Habitat dan populasi owa jawa (Hylobates moloch Audebert, 1797) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Jawa Barat

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA
(Hylobates moloch AUDEBERT, 1797)
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK
JAWA BARAT

ENTANG ISKANDAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Saya, dengan ini menyatakan bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya
berjudul:
HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA
(Hylobates moloch AUDEBERT, 1797) DI TAMAN NASIONAL
GUNUNG HALIMUN-SALAK, JAWA BARAT
adalah benar merupakan tulisan disertasi berdasarkan hasil penelitian saya
dengan arahan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

rujukannya dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.
Disertasi ini belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi lain untuk
memperoleh gelar akademik sejenis.

Bogor, Mei 2007

Entang Iskandar
B 066010031

ABSTRAK

ENTANG ISKANDAR. Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch
AUDEBERT, 1797) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat.
Dibimbing oleh HADI S. ALIKODRA, RANDALL C. KYES, SRI SUPRAPTINI
MANSJOER dan M. BISMARK.
Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu spesies satwa primata
yang hidup endemik di Pulau Jawa, dan telah dikategorikan sebagai kritis (critically
endangered). Informasi populasi owa jawa di alam, sampai saat ini masih sangat
terbatas dan bervariasi. Penelitian dilakukan untuk memperoleh keeratan hubungan
antara kerapatan pohon pakan dan pohon tidur dengan kepadatan owa jawa di TN.

Gunung Halimun-Salak; memperoleh estimasi populasi owa jawa; mendapatkan
suatu model estimasi populasi melalui pendekatan pohon pakan dan pohon tidur;
serta memperoleh pengaruh fragmentasi habitat terhadap kepadatan populasi dan
daerah jelajah owa jawa. Analisis vegetasi dilakukan di sepanjang jalur penelitian
populasi di empat lokasi yang berbeda. Vegetasi tingkat pohon didominasi oleh
Quercus gemiliflorus Blume, Schima wallichii (DC.) Korth, Castanopsis argentea Bl.,
Altingia exelsa Noronha dan Antidesma tetandrum Bl. Jenis pohon yang
dimanfaatkan sebagai sumber pakan owa jawa didominasi oleh Ficus sinuata
Thunb., Quercus gemiliflorus Blume, Altingia exelsa Noronha dan Castanopsis
argentea Bl., sedangkan jenis pohon yang digunakan sebagai pohon tidur
diantaranya adalah Quercus gemiliflorus Blume, Ficus sinuata Thunb., Castanopsis
argentea Bl. dan Altingia excelsa Noronha. Metode jalur (Line transect sampling)
dengan panjang jalur 3,5 km dan lebar 100 m digunakan dalam mengidentifikasi owa
jawa di TN. Gunung Halimun-Salak. Penelitian dilakukan di empat lokasi, mulai bulan
Desember 2004 sampai September 2005, yaitu: 1) hutan primer Citarik; 2) hutan
primer Cikaniki yang sebagian wilayahnya digunakan sebagai tujuan ekowisata; 3)
hutan sekunder Cibeureum dan 4) hutan sekunder Cisalimar yang berbatasan
dengan lahan pertanian masyarakat. Rerata kepadatan kelompok owa jawa di Citarik
adalah 4,0 kelompok/km2; ukuran kelompok sekitar 2,6 individu dan kepadatan
populasi 10,3 individu/km2. Estimasi kepadatan kelompok di Cikaniki sekitar 3,8

kelompok/km2; rerata ukuran kelompok sekitar 2,6 individu dan kepadatan populasi
9,4 individu/km2. Di hutan sekunder Cibeureum, kepadatan kelompok sekitar 2,6
kelompok/km2; rerata ukuran kelompok 2,7 individu dan kepadatan populasi sebesar
6,7 individu/km2. Estimasi kepadatan kelompok di hutan sekunder Cisalimar adalah
3,0 kelompok/km2; rerata ukuran kelompok sekitar 2,2 individu dan kepadatan
populasi sebesar 6,3 individu/km2. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa hutan primer lebih dapat memenuhi kebutuhan hidup owa jawa dibandingkan
hutan sekunder. Terdapat keeratan hubungan antara pohon pakan (r=0,948) dan
pohon tidur (r=0,989) dengan kepadatan populasi owa jawa di TN. Gunung HalimunSalak. Berdasarkan pendekatan pohon pakan dan pohon tidur tersebut, penggunaan
persamaan regresi linier harus secara spesifik pada lokasi tertentu sesuai dengan
tipe hutannya. Tingkat keeratan persamaan regresi linier tersebut berkisar antara
91,9-94,9%.

Kata kunci: owa jawa, pohon pakan, pohon tidur, kepadatan

ABSTRACT

ENTANG ISKANDAR. Habitat and Population of the Javan Gibbon (Hylobates
moloch AUDEBERT, 1797) at Gunung Halimun-Salak National Park, West Java.
Under supervision of HADI S. ALIKODRA, RANDALL C. KYES, SRI SUPRAPTINI

MANSJOER and M. BISMARK.
The Javan gibbon (Hylobates moloch) is endemic to Java, and is considered
a critically endangered species. The information on the population status of the javan
gibbon is limited and varied. The overall aim of this project is to generate closeness
relation of food and sleeping trees densities with the density of javan gibbon; conduct
critical baseline data on the status and habitat of the javan gibbon at Gunung
Halimun National Park, West Java; generate estimation model of population; and to
generate the effect of fragmentation to the density, and home range of the javan
gibbon. Vegetation sampling was taken along the survey transect at four different
locations. The vegetation was dominated by Quercus gemiliflorus Blume, Schima
wallichii (DC.) Korth, Castanopsis argentea Bl., Altingia exelsa Noronha, and
Antidesma tetandrum Bl. Food sources for the javan gibbon was dominated by Ficus
sinuata Thunb., Quercus gemiliflorus Blume, Altingia exelsa Noronha, and
Castanopsis argentea Bl. Sleeping trees was dominated by Quercus gemiliflorus
Blume, Ficus sinuata Thunb., Castanopsis argentea Bl. dan Altingia excelsa
Noronha. Line transect sampling was conducted during the morning along the
transect (3.5 km; strip width, 100 m) in the hilly region of Gunung Halimun National
Park. The survey has been conducted at four locations during December 2004
through September 2005:1) primary forest of Citarik; 2) primary forest of Cikaniki
which is part of ecotourism area; 3) secondary forest of Cibeureum; 4) secondary

