Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert, 1798) Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat

(1)

STUDI PERILAKU BERSUARA OWA JAWA (

Hylobates moloch

Audebert, 1798) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

SALAK, PROVINSI JAWA BARAT

RAHAYU OKTAVIANI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

STUDI PERILAKU BERSUARA OWA JAWA (

Hylobates moloch

Audebert, 1798) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

SALAK, PROVINSI JAWA BARAT

RAHAYU OKTAVIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

SUMMARY

Study of Calling Behavior in Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1798) at Gunung Halimun Salak National Park, Province of West Java. By Rahayu Oktaviani under supervision Ir. Dones Rinaldi, MSc. F.

The Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1798) is a endemic primate of Java. This species dependent on high continous canopy in low land and mountain rain forests. Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) has the largest primary rain forest left on Java and regarded as the remaining stronghold for Javan Gibbon. One of their special charactheristic is calling behavior that have several functions like spacing among groups. The aims of the research are to knowing daily activities patterns and types of vocal bouts in Javan Gibbon also to identified the factors that influenced their calling behavior. The research can be considered as an action to perfecting informations in population management of Javan Gibbon and in the interest of ecotourism activities at GHSNP.

The research was conducted in Cikaniki to Citalahab for two months from July until August 2008. The equipments were used are camera, binocular, dry-wet thermometer, microphone, SAFA Z300 digital recorder, range finder, tallysheet and stationery. The objects are two groups of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1798). Monitoring was done with scan sampling method and to collecting data used continous recording method. Spectogram from Spectogram 16 software used for analysing acoustic data.

Daily activities of Javan Gibbon consist of four primary activities that are eating, moving, resting and social activities such as grooming, playing and calling with mean active time 11 hours. Calling behavior happened all day in their active time, but mostly around 10:00–11:00 AM. This species used total of 25 different calling trees with average height 23 meters and they are often using Rasamala (Altingia excelsa). Body postures while Javan Gibbon calling are sitting, hanging, jumping and standing. Five types of vocal bouts are female song bout, male song bout, harassing call bout, border conflict call bout and infant call bout. Female song bout were heard in the morning around 07:00-08:00 AM with mean duration seven minutes and acoustic frequency 0-3 KHz. Mean duration of male song bout is 12 minutes and 36 seconds with the acoustic frequency 0-1,6 KHz. Harassing call bout mostly heard around 10:00-11:00 AM with mean duration 15 seconds and acoustic frequency 0,4-1,3 KHz. Mean duration of border conflict call bout is 12 minutes with acoustic frequency 0-6,5 KHz. Infant call bout given as a response when the infant needed protection from their mother. It has mean duration eight seconds with acoustic frequency 5,2-8,1 KHz.

Conclusions from this research are Javan Gibbon have four primary activities that consists of eating, moving, resting and social activities with mean duration of active time 11 hours and calling time of Javan Gibbon most happened on 10:00 AM. Five types of vocal bouts are female song bout, male song bout, harassing call bout, border conflict call bout and infant call bout. Factors that influenced of calling behavior are size of group, existence number of neighbouring group, weather, food resources, threatened and disturbing habitat. Keywords : Javan Gibbon, Acoustic, Calling behavior.


(4)

RINGKASAN

Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat. Oleh Rahayu Oktaviani di bawah bimbingan Ir. Dones Rinaldi, MSc. F.

Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) merupakan primata endemik pulau Jawa yang hidupnya tergantung kepada keberadaan hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan dengan tajuk pepohonan yang rapat. Salah satu habitat yang sesuai bagi Owa Jawa terdapat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). TNGHS merupakan hutan hujan tropis basah pegunungan yang terluas dan tersisa di pulau Jawa. Untuk menjaga kelestarian Owa Jawa, diperlukan data dan informasi mengenai populasi dan perilakunya. Salah satu perilaku unik yang dikeluarkan Owa Jawa untuk menyatakan keberadaannya kepada kelompok lain adalah melalui perilaku bersuara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola aktifitas harian, tipe suara yang dikeluarkan Owa Jawa serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyempurnaan pengelolaan populasi dan habitat Owa Jawa serta dapat bermanfaat dalam kegiatan ekowisata di kawasan TNGHS.

