Peran Asystasia Gangetica Anderson Dalam Konservasi Tanah Dan Neraca Hara Di Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan

PERAN Asystasia gangetica (L.) T. Anderson
DALAM KONSERVASI TANAH DAN NERACA HARA
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN

YENNI ASBUR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul ”Peran Asystasia
gangetica (L.) T. Anderson dalam Konservasi Tanah dan Neraca Hara di
Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan” adalah benar karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Maret 2016

Yenni Asbur
NRP A262110031

RINGKASAN
YENNI ASBUR. Peran Asystasia gangetica (L.) T. Anderson dalam Konservasi
Tanah dan Neraca Hara di Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan. Dibimbing
oleh SUDIRMAN YAHYA, KUKUH MURTILAKSONO, SUDRADJAT, dan
EDY SIGIT SUTARTA.
Asystasia gangetica (L.) T. Anderson merupakan gulma yang banyak
dijumpai di perkebunan-perkebunan kelapa sawit, dan dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan karena toleran
terhadap naungan. Penelitian ini disusun dalam suatu rangkaian percobaan dengan
tujuan untuk: 1) mempelajari peran A. gangetica sebagai tanaman penutup tanah
di kebun kelapa sawit menghasilkan, 2) memahami kontribusi A. gangetica dalam
peningkatan unsur hara tersedia tanah di kebun kelapa sawit menghasilkan
berdasarkan neraca haranya, dan 3) mengkaji pengaruh tanaman penutup tanah
dan teras gulud terhadap erosi serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman kelapa sawit.

Penelitian tahap pertama terdiri dari empat percobaan. Percobaan 1
merupakan analisis vegetasi dilakukan di kebun kelapa sawit telah menghasilkan
Unit Usaha Rejosari menggunakan metode kuadrat berukuran 1 m x 1 m dengan
umur berbeda (9, 13, dan 18 tahun). Percobaan 2 dilakukan di kebun percobaan
kelapa sawit yang telah menghasilkan Cikabayan-University Farm, IPB Dramaga
Bogor dengan jarak tanam yang berbeda (10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm, dan 40
cm x 40 cm), dengan peubah pengamatan: persentase tumbuh, persentase
penutupan tanah, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah daun, total
luas daun, ILD, dan bobot kering bibit. Percobaan 3 menggunakan metode
litterbag diletakkan di dua tempat yang berbeda (kebun kelapa sawit telah
menghasilkan umur 5 tahun dan 17 tahun), dengan peubah pengamatan: laju
dekomposisi, dan kandungan hara tanaman. Percobaan 4 menghitung jumlah
karbon yang tersimpan dari biomasa dan tanah menggunakan petak contoh
berukuran 1 m x 1 m pada kebun kelapa sawit telah menghasilkan umur 18 tahun
di Rejosari PTPN VII, Lampung Selatan.
Penelitian tahap kedua dilaksanakan di kebun kelapa sawit Unit Usaha
Rejosari, PTPN VII, Lampung Selatan menggunakan rancangan acak kelompok
dan tiga ulangan dengan perlakuan tanpa tanaman penutup tanah, tanaman
penutup tanah N. biserrata dan tanaman penutup tanah A. gangetica. Pengamatan
meliputi sifat biologi tanah, status hara N, P, K tanah, cadangan karbon tanah,

ketersediaan hara tanah, serapan hara tanaman, dan neraca hara N, P, K tanah.
Penelitian tahap ketiga dilaksanakan di kebun kelapa sawit Unit Usaha
Rejosari, Kab. Natar, Lampung Selatan menggunakan rancangan blok terpisah
(Split Block Design) dua faktor dan enam ulangan. Petak utama yaitu: teras gulud,
terdiri dari tanpa teras gulud, dan dengan teras gulud. Anak petak yaitu tanaman
penutup tanah, terdiri dari tanpa tanaman penutup tanah, tanaman penutup tanah
N. biserrata, dan tanaman penutup tanah A. gangetica. Pengamatan meliputi erosi
tanah, jumlah C-organik, N, P, K terbawa erosi, pertumbuhan dan produksi
tanaman kelapa sawit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks keanekaragaman hayati di
kebun kelapa sawit menghasilkan Unit Usaha Rejosari PTPN VII, Kec. Natar,

Lampung Selatan termasuk tinggi sampai sangat tinggi (2.93-3.23). Gulma
dominan yang selalu dijumpai pada kebun kelapa sawit Unit Usaha Rejosari
PTPN VII, Kec. Natar, Lampung Selatan umur 9, 13 dan 18 tahun adalah
Nephrolepis biserrata Kuntze, Asystasia gangetica (L.) T. Anderson, Paspalum
conjugatum Berg., Stachytarpheta indica (L.) Vahl., Saccarum spontaneum, dan
Axonopus compressus.
Sebagai salah satu gulma dominan di kebun kelapa sawit menghasilkan, A.
gangetica dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit

menghasilkan karena memenuhi beberapa syarat suatu tanaman sebagai tanaman
penutup tanah, yaitu cepat menutupi lahan (11-35 MST), cepat terdekomposisi (30
hari), toleran terhadap naungan, mengandung unsur hara N, P, K di dalam
jaringan tanaman, serta sebagai cadangan karbon biomasa (1.1 t C ha-1 tahun-1)
dan juga cadangan karbon tanah (39.5 t C ha-1). Dengan adanya A. gangetica
sebagai tanaman penutup tanah, mampu meningkatkan cadangan karbon tanah
sebesar 100% dibandingkan pada tanah tanpa tanaman penutup tanah.
Dengan adanya tanaman penutup tanah A. gangetica mampu
meningkatkan aktivitas, populasi dan keanekaragaman mikroorganisme tanah
dibandingkan tanah tanpa tanaman penutup tanah. Dibandingkan dengan tanaman
penutup tanah N. biserrata, tanah yang ditanami A. gangetica mampu
meningkatkan aktivitas dan populasi mikroorganisme tanah.
Tanah yang ditanami A. gangetica mampu menambah 43.7% N, 113.5%
P2O5, 162.6% K2O, dan tanah yang ditanami N. biserrata mampu menambah
40.5% N, 279.8% P2O5, 87.3% K2O, sedangkan tanah tanpa tanaman penutup
tanah terjadi pengurangan hara N, P, K melalui neraca haranya. Penambahan
unsur hara N dan K lebih besar pada tanah yang ditanami A. gangetica
dibandingkan dengan tanah yang ditanami N. biserrata.
Penerapan teknik konservasi tanah secara mekanik dan vegetatif
berpengaruh nyata terhadap erosi dan kehilangan C-organik, N, P, dan K terbawa

