Dampak kunjungann wisata terhadap perubahan kondisi terumbu karang di pulau bunaken provinsi Sulawesi Utara

DAMPAK KUNJUNGAN WlSATA TERHADAP PERUBAHAN
KONDlSl TERUMBU KARANG Dl PULAU BUNAKEN PROVlNSl
SULAWESI UTARA

SEKOLAH PASCA SARJANA

P
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER
INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
dalam tesis saya yang berjudul Dampak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan
Kondisi Terurnbu Karang di Fulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara merupakan
gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pernbirnbingan komisi
pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukkannya. Tesis ini belurn
pernah diajukan untuk meraih gelar pada program sejenisnya dan Perguruan Tinggi
lain.
Sernua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

Februail 2007

Audy A. G. Supit
NRP. P 052030051

ABSTRAK

AUDY ALFlE GODLIEF SUPIT. Darnpak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan
Kondisi Terurnbu Karang di Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara. Gibirnbing oleh
DEDl SOEDHARMA, dan SOEHARTlNl SEKARTJAKRARINI.
Provinsi Sulawesi Utara merniliki Taman Nasional Bunaken (TNB) dengan
wisata bawah lautnya yang sangat rnenarik rninat wisatawan. Narnun, kegiatan
wisata bawah laut dapat rnenirnbulkan darnpak bagi terurnbu karang rnaupun
rnasyarakat sekitarnya. Tujuan utarna penelitian ini adalah rnengevaluasi darnpak
yang disebabkan oleh kunjungan wisata, dengan rnenganalisis jurnlah kunjungan
wisata dan prosentasi tutupan karang selarna periode 2001-2005. Analisis darnpak
dilanjutkan dengan menghitung batas daya dukung penyelarnan pada 15 lokasi
penyelarnan yang tenebar di Pulau Bunaken. Hasil evaluasi selarna periode 20012005 rnenunjukkan terjadi penurunan prosentasi tutupan karang di Pulau Bunaken,

perubahannya rnasih dalarn kisaran kategori yang sarna yaitu kategori baik (50-74%)
dan sedang (25-49%) di Desa Bunaken, kategori sedang (2549%) dan buruk
( ~ 2 5 % )di Desa Alungbanua. Peningkatan kunjungan wisata di TNB terjadi cukup
signifikan, pada tahun 2001 jurnlah kunjungan hanya 15.066 wisatawan, sedangkan
pada tahun 2004 rnencapai 36.227 wisatawan. Hasil perhitungan batas daya dukung
penyelarnan di Pulau Bunaken adalah 8.000-10.000 penyelarnanllokasi/tahun
dengan asurnsi setiap penyelarn rnelakukan 10 sarnpai 15 kali penyelarnan pada
saat berkunjung di Pulau Bunaken. Analisis SWOT pengernbangan wisata
rnenunjukkan bahwa strategi dengzn prioritas tertinggi adalah rnernanfaatkan
kekuatan yang ada seperti banyaknya penduduk, potensi terurnbu karang, potensi
budaya rnasyarakat serta sarana dan prasarana wisata yang telah tersedia untuk
rneraih peluang kerja dari dikernbangkannya kegiatan wisata bahari.

DAMPAK KUNJUNGAN WISATA TERHADAP PERUBAHAN
KONDlSl TERUMBU KARANG Dl PULAU BUNAKEN PROVlNSl
SULAWESI UTARA

AUDY A. G. SUPlT

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Pada Sekolah Pascasarjana

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis : Dampak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan Kondisi Terumbu
Karang Di Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara
Nama

: Audy Alfie Godlief Supit

NRP

: PO52030051

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Soeharh'ni Sekartiakrarini. M.SC
Anggota

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma. DEA
Ketua

Diketahui
Ketua Program Studi bengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

r

dQ /
1' '

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.

Tanggal Ujian : 26 Januari 2007


Tanggal Lulus :

0 7 F E B 2007

Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 31 Juli 1972 dari Ayah Drs. Sukarno
Supit dan lbu Maria Waney. Penulis merupakan putera kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Katolik Don Bosco Manado dan pada tahun
1992 lulus seleksi inasuk Universitas Sam Ratulangi rnelalui jalur UMPTN. Penulis
rnemilih Program Studi llmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan.
Setelah lulus dari program sa rjana, pada tahun 2002 penulis diangkat menjadi
staff pengajar pada Program Studi Underwatter Ecotourism Jurusan Pariwisata
Politeknik Negeri Manado hingga sekarang.
Pada tahun 2003 penulis dipercaya sebagai salah satu penerima beasiswa
pengembangan staf pengajar yang di sponsori oleh Asian Development Bank melalui
Technological and Professional Skills Development Sector Froject dan penulis rnemilih
Program Pasca sarjana lnstitut Pertanian Bogor khususnya Program Studi
Pengelolaan

Sumberdaya


Alam

dan

Lingkungan

dengan

Bidang

Minat

Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata Sebagai tempat untuk mengembangkan diri.

PRAKATA
Puji dan syukur karni panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat,
kasih dan perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat rnenyelescikan tesis dengan
Judul : Darnpak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan Kondisi Terumbu Karang
D i Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara yang rnerupakan suatu syarat bagi

penulis untuk rnencapai gelar rnagister sains di lnstitut Pertanian Bogor.
Pertarna-tarna penulis rnenyarnpaikan terirna kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Cedi Soedharrna, DEA selaku pernbirnbing utarna, dan
2. Ibu Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc selaku pernbirnbing kedua,
yang telah rnernbirnbing dan rnengarahkan penulis sehingga penulisan tesis ini bisa
terselesaikan dengan baik.
Ucapan terirna kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya juga disarnpaikan
kepada :
1. Bapak Direktur Politeknik Negeri Manado yang telah rnernberikan kesernpatan
kepada penulis untuk rnelanjutkan studi S2 di lnstitut Pertanian Bogor.
2. AD9 LOAN yang telah rnernbantu dalarn dukungan dana rnelalui program beasiswa
Technological and Professional Skills Development Sector Project (TPSDP).

3. Bapak Direktur Sekolah Pasca Sarjana IPB atas kesernpatan yang diberikan
kepada karni untuk rnengikuti pendidikan di Bogor.
4. Bapak Ketua Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alarn dan Lingkungan (PSL)

beserta seluruh stafnya yang telah rnernberikan pelayanan dan rnasukan-rnasukan
selarna rnengikuti pendidikan di Bogor.
Selanjutnya segala bantuan dari berbagai pihak yang telah rnembantu dalarn

penulisan tesis ini, juga saya ucapankan terirna kasih. Adapun penulisan tesis ini
rnasih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik, rnasukan dan saran ke arah
perbaikan sangat diharapkan guna penyernpurnaan isi penulisan.
Atas partisipasi, bantuan dan dukungan dari sernua pihak dalam penyelesaian
karya ini, tak lupa diucapkan terirna kasih.