Kegiatan pengamatan dilakukan di wilayah Cikaniki sampai Citalahab. Alat yang digunakan adalah kamera, binokuler, termometer basah dan kering, mikrofon, digital recorder SAFA tipe Z300, range finder, tallysheet, dan alat tulis. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan adalah dua kelompok Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798). Metode pengamatan menggunakan scan sampling dan pencatatan data dilakukan dengan metode continous recording. Data suara yang diperoleh dipaparkan dalam bentuk spektogram melalui software Spectogram 16.

Rata-rata waktu aktif Owa Jawa adalah 11 jam dengan empat aktifitas utama, yaitu makan, berpindah, diam (istirahat) dan aktifitas sosial (berkutu-kutuan, bermain dan bersuara). Aktifitas bersuara berlangsung sepanjang hari dalam waktu aktifnya tetapi cenderung terjadi pukul 10:00-11:00 WIB. Owa Jawa memilih pepohonan pada tajuk bagian tengah sampai tajuk bagian atas. Pepohonan ini memiliki ketinggian tajuk rata-rata 23 m. Pohon dominan yang dipilih Owa Jawa (calling tree) adalah Rasamala (Altingia excelsa). Variasi sikap tubuh yang dilakukan selama bersuara adalah duduk, bergantung, loncat dan berdiri. Owa Jawa memiliki lima tipe suara yang berbeda yaitu suara betina dewasa (female song bout), suara jantan dewasa (male song bout), suara akibat gangguan (harassing call bout), suara akibat konflik batas wilayah (border conflict call bout) dan suara anakan (infant call bout). Suara betina dewasa terdengar di pagi hari pada pukul 07:00-08:00 WIB dengan durasi rata-rata tujuh menit dan selang frekuensi suara 0-3,0 KHz. Suara jantan dewasa memiliki durasi rata-rata 12 menit 36 detik dengan selang frekuensi 0-1,6 KHz. Suara akibat gangguan berdurasi rata-rata 15 detik dengan selang frekuensi 0,4-1,3 KHz.


(5)

Waktu bersuara tipe suara ini tersebar hampir merata selama waktu aktifnya, tetapi cenderung terjadi pukul 10:00-11:00 WIB. Suara akibat konflik batas wilayah berdurasi rata-rata 12 menit dengan selang frekuensi 0-6,5 KHz. Tipe suara ini dilakukan oleh seluruh individu Owa Jawa. Sedangkan suara anakan muncul saat anakan merasa terancam dan meminta perlindungan induknya dengan durasi rata-rata delapan detik dan selang frekuensi antara 5,2-8,1 KHz.

Kesimpulan dari penelitian adalah rata-rata waktu aktif Owa Jawa di TNGHS adalah 11 jam dengan empat aktifitas utama yaitu makan, berpindah, diam (istirahat) dan aktifitas sosial (berkutu-kutuan, bermain dan bersuara). Waktu dominan Owa Jawa bersuara terjadi pada pukul 10:00 WIB. Lima tipe suara yang dikeluarkan Owa Jawa berdasarkan jenis kelamin dan akustik (suara) yang dikeluarkan adalah suara betina dewasa (female song bout), suara jantan dewasa (male song bout), suara akibat gangguan (harassing call bout), suara akibat konflik batas wilayah (border conflict call bout) dan suara anakan (infant call bout). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara Owa Jawa yaitu ukuran kelompok, keberadaan kelompok Owa Jawa lain di sekitar homerangenya, faktor cuaca, ketersediaan sumberdaya, adanya gangguan dan ancaman serta kerusakan habitat.


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2009

Rahayu Oktaviani NRP. E34104051


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan seluruh karunia, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch

Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat” di bawah bimbingan Ir. Dones Rinaldi, MSc. F. ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Skripsi ini memuat pokok bahasan mengenai perilaku bersuara Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), khususnya di wilayah Cikaniki sampai Citalahab. Diharapkan informasi yang diberikan di dalam skripsi ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pengelolaan populasi dan habitat Owa Jawa sehingga kelestarian satwa liar ini dapat terjaga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dalam skripsi ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2009


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Marjuni dan Ibu Siti Aisyah. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1991 di TK Mutiara Depok, kemudian melanjutkan ke SDN 2 Depok dan dilanjutkan ke SMPN 2 Depok. Lalu penulis menyelesaikan studinya di SMAN 109 Jakarta. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan di Kelompok Pemerhati Herpetofauna ‘Python’ (KPH) Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA), anggota divisi Tree Climbing Division (TCD) Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fahutan IPB dan aktif sebagai volunteer pada Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS).

