Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing di Pulau Jawa
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI)) DI PULAU JAWA
FAUZI MAULUDIN FAHMI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Investasi Asing Langsung (FDI) di Pulau Jawa adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Fauzi Mauludin Fahmi
H14090075
ABSTRAK
FAUZI MAULUDIN FAHMI. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing
Langsung (FDI) di Pulau Jawa. Dibimbing oleh Dr. Ir. DEDI BUDIMAN
HAKIM. M.Ec.
Investasi asing langsung merupakan kunci utama dalam mencapai
peningkatan pertumbuhan ekonomi karena dapat mendorong industrialisasi dan
memperluas kesempatan kerja. Pulau Jawa mempunyai letak yang starategis
karena merupakan pusat perekonomian dan mempunyai infrastruktur yang cukup
baik, sehingga menjadi faktor penting bagi para investor untuk meningkatkan
efisiensi dalam berinvestasi. Penelitian ini menggunakan metode Data Panel
mencakup enam Provinsi di Pulau Jawa tahun 2001-2011. Variabel bebas yang
digunakan antara lain adalah tingkat inflasi (IFL), produk domestik regional bruto
(PDRB), infrastruktur panjang jalan (IPJ), dan upah minimum provinsi (UMP),
sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah investasi asing (PMA). Hasil
analisis metode data panel menunjukkan tingkat inflasi, produk domestik regional
bruto dan infrastruktur panjang jalan berpengaruh positif terhadap investasi asing
langsung, sedangkan upah minimum provinsi tidak berpengaruh secara nyata
terhadap investasi asing langsung.
Kata Kunci : Investasi Asing, Pulau Jawa, Data Panel.
ABSTRACT
FAUZI MAULUDIN FAHMI. Determinants of Affecting Foreign Direct
Investment in Java Island. Supervised by Dr. Ir. DEDI BUDIMAN HAKIM,
M.Ec.
Foreign direct investment is a key element to achieve economic growth
because it can encourage industrialization and expand employment opportunities.
Java island has a strategic location because it is central to the economy and a good
infrastructure, that become an important factor for investors to improve the
investment efficiency of investing. This study uses panel data covering six
provinces in Java Island in 2001-2011. Independent variables used include the rate
of inflation (IFL), gross regional domestic product (GRDP), density of road
infrastructure (GDI), and the provincial minimum wage (UMP), while the
dependent variable used is foreign direct investment (FDI). Analysis of panel data
showed the rate of inflation, gross regional domestic product and the density of
road infrastructure had a positive effect on foreign direct investment, while the
provincial minimum wage has no significant impact on foreign direct investment.
Keywords: Foreign Direct Investment, Java Island, Data Panel.
ABSTRACT
FAUZI MAULUDIN FAHMI. Determinants of Affecting Foreign Investment in Java
Island. Guided by Dr. Ir. DEDI BUDIMAN HAKIM, M.Ec.
Foreign investment is a key element in achieving economic growth because it
can encourage industrialization and expanding employment opportunities. Java has a
strategic location because it is central to the economy and have a fairly good
infrastructure, thus becoming an important factor for investors to improve the
efficiency of investing. This study uses panel data covering six provinces in Java
Island in 2001-2011. Independent variables used include the rate of inflation (IFL),
gross regional domestic product (GRDP), length of road infrastructure (GDI), and the
provincial minimum wage (UMP), while the dependent variable used is foreign direct
investment (FDI). Results of analysis of panel data method shows the rate of
inflation, gross regional domestic product and the long road infrastructure has a
positive effect on foreign investment, while the provincial minimum wage does not
influence
on
foreign
investment.
Keywords: Foreign Investment, Java Island, Data Panel.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
INVESTASI ASING (PMA) DI PULAU JAWA
FAUZI MAULUDIN FAHMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing di Pulau Jawa
Nama
: Fauzi Mauludin Fahmi
NIM
: H14090075
Disetujui oleh
Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Tak Terhingga yang berkat
kasih dan sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW, yang telah membimbing dan mengajarkan kepada kita sebagai jalan hidup
sehingga membawa hidayah bagi umat manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Investasi Asing (PMA) di Pulau Jawa”. Penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah
banyak memberikan bantuan, semangat, dan selamat bagi penulis yaitu :
1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Keluarga besar yakni H.Suhendar Anwar, SE (ayah) dan Hj.Tini
Mulyatingsih, SE (ibu), kedua adik saya Fakhri Isnan dan Heni Fauziah
Ramadhanti yang telah memberikan sangat banyak ilmu hidup, semangat, doa,
dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini.
3. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas
ilmu dan bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.
4. Kepada rekan sebimbingan yaitu Eva, Ika, Indri, dan Risma yang selama ini
sudah banyak memberikan semangat
dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
5. Sahabat-sahabat Pakuan Regency B, pelatih serta anak-anak Timnas futsal dan
bola Ilmu Ekonomi46 nanang andrian,S.E , adrian, jajang, bagas, bram, fuad,
rheza, kuns adi, taufik, aim, kokom, raga, qiqi, adly, gibran, lintang, bronson
marpaung, ardhi harri.
6. Meiyora, farhana, puspita piin, melli, icha, eswe, farrah, kalian bukan sekedar
teman tetapi juga melainkan saudara yang selalu membuat penulis semangat,
dan telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Dan seluruh IE’46
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih
atas semua hari terindah yang telah kita lewati bersama.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Fauzi Mauludin Fahmi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
7
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
8
Investasi Asing
8
Hubungan Produk Domestik Regional dengan PMA
9
Hubungan Tingkat Inflasi dengan PMA
10
Hubungan Upah dengan PMA
10
Hubungan Infrastruktur dengan PMA
11
Penelitian Terdahulu
12
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis
15
METODOLOGI PENELITIAN
16
Jenis dan Sumber Data
16
Metode Analisis
16
Analisis Panel Data
17
Uji Statistik
19
Uji Statistik t
19
Uji Statistik F
20
Koefisien Determinasi (R2)
20
Evaluasi Model
21
Normalitas
21
Multikoliniearitas
21
Heteroskedastisitas
22
Autokorelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
23
Perkembangan FDI di Pulau Jawa
23
Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
27
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonometrika
27
Uji Normalitas
28
Uji Multikoliniearitas
28
Uji Heteroskedastisitas
28
Uji Autokorelasi
28
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Statistika
29
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonomi
31
Variabel Perubahan Inflasi
31
Variabel Perubahan Produk Domestik Regional Bruto
31
Variabel Perubahan Infrastruktur Panjang Jalan
32
Implikasi Kebijakan Investasi Asing
32
KESIMPULAN DAN SARAN
33
Kesimpulan
33
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
Perkembangan antara nilai persetujuan dengan realisasi FDI di Pulau Jawa 6
Persentase Perbandingan PMA di Jawa terhadap PMA di Indonesia
24
Nilai Statistik Model Penanaman Modal Asing di Pulau Jawa
29
Hasil Estimasi Model Penanaman Modal Asing di Pulau Jawa
30
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Investasi di Indonesia tahun1995-2011
Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1995-2011
Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2001-2011
Perkembangan Realisasi Investasi Asing Tahun 1997-2011
Kerangka Pemikiran
Perbandingan Laju FDI dengan Laju Inflasi
Perbandingan Laju FDI dengan Laju Infrastruktur
2
3
4
5
15
25
26
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Korelasi antar Variabel
Model Estimasi Parameter dengan Menggunakan Model PLS
Model Estimasi Parameter dengan Menggunakan Model Fixed Effect
Model Estimasi Parameter dengan Menggunakan Model Random Effect
Hasil Pengujian Chow Test
Hasil Pengujian Hausman Test
Hasil Uji Normalitas
Grafik Standardized Residuals
37
38
39
40
41
42
43
44
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki masalah modal untuk
melakukan pembangunan, sehingga sangat membutuhkan modal investasi asing
baik langsung maupun tidak langsung. Apabila hanya mengandalkan modal dari
dalam negeri saja, hal ini dirasakan belum cukup karena terbatasnya modal untuk
membiayai program pembangunan di Indonesia. Awalnya negara sedang
berkembang membiayai pembangunan melalui utang ke negara lain. Utang
bukanlah menjadi solusi utama melakukan pembangunan di negara sedang
berkembang, tetapi negara sedang berkembang membutuhkan investasi untuk
melakukan pembangunan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan di suatu daerah
dapat dicapai jika sumber-sumber pembiayaan pembangunan dari dalam negeri
(internal) dan luar negeri (eksternal) mampu memberikan kontribusi yang
produktif.
Pentingnya investasi selain membawa dana masuk akan membawa
teknologi produksi, manajemen dan akses ke pasar dunia. Selain itu investasi juga
menggerakkan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan serta kebijaksanaan
yang memberikan kesempatan luas kepada sektor swasta, baik domestik maupun
asing untuk ikut berpartisipasi dalam memperkuat tumbuhnya perencanaan
ekonomi, seperti kebijaksanaan tingkat suku bunga, pembangunan sarana dan
prasarana serta memberi fasilitas-fasilitas yang tujuannya untuk meningkatkan
para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau menanamkan modalnya
di Indonesia.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah
investasi dalam bentuk investasi asing. Jhingan (2003) menyampaikan bahwa
investasi asing dianggap sebagai pembangunan ekonomi yang penting. Investasi
asing sebagian besar didefinisikan sebagai arus modal yang dihasilkan dari
perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional memperluas kegiatan mereka
ke luar negeri untuk mengeksploitasi ekonomi dan mencari keuntungan. Investasi
asing merupakan kunci utama dalam mencapai peningkatan pertumbuhan
ekonomi karena dapat memperluas kesempatan kerja, mendorong kemajuan
teknologi dan spesialiasi produksi. Namun juga perlu diwaspadai investor asing di
Indonesia sebaiknya tidak hanya ingin berusaha untuk memperoleh keuntungan
yang besar saja, tetapi juga harus memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi para pegawai tenaga kerja.
Kontribusi investasi terhadap produk domestik bruto Indonesia masih
relatif kecil, tetapi pertumbuhannya makin meningkat dari waktu ke waktu. Peran
pemerintah dalam menciptakan iklim yang dapat meningkatkan investasi yaitu
memberlakukan berbagai aturan mengenai investasi diantaranya adalah UndangUndang No 1 tahun 1967, jo No 11 tahun 1970, tentang Investasi Asing dan
Undang-Undang No 6 tahun 1968, jo No 12 tahun 1970 tentang Investasi Dalam
Negeri. Kemudian lewat Peraturan Pemerintah No 30 tahun 1994, pemerintah
memperbolehkan investasi dikuasai oleh 95% FDI. Menurut Undang-Undang
Investasi No 25 tahun 2007 menyebutkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan
2
investasi baik investasi investasi dalam negeri maupun investasi asing adalah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Mankiw (2000) terdapat 4 faktor penggerak pertumbuhan
ekonomi yaitu belanja pemerintah (G), konsumsi (C) , investasi (I), dan ekspor
bersih (NX). Pemerintah tidak bisa mengandalkan pembelanjaan pemerintah
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi karena dianggap akan akan menambah
beban hutang pemerintah, dan juga pemerintah tidak bisa mengandalkan konsumsi
secara terus menerus karena dikhawatirkan akan membuat masyarakat menjadi
konsumtif. Pemerintah bisa mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi melalui
kegiatan perdagangan dan investasi. Investasi merupakan salah satu komponen
dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan
berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional (BKPM,2004).