forest of Cisalimar, represented by forest that borders an agricultural plantation. The
average group density for Javan gibbon at the primary forest of Citarik was 4.0
groups/km2, group size was estimated at 2.6 individuals, and population density was
10.3 individuals/km2. Estimated group density at primary forest of Cikaniki was 3.8
groups/km2. The average group size was 2.6 animals, and the population density
was estimated 9.4 individuals/km2. At secondary forest of Cibeureum, group density
was estimated at 2.6 groups/km2; the average group size was estimated at 2.7
animals, and population density was 6.7 individuals/km2. Estimated group density of
the Javan gibbon at the secondary forest of Cisalimar area was estimated at 3.0
groups/km2; the average group size was 2.2 animals, and population density was
estimated at 6.3 individuals/km2. The population density of the Javan gibbon at the
primary forest area was greater than at secondary forest. There was a close relations
between food tree density and the javan gibbon density (r=0.948) at Gunung
Halimun-Salak National Park, and between sleeping tree density and density of javan
gibbon (r=0.989). Based on those two important trees, the estimation model of
population by multiple linear regression should be specific to the locations.
Closeness of the multiple regression were 91.9-94.9%.

Key words: javan gibbon, food tree, sleeping tree, density


© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA
(Hylobates moloch AUDEBERT, 1797)
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK
JAWA BARAT

ENTANG ISKANDAR

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Primatologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2007

Judul

: Habitat dan Populasi Owa Jawa
(Hylobates moloch AUDEBERT, 1797)
di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat

Nama

: Entang Iskandar

NRP

: B 066010031

Program Studi

: Primatologi


Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS.
Ketua

Prof. Randall C. Kyes, PhD.
Anggota

Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer
Anggota

Prof. Dr. M. Bismark,
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Primatologi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD.

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian: 26 April 2007

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surade, Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 19 Juni
1967 sebagai anak terakhir dari Almarhum Ayahanda Moch. Dawami dan
Almarhumah Ibunda Sadiah.
Pendidikan dasar dan menengah pertama diselesaikan di Surade,
Sukabumi pada tahun 1983, sedangkan pendidikan menengah atas ditempuh di
SMA Negeri Cibadak, Sukabumi dan diselesaikan tahun 1986.
Program sarjana pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
diselesaikan pada tahun 1992. Pada tahun yang sama, penulis bekerja di Pusat
Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat

Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB) sampai saat ini. Tahun 1998, penulis
menyelesaikan program Magister pada Program Studi Primatologi, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Selama bekerja di PSSP LPPM IPB,
penulis memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan dasar dan lanjutan
dalam bidang Computerized Population Modeling dan Primate Behavioral Biology
and Cognition di Washington National Primate Research Center, University of
Washington, Seattle, USA. Pada saat ini, penulis diberi kepercayaan untuk
mengelola Laboratorium Lapang Pulau Tinjil.
Penulis menikah dengan Rachmitasari Noviana, SKH pada bulan Juli
1997, dan telah dikaruniai dua orang puteri, Dienita Aulia dan Tiara Dwina
Amany.

PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala kekuatan, kesabaran dan kelapangan berpikir pada saat melakukan
penelitian hingga dapat diselesaikannya disertasi “Habitat dan Populasi Owa
Jawa (Hylobates moloch AUDEBERT, 1797) di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak, Jawa Barat”.
Penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. Dr.
Ir. Hadi S. Alikodra, MS. sebagai ketua komisi pembimbing; Prof. Randall C.

Kyes, PhD.; Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan Prof. Dr. M. Bismark sebagai
anggota komisi pembimbing atas segala arahan, pengertian dan dukungan sejak
perencanaan awal penelitian sampai tulisan disertasi dapat diselesaikan. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan pula kepada Prof. Dr. Ir. Abdullah Syarief
Mukhtar, MS. dan Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. sebagai penguji luar komisi yang
telah memberikan tambahan wawasan pengetahuan penulis.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. drh.
Dondin Sajuthi, MST, PhD., selaku Ketua Program Studi Primatologi IPB yang
telah membuka kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke
strata yang lebih tinggi. Dr. drh. Joko Pamungkas, MSc., selaku Kepala Pusat
Studi Satwa Primata (PSSP) LPPM IPB yang telah memberi ijin dan bantuan
dana selama masa studi. Terima kasih disampaikan kepada seluruh rekan di
PSSP LPPM IPB dan rekan mahasiswa di Program Studi Primatologi atas segala
dukungan yang telah diberikan, serta kepada Ir. Etih Sudarnika, MSi dan Ir.
Bagus MSi atas bantuan dan diskusi pada saat menganalisis data.
Penulis menyampaikan pula terima kasih kepada Dr. Dwi Setyono
sebagai Kepala Taman Nasional Gunung Halimun-Salak atas ijin untuk
melakukan penelitian; Bayu S.Hut sebagai Kepala Resor Leuwi Waluh; Pak Jojo
Suparjo, Pak Ibrahim dan Ir. Koeswandono atas segala bantuan yang telah
diberikan. Selain itu, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang
yang terlibat langsung di lapangan: Dedi Hotman, Walberto Sinaga S.Hut., Abdul
Majid, Agus Surya Sumantri Amd., Dadang, Yosi, Momo, Apud, Amir, Emad dan
rekan-rekan lain di TN. Gunung Halimun-Salak.
Ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada istri terkasih
Rachmitasari Noviana, SKH atas pengertian dan dukungan yang tidak ada
hentinya; anak-anakku tercinta Dienita Aulia dan Tiara Dwina Amany yang selalu
menjadi penyemangat dalam penyelesaian disertasi; Ibunda Hj. Siti Hidayati

Purnomo dan kakak tercinta Asep Saleh Maqbul, SE. atas segala doa dan
dukungannya; serta Nia dan Sari untuk semua bantuan yang telah diberikan.
Ungkapan terima kasih disertai doa, penulis tujukan kepada Almarhum Ayahanda
Moch. Dawami dan Almarhumah Ibunda Sadiah yang semasa hidupnya selalu
mendorong dan memberi motivasi untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi.
Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada seluruh rekan, kerabat yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan dari The Rufford Small
Grants for Nature Conservation dan International Primatological Society (IPS)
Conservation Small Grant yang telah mendanai penelitian dari awal survei hingga
akhir penelitian.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian
dan masyarakat secara umum, serta Taman Nasional Gunung Halimun-Salak,
Jawa Barat pada khususnya.