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa antara lain Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) HIMAKOVA di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan 2007, Panitia Peresmian Conservation Information Mobile (CIMO) dan Talkshow Hutan Sumatera Sebagai Situs Warisan Dunia di Manggala Wana Bhakti, Departemen Kehutanan Jakarta 2007 serta Panitia Seminar Herpetofauna Indonesia di Cimahpar, Bogor 2007.

Praktek yang pernah diikuti penulis terdiri dari Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) yang meliputi Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Cagar Alam Kamojang dan Leuweung Sancang serta Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Ciamis, Jawa Barat pada tahun 2007 serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi Jawa Timur tahun 2008.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian karya ilmiah dengan judul Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat dibimbing oleh Ir. Dones Rinadi, MSc. F.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, kesempatan, kekuatan serta ampunan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian karya ilmiah ini. Shalawat dan Salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah AWT Sang Maha Pemilik Segala, untuk kesempatan mencari makna dalam h.i.d.u.p menakjubkan yang telah Ia berikan.

2. keluarga abstrak yang tetap dan selalu membanggakan : Ibu dan Bapak as my best superheroes in my world serta adikku Fahrun Annisa untuk segala cinta tak terbatas, dukungan dan doa yang terus mengalir. Doa kalian hidupku. 3. Ir. Dones Rinaldi, MSc. F. untuk segala bimbingan, arahan, nasihat dan

tentunya kesabaran selama menjadi pembimbing skripsi.

4. Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS sebagai wakil penguji Departemen Manajemen Hutan dan Ir. Rita Kartikasari, M.Si sebagai wakil penguji dari Departemen Hasil Hutan untuk kesediaannya menjadi dosen penguji dan untuk kesabaran serta arahan bagi penulis.

5. Staf KPAP KSH untuk segala kebaikan dan ketabahan mengurus segala administrasi yang diperlukan.

6. Mr. Sanha Kim dan Mrs. Susan Michelle Lapan untuk kesempatan dan segala bantuan selama penelitian.

7. Keluarga abah Jaya, mang Engkos, Mas Aris, Sahri dan Nuy untuk keikhlasan, keramahan, kebaikan hati dan segala bantuan selama penelitian. 8. Bapak-bapak Polisi Hutan di Cikaniki TNGHS untuk keramahan dan bantuan

dalam mengidentifikasi calling tree.

9. Keluarga besar Fakultas Kehutanan khususnya rekan-rekan THH, BDH, MNH dan rekan-rekan dari D3 angkatan 41 untuk persahabatan yang terjalin. 10. Keluarga besar Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) R-IX 001-020 (Lanjar,

Imam, Qwill, Ririn, Didie, Budi, Meita, Pman, Jeumpy, Ipul, Hendri, Hari, Kirana, Tiche, Awan, Tingting, Daniel, Mamat dan Adi), RVIII-RXII untuk


(10)

persaudaraan, gelak tawa, tangisan, makian dan jejak langkah yang pernah ditorehkan bersama. HIDUP RIMPALA!!!

11. Keluarga besar HIMAKOVA kepemimpinan Husein Mukmin (Uceng) khususnya Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) untuk kesempatan belajar dan segala pengalaman yang pernah hadir.

12. The big family of KSH 41 for the opportunity as apart of you all. Though miles may lie between us, we’re never far apart; friendship doesn’t count miles, it measured by the heart... Coming rendezvous on february, 20th 2020! Jargon yang terus ada sepanjang masa : Kita Memang Beda! No matter where are you come from, which organization do you choose, we’re still the big family of KSH 41!

13. Rekan seperjalanan dan seperjuangan, Alamanda ‘Butet’ Sardjito Putri, untuk kesediaannya berbagi hujan dan mentari bersama selama penelitian.

14. Sahabat terdahsyat yang pernah ada, Della Rosmeilia Pasha untuk dukungan dan arti 9 tahun persahabatan yang semoga tidak akan pernah pudar.