Sumber : World Bank, 2013
Gambar 1 Investasi di Indonesia tahun1995-2011 (Juta Rupiah)
Pada Gambar 1 kita dapat melihat bahwa investasi di Indonesia setiap
tahun terus berfluktuasi dimana pada periode tahun 1997-1999 investasi Indonesia
menurun karena Indonesia mengalami krisis moneter, sedangkan pada tahun 2004
terjadi peningkatan kenaikan harga BBM yang menyebabkan beberapa negara
sedang berkembang terkena dampak krisis. Data dari BKPM (2012) menyebutkan
pada tahun 2011 Indonesia mendapat akreditas investasi dari lembaga rating
internasional yaitu Fitch yang meningkatkan peringkat investasi Indonesia dari
BB+ menjadi BBB, sehingga menandakan bahwa iklim investasi di Indonesia
pada tahun setelah krisis moneter semakin membaik walaupun terjadi fluktuasi
investasi.
3
Sumber : World Bank, 2013
Gambar 2 Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1995-2011 (Miliar$)
Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) diatas kita dapat melihat
bahwa dari tahun 1997-1999 Indonesia mengalami penurunan yang dikarenakan
Negara Indonesia mengalami krisis moneter. Ketidakstabilan ekonomi yaitu
pengaruh inflasi dan ketidakstabilan politik telah memicu terjadinya pelarian
modal keluar yang mengakibatkan para investor meninggalkan Indonesia,
terputusnya pembiayaan luar negeri dan sulitnya jaringan distribusi nasional.
Setelah pasca krisis PDB Indonesia selanjutnya dari tahun 1999 sampai tahun
berikutnya meningkat secara stabil itu dikarenakan Indonesia sebagai negara
berkembang berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara tujuan
investasi. Selain itu Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumberdaya
manusia yang cukup untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Rumusan Masalah
Kondisi yang terjadi di Pulau Jawa berdasarkan program pengembangan
Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
yang merencanakan Pulau Jawa untuk menjadi pendorong industri dan jasa
nasional merupakan pusat tujuan investasi asing maupun investasi dalam negeri.
Letaknya yang sangat strategis karena mempunyai infrastruktur yang cukup baik
dibandingkan pulau-pulau lain yang berada di Indonesia sehingga membuat Pulau
Jawa sebagai tempat yang efisien untuk berinvestasi. Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat adalah provinsi yang menghasilkan PDRB
tertinggi di Indonesia yang mengakibatkan menjadi daya tarik bagi para investor
asing.
4
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2012
Gambar 3 Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2001-2011 (Juta Rupiah)
Pertumbuhan nilai investasi asing akan menjadi salah satu dasar bagi
pembangunan ekonomi jangka panjang di suatu wilayah. Mengingat sangat
pentingnya iklim investasi bagi pembangunan perekonomian suatu wilayah, maka
faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan investasi asing tersebut sangat
penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah masing-masing provinsi.
Eiotman dalam Sodik dan Nuryadin (2008) menyatakan bahwa motif yang
mendasari kegiatan investasi asing adalah motif strategis, motif perilaku, dan
motif ekonomi. Beberapa hal yang termasuk dalam motif strategis adalah usaha
mencari pasar, mencari bahan baku dan mencari efisiensi produksi. Dalam usaha
mencari pasar, potensial market adalah motivasi paling utama dibelakang
keputusan investasi untuk memilih suatu lokasi, semakin besar potensial market
suatu daerah/provinsi memberikan harapan kepada investor atas besarnya
permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan. Market size ditunjukkan oleh
tingkat pendapatan domestik regional bruto, semakin tinggi nilai pendapatan
domestik suatu daerah berarti tingkat pendapatan masyarakat juga tinggi, daya
beli masyarakat yang tinggi berarti permintaan barang dan jasa yang dihasilkan
akan tinggi pula.
Gambar 4 menjelaskan Pulau Jawa memiliki aliran modal asing terbesar
dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Pulau Jawa yang menjadi pusat
perekonomian di Indonesia serta memiliki infrastruktur yang lengkap dan cukup
baik menjadi faktor penting menarik para investor karena adanya infrastruktur
yang baik akan meningkatkan efisiensi dalam investasi. Jumlah penduduk di
Pulau Jawa cukup tinggi yang mengakibatkan supply tenaga kerja lebih tinggi dari
demand tenaga kerja yang akan mengakibatkan upah tenaga kerja semakin rendah.
Upah tenaga kerja yang rendah akan menarik investor untuk menanamkan modal
atau membangun perusahaan multinasional karena akan mengurangi biaya
produksi.
5
Sumber : Badan Koordinasi Investasi (BKPM), 2012
Gambar 4 Perkembangan Realisasi Investasi Asing Tahun 1997-2011 (US$.
Ribu)
Berdasarkan klasifikasi United Nation Conference on Trade and
Development (1998) determinan investasi asing (Foreign Direct Investment) yaitu
pengaruh ekonomi dan non ekonomi. Pengaruh ekonomi yang menentukan arus
masuknya investasi asing antara lain yang pertama yaitu faktor yang berhubungan
dengan pasar (besar kecilnya pangsa pasar dan struktur pasar), kedua, faktor yang
berhubungan dengan sumberdaya ekonomi yaitu sumberdaya alam dan biaya
tenaga kerja. Ketiga, faktor yang berhubungan dengan efisiensi yaitu biaya
transportasi, komunikasi dan produktivitas tenaga kerja di negara tujuan.
Sedangkan pengaruh non ekonomi antara lain variabel kebijakan yaitu
kebijakan pajak, kebijakan perdagangan, privatisasi dan stabilitas politik. Selain
itu insentif untuk investasi juga memengaruhi keputusan investor untuk
melakukan investasi di suatu daerah/provinsi. Jadi, apabila suatu daerah
mempunyai iklim yang kondusif, berarti faktor-faktor yang memengaruhi nilai
investasi, seperti pangsa pasar yang besar, nilai tukar rupiah, tersedianya fasilitas
infrastruktur jalan, pelabuhan dan alat transportasi lainnya yang memadai serta
aliran listrik yang mencukupi untuk proses produksi, angkatan kerja dan
keterbukaan ekonomi berada pada kondisi yang memungkinkan untuk investasi
yang menghasilkan keuntungan maka hal tersebut akan menarik investor
menanamkan modalnya dan pada akhirnya diharapkan akan mendorong
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang di antara provinsi Pulau
Jawa.
Pada Tabel 1 kita dapat melihat gap antara nilai persetujuan dengan nilai
realisasi investasi asing di Pulau Jawa. Berdasarkan kesimpulan pada Gambar 4
sebelumnya Pulau Jawa memiliki nilai realisasi investasi asing tertinggi di antara
pulau-pulau lainnya di Indonesia, maka dari hal tersebut kita bisa memberikan
gambaran perkembangan selanjutnya dari nilai persetujuan dengan realisasi
investasi asing. Tercatat adanya gap yang cukup besar antara nilai persetujuan
6
dengan nilai realisasinya, bahwa rata-rata dari nilai persetujuan memberikan nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan nilai realisasi investasi asing.
Tabel 1 Perkembangan antara nilai persetujuan dengan realisasi FDI di Pulau
Jawa
Tahun
2005
2006
2007
Jumlah
Provinsi
DI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
DI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
DI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Nilai
Persetujuan
FDI
(US$.Ribu)
5,197,000
1,497,800
627,300
59,400
534,300
2,774,100
2,641,900
1,606,600
163,700
49,700
1,153,500
1,363,600
6,051,000
3,763,700
329,200
21,200
876,100
1,322,800
30,032,900
Nilai
Realisasi
FDI
(US$.Ribu)
3,265,282
2,554,048
23,881
17,345
686,719
667,965
1,460,553
1,621,799
380,242
48,800
367,831
504,271
4,658,456
1,275,604
98,781
8,400
1,664,746
678,734
19,983,457
Gap
(PersetujuanRealisasi)
(US$.Ribu)
1,931,718.10
(1,056,247.70)
603,419.40
42,055.30
(152,419.10)
2,106,134.70
1,181,346.80
(15,199.40)
(216,541.80)
899.70
785,668.90
859,329.50
1,392,544.40
2,488,095.90
230,419.00
12,800.00
(788,646.40)
644,065.70
10,049,443.00
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2012 (diolah)
Pada periode 2005-2007, selisih (gap) nilai persetujuan dengan nilai
realisasi investasi asing di wilayah Pulau Jawa sebesar 10.049.443 juta rupiah.
Nilai persetujuan FDI periode 2005-2007 sebesar 30.032.900 juta rupiah,
sedangkan nilai realisasi FDI periode yang sama sebesar 19.983.457 juta rupiah.
Kesenjangan antara nilai persetujuan dengan nilai realisasi investasi asing terjadi
dikarenakan investor tidak memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal
(LKPM). Setiap proyek yang telah mendapatkan persetujuan pemerintah dalam
rangka penanaman modal baik dalam negeri maupun penanaman modal asing
diwajibkan menyampaikan LKPM tersebut.
Selain itu, kesenjangan yang terjadi juga disebabkan oleh banyaknya
masalah dan hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan yang
bersifat internal disebabkan banyaknya perusahaan mengalami kesulitan
mendapatkan lahan yang sesuai dan kesulitan memperoleh bahan baku, kesulitan
pemasaran. Sedangkan hambatan yang bersifat eksternal disebabkan faktor
lingkungan bisnis baik nasional, regional maupun global yang tidak mendukung
7
serta kurang menarik insentif atau fasilitas penanaman modal yang diberikan
pemerintah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan bahwa permasalahanpermasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan investasi asing langsung di Pulau Jawa?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi investasi asing langsung di
Pulau Jawa?
3. Bagaimana implikasi kebijakan untuk meningkatkan investasi asing
langsung di Pulau Jawa?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menggambarkan perkembangan investasi asing langsung di Pulau Jawa.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi investasi asing
langsung di Pulau Jawa.
3. Menganalisis implikasi kebijakan untuk meningkatkan investasi asing
langsung di Pulau Jawa.
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah:
1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan khususnya yang berkaitan dengan investasi.
2. Memberikan informasi bagi pihak lainnya sebagai bahan referensi untuk
penelitian lebih jauh atau sebagai pelengkap penelitian lain.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami
perkembangan dan faktor-faktor yang memengaruhi investasi asing di
Pulau Jawa secara mendalam.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang perkembangan investasi asing di seluruh
provinsi Pulau Jawa. Selanjutnya juga membahas faktor-faktor yang memengaruhi
Investasi Asing Langsung (FDI) di Pulau Jawa dan juga dampak investasi asing
langsung terhadap perekonomian di Pulau Jawa. Data yang digunakan adalah
data sekunder berupa tahunan yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Badan
Koordinasi Investasi, World Bank dan buku terbitan lain yang menunjang
penelitian ini. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah Investasi Asing
langsung, sedangkan yang menjadi variabel eksogen adalah Produk Domestik
Regional Bruto, Inflasi, Infrastruktur panjang jalan dan Upah minimum provinsi
dari periode 2001 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan metode panel data.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Investasi Asing
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Investasi Asing adalah
kegiatan menanam modal untuk masukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. Adapun pengertian modal asing menurut Undang-Undang No 25
Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat 8 adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan
badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak
asing
Sukirno (1985) nmenjelaskan modal asing dapat memasuki suatu negara
dalam bentuk modal swasta dan modal negara. Modal asing swasta dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu investasi langsung, investasi tidak langsung dan pinjaman
ekspor. Investasi langsung berarti merupakan aliran modal swasta dari negaranegara maju ke negara-negara berkembang dan melakukan pengawasan atas asset
yang dimilikinya di negara penerima modal. Sedangkan investasi tidak langsung
yang lebih dikenal dengan investasi portofolio merupakan penanaman modal
dalam bentuk pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (bond) dan sahamsaham dari perusahaan-perusahaan yang terdapat di negara-negara berkembang
serta jenis modal pinjaman ekspor diartikan pinjaman jangka pendek, yaitu
memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha atau pemerintah untuk
membeli alat-alat modal dan peralatan dalam bentuk kredit yang harus dibayarkan
dalam jangka waktu lima tahun.