Bogor, Mei 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................

iii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

Iv

PENDAHULUAN ............................................................................

1

Latar Belakang ...........................................................................
Tujuan …………...........................................................................
Manfaat Penelitian ......................................................................
Hipotesis ……………………………………………………………...
Kerangka Pemikiran ....................................................................

1
3
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

6

Habitat .........................................................................................
Pohon Pakan …………….......................................................
Pohon Tidur ...........................................................................
Owa Jawa (Hylobates moloch) ....................................................
Klasisikasi dan Taksonomi ....................................................
Morfologi ................................................................................
Status Konservasi ..................................................................
Penyebaran …........................................................................
Aktivitas Harian dan Pola Interaksi ........................................
Populasi .......................................................................................
Komposisi Kelompok .............................................................
Daerah Jelajah ......................................................................
Penangkaran ...............................................................................
Model estimasi populasi …………………………………………….
Simulasi Populasi ........................................................................
Sosial Ekonomi Masyarakat ………………………………………..

6
9
10
11
11
12
13
15
16
18
19
21
22
23
24
24

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………………………….

25

Geografi ………………………………………………………………
Topografi …………………………………………………………......
Hidrologi ………………………………………………………………
Iklim …………………………………………………………………...
Vegetasi ………………………………………………………………
Satwa …………………………………………………………………

25
26
26
27
27
28

METODE PENELITIAN . ….............................................................

30

Waktu dan Tempat Penelitian …..................................................
Bahan dan Alat ….....................................................................,,,
Bahan …………………………………………………………….
Alat ……………………………………………………………......
Metode Pengumpulan Data .........................................................
Penentuan Lokasi ……………………………………………….
Analisis Vegetasi ……………………………………………......

30
31
31
31
31
31
32

i

DAFTAR ISI ( Lanjutan)
Halaman
Populasi Owa Jawa …………………………….……………….
Distribusi ………..……………………………………………
Komposisi kelompok ........................................................
Daerah Jelajah dan Interaksi Kelompok .........................
Estimasi populasi ….........................................................
Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran PSSP LPPM IPB .........
Model Estimasi Populasi .......................................................
Simulasi Populasi ..................................................................
Analisis Data …............................................................................
Analisis Vegetasi ……………………………………………......
Komposisi dan Dominansi Jenis .……….………………...
Populasi Owa Jawa ………………….………….………………
Distribusi …………………………………..….....................
Komposisi kelompok …....................................................
Daerah Jelajah dan Interaksi Kelompok …………….......
Estimasi Populasi …………….……………………………..
Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran PSSP LPPM IPB .…….
Model Estimasi Populasi ……………………………………….
Simulasi Populasi ……………………………………………….

33
33
33
33
34
35
35
36
36
36
36
37
37
38
38
38
39
39
40

HASIL DAN PEMBAHASAN ….......................................................

41

Vegetasi .……………………………………………………………...
Komposisi dan Dominansi Jenis ............................................
Pohon Pakan .........................................................................
Pohon Tidur ..........................................................................
Permudaan Vegetasi .............................................................
Populasi Owa Jawa .....................................................................
Distribusi Owa Jawa …………………………………………....
Persentase Perjumpaan Owa Jawa ……………....................
Daerah Jelajah ......................................................................
Komposisi Kelompok .............................................................
Estimasi Populasi Owa Jawa .………………………………….
Kepadatan Kelompok …………………………………………...
Ukuran Kelompok ..................................................................
Kepadatan Populasi …………………………………………….
Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran ………………………….
Pakan ..............................................................................
Tingkah Laku ...................................................................
Model Estimasi dan Simulasi Populasi ……………………………
Model Estimasi Populasi ……………………………………….
Simulasi Populasi ……………………………………………….
Diskusi Umum ……………………………………………………….

41
41
44
53
57
61
61
63
65
69
78
79
80
83
89
89
91
96
96
100
104

SIMPULAN …..................................................................................

107

SARAN …........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA …....................................................................

107
108
115

LAMPIRAN ……………………………………………………………...

DAFTAR TABEL
No.

Teks

1.

Klasifikasi dan Taksonomi Genus Hylobates …………………...

11

2.

Populasi Owa Jawa pada beberapa lokasi di
Pulau Jawa …………….............................................................

18

Kepadatan Kelompok dan Populasi Owa Jawa Berdasarkan
Ketinggian di atas Permukaan Laut ……..………………………

19

Rekomendasi Ukuran Kandang Satwa Primata Berdasarkan
Berat Badan ..............................................................................

23

Nilai INP Tertinggi Jenis Pohon di Citarik, Cikaniki, Cibeureum
dan Cisalimar Menggunakan Metode Garis Berpetak …………

41

Jenis Pohon Pakan Owa Jawa di Empat Lokasi Penelitian TN.
Gunung Halimun-Salak .............................................................

46

7.

Rerata Profil Pohon Pakan pada Setiap Lokasi Penelitian .......

50

8.

Jenis Pohon Tidur di Empat Lokasi Penelitian TN. Gunung
Halimun-Salak .............……………………………………………

53

Rerata Profil Pohon Tidur di Setiap Lokasi
Penelitian ……….......................................................................

55

Lima Jenis Vegetasi Tingkat Semai dengan INP tertinggi di
setiap Lokasi Penelitian ……….................................................

57

Lima Jenis Vegetasi Tingkat Pancang dengan INP tertinggi di
setiap Lokasi Penelitian ……….................................................

58

Lima Jenis Vegetasi Tingkat Tiang dengan INP tertinggi di
setiap Lokasi Penelitian …………………………………………...

59

Jarak Lokasi Penelitian terhadap Pemukiman dan Lahan
Pertanian Terdekat serta Jarak Setiap Kelompok yang
Terbentuk pada SetiapLokasi …………………………………….

62

Rerata Daerah Jelajah Kelompok Owa Jawa di Setiap Lokasi
Penelitian pada Musim Hujan …………………………………….

66

Rerata Daerah Jelajah Kelompok Owa Jawa di Setiap Lokasi
Penelitian pada Musim Keamarau ……………………………….