Bogor,

Februari 2007
Penulis

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

ADB

:

Asian Development Bank

Aktiva


:

Tahun Awal

BKSDA

:

Balai K o n s e ~ a sSurnberdaya
i
Alarn

BTG

:

Bitung

BTNB


:

Balai Tarnan Nasional Bunaken

DPTNB

:

Dewan Pengelola Tarnan Nasional Bunaken

FunaeISorna

:

Alat tangkap ikan Tradisional

GPS

:


Global Positioning Systems

Jubi

:

Alat tangkap ikan seperti panah

Jety

:

Derrnaga kecil

Katarnaran

:

Perahu dengan kaca di bagian bawah untuk rnelihat
keindahan bawah laut

KLH

:

Kernentrian Lingkungan Hidup

LSM

:

Lernbaga Swadaya Masyarakat

LAC

:

Limits of Acceptable Change

MIN

:

Minahasa

Paka-paka

:

Daerah pinggir pantai dengan kedalarnan air yang rendah

Pernkot

:

Pemerintah Kota

PHKA

:

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alarn

Pasiva

:

Tahun Akhir

RPJMD

:

Rencana Pernbangunan Jangka Menegah Daerah

SCUBA

:

Self-contained Underwater Breathing Apparatus

SDA

:

Sumberdaya Alarn.

SDM

:

Surnberdaya Manusia

Sulut

:

Sulawesi Utara

Tubir Nyare

:

Daerah landai berbatu di daerah pantai yang berbatasan
dengan terurnbu karang

:

Taman Nasional

TN B

:

Taman Nasional Bunaken

TPSDP

:

Technological and Professional Skills Development Sector

TN

'

Project
UMPTN

:

Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Unsrat

:

Universitas Sam Ratulangi

DAFTAR IS1
x
DAFTAR IS1..................................................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv
I.

PENDAHULUAN....................................................................................................I
1.1. Latar Belakang ........................

............................ 1
1.2. Perurnusan Masalah............ .
.
................................................................... 2
..
1.3. Tujuan Penellt~an
........................................................................................... 3

..

.
.
.

1.4. Kerangka Pem~k~ran
...................
.......................................................... 3
..
1.5. Manfaat Penel~t~an
.........................................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 7
2.1 Konservasi Laut .............................................................................................7
2.1.1. Tarnan Nasional ................................................................................

9

2.1.2. Tarnan Nasional Bunaken ................................................................10
2.2. Perkernbangan Ekowisata ...........................................................................
2.3. Ekosistem Terurnbu Karang ..........

11

............. 14

18
Ill. METODE PENELITIAN........................................................................................
3.1. Lokasi Penelitian ................

.................... 18

3.2. Metode pengambilan data ...........................................................................

18

20
3.3. Analisis Data ...............................................................................................
3.3.1. Tutupan Karang dan Kunjungan Wisata ......................................... 20
3.3.2. Kekuatan Lapang ..........................................................................
22

................................................. 23
3.3.3. Analisis SWOT ......................... .
.
IV. KEADAAN UMUM LOKASl PENELlTlAN ...........................................................26
4.1. Garnbaran Urnurn Pulau Bunaken ............................................................... 26
4.1 .1. Keadaan Umum Desa Alungbanua ............................................ 26
4.1.2. Keadaan Umum Desa Bunaken ....................................................... 28
V. HASlL DAN PEMBAHASAN........
5.1. Kondisi Tutupan Karang

30

.................30

5.2. Kunjungan Wisata .....................................................................................

33

5.3. Perbandingan Neraca Sumberdaya Tutupan Karang ..................................

36

5.4. Analisis Regresi Pengaruh Kunjungan Wisata Terhadap Tutupan Karang .. 37
5.5. Dampak Kunjungan Wisata Terhadap Terumbu Karang..............................

39

5.6. Analisa Kekuatan Lapang............................................................................

45

5.7. Analisis SWOT PengembanganWisata Di Pulau Bunaken ......................... 59

.........................................66
Kasimpulan ......................................................................................................... 66
Saran ..........................
67

KESlMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA .........

68

LAMPIRAN ................................................................................................................72

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1

Perubahan tutupan karang tahun 2002-2004 di lokasi Pulau Bunaken............. 2

2

lsian manta tow ...........................................................................................

3

Neraca sumberdaya untuk tutupan karang Pulau Bunaken.............................21

4

Klasifikasi kondisi terumbu karang berdasarkan prosentasi jumlah

19

karang hidup......................................................................................................

21

5

Profil Desa Alungbanua ........................................................................................

27

6

Profil Desa Bunaken.....................................................................................

29

7

Fluktuasi prosentasi tutupan karang di Pulau Bunaken ................................... 31

8

Komposisi pengunjung di TN Bunaken tahun 2001 ......................................... 34

9

Kunjungan wisata Ke TN Bunaken tahun 2001-2005.......................................

36

10

Neraca sumberdaya terumbu karang Pulau Bunaken....................................

37

11

Kapasitas toleransi penyelaman di Pulau Bunaken ......................................... 41
. .
ldentifikasi isu degradas~l~ngkungan................................................................ 47
ldentifikasi isu berkurangnya sumberdaya .......................................................

48

ldentifikasi isu tingginya pertumbuhan penduduk............................................. 49
ldentifikasi isu status wanita dan perlindungan anak ....................................... 50
ldentifikasi isu pelayanan dan perawatan kesehatan ....................................... 51
ldentifikasi isu manajemen wisata ................................................................

52

ldentifikasi dan penilaian SWOT .......................................................................

62

Matrik hasil analisis SWOT ..........................................................................

63

Jenjang prioritas strategi pengelolaan ..............................................................

63

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1 Diagram alir kerangka pemikiran.....................................................................

4

Bagan alir tahap dan proses penelitian...........................................................
..
Peta lokasi penelitran.........................................................................................

5

18

Teknik pengambilan data.....................................................................................

19

Diagram analisis SWOT.................................................................................

24

Peta kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken..................................................

30

Kriteria tutupan karang di Desa Alungbanua.......................................................

32

Kriteria tutupan karang di Desa Bunaken............................................................

33

2
3

Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2002 ........................................... 33
Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2003 ........................................... 35
Estimasi jurnlah kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2005 .......................... 35
Peta sebaran dive poin di Pulau Bunaken.......................................................... 42
Kerusakan karang yang disebabkan oleh perahu...............................................

43

Pemondokan di Pulau Bunaken...........................................................................

44

Prosentasi pernunculan isu dalarn identifikasi kekuatan lapang.........................45
16

Penebangan pohon di Pulau Bunaken..............................................................