erosi. Perlakuan teras gulud dengan tanaman penutup tanah A. gangetica
berpengaruh nyata dalam menekan erosi dan kehilangan hara di perkebunan
kelapa sawit dibandingkan perlakuan tanpa teras gulud tanpa tanaman penutup
tanah, dan berpengaruh tidak nyata dibandingkan perlakuan teras gulud dengan
tanaman penutup tanah N. biserrata. Perlakuan teras gulud dengan tanaman
penutup tanah A. gangetica efektif menekan erosi sebesar 94.1% dan perlakuan
teras gulud dengan tanaman penutup tanah N. biserrata efektif menekan erosi
sebesar 98.6% dibandingkan dengan perlakuan tanpa teras gulud tanpa tanaman
penutup tanah. Perlakuan teras gulud dengan tanaman penutup tanah A. gangetica
efektif menekan kehilangan C-organik sebesar 99.1%, N sebesar 99.2%, P sebesar
98.9% dan K sebesar 98.5%, dan perlakuan teras gulud dengan tanaman penutup
tanah N. biserrata efektif menekan kehilangan C-organik sebesar 99.9%, N
sebesar 99.9%, P sebesar 99.4% dan K sebesar 99.6% dibandingkan dengan
perlakuan tanpa teras gulud tanpa tanaman penutup tanah.
Tanaman penutup tanah N. biserrata dan A. gangetica dengan teras gulud
mampu meminimalkan jumlah pelepah sengkleh dan jumlah bunga jantan pada
saat musim kering. dan 99.9%, dan 99.9%,99.4%,
Kata kunci: cadangan karbon, neraca hara, A. gangetica, tanaman penutup tanah

SUMMARY

YENNI ASBUR. Roles of Asystasia gangetica (L.) T. Anderson for Soil
Conservation and Nutrient Balance in Mature Oil Palm Plantation. Supervised by
SUDIRMAN YAHYA, KUKUH MURTILAKSONO, SUDRADJAT, and EDY
SIGIT SUTARTA.
Asystasia gangetica (L.) T. Anderson is a weed that commonly found in
oil palm plantations and can be used as cover crop in mature oil palm plantations
because of shade-tolerant. This study is series of experiments in order to: 1) study
the role of A. gangetica as cover crops in mature oil palm plantations, 2)
understand the contribution of A. gangetica to improve available soil nutrients in
mature oil palm plantations due to the nutrient balance, and 3) assess the effect of
cover crops and ridge terraces on erosion and to improve the growth and
production of oil palm plantations.
The first phase of the study consisted of four experiments. Experiment 1 is
vegetation analysis in mature oil palm plantations, Unit Usaha Rejosari, using
squared method, 1 m x 1 m in size, with different age (9, 13, and 18 years).
Experiment 2 was conducted in mature oil palm plantations, Cikabayan
University farm, IPB Dramaga Bogor with different planting space (10 cm x 10
cm, 20 cm x 20 cm and 40 cm x 40 cm), and observed variables: the percentage of
grows, the percentage of land coverage, plant height, number of branches, number
of nodes, number of leaves, total leaf area per plant, ILD, and dry weight of

seedlings. Experiment 3 is using litterbag methods, placed in two different places
(5 years and 17 years of mature oil palm plantations), with observed variables :
decomposition rate and plant nutrient content. Experiment 4 is calculate number
of stored carbon in biomass and soils using sample plots 1 m x 1 m in 18 years of
mature oil palm plantations in Rejosari, PTPN VII, South Lampung.
The second phase of the study was carried out in oil palm plantation, Unit
Usaha Rejosari, PTPN VII, South Lampung with randomized group design and
three replications. The treatments are without cover crops, N. biserrata as cover
crops and A. gangetica as cover crops. Observations included soil biological
properties, the soil status of N, P, K, soil carbon reserves, soil nutrients
availability, plant nutrient uptake, and soil nutrient balance of N, P, K.
The third phase of the study was carried out in oil palm plantation, Unit
usaha Rejosari, PTPN VII, South Lampung, using two-factor Split Block Design
and six replications. The main plot is ridge terrace, consisting of with and without
ridge terrace. The subplots is cover crops, namely without cover crops, N.
biserrata as cover crops, and A. gangetica as cover crops. The observations
included soil erosion, number of C-organic, N, P, and K carried by erosion,
growth and production of oil palm.
The results showed that the biodiversity index in mature oil palm
plantations, Unit Usaha Rejosari, PTPN VII, South Lampung is high to very high

(2.93-3.23). Dominant weeds were always found in this oil palm plantation (9, 13
and 18 years) are Nephrolepis biserrata Kuntze, Asystasia gangetica (L.) T.
Anderson, Paspalum conjugatum Berg., Stachytarpheta indica (L.) Vahl.,
Saccarum spontaneum, and Axonopus compressus.

As one of the dominant weed in mature oil palm plantations, A. gangetica
can be used as cover crops because meet several requirements as cover crops,
namely quickly covered the land (11 MST - 35 MST), rapidly decompose (30
days), shade-tolerant, contains N, P, K nutrients in the plants tissue, as well as
biomass carbon stock (1.1 t C 1ha-1 yr-1) and soil carbon stock (39.5 t C ha-1). A.
gangetica as cover crop is able to increase soil carbon stocks by 100% compared
to land without cover crops.
A. gangetica is able to increase the activity, population and diversity of
soil microorganisms than soil without cover crops. Compared with N. biserrata,
A. gangetica can increase the activity and population of soil microorganisms.
Land planted with A. gangetica is able to add 43.7% N, 113.5%
P2O5,162.6% K2O. Land planted with N. biserrata able to increase 40.5% N,
279.8% P2O5, 87.3% K2O while land without cover crops experienced reduction
of N, P, K through the nutrient balance. The addition of N and K nutrients is
larger in land with A. gangetica compared with N. biserrata.

