Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah

i

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO TERHADAP
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR TANAH

ESTER ANDRIANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Respon Pertumbuhan dan
Produksi Padi Gogo terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah adalah

benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Ester Andriani
NIM A24100022

ii

ABSTRAK
ESTER ANDRIANI. Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo terhadap
Pengembangan Sumber Daya Air Tanah. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian yang berjudul respon pertumbuhan dan produksi padi gogo
terhadap pengembangan sumber daya air tanah bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas padi gogo dan mempelajari pengaruh pengembangan sumber daya
air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian ini

dilaksanakan di Kebun Percobaan Diploma IPB, Gunung Gede, Bogor pada bulan
Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. Metode penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan 3 ulangan dan satu faktor
yaitu pemberian mulsa dengan 5 perlakuan. Perlakuannya yaitu pengolahan tanah
penuh (M1), pengolahan tanah minimum (M2), pengolahan tanah minimum
dengan pemberian mulsa di atas permukaan tanah (M3), pengolahan tanah
minimum dengan pemberian mulsa di bawah permukaan tanah (M4), pengolahan
tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas dan di bawah permukaan tanah
(M5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya air tanah
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot kering brangkasan.
Perlakuan M4 dipilih sebagai perlakuan yang dapat meningkatkan bobot kering
brangkasan.
Kata kunci: air tanah, mulsa organik, padi gogo

ABSTRACT
ESTER ANDRIANI. Growth Response and Production of Upland Rice on
Soilwater Resources Development. Supervised by EKO SULISTYONO.
This research which titled growth response and production of upland rice
on soilwater resources development aim to increase productivity of upland rice
and studied the influence of soilwater resources development to the growth and

production of upland rice. It was held in Diploma Experimental Farm of Bogor
Agriculture University, Gunung Gede, Bogor on October 2013 until Januari 2014.
The method used randomized complete block design with 3 replicatios and 1
factor of organic mulch applied with 5 treatment. The treatments were full tillage
(M1), strip tillage (M2), strip tillage with application of organic mulch on the
ground level (M3), strip tillage with application of organic mulch below the
ground level (M4), strip tillage with application organic mulch in the top and
below the ground level (M5). The results showed that growth response and
production of upland rice impacted to the height of plant and dry matter weight.
The treatment of M4 was selected as the treatment can increase the dry matter
weight.
Key words: organic mulch, soilwater, upland rice

iii

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO
TERHADAP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR TANAH

ESTER ANDRIANI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi
Pengembangan Sumber Daya Air Tanah
Nama
: Ester Andriani

NIM
: A24100022

Disetujui oleh

Dr Ir Eko Sulistyono, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Padi

Gogo

terhadap


ii

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penelitian ini berjudul Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo
terhadap Pengembangan Sumber Daya Air Tanah. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyono,
MSi selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Winarso Drajad Widodo,
MS PhD dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku dosen Teknik Penulisan Ilmiah
yang telah banyak memberi saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ayah, ibu dan adik serta
teman-teman atas doa dan sarannya dalam menyelesaikan tugas akhir saya
ini.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


Bogor, Juni 2014
Ester Andriani

iii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Hipotesis

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE PENELITIAN

4

Waktu dan Tempat Penelitian


4

Bahan dan Alat Penelitian

4

Prosedur Penelitian

4

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum


5

Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Air Tanah terhadap Padi Gogo

5

Pertumbuhan Tanaman

8

Produksi Tanaman
SIMPULAN DAN SARAN

11
12

Simpulan

12


Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

17

iv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Analisis ragam semua peubah yang diamati
Tinggi tanaman pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Jumlah anakan pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Bobot kering tajuk pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Bobot kering akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Volume akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Panjang akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Kadar air tanah pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Hasil panen pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah

7
8
9
9
10
10
11
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data curah hujan harian dari bulan Oktober sampai Desember 2013
2 Layout penelitian