46

DAFTAR LAMPIRAN

Nornor

2

Halarnan
.
Hasil anallsls regresi..............................................................................................
72
. .
Hasil anal~s~s
kekuatan lapang.............................................................................. 73

3

Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2001 .............................................................

77

4

Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2001..................................................

78

5

Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2002 .............................................................

79

6

Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2002...................................................

80

7

Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2002 .............................................................

81

8

Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2003.................................................... 82

9

Tabel hasil manta tow di Desa Alungbanua tahun 2005 ......................................

83

10 Tabel hasil manta tow di Desa Bunaken tahun 2005 ...........................................
. .
11 Peta zonasr dl Pulau Bunaken ..............................................................................

84
85

12 Peta penutupan lahan Pulau Bunaken .................................................................

81

13 Peta ekosistem pesisir Pulau Bunaken.................................................................

82

14 Peraturan zonasi Pulau Bunaken..........................................................................

88

15 Data adrninistrasi Pulau Bunaken.........................................................................

90

1

.

16 Data diving center dan resort di sekitar Taman Nasional Bunaken ..................... 91
17 Daftar kapal yang rnelakukan diving cruise dan kapasitas maksimum................ 94
18 Daftar operator selam dan kapasitas tampung penyelarn .................................... 95
19 Keanekaragarnan pengunjung di TN Bunaken rnenurut negara asal tahun

20 Keanekaragarnan pengunjung di TN Bunaken rnenurut negara asal tahun
2003 ................................................................................................................

98

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia,
rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan
sektor kelautan rnulai ditinggalkan. Berbagai potensi dibidang kelautan rnulai
dieksplorasi dan dieksploitasi yang tentunya pengelolaannya diharapkan untuk
peningkatan ekonorni tanpa rnengabaikan ekologi, dengan kata lain sustainable
development,
Salah satu potensi bidang kelautan yang sedang digalakkan sekarang ini
adalah bidang kewisataan. Selain rnernpunyai keuntungan dalarn penggunaan
surnberdaya secara berkelanjutan, sektor tersebut juga berpotensi untuk
rneningkatkan kegiatan ekonorni lokal, dalarn ha1 ini adalah rnasyarakat
sekitarnya.

Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

dikelolah dengan baik.
Provinsi Sulawesi Utara rnerniliki kesernpatan untuk rnernaksirnalkan
pendapatan dari sektor wisata, terutarna dari wisata bahari.

Berdasarkan data

dari Dinas Pariwisata SULUT (1998) dilaporkan bahwa 77.57 % w~satawanyang
datang ke daerah ini rnengunjungi dan rnenikrnati obyek wisata bawah air
khususnya di Tarnan Nasional Bunaken. Obyek wisata bawah air khususnya
ekosistern terurnbu karang rnerupakan pasar wisata utarna yang bernilai jual
rnernadai (selling point) dan dijadikan sebagai atraksi utarna di TNB.
Sangat disadari pernanfaatan obyek-obyek wisata bawah air perlu
dilestarikan dan ditingkatkan guna kelangsungan usaha wisata itu sendiri.
Pendekatan yang perlu diterapkan dalarn rnenjaga kelestarian wisata alarn ini
yaitu pemanfaatan surnberdaya perairan khlrsusnya terumbu karang dengan
konsep ekoturisrne. Wisata ekologi khususnya wisata bawah air atau dikenal
dengan istilah 'underwaiter ecoturisrn' adalah rnerupakan suata bentuk
pernanfaatan yang tidak hanya rnenjual keindahan alarn bawah air narnun juga
sangat berpegang pada upays konservasi dan pelestarian lingkungan bawah air
khususnya daerah terurnbu karang itu sendiri.
Sebagai suatu atraksi utarna yang ditawarkan industri wisata tarnan
nasional Bunaken. surnberdaya terurnbu karang beserta budaya rnasyarakat
seternpat telah banyak rnenarik perhatian wisatawan baik lokal rnaupun
rnancanegara. Oleh karena itu, pernantauan kondisi surnberdaya alarn serta
evaluasi pernanfaatan surnberdaya sangat penting dilakukan seperti yang sudah

diarnanatkan oleh undang-undang yang tercakup dalarn keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terurnbu
Karang (KLH, 2003).
Adapun,

pernanfaatan surnberdaya

alarn

dengan

rnernpertinggi nilai lingkungan hidup dan nilai ekonorninya.

bijaksana

akan

Adanya konflik

kepentingan antara pernanfaatan dan pelestarian perlu disiasati dengan hati-hati
karena kelestarian surnberdaya dan perturnbuhan ekonorni sangat bergantung
pada pengelolaan surnberdaya dan perencanaan pernbangunan yang baik.

1.2. Perumusan Masalah
Peningkatan kunjungan wisata rnerupakan ha1 yang menggernbirakan
narnun, perkembangan tersebut perlu untuk disiasati dengan hati-hati karena
peningkatan kunjungan wisata selalu diikuti oleh darnpak negatif baik bagi
ekosistem rnaupun rnasyarakat di sekitarnya.
Pulau

Bunaken rnerupakan suatu daerah

konservasi yang telah

dirnanfaatkan untuk wisata dan termasuk dalam kawasan Tarnan Nasional
Bunaken. Panorama bawah laut yang indah rnerupakan atraksi utarna yang
ditawarkan oleh kawasan ini.

Narnun dari perkernbangannya, surnberdaya

ekosistern terumbu karang yang rnenjadi aset utarna kawasan ini sernakin
rnenurun kualitasnya.
Walaupun berbagai usaha pelestarian sudah dilakukan oleh pengelola TN
Bunaken, tetapi kualitas lingkungan ekosistern terurnbu karang kususnya di
Pulau Bunaken terus saja rnengalarni penurunan kualitas. Hal tersebut terlihat
dari data tutupan karang yang dikeluarkan oleh Balai Tarnan Nasional Bunaken,
seperti pada :abel berikut :
Tabel 1 Pertibahan tutupan karang tahun 2002-2004 di lokasi Pulau Bunaken
Kondisi Terumbu Karann
No
Lokasi
Karang Hidup %
Th 2002
Th 2003
2004
1
Desa Bunaken
55,65
55,43
55
Pangalisang
2
Desa Alunabanua
~ukuil~anldolin
Surnber : BTNB
~-

Berdasarkan penjelasan dan data yang dikernukakan diatas, rnaka
penelitian-penelitian tentang daya dukung lingkungan khususnya ekosistern
terumbu di kawasan tersebut sangatlah rnendesak untuk dilakukan.
dalarn penelitian ini, perrnasalahan yang ingin dijawab adalah :

Adapun

1.

Bagairnana fluktuasi kunjungan wisata di TN Bunaken khususnya di Pulau
Bunaken,

2.