Application of ridge terrace and cover crops is significantly affect erosion
and loss of C-organic, N, P, and K by erosion. Treatment of ridge terrace with
cover crop A. gangetica is significantly affect in reducing erosion and nutrients
loss in oil palm plantations compared without ridge terrace and without cover
crops. However, the treatment has no significant effect compared to ridge terrace
with N. biserrata as cover crops. Treatment of ridge terrace with A. gangetica as
cover crops effectively reduces erosion by 94.1% and ridge terrace treatment with
N. biserrata effectively reduces erosion by 98.6% compared without ridge terrace
and without cover crops. Treatment of ridge terrace with A. gangetica effectively
reduce C-organic loss by 99.1%, N 99.2%, P 98.9% and K 98.5%, and treatment
of ridge terrace with N. biserrata effectively reduce the loss of C-organic by
99.9%, N 99.9%, P 99.4% and K 99.6% compared to the treatment without ridge
terrace and without cover crops.
N. biserrata and A. gangetica as cover crops with ridge terrace able to
minimize the number of fronds broken and number of male flowers during dry
season, namely 99.9% and 99.4%, respectively
Keywords: carbon stock, nutrients balance, A. gangetica, cover crops

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah,dan pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PERAN Asystasia gangetica (L.) T. ANDERSON DALAM
KONSERVASI TANAH DAN NERACA HARA DI
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN

YENNI ASBUR

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Prof Dr Ir M. Achmad Chozin, MAgr
2. Dr Gede Wibawa
Pelaksanaan Ujian Tertutup:
Hari/Tanggal : Selasa, 05 Januari 2016
Waktu
: 09.00 WIB – selesai
Penguji Luar Komisi pada Sidang Promosi:
1. Prof Dr Ir M. Achmad Chozin, MAgr
2. Dr Ir Syafaruddin
Pelaksanaan Sidang Promosi:
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Februari 2016
Waktu
: 09.00 WIB – selesai

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan dengan judul
Peran Asystasia gangeca (L.) T. Anderson dalam Konservasi Tanah dan Neraca
Hara di Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan
kepada Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS, Dr. Ir. Sudradjat, MS, dan Dr. Ir. Edy Sigit
Sutarta, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan
saran dan masukan sejak persiapan, pelaksanaan penelitian sampai penyusunan
disertasi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Slamet
Susanto, M.Sc, Dr. Dwi Guntoro, SP,MSi, Prof. Dr. Ir. M. Achmad Chozin,
M.Agr, Dr. Gede Wibawa, dan Dr. Ir. Syafaruddin, yang telah bersedia menjadi
penguji luar komisi pada ujian pra kualifikasi program Doktor, Ujian Tertutup dan
Sidang Promosi Doktor, serta memberikan masukan dan saran perbaikan untuk
kesempurnaan disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS, Dr. Ir.
Maya Melati, MS, M.Sc, Dr. Ani Kuniawati, SP, MSi sebagai Ketua dan
Sekretaris Program Studi AGH IPB yang telah banyak memberikan masukan, dan
dukungan kepada penulis.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rektor Universitas Islam
Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara,
Kopertis Wilayah I dan Kementerian Ristek-Dikti yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan biaya untuk melangsungkan studi S3 di IPB melalui
program Beasiswa Program Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Direktur Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah memberikan dukungan dana
penelitian serta Direktur, Karyawan dan Pelaksana Kebun Rejosari PT
Perkebunan Nusantara VII, Lampung Selatan atas pemberian ijin lokasi penelitian
dan bantuannya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Pak Udin Koharuddin,
Mba Neng, Bu Mimin (Staf administrasi di Sekretariat Prodi AGH) dan Pak
Syaefullah (Teknisi Laboratorium Fisika Tanah) yang telah banyak membantu
penulis selama menempuh pendidikan di Prodi AGH. Kepada teman-teman di
Fakultas Pertanian UISU, teman-teman di Wisma Mughnii dan Wisma Gardena,
serta teman-teman di Program Studi Agronomi dan Hortikultura SPs IPB
angkatan 2011 (AGH+), penulis juga mengucapkan terima kasih atas
persahabatan, persaudaraan, bantuan, baik secara fisik maupun psikologis selama
kegiatan perkuliahan, penelitian dan juga dukungannya dalam penulisan disetasi
ini.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua Alm.
Asbur dan Almh. Nurlela Aziz, suamiku tercinta Afrimal, kakak dan adik-adikku
tersayang Mauliza, Herra, Eka Wahyuli, dan Annisa Fahria, anak-anakku
tersayang Bening Balqiana Balqis, Dasri Salim, Fazilla Oktaviani, Muhammad
Siddiq P, Jan Adel Affan, Mahira Yasmin, Haikal, Aliyah Maharani Balqis,
Regina Khalishah Uzdah, Ahmad Jibril At-Thoriq, dan Alreina Affiyah Saira,
serta oma, opa, nenek dan kakek lala, Fahris Elvi Gustian, Shafwan Aulia, Fahra
Elvi Gustianti, dan Muhammad Rajif atas doa, dukungan, kasih sayang dan
kesabarannya mendampingi penulis selama menempuh pendidikan S3 di IPB.
Akhirnya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Aamiin ya Rabbal aalamin.

Bogor, Maret 2016
Penulis

Yenni Asbur

DAFTAR ISI

1

2

3

4

5

6
7

Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Hipotesis
5
Kebaruan Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
7
Konservasi Tanah
7
Penerapan Konservasi Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit
Menghasilkan
10
Neraca Hara
13
PEMANFAATAN Asystasia gangetica (L.) T. Anderson SEBAGAI
TANAMAN PENUTUP TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT
16
Pendahuluan
16
Bahan dan Metode
18
Hasil dan Pembahasan
21
Simpulan
39
PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP
NERACA HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
40
Pendahuluan
40
Bahan dan Metode
41
Hasil dan Pembahasan
44
Simpulan
51
PENGARUH TERAS GULUD DAN TANAMAN PENUTUP
TANAH
TERHADAP
EROSI,
PERTUMBUHAN
DAN
PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT
52
Pendahuluan
52
Bahan dan Metode
53
Hasil dan Pembahasan
59
Simpulan
71
PEMBAHASAN UMUM
72
SIMPULAN DAN SARAN
79
DAFTAR PUSTAKA
80