15
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi menjadi bahan pangan terpenting di Indonesia. Beras merupakan
makanan pokok orang Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 19902010 mencapai 1.49 % per tahun dan pada tahun 2013 mencapai 1.3% (Deptan
2013). Hasil produksi padi nasional meningkat setiap tahunnya pada tahun 2010,
2012, dan 2013 secara berturut-turut sebesar 66.47 juta ton, 69.06 juta ton, dan
71.29 juta ton namun menurun pada tahun 2011 sebesar 65.76 juta ton (BPS
2012). Salah satu cara meningkatkan produksi padi nasional dengan
meningkatkan produktivitas padi gogo. Padi gogo merupakan salah satu sistem
pembudidayaan padi yang ada di Indonesia selain padi sawah. Padi gogo berbeda
dengan padi sawah karena padi ini tidak dalam kondisi digenangi oleh air
(Purwono dan Purnamawati 2008). Walaupun begitu padi gogo perlu digenangi
oleh air juga dalam jangka pendek. Karena penggenangan sangat diperlukan oleh
padi gogo untuk meningkatkan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot kering tajuk,
akar, dan hasil panen sehingga dapat berkembang optimal (Santosa 2002). Padi
gogo sangat peka terhadap stress air. Penanaman padi gogo tergantung jumlah air
yang ada di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk dapat menjaga ketahanan air pada
tanah diperlukan mulsa atau penutup tanah untuk mengurangi penguapan air yang
terjadi. Mulsa dapat berfungsi sebagai penambah hara yang diperlukan oleh
tanaman sehingga tanaman padi gogo dapat tumbuh optimal dan produktivitasnya
dapat meningkat. Data statistik menunjukkan produktivitas padi gogo lebih rendah
(33.29 ku/ha) dibandingkan padi sawah (52.85 ku/ha). Karena masih sulitnya
menanam padi gogo yang tepat. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih dalam untuk
menentukan faktor yang tepat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas padi gogo.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi gogo dan
mempelajari pengaruh pengembangan sumber daya air tanah terhadap
pertumbuhan dan produksi padi gogo.

Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan produktivitas padi gogo.
2. Mempelajari pengaruh pengembangan sumber daya air tanah terhadap
pertumbuhan dan produksi padi gogo.

Hipotesis
1. Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi padi gogo.
2. Diperoleh salah satu metode pengembangan sumber daya air tanah yang
menyebabkan produktivitas tertinggi.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Sumber Daya Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada pada zona aerasi pada lapisan tanah yang
terikat oleh partikel tanah dengan gaya ikat lebih besar dibanding gaya tarik bumi.
Pengembangan sumber daya air tanah merupakan usaha untuk memaksimalkan air
yang tertahan di daerah perakaran dan meminimalkan kehilangan air akibat
evaporasi (Sulistyono 2007). Usaha konservasi tanah dan air secara mekanis dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: pengolahan tanah, pengolahan tanah
menurut garis kontur, pembuatan teras, pembuatan saluran air, pembuatan DAM
pengendali. Fungsinya konservasi tanah dan air secara mekanis adalah
memperbaiki aerasi tanah dan menyediakan air bagi tanaman. Selain itu, usaha
konservasi tanah dan air dapat juga secara vegetatif, yaitu: menanam tumbuhan
penutup tanah secara permanen, pertanaman dalam strip, penanaman berganda,
penanaman bergilir, pemanfaatan mulsa dan sistem pertanian hutan (agroforestry).
Usaha tersebut berfungsi untuk mengurangi peningkatan kehilangan air tanah
akibat meningkatnya evapotranspirasi (Kodoatie dan Sjarief 2005).
Padi Gogo
Padi gogo merupakan salah satu sistem pembudidayaan padi yang ada di
Indonesia selain padi sawah. Padi gogo berbeda dengan padi sawah pada proses
budidayanya karena padi ini tidak dalam kondisi digenangi oleh air (Purwono dan
Purnamawati 2008). Padi gogo peka terhadap stess air. Syarat tumbuh untuk padi
gogo diantaranya, yaitu curah hujan 200 mm/bulan, suhu 24-260 C, pH tanah 3-10,
tanah latosol, kandungan garam 0-1, dan ditanam di dataran rendah (Deptan 2014).
Fase pemasakan bulir ada 3 fase yaitu fase masak susu, fase masak kuning, fase
masak penuh dan fase masak mati. Fase pertama fase masak susu ciri-cirinya,
yaitu pada saat tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya sudah
terkulai; ruas batang bawah terlihat berwarna kuning; gabah jika ditekan dengan
kuku akan mengeluarkan cairan seperti susu. Fase ini terjadi pada saat ±10 hari
setelah fase pembungaan merata. Fase kedua fase masak kuning, yaitu saat
seluruh tanaman terlihat berwarna kuning, dari semua bagian tanaman hanya
buku-buku sebelah atas yang masih berwarna hijau, isi gabah sudah keras namun
masih mudah pecah jika ditekan dengan kuku. Fase ini terjadi pada saat ±7 hari
setelah fase masak susu. Fase ketiga fase masak penuh, yaitu saat buku-buku
sebelah atas berwarna kuning dan batang-batang mulai kering, isi gabah sudah
tidak dapat pecah jika ditekan dengan kuku, pada varietas-varietas yang mudah
rontok pada fase ini belum terjadi kerontokan. Fase ini terjadi pada saat ±7 hari
setelah fase masak kuning. Fase keempat fase masak mati, yaitu saat isi gabah
sudah keras dan kering, pada varietas yang mudah rontok saat fase inilah gabah
mulai rontok. Fase ini terjadi pada saat ±6 hari setelah fase masak penuh (Deptan
1983).
Situ Patenggang merupakan varietas padi gogo yang berumur genjah (110120 HSS), bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman antara 100 - 110 cm. Varietas ini
mempunyai bentuk biji agak gemuk, warna gabah kuning kotor, bobot 1000 butir