Bagairnana kondisi dan potensi terkini dari surnberdaya terurnbu karang di
Pulau Bunaken,

3.

Apakah tingkat kunjungan wisata rnernpengaruhi kondisi ekosistern terurnbu
karang,

4.

Perrnasalahan sosial kernasyarakatan apa saja yang rnembebani
plilau tersebut,

5.

Bagairnana strategi pengelolaan wisata di Pulau Bunaken.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utarna penelitian ini adalah untuk rnengevaluasi darnpak kunjungan
wisata

terhadap

perubahan kondisi ekosistern terurnbu

karang,

lewat

pengarnatan dan perhitungan untuk rnengetahui dan rnernperoleh :
1.

lnforrnasi rnengenai kondisi dan potensi ekosistern terurnbu karang di Pulau
Bunaken,

2.

lnforrnasi rnengenai trend kunjungan wisata di Tarnan Nasional Bunaken,
khususnya Pulau Bunaken,

3.

lnforrnasi tentang pengaruh kunjungan wisata terhadap kondisi terurnbu
karang di Pulau Bunaken,

4.

inforrnasi tentang kondisi sosial kernasyarakatan di Pulau Bunaken.

5.

Merurnuskan strategi pengelolaan wisata Pulau Bunaken.

1.4. Kerangka Pemikiran

Potensi utarna Pulau Bunaken adalah ekosistern terurnbu karang.
Keindahan panorama laut yang ditawarkan telah rnenarik rninat wisatawan, baik
itu wisatawan dalarn negeri rnaupun luar negeri. Tentu saja ha1 tersebut akan
rnemberikan tekanan yang sangat besar pada ekosistern terurnbu karang itu
sendiri.
Sepanjang penelusuran pustaka yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
degradasi terurnbu karang terus terjadi di Pulau Bunaken dari tahun ke tahun. Ini
rnengindikasikan suatu kesalahan strategi rnaupun arah kebijakan pengelolaan
yang ada sekarang ini. Untuk itu identifikasi permasalahan yang sebenarnya
haruslah dilakukan untuk rnenentukan strategi serta arah kebijakan yang baik
dan benar.

Kegiatan wisata bahari sekarang ini, rnerupakan salah satu penyebab
tejadinya degradasi ierurnbu karang di Indonesia. Seperti yang dikemukakan
Fandeli dan Mukhilson (2000), bahwa kerentanan ekosistern rnenjadikan daya
dukung sebagai suatu faktorltolak ukur penting keberhasilan dalarn pengelolaan
suatu kawasan wisata.
Dengan dernikian, darnpak kunjungan wisata di TN Bunaken kususnya
Pulau Bunaken, perlu dikaji seberapa besar pengaruhnya terhadap degradasi
terurnbu. Setelah pengaruh tersebut diketahui, maka diharapkan akan rnenjadi
bahan rnasukan untuk rnernbuat suatu arahan strategi pengelolaan wisata yang
berkelanjutan. Secara rnenyeluruh, alur berfikir dari penelitian ini dituangkan
dalam gambar 1 yang berupa cfiagrarn alir kerangka pernikiran. Sedangkan
bagan alir tahapan dari penelitian ini dirurnuskan seperti pada garnbar 2.

Garnbar 1 Diagram alir kerangka pernikiran

PERUMUSAN TUJUAN

SURVEI

DAN

ANALISA

HASIL

REKOMENDASI

EKOSISTEM

Rumusan akhir
Analisis
Prosentase
Tutupan

Evaluasi dgn
Neraca
Sutnberdaya

Perubahan
Kondisi
Sumberdaya

Pcningkalan Kutljungni~
DAMPAK

Pengelolaa~l

SOSBUD & EKONOMI

Cru
II
Budaya

Kekuatan Lapane.

Aiiplisis
SWOT

[
H
j

1

Stakeholder

4

UMPAN BALlK

Gambar 2 Bagan alir tahap dan proses penelitian

I

1.5 Manfaat Penelitian

1.

Merupakan bahan acuan dan pertirnbangan bagi berbagai pihak terkait sebagai
rnasukan dalarn rnenentukan strategi yang optimal dalarn penentuan kebijakan
pengembangan kawasan wisata bawah laut.

2.

Diharapkan rnenjadi aset pernanfaatan yang lestzri dan berkelanjutan dengan
berpegang pada prinsip-prinsip konservasi.

3.

Diharapkan rnenjadi surnber data "time series" bagi sernua pihak yang
rnernerlukannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsewasi Laut
K o n s e ~ a s ilaut berkaitan dengan pewujudan keseimbangan sensitif antara
perlindungan habitat-habitat laut dan spesies penting serta eksploitasi spesies penting
yang lestari. K o n s e ~ a sini
i merupakan suatu proses yang mencakup banyak disiplin,
berbagai sektor rnasyarakat, ekonomi, legal dan faktor-faktor politik dan lingkungan
laut itu sendiri. K o n s e ~ a slaut
i sering dianggap merupakan proses yang sulit, karena
harnpir selalu mencakup perlindungan pada kawasan-kawasan yang sudah diganggu
oleh aktivitas-aktivitas rnanusia baik lokal maupun secara global.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan terletak di kawasan lndoAustralia yang strategis, Indonesia memiliki keragarnan spesies laut yang tinggi
dengan potensi ekologis dan ekonomis yang sangat tinggi pula. Untuk itu, supaya
ekosistem dan surnberdaya ini dapat berfungsi dengan optimal dan berkelanjutan
maka diperlukan upaya-upaya perlindungan dari berbagai rnacarn dengradasi yang
dapat ditirnbulkan oleh berbagai aktivitas pernanfaatan baik secara langsung maupun
tidak langsung (Bengen, 2002).
Salah satu usaha perlindungan yang dapat diltikukan adalah dengan
rnenetapkan suatu kawasan di pesisir dan laut sebagai suatu kawasan konservasi
yang antara lain bertujuan untuk rnelindungi habitat-habitat kritis, rnernpertahankan dan
meningkatkan

kualitas

sumberdaya, melindungi keanekaragarnan hayati dan

rnelindungi proses-proses ekologi.
K o n s e ~ a s imenurut Soemawoto (2004) adalah pencagaralarnan sebagai
padanan nature conservation, dimana istilah ini diarnbil dari istilah cagar alarn yang
telah lama digunakan dan telah menjadi baku. Bekrapa istilah yang terkait dengan
konservasi antara lain prese~asi, reservasi. Preservasi berarti melestarikan,
mengawetkan, dimana ada daerah yang tidak boleh dijamah dan sebagian boleh
dikunjungi untuk rekreasi pada daerah-daerah yang belurn atau sedikit diketahui.
Reservasi berarti mencadangkan, tidak mengkutik-kutik untuk rnelestarikan biota
tertentu pada daerah-daerah yang sudah banyak diketahui isinya.
Konservasi rnerupakan jalan tengah antara preservasi dan reservasi, dimana
konservasi berarti rnengawetkan dan menggunakan Secara hernat, dengan begitu
rnaka ada yang dilindungi dan ada yang dirnanfaatkan. Pada 1980, Serikat Pelestarian
Alam internasional (The International Union for Conservation of Nature and and Natural
Resources = IUCN) dalarn rangka konservasi surnberdaya alam, Strategi Pelestarian
Dunia