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi vegetasi di bawah tegakan kelapa sawit unit usaha
Rejosari PTPN VII, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan
2 Sepuluh jenis vegetasi di bawah tegakan kelapa sawit yang
memiliki nilai SDR (Summed Dominance Ratio) tinggi pada
kebun kelapa sawit Unit usaha Rejosari PTPN VII, kec.Natar,
kab.Lampung Selatan dengan umur yang berbeda
3 Data pengukuran faktor lingkungan abiotik di kebun kelapa
sawit Unit usaha Rejosari PTPN VII, kec.Natar, kab.Lampung
Selatan dengan umur yang berbeda
4 Persentase tumbuh A. gangetica pada berbagai perlakuan jarak
tanam di kebun kelapa sawit umur 5 dan 17 tahun pada 3-5 MST
5 Persentase penutupan A. gangetica pada berbagai perlakuan
jarak tanam di kebun kelapa sawit umur 5 tahun dan 17 tahun
pada 4-10 MST
6 Jumlah buku, jumlah daun, total luas daun, dan indeks luas daun
A. gangetica pada berbagai perlakuan jarak tanam di kebun
kelapa sawit umur 5 tahun dan 17 tahun pada umur 25 MST
7 Bobot kering A. gangetica pada berbagai perlakuan jarak tanam
di kebun kelapa sawit umur 5 tahun dan 17 tahun
8 Kadar hara jaringan akar, batang dan daun A. gangetica
9 Laju dekomposisi A. gangetica di kebun kelapa sawit umur 5
tahun dan 17 tahun
10 Populasi mikroorganisme tanah dan total respirasi pada
perlakuan tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit
menghasilkan Unit Usaha Rejosari PTPN VII, Kec. Natar,
Lampung Selatan Agustus-Desember 2014
11 Ketersediaan hara tanah awal dan setelah perlakuan (AgustusDesember 2014)
12 Bobot kering dan serapan hara tanaman N. biserrata dan A.
gangetica (Agustus-Desember 2014)
13 Neraca hara N-total, P2O5, K2O tanah dengan penanaman
tanaman penutup tanah (Agustus-Desember 2014)
14 Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah terhadap erosi
di kebun kelapa sawit Rejosari PTPN VII, Lampung Selatan dari
Agustus 2014-April 2015
15 Keefektifan teras gulud dan tanaman penutup tanah terhadap
erosi di kebun kelapa sawit Rejosari PTPN VII, Lampung
Selatan dari Agustus 2014 – April 2015
16 Pengaruh penanaman tanaman penutup tanah dan teras gulud
terhadap jumlah C-organik, N-total, P2O5, dan K2O terbawa
erosi di kebun kelapa sawit UU Rejosari PTPN VII, Lampung
Selatan dari Agustus 2014 – April 2015
17 Rata-rata panjang pelepah, lebar pelepah, dan jumlah pelepah
pada petak erosi di kebun kelapa sawit PTPN VII Rejosari,

22

24

25
27

27

32
34
34
35

44
47
47
49

61

62

63

Lampung Selatan dari Agustus 2014 – April 2015
18 Rata-rata jumlah pelepah sengkleh, luas daun, dan ILD pada
petak erosi di kebun kelapa sawit PTPN VII Rejosari, Lampung
Selatan dari Agustus 2014 – April 2015
19 Rata-rata jumlah bunga jantan, bunga betina, dan jumlah tandan
pada petak erosi di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN VII
Rejosari, Lampung Selatan dari Agustus 2014 – April 2015

66

67

70

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Bagan alir penelitian peran Asystasia gangetica (L.) T.
Anderson dalam konservasi tanah dan neraca hara di
perkebunan kelapa sawit menghasilkan
3 Penampang samping teras gulud
4 Asystasia gangetica (L.) T. Anderson subspesies gangetica: A.
Rumpun; B. Daun; C. Bunga; D. Buah
5 Neraca hara sederhana pada sistem pertanian
6 Keseimbangan N di alam
7 Keseimbangan P di alam
8 Keseimbangan K di alam
9 Hubungan persentase penutupan A. gangetica dengan umur
tanaman pada berbagai perlakuan jarak tanam di kebun kelapa
sawit umur 5 tahun
10 Hubungan persentase penutupan A. gangetica dengan umur
tanaman pada berbagai perlakuan jarak tanam di kebun kelapa
sawit umur 17 tahun
11 Tinggi tanaman A. gangetica umur 3-25 MST pada kebun
kelapa sawit umur 5 tahun
12 Tinggi tanaman A. gangetica umur 3-25 MST pada kebun
kelapa sawit umur 17 tahun
13 Jumlah cabang A. gangetica per tanaman umur 9-25 MST pada
kebun kelapa sawit umur 5 tahun
14 Jumlah cabang A. gangetica per tanaman umur 9-25 MST pada
kebun kelapa sawit umur 17 tahun
15 Letak daun A. gangetica. (1) Jarak antar buku; (2) Buku; (3)
Daun
16 Litterbag yang digunakan sebelum terdekomposisi (A);
Litterbag setelah 30 hari terdekomposisi (B); keragaan biomasa
A. gangetica setelah 30 hari terdekomposisi pada kebun kelapa
sawit umur 5 tahun (C); dan 17 tahun (D)
17 Bobot kering dan cadangan karbon biomasa A. gangetica di
kebun kelapa sawit menghasilkan Unit Usaha Rejosari PTPN
VII, Kec. Natar, Lampung Selatan
18 Cadangan karbon tanah sebelum dan sesudah ditanami A.
gangetica pada kedalaman 0-30 cm (t ha-1) di perkebunan kelapa
sawit menghasilkan Unit Usaha Rejosari PTPN VII, Kec. Natar,
Lampung Selatan
19 Petak neraca hara di kebun kelapa sawit menghasilkan Unit
Usaha Rejosari, Lampung Selatan. A. Tanpa tanaman penutup
tanah; B. Tanaman penutup tanah N. biserrata; C. Tanaman
penutup tanah A. gangetica
20 Status hara pada berbagai kedalaman profil tanah dengan
perlakuan tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit Unit
Usaha Rejosari, PTPN VII, Lampung Selatan Agustus-

Halaman
6

7
9
12
14
15
16
16

28

29
29
30
31
31
33

36

37

38

42

21

22

23
24

25

26

Desember 2014
Bak penampungan petak erosi di kebun kelapa sawit
menghasilkan Unit Usaha Rejosari Kab. Natar, Lampung
Selatan. A. Bak A; B. Bak B; C. Bak A yang sudah ditutup
dengan kain pada bagian atas dan kawat berlubang pada bagian
bawah kain
Pengukuran bobot kering sedimen. Dari kiri atas ke kanan
bawah : kertas saring yang sudah dioven (A) kemudian
ditimbang untuk mengetahui bobotnya (B), selanjutnya
diletakkan di dalam corong untuk menampung sedimen (C, D).
Setelah semua sedimen tertampung di atas kertas saring,
kemudian dikeringkan di dalam oven selama 24 jam (E) dan
ditimbang bobot keringnya (F)
Letak daun ke-17 pada tanaman kelapa sawit menghasilkan
Pengaruh teras gulud dan tanaman penutup tanah terhadap erosi
per bulan di kebun kelapa sawit UU Rejosari PTPN VII,
Kabupaten Natar, Lampung Selatan dari Agustus 2014 – April
2015
Jumlah pelepah sengkleh pada bulan Agustus 2014, Desember
2014, dan April 2015 berdasarkan perlakuan teras gulud dan
tanaman penutup tanah
Diagram perkembangan bunga kelapa sawit mulai dari inisiasi
sampai panen

46

55

57
58

59

68
77

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tata letak percobaan dan tata letak penanaman A. gangetica di
kebun kelapa sawit Cikabayan, IPB Bogor
2 Analisis kadar hara jaringan tanaman A. gangetica
3 Analisis sifat kimia tanah
4 Tata letak percobaan neraca hara di Perkebunan kelapa sawit
menghasilkan Unit Usaha Rejosari PTPN VII, Kec. Natar,
Lampung Selatan
5 Tata letak petak erosi
6 Keragaan tanaman kelapa sawit pada bulan Agustus 2014 (musim
kering)