3

gabah 27 g, jumlah anakan produktif 10 - 11 batang/rumpun, produksi rata-rata
4.0 ton GKG/ha. Keunggulan varietas ini tahan penyakit blas, tekstur nasi sedang,
bersifat aromatik, dan responsif terhadap pemupukan. Varietas ini dapat
dikembangkan di lahan kering pada musim hujan, lahan tipe tanah alluvial dan
podsolik. Varietas ini potensial dikembangkan secara komersial oleh industri
benih, Direktorat Jendral Teknis, dan Pemerintah Daerah di lahan kering pada
musim hujan dengan ketinggian tempat kurang dari 300 m dpl (Deptan 2009).
Peranan Air Bagi Tanaman
Pada pertanian tanaman pangan, air tidak hanya berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman tetapi juga pada penentuan perluasan lahan baru
(ekstensifikasi), luas areal tanam dan intensitas pertanaman per tahun serta
menentukan kualitas produksi (Arsyad dan Rustiadi 2008). Pemberian air yang
terlalu rendah pada tanaman tidak memadai untuk digunakan dalam proses
evapotranspirasi, sedangkan jika terlalu tinggi tidak efisien karena air akan
terbuang dalam bentuk evaporasi tanah dan perkolasi dalam yang berlebihan (Aqil
2002). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi padi gogo yaitu
evapotranspirasi. Total defisit evapotranspirasi semakin tinggi maka penurunan
hasil produksi semakin besar. Total defisit evapotranspirasi sebesar 240.06 mm
dapat menyebabkan penurunan hasil produksi gabah sebesar 90% dan penurunan
bobot kering tanaman menjadi sebesar 72.5%. Kelembaban tanah optimum untuk
padi gogo adalah antara kapasitas lapangan sampai kadar air sebesar 32%,
kelembaban lebih rendah dari 32% akan menurunkan produksi. Penghitungan
evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman padi gogo (Sulistyono et al. 2005).
Mulsa
Mulsa dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu organik dan anorganik. Organik
seperti berasal dari tanaman contohnya dari gulma, sisa-sisa tanaman dan
anorganik seperti plastik. Warna mulsa tidak mempengaruhi suhu udara di
lingkungan pertanaman, namun mempengaruhi biomass dan produksi tanaman.
Warna mulsa plastik berpengaruh terhadap hasil tanaman dan iklim mikro di
lingkungan pertanaman (Zainal 2004). Pemberian mulsa dapat menurunkan pH
tanah, C organik tanah, C/N ratio tetapi meningkatkan kandungan N total dan
serapan hara P (Raihana 2005). Mulsa juga dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan air dan mengurangi evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh faktor
iklim pada tanaman gandum dan jagung (Khaledian et al. 2012). Aplikasi
teknologi peresapan bipori dengan serasah jagung dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi padi gogo di lahan kering Maluku dengan curah hujan
rendah sebesar 1000-2000 mm/tahun (Fordarkosu 2013).