15. Sahabat-sahabat terbaik yang semakin melengkapi hidup : Bangkai, Ungko, Heri, Ichan, Ocin, Nira, Nisa, Sukma, Manda, Rini dan Lanjar untuk persahabatan, kepercayaan dan pembelajaran penuh arti. Thank you for leaving some footprints in my heart.

16. Penghuni NusaKambangan sel 1-4 : Tikul, Rofa, Ipung dan Linda untuk kesediaan berbagi selama 2,5 tahun terakhir serta penghuni IC 33B sebagai bapak rumah tangga untuk gelak tawa, kebodohan, insiden dan segala moment yang pernah ada.

17. Andi Nugraha Cahyana untuk satu makna tentang hujan, matahari, bintang dan lautan. Thank you for being there and being you.

18. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu untuk segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Februari, 2009


(11)

STUDI PERILAKU BERSUARA OWA JAWA (

Hylobates moloch

Audebert, 1798) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

SALAK, PROVINSI JAWA BARAT

RAHAYU OKTAVIANI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

STUDI PERILAKU BERSUARA OWA JAWA (

Hylobates moloch

Audebert, 1798) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

SALAK, PROVINSI JAWA BARAT

RAHAYU OKTAVIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

SUMMARY

Study of Calling Behavior in Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1798) at Gunung Halimun Salak National Park, Province of West Java. By Rahayu Oktaviani under supervision Ir. Dones Rinaldi, MSc. F.

The Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1798) is a endemic primate of Java. This species dependent on high continous canopy in low land and mountain rain forests. Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) has the largest primary rain forest left on Java and regarded as the remaining stronghold for Javan Gibbon. One of their special charactheristic is calling behavior that have several functions like spacing among groups. The aims of the research are to knowing daily activities patterns and types of vocal bouts in Javan Gibbon also to identified the factors that influenced their calling behavior. The research can be considered as an action to perfecting informations in population management of Javan Gibbon and in the interest of ecotourism activities at GHSNP.

The research was conducted in Cikaniki to Citalahab for two months from July until August 2008. The equipments were used are camera, binocular, dry-wet thermometer, microphone, SAFA Z300 digital recorder, range finder, tallysheet and stationery. The objects are two groups of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1798). Monitoring was done with scan sampling method and to collecting data used continous recording method. Spectogram from Spectogram 16 software used for analysing acoustic data.

Daily activities of Javan Gibbon consist of four primary activities that are eating, moving, resting and social activities such as grooming, playing and calling with mean active time 11 hours. Calling behavior happened all day in their active time, but mostly around 10:00–11:00 AM. This species used total of 25 different calling trees with average height 23 meters and they are often using Rasamala (Altingia excelsa). Body postures while Javan Gibbon calling are sitting, hanging, jumping and standing. Five types of vocal bouts are female song bout, male song bout, harassing call bout, border conflict call bout and infant call bout. Female song bout were heard in the morning around 07:00-08:00 AM with mean duration seven minutes and acoustic frequency 0-3 KHz. Mean duration of male song bout is 12 minutes and 36 seconds with the acoustic frequency 0-1,6 KHz. Harassing call bout mostly heard around 10:00-11:00 AM with mean duration 15 seconds and acoustic frequency 0,4-1,3 KHz. Mean duration of border conflict call bout is 12 minutes with acoustic frequency 0-6,5 KHz. Infant call bout given as a response when the infant needed protection from their mother. It has mean duration eight seconds with acoustic frequency 5,2-8,1 KHz.

Conclusions from this research are Javan Gibbon have four primary activities that consists of eating, moving, resting and social activities with mean duration of active time 11 hours and calling time of Javan Gibbon most happened on 10:00 AM. Five types of vocal bouts are female song bout, male song bout, harassing call bout, border conflict call bout and infant call bout. Factors that influenced of calling behavior are size of group, existence number of neighbouring group, weather, food resources, threatened and disturbing habitat. Keywords : Javan Gibbon, Acoustic, Calling behavior.


(14)

RINGKASAN

Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat. Oleh Rahayu Oktaviani di bawah bimbingan Ir. Dones Rinaldi, MSc. F.

Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) merupakan primata endemik pulau Jawa yang hidupnya tergantung kepada keberadaan hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan dengan tajuk pepohonan yang rapat. Salah satu habitat yang sesuai bagi Owa Jawa terdapat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). TNGHS merupakan hutan hujan tropis basah pegunungan yang terluas dan tersisa di pulau Jawa. Untuk menjaga kelestarian Owa Jawa, diperlukan data dan informasi mengenai populasi dan perilakunya. Salah satu perilaku unik yang dikeluarkan Owa Jawa untuk menyatakan keberadaannya kepada kelompok lain adalah melalui perilaku bersuara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola aktifitas harian, tipe suara yang dikeluarkan Owa Jawa serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyempurnaan pengelolaan populasi dan habitat Owa Jawa serta dapat bermanfaat dalam kegiatan ekowisata di kawasan TNGHS.

Kegiatan pengamatan dilakukan di wilayah Cikaniki sampai Citalahab. Alat yang digunakan adalah kamera, binokuler, termometer basah dan kering, mikrofon, digital recorder SAFA tipe Z300, range finder, tallysheet, dan alat tulis. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan adalah dua kelompok Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798). Metode pengamatan menggunakan scan sampling dan pencatatan data dilakukan dengan metode continous recording. Data suara yang diperoleh dipaparkan dalam bentuk spektogram melalui software Spectogram 16.

Rata-rata waktu aktif Owa Jawa adalah 11 jam dengan empat aktifitas utama, yaitu makan, berpindah, diam (istirahat) dan aktifitas sosial (berkutu-kutuan, bermain dan bersuara). Aktifitas bersuara berlangsung sepanjang hari dalam waktu aktifnya tetapi cenderung terjadi pukul 10:00-11:00 WIB. Owa Jawa memilih pepohonan pada tajuk bagian tengah sampai tajuk bagian atas. Pepohonan ini memiliki ketinggian tajuk rata-rata 23 m. Pohon dominan yang dipilih Owa Jawa (calling tree) adalah Rasamala (Altingia excelsa). Variasi sikap tubuh yang dilakukan selama bersuara adalah duduk, bergantung, loncat dan berdiri. Owa Jawa memiliki lima tipe suara yang berbeda yaitu suara betina dewasa (female song bout), suara jantan dewasa (male song bout), suara akibat gangguan (harassing call bout), suara akibat konflik batas wilayah (border conflict call bout) dan suara anakan (infant call bout). Suara betina dewasa terdengar di pagi hari pada pukul 07:00-08:00 WIB dengan durasi rata-rata tujuh menit dan selang frekuensi suara 0-3,0 KHz. Suara jantan dewasa memiliki durasi rata-rata 12 menit 36 detik dengan selang frekuensi 0-1,6 KHz. Suara akibat gangguan berdurasi rata-rata 15 detik dengan selang frekuensi 0,4-1,3 KHz.


(15)

Waktu bersuara tipe suara ini tersebar hampir merata selama waktu aktifnya, tetapi cenderung terjadi pukul 10:00-11:00 WIB. Suara akibat konflik batas wilayah berdurasi rata-rata 12 menit dengan selang frekuensi 0-6,5 KHz. Tipe suara ini dilakukan oleh seluruh individu Owa Jawa. Sedangkan suara anakan muncul saat anakan merasa terancam dan meminta perlindungan induknya dengan durasi rata-rata delapan detik dan selang frekuensi antara 5,2-8,1 KHz.

Kesimpulan dari penelitian adalah rata-rata waktu aktif Owa Jawa di TNGHS adalah 11 jam dengan empat aktifitas utama yaitu makan, berpindah, diam (istirahat) dan aktifitas sosial (berkutu-kutuan, bermain dan bersuara). Waktu dominan Owa Jawa bersuara terjadi pada pukul 10:00 WIB. Lima tipe suara yang dikeluarkan Owa Jawa berdasarkan jenis kelamin dan akustik (suara) yang dikeluarkan adalah suara betina dewasa (female song bout), suara jantan dewasa (male song bout), suara akibat gangguan (harassing call bout), suara akibat konflik batas wilayah (border conflict call bout) dan suara anakan (infant call bout). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara Owa Jawa yaitu ukuran kelompok, keberadaan kelompok Owa Jawa lain di sekitar homerangenya, faktor cuaca, ketersediaan sumberdaya, adanya gangguan dan ancaman serta kerusakan habitat.