Menurut Salvatore (1997), penanam modal asing langsung yaitu investasi
dalam aset-aset misalnya berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai
macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan
berbagai peralatan inventaris dan sebagainya. Pengadaan modal asing itu biasanya
diikuti dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen dan pihak investor
sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkan.
Di negara-negara berkembang kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan
oleh pihak swasta masih mempunyai kemungkinan untuk lebih laju lagi apabila
tersedia lebih banyak modal dan terdapat kemampuan untuk menggunakan
tambahan modal itu secara lebih efektif. Dengan adanya modal asing, maka akan
membantu dalam industrialisasi suatu daerah dalam rangka membangun modal
ekonomi dalam skala besar seperti proyek-proyek raksasa yang diperlukan untuk
memperlancar bisnis dan perdagangan seperti, jalan raya, proyek jembatan, serta
sarana kesehatan umum yang diperlukan dalam pembangunan. Masuknya modal
asing tidak hanya membawa uang dan mesin saja, tetapi juga memberikan
keterampilan teknik yang baru dan menggarap sumber-sumber baru yang belum
dimanfaatkan. Sehingga dengan masuknya modal asing ke suatu daerah
diharapkan mampu meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
mempercepat pembangunan ekonomi daerah tersebut (Jhingan, 2003).
9
Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan FDI
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas
ini sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan
yang ada. Todaro juga mengartikan pembangunan sebagai suatu proses
multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan
ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan kemiskinan.
Menurut para ahli ekonomi proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
dua macam faktor yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor
ekonomi seperti sumber daya alam, akumulasi modal, kemajuan teknologi,
pembagian kerja dan skala produksi. Kedua, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh faktor non ekonomi seperti faktor sosial, faktor SDM, faktor politik, dan
birokrasi.
Salah satu faktor yang mendorong investor melakukan investasi di suatu
daerah adalah karena faktor ekonomi di daerah yang ingin ditanamkan modalnya,
seperti potensi pasar dan sumber daya alam. Potensi pasar digambarkan dengan
besarnya pendapatan daerah tersebut yang dicerminkan oleh nilai PDRB. Peranan
pendapatan (PDRB) terhadap investasi sangat penting, karena pendapatan daerah
yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya
pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan terhadap
barang dan jasa. Keuntungan perusahaan menjadi bertambah tinggi dan akan
mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.
Dengan kata lain, apabila PDRB bertambah tinggi maka investasi akan
bertambah tinggi juga. Dengan demikian investasi mendapat pengaruh dari
pendapatan daerah. Selain itu, jika pendapatan masyarakat tinggi, maka bagian
dari pendapatan masyarakat tersebut yang dapat dipergunakan untuk investasi
meningkat, sehingga investasi ini berhubungan positif dengan pendapatan.
Berkaitan dengan pendapatan, menurut Deliarnov (1995), membedakan
investasi menjadi dua, yaitu:
1. Investasi otonom (autonomous investment) yaitu investasi yang jumlahnya
ditentukan dari dalam perekonomian itu sendiri (seperti nilai tukar, inflasi,
upah, pajak, infrastruktur, teknologi, tingkat bunga).
2. Investasi terpengaruh (induced investment) investasi yang jumlahnya
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional.
Jumlah investasi otonom biasanya konstan, artinya tidak tergantung pada
besar kecilnya pendapatan nasional. Peningkatan dalam investasi otonom ini
bukan disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan melainkan karena adanya
perubahan faktor lain seperti; nilai tukar, inflasi, upah, pajak, infrastruktur, dam
teknologi. Sebaliknya investasi yang terpengaruh akan naik turun sesuai dengan
pendapatan nasional.
10
Hubungan Tingkat Inflasi dengan FDI
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara
terus-menerus. Sedangkan tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga
dalam suatu tahun tertentu. Indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen. Perhitungan inflasi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
INFt = (IHKt-IHKt-1/IHKt-1) x 100%
Dimana :
INFt : Tingkat inflasi pada periode t
IHKt : Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 : Indeks harga konsumen sebelum periode t
Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sangat menarik untuk
diperhatikan, karena setiap kali ada gejolak sosial politik dan ekonomi di dalam
maupun di luar negeri, masyarakat selalu mengaitkan dengan masalah inflasi.
Inflasi bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini
sangat berpengaruh terhadap kepercayaan investasi asing akan prospek
pendapatan yang akan diperolehnya di negara tersebut.
Hyper inflation dalam jangka panjang akan memperlambat laju
pertumbuhan ekonomi dan hal ini akan berakibat menurunnya sektor investasi
yang produktif. Inflasi yang tinggi membuat harga barang dan jasa menjadi mahal,
biaya input produksi tentunya akan meningkat. Kondisi ini menyebabkan pelaku
usaha mengharuskan meningkatkan harga outputnya sehingga daya saingnya
rendah. Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah, akibatnya
kegiatan perdagangan lesu dan investor sulit untuk mendapatkan return dan
keuntungan. Selain itu juga inflasi dapat menyebabkan ekspor turun dan
cenderung menaikkan impor karena masyarakat dan para pelaku usaha lebih
memilih untuk membeli barang-barang luar negeri yang harganya lebih murah.
Ketika terjadi inflasi, pihak otoritas moneter akan menaikkan tingkat
bunga guna menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan. Makin
tinggi inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi
menyebabkan kreditur turun dan mengurangi minat investor untuk
mengembangkan sektor-sektor produktif.
Hubungan Upah Minimum Provinsi dengan FDI
Upah minimum provinsi adalah standar upah yang telah ditetapkan oleh
pemerintah provinsi dalam rangka melindungi kepentingan kaum buruh dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat upah minimum
suatu daerah sangat dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian pada darah
tersebut. Perbedaan tingkat upah minimum antar daerah antara lain disebabkan
oleh kesepakatan antara organisasi sektoral pekerja, sehingga untuk daerah-daerah
kawasan industri tingkat upah minimumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah yang bukan kawasan industri.
11
Ketika terjadi kenaikan upah maka biaya faktor produksi perusahaan
semakin meningkat, jika tidak diimbangi oleh kenaikan produktivitas buruh kerja
maka keuntungan investor berkurang dan investasi akan menurun. Dalam
beberapa kasus investor justru lebih berani membayar upah pekerja dengan
asumsi pekerja memiliki SDM yang baik, mempunyai spesifikasi ketrampilan dan
menguasai teknologi. Selama upah tersebut masih berada di titik keseimbangan
produksi maka kenaikan upah tidak menjadi suatu masalah dan justru bisa
meningkatkan produktivitas para pekerja karena kesejahteraan meningkat.
Peningkatan biaya melakukan bisnis salah satunya adalah upah buruh yang
semakin mahal. Penerapan kebijakan upah minimum mengakibatkan upah
semakin meningkat. Undang-Undang upah minimum menetapkan tingkat upah
minimal yang harus dibayar perusahaan kepada karyawannya. Teori upah efisiensi
menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Para
pekerja yang dibayar dengan upah yang memadai bisa membeli lebih banyak
nutrisi dan para pekerja yang sehat akan lebih produktif. Perusahaan akan lebih
efisien jika membayar pekerja dengan upah yang tinggi karena dapat
meningkatkan produktivitas para pekerja. Namun hasil dari upah yang tinggi
menyebabkan pengangguran terbuka yang lebih besar.
Hubungan Infrastruktur dengan FDI
Jordaan (2004) dalam Shahmoradi dan Baghbanyan (2011) menyatakan
bahwa kualitas yang baik dan berkembang dengan baik di bidang infrastruktur
meningkatkan potensi produktivitas investasi di suatu negara dan karena itu
merangsang arus investasi asing menuju suatu negara. Infrastruktur merupakan
hal yang sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu proyek investasi
karena mendukung proses pembangunan ekonomi melalui kelancaran kegiatan
perekonomian di daerah tersebut. Penyediaan fasilitas (prasarana) FDI di suatu
daerah adalah merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu
daerah untuk menariknya minat investor asing. Penyediaan fasilitas FDI antara
lain berupa jalan diaspal, telekomunikasi, perluasan bandara dan sarana
transportasi.
Percepatan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu syarat untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
Meningkatnya ketersediaan jalan raya yang diaspal merupakan salah satu upaya
dari pembangunan infrastruktur akan memberikan pengaruh positif terhadap
minatnya investor asing untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut.
Semakin membaiknya kualitas jalan raya akan dapat memperlancar arus kegiatan
distribusi perekonomian, sehingga akan meningkatkan keuntungan investor.
Sementara nemburuknya kualitas jalan raya, kepadatan lalu lintas dan terbatasnya
jaringan telekomunikasi dapat menghambat suatu usaha dan selanjutnya dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
12
Penelitian Terdahulu
Investasi asing langsung sangat diminati oleh pemerintah negara-negara
berkembang yang masih sangat membutuhkan dana asing bagi proses
pembangunan karena mereka percaya bahwa pengaruh investasi asing bisa
berpengaruh positif terhadap ekonomi negara-negara tersebut. Perkembangan
investasi asing khususnya di Pulau Jawa belakangan ini cukup baik karena
belakangan ini dan ke depan pulau tersebut menjadi pusat industri dan jasa
nasional serta juga lokasi geografis yang strategis.
Studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti telah memperkuat
argumen bahwa peranan modal asing relatif besar dalam pembangunan suatu
negara. Kusumaningrum (2007) dalam skripsinya mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan seluruh variabel eksogennya (lag PDRB, inflasi, suku bunga, nilai
tukar dan tingkat upah) mempunyai tanda yang sesuai teori. Variabel suku bunga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kegiatan investasi di Provinsi DKI
Jakarta. Hal itu mengimplikasikan bahwa suatu peningkatan tingkat bunga akan
menambah biaya modal, sehingga menyebabkan suatu penurunan dalam investasi.
Variabel inflasi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di
Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi yang tinggi memicu
biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan sehingga tingkat
keuntungan yang dialami perusahaan mengalami penurunan. Penurunan
keuntungan perusahaan tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah
investasi yang dilakukan perusahaan. Variabel PDRB periode sebelumnya
menunjukkan ke arah yang membaik maka akan meningkatkan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya di Provinsi DKI Jakarta. Variabel upah
minimum provinsi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi
di Provinsi DKI Jakarta. Jika tingkat upah yang dibayarkan mengalami
peningkatan, maka share keuntungan yang diterima perusahaan akan menurun.
Dengan share keuntungan yang menurun tersebut maka kecendrungan perusahaan
untuk berinvestasi pun mengalami penurunan. Variabel nilai tukar berpengaruh
negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini
disebabkan karena ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah maka nilai riil
keuntungan yang diperoleh akan berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat
investasi.