4

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014 di
Kebun Percobaan Diploma IPB, Gunung Gede, Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo varietas
Situ Patenggang dan jerami. Pupuk yang digunakan, yaitu pupuk urea sebanyak
125 kg/ha, pupuk KCl sebanyak 100 kg/ha, dan pupuk SP-36 sebanyak 150 kg/ha.
Alat yang digunakan yaitu ajir, peralatan tanam, alat ukur (penggaris), dan
timbangan digital.
Prosedur Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyiapan
lahan dilakukan dengan cara mengolah tanah dengan cangkul dan membersihkan
gulmanya. Tanah dibuat berbentuk bedengan berukuran 4.15 m x 9.27 m dengan
jarak antar tanaman 25 cm x 25 cm. Setelah bedengan selesai dibuat kemudian
dilakukan pemberian mulsa pada petakan. Pemberian mulsa di bawah permukaan
tanah dengan membuat lubang alur kedalaman 20 cm dengan menggunakan
cangkul dan ketebalan mulsa sebesar 5 cm kemudian ditutup dengan tanah.
Pemberian mulsa di atas permukaan tanah dengan meletakkan mulsa setelah
penanaman benih. Pada saat awal penanaman diberikan setengah dosis pupuk urea
dan seluruh dosis pupuk KCl dan SP-36. Pada saat 4-5 MST (minggu setelah
tanam) diberikan dosis pupuk urea setengah dosis dari awal penanaman.
Penyiangan gulma dilakukan pada awal penanaman sampai panen.
Pengamatan dilakukan pada 150 tanaman contoh meliputi:
a. Tinggi tanaman dan jumlah anakan diamati setiap minggu.
b. Bobot kering tajuk, bobot kering akar, panjang akar, volume akar diamati pada
umur 4 MST dan 8 MST dengan cara destruktif 3 rumpun setiap satuan
percobaan.
c. Kadar air tanah diamati pada umur 4 dan 8 MST secara grafimetri.
d. Bobot 1000 butir, jumlah gabah per malai, panjang malai, dan bobot gabah
kering panen.
e. Bobot gabah ubinan 2.5 m x 2.5 m.
Analisis Data
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
dengan 3 ulangan dan satu faktor yaitu pemberian mulsa. Penelitian menggunakan
5 perlakuan yaitu pengolahan tanah penuh (M1), pengolahan tanah minimum
(M2), pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas permukaan
tanah (M3), pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah
permukaan tanah (M4), pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di

5

atas dan di bawah permukaan tanah (M5). Setiap ulangan terdiri dari 5 petak yang
diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 unit satuan percobaan. Setiap petak
diambil 10 tanaman contoh yang diamati pada setiap minggu. Jarak tanam yang
digunakan yaitu 25 cm x 25 cm dengan jumlah benih per lubang tanam sebanyak
3 benih.
Model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij
: nilai pengamatan pada perlakuan ke - i dan kelompok ke - j
µ
: nilai rata-rata umum
αi
: pengaruh perlakuan olah tanah dan letak mulsa
βj
: pengaruh ulangan ke- j
εij
: pengaruh galat percobaan
i
: tingkat perlakuan
j
: kelompok (1, 2, 3, 4)
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf kesalahan 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Diploma IPB, Gunung Gede,
Bogor. Curah hujan rata-rata di Gunung Gede pada bulan Oktober sampai
Desember 2013 sebesar 17.08 mm per hari. Total curah hujan bulanan tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar 680 mm dan terendah pada bulan Nopember
sebesar 225 mm. Curah hujan ideal bagi tanaman padi gogo sebesar 150 mm per
bulan. Surplus air dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember
(Yasin dan Ma’shum 2006). Padi gogo varietas Situ Patenggang cocok
dikembangkan di lahan kering pada musim hujan (Deptan 2009).
Peneliti selama melakukan penelitian melakukan pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman padi gogo dengan cara disemprot pestisida. Selain itu,
varietas Situ Patenggang memiliki keunggulan yaitu tahan penyakit blas (Deptan
2009). Pengendalian gulma pun dilakukan secara manual setiap minggu.
Pengendalian burung yang ada di lahan dilakukan dengan memasang jaring di
sekeliling lahan. Jaring dipasang ketika tanaman mulai berbunga supaya proses
pembungaan tidak terganggu.
Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Air Tanah terhadap Padi Gogo
Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman dan bobot kering tajuk, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
anakan, bobot kering akar, volume akar, panjang akar, kadar air tanah dan hasil
produksi (Tabel 1). Pengembangan sumber daya air tanah lebih mempengaruhi
tinggi tanaman dibandingkan dengan jumlah anakan, hal ini terlihat dari nilai

6

Pr>F yang lebih kecil. Pengembangan sumber daya air tanah juga lebih
mempengaruhi bobot kering tajuk dibandingkan bobot kering akar. Ini disebabkan
oleh curah hujan yang sudah mencukupi sehingga ketersediaan air sudah cukup.
Kondisi di bawah kapasitas lapang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan
tanaman padi gogo kecuali tinggi tanaman dan jumlah anakan (Rahayu dan
Harjoso 2010). Cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan
pertumbuhan dan produktivitas padi kecuali jumlah anakan produktif (Tubur et al.
2012).