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2009

Rahayu Oktaviani NRP. E34104051


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan seluruh karunia, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch

Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat” di bawah bimbingan Ir. Dones Rinaldi, MSc. F. ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Skripsi ini memuat pokok bahasan mengenai perilaku bersuara Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), khususnya di wilayah Cikaniki sampai Citalahab. Diharapkan informasi yang diberikan di dalam skripsi ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pengelolaan populasi dan habitat Owa Jawa sehingga kelestarian satwa liar ini dapat terjaga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dalam skripsi ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2009


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Marjuni dan Ibu Siti Aisyah. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1991 di TK Mutiara Depok, kemudian melanjutkan ke SDN 2 Depok dan dilanjutkan ke SMPN 2 Depok. Lalu penulis menyelesaikan studinya di SMAN 109 Jakarta. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan di Kelompok Pemerhati Herpetofauna ‘Python’ (KPH) Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA), anggota divisi Tree Climbing Division (TCD) Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fahutan IPB dan aktif sebagai volunteer pada Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS).

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa antara lain Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) HIMAKOVA di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan 2007, Panitia Peresmian Conservation Information Mobile (CIMO) dan Talkshow Hutan Sumatera Sebagai Situs Warisan Dunia di Manggala Wana Bhakti, Departemen Kehutanan Jakarta 2007 serta Panitia Seminar Herpetofauna Indonesia di Cimahpar, Bogor 2007.

Praktek yang pernah diikuti penulis terdiri dari Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) yang meliputi Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Cagar Alam Kamojang dan Leuweung Sancang serta Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Ciamis, Jawa Barat pada tahun 2007 serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi Jawa Timur tahun 2008.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian karya ilmiah dengan judul Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat dibimbing oleh Ir. Dones Rinadi, MSc. F.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, kesempatan, kekuatan serta ampunan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian karya ilmiah ini. Shalawat dan Salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah AWT Sang Maha Pemilik Segala, untuk kesempatan mencari makna dalam h.i.d.u.p menakjubkan yang telah Ia berikan.

2. keluarga abstrak yang tetap dan selalu membanggakan : Ibu dan Bapak as my best superheroes in my world serta adikku Fahrun Annisa untuk segala cinta tak terbatas, dukungan dan doa yang terus mengalir. Doa kalian hidupku. 3. Ir. Dones Rinaldi, MSc. F. untuk segala bimbingan, arahan, nasihat dan

tentunya kesabaran selama menjadi pembimbing skripsi.

4. Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS sebagai wakil penguji Departemen Manajemen Hutan dan Ir. Rita Kartikasari, M.Si sebagai wakil penguji dari Departemen Hasil Hutan untuk kesediaannya menjadi dosen penguji dan untuk kesabaran serta arahan bagi penulis.

5. Staf KPAP KSH untuk segala kebaikan dan ketabahan mengurus segala administrasi yang diperlukan.

6. Mr. Sanha Kim dan Mrs. Susan Michelle Lapan untuk kesempatan dan segala bantuan selama penelitian.

7. Keluarga abah Jaya, mang Engkos, Mas Aris, Sahri dan Nuy untuk keikhlasan, keramahan, kebaikan hati dan segala bantuan selama penelitian. 8. Bapak-bapak Polisi Hutan di Cikaniki TNGHS untuk keramahan dan bantuan

dalam mengidentifikasi calling tree.

9. Keluarga besar Fakultas Kehutanan khususnya rekan-rekan THH, BDH, MNH dan rekan-rekan dari D3 angkatan 41 untuk persahabatan yang terjalin. 10. Keluarga besar Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) R-IX 001-020 (Lanjar,

Imam, Qwill, Ririn, Didie, Budi, Meita, Pman, Jeumpy, Ipul, Hendri, Hari, Kirana, Tiche, Awan, Tingting, Daniel, Mamat dan Adi), RVIII-RXII untuk


(20)

persaudaraan, gelak tawa, tangisan, makian dan jejak langkah yang pernah ditorehkan bersama. HIDUP RIMPALA!!!