(The

World Conservation

Strategy)

rnenetapkan

konservasi sebagai

pengelolaan biosfer sehingga diperoleh rnanfaat yang terbesar bagi generasi sekarang
tanpa rnenghilangkan potensinya untuk kebutuhan generasi yang akan datang, karena
pernbangunan berkelanjulan tidak dapat berjalan tanpa rnelestarikan surnberdaya alarn
berupa spesies dan ekosisternnya.
Manusia Secara terus rnenerus rnernbutuhkan rnakanan dari laut serta
rnelepaskan bahan buangan baik langsung rnaupun tidak langsung ke laut. Dengan
pesatnya pernbangunan dan peningkatan jurnlah penduduk yang disertai pengurasan
surnberdaya alarn laut yang pada uinurnnya rentan, rnaka penetapan kawasankawasan konservasi laut sudah sangat rnendesak. Perkernbangan ekoturisrne di laut
yang sangat pesat rnerupakan salah satu pendorong perlunya kawasan konservasi,
karena dalarn kawasan konservasi kegiatan ekoturisrne dapat ditata dan diawasi
sehingga tujuan konservasi dapat dicapai.
Konservasi rnerupakan rnanajernen biosfer oleh rnanusia sehingga ia bisa
rnernberikan rnanfaat yang sangat besar bagi generasi sekarang, juga rnenjaga
potensinya agar bisa digunakan dan bermanfaat bagi generasi-generasi selanjutnya.
Konservasi bersifat positif yang rnencakup pengawetan, perneliharaan, pernanfaatan
yang lestari, pernulihan dan peningkatan lingkungan alarni.

Secara fungsional

konservasi rnerupakan suatu proses dirnana spesies dan atau habitat dikelola guna
mendukung eksploitasi lestari dari spesies tertentu tanpa rnelenyapkan kualitas atau
biodiversitas habitat. Konservasi menggangap bahwa rnanusia rnerupakan bagian dari
ekosistern.
Lingkungan Laut rnerupakan sernua total habitat yang dipengaruhi estuaria, laut
dan sarnudra dan rnencakup habitat-habitat pantai.

Sedangkan pencernaran adalah

suatu pembuangan substansi atau energi oleh rnanusia, secara langsung atau tidak
langsung ke lingkungan laut yang rnenyebabkan pengaruh yang rnengancarn
surnberdaya alarn, berbahaya bagi kesehatan rnanusia, rnenggangu aktifitas-aktifitas
laut seperti penangkapan ikan, kualitas pemanfaatan air laut terrnasuk di dalamnya
kegiatan wisata (Rondo, 2001).
Perneliharaan dan pengernbangan pernanfaatan surnberdaya di perairan
rnernbutuhkan sejurnlah kawasan yang dibiarkan berada dalam kondisi atau status
alarninya. Perlindungan habitat kritis bagi produksi ikan, surnberdaya genetik, kawasan
berpandangan indah, dan daerah yang rnernberi kesernpatan untuk dinikrnati dan
dihargai sebagai lingkungan alarni warisan nasional, sernuanya rnernbutuhkan
perlindungan kawasan alarni yang ketat, sedangkan dipihak lain pernbatasan
pernanfaatan seperti perikanan, rotasi pohon untuk kayu bakar dan pernanfaatan

turisrne dapat dilakukan dengan cara

pernanfaatan yang didasarkan pada

pernanfaatan berkelanjutan.
Berbagai kategori kawasan konservasi akan rnernudahkan pengintegrasian
pengelolaan pelestarian ke dalarn tata guna atau tata ruang pernbangunan. Tarnan
Nasional rnerupakan salah satu kategori kawasan konservasi yang pernanfaatanya
dapat diperuntukan bagi kegiatan wisata dengan pernanfaatan yang terbatas.

2.1.2. Tarnan Nasional
Sebagaimana yang termuat dalarn Undang-Undang no. 5 tahun 1990 tentang
konservasai surnberdaya alarn hayati dan ekosisternnya, bahwa Tarnan Nasional
rnerupakan suatu kawasan pelestarian alarn yang rnernpunyai ekosistern asli serta
dikelola dengan sistern zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilrnu
pengetahuan, pendidikan, penunjang budaya, wisata dan rekreasi.
Tujuan pernerintah dengan menetapkan kawasan alarni yang rnewakili
keanekaragarnan ekosistern

dan

kawasan juridiksi

adalah

untuk

rnenjarnin

pernanfaatan sekarang dan rnasa depan. Cepatnya eksploitasi surnber daya alarn
yang terjadi sehingga pernerintah harus rnenetapkan tindakan rnelindungi warisan
alarni yang rnungkin dapat hilang. Hal ini diperkuat dengan adanya kecenderungan
maningkatnya wisata alarni atau ekoturisrne.
Menurut Bratarnihardja (1979) pada prinsipnya sistern Taman Nasional rnerniliki
keunggulan dibandingkan sistern lainnya, yang diantaranya adalah :
1. Tarnan Nasional dibentuk untuk kepentingan rnasyarakat karenanya harus
didukung rnasyarakat dan berrnanfaat bagi rnasyarakat
2. Konsep pelestarian didasarkan atas perlindungan ekosistern sehingga rnarnpu
rnenjamin eksistensi unsur-unsur pendukungnya
3. Tarnan Nasional dapat dirnasuki oleh pengunjung sehingga pendidikan cinta

alarn, kegiatan rekreasi dan fungsi-fungsi lainnya dapat dikernbangkan secara
efektif.
Adapun kawasan ini dapat terdiri dari satc atau beberapa ekosistern di
dalarnnya yang secara material tidak dapat diubah oleh eksploitasi atau diternpati oleh
rnanusia. Untuk itulah wewenang tertinggi terhadap seluruh juriksi kawasan harus
diambil pemerintah untuk menghindari atau rnengelerninasi sesegera rnungkin
eksploitasi atau pendudukan kawasan dan mernberi penguatan secara ekologis,
geornorfologis, dan bentangan estetik yang rnengarah pada pemantauan tujuan
konservasi kawasan itu.