7

Tabel 1 Analisis ragam semua peubah yang diamati
Peubah
Tinggi Tanaman
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
Jumlah Anakan
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
Bobot Kering Tajuk
4 MST
8 MST
Bobot Kering Akar
4 MST
8 MST
Volume Akar
4 MST
8 MST
Panjang Akar
4 MST
8 MST
Kadar Air Tanah
4 MST
8 MST
Panen
Panjang Malai
Jumlah Gabah/Malai
BGKP
BB Gabah
BK Gabah
Kadar Air Gabah
BB Ubinan
BK Ubinan
% Jumlah Gabah Hampa
% Jumlah Gabah Bernas
% Bobot Gabah Hampa
% Bobot Gabah Isi

Pr>F

KK

0.054
0.114
0.014
0.032
0.149
0.238
0.086

9.25
10.19
7.16
11.70
8.81
6.75
5.28

0.289
0.234
0.262
0.294
0.406
0.590
0.808

10.02
14.94
15.88
18.23
20.46
20.36
13.54

0.016
0.043

15.14
29.34

0.424
0.149

23.42
17.76

0.354
0.267

12.83
24.98

0.406
0.152

29.69
26.25

0.861
0.527

7.75
13.71

0.840
0.748
0.925
0.163
0.261
0.652
0.690
0.163
0.735
0.632
0.680
0.593

5.06
14.05
7.63
2.71
3.27
18.86
23.96
23.41
10.08
14.41
32.82
7.00

8

Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada perlakuan pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di
atas dan di bawah permukaan tanah (M5) saat berumur 3, 5, dan 6 minggu setelah
tanam (MST) yang terlihat pada Tabel 2. Karena mulsanya hilang terbawa air
hujan dan tanahnya pun ikut terkena erosi. Perlakuan M5 menghasilkan tanaman
yang sangat pendek yaitu sebesar 84.45 cm. Tanaman tertinggi terdapat pada
perlakuan pengolahan tanah penuh (M1) sebesar 96 cm.
Tabel 2 Tinggi tanaman pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan
Tanah penuh (M1)
Tanah minimum
(M2)
Tanah minimum +
mulsa atas (M3)
Tanah minimum +
mulsa bawah (M4)
Tanah minimum +
mulsa atas bawah
(M5)

Tinggi tanaman (cm)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST
30.78a 42.07 54.83a 73.88a 83.05 91.34 96.00
26.52ab 36.85 48.72a 69.48a 83.46 92.00 95.23
30.15a

41.50 50.87a 63.77ab 81.25 92.23 95.33

28.18ab 40.12 53.05a 63.77ab 74.58 86.67 90.77
23.70b

33.22 41.54b 49.25b

69.73 81.78 84.45

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umur 3 MST, tinggi tanaman dengan
perlakuan M1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M5, tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan M2 (pengolahan tanah minimum), M3
(pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas permukaan tanah)
dan M4 (pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah
permukaan tanah). Sedangkan pada umur 5 MST, tinggi tanaman dengan
perlakuan M1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M5, tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan M2, M3 dan M4. Pada umur 6 MST, tinggi
tanaman dengan perlakuan M1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
M5, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2, M3 dan M4.
Jumlah Anakan
Pengembangan sumber daya air tanah tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah anakan dapat dilihat pada Tabel 3.

9

Tabel 3 Jumlah anakan pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Jumlah anakan total (rumpun)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST
Tanah penuh (M1)
3.03 5.10 7.93
9.53 11.07 11.87
9.23
Tanah minimum (M2)
2.77 4.73 6.13 10.90 10.53 14.20
12.30
Tanah minimum + mulsa 2.83 5.20 6.00 10.27 9.80 12.73
13.23
atas (M3)
Tanah minimum + mulsa 3.20 4.13 6.73
9.50 10.67 11.10
9.93
bawah (M4)
Tanah minimum + mulsa 2.70 4.07 6.43
7.63 7.90 13.77
11.23
atas bawah (M5)
Perlakuan

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada setiap minggu setelah tanam (MST),
jumlah anakan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah anakan terbanyak
terdapat pada perlakuan M3 sebanyak 13.23 rumpun dan jumlah anakan terendah
terdapat pada perlakuan M1 sebanyak 9.23 rumpun. Jumlah anakan produktif
pada varietas Situ Patenggang sebanyak 10-11 batang/rumpun (Deptan 2009).
Jumlah anakan mengalami penurunan pada 9 MST karena tanaman mengalami
kerebahan dan kematian.
Bobot Kering Tajuk
Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap bobot
kering tajuk berumur 4 MST pada perlakuan M3, M4 dan M5 serta pada 8 MST
perlakuan M4 (Tabel 4). Bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan M4 sebesar
16.53 g dan bobot kering tajuk terendah pada perlakuan M5 sebesar 8.09 g.
Tabel 4 Bobot kering tajuk pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan
Tanah penuh (M1)
Tanah minimum (M2)
Tanah minimum + mulsa atas (M3)
Tanah minimum + mulsa bawah (M4)
Tanah minimum + mulsa atas bawah (M5)

Bobot kering tajuk (g)
4 MST
8 MST
0.88a
8.82b
0.95a
8.36b
0.63b
9.86b
0.64b
16.53a
0.62b
8.09b

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 4 MST, bobot kering tajuk
dengan perlakuan M2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M3, M4
dan M5 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1, sedangkan pada umur 8
MST, bobot kering tajuk dengan perlakuan M4 nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan M1, M2, M3, dan M5.