Skripsi Khasanah (2009) mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi investasi asing di Batam menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi investasi asing di Batam yaitu PDRB, upah, pajak, dan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) memiliki hubungan yang positif terhadap investasi asing,
sedangkan inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh negatif terhadap investasi
asing. Selanjutnya dari hasil penelitian juga diketahui bahwa karakteristik
Kawasan Ekonomi Khusus yang berhasil adalah keseimbangan ekonomi makro,
lokasi geografis yang strategis, insentif yang ditawarkan, manajemen kawasan
yang efektif dan efisien, jaringan infrastruktur yang memadai, keterkaitan dengan
ekonomi domestik dan penguasaan teknologi. Sedangkan kendala-kendala
pemerintah Batam dalam mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus terkendala
pada aspek legal dan aspek ekonomi, aspek kapasitas pemerintah daerah, aspek
13
infrasruktur fisik dan aspek keterkaitan kegiatan investasi kawasan industri
dengan perekonomian Batam.
Penelitian yang dilakukan oleh Demirhan dan Masca (2008) mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi investasi asing langsung untuk negara
berkembang yang menggunakan analisis cross section. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa variabel PDB per kapita, infrastruktur telekomunikasi,
keterbukaan ekonomi memiliki tanda yang positif dan signifikan terhadap FDI.
Sedangkan variabel inflasi dan pajak memiliki tanda yang negatif dan signifikan,
serta variabel risiko politik memiliki tanda negatif dan tidak signifikan dan
variabel upah pekerja memiliki tanda positif dan tidak signifikan. Hasil dari
variabel upah menyimpulkan bahwa upah yang rendah belum menjadi faktor
penentu dalam menarik FDI ke negara-negara berkembang. Ketika tingkat upah
bervariasi sedikit dari satu negara ke negara, ketrampilan angkatan kerja
diharapkan memiliki dampak pada keputusan tentang lokasi FDI.
Penelitian yang dilakukan oleh Shahmoradi dan Baghbanyan tahun 2011
mengenai faktor-faktor dari investasi asing langsung di negara berkembang yang
menggunakan analisis data panel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu arus masuk FDI, keterbukaan ekonomi, PDB per kapita, Balanced of
Payment (BOP),ketersediaan tenaga kerja, populasi, inflasi dan juga ODA, selain
itu ponsel, teknologi dan internet sebagai ukuran infrastruktur. Hasil menunjukkan
bahwa keterbukaan ekonomi, PDB per kapita, ketersediaan tenaga kerja,
infrastruktur, dan juga Official Development Aid (ODA) memiliki efek positif dan
signifikan. Variabel tingkat populasi memiliki efek negatif yang signifikan. Ini
mencerminkan bahwa tingkat populasi yang tinggi dapat menjadi kendala bagi
pengembangan di negara-negara berkembang karena biaya yang membebankan
pada pemerintah khususnya sementara kualitas dari populasi di negara-negara
berkembang yang rendah. Sedangkan variabel inflasi dan BOP memiliki efek
yang negatif dan tidak signifikan.
Kerangka Pemikiran
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak bisa hanya mengandalkan
dari tabungan dalam negeri, penerimaan pajak, hasil ekspor migas dan non migas,
dan bantuan luar negeri guna mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, tetapi juga dibutuhkan modal utama untuk membiayai programprogram pembangunan. Bukan hanya modal dalam negeri saja yang dapat
1menggerakkan program pemerintah melainkan juga dibutuhkan modal asing.
Modal asing ini diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam
pembangunan yang dapat digunakan untuk membangun pabrik-pabrik baja, alatalat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar, jaringan telekomunikasi,
pelabuhan, jalan, perhubungan udara, air bersih, listrik, rel kereta api, pelabuhan.
Ditinjau dari aspek geografis Pulau Jawa merupakan daerah yang memiliki
jumlah populasi terbesar dibandingkan dengan pulau-pulau lain yang ada di
Indonesia dan mempunyai letak yang strategis karena berdekatan dengan pulaupulau lainnya pada saat melakukan aktivitas perekonomian. Dengan melihat
beberapa potensi, Pulau Jawa menjadi tempat tujuan investasi yang menarik bagi
investor asing meskipun belum kondusifnya iklim investasi. Jumlah penduduk
14
yang besar yang umumnya damai dan adaptif secara dinamis pada kemajuan di
kawasan Pulau Jawa ini merupakan salah satu potensi yang menjadi daya tarik
investor asing. Jumlah penduduk yang cukup tinggi mengakibatkan supply tenaga
kerja lebih tinggi dari demand tenaga kerja yang akan mengakibatkan upah tenaga
kerja semakin rendah. Upah tenaga kerja yang rendah akan menarik investor
untuk menanamkan modal atau membangun perusahaan multinasional karena
akan mengurangi biaya produksi.
Namun adanya kesenjangan yang cukup besar antara nilai persetujuan
dengan nilai realisasi investasi asing di Pulau Jawa menjadi permasalahan yang
tidak dapat dihindarkan. Terjadi kesenjangan antara nilai persetujuan dengan nilai
realisasi investasi asing disebabkan oleh investor asing masih khawatir untuk
melakukan bisnis. Sebab lainnya adalah ketidakpastian kebijakan, korupsi (oleh
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat), perizinan usaha, dan regulasi pasar
tenaga kerja. Masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum,
dan berbagai peraturan daerah (perda) yang tidak probisnis diidentifikasi sebagai
bukti iklim bisnis yang tidak kondusif. Pelayanan publik yang dikeluhkan
terutama terkait dengan ketidakpastian biaya dan lamanya waktu berurusan
dengan perizinan dan birokrasi.
Berdasarkan beberapa aspek penentu investasi asing, maka dalam
penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi Investasi Asing Langsung di Pulau Jawa yang terdiri dari Provinsi
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur
dan Banten. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perkembangan dan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap investasi asing langsung di Pulau Jawa
serta mengetahui dampak kebijakan untuk meningkatkan perekonomian Pulau
Jawa dari investasi asing. Sedangkan variabel-variabel yang digunakan
berdasarkan tujuan serta untuk menjawab dalam penelitian ini yaitu inflasi
(masing-masing provinsi), produk domestik regional bruto (masing-masing
provinsi), infrastruktur panjang jalan (masing-masing provinsi),dan upah
minimum provinsi. Beranjak dari hal inilah, maka diharapkan terbentuk suatu
implikasi kebijakan yang mampu mendorong peningkatan kegiatan investasi asing
langsung dalam upaya pembangunan sekaligus menjadikan iklim investasi di
Pulau Jawa lebih tinggi dan kondusif.
15
Pembangunan ekonomi di
Pulau Jawa
Potensi daya tarik investasi
dalam negeri
Potensi daya tarik investasi
asing langsung
Kesenjangan (gap) nilai persetujuan dengan nilai realisasi FDI
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi FDI di Pulau Jawa
PDRB
Inflasi
inflasi
Infrastruktur
(Panjang Jalan)
Upah Minimum
Provinsi (UMP)
Rekomendasi
Kebijakan
Mendorong peningkatan nilai FDI dan terciptanya
iklim investasi asing yang lebih tinggi dan kondusif di
Provinsi Pulau Jawa
Gambar 5. Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi aliran FDI di Indonesia, maka dapat
diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis tersebut
adalah:
1. PDRB berpengaruh positif terhadap FDI, PDRB selain menunjukkan
ukuran pasar (market size) juga bisa menunjukkan profit yang akan
didapat dari FDI tersebut. PDRB berpengaruh positif terhadap FDI,
dimana peningkatan PDRB akan meningkatkan FDI. Masuknya FDI akan
meningkatkan jumlah dana yang akan digunakan untuk membiayai
produksi, sehingga jumlah output yang diproduksi juga akan meningkat.
Meningkatnya jumlah output akan meningkatkan PDRB.
16
2. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap FDI, tingkat inflasi yang
tinggi akan mengakibatkan harga faktor produksi meningkat sehingga
biaya produksi pun ikut meningkat. Selain itu juga dengan tingkat inflasi
yang tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat, sehingga semakin
tinggi tingkat inflasi akan menurunkan minat dan harapan investor untuk
berinvestasi. Hal ini dapat dikatakan inflasi berpengaruh negatif terhadap
FDI.
3. Upah berpengaruh negatif terhadap FDI, upah yang tinggi menyebabkan
biaya produksi tinggi, akibatnya harga outputnya tinggi dan daya saingnya
rendah. Sebaliknya apabila upah rendah tetapi masih berada pada kondisi
standar hidup yang layak, maka biaya produksinya pun bisa ditekan.
Akibatnya harga outputnya memiliki daya saing yang tinggi dan diminati
oleh konsumen dalam negeri maupun di luar negeri. Jadi upah
berpengaruh negatif terhadap FDI.
4. Infrastruktur berhubungan positif dengan FDI, infrastruktur bisa
memudahkan akses terhadap profit economy di dalam pelaksanaannya dari
apa yang akan di dapat FDI. Semakin membaiknya kualitas jalan raya
akan dapat memperlancar arus kegiatan distribusi perekonomian, sehingga
akan meningkatkan keuntungan investor. Infrastruktur berpengaruh positif
terhadap FDI, dimana peningkatan infrastruktur meningkatkan FDI.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, berbentuk data panel.
Data panel yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup masing-masing
Provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, dan
Provinsi Banten, masing-masing selama periode 2001-2011. Data yang digunakan
meliputi nilai realisasi investasi asing, produk domestik regional bruto, tingkat
inflasi, infrastruktur panjang jalan dan upah minimum provinsi. Untuk variabel
produk domestik regional bruto berdasarkan atas dasar harga konstan dan untuk
variabel upah minimum provinsi menggunakan data upah riil masing-masing
provinsi. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Bahan-bahan lain yang menunjang
penelitian didapat dari berbagai literatur dan jurnal dari berbagai perpustakaan,
yaitu perpustakaan IPB. Alat analisis yang digunakan untuk melakukan
pengolahan data menggunakan bantuan software EViews 6 dan Microsoft Excel
2007.
Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah
dikemukakan sebelumnya dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode
17
estimasi Generalized Least Square (GLS) pada intinya memberikan pembobotan
kepada variasi data yang digunakan dengan kuadrat varians dari model.
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode Generalized
Least Square, dengan fungsi nilai investasi asing = f (Nilai produk domestik
regional bruto atas dasar harga konstan, tingkat inflasi, infrastruktur panjang jalan
dan upah minimum provinsi). Adapun persamaan regresi liniernya yaitu :
FDIit = β0 + β1PDRBit + β2IFLit + β3IPJit + β4UMPit + it
Keterangan:
β0
= Intersep
β1…β4
= Parameter yang diduga
FDI
= Nilai investasi asing (juta rupiah)
PDRB
= Nilai produk domestik regional bruto (rupiah)
IFL
= Tingkat inflasi (%)
IPJ
= Infrastruktur Panjang jalan (KM)
UMP
= Upah Minimum Provinsi (rupiah)
= Error term
i
= Provinsi
t
= Tahun
Langkah selanjutnya yaitu mengubah data yang diperoleh kedalam bentuk
logaritma karena akan mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel
independen yang digunakan terhadap variabel dependennya. Selain itu agar data
yang diperoleh dapat dibandingkan dan konsisten sepanjang waktu. Adapun
model persamaan regresi log liniernya adalah sebagai berikut:
lnFDIit = β0 + β1 lnPDRBit + β2 IFLit + β3 lnIPJit + β4 lnUMPit + it
Keterangan :
β0
= Intersep
β1…β4
= Parameter yang diduga
lnFDI
= Logaritma natural dari nilai investasi asing
lnPDRB
= Log
INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI)) DI PULAU JAWA
FAUZI MAULUDIN FAHMI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Investasi Asing Langsung (FDI) di Pulau Jawa adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Fauzi Mauludin Fahmi
H14090075
ABSTRAK
FAUZI MAULUDIN FAHMI. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing
Langsung (FDI) di Pulau Jawa. Dibimbing oleh Dr. Ir. DEDI BUDIMAN
HAKIM. M.Ec.