Surnberdaya yang dikelolah dan dikernbangkan ke arah rekreasional yang
berkesinarnbungan dan aktivitas pendidikan dilaksanakan berdasarkan pengontrolan.
Kawasan ini dikelolah Secara alarni atau rnendekati status alami. Pengunjung dapat
rnasuk pada kondisi tertentu untuk rnendapatkan inspirasi, pendidikan budaya dan
rekreasional.

Narnun secara sirnultan Tarnan Nasional dituntut selalu rnemberikan

rnanfaat ekonorni yang konkrit dan lestari, minimal rnanfaat itu dapat dirasakan secara
langsung oleh rnasyarakat sekitar secara legal (Wiratno,1996).

2.1.2. Taman Nasional Bunaken
Status Tarnan Nasional Bunaken ditetapkan tahun 1991 melalui SK Menhut No.
7301Kpts-11/91 dan diresniikan oleh Presidzn Republik Indonesia pada Desernber
1992 . Tarnan Nasional ini terbagi atas dua bagian yaitu TN Bunaken bagian utara
dengan luas 62.150 ha dan TN Bunaken bagian selatan dengan luas 16.906 ha.
Tarnan Nasional bagian selatan termasuk dalarn wilayah adrninistrasi kabupaten
Minahasa Selatan sedang TN Bunaken bagian utara terrnasuk dalarn wilayah
adrninistrasi kota Manado (COREMAP, 1999; BAPPEKO MDO, 2005).
Adapun potensi biologis daratan Tarnan Nasional ini yaitu kaya dengan jenis
flora kelapa, palma, sagu, silar, dan woka. Sedangkan fauna spesifik berupa yaki,
(kera hitarn Sulawesi) dan kuskus .

Sebagian besar flora yang terdapat di wilayah ini

tersebar pada Taman Nasional bagian selatan.
Habitat mangrove dan padang larnun yang berfungsi sebagai pencegah erosi
daerah pantai kaya akan berbagai jenis kepiting, udang, rnolusca dan ikan-ikan rnuda.
Sebagai ternpat ikan bertelur dan berkernbang, habitat ini juga rnenjadi tempat
bernaung bagi duyung, penyu laut dan burung laut.
Daerah pantai urnurnnya bertopografi landai dengan didorninasi oleh pantai
pasir putih dengan material asal berupa pecahan cangkang rnollusca dan pecahan
karang. Seperti pada habitat larnun dan rnanggrove, daerah ini juga kaya dengan
kehidupan berbagai jenis urnang, kepiting dan udang.
Harnparar! karang pada daerah ini terutarna yang terletak di perairan pantai
Pulau Bunaken, lebarnya rnencapai 2,5 krn dengan forrnasi yang sangat spesifik,
dirnulai dengan karang datar pada kedalarnan kurang lebih 5 meter kernudian
rnernbentuk bukit-bukit di bawah air, sarnpai ke tebing vertikal ke bawah (drop off) yang
panjangnya sarnpai ratusan rneier (underwater greatwalls).

Pada tebing vertikal

terdapat banyak goa, ceruk dan rekahan yang tertutup sponge beraneka warna dan
dihuni oleh berbagai jenis vertebrata dan invertebarata laut.

Pada habitat ini, selain

karang terdapat juga biota laut lainnya seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak,
hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, teripang.

Berbagai rnacarn ikan

rnenghuni habitat ini, jurnlahnya rnencapai 2.000 jenis seperti jenis ikan purba atau
ikan raja laut (coellacanth) dan ikan napoleon (Atlas Surnberdaya pesisir MDO-MINBTG, 2002).
Salah satu keunikan lain Tarnan Nasional Bunaken adalah kedalaman laut
yang rnemisahkannya dengan dataran Sulawesi yang kedalarnannya dapat rnencapai
1.000 meter.

Kedalarnan ini rnenjadi semacarn barier yang rnengurangi tingkat

kerusakan TN Bunaken dari akibat pengotoran yang berasal dari daratan kota Manado.
2.2. Perkenbangan Ekowisata
Sebagai suatu trend baru, ekowisata perlu untuk diantisipasi oleh para 'stake
holders' dibidang kepariwisataan untuk dikernbangkan. Pengan telah dikeluarkannya
'Global Code of Ethics for tourism' pada oktober 1999 yang sekarang sedang
disosialisasikan oleh WTO kepada Negara-negara anggota, diharapkan rnenggugah
tanggung jawab moral dari para aktor kewisataan untuk rnerniliki tanggung jawab yang
lebih besar terhadap pengembangan wisata yang berkelanjutan.
Indonesia dengan kekayaan alam yang rnelirnpah yang selarna ini dikenal
sebagai Negara megabiodiversity nornor dua di dunia, tentunya rnerniliki kekayaan
alarn flora dan fauna yang sangat tinggi. Demikian pula dengan potensi surnberdaya
perairan laut kita sangat rnelirnpah dan rnemiliki keanekaragarnan hayati yang tinggi
(Nontji, 2002 ; Soernarwoto, 2004 ; Fandeli dan Mukhlison, 2000). Hal tersebut,
rnernberikan peluang yang besar untuk dikernbangkan suatu kegiatan wisata.
Pengernbangan sektor wisata dapat rnemberikan banyak keuntungan ekonorni
dan sosial, narnun disisi lain pernbangunan sektor ini rnenyimpan sejurnlah potensi
konflik. Pengernbangan dan penyelenggaraan wisata yang tidak terkendalikan secara
benar akan menyebabkan terjadinya benturan-benturan kepentingan, yang pad?
gilirannya akan rnernberikan darnpak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan.
Untuk rneredam potensi-potensi .konflik terssbut,

maka isu dan fokus

pernbangunan wisata dewasa ini rnenurut Sekartjakrarini dan Legoh (2003),
hendaknya diletakkan pada :

1. Penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab sosial rnerupakan tuntutan

.

keberhasilan pembangunan wisata kini
Wisata sebagai piranti efektif pernanfaatan untuk perlindungan surnberdaya
alam hayati dan ekosistem
Wisata sebagai wahana pelestarian surnber sosial budaya

Wisata sebagai wahana pernbangunan ekonorni
2. Pengernbangan dan penyelenggaraan wisata perlu rnernperhatikan :
Keterbatasan akan daya dukung lingkungan
Peningkatan kesejahteraan dan ~ualitashidup rnasyarakat
Kelayakan pasar - keunggulan kornparatif dan keunggulan kornpetitif produk.
Adapun suatu kegiatan pengernbangan dan penyelenggaraan wisata rnenuju
pengembangan wisata berkelanjutan dapat dikatakan suatu kegiatan ekowisata,
apabila telah rnernenuhi aspek kriterialsyarat kecukupan sebagai berikut (Eplerwood
1999; Fennel, 2001) :

1. Mencegah dan rnenanggulangi darnpak dari aktivitas wisatawan terhadap alarn
dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alarn dan budaya seternpat.
2.

Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan rnasyarakat seternpat
akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di
alarn.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan
untuk ekowisata dan rnanajernen pengelolaan kawasan pelestarian dapat
rnenerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan consen/ation tax
dapat

dipergunakan secara langsung untuk rnembinz, rnelestarikan dan

rneningkatkan kualitas kawasan pelestarian alarn.
4. Partisipasi

rnasyarakat

dalarn

perencanaan.

Masyarakat

diajak

dalarn

rnerencanakan pengernbangan ekowisata, Dernikian pula di dalarn pengawasan,

peran masyarakat diha~*an
5.

ikut secara akt'jf.

Penghasilan rnasyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonorni rnasyarakat
dari kegiatan ekowisata rnendorong rnasyarakat rnenjaga kelestarian kawasan
alarn.

6. Menjaga keharrnonisan dengan alarn. Sernua upaya pengernbangan termasuk
pengernbangan fasilitas dan utilitas harus tetap rnenjaga keharrnonisan dengan
alarn. Apabila ada upaya disharmonize densan alarn akan rnerusak produk wisata
ekologis ini. Hindarkan sejauh rnungkin penggunaan rninyak, rnengkonservasi flora
dan fauna serta rnenjaga keaslian budaya rnasyarakat.

7.

Daya dukung lingkungan. Pada urnurnnya lingkungan alarn rnernpunyai daya
dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
rnungkin perrnintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang rnernbatasi.

8.

Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian
atau pernerintah daerah setempat.
Pada prinsipnya Ekowisata harus dan rnutlak memperhatikan pemeliharaan

lingkungan alam (conservation), bukan sebaliknya mengubah keaslian alam sehingga
Pemahaman wisata ekologi adalah untuk

menggangu keseirnbangan alam.

menyokong atau rnenopang keseirnbangan hubungan antara manusia dengan
lingkungan alamnya (Boo, 1990).
ekowisata

senantiasa

Menurut Weaver (2000), kualifikasi aktivitas dalam

berorientasi terhadap

cara-cara

pemeliharaan keutuhan alarn atau a sustanaible way.

pengembangan

dan

Demikian pula menurut standar

I S 0 14001 yang rnenegaskan bahwa ekowisata adalah pernenuhan standar
lingkungan bagi setiap produk jasa, yang berdarnpak luas terhadap lingkungan, baik
karena lokasi, jenis produk, bahan-bahan yang digunakan, proses produksi, kemasan
produk, maupun darnpak dari kemasan produk, paska konsumsi dan pelabelan atau
sertifikasi produk.
Terna mass tourism berubah dari 'sun', 'see', 'sand menjadi tema trilogi yang
berorientasi pada alam (ecotourism) yakni 'nature', 'nostalgia' dan 'nirvana'. Aspek
alarn dalam wisata ini merupakan penyajian daya tarik alam yang asli. Dan ha1 ini
rnenjadi daya tarik yang sedernikian rupa ditawarkan hingga dapat menciptakan
pengalaman wisata yang bermakna.

Beberapa aktivitas wisata 'ecotourism' yang

dikembangkan dan ditawarkan di Indonesia khususnya provinsi Sulawesi Utara
diantaranya pengembangan taman wisata kehidupan binatang liar, scenic look out,
pendakian gunung, terutarna wisata bawah air lewat snorkling dan diving (Weaver,
2000 ; Ceballos-Lascurain, 1996a).
Daya tarik wisata ekologi sesuai dengan karakter dasarnya yang berasal dari
alam merniliki banyak alternatif pilihan dan berrnacarn atraksi untuk dikembangkan
bagi usaha wisata berbasis pemeliharaan lingkungan (Konservasi). Di Sulawesi Utara
potensi yang tepat diorientasikan pada ecotourism bahari. Konservasi wisata bawah
air khususnya terumbu karang di gugusan kepulauan atau Tarnan Nasional Laut
Bunaken umpamanya.

Atraksi wisata bawah air (underwater ecotourism) pada

dasarnya adalah keindahan panorama bawah air, keanekaragarnan (diversitas) flora
dan fauna bawah air. Dengan kata lain kita rnenjual keanekaragaman biota. Makin
tinggi keanekaragaman, makin tinggi nilai jualnya (Lalamentik dan Rembet, 1996).

Dalarn strategi dunia rnengenai konse~asi,terurnbu karang diidentifikasikan
sebagai salah satu kornponen utarna yang sangat penting sebagai penunjang berbagai
rnacarn kehidupan yang dibutuhkan dalarn produksi rnakanan, kesehatan dan berbagai
aspek dari kehidupan rnanusia dan juga dalarn pernbangunan yang berkelanjutan.
Untuk itu, rnengacu pada yang dikemukakan Sekartjakrarini (2003), rnaka penerapan
ekowisata sebagai konsep penyelenggaraan wisata, rnerupakan jawaban atas
pernanfaatan sumber-surnber lingkungan tersebut rnenuju :
Pernanfaatan surnberdaya hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan ;
Penekanan sekecil dirnungkinkan pada degradasi rnutu lingkungan ;
Peningkatan apresiasi rnasyarakat luas (rnasyarakat seternpat, pengunjung dan
pengembang) terhadap lingkungan alarn dan berlanjut pada pernaharnan akan

;
pentingnya upaya k o n s e ~ a salarn
i
Pelastarian warisan budaya ser;a

peningkatan apresiasi dan kebanggaan

rnasyarakat atas surnber sosial budaya rnereka sendiri.

2.3. Ekosistem Terumbu Karang
Terurnbu karang rnerupakan ekosistem perairan laut dangkal yang sangat
produktif disarnping harnparan ruinput laut dan vegetasi hutan mangrove.

Ekosistern

ini sangat beragarn taksonorninya yang berternpat pada pelataran kalsiurn karbonat
(CaC03) yang keras (tapi berpori), terbentuk selama berjuta tahun melalui
pertumbuhan yang bergantian pengendapan dan konsolidasi sisa-sisa cangkang
karang (ordo Scleractinia) herrnatipik (pembentuk terurnbu), kalsifikasi sisa-sisa
cangkang rnoluska dan alga berkapur (Lalarnentik dan Rernbet, 1996).
Ekosistern ini rnerniliki fungsi alarniah sebagai lingkungan hidup, pelindung fisik
bagi pulau dan daratan, surnberdaya hayati dan surnber keindahan.

Sebagzi

lingkungan hidup dan ternpat hidup terurnbu karang menjadi ternpat organisrne
berkernbang dan berproduksi.