67

Rerata Tumpang Tindih Daerah Jelajah Kelompok Owa Jawa
di Setiap Lokasi Penelitian pada Musim Hujan .........................

68

Rerata Tumpang Tindih Daerah Jelajah Kelompok Owa Jawa
di Setiap Lokasi Penelitian pada Musim Kemarau ....................

68

Jumlah dan Komposisi Kelompok Owa Jawa di Hutan Primer
Citarik ……………………………………………………………….

70

Jumlah dan Komposisi Kelompok Owa Jawa di Hutan Primer
Cikaniki .……………………………………………………………..

72

3.
4.
5.
6.

9.
10.
11.
12.
13.

14.
15.
16.
17.
18.
19.

ii

Halaman

DAFTAR TABEL (Lanjutan)
No.
20.

21.
22.

23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.

30.

31.

32.

33.

Teks

Halaman

Jumlah dan Komposisi Kelompok Owa Jawa di Hutan
Sekunder Cibeureum ..... …………………………………………

73

Jumlah dan Komposisi Kelompok Owa Jawa di Hutan
Sekunder Cisalimar ...................................................................

74

Rerata Jumlah dan Komposisi Kelompok Owa Jawa di
Keempat Lokasi Penelitian dan di Fasilitas Penangkaran
PSSP LPPM IPB …………………………………………………..

77

Kepadatan Kelompok Owa Jawa di Setiap Lokasi Penelitian
pada Musim Hujan dan Musim Kemarau ……………………….

79

Ukuran Kelompok Owa Jawa di Setiap Lokasi Penelitian pada
Musim Hujan dan Musim Kemarau ...........................................

81

Kepadatan Populasi Owa Jawa di Setiap Lokasi Penelitian
pada Musim Hujan dan Musim Kemarau ……………………….

83

Perbandingan Kepadatan Owa Jawa di TN. Gunung HalimunSalak .........................................................................................

86

Jenis Pakan Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran PSSP LPPM
IPB ............................................................................................

90

Kandungan Protein, Karbohidrat dan Lemak Pakan Owa Jawa
Berdasarkan Bahan Kering .......................................................

90

Persamaan Regresi Linier Berdasarkan Hubungan Jumlah
Owa Jawa dan Jumlah Pohon Pakan di Setiap Lokasi
Penelitian pada Musim Hujan dan Kemarau ............................

96

Persamaan Regresi Linier Berdasarkan Hubungan Jumlah
Owa Jawa dan Jumlah Pohon Tempat Tidur di Setiap Lokasi
Penelitian pada Musim Hujan dan Kemarau ............................

97

Persamaan Regresi Linier Berdasarkan Hubungan Jumlah
Owa Jawa dan Gabungan Jumlah Pohon Pakan dan Pohon
Tempat Tidur di Setiap Lokasi Penelitian pada Musim Hujan
dan Kemarau ............................................................................

98

Persamaan Regresi Linier Berdasarkan Hubungan Jumlah
Owa Jawa dan Gabungan Jumlah Pohon Pakan dan Pohon
Tempat Tidur pada Kedua Musim .............................................

99

Persamaan Regresi Linier Berdasarkan Hubungan Jumlah
Owa Jawa dan Gabungan Peubah Jumlah Pohon Pakan dan
Pohon Tempat Tidur pada Kedua Musim di Selurh Lokasi
Penelitian ..................................................................................

99

DAFTAR GAMBAR
No.

Teks

1.

Kerangka Pemikiran Penelitian …………………………………..

5

2.

Habitat Owa Jawa .....................................................................

8

3.

Persentase Penggunaan Kanopi oleh Dua Spesies Hylobates
pada Hutan Terganggu dan Tidak Terganggu ..........................

8

Ancaman Utama terhadap Populasi Primata dan Pendekatan
dalam Melindungi Ordo tersebut ……………………...………….

14

5.

Penyebaran Gibbon Berdasarkan Letak Geografis ...................

16

6.

Peta Lokasi Gunung Halimun ....................................................

25

7.

Lokasi dan Jalur Penelitian di TN. Gunung Halimun-Salak …...

30

8.

Disain Metode Garis Berpetak ………..……………. ……………

32

9.

Disain Line Transect Sampling …………………………..……….

34

10.

Disain Metode Titik Pusat Kuadran ……………………………...

35

11.

Pembakaran lahan (a) untuk dijadikan perladangan (b) ...........

44

12.

Jantan Dewasa di Pohon Pakan (a) dan Betina Dewasa
Memanfaatkan Dahan Rindang untuk Beristirahat (b) ..............

48

13.

Habitat Owa Jawa di Citarik (a) dan Cisalimar (b) ....................

50

14.

Diameter dan Tinggi Pohon Pakan di Setiap Lokasi
Penelitian ...................................................................................

51

Profil Pohon Pakan di Citarik, Cikaniki, Cibeureum dan
Cisalimar TN. Gunung Halimun-Salak ......................................

52

Kisaran Diameter dan Tinggi Pohon Tidur di Setiap Lokasi
Penelitian TN. Gunung Halimun-Salak ......................................

55

Jumlah Vegetasi Tingkat Pohon, Jumlah Pohon Pakan dan
Pohon Tidur di Setiap Lokasi Penelitian ....................................

56

Distribusi Kelompok Owa Jawa di Lokasi Penelitian TN
Gunung Halimun-Salak ……………………………………………

61

Persentase Perjumpaan Owa Jawa di TN Gunung HalimunSalak berdasarkan Ketinggian Tempat .....................................

64

20.

Daerah Jelajah Owa Jawa di Setiap Lokasi Penelitian .............

65

21.

Komposisi Kelompok Owa Jawa pada Setiap Lokasi
Penelitian ...................................................................................

76

Rerata Kepadatan Kelompok Owa Jawa di Setiap Lokasi
Penelitian ...................................................................................

80

Rerata Ukuran Kelompok Owa Jawa di Setiap Lokasi
Penelitian ...................................................................................

82

4.

15.
16.
17.
18.
19.

22.
23.

iii

Halaman

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
No.

Teks

Halaman

Rerata Kepadatan Populasi Owa Jawa di Setiap Lokasi
Penelitian ...................................................................................

84

Kepadatan Kelompok (a), Ukuran Kelompok (b) dan
Kepadatan Populasi (c) Owa Jawa di Hutan Primer dan
Sekunder TN. Gunung Halimun-Salak ......................................