Investasi asing langsung merupakan kunci utama dalam mencapai
peningkatan pertumbuhan ekonomi karena dapat mendorong industrialisasi dan
memperluas kesempatan kerja. Pulau Jawa mempunyai letak yang starategis
karena merupakan pusat perekonomian dan mempunyai infrastruktur yang cukup
baik, sehingga menjadi faktor penting bagi para investor untuk meningkatkan
efisiensi dalam berinvestasi. Penelitian ini menggunakan metode Data Panel
mencakup enam Provinsi di Pulau Jawa tahun 2001-2011. Variabel bebas yang
digunakan antara lain adalah tingkat inflasi (IFL), produk domestik regional bruto
(PDRB), infrastruktur panjang jalan (IPJ), dan upah minimum provinsi (UMP),
sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah investasi asing (PMA). Hasil
analisis metode data panel menunjukkan tingkat inflasi, produk domestik regional
bruto dan infrastruktur panjang jalan berpengaruh positif terhadap investasi asing
langsung, sedangkan upah minimum provinsi tidak berpengaruh secara nyata
terhadap investasi asing langsung.
Kata Kunci : Investasi Asing, Pulau Jawa, Data Panel.
ABSTRACT
FAUZI MAULUDIN FAHMI. Determinants of Affecting Foreign Direct
Investment in Java Island. Supervised by Dr. Ir. DEDI BUDIMAN HAKIM,
M.Ec.
Foreign direct investment is a key element to achieve economic growth
because it can encourage industrialization and expand employment opportunities.
Java island has a strategic location because it is central to the economy and a good
infrastructure, that become an important factor for investors to improve the
investment efficiency of investing. This study uses panel data covering six
provinces in Java Island in 2001-2011. Independent variables used include the rate
of inflation (IFL), gross regional domestic product (GRDP), density of road
infrastructure (GDI), and the provincial minimum wage (UMP), while the
dependent variable used is foreign direct investment (FDI). Analysis of panel data
showed the rate of inflation, gross regional domestic product and the density of
road infrastructure had a positive effect on foreign direct investment, while the
provincial minimum wage has no significant impact on foreign direct investment.
Keywords: Foreign Direct Investment, Java Island, Data Panel.
ABSTRACT
FAUZI MAULUDIN FAHMI. Determinants of Affecting Foreign Investment in Java
Island. Guided by Dr. Ir. DEDI BUDIMAN HAKIM, M.Ec.
Foreign investment is a key element in achieving economic growth because it
can encourage industrialization and expanding employment opportunities. Java has a
strategic location because it is central to the economy and have a fairly good
infrastructure, thus becoming an important factor for investors to improve the
efficiency of investing. This study uses panel data covering six provinces in Java
Island in 2001-2011. Independent variables used include the rate of inflation (IFL),
gross regional domestic product (GRDP), length of road infrastructure (GDI), and the
provincial minimum wage (UMP), while the dependent variable used is foreign direct
investment (FDI). Results of analysis of panel data method shows the rate of
inflation, gross regional domestic product and the long road infrastructure has a
positive effect on foreign investment, while the provincial minimum wage does not
influence
on
foreign
investment.
Keywords: Foreign Investment, Java Island, Data Panel.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
INVESTASI ASING (PMA) DI PULAU JAWA
FAUZI MAULUDIN FAHMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing di Pulau Jawa
Nama
: Fauzi Mauludin Fahmi
NIM
: H14090075
Disetujui oleh
Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Tak Terhingga yang berkat
kasih dan sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW, yang telah membimbing dan mengajarkan kepada kita sebagai jalan hidup
sehingga membawa hidayah bagi umat manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Investasi Asing (PMA) di Pulau Jawa”. Penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah
banyak memberikan bantuan, semangat, dan selamat bagi penulis yaitu :
1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Keluarga besar yakni H.Suhendar Anwar, SE (ayah) dan Hj.Tini
Mulyatingsih, SE (ibu), kedua adik saya Fakhri Isnan dan Heni Fauziah
Ramadhanti yang telah memberikan sangat banyak ilmu hidup, semangat, doa,
dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini.
3. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas
ilmu dan bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.
4. Kepada rekan sebimbingan yaitu Eva, Ika, Indri, dan Risma yang selama ini
sudah banyak memberikan semangat
dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
5. Sahabat-sahabat Pakuan Regency B, pelatih serta anak-anak Timnas futsal dan
bola Ilmu Ekonomi46 nanang andrian,S.E , adrian, jajang, bagas, bram, fuad,
rheza, kuns adi, taufik, aim, kokom, raga, qiqi, adly, gibran, lintang, bronson
marpaung, ardhi harri.
6. Meiyora, farhana, puspita piin, melli, icha, eswe, farrah, kalian bukan sekedar
teman tetapi juga melainkan saudara yang selalu membuat penulis semangat,
dan telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Dan seluruh IE’46
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih
atas semua hari terindah yang telah kita lewati bersama.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Fauzi Mauludin Fahmi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
7
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
8
Investasi Asing
8
Hubungan Produk Domestik Regional dengan PMA
9
Hubungan Tingkat Inflasi dengan PMA
10
Hubungan Upah dengan PMA
10
Hubungan Infrastruktur dengan PMA
11
Penelitian Terdahulu
12
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis
15
METODOLOGI PENELITIAN
16
Jenis dan Sumber Data
16
Metode Analisis
16
Analisis Panel Data
17
Uji Statistik
19
Uji Statistik t
19
Uji Statistik F
20
Koefisien Determinasi (R2)
20
Evaluasi Model
21
Normalitas
21
Multikoliniearitas
21
Heteroskedastisitas
22
Autokorelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
23
Perkembangan FDI di Pulau Jawa
23
Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
27
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonometrika
27
Uji Normalitas
28
Uji Multikoliniearitas
28
Uji Heteroskedastisitas
28
Uji Autokorelasi
28
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Statistika
29
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonomi
31
Variabel Perubahan Inflasi
31
Variabel Perubahan Produk Domestik Regional Bruto
31
Variabel Perubahan Infrastruktur Panjang Jalan
32
Implikasi Kebijakan Investasi Asing
32
KESIMPULAN DAN SARAN
33
Kesimpulan
33
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
Perkembangan antara nilai persetujuan dengan realisasi FDI di Pulau Jawa 6
Persentase Perbandingan PMA di Jawa terhadap PMA di Indonesia
24
Nilai Statistik Model Penanaman Modal Asing di Pulau Jawa
29
Hasil Estimasi Model Penanaman Modal Asing di Pulau Jawa
30
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Investasi di Indonesia tahun1995-2011
Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1995-2011
Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2001-2011
Perkembangan Realisasi Investasi Asing Tahun 1997-2011
Kerangka Pemikiran
Perbandingan Laju FDI dengan Laju Inflasi
Perbandingan Laju FDI dengan Laju Infrastruktur
2
3
4
5
15
25
26
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Korelasi antar Variabel
Model Estimasi Parameter dengan Menggunakan Model PLS
Model Estimasi Parameter dengan Menggunakan Model Fixed Effect
Model Estimasi Parameter dengan Menggunakan Model Random Effect
Hasil Pengujian Chow Test
Hasil Pengujian Hausman Test
Hasil Uji Normalitas
Grafik Standardized Residuals
37
38
39
40
41
42
43
44
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki masalah modal untuk
melakukan pembangunan, sehingga sangat membutuhkan modal investasi asing
baik langsung maupun tidak langsung. Apabila hanya mengandalkan modal dari
dalam negeri saja, hal ini dirasakan belum cukup karena terbatasnya modal untuk
membiayai program pembangunan di Indonesia. Awalnya negara sedang
berkembang membiayai pembangunan melalui utang ke negara lain. Utang
bukanlah menjadi solusi utama melakukan pembangunan di negara sedang
berkembang, tetapi negara sedang berkembang membutuhkan investasi untuk
melakukan pembangunan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan di suatu daerah
dapat dicapai jika sumber-sumber pembiayaan pembangunan dari dalam negeri
(internal) dan luar negeri (eksternal) mampu memberikan kontribusi yang
produktif.
Pentingnya investasi selain membawa dana masuk akan membawa
teknologi produksi, manajemen dan akses ke pasar dunia. Selain itu investasi juga
menggerakkan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan serta kebijaksanaan
yang memberikan kesempatan luas kepada sektor swasta, baik domestik maupun
asing untuk ikut berpartisipasi dalam memperkuat tumbuhnya perencanaan
ekonomi, seperti kebijaksanaan tingkat suku bunga, pembangunan sarana dan
prasarana serta memberi fasilitas-fasilitas yang tujuannya untuk meningkatkan
para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau menanamkan modalnya
di Indonesia.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah
investasi dalam bentuk investasi asing. Jhingan (2003) menyampaikan bahwa
investasi asing dianggap sebagai pembangunan ekonomi yang penting. Investasi
asing sebagian besar didefinisikan sebagai arus modal yang dihasilkan dari
perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional memperluas kegiatan mereka
ke luar negeri untuk mengeksploitasi ekonomi dan mencari keuntungan. Investasi
asing merupakan kunci utama dalam mencapai peningkatan pertumbuhan
ekonomi karena dapat memperluas kesempatan kerja, mendorong kemajuan
teknologi dan spesialiasi produksi. Namun juga perlu diwaspadai investor asing di
Indonesia sebaiknya tidak hanya ingin berusaha untuk memperoleh keuntungan
yang besar saja, tetapi juga harus memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi para pegawai tenaga kerja.
Kontribusi investasi terhadap produk domestik bruto Indonesia masih
relatif kecil, tetapi pertumbuhannya makin meningkat dari waktu ke waktu. Peran
pemerintah dalam menciptakan iklim yang dapat meningkatkan investasi yaitu
memberlakukan berbagai aturan mengenai investasi diantaranya adalah UndangUndang No 1 tahun 1967, jo No 11 tahun 1970, tentang Investasi Asing dan
Undang-Undang No 6 tahun 1968, jo No 12 tahun 1970 tentang Investasi Dalam
Negeri. Kemudian lewat Peraturan Pemerintah No 30 tahun 1994, pemerintah
memperbolehkan investasi dikuasai oleh 95% FDI. Menurut Undang-Undang
Investasi No 25 tahun 2007 menyebutkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan
2
investasi baik investasi investasi dalam negeri maupun investasi asing adalah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Mankiw (2000) terdapat 4 faktor penggerak pertumbuhan
ekonomi yaitu belanja pemerintah (G), konsumsi (C) , investasi (I), dan ekspor
bersih (NX). Pemerintah tidak bisa mengandalkan pembelanjaan pemerintah
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi karena dianggap akan akan menambah
beban hutang pemerintah, dan juga pemerintah tidak bisa mengandalkan konsumsi
secara terus menerus karena dikhawatirkan akan membuat masyarakat menjadi
konsumtif. Pemerintah bisa mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi melalui
kegiatan perdagangan dan investasi. Investasi merupakan salah satu komponen
dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan
berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional (BKPM,2004).