Terumbu karang berfungsi pula bagi organisrne

pendatang untuk mencari rnakan (feeding ground) dan ternpat pembesaran (nursery
ground) serta rnenjadi ternpat pemijahan (spawning ground) ataupuf? rnenjadi tempat
bersembunyi bagi biota yang ada di terumbu itu sendiri rnaupun biota peruaya dari
perairan sekitar (Sukarno, 1996).
Sebagai suatu habitat, terumbu karang rnerupakan suatu kawasan yang
kompleks dirnana banyak dihuni oleh berbagai jenis biota, seperti jenis-jenis ikan,
Coelenterata (jenis-jenis karang batu dan karang lunak, anernon, dll), Krustasea (jenisjenis udang-udangan dan kepiting), Ekhinodermata (jenis-jenis bintang laut, lili laut,

Sulu babi, ketirnun laut, dll), Moluska (jenis-jenis bia, kima atau kerang-kerangan, dll),
Algae (jenis-jenis alga lautlsea weed), Sponges, Ascidians, Gorgonians, dan rnasih
banyak lagi organisrne lain yang terwakili.

Karena tingginya nilai ekologis yang

terkondisi di daerah ini (dibandingkan dengan ekosistern rnanapun di dunia),
rnenyebabkan berbagai biota tersebut banyak rnenghabiskan daur hidupnya di
kawasan ini.

Keadaan kornposisi biota ini rnerupakan salah satu indikator dari

rnelirnpahnya biota ekonornis penting (Nybakken, 1992 ; Rondo, 1996).
Profil dan konfigurasi terurnbu karang yang rnernbuat topografi dasar perairan
rnenjadi spesifik serta bentuk-bentuk perturnbuhan karang batu yang sangat bervariasi
rnerupakan ternpat yang ideal bagi asosiasi berbagai biota laut dan rnenjadikannya
lebih bernilai dan unik. Beberapa jenis asosiasi hubungan yang terjadi antara ikan dan
karang rnerupakan indikator bagi kesehatan terurnbu karang itu sendiri.
contoh jenis-jenis

Sebagai

ikan dari farnili Chaetodontidae (kepe-kepe), kehadirannya

rnerupakan indikator bagi kesehatan terurnbu karang. Sebagairnana tutupan hidup
karang batu pada terurnbu, dirnana jika tinggi tutupannya terurnbu karang dapat
dikatakan rnerniliki kondisi yang baik (Ernor, 1988 ; Lalarnentik dan Rernbet, 1996).
Hubungan dan asosiasi lain yang tak kalah rnenariknya yang rnenjadikan daerah ini
kaya akan atraksi wisata seperti ; daya tarik asosiasi antara lain ikan arnphiprion
(clown fish) dengan anernon laut, ikan goropa dengan ikan pernbersihnya, sea fan
(gorgonians) dengan kuda laut (sea horses), udang dengan karang batu, dan rnasih
banyak lagi atraksi rnenarik (highlights/sightseeing) yang dapat dijadikan konioditi
untuk bidang wisata bawah air (Coleman, 1991).
Kelangsungan kehidupan ekosistern terurnbu karang juga

dibatasi oleh

parameter-patarneter fisik-kirnia perairan, seperti kedalarnan, cahaya, suhu, salinitas,
sedirnentasi atau pengendapan (Rondo, 1996j. Secara alarniah juga sangat
dipengaruni darnpak alarni lingkungan seperti penyuburan (eutrofikas!), badai tropis,
predasi dan pengaruh fenornena el-nino yang sifatnya global. Belurn lagi darnpak dan
ancaman dari rnanusia yang berupa kegiatan pernbangunan di wilayah pesisir seperti
aktivitas reklarnasi, transportasi, zktivitas perikanan yang tidak terkontrol, terrnasuk
juga kegiatan wisata laut seperti penurunan jangkar, penyelarn yang arnatir,
kebisingan, polusi dan pencernaran dari bahan bakar rninyak perahu berrnotor (Salrn
dan Clark, 1989 ; Tomascik, 1991).
Ancarnan keanekaragarnan hayati ekosistem terumbu karang yang banyak
seperti uraian diatas, tentunya mernerlukan perhatian guna kelestarian sumberdaya
yang kita rniliki. Pernanfaatan surnberdaya ini secara salah dan tidak terencana akan

rnengakibatkan ketidakstabilan nilai-nilai ekologis dan :entunya rnerugikan kita secara
ekonornis. Pernanfaatan surnberdaya ini dengan rnernperhatikan keseirnbangan
lingkungan (ekologi) tentunya akan rnenjaga surnberdaya tersebut tetap lestari dan
berkelanjutan.

!!I. METODE PENELlTlAN

3.1. Lokasi Penelitian
Objek penelitian dan pengambilan data dilaksanakan di Pulau Bunaken Provinsi
Sulawesi Utara yang lokasi penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 3 yang disajikan
dalarn bentuk Peta Tarnan Nasional Bunaken. Data rnengenai ekosistem terurnbu
karang diarnbil pada dua desa yang terletak di Pulau Bunaken yang terdiri atas Desa
Alungbanua dan Desa Bunaken yang dilakukan pada Bulan Agustus tahun 2005.
Seluruh stasiun penelitian ditentukan posisi geografisnya dengan rnenggunakan GPS
(global positioning system) yang berbasiskan satelit.

3.2. Metode pengambilan data
Data yang digunakan pada penelitian ini rneliputi data primer dan data sekunder.
Data sekunder yang digunakan dalarn penelitian ini berupa data kunjungan wisata 5
tahun terakhir di Tarnan Nasional Bunaken, serta data prosentasi tutupan karang hidup
5 tahun terakhir di 2 desa yang berada di Pulau Bunaken yakni Desa Alungbanua dan
Desa Bunaken. Datadata tersebut dapat diperoleh pada instansi-instansi terkait serta
beberapa diving club yang ada di dekat lokasi penelitian.
Sedang untuk pengarnbilan data primer, sebelurnnya dilakukan survey
pendahuluan dengan rnenggunakan peralatan rnenyelarn (snorkling dan SCUBA),
yang rnana ha1 tersebut dirnaksudkan untuk rnelatih pengenalan dan pengidentifikasian
biota-biota terurnbu karang dan sekaligus pengarnatan lokasi penelitian.
Pengarnbilan data tutupan karang dilakukan dengan rnetode Survei Manta Tow.
Pengarnatan

dilakukan

dengan

cara

rnenarik

seorang

pengarnat

dengan

rnenggunakan perahu berrnotor, untuk rnelihat berbagai jenis dan jurnlah habitat serta
hal-ha1 lain yang bisa diarnati di terurnbu karang terutarna prosentasi tutupan karang.
Adapun sebelurn dilakukan pengarnatan, alur survai tarikan ditandai pada peta. Setiap
tarikan diarnbil posisi