10

Bobot Kering Akar
Pengembangan sumber daya air tanah tidak berpengaruh nyata terhadap
bobot kering akar (Tabel 5).
Tabel 5 Bobot kering akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan
Tanah penuh (M1)
Tanah minimum (M2)
Tanah minimum + mulsa atas (M3)
Tanah minimum + mulsa bawah (M4)
Tanah minimum + mulsa atas bawah (M5)

Bobot kering akar (g)
4 MST
8 MST
0.19
3.79
0.18
2.68
0.17
2.07
0.15
4.83
0.22
2.43

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada setiap minggu setelah tanam (MST),
bobot kering akar tidak berbeda nyata antar perlakuan. Bobot kering akar tertinggi
terdapat pada perlakuan M4 sebesar 4.83 g dan bobot kering akar terendah
terdapat pada perlakuan M3 sebesar 2.07 g.
Volume Akar
Pengembangan sumber daya air tanah tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap volume akar (Tabel 6).
Tabel 6 Volume akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan
Tanah penuh (M1)
Tanah minimum (M2)
Tanah minimum + mulsa atas (M3)
Tanah minimum + mulsa bawah (M4)
Tanah minimum + mulsa atas bawah (M5)

Volume akar (ml)
4 MST
8 MST
1.42
20.99
1.42
16.86
1.54
12.83
1.54
13.18
1.25
13.78

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada setiap minggu setelah tanam (MST),
volume akar tidak berbeda nyata antar perlakuan. Volume akar tertinggi terdapat
pada perlakuan M1 sebesar 20.99 ml dan volume akar terendah terdapat pada
perlkauan M3 sebesar 12.83 ml.
Panjang Akar
Berdasarkan hasil analisis ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa
pengembangan sumber daya air tanah tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
akar.

11

Tabel 7 Panjang akar pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan
Tanah penuh (M1)
Tanah minimum (M2)
Tanah minimum + mulsa atas (M3)
Tanah minimum + mulsa bawah (M4)
Tanah minimum + mulsa atas bawah (M5)

Panjang akar (cm)
4 MST
8 MST
7.57
17.92
9.57
16.50
7.10
13.98
5.90
9.27
8.67
15.67

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada setiap minggu setelah tanam (MST),
panjang akar tidak berbeda nyata antar perlakuan. Pada perlakuan M1 pada 8
MST menghasilkan tanaman yang akarnya terpanjang sebesar 17.92 cm dan akar
terpendek dihasilkan dari perlakuan M4 sebesar 9.27 cm.
Kadar Air Tanah
Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa pengembangan sumber daya air
tanah tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah (Tabel 8).
Tabel 8 Kadar air tanah pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Perlakuan
Tanah penuh (M1)
Tanah minimum (M2)
Tanah minimum + mulsa atas (M3)
Tanah minimum + mulsa bawah (M4)
Tanah minimum + mulsa atas bawah (M5)

Kadar air tanah (%)
3 HSH
7 HSH
35.88
25.32
36.88
24.08
34.85
27.35
36.97
28.18
36.80
28.71

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada 3 hari stelah hujan (HSH) dan 7 HSH,
kadar air tanah tidak berbeda nyata antar perlakuan. Kadar air tanah tertinggi
terdapat pada perlakuan M5 sebesar 28.71% dan kadar air tanah terendah pada
perlakuan M2 sebesar 24.08%. Kelembaban tanah optimum untuk padi gogo
adalah antara kapasitas lapang sampai kadar air sebesar 32% (Sulistyono et al.
2005).
Produksi Tanaman
Pengembangan sumber daya air tanah tidak berpengaruh nyata terhadap
hasil produksi tanaman padi gogo (Tabel 9).