Sumber : World Bank, 2013
Gambar 1 Investasi di Indonesia tahun1995-2011 (Juta Rupiah)
Pada Gambar 1 kita dapat melihat bahwa investasi di Indonesia setiap
tahun terus berfluktuasi dimana pada periode tahun 1997-1999 investasi Indonesia
menurun karena Indonesia mengalami krisis moneter, sedangkan pada tahun 2004
terjadi peningkatan kenaikan harga BBM yang menyebabkan beberapa negara
sedang berkembang terkena dampak krisis. Data dari BKPM (2012) menyebutkan
pada tahun 2011 Indonesia mendapat akreditas investasi dari lembaga rating
internasional yaitu Fitch yang meningkatkan peringkat investasi Indonesia dari
BB+ menjadi BBB, sehingga menandakan bahwa iklim investasi di Indonesia
pada tahun setelah krisis moneter semakin membaik walaupun terjadi fluktuasi
investasi.
3
Sumber : World Bank, 2013
Gambar 2 Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1995-2011 (Miliar$)
Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) diatas kita dapat melihat
bahwa dari tahun 1997-1999 Indonesia mengalami penurunan yang dikarenakan
Negara Indonesia mengalami krisis moneter. Ketidakstabilan ekonomi yaitu
pengaruh inflasi dan ketidakstabilan politik telah memicu terjadinya pelarian
modal keluar yang mengakibatkan para investor meninggalkan Indonesia,
terputusnya pembiayaan luar negeri dan sulitnya jaringan distribusi nasional.
Setelah pasca krisis PDB Indonesia selanjutnya dari tahun 1999 sampai tahun
berikutnya meningkat secara stabil itu dikarenakan Indonesia sebagai negara
berkembang berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara tujuan
investasi. Selain itu Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumberdaya
manusia yang cukup untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Rumusan Masalah
Kondisi yang terjadi di Pulau Jawa berdasarkan program pengembangan
Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
yang merencanakan Pulau Jawa untuk menjadi pendorong industri dan jasa
nasional merupakan pusat tujuan investasi asing maupun investasi dalam negeri.
Letaknya yang sangat strategis karena mempunyai infrastruktur yang cukup baik
dibandingkan pulau-pulau lain yang berada di Indonesia sehingga membuat Pulau
Jawa sebagai tempat yang efisien untuk berinvestasi. Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat adalah provinsi yang menghasilkan PDRB
tertinggi di Indonesia yang mengakibatkan menjadi daya tarik bagi para investor
asing.
4
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2012
Gambar 3 Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2001-2011 (Juta Rupiah)
Pertumbuhan nilai investasi asing akan menjadi salah satu dasar bagi
pembangunan ekonomi jangka panjang di suatu wilayah. Mengingat sangat
pentingnya iklim investasi bagi pembangunan perekonomian suatu wilayah, maka
faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan investasi asing tersebut sangat
penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah masing-masing provinsi.
Eiotman dalam Sodik dan Nuryadin (2008) menyatakan bahwa motif yang
mendasari kegiatan investasi asing adalah motif strategis, motif perilaku, dan
motif ekonomi. Beberapa hal yang termasuk dalam motif strategis adalah usaha
mencari pasar, mencari bahan baku dan mencari efisiensi produksi. Dalam usaha
mencari pasar, potensial market adalah motivasi paling utama dibelakang
keputusan investasi untuk memilih suatu lokasi, semakin besar potensial market
suatu daerah/provinsi memberikan harapan kepada investor atas besarnya
permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan. Market size ditunjukkan oleh
tingkat pendapatan domestik regional bruto, semakin tinggi nilai pendapatan
domestik suatu daerah berarti tingkat pendapatan masyarakat juga tinggi, daya
beli masyarakat yang tinggi berarti permintaan barang dan jasa yang dihasilkan
akan tinggi pula.
Gambar 4 menjelaskan Pulau Jawa memiliki aliran modal asing terbesar
dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Pulau Jawa yang menjadi pusat
perekonomian di Indonesia serta memiliki infrastruktur yang lengkap dan cukup
baik menjadi faktor penting menarik para investor karena adanya infrastruktur
yang baik akan meningkatkan efisiensi dalam investasi. Jumlah penduduk di
Pulau Jawa cukup tinggi yang mengakibatkan supply tenaga kerja lebih tinggi dari
demand tenaga kerja yang akan mengakibatkan upah tenaga kerja semakin rendah.
Upah tenaga kerja yang rendah akan menarik investor untuk menanamkan modal
atau membangun perusahaan multinasional karena akan mengurangi biaya
produksi.
5
Sumber : Badan Koordinasi Investasi (BKPM), 2012
Gambar 4 Perkembangan Realisasi Investasi Asing Tahun 1997-2011 (US$.
Ribu)
Berdasarkan klasifikasi United Nation Conference on Trade and
Development (1998) determinan investasi asing (Foreign Direct Investment) yaitu
pengaruh ekonomi dan non ekonomi. Pengaruh ekonomi yang menentukan arus
masuknya investasi asing antara lain yang pertama yaitu faktor yang berhubungan
dengan pasar (besar kecilnya pangsa pasar dan struktur pasar), kedua, faktor yang
berhubungan dengan sumberdaya ekonomi yaitu sumberdaya alam dan biaya
tenaga kerja. Ketiga, faktor yang berhubungan dengan efisiensi yaitu biaya
transportasi, komunikasi dan produktivitas tenaga kerja di negara tujuan.
Sedangkan pengaruh non ekonomi antara lain variabel kebijakan yaitu
kebijakan pajak, kebijakan perdagangan, privatisasi dan stabilitas politik. Selain
itu insentif untuk investasi juga memengaruhi keputusan investor untuk
melakukan investasi di suatu daerah/provinsi. Jadi, apabila suatu daerah
mempunyai iklim yang kondusif, berarti faktor-faktor yang memengaruhi nilai
investasi, seperti pangsa pasar yang besar, nilai tukar rupiah, tersedianya fasilitas
infrastruktur jalan, pelabuhan dan alat transportasi lainnya yang memadai serta
aliran listrik yang mencukupi untuk proses produksi, angkatan kerja dan
keterbukaan ekonomi berada pada kondisi yang memungkinkan untuk investasi
yang menghasilkan keuntungan maka hal tersebut akan menarik investor
menanamkan modalnya dan pada akhirnya diharapkan akan mendorong
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang di antara provinsi Pulau
Jawa.
Pada Tabel 1 kita dapat melihat gap antara nilai persetujuan dengan nilai
realisasi investasi asing di Pulau Jawa. Berdasarkan kesimpulan pada Gambar 4
sebelumnya Pulau Jawa memiliki nilai realisasi investasi asing tertinggi di antara
pulau-pulau lainnya di Indonesia, maka dari hal tersebut kita bisa memberikan
gambaran perkembangan selanjutnya dari nilai persetujuan dengan realisasi
investasi asing. Tercatat adanya gap yang cukup besar antara nilai persetujuan
6
dengan nilai realisasinya, bahwa rata-rata dari nilai persetujuan memberikan nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan nilai realisasi investasi asing.
Tabel 1 Perkembangan antara nilai persetujuan dengan realisasi FDI di Pulau
Jawa
Tahun
2005
2006
2007
Jumlah
Provinsi
DI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
DI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
DI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Nilai
Persetujuan
FDI
(US$.Ribu)
5,197,000
1,497,800
627,300
59,400
534,300
2,774,100
2,641,900
1,606,600
163,700
49,700
1,153,500
1,363,600
6,051,000
3,763,700
329,200
21,200
876,100
1,322,800
30,032,900
Nilai
Realisasi
FDI
(US$.Ribu)
3,265,282
2,554,048
23,881
17,345
686,719
667,965
1,460,553
1,621,799
380,242
48,800
367,831
504,271
4,658,456
1,275,604
98,781
8,400
1,664,746
678,734
19,983,457
Gap
(PersetujuanRealisasi)
(US$.Ribu)
1,931,718.10
(1,056,247.70)
603,419.40
42,055.30
(152,419.10)
2,106,134.70
1,181,346.80
(15,199.40)
(216,541.80)
899.70
785,668.90
859,329.50
1,392,544.40
2,488,095.90
230,419.00
12,800.00
(788,646.40)
644,065.70
10,049,443.00
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2012 (diolah)
Pada periode 2005-2007, selisih (gap) nilai persetujuan dengan nilai
realisasi investasi asing di wilayah Pulau Jawa sebesar 10.049.443 juta rupiah.
Nilai persetujuan FDI periode 2005-2007 sebesar 30.032.900 juta rupiah,
sedangkan nilai realisasi FDI periode yang sama sebesar 19.983.457 juta rupiah.
Kesenjangan antara nilai persetujuan dengan nilai realisasi investasi asing terjadi
dikarenakan investor tidak memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal
(LKPM). Setiap proyek yang telah mendapatkan persetujuan pemerintah dalam
rangka penanaman modal baik dalam negeri maupun penanaman modal asing
diwajibkan menyampaikan LKPM tersebut.
Selain itu, kesenjangan yang terjadi juga disebabkan oleh banyaknya
masalah dan hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan yang
bersifat internal disebabkan banyaknya perusahaan mengalami kesulitan
mendapatkan lahan yang sesuai dan kesulitan memperoleh bahan baku, kesulitan
pemasaran. Sedangkan hambatan yang bersifat eksternal disebabkan faktor
lingkungan bisnis baik nasional, regional maupun global yang tidak mendukung
7
serta kurang menarik insentif atau fasilitas penanaman modal yang diberikan
pemerintah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan bahwa permasalahanpermasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan investasi asing langsung di Pulau Jawa?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi investasi asing langsung di
Pulau Jawa?
3. Bagaimana implikasi kebijakan untuk meningkatkan investasi asing
langsung di Pulau Jawa?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menggambarkan perkembangan investasi asing langsung di Pulau Jawa.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi investasi asing
langsung di Pulau Jawa.
3. Menganalisis implikasi kebijakan untuk meningkatkan investasi asing
langsung di Pulau Jawa.
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah:
1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan khususnya yang berkaitan dengan investasi.
2. Memberikan informasi bagi pihak lainnya sebagai bahan referensi untuk
penelitian lebih jauh atau sebagai pelengkap penelitian lain.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami
perkembangan dan faktor-faktor yang memengaruhi investasi asing di
Pulau Jawa secara mendalam.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang perkembangan investasi asing di seluruh
provinsi Pulau Jawa. Selanjutnya juga membahas faktor-faktor yang memengaruhi
Investasi Asing Langsung (FDI) di Pulau Jawa dan juga dampak investasi asing
langsung terhadap perekonomian di Pulau Jawa. Data yang digunakan adalah
data sekunder berupa tahunan yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Badan
Koordinasi Investasi, World Bank dan buku terbitan lain yang menunjang
penelitian ini. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah Investasi Asing
langsung, sedangkan yang menjadi variabel eksogen adalah Produk Domestik
Regional Bruto, Inflasi, Infrastruktur panjang jalan dan Upah minimum provinsi
dari periode 2001 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan metode panel data.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Investasi Asing
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Investasi Asing adalah
kegiatan menanam modal untuk masukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. Adapun pengertian modal asing menurut Undang-Undang No 25
Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat 8 adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan
badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak
asing
Sukirno (1985) nmenjelaskan modal asing dapat memasuki suatu negara
dalam bentuk modal swasta dan modal negara. Modal asing swasta dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu investasi langsung, investasi tidak langsung dan pinjaman
ekspor. Investasi langsung berarti merupakan aliran modal swasta dari negaranegara maju ke negara-negara berkembang dan melakukan pengawasan atas asset
yang dimilikinya di negara penerima modal. Sedangkan investasi tidak langsung
yang lebih dikenal dengan investasi portofolio merupakan penanaman modal
dalam bentuk pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (bond) dan sahamsaham dari perusahaan-perusahaan yang terdapat di negara-negara berkembang
serta jenis modal pinjaman ekspor diartikan pinjaman jangka pendek, yaitu
memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha atau pemerintah untuk
membeli alat-alat modal dan peralatan dalam bentuk kredit yang harus dibayarkan
dalam jangka waktu lima tahun.