91
93
94

95
96
98

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang berperan penting bagi subsektor perkebunan. Luas areal
pertanaman kelapa sawit terus meningkat di Indonesia dan telah mencapai 10.9
juta ha pada tahun 2014. Diperkirakan pada tahun 2015 luas areal kelapa sawit di
Indonesia akan mencapai 11.4 juta ha (Direktorat Jenderal Perkebunan 2014).
Dari sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, tanaman kelapa sawit yang
merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat berperan dalam
penyerapan efek gas rumah kaca seperti CO2 dan mampu menghasilkan O2 atau
jasa lingkungan lainnya seperti konservasi keanekaragaman hayati maupun ekowisata (Departemen Pertanian 2005).
Pengembangan kelapa sawit sekarang ini disesuaikan dengan Best
Management Practices di perkebunan, diantaranya adalah penerapan konservasi
tanah dan air serta penggunaan tanaman penutup tanah, yang bertujuan agar
pengelolaan perkebunan kelapa sawit dapat dilaksanakan secara berkelanjutan,
terutama dengan memperhatikan aspek lingkungan, seperti pemanfaatan lahan
kosong di bawah tegakan kelapa sawit dengan menanaman tanaman penutup
tanah untuk meningkatkan cadangan karbon tanah, mengurangi erosi, serta
menekan kehilangan hara dan bahan organik tanah.
Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan setiap bidang tanah
sesuai penggunaannya dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Dalam arti sempit, konservasi tanah adalah upaya untuk mencegah kerusakan
tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Arsyad 2010).
Konservasi tanah bertujuan untuk menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah agar
tidak mengalami kerusakan akibat terjadinya erosi, sehingga tanah dapat
digunakan secara berkelanjutan.
Tindakan konservasi tanah ini juga bertujuan mengurangi terjadinya
kekurangan air pada musim kering dan kehilangan hara pada musim hujan.
Kekurangan air pada pertanaman kelapa sawit mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan, perkembangan bunga dan buah yang pada akhirnya menurunkan
produksi kelapa sawit. Sementara pada musim hujan air turun dalam jumlah
banyak menyebabkan erosi tanah yang terbawa bersama aliran permukaan juga
tinggi, sehingga areal perkebunan mengalami kehilangan air dan hara dengan
cepat. Akibatnya sifat fisik dan kimia tanah mengalami penurunan karena
hilangnya lapisan atas tanah yang kaya akan unsur hara dan bahan organik.
Hasil penelitian Gozomora (2012) pada kebun kelapa sawit menghasilkan
umur 5 tahun, mengalami kehilangan hara akibat erosi sebesar 81.2 kg N ha-1
tahun-1, 0.6 kg P ha-1 tahun-1, dan 2.2 kg K ha-1 tahun-1, sehingga perlu adanya
tindakan konservasi tanah secara mekanik dan vegetatif. Konservasi tanah secara
mekanik dengan pembuatan teras gulud di kebun kelapa sawit menghasilkan
sudah banyak dilakukan. Namun konservasi tanah secara vegetatif belum banyak
dilaporkan terutama informasi mengenai vegetasi penutup tanah yang sesuai
untuk perkebunan kelapa sawit menghasilkan yang toleran terhadap naungan serta

2

seberapa besar peranannya dalam menambah hara tanah ditinjau dari neraca
haranya.
Konservasi tanah dengan pembuatan teras gulud bertujuan menghambat
erosi dan aliran permukaan sehingga mencegah kehilangan hara, sedangkan
saluran dan lubang peresapan berfungsi untuk menampung dan meresapkan air
yang mengalir sebagai aliran permukaan. Menurut Arsyad (2010) dan Direktorat
Budidaya Tanaman Tahunan (2007), teras gulud merupakan penyempurnaan
bentuk guludan dengan dibuatnya saluran di atas guludan sehingga dapat
menyalurkan air dengan kecepatan yang relatif lambat dan tidak merusak saluran,
mencegah air tergenang di lapangan, menurunkan permukaan air tanah, sehingga
perkembangan akar tanaman tidak terganggu serta mencegah terjadinya pencucian
hara.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kebun kelapa sawit
menghasilkan yang diberi perlakuan teras gulud dengan mulsa vertikal dapat
menurunkan aliran permukaan, overland flow, dan erosi pada tanah (Muslim
2008), sehingga juga dapat menurunkan kehilangan hara yang tercuci bersama
dengan erosi dan aliran permukaan. Aplikasi teras gulud dan rorak yang
dilengkapi dengan mulsa vertikal juga memberikan pengaruh positif terhadap
jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi TBS
kelapa sawit (Murtilaksono et al. 2007; 2009). Hal ini karena, aplikasi tersebut
dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air dan hara
tanaman, sehingga produksi kelapa sawit dapat dipertahankan.
Konservasi tanah secara vegetatif menggunakan tanaman penutup tanah
selain berfungsi sebagai penambah bahan organik dan cadangan karbon di dalam
tanah melalui dekomposisi serasahnya, juga berfungsi sebagai pencegah erosi
pada musim hujan karena tajuk tanaman dapat melindungi tanah dari daya
perusak butir-butir hujan, sedangkan akar tanaman dapat mengurangi kecepatan
dan energi aliran permukaan serta melindungi tanah terhadap daya perusak aliran
air di atas tanah, sehingga meningkatkan laju infiltrasi air hujan yang secara
langsung akan menurunkan jumlah aliran permukaan yang menyebabkan erosi
(Sinukaban 1990).
Tanaman penutup tanah mempunyai banyak keuntungan, di antaranya
memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik, mengurangi erosi,
meningkatkan bahan organik (Yardha 2014), dan laju infiltrasi lebih baik karena
perakaran tanaman menyebabkan porositas tanah lebih tinggi, sehingga daya
absorbsi air dan hara meningkat (Refliaty et al. 2009). Walaupun secara
kuantitatif kandungan hara yang berasal dari tanaman penutup tanah rendah
namun tanaman penutup tanah memiliki keunggulan lain yaitu dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga mampu menjaga keseimbangan hara
dan meningkatkan cadangan karbon di dalam tanah (Reicosky & Forcella 1998).
Umumnya kebun kelapa sawit menghasilkan tidak lagi terdapat tanaman
kacangan sebagai tanaman penutup tanah seperti pada kebun kelapa sawit belum
menghasilkan, karena tanaman kacangan tidak toleran terhadap naungan. Namun,
pada kebun kelapa sawit menghasilkan terdapat berbagai jenis tumbuhan, baik
berdaun lebar, berdaun sempit, maupun pohon. Tumbuhan yang paling banyak
dijumpai di hampir seluruh perkebunan sawit di Indonesia adalah Asystasia
gangetica (L.) T. Anderson dan Nephrolepis biserrata Kuntze.