12

Tabel 9 Hasil panen pada berbagai pengembangan sumber daya air tanah
Tanah
penuh
(M1)

Hasil panen

Panjang malai (cm)
Jumlah gabah/malai
BGKP (kec 1000 butir) (g)
BB gabah (1000 butir) (g)
BK gabah (1000 butir) (g)
BB ubinan (kg/ubin)
BK ubinan (kg/ubin)
% Jumlah gabah hampa
% Jumlah gabah bernas
% Bobot gabah hampa
% Bobot gabah bernas

23.33
166.87
266.33
25.57
22.22
3.23
2.20
22.39
77.61
6.71
93.29

Perlakuan
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
minimum minimum minimum minimum +
(M2)
+ mulsa + mulsa mulsa atas
atas (M3) bawah
bawah
(M4)
(M5)
23.67
24.03
23.07
23.13
190.93 166.93
176.30
173.20
277.67 279.67
272.00
257.33
25.62
24.89
26.52
25.95
21.55
21.47
22.72
22.27
3.57
2.67
3.23
3.03
2.97
1.83
2.43
1.93
26.00
28.80
21.37
33.68
74.00
71.20
78.63
66.32
5.98
10.16
6.65
13.45
94.02
89.84
93.35
86.55

Tabel 9 menunjukkan bahwa malai terpanjang terdapat pada perlakuan M3
sebesar 24.03 cm dan terpendek pada M4 sebesar 23.07 cm. Jumlah gabah per
malai tertinggi terdapat pada perlakuan M2 sebesar 190.93 dan terendah pada M1
sebesar 166.87 cm. Bobot gabah kering panen tertinggi terdapat pada M3 sebesar
279.67 g dan terendah pada M5 sebesar 257.33 g. Bobot basah gabah 1000 butir
tertinggi terdapat pada M4 sebesar 26.52 g dan terendah pada M3 sebesar 24.89 g.
Bobot kering gabah 1000 butir tertinggi terdapat pada M4 sebesar 22.72 g dan
terendah pada M3 sebesar 21.47 g. Menurut Deptan (2009), padi gogo varietas
Situ Patenggang dapat menghasilkan bobot 1000 butir gabah sebanyak 27 g.
Bobot basah ubinan tertinggi terdapat pada M2 sebesar 3.57 kg dan terendah pada
M3 sebesar 2.67 g. Bobot kering ubinan terdapat pada M2 sebesar 2.97 g dan
terendah pada M3 sebesar 1.83 g. Persentase jumlah gabah hampa tertinggi
terdapat pada M5 sebesar 33.68% dan terendah pada M4 sebesar 21.37%.
Persentase jumlah gabah bernas tertinggi terdapat pada M4 sebesar 78.63% dan
terendah pada M5 sebesar 66.32%. Persentase bobot gabah hampa tertinggi
terdapat pada M5 sebesar 13.45% dan terendah pada M2 sebesar 5.98%.
Persentase bobot gabah bernas tertinggi terdapat pada M2 sebesar 94.02% dan
terendah pada M5 sebesar 86.55%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengembangan sumber daya air tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman dan bobot kering brangkasan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah anakan, bobot kering akar, volume akar, panjang akar, kadar air tanah dan

13

produksi. Perlakuan M1 (pengolahan tanah penuh) dipilih sebagai perlakuan yang
dapat meningkatkan tinggi tanaman dan perlakuan M4 (pengolahan tanah
minimum dengan pemberian mulsa di bawah permukaan tanah) dipilih sebagai
perlakuan yang dapat meningkatkan bobot kering brangkasan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan penelitian
dengan curah hujan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Aqil M. 2002. Pengaruh laju irigasi serta dosis bahan pengkondisi tanah terhadap
tingkat penahanan lengas tanah dan produksi tanaman pangan dan
hortikultura pada tanah pasir. Bul Agron. 30(2):31-38.
Arsyad S, Rustiadi E, editor. 2008. Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan.
Edisi pertama. Bogor (ID): Crestpent Pr. dan Yayasan Obor Indonesia.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi di Indonesia. [Internet].
[diunduh 2014 Mei 12]. Tersedia pada: http//bps.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 1983. Pedoman bercocok tanam: Padi, Palawija,
Sayur-sayuran. Jakarta (ID): Bimas.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Padi varietas situ patenggang. BPATP
[Internet]. [diunduh 2013 Nov 11]. Tersedia pada: http//bpatp.litbang.
deptan.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2013. Beras. Buletin konsumsi pangan [Internet].
[diunduh 2014 Mei 24]; 4(2):9-19. Tersedia pada: http//pusdatin.setjen.
pertanian.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2014. Persyaratan tumbuh padi gogo.[Internet].
[diunduh 2014 Juni 4]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id.
Fordatkosu SA. 2013. Aplikasi teknologi peresapan biopori untuk meningkatkan
produksi padi gogo pada pertanian lahan kering di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khaledian MR, Mailhol JC, Ruelle P, Mubarak I. 2012. Impacts of direct seeding
into mulch on the yield, water use efficiency and nitrogen dynamics of
corn, sorghum and durum wheat. Irrig and Drain [Internet]. [diunduh 2014
April 24]; 61:398-409. Tersedia pada: http//web.ebscohost.com/ehost/
detail.
Kodoatie RJ, Sjarief R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Edisi
Revisi. Yogyakarta (ID): Andi.
Purwono dan Purnamawati H. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rahayu AY, Harjoso T. 2010. Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo yang
ditanam pada media tanah bersekam pada kondisi air di bawah kapasitas
lapang. Akta Agrosia. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 29]; 13(1):40-49.
Tersedia pada: http//journal.ipb.ac.id.
Raihana Y, William E. 2006. Pemberian mulsa terhadap tujuh varietas kacang
hijau dan keharaan tanah di lahan lebak tengahan. Bul Agron. 34(3):148-152.