Menurut Salvatore (1997), penanam modal asing langsung yaitu investasi
dalam aset-aset misalnya berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai
macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan
berbagai peralatan inventaris dan sebagainya. Pengadaan modal asing itu biasanya
diikuti dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen dan pihak investor
sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkan.
Di negara-negara berkembang kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan
oleh pihak swasta masih mempunyai kemungkinan untuk lebih laju lagi apabila
tersedia lebih banyak modal dan terdapat kemampuan untuk menggunakan
tambahan modal itu secara lebih efektif. Dengan adanya modal asing, maka akan
membantu dalam industrialisasi suatu daerah dalam rangka membangun modal
ekonomi dalam skala besar seperti proyek-proyek raksasa yang diperlukan untuk
memperlancar bisnis dan perdagangan seperti, jalan raya, proyek jembatan, serta
sarana kesehatan umum yang diperlukan dalam pembangunan. Masuknya modal
asing tidak hanya membawa uang dan mesin saja, tetapi juga memberikan
keterampilan teknik yang baru dan menggarap sumber-sumber baru yang belum
dimanfaatkan. Sehingga dengan masuknya modal asing ke suatu daerah
diharapkan mampu meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
mempercepat pembangunan ekonomi daerah tersebut (Jhingan, 2003).
9
Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan FDI
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas
ini sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan
yang ada. Todaro juga mengartikan pembangunan sebagai suatu proses
multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan
ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan kemiskinan.
Menurut para ahli ekonomi proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
dua macam faktor yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor
ekonomi seperti sumber daya alam, akumulasi modal, kemajuan teknologi,
pembagian kerja dan skala produksi. Kedua, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh faktor non ekonomi seperti faktor sosial, faktor SDM, faktor politik, dan
birokrasi.
Salah satu faktor yang mendorong investor melakukan investasi di suatu
daerah adalah karena faktor ekonomi di daerah yang ingin ditanamkan modalnya,
seperti potensi pasar dan sumber daya alam. Potensi pasar digambarkan dengan
besarnya pendapatan daerah tersebut yang dicerminkan oleh nilai PDRB. Peranan
pendapatan (PDRB) terhadap investasi sangat penting, karena pendapatan daerah
yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya
pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan terhadap
barang dan jasa. Keuntungan perusahaan menjadi bertambah tinggi dan akan
mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.
Dengan kata lain, apabila PDRB bertambah tinggi maka investasi akan
bertambah tinggi juga. Dengan demikian investasi mendapat pengaruh dari
pendapatan daerah. Selain itu, jika pendapatan masyarakat tinggi, maka bagian
dari pendapatan masyarakat tersebut yang dapat dipergunakan untuk investasi
meningkat, sehingga investasi ini berhubungan positif dengan pendapatan.
Berkaitan dengan pendapatan, menurut Deliarnov (1995), membedakan
investasi menjadi dua, yaitu:
1. Investasi otonom (autonomous investment) yaitu investasi yang jumlahnya
ditentukan dari dalam perekonomian itu sendiri (seperti nilai tukar, inflasi,
upah, pajak, infrastruktur, teknologi, tingkat bunga).
2. Investasi terpengaruh (induced investment) investasi yang jumlahnya
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional.
Jumlah investasi otonom biasanya konstan, artinya tidak tergantung pada
besar kecilnya pendapatan nasional. Peningkatan dalam investasi otonom ini
bukan disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan melainkan karena adanya
perubahan faktor lain seperti; nilai tukar, inflasi, upah, pajak, infrastruktur, dam
teknologi. Sebaliknya investasi yang terpengaruh akan naik turun sesuai dengan
pendapatan nasional.
10
Hubungan Tingkat Inflasi dengan FDI
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara
terus-menerus. Sedangkan tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga
dalam suatu tahun tertentu. Indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen. Perhitungan inflasi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
INFt = (IHKt-IHKt-1/IHKt-1) x 100%
Dimana :
INFt : Tingkat inflasi pada periode t
IHKt : Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 : Indeks harga konsumen sebelum periode t
Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sangat menarik untuk
diperhatikan, karena setiap kali ada gejolak sosial politik dan ekonomi di dalam
maupun di luar negeri, masyarakat selalu mengaitkan dengan masalah inflasi.
Inflasi bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini
sangat berpengaruh terhadap kepercayaan investasi asing akan prospek
pendapatan yang akan diperolehnya di negara tersebut.
Hyper inflation dalam jangka panjang akan memperlambat laju
pertumbuhan ekonomi dan hal ini akan berakibat menurunnya sektor investasi
yang produktif. Inflasi yang tinggi membuat harga barang dan jasa menjadi mahal,
biaya input produksi tentunya akan meningkat. Kondisi ini menyebabkan pelaku
usaha mengharuskan meningkatkan harga outputnya sehingga daya saingnya
rendah. Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah, akibatnya
kegiatan perdagangan lesu dan investor sulit untuk mendapatkan return dan
keuntungan. Selain itu juga inflasi dapat menyebabkan ekspor turun dan
cenderung menaikkan impor karena masyarakat dan para pelaku usaha lebih
memilih untuk membeli barang-barang luar negeri yang harganya lebih murah.
Ketika terjadi inflasi, pihak otoritas moneter akan menaikkan tingkat
bunga guna menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan. Makin
tinggi inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi
menyebabkan kreditur turun dan mengurangi minat investor untuk
mengembangkan sektor-sektor produktif.
Hubungan Upah Minimum Provinsi dengan FDI
Upah minimum provinsi adalah standar upah yang telah ditetapkan oleh
pemerintah provinsi dalam rangka melindungi kepentingan kaum buruh dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat upah minimum
suatu daerah sangat dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian pada darah
tersebut. Perbedaan tingkat upah minimum antar daerah antara lain disebabkan
oleh kesepakatan antara organisasi sektoral pekerja, sehingga untuk daerah-daerah
kawasan industri tingkat upah minimumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah yang bukan kawasan industri.
11
Ketika terjadi kenaikan upah maka biaya faktor produksi perusahaan
semakin meningkat, jika tidak diimbangi oleh kenaikan produktivitas buruh kerja
maka keuntungan investor berkurang dan investasi akan menurun. Dalam
beberapa kasus investor justru lebih berani membayar upah pekerja dengan
asumsi pekerja memiliki SDM yang baik, mempunyai spesifikasi ketrampilan dan
menguasai teknologi. Selama upah tersebut masih berada di titik keseimbangan
produksi maka kenaikan upah tidak menjadi suatu masalah dan justru bisa
meningkatkan produktivitas para pekerja karena kesejahteraan meningkat.
Peningkatan biaya melakukan bisnis salah satunya adalah upah buruh yang
semakin mahal. Penerapan kebijakan upah minimum mengakibatkan upah
semakin meningkat. Undang-Undang upah minimum menetapkan tingkat upah
minimal yang harus dibayar perusahaan kepada karyawannya. Teori upah efisiensi
menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Para
pekerja yang dibayar dengan upah yang memadai bisa membeli lebih banyak
nutrisi dan para pekerja yang sehat akan lebih produktif. Perusahaan akan lebih
efisien jika membayar pekerja dengan upah yang tinggi karena dapat
meningkatkan produktivitas para pekerja. Namun hasil dari upah yang tinggi
menyebabkan pengangguran terbuka yang lebih besar.
Hubungan Infrastruktur dengan FDI
Jordaan (2004) dalam Shahmoradi dan Baghbanyan (2011) menyatakan
bahwa kualitas yang baik dan berkembang dengan baik di bidang infrastruktur
meningkatkan potensi produktivitas investasi di suatu negara dan karena itu
merangsang arus investasi asing menuju suatu negara. Infrastruktur merupakan
hal yang sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu proyek investasi
karena mendukung proses pembangunan ekonomi melalui kelancaran kegiatan
perekonomian di daerah tersebut. Penyediaan fasilitas (prasarana) FDI di suatu
daerah adalah merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu
daerah untuk menariknya minat investor asing. Penyediaan fasilitas FDI antara
lain berupa jalan diaspal, telekomunikasi, perluasan bandara dan sarana
transportasi.
Percepatan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu syarat untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
Meningkatnya ketersediaan jalan raya yang diaspal merupakan salah satu upaya
dari pembangunan infrastruktur akan memberikan pengaruh positif terhadap
minatnya investor asing untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut.
Semakin membaiknya kualitas jalan raya akan dapat memperlancar arus kegiatan
distribusi perekonomian, sehingga akan meningkatkan keuntungan investor.
Sementara nemburuknya kualitas jalan raya, kepadatan lalu lintas dan terbatasnya
jaringan telekomunikasi dapat menghambat suatu usaha dan selanjutnya dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
12
Penelitian Terdahulu
Investasi asing langsung sangat diminati oleh pemerintah negara-negara
berkembang yang masih sangat membutuhkan dana asing bagi proses
pembangunan karena mereka percaya bahwa pengaruh investasi asing bisa
berpengaruh positif terhadap ekonomi negara-negara tersebut. Perkembangan
investasi asing khususnya di Pulau Jawa belakangan ini cukup baik karena
belakangan ini dan ke depan pulau tersebut menjadi pusat industri dan jasa
nasional serta juga lokasi geografis yang strategis.
Studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti telah memperkuat
argumen bahwa peranan modal asing relatif besar dalam pembangunan suatu
negara. Kusumaningrum (2007) dalam skripsinya mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan seluruh variabel eksogennya (lag PDRB, inflasi, suku bunga, nilai
tukar dan tingkat upah) mempunyai tanda yang sesuai teori. Variabel suku bunga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kegiatan investasi di Provinsi DKI
Jakarta. Hal itu mengimplikasikan bahwa suatu peningkatan tingkat bunga akan
menambah biaya modal, sehingga menyebabkan suatu penurunan dalam investasi.
Variabel inflasi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di
Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi yang tinggi memicu
biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan sehingga tingkat
keuntungan yang dialami perusahaan mengalami penurunan. Penurunan
keuntungan perusahaan tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah
investasi yang dilakukan perusahaan. Variabel PDRB periode sebelumnya
menunjukkan ke arah yang membaik maka akan meningkatkan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya di Provinsi DKI Jakarta. Variabel upah
minimum provinsi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi
di Provinsi DKI Jakarta. Jika tingkat upah yang dibayarkan mengalami
peningkatan, maka share keuntungan yang diterima perusahaan akan menurun.
Dengan share keuntungan yang menurun tersebut maka kecendrungan perusahaan
untuk berinvestasi pun mengalami penurunan. Variabel nilai tukar berpengaruh
negatif yang signifikan terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini
disebabkan karena ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah maka nilai riil
keuntungan yang diperoleh akan berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat
investasi.