85

Aktivitas Harian Owa Jawa di Fasilitas Penangkaran PSSP
LPPM IPB ..................................................................................

92

Tingkah Laku Menelisik Induk Betina Owa Jawa terhadap
Anak (a) dan Induk Jantan (b) di Fasilitas Penangkaran PSSP
LPPM IPB ..................................................................................

93

Frekuensi Tingkah Laku Harian Owa Jawa Betina di Tiga
Fasilitas Penangkaran ...............................................................

94

29.

Prediksi Populasi dengan Parameter Hilangnya Habitat ..........

101

30.

Prediksi Populasi Owa Jawa dengan Parameter Perburuan ....

101

31.

Prediksi Populasi Owa Jawa dengan Gabungan Parameter
Hilangnya Habitat dan Perburuan .............................................

102

24.
25.

26.
27.

28.

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Teks

1.

Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun …………………...

115

2.

Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di Lokasi Penelitian TN.
Gunung Halimun-Salak .............................................................

116

3.

Jenis Pohon Pakan Owa Jawa .................………………………

120

4.

Jenis Pohon Tidur Owa Jawa di TN. Gunung HalimunSalak ...........................................................................

124

5.

Vegetasi Tingkat Semai di TN. Gunung Halimun-Salak ...........

128

6.

Vegetasi Tingkat Pancang di TN. Gunung Halimun-Salak .......

132

7.

Vegetasi Tingkat Tiang di TN. Gunung Halimun-Salak ............

136

8.

Data Penduduk Sekitar Lokasi Penelitian di TN. Gunung
Halimun-Salak ...........................................................................

140

iv

Halaman

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah mamalia tertinggi
kedua di dunia setelah Brazil. Salah satu jenis mamalia yang hidup di Indonesia
adalah satwa primata, dan dari jumlah total 40 spesies satwa primata yang dapat
diidentifikasi di Indonesia, 30% diantaranya merupakan spesies endemik pada
wilayah tertentu di Indonesia (McNeely 1990). Terdapat sedikitnya tiga spesies
satwa primata endemik berasal dari famili Hylobatidae.
Hylobatidae adalah salah satu famili satwa primata yang sebagian besar
spesiesnya hidup di Indonesia. Famili Hylobatidae terdiri atas sembilan spesies
yang tersebar di kawasan Asia Tenggara, enam spesies diantaranya termasuk
ke dalam Genus Hylobates, yaitu Hylobates agilis F. Cuvier (ungko, dark handed
gibbon), Hylobates klosii Miller (siamang kerdil, kloss’s gibbon), Hylobates lar
Linnaeus (ungko lengan putih, white handed gibbon), Hylobates moloch
Audebert (owa jawa, silvery gibbon), Hylobates muelleri Martin (kelawat, gray
gibbon) dan Hylobates pileatus Gray. Dari keenam spesies ini hanya H. pileatus
yang penyebarannya tidak meliputi wilayah Indonesia (Geissmann 2002; Silvery
Gibbon Website 2002). Tiga dari lima spesies Genus Hylobates merupakan
spesies yang hidup endemik di beberapa pulau di Indonesia. Salah satu diantara
spesies tersebut adalah owa jawa yang hanya bisa diidentifikasi di Pulau Jawa,
yaitu di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pada saat ini, populasi spesies tersebut
hanya dapat diidentifikasi di kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi
lainnya, seperti di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, TN. Gunung HalimunSalak dan TN. Gunung Gede Pangrango.
TN. Gunung Halimun-Salak memiliki keanekaragaman tumbuhan dan
satwa yang tinggi, beberapa diantaranya termasuk ke dalam kategori kritis. Dari
61 jenis mamalia yang hidup di TN. Gunung Halimun-Salak, empat diantaranya
termasuk ke dalam ordo primata, terdiri dari tiga spesies termasuk dalam
kategori

monyet (monkey), yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis

Raffles), surili (Presbytis comata Desmarest) dan lutung (Trachypithecus auratus
Geoffroy Sain-Hilaire), serta satu spesies termasuk ke dalam kategori kera kecil
(lesser apes), yakni owa jawa (H. moloch Audebert).

2
Seiring dengan semakin meningkatnya ancaman terhadap populasi owa
yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah populasi secara nyata di alam,
maka terjadi perubahan status dari kategori genting (endangered) tahun 1986,
menjadi kritis (critically endangered) pada tahun 1996 dalam daftar International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Kenaikan
status tersebut akibat terjadinya penurunan populasi owa jawa di alam yang
cukup tajam, sedangkan Convention on International Trade of Endangered
Species of Flora and Fauna (CITES), owa jawa dikategorikan ke dalam Apendiks
I yang berarti satwa tersebut telah terancam punah, sehingga perdagangannya
harus diatur sangat ketat dan hanya diperbolehkan untuk hal-hal khusus.
Kritisnya populasi owa jawa disebabkan oleh aktivitas manusia yang semakin
tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan hidup yang sangat tinggi
tersebut berdampak negatif secara langsung terhadap pemanfaatan hasil hutan
dan lahan hutan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan berkurangnya
habitat secara drastis. Aktivitas yang memiliki dampak negatif secara langsung
terhadap menurunnya populasi owa jawa antara lain, perusakan habitat;
perburuan dan penangkapan untuk keperluan satwa peliharaan serta hilangnya
koridor sebagai dampak negatif dari hilangnya habitat. Deforestasi habitat ini
merupakan ancaman utama terhadap populasi owa jawa. Lebih dari 96% habitat
asli owa jawa telah hilang akibat dari kerusakan yang terjadi (MacKinnon 1980),
sedangkan secara spesifik, persentase hilangnya habitat di TN. Gunung
Halimun-Salak pada tahun 2001 adalah 2,5% dari total luas kawasan 42,000 ha
(Supriatna 2006). Habitat yang tersisa saat ini merupakan hutan-hutan
terfragmentasi antara satu dengan lainnya. Akibat semakin berkurangnya habitat
satwa primata, IUCN atau World Conservation Union (1996), menyatakan bahwa
lebih dari sepertiga spesies primata telah dikategorikan ke dalam spesies kritis
(critically endangered), genting (endangered) dan rentan (vulnerable). Selain
berkurangnya luasan habitat yang berdampak negatif langsung terhadap
penurunan populasi owa jawa, daya dukung habitat dan regenerasi jenis pohon
yang sangat berperan dalam mendukung kelangsungan hidup owa jawa masih
belum banyak diketahui. Penelitian terhadap kebutuhan utama satwa berupa
sumber pakan dan tempat berlindung merupakan aspek yang berperan sangat
penting terhadap upaya kelestarian satwa.