11. Keluarga besar HIMAKOVA kepemimpinan Husein Mukmin (Uceng) khususnya Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) untuk kesempatan belajar dan segala pengalaman yang pernah hadir.

12. The big family of KSH 41 for the opportunity as apart of you all. Though miles may lie between us, we’re never far apart; friendship doesn’t count miles, it measured by the heart... Coming rendezvous on february, 20th 2020! Jargon yang terus ada sepanjang masa : Kita Memang Beda! No matter where are you come from, which organization do you choose, we’re still the big family of KSH 41!

13. Rekan seperjalanan dan seperjuangan, Alamanda ‘Butet’ Sardjito Putri, untuk kesediaannya berbagi hujan dan mentari bersama selama penelitian.

14. Sahabat terdahsyat yang pernah ada, Della Rosmeilia Pasha untuk dukungan dan arti 9 tahun persahabatan yang semoga tidak akan pernah pudar.

15. Sahabat-sahabat terbaik yang semakin melengkapi hidup : Bangkai, Ungko, Heri, Ichan, Ocin, Nira, Nisa, Sukma, Manda, Rini dan Lanjar untuk persahabatan, kepercayaan dan pembelajaran penuh arti. Thank you for leaving some footprints in my heart.

16. Penghuni NusaKambangan sel 1-4 : Tikul, Rofa, Ipung dan Linda untuk kesediaan berbagi selama 2,5 tahun terakhir serta penghuni IC 33B sebagai bapak rumah tangga untuk gelak tawa, kebodohan, insiden dan segala moment yang pernah ada.

17. Andi Nugraha Cahyana untuk satu makna tentang hujan, matahari, bintang dan lautan. Thank you for being there and being you.

18. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu untuk segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Februari, 2009


(21)

DAFTAR ISI

Teks Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Bio-Ekologi Owa Jawa ... 3

1. Taksonomi ... 3

2. Morfologi ... 4

B. Habitat dan Penyebaran ... 5

C. Populasi ... 5

D. Aktifitas Harian ... 6

E. Perilaku Bersuara ... 8

III. KONDISI UMUM LOKASI ... 11

A. Sejarah Kawasan ... 11

B. Kondisi Fisik ... 11

1. Letak Kawasan ... 11

2. Topografi dan Tanah ... 12

3. Iklim ... 13

4. Hidrologi ... 13

C. Kondisi Biotik ... 13

1. Vegetasi ... 13

2. Satwa ... 14

IV. METODE PENELITIAN ... 15

A. Lokasi dan Waktu ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

C. Jenis Data yang Dikumpulkan ... 15

D. Metode Pengambilan Data ... 16


(22)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18 A. Ukuran Kelompok Owa Jawa ... 18 B. Aktifitas Harian ... 19 1. Aktifitas Makan ... 23 2. Aktifitas Berpindah ... 25 3. Aktifitas Istirahat ... 27 4. Aktifitas Sosial ... 28

C. Perilaku Bersuara ... 28 1. Suara Betina Dewasa (Female Song Bout) ... 35 2. Suara Jantan Dewasa (Male Song Bout) ... 39 3. Suara Akibat Gangguan (Harassing Call Bout)... 40 4. Suara Akibat Konflik Batas Wilayah (Border Conflict Call Bout)... 41 5. Suara Anakan (Infant Call Bout)... 43 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45 A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN ... 49


(23)

DAFTAR TABEL

Teks Halaman Tabel 1. Ukuran kelompok Owa Jawa yang diamati ... 18 Tabel 2. Jumlah dan rata-rata jam perjumpaan dengan kedua kelompok Owa Jawa ... 20 Tabel 3. Alokasi waktu harian kelompok A ... 20 Tabel 4. Alokasi waktu harian kelompok B ... 21 Tabel 5. Pepohonan yang diidentifikasi sebagai calling tree bagi Owa Jawa .... 32


(24)

DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman Gambar 1. Betina dewasa dan anakan, (a) kelompok A, (b) kelompok B ... 19 Gambar 2. Diagram batang persentase aktifitas Owa Jawa ... 21 Gambar 3. Pola aktifitas harian per individu Owa Jawa pada tiga aktifitas

utama (makan, berpindah dan istirahat) ... 22 Gambar 4. Sikap tubuh Owa Jawa saat makan, (a) bergantung, (b) berdiri .... 25 Gambar 5. Aktifitas berpindah Owa Jawa, (a) berayun, (b) loncat... 26 Gambar 6. Persentase total suara yang dikeluarkan dua kelompok Owa