3

N. biserrata sudah banyak dimanfaatkan oleh perkebunan-perkebunan
besar nasional, baik di lahan gambut maupun lahan mineral, sebagai tanaman
penutup tanah dan agen hayati ulat api, walaupun belum ada informasi data secara
ilmiah. Berbeda dengan N. biserrata, A. gangetica termasuk gulma dan
digolongkan sebagai noxius weed di kebun kelapa sawit. Namun demikian A.
gangetica dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah, karena pada awal
tahun 1960-an, A. gangetica sudah pernah digunakan sebagai tanaman penutup
tanah di perkebunan kelapa sawit Semenanjung Malaysia (Kiew & Vollesen
1997). Namun, karena kemampuannya menghasilkan biji dalam jumlah banyak
dan cepat mendominasi lahan, maka A. gangetica dimasukkan sebagai gulma
invasif di kebun kelapa sawit.
A. gangetica dapat kembali digunakan sebagai tanaman penutup tanah
terutama A. gangetica subspesies gangetica karena memenuhi syarat sebagai
tanaman penutup tanah, diantaranya tidak mempunyai sulur yang membelit
(Ismail & Shukor 1998), mampu tumbuh baik pada tanah dengan tingkat
kesuburan yang rendah serta toleran terhadap naungan (Samedani et al. 2013)
bahkan dapat tumbuh pada tingkat naungan 90% (Adetula 2004), dan juga mampu
menahan atau mengurangi erosi tanah dari butiran hujan, sebagai pakan ternak
ruminansia, berkhasiat obat (Adetula 2004), serta mengandung beberapa unsur
hara seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Zn pada jaringan tanamannya (Odharva et al.
2007). Hasil penelitian Kusuma (2010), A. gangetica dapat menarik predator ulat
kantong (Metisa plana) untuk meletakkan telurnya karena adanya bunga dan
trikoma di daun A. gangetica.
Sifat invasif dari A. gangetica karena menghasilkan biji dalam jumlah
banyak dan mampu terlempar sejauh 6 m (Adetula 2004) dapat dikendalikan
dengan melakukan pemangkasan tajuk mengikuti rotasi pengendalian gulma di
kebun kelapa sawit agar hasil pangkasan tersebut terdekomposisi, sehingga
menghasilkan bahan organik dan hara tanah, serta sebagai cadangan karbon di
dalam tanah. Hasil penelitian Lorenzo et al. (2010) pada tumbuhan Acacia
dealbata Link, legum berkayu asal Australia yang merupakan gulma invasif di
Spanyol, menunjukkan bahwa gulma invasif tersebut secara konsisten dapat
meningkatkan kandungan N, P, dan bahan organik tanah serta meningkatkan
cadangan karbon di dalam tanah. Demikian pula hasil penelitian Maswar (2009)
pada kebun kelapa sawit rakyat menunjukkan bahwa setiap biomassa gulma
berpotensi mengembalikan karbon ke lahan (sebagai cadangan karbon) berkisar
antara 8.0-10.4 t C ha-1.
Penelitian konservasi tanah secara mekanik dengan pembuatan teras gulud
sudah dilakukan dan memberikan hasil terbaik, namun pemilihan vegetasi yang
sesuai untuk penutup tanah pada konservasi tanah secara vegetatif belum banyak
dilakukan penelitian karena terbatasnya informasi mengenai tanaman yang tahan
terhadap naungan pada tegakan kelapa sawit menghasilkan. Pada beberapa kebun
kelapa sawit menghasilkan ditemukan tanaman A. gangetica sebagai vegetasi
bawah yang dominan, tetapi belum ada penelitian seberapa besar peranan tanaman
tersebut sebagai tanaman penutup tanah, sehingga penelitian ini diharapkan
mampu menghasilkan rekomendasi konservasi tanah terbaik, terutama konservasi
tanah secara vegetatif berdasarkan neraca hara di perkebunan kelapa sawit
menghasilkan.

4

Perumusan Masalah
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berbunga dan berbuah sepanjang
tahun, sehingga membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun untuk
menjamin ketersediaan air dan hara yang cukup. Namun, kondisi lingkungan
seperti ini tidak dapat terpenuhi pada perkebunan kelapa sawit di PTPN VII
Rejosari Kabupaten Natar, Lampung Selatan.
Perkebunan kelapa sawit di PTPN VII Rejosari Kabupaten Natar,
Lampung Selatan umumnya didominasi oleh tanah Ultisol yang secara aktual
memiliki kelas kesesuaian lahan (KKL) S-2 (Sesuai) dan S-3 (Agak Sesuai) yang
menunjukkan bahwa potensi produksi kelapa sawit di lahan ini tergolong rendah,
karena keterbatasan beberapa faktor tanah dan iklim. Salah satunya adalah, kontur
tanah yang sedikit bergelombang (3%-8%), solum tanah yang dangkal (± 1 m) dan
curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, sehingga pada bulan-bulan
tertentu terdapat musim kering yang nyata dan musim hujan yang berlebih. Hal ini
menyebabkan terjadinya kekeringan pada saat musim kering, dan mudah
mengalami erosi akibat laju aliran permukaan yang tinggi sehingga berpotensi
kehilangan hara dan bahan organik tanah pada saat musim hujan. Menurut Arsyad
(2010), erosi dapat menyebabkan hilangnya hara tanah lebih besar dari jumlah
yang diperkirakan karena zarah-zarah tanah yang halus dengan tingkat kesuburan
lebih tinggi dari keseluruhan tanah akan terangkut bersamaan dengan erosi.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan adanya tindakan konservasi
tanah secara vegetatif dan mekanik. Konservasi tanah secara mekanik dilakukan
dengan pembuatan teras gulud, sedangkan konservasi tanah secara vegetatif
dilakukan dengan penanaman tanaman penutup tanah. Namun, umumnya di
kebun-kebun kelapa sawit menghasilkan tidak lagi terdapat tanaman kacangan
sebagai tanaman penutup tanah, karena tanaman kacangan umumnya tidak toleran
terhadap naungan, sehingga secara alami digantikan oleh berbagai jenis gulma
yang toleran terhadap naungan, salah satunya adalah Asystasia gangetica.
A. gangetica selama ini dikenal sebagai gulma yang harus dikendalikan
keberadaannya di kebun-kebun kelapa sawit, karena sifatnya yang mudah
menghasilkan biji dalam jumlah banyak (Adetula 2004). Namun, A. gangetica
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit
menghasilkan karena sangat toleran terhadap naungan, bahkan sampai tingkat
naungan 90% (Adetula 2004). Peranan A. gangetica sebagai tanaman penutup
tanah di kebun kelapa sawit menghasilkan diharapkan mampu meningkatkan
bahan organik tanah dari dekomposisi serasahnya, sehingga mampu
meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah yang akan berperan
dalam neraca hara di kebun kelapa sawit menghasilkan, serta perannya sebagai
cadangan karbon. Diharapkan A. gangetica mampu memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah sehingga mampu mempertahankan kelembaban tanah pada saat
musim kering dan mengurangi erosi serta kehilangan hara pada saat musim hujan
untuk menjamin ketersediaan air dan hara yang cukup bagi pertumbuhan dan
produksi kelapa sawit.