3
Informasi populasi owa jawa di alam sampai saat ini masih sangat
terbatas dan bervariasi. Kappeler (1981) memprediksi populasi owa jawa di alam
berkisar antara 2.400-7.900 individu. Jumlah populasi ini menurun cukup tajam
dalam kurun waktu 14 tahun menjadi 2.700 individu (Asquith et al. 1995). Pada
tahun 2000, owa jawa termasuk ke dalam salah satu dari 25 spesies satwa
primata paling terancam punah di dunia (Mittermeier et al. 2005). Penelitian
terakhir tentang populasi owa jawa memprediksi jumlah satwa tersebut ada pada
kisaran 4.000-4.500 individu (Nijman 2004). Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, terdapat variasi estimasi populasi owa jawa dalam rentang waktu 23
tahun, dengan demikian, masih sangat diperlukan penelitian populasi owa jawa
secara meyeluruh pada kawasan yang dihuni owa jawa, sehingga bisa diperoleh
informasi populasi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan status
spesies tersebut dalam daftar IUCN maupun dalam menentukan langkah
konservasi yang akan dilaksanakan. Informasi kemampuan reproduksi dan
tingkah laku owa jawa di penangkaran, perlu pula diketahui sebagai pembanding
kemampuan reproduksi owa jawa di alam. Informasi ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menentukan tindakan pengelolaan di dalam suatu kawasan.
Selain itu, perlu pula diketahui prediksi populasi spesies tersebut pada masa
yang akan datang melalui pendekatan aspek biologi, habitat dan potensi
ancaman

terhadap

populasi

tersebut,

sehingga

bisa

diketahui

prediksi

kelangsungan atau kepunahan spesies dimaksud pada kurun waktu tertentu.

Tujuan
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1) memperoleh keeratan hubungan antara kerapatan pohon pakan dan pohon
tidur dengan kepadatan populasi owa jawa. Berdasarkan pendekatan dua
peubah tersebut dapat diperoleh suatu model estimasi populasi;
2) mendapatkan estimasi populasi owa jawa di TN. Gunung Halimun-Salak
berdasarkan penelitian di hutan primer dan sekunder;
3) memperoleh informasi tentang pengaruh fragmentasi terhadap kepadatan
dan ukuran kelompok owa jawa;
4) memperoleh perbedaan daerah jelajah berdasarkan kondisi habitat yang
dihuni.

4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1) informasi kerapatan pohon pakan dan pohon tidur dapat digunakan dalam
memprediksi kepadatan populasi owa jawa, sedangkan kepadatan populasi
dapat dipakai dalam menduga populasi owa jawa. Model estimasi populasi
bermanfaat dalam menduga estimasi populasi owa jawa di TN. Gunung
Halimun-Salak dan di kawasan lainnya;
2) informasi populasi owa jawa dapat digunakan sebagai dasar dalam
melakukan pengelolaan habitat dan mengidentifikasi potensi ancaman
terhadap spesies tersebut;
3) fragmentasi habitat dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan
tindakan pengelolaan sebagai upaya melindungi populasi owa jawa;
4) perbedaan luas daerah jelajah dapat dijadikan sebagai indikasi baiknya suatu
habitat yang dihuni.

Hipotesis
Dalam penelitian kajian habitat dan populasi owa jawa di TN. Gunung
Halimun-Salak, dapat dikemukakan beberapa hipotesis:
1) populasi dan sebaran owa jawa di kawasan hutan pegunungan sangat erat
hubungannya dengan sebaran dan kerapatan pohon pakan dan pohon tidur;
2) pergerakan owa jawa selain dipengaruhi oleh ketersediaan pohon pakan dan
pohon tidur, dipengaruhi pula oleh kondisi habitatnya;
3) fragmentasi habitat berpengaruh terhadap komposisi dan ukuran kelompok
serta kepadatan populasi owa jawa.
Latar belakang penelitian dan kondisi yang menyebabkan keadaan
tersebut serta penelitian yang dilakukan sebagai upaya memperoleh informasi
populasi owa jawa dan potensi habitatnya, terangkum dalam kerangka pemikiran
seperti disajikan pada Gambar 1.

5

Kerangka Pemikiran

Populasi Owa Jawa

Penurunan daya dukung habitat:
• terbatas pada kawasan yang
dilindungi (taman nasional, cagar
alam dan hutan lindung)
• fragmentasi
• konversi lahan
• estimasi hilangnya habitat owa
jawa: 96% (MacKinnon 1980)

Analisis
vegetasi

Analisis pohon
pakan

• Jumlah dan
jenis vegetasi
• Indeks Nilai
Penting

Penurunan jumlah populasi:
• endemik
• kritis (critically endangered)
• appendiks I (CITES)
• estimasi populasi 4.000-4.500
individu (Nijman 2004)

• Penelitian populasi
• Model estimasi populasi
• Potensi ancaman

Analisis
pohon tidur

• Jumlah dan jenis
vegetasi
• Indeks Nilai Penting
• Profil pohon






Kepadatan populasi
Kepadatan kelompok
Ukuran populasi
Karakteristik populasi

• Parameter daya dukung habitat • Parameter populasi

Model estimasi populasi

Prediksi dinamika populasi

• Manajemen habitat
• Kontrol kawasan secara efektif
terutama pada pohon pakan dan
pohon tidur
• Pemberlakuan hukum secara tegas

• Manajemen populasi
• Kontrol kawasan secara rutin dan
efektif terutama pada owa
• Pemberlakuan hukum secara tegas

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian (Modifikasi dari Bailey 1984)