14

Santosa E. 2002. Produktivitas genotipa padi gogo adaptif naungan pada kondisi
digenangi dan kering. Bul Agron. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 8];
30(2):58-68. Tersedia pada: http//repository.ipb.ac.id.
Sulistyono E. 2007. Pengelolaan Air untuk Tanaman. Bogor (ID): Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai
Indikator kekurangan air pada padi gogo (Oryza sativa l.). Bul Agron.
33(1):6–11.
Tubur HW, Chozin MA, Santosa E, Junaedi A. 2012. Respon agronomi varietas
padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. J Agron Indonesia.
[Internet]. [diunduh 2014 Mei 27]; 40(3):167-173. Tersedia pada:
http//journal.ipb.ac.id.
Yasin I, Ma’shum M. 2006. Dampak variabilitas iklim musiman pada produksi
padi sawah tadah hujan di pulau lombok. J Agromet Indonesia. [Internet].
[diunduh 2014 Mei 24]; 20(2):38-47. Tersedia pada: http//journal.ipb.ac.id.
Zainal E. 2004. Efek penggunaan berbagai warna mulsa plastik pada iklim mikro,
ukuran umbi dan produksi tanaman kentang var. Granola (Solanum
tuberosum L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

15

Lampiran 1 Data curah hujan harian dari bulan Oktober sampai Desember 2013
Curah hujan harian (mm)
Oktober
Nopember
Desember
55
1
25
5
2
0
0
0
3
25
5
120
4
45
5
5
5
0
10
41
6
115
0
35
7
6
5
0
8
10
0
15
9
40
0
32
10
0
5
57
11
0
10
26
12
0
15
5
13
0
25
5
14
25
5
21
15
0
65
6
16
0
0
58
17
0
25
0
18
70
0
6
19
25
0
4
20
0
0
3
21
5
0
0
22
25
0
155
23
20
0
6
24
0
0
0
25
0
0
3
26
20
0
4
27
65
0
5
28
125
0
6
29
0
25
4
30
0
0
4
31
0
49
Jumlah/bulan
676
225
680
Rata-rata/hari
21,81
7,50
21,94
Total (3 bulan)
1581
Total rata-rata/hari (3 bulan)
17,08
Tanggal

16

Lampiran 2 Layout Penelitian

Keterangan :
M1
= Pengolahan tanah penuh
M2
= Pengolahan tanah minimum
M3
= Pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas permukaan
tanah
M4
= Pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di bawah
permukaan tanah
M5
= Pengolahan tanah minimum dengan pemberian mulsa di atas dan di
bawah permukaan tanah
Lingkaran berwarna hijau muda
Lingkaran berwarna hijau tua

= pohon kecil seperti pohon pepaya dan
pisang
= pohon besar

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 20 Mei 1992. Penulis
merupakan putri pertama dari 2 bersaudara. Penulis adalah anak dari pasangan
Bapak Djuharmanto dan Ibu Suprihatin.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
Dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
program undangan seleksi masuk IPB (USMI) program studi Agronomi dan
Hortikultura.
Penulis selama berkuliah di IPB aktif di unit kegiatan mahasiwa (UKM)
persekutuan mahasiswa kristen (PMK). Pada tahun 2012 penulis pernah
mengikuti magang di Taiwan ICDF. Penulis juga pernah menjadi asisten mata
kuliah agama kristen protestan program tingkat persiapan bersama (TPB) tahun
ajaran 2013/2014 dan asisten praktikum mata kuliah manajemen air dan hara.
Penulis pun aktif di luar kegiatan kampus seperti kepanitiaan festival bunga dan
buah nusantara (FBBN) 2013 sebagai sie sponsorship.