5

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mempelajari peran A. gangetica sebagai tanaman penutup tanah di kebun
kelapa sawit menghasilkan.
2. Memahami kontribusi A. gangetica dalam peningkatan unsur hara tersedia
tanah di kebun kelapa sawit menghasilkan berdasarkan neraca haranya.
3. Mengkaji pengaruh tanaman penutup tanah dan teras gulud terhadap erosi
serta peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah diperoleh informasi mengenai :
1. Peranan A. gangetica sebagai tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit
menghasilkan.
2. Penambahan unsur hara tersedia tanah dengan adanya tanaman penutup tanah
di kebun kelapa sawit menghasilkan berdasarkan neraca haranya.
3. Rekomendasi konservasi tanah yang tepat untuk mengurangi erosi, serta
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
Hipotesis
1. A. gangetica bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah di kebun kelapa
sawit menghasilkan berdasarkan pertumbuhan dan dekomposisinya.
2. Penanaman A. gangetica di kebun kelapa sawit menghasilkan, meningkatkan
unsur hara tersedia tanah berdasarkan neraca haranya.
3. Penanaman A. gangetica pada teras gulud menekan erosi dan kehilangan hara,
serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
Kebaruan Penelitian
Penelitian mengenai peran Asystasia gangetica sebagai tanaman penutup
tanah belum pernah dilakukan, sehingga dalam penelitian ini diperoleh beberapa
informasi baru mengenai peran A. gangetica sebagai tanaman penutup tanah di
perkebunan kelapa sawit menghasilkan, diantaranya adalah :
1. Laju dekomposisi A. gangetica yang cepat, yaitu dalam waktu 30 hari sudah
terdekomposisi dengan kandungan hara N, P, dan K masing-masing sebesar
1.9%, 0.3% dan 4.8%.
2. Peran A. gangetica sebagai penyimpan karbon biomasa dan karbon tanah.
3. Peran A. gangetica dalam memperbaiki sifat biologi tanah dengan
meningkatkan populasi dan keanekaragaman mikroorganisme tanah, serta
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
4. Penanaman A. gangetica sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan
kelapa sawit menghasilkan, mendukung perkebunan kelapa sawit secara
berkelanjutan.

6

Kerangka Pemikiran
Permasalahan di kebun kelapa sawit menghasilkan di
Rejosari :
1. Terbatasnya tanaman penutup tanah yang toleran
terhadap naungan
2. Belum dimanfaatkannya lahan kosong di antara tegakan
kelapa sawit menghasilkan sebagai cadangan karbon
dan penambah hara tanah
3. Erosi tanah yang cukup tinggi pada musim hujan,
menyebabkan kehilangan hara serta bahan organik
4. Produksi kelapa sawit menurun terutama saat musim
kering
5.
Konsep pengelolaan di kebun kelapa sawit menghasilkan :
1. Penerapan konservasi tanah secara mekanik dengan
pembuatan teras gulud
2. Penerapan konservasi tanah secara vegetatif dengan
pemanfaatan vegetasi dominan yang toleran naungan
sebagai penutup tanah
Pemecahan masalah :
1. Menekan erosi tanah
2. Menekan kehilangan hara dan bahan organik tanah
3. Memperbaiki sifat fisik, dan kimia tanah melalui neraca
hara
4. Meningkatkan
aktivitas
dan
keanekaragaman
mikroorganisme dan cadangan karbon tanah
5. Meningkatkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit

Pengelolaan kebun kelapa sawit menghasilkan secara
berkelanjutan dari sisi keanekaragaman hayati tanaman dan
mikroorganisme tanah

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

7

Bagan Alir Penelitian
PERAN Asystasia gangetica (L.) T. ANDERSON DALAM KONSERVASI
TANAH DAN NERACA HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
MENGHASILKAN
PERCOBAAN 1
PEMANFAATAN Asystasia gangetica (L.) T. ANDERSON SEBAGAI
TANAMAN PENUTUP TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT
Output : Rekomendasi jarak tanam optimal A. gangetica sebagai tanaman penutup tanah di kebun
kelapa sawit menghasilkan

PERCOBAAN 2
PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP NERACA
HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Output : Hasil kuantitatif peran A. gangetica dalam peningkatan unsur hara tersedia tanah di
perkebunan kelapa sawit menghasilkan melalui analisis neraca haranya

PERCOBAAN 3
PENGARUH TERAS GULUD DAN TANAMAN PENUTUP TANAH
TERHADAP EROSI SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN KELAPA SAWIT
Output : Hasil kuantitatif peran A. gangetica dan teras gulud dalam menekan erosi dan kehilangan
hara, serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit

Hasil akhir :
Peran Asystasia gangetica sebagai tanaman penutup tanah dalam konservasi
tanah dan neraca hara serta pertumbuhan dan produksi kelapa sawit

Gambar 2 Bagan alir penelitian peran Asystasia gangetica (L.) T. Anderson dalam
konservasi tanah dan neraca hara di perkebunan kelapa sawit
menghasilkan