TINJAUAN PUSTAKA
Habitat
Habitat adalah suatu kawasan yang dapat memenuhi semua kebutuhan
dasar populasi, yakni kebutuhan

terhadap sumber pakan, air dan tempat

berlindung (Alikodra 2002). Owa jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa
yang keberadaannya saat ini terbatas pada kawasan taman nasional dan hutan
lindung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penyebarannya terutama di Taman
Nasional Gunung Halimun, Gunung Gede, TN. Ujung Kulon, Gunung Simpang,
Leuweung Sancang, dan Gunung Tilu (Kappeler 1984; Nijman dan Van Ballen
1998). Secara spesifik, habitat owa jawa adalah hutan tropika, mulai dataran
rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 0-1.600 m di atas permukaan laut
(Massicot 2001; CII 2000; Rinaldi 1999), sedangkan Rowe (1996) menyatakan
bahwa habitat owa jawa adalah hutan primer dan sekunder serta hutan hujan
tropika dari ketinggian setara permukaan laut sampai 1.500 m dpl. Hutan hujan
tropika di bawah ketinggian 1.500 m dpl. merupakan habitat eksklusif bagi owa
jawa (CII 2000; Kappeler 1981) karena beberapa sebab, yaitu 1) spesies
tumbuhan hutan di atas ketinggian 1.500 m dpl bukan merupakan sumber pakan,
dan 2) banyaknya lumut yang menutupi pepohonan menyulitkan owa jawa
melakukan pergerakan atau perpindahan. Rowe (1996) menyatakan bahwa pada
wilayah di atas ketinggian 1.500 m dpl, hanya terdapat sedikit spesies tumbuhan,
dan jenis tumbuhan tersebut tidak sesuai untuk dimanfaatkan dalam melakukan
pergerakan dari satu pohon ke pohon lain. Selain itu, suhu di atas 1.500 m dpl.
lebih rendah dibandingkan suhu di bawah ketinggian tersebut.
Owa jawa adalah satwa yang benar-benar hidup arboreal sehingga
membutuhkan hutan dengan kanopi antar pohon yang berdekatan. Habitat yang
sesuai bagi owa jawa adalah 1) hutan dengan tajuk yang relatif tertutup, 2) tajuk
pohon tersebut memiliki cabang horizontal, dan 3) habitat yang memiliki sumber
pakan yang tersedia sepanjang tahun (Kappeler 1984). Owa jawa sangat jarang
turun ke permukaan tanah, dan menggunakan sebagian besar waktunya di tajuk
pohon bagian atas, sehingga kelangsungan hidupnya tergantung pada pohon
sebagai pelindung dan sumber pakan (Kuester 2000). Faktor utama yang
membatasi

penyebaran

owa

jawa

adalah

struktur

ketinggian

pohon

7
untuk melakukan aktivitas bergelayutan (branchiation), serta keragaman floristik
yang berkaitan dengan variasi persediaan pakan spesies tersebut (Kappeler
1984a).
Persentase hilangnya hutan antara tahun 1980 dan 1995 di beberapa
negara di dunia antara lain: Afrika 10,5%; Amerika Latin dan Karibia 9,7%; Asia
dan Oceania 6,4%, sedangkan rerata hilangnya luas hutan pada negara-negara
yang memiliki primata adalah 125.140 km2 (Chapman dan Peres 2001). Di
Indonesia, luas habitat owa jawa menyusut sekitar 96% dari semula memiliki
habitat seluas 43.274 km2 menjadi sekitar 1.608 km2 akibat pertumbuhan
penduduk di Pulau Jawa yang sangat pesat (CII 2000). Prediksi hilangnya habitat
di beberapa kawasan yang dihuni owa jawa menunjukkan persentase yang
bervariasi: Cagar Alam Gunung Simpang, hampir kehilangan 15% (dari 15.000
ha); TN. Ujung Kulon kehilangan 4% dari 76.100 ha; dan TN. Gunung Halimun
kehilangan 2,5% dari 42.000 ha luas kawasannya (Supriatna 2006).
Kerusakan habitat yang disebabkan oleh kegiatan penebangan selain
menyebabkan populasi owa jawa menurun, juga menyebabkan perubahan
tingkah laku pada beberapa spesies, diantaranya: 1) Lar gibbon (Hylobates lar)
menunjukkan kecenderungan peningkatan tingkah laku berdiam diri dan
menghindar, sedangkan tingkah laku bersuara menurun; 2) pola aktivitas pada
H. Lar dan Presbytis melalophos menunjukkan peningkatan waktu istirahat dan
penurunan pada aktivitas makan dan bergerak; 3) pada kedua spesies tersebut
terjadi perpindahan dari kanopi atas ke bagian tengah; 4) pada saat terjadi
gangguan yang sangat tinggi, aktivitas saling bersuara gibbon sering terhenti,
dan tingkat bersuara tersebut akan tetap mengalami tekanan sampai beberapa
tahun setelah aktivitas penebangan berhenti (Johns 1986). Akibat dari kerusakan
hutan yang terjadi, maka habitat yang dapat dihuni owa jawa semakin sempit dan
hanya tersisa terutama di Pulau Jawa bagian barat dan sebagian Jawa Tengah,
seperti disajikan pada Gambar 2 (Nijman 2001).

8

Gambar 2. Habitat Owa Jawa (Nijman 2001)
Gibbon lebih menyukai pohon tinggi untuk melakukan aktivitasnya. Pada
kondisi hutan yang terganggu, aktivitas gibbon berubah dari kanopi bagian atas
ke bagian tengah seperti ditunjukkan H. Lar dan H. Moloch pada Gambar 3.

Gambar 3. Persentase Penggunaan Kanopi oleh Dua Spesies Hylobates
pada Hutan Terganggu dan Tidak Terganggu (Nijman 2006)
Owa jawa diketahui hanya dapat diidentifikasi pada ketinggian tertentu.
Pasang (1989) mengidentifikasi kelompok owa jawa di TN. Gunung Halimun
pada ketinggian 1.250 m dpl. Walaupun sebagian peneliti menyatakan bahwa
ketinggian 1.600 m dpl. merupakan posisi tertinggi sebaran owa jawa, terdapat
laporan yang menyatakan bahwa spesies tersebut diidentifikasi pula pada
ketinggian 2.400 m dpl. (Kool 1992; Nijman dan Van Balen 1998). Faktor-faktor

9
yang membatasi penyebaran owa jawa berdasarkan ketinggian tempat (Balai
Taman Nasional Gunung Halimun 1997):
1) struktur dan kerapatan pohon membatasi perilaku pergerakan dari satu tajuk
ke tajuk lain,
2) keragaman komposisi floristik yang relatif rendah menyebabkan kurangnya
potensi dan keragaman pakan, dan
3) rendahnya temperatur pada malam hari.

