dan panjang akar. Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan
setiap 2 minggu yang dimulai 2 MST (minggu setelah tanam). Pengukuran
berat kering tanaman dilakukan pada masa peralihan antara fase vegetatif dan
generatif setelah mencapai berat konstan.
c. Produksi tanaman. Peubah untuk tanaman kedelai adalah jumlah polong,
jumlah biji per tanaman, berat kering biji per tanaman, dan berat 100 butir biji.
Peubah untuk tanaman padi adalah jumlah malai per rumpun, jumlah biji per
rumpun, berat biji per rumpun, dan berat 1000 butir gabah.

Analisis Data
Data diolah dengan analisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan perangkat
lunak SPSS 17. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji
Duncan pada taraf uji 5%.

17

HASIL

Sifat Kimia dan Fisik Tanah Percobaan
Sifat kimia dan fisik tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsurunsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah yang digunakan dalam percobaan ini memiliki sifat-sifat kimia dan fisik
seperti yang tercantum pada Lampiran 2. Berdasarkan kriteria penilaian sifat
kimia tanah (Lampiran 3), sampel tanah yang digunakan dalam percobaan ini
memiliki pH asam, Kandungan C-organik rendah, N-total rendah, P sangat
rendah, Ca sedang, Mg tinggi, K sedang, Na rendah, kapasitas tukar kation (KTK)
rendah, dan kejenuhan basa (KB) tinggi.

Kandungan Hara Limbah Budi Daya Jamur Tiram
Kandungan hara makro dan mikro limbah budi daya jamur tiram yang
digunakan dalam percobaan ini tercantum pada Tabel 2. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor: 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang persyaratan
teknis minimal pupuk organik (Lampiran 4), limbah jamur yang digunakan dalam
percobaan ini memiliki kandungan hara makro dan mikro yang nilainya berada di
antara nilai minimum dan maksimum. Dengan kata lain, limbah jamur tersebut
memenuhi sebagian dari persyaratan teknis minimal pupuk organik.
Tabel 2 Kandungan hara limbah budi daya jamur tiram
Hara Makro (%)

Hara Mikro (ppm)

C

N

P

K

Ca

Mg

Fe

Cu

Zn

Mn

31,36

0,41

0,97

0,34

0,12

0,43

1513,80

203,46

718,45

99,75

Serapan Hara Tanaman Kedelai
Kombinasi perlakuan limbah budi daya jamur tiram dan perlakuan pupuk
anorganik menunjukkan interaksi yang nyata terhadap serapan hara tanaman
kedelai (Gambar 4 dan 5). Bila dibandingkan dengan kombinasi perlakuan L0P0,
kombinasi perlakuan L0P1 dan L0P2 tidak berbeda nyata dengan serapan hara
makro maupun mikro, kecuali pada serapan hara Mn. Pemberian pupuk anorganik

18

P1 dan P2 berpengaruh nyata bila dikombinasikan dengan pemberian limbah budi
daya jamur tiram.

0,16
0,12
P0

0,08
P1

0,04

P2

0,00
L0

L1

Hara K (g/tanaman)

0,03
P0

0,02
P1

0,01
P2

0,00
L0

L1

L2
L3
Perlakuan

d. Serapan hara Ca

0,18
0,15
0,12
0,09
0,06
0,03
0,00

P0
P1
P2

L1

0,04

L2
L3
Perlakuan

c. Serapan hara K

L0

Hara P (g/tanaman)

b. Serapan hara P

Hara Ca (g/tanaman)

Hara N (g/tanaman)

a. Serapan hara N

0,03
0,02

P0

0,01

P1
P2

0,00
L0

L2
L3
Perlakuan

L1

L2
L3
Perlakuan

Hara Mg (g/tanaman)

e. Serapan hara Mg
0,03
0,02
P0

0,01

P1

0,00

P2

L0

L1

L2
L3
Perlakuan

Gambar 4 Serapan hara makro tanaman kedelai pada perlakuan kombinasi. L0:
tanpa limbah budi daya jamur, L1: 150 g/kg tanah, L2: 300 g/kg tanah,
L3: 450 g/kg tanah.
: P0 (tanpa pupuk anorganik),
: P1 (50%
dosis pupuk anorganik, : P2 (100% dosis pupuk anorganik). I = SE
(Standar error). SE yang masih bersambungan menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

19

b. Serapan hara Cu

Hara Fe (mg/tanaman)

10
8
6

P0

4

P1

2
P2

0
L0

L1

L2

Hara Cu (mg/tanama n)

a. Serapan hara Fe

0,12
0,08

P0

0,04

P1
P2

0,00
L0

L3

L1

Perlakuan

1,6
1,2
P0

0,8

P1

0,4

P2

0,0
L1

L3

d. Serapan hara Zn

L2

Perlakuan

L3

Hara Zn (mg/tanaman)

Hara Mn (mg/tanaman)

c. Serapan hara Mn

L0

L2

Perlakuan

0,5
0,4
0,3

P0

0,2

P1

0,1
P2

0,0
L0

L1

L2

L3

Perlakuan

Gambar 5 Serapan hara mikro tanaman kedelai pada perlakuan kombinasi. L0:
tanpa limbah budi daya jamur, L1: 150 g/kg tanah, L2: 300 g/kg tanah,
L3: 450 g/kg tanah.
: P0 (tanpa pupuk anorganik),
: P1 (50%
dosis pupuk anorganik, : P2 (100% dosis pupuk anorganik). I = SE
(Standar error). SE yang masih bersambungan menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

Bila dibandingkan dengan kontrol (L0P0), kombinasi perlakuan L2P2
menunjukkan peningkatan serapan terbaik hara N sebesar 248,24%, hara K
sebesar 271,43%, hara Mg sebesar 200%, hara Cu sebesar 263,79%, hara Zn
sebesar 126,59%, dan hara Mn sebesar 268,31%. Sedangkan peningkatan serapan
terbaik hara P (391,67%), Ca (206,25%), dan Fe (201,08%) ditunjukkan oleh
kombinasi perlakuan L3P1. Kombinasi perlakuan L2P1 menunjukkan pola yang
sama untuk semua serapan hara dengan memiliki rata-rata serapan hara yang lebih
rendah dibandingkan L2P0, tetapi perlakuan L2P1 masih menunjukkan serapan
hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (L0P0).

20

Serapan Hara Tanaman Padi
Perlakuan limbah budi daya jamur tiram secara nyata meningkatkan serapan
hara makro maupun mikro kecuali Fe dan Mn (Lampiran 6). Peningkatan dosis
sampai dengan 300 g/kg tanah (L2) diikuti peningkatan serapan hara. Namun, bila
dosis ditingkatkan sampai dengan 450 g/kg tanah (L3), serapan hara kembali
menurun meskipun secara umum masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol
(L0). Pengaruh kombinasi perlakuan antara limbah budi daya jamur tiram bersama
pupuk anorganik terhadap serapan hara tanaman padi ditunjukkan pada Gambar 6
dan 7.

0,8
0,6
0,4
0,2
0,0

P0
P1
P2

L0

L1
L2
Perlakuan

P1
P2

L0

P0
P1
P2

L1
L2
Perlakuan

P0

L1
L2
Perlakuan

L3

d. Serapan hara Ca

1,2
0,9
0,6
0,3
0,0
L0

0,12
0,09
0,06
0,03
0,00

L3

c. S