Skripsi Khasanah (2009) mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi investasi asing di Batam menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi investasi asing di Batam yaitu PDRB, upah, pajak, dan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) memiliki hubungan yang positif terhadap investasi asing,
sedangkan inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh negatif terhadap investasi
asing. Selanjutnya dari hasil penelitian juga diketahui bahwa karakteristik
Kawasan Ekonomi Khusus yang berhasil adalah keseimbangan ekonomi makro,
lokasi geografis yang strategis, insentif yang ditawarkan, manajemen kawasan
yang efektif dan efisien, jaringan infrastruktur yang memadai, keterkaitan dengan
ekonomi domestik dan penguasaan teknologi. Sedangkan kendala-kendala
pemerintah Batam dalam mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus terkendala
pada aspek legal dan aspek ekonomi, aspek kapasitas pemerintah daerah, aspek
13
infrasruktur fisik dan aspek keterkaitan kegiatan investasi kawasan industri
dengan perekonomian Batam.
Penelitian yang dilakukan oleh Demirhan dan Masca (2008) mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi investasi asing langsung untuk negara
berkembang yang menggunakan analisis cross section. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa variabel PDB per kapita, infrastruktur telekomunikasi,
keterbukaan ekonomi memiliki tanda yang positif dan signifikan terhadap FDI.
Sedangkan variabel inflasi dan pajak memiliki tanda yang negatif dan signifikan,
serta variabel risiko politik memiliki tanda negatif dan tidak signifikan dan
variabel upah pekerja memiliki tanda positif dan tidak signifikan. Hasil dari
variabel upah menyimpulkan bahwa upah yang rendah belum menjadi faktor
penentu dalam menarik FDI ke negara-negara berkembang. Ketika tingkat upah
bervariasi sedikit dari satu negara ke negara, ketrampilan angkatan kerja
diharapkan memiliki dampak pada keputusan tentang lokasi FDI.
Penelitian yang dilakukan oleh Shahmoradi dan Baghbanyan tahun 2011
mengenai faktor-faktor dari investasi asing langsung di negara berkembang yang
menggunakan analisis data panel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu arus masuk FDI, keterbukaan ekonomi, PDB per kapita, Balanced of
Payment (BOP),ketersediaan tenaga kerja, populasi, inflasi dan juga ODA, selain
itu ponsel, teknologi dan internet sebagai ukuran infrastruktur. Hasil menunjukkan
bahwa keterbukaan ekonomi, PDB per kapita, ketersediaan tenaga kerja,
infrastruktur, dan juga Official Development Aid (ODA) memiliki efek positif dan
signifikan. Variabel tingkat populasi memiliki efek negatif yang signifikan. Ini
mencerminkan bahwa tingkat populasi yang tinggi dapat menjadi kendala bagi
pengembangan di negara-negara berkembang karena biaya yang membebankan
pada pemerintah khususnya sementara kualitas dari populasi di negara-negara
berkembang yang rendah. Sedangkan variabel inflasi dan BOP memiliki efek
yang negatif dan tidak signifikan.
Kerangka Pemikiran
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak bisa hanya mengandalkan
dari tabungan dalam negeri, penerimaan pajak, hasil ekspor migas dan non migas,
dan bantuan luar negeri guna mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, tetapi juga dibutuhkan modal utama untuk membiayai programprogram pembangunan. Bukan hanya modal dalam negeri saja yang dapat
1menggerakkan program pemerintah melainkan juga dibutuhkan modal asing.
Modal asing ini diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam
pembangunan yang dapat digunakan untuk membangun pabrik-pabrik baja, alatalat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar, jaringan telekomunikasi,
pelabuhan, jalan, perhubungan udara, air bersih, listrik, rel kereta api, pelabuhan.
Ditinjau dari aspek geografis Pulau Jawa merupakan daerah yang memiliki
jumlah populasi terbesar dibandingkan dengan pulau-pulau lain yang ada di
Indonesia dan mempunyai letak yang strategis karena berdekatan dengan pulaupulau lainnya pada saat melakukan aktivitas perekonomian. Dengan melihat
beberapa potensi, Pulau Jawa menjadi tempat tujuan investasi yang menarik bagi
investor asing meskipun belum kondusifnya iklim investasi. Jumlah penduduk
14
yang besar yang umumnya damai dan adaptif secara dinamis pada kemajuan di
kawasan Pulau Jawa ini merupakan salah satu potensi yang menjadi daya tarik
investor asing. Jumlah penduduk yang cukup tinggi mengakibatkan supply tenaga
kerja lebih tinggi dari demand tenaga kerja yang akan mengakibatkan upah tenaga
kerja semakin rendah. Upah tenaga kerja yang rendah akan menarik investor
untuk menanamkan modal atau membangun perusahaan multinasional karena
akan mengurangi biaya produksi.
Namun adanya kesenjangan yang cukup besar antara nilai persetujuan
dengan nilai realisasi investasi asing di Pulau Jawa menjadi permasalahan yang
tidak dapat dihindarkan. Terjadi kesenjangan antara nilai persetujuan dengan nilai
realisasi investasi asing disebabkan oleh investor asing masih khawatir untuk
melakukan bisnis. Sebab lainnya adalah ketidakpastian kebijakan, korupsi (oleh
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat), perizinan usaha, dan regulasi pasar
tenaga kerja. Masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum,
dan berbagai peraturan daerah (perda) yang tidak probisnis diidentifikasi sebagai
bukti iklim bisnis yang tidak kondusif. Pelayanan publik yang dikeluhkan
terutama terkait dengan ketidakpastian biaya dan lamanya waktu berurusan
dengan perizinan dan birokrasi.
Berdasarkan beberapa aspek penentu investasi asing, maka dalam
penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi Investasi Asing Langsung di Pulau Jawa yang terdiri dari Provinsi
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur
dan Banten. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perkembangan dan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap investasi asing langsung di Pulau Jawa
serta mengetahui dampak kebijakan untuk meningkatkan perekonomian Pulau
Jawa dari investasi asing. Sedangkan variabel-variabel yang digunakan
berdasarkan tujuan serta untuk menjawab dalam penelitian ini yaitu inflasi
(masing-masing provinsi), produk domestik regional bruto (masing-masing
provinsi), infrastruktur panjang jalan (masing-masing provinsi),dan upah
minimum provinsi. Beranjak dari hal inilah, maka diharapkan terbentuk suatu
implikasi kebijakan yang mampu mendorong peningkatan kegiatan investasi asing
langsung dalam upaya pembangunan sekaligus menjadikan iklim investasi di
Pulau Jawa lebih tinggi dan kondusif.
15
Pembangunan ekonomi di
Pulau Jawa
Potensi daya tarik investasi
dalam negeri
Potensi daya tarik investasi
asing langsung
Kesenjangan (gap) nilai persetujuan dengan nilai realisasi FDI
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi FDI di Pulau Jawa
PDRB
Inflasi
inflasi
Infrastruktur
(Panjang Jalan)
Upah Minimum
Provinsi (UMP)
Rekomendasi
Kebijakan
Mendorong peningkatan nilai FDI dan terciptanya
iklim investasi asing yang lebih tinggi dan kondusif di
Provinsi Pulau Jawa
Gambar 5. Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi aliran FDI di Indonesia, maka dapat
diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis tersebut
adalah:
1. PDRB berpengaruh positif terhadap FDI, PDRB selain menunjukkan
ukuran pasar (market size) juga bisa menunjukkan profit yang akan
didapat dari FDI tersebut. PDRB berpengaruh positif terhadap FDI,
dimana peningkatan PDRB akan meningkatkan FDI. Masuknya FDI akan
meningkatkan jumlah dana yang akan digunakan untuk membiayai
produksi, sehingga jumlah output yang diproduksi juga akan meningkat.
Meningkatnya jumlah output akan meningkatkan PDRB.
16
2. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap FDI, tingkat inflasi yang
tinggi akan mengakibatkan harga faktor produksi meningkat sehingga
biaya produksi pun ikut meningkat. Selain itu juga dengan tingkat inflasi
yang tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat, sehingga semakin
tinggi tingkat inflasi akan menurunkan minat dan harapan investor untuk
berinvestasi. Hal ini dapat dikatakan inflasi berpengaruh negatif terhadap
FDI.
3. Upah berpengaruh negatif terhadap FDI, upah yang tinggi menyebabkan
biaya produksi tinggi, akibatnya harga outputnya tinggi dan daya saingnya
rendah. Sebaliknya apabila upah rendah tetapi masih berada pada kondisi
standar hidup yang layak, maka biaya produksinya pun bisa ditekan.
Akibatnya harga outputnya memiliki daya saing yang tinggi dan diminati
oleh konsumen dalam negeri maupun di luar negeri. Jadi upah
berpengaruh negatif terhadap FDI.
4. Infrastruktur berhubungan positif dengan FDI, infrastruktur bisa
memudahkan akses terhadap profit economy di dalam pelaksanaannya dari
apa yang akan di dapat FDI. Semakin membaiknya kualitas jalan raya
akan dapat memperlancar arus kegiatan distribusi perekonomian, sehingga
akan meningkatkan keuntungan investor. Infrastruktur berpengaruh positif
terhadap FDI, dimana peningkatan infrastruktur meningkatkan FDI.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, berbentuk data panel.
Data panel yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup masing-masing
Provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, dan
Provinsi Banten, masing-masing selama periode 2001-2011. Data yang digunakan
meliputi nilai realisasi investasi asing, produk domestik regional bruto, tingkat
inflasi, infrastruktur panjang jalan dan upah minimum provinsi. Untuk variabel
produk domestik regional bruto berdasarkan atas dasar harga konstan dan untuk
variabel upah minimum provinsi menggunakan data upah riil masing-masing
provinsi. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Bahan-bahan lain yang menunjang
penelitian didapat dari berbagai literatur dan jurnal dari berbagai perpustakaan,
yaitu perpustakaan IPB. Alat analisis yang digunakan untuk melakukan
pengolahan data menggunakan bantuan software EViews 6 dan Microsoft Excel
2007.
Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah
dikemukakan sebelumnya dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode
17
estimasi Generalized Least Square (GLS) pada intinya memberikan pembobotan
kepada variasi data yang digunakan dengan kuadrat varians dari model.
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode Generalized
Least Square, dengan fungsi nilai investasi asing = f (Nilai produk domestik
regional bruto atas dasar harga konstan, tingkat inflasi, infrastruktur panjang jalan
dan upah minimum provinsi). Adapun persamaan regresi liniernya yaitu :
FDIit = β0 + β1PDRBit + β2IFLit + β3IPJit + β4UMPit + it
Keterangan:
β0
= Intersep
β1…β4
= Parameter yang diduga
FDI
= Nilai investasi asing (juta rupiah)
PDRB
= Nilai produk domestik regional bruto (rupiah)
IFL
= Tingkat inflasi (%)
IPJ
= Infrastruktur Panjang jalan (KM)
UMP
= Upah Minimum Provinsi (rupiah)
= Error term
i
= Provinsi
t
= Tahun
Langkah selanjutnya yaitu mengubah data yang diperoleh kedalam bentuk
logaritma karena akan mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel
independen yang digunakan terhadap variabel dependennya. Selain itu agar data
yang diperoleh dapat dibandingkan dan konsisten sepanjang waktu. Adapun
model persamaan regresi log liniernya adalah sebagai berikut:
lnFDIit = β0 + β1 lnPDRBit + β2 IFLit + β3 lnIPJit + β4 lnUMPit + it
Keterangan :
β0
= Intersep
β1…β4
= Parameter yang diduga
lnFDI
= Logaritma natural dari nilai investasi asing
lnPDRB
= Log