Pohon Pakan
Pada dasarnya, sumber pakan satwa primata dibedakan ke dalam tiga
kategori (Fleagle 1988):
1. struktural, yaitu bagian tumbuhan yang meliputi daun, batang, cabang, dan
materi tumbuhan lainnya yang mengandung struktur karbohidrat (selulosa);
2. bagian reproduktif, yaitu organ tumbuhan seperti tunas bunga, bunga dan
buah (matang atau mentah);
3. materi dari hewan, yaitu makanan yang berasal dari hewan baik vertebrata
maupun invertebrata.
Pohon pakan adalah jenis pohon yang dimanfaatkan owa jawa sebagai
sumber pakan. Bagian pohon yang biasanya dimanfaatkan adalah buah, daun,
dan bunga. Kelompok gibbon pada umumnya mengkonsumsi buah matang
dalam proporsi yang tinggi (Geissmann 2004). Persentase jenis pakan tertinggi
adalah buah-buahan matang (61%), daun-daunan (38%) dan bunga (1%)
(Kappeler 1984; Rowe 1996; Kuester 1999).
Terdapat 125 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan gibbon sebagai sumber
pakan, terdiri dari 108 jenis pohon, 14 jenis tumbuhan liana, dua jenis tumbuhan
palma dan satu jenis epifit. Jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber
pakan adalah Dillenia excelsa (Jack) Gilg, Dracontomelon mangiferum Blume,
Garcinia dioica Blume, Ficus callosa Willd., Saccopetalum horsfieldii (Benn.)
Baillon ex. Pierre, Ficus variegata Blume, Eugenia polyanta Wright, Flacourtia
rukam Zoll. & Moritzi, Bridelia minutiflora Hook.f. dan Antidesma bunius Sprengel
(Kappeler 1984). Berdasarkan hasil penelitiannya, Rinaldi (1999) menyatakan
terdapat 27 jenis tumbuhan yang merupakan sumber pakan owa jawa di TN.
Ujung Kulon, diantaranya adalah purut (Parartocarpus veneroso), kiara koang
(Schefflera macrostachya Jacq), kiara beunyeur (Ficus callopylla Blume), dahu

10
(Dracontomelon puberulum Miq) dan kicalung (Diospyros hermaphroditica
Bakh.).
Pohon pakan dan pohon tidur merupakan bagian habitat yang memiliki
peranan sangat penting bagi kehidupan gibbon. Buah-buahan merupakan
sumber pakan utama gibbon dibandingkan bagian lain pada pohon pakan
tersebut

(Whiten

1982).

Walaupun

demikian,

gibbon

diidentifikasi

pula

mengkonsumsi pucuk daun, tangkai muda, bunga dan beberapa hewan
invertebrata (Gittins 1982).
Jenis pohon dari famili Moraceae dan Euphorbiaceae merupakan pohon
yang paling umum digunakan sebagai sumber pakan bagi gibbon. Jenis pohon
lain yang sering digunakan sebagai sumber pakan berasal dari famili
Leguminosae,

Myrtaceae,

Annonacea,

Rubiaceae,

Guttiferaceae

dan

Anacardiaceae (Chivers 2000).
Spesies yang memiliki sumber pakan sama dengan owa jawa adalah dua
spesies lutung (Presbytis aygula, P. cristatus), monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), bajing (Ratufa bicolor), kelelawar (Pteropus vampyrus) dan tiga
spesies rangkong (Anthracoceros convexus, Buceros rhinoceros, Rhyticerus
undulates) (Kappeler 1981). Berdasarkan kesamaan sumber pakan tersebut, di
TN. Ujung Kulon, owa jawa bersaing dalam menggunakan sumber pakan dengan
spesies satwa primata lain, yaitu surili (P. comata), lutung (Trachipithecus
auratus), dan monyet ekor panjang (M. fascicularis) (Iskandar 2001).
Pohon Tidur
Pohon tidur adalah jenis pohon yang digunakan owa jawa sebagai tempat
tidur dan tempat berlindung dari predator. Pohon tidur pada sebagian satwa
primata merupakan salah satu tempat yang dipertahankan dari gangguan
kelompok lain dan merupakan core area dari spesies tersebut. Core area adalah
lokasi tertentu di dalam daerah jelajah yang dipertahankan secara intensif
terhadap gangguan kelompok lain. Pemilihan tempat untuk istirahat dan tidur
dilakukan secara hati-hati sehingga diperoleh lokasi yang benar-benar cocok
(Fruth dan McGrew 1998). Pada umumnya, pohon yang dipilih sebagai pohon
tidur adalah pohon yang cukup tinggi, rindang dan rimbun sehingga selain bisa
terhindar dari predator, dapat pula digunakan untuk berlindung dari perubahan
cuaca (Reichard 1998).

11
Gibbon akan melakukan perpindahan pohon tidur secara berkala. Jantan
dan betina tidur pada pohon yang berbeda. Pada saat berada di pohon tidur,
gibbon tidak akan bersuara untuk menghindari bahaya (Islam dan Feeroz 1992).
Setelah melakukan jelajah harian, owa jawa akan kembali ke pohon tidur
beberapa jam sebelum matahari terbenam, dan tinggal di pohon tersebut sampai
kira-kira 14-17 jam. Biasanya betina dewasa dan bayi menuju pohon tidur
terlebih dahulu, diikuti juvenil atau anak yang beranjak dewasa, dan terakhir
jantan dewasa (Reichard 1998). Rerata waktu yang digunakan Hylobates moloch
di pohon tidur di kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang adalah 13,05 jam
(Malone et al. 2006).
Pohon tidur dan pohon yang digunakan pada saat bersuara merupakan
tempat penting di dalam teritori gibbon. Terdapat banyak pohon tidur yang
digunakan gibbon pada satu lokasi. Banyaknya jumlah pohon tidur tersebut
berperan penting dalam mempertahankan kehangatan (Gittins 1982).

Owa Jawa (Hylobates moloch)
Klasifikasi dan Taksonomi
Genus Hylobates dikelompokkan ke dalam empat subgenus, yaitu
Bunopithecus, Hylobates, Nomascus dan Sympalangus seperti disajikan pada
Ta