8

2 TINJAUAN PUSTAKA
Konservasi Tanah
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah yang
penggunaannya sesuai dengan kemampuan tanah serta memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan. Konservasi
tanah bertujuan menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi, mengatur kekuatan
gerak dan jumlah aliran permukaan serta mengatur hubungan antara intensitas
hujan dan kapasitas infiltrasi (Arsyad 2010).
Menurut Arsyad (2010), ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah,
yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan atau sisa-sisa tumbuhan agar
terlindung dari daya perusak buitr-butir hujan yang jatuh, (2) memperbaiki dan
menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan
pengangkutan, serta lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah,
dan (3) mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak
merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Penelitian-penelitian mengenai konservasi tanah dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui proses terjadinya erosi mulai dari pengelupasan, pengangkutan
sampai pengendapan material tanah terangkut beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta akibat yang ditimbulkannya. Selanjutnya dilakukan pula
penelitian dasar tentang teknik-teknik pencegahan erosi. Lahan-lahan yang diteliti
sebagian besar berupa lahan dengan sifat tanah yang buruk, seperti agregat tanah
tidak stabil, aerasi buruk, permeabilitas rendah, infiltrasi tanah rendah, hara
tersedia bagi tanaman rendah, serta lahan dengan kemiringan yang rawan terhadap
erosi (Agus et al. 1999).
Dalam penerapan konservasi tanah dapat dilakukan secara mekanik,
vegetatif, dan kimia. Pada penelitian ini digunakan konservasi tanah secara
mekanik dan vegetatif.
Konservasi Tanah Secara Mekanik
Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik dan
mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan
untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kelas
kemampuan tanah. Umumnya penerapan konervasi tanah secara mekanik
digunakan pada lahan-lahan miring yang rentan terhadap erosi, terutama pada saat
musim hujan. Penerapan konservasi tanah dapat dilakukan dengan pembuatan
teras bangku, teras gulud, teras kebun, teras individu, rorak, mulsa vertikal,
barisan batu, saluran drainase, pembuatan bedeng searah kontur, dan lain
sebagainya (Dariah 2005).
Pada penelitian ini konservasi tanah secara mekanik yang digunakan
adalah pembuatan teras gulud yang dilengkapi dengan lubang resapan. Teras
gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian
belakang guludnya. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran
(Dariah 2005). Bagian-bagian dari teras gulud disajikan pada Gambar 3.

9

Saluran air

Gambar 3 Penampang samping teras gulud (PPKS 2009)
Menurut Agus et al. (1999), pembuatan teras gulud sesuai untuk lahan
dengan kemiringan antara 10-40%. Tanah dengan permeabilitas tinggi, teras
gulud dapat dibuat sesuai arah garis kontur, sedangkan pada tanah dengan
permeabilitas rendah, teras gulud dibuat miring terhadap kontur sebesar 1%
menuju arah saluran pembuangan. Hal ini bertujuan agar air yang tidak masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah ke saluran pembuangan.
Konservasi Tanah Secara Vegetatif
Konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman atau
vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi,
penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan air tanah, serta
perbaikan sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Penerapan konservasi tanah
secara vegetatif dilakukan dengan memanfaatkan tanaman ataupun sisa-sisa
tanaman untuk mengurangi erosi yang berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap
daya pukulan butir air hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan
(runoff), serta meningkatkan peresapan air ke dalam tanah (Subagyono et al.
2003).
Tajuk tanaman berfungsi menahan laju butiran air hujan dan mengurangi
tenaga kinetik butiran air dan pelepasan partikel tanah sehingga pukulan butiran
air dapat dikurangi. Semakin rapat penutupan tanah oleh tanaman akan semakin
kecil risiko hancurnya agregat tanah oleh pukulan butiran air hujan. Batang
tanaman juga menjadi penahan erosi air hujan dengan cara merembeskan aliran air
dari tajuk melewati batang (stemflow) menuju permukaan tanah sehingga energi
kinetiknya jauh berkurang (Subagyono et al. 2003). Demikian pula dengan
perakaran tanaman akan memperbaiki kondisi sifat tanah yang disebabkan oleh
penetrasi akar ke dalam tanah, menciptakan habitat yang baik bagi
mikroorganisme tanah, sebagai sumber bahan organik bagi tanah dan memperkuat
daya cengkeram terhadap tanah, sehingga lebih mendukung pertumbuhan
tanaman, meningkatkan infiltrasi dan kapasitas memegang air serta mencegah
erosi (Agus et al. 2002).
Metode penerapan konservasi tanah secara vegetatif di antaranya adalah:
penghutanan kembali (reforestation), wanatani (agroforestry) termasuk
didalamnya adalah pertanaman lorong (alley cropping), pertanaman menurut strip
(strip cropping), strip rumput (grass strip) barisan sisa tanaman, tanaman penutup
tanah (cover crop) (Subagyono et al. 2003). Pada penelitian ini, konservasi tanah
secara vegetatif yang digunakan adalah tanaman penutup tanah.

10

Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus
ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi, memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta meningkatkan laju infiltrasi (Departemen
Pertanian 2005). Subagyono et al. (2003) menyatakan bahwa beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanah yang ditanami Paspalum notatum,
Bracharia ruziensis, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, dan
Psophocarpus palustris mampu meningkatkan laju infiltrasi masing-masing
sebesar 8, 18, 21, 25, dan 33 cm jam-1 dibandingkan tanah bera (bare soil) atau
belum ditanami, dan tanah bera alami (natural fallow), yaitu 6 cm jam-1 dan 7.5
cm jam-1. Demikian pula hasil penelitian Fuady et al. (2014) menunjukkan bahwa
konservasi tanah secara vegetatif dengan menanam padi gogo ditanam berurutan
dengan kedelai dan Mucuna bracteata pada budidaya kelapa sawit umur 4 tahun
dapat menekan laju aliran permukaan sebesar 66.6%, erosi tanah sebesar 79.1%
serta kehilangan hara N sebesar 122.5%, P sebesar 93.4% dan K sebesar 90.6% .
Penerapan Konservasi Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan
Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit agar tumbuh, berkembang dan
berproduksi maksimum adalah apabila air tanah tersedia merata sepanjang waktu
dengan curah hujan 2.000-2.500 rnrn tahun-1 dan bulan kering kurang dari satu
bulan per tahun (Darmosarkoro et al. 2001). Sementara itu, curah hujan rata-rata
10 tahun terakhir di lokasi penelitian perkebunan kelapa sawit PTPN VII Unit
Usaha Rejosari, Lampung Selatan sebesar 1.786 mm dengan bulan kering antara
Juni-Oktober. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi TBS dapat
mencapai 20%-30% apabila 1-2 tahun sebelumnya terjadi periode kering yang
panjang selama 5-6 bulan berturut-turut (Harahap & Latif 1998), sehingga
tindakan konservasi tanah sangat dibutuhkan di perkebunan kelapa sawit di
wilayah tersebut.
Penerapan konservasi tanah pada kebun kelapa sawit umumnya dilakukan
dengan menggabungkan dua metode konservasi tanah, yaitu secara mekanik dan
vegetatif. Hal ini karena pada pelaksanaan di lapangan sulit untuk memisahkan
antara konservasi tanah secara mekanik dan vegetatif. Selain itu, penerapan
konservasi tanah secara mekanik akan lebih efektif dan efisien apabila
dikombinasikan dengan konservasi tanah secara vegetatif, seperti penggunaan
tanaman penutup tanah untuk penguat teras ataupun penggunaan mulsa (Dariah et
al. 2005).
Konservasi tanah secara mekanik dan vegetatif ini bertujuan untuk
memperlambat kecepatan aliran permukaan, menampung dan mengalirkan alira