Jawa ... 30 Gambar 7. Frekuensi suara Owa Jawa per hari pengamatan ... 30 Gambar 8. Waktu bersuara Owa Jawa ... 31 Gambar 9. Frekuensi suhu (°C) saat Owa Jawa bersuara ... 31 Gambar 10. Sepuluh pohon dominan sebagai calling tree ... 33 Gambar 11. Rasamala (Altingia excelsa) sebagai calling tree ... 33 Gambar 12. Persentase sikap tubuh Owa Jawa saat bersuara ... 34 Gambar 13. Variasi sikap tubuh Owa Jawa saat bersuara (a) duduk, (b)

berdiri ... 34 Gambar 14. Persentase seluruh tipe suara Owa Jawa ... 35

Gambar 15. Waktu bersuara betina dewasa (female song bout) ... 38 Gambar 16. Spektogram suara betina dewasa (female song bout) ... 38 Gambar 17. Spektogram suara jantan dewasa (male song bout) ... 40 Gambar 18. Waktu suara akibat gangguan (harassing call bout) ... 41 Gambar 19. Spektogram suara akibat gangguan (harassing call bout) ... 41 Gambar 20. Spektogram suara akibat konflik batas wilayah (border conflict call bout) ... 43 Gambar 21. Spektogram suara anakan (infant call bout) ... 44


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman Lampiran 1. Suhu (°C) dan curah hujan harian Juli 2008 ... 49 Lampiran 2. Suhu (°C) dan curah hujan harian Agustus 2008 ... 50 Lampiran 3. Kondisi fisik lingkungan saat adanya perilaku bersuara ... 51


(26)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) merupakan primata endemik pulau Jawa yang hidupnya tergantung kepada keberadaan hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan yang memiliki tajuk pohon yang rapat. Salah satu habitat yang sesuai bagi Owa Jawa terdapat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan hutan hujan tropis basah pegunungan yang terluas dan masih tersisa di pulau Jawa dengan bentangan alam yang unik dan tegakan hutannya yang relatif masih baik.

Owa Jawa telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi sejak tahun 1931 melalui Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266, yang kemudian diperkuat dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 dan SK Menteri Kehutanan 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991 (Supriatna, 2000). Selain itu IUCN (International Union Conservation of Nature) menyatakan Owa Jawa sebagai satwa dengan status critically endangered species karena keberadaannya di alam cenderung mengalami penurunan populasi (Sinaga, 2003).

Untuk menjaga kelestarian Owa Jawa di habitat aslinya, maka diperlukan data dan informasi yang akurat baik mengenai populasi maupun perilakunya. Menurut Sinaga (2003), perilaku merupakan fungsi dari faktor-faktor eksogenous, endogenous, pengalaman dan fisiologis. Salah satu perilaku unik yang dikeluarkan Owa Jawa untuk memberitahukan keberadaannya kepada kelompok lain dan menandai daerah teritorinya adalah melalui perilaku bersuara. Melalui suara atau bunyi tertentu, suatu kelompok Owa Jawa dapat mengetahui dimana arah dan jarak kelompok tetangganya berada. Menurut Napier dan Napier (1985), suara pada Owa Jawa merupakan bentuk konfrontasi secara tidak langsung terhadap kelompok lain yang berada di sekitar teritorinya.

Pengetahuan mengenai perilaku bersuara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dirasakan sangat penting untuk dipelajari karena dapat


(27)

dijadikan sebagai data dasar dalam kegiatan pengelolaan dan pelestarian Owa Jawa.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui pola aktifitas harian dan waktu-waktu bersuara Owa Jawa. 2. Mengetahui tipe suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara pada Owa Jawa.

C. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan :

1. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak pengelola dalam rangka penyempurnaan pengelolaan populasi dan habitat Owa Jawa di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

2. Dapat bermanfaat dalam kegiatan ekowisata untuk menentukan waktu terbaik pengamatan perilaku Owa Jawa di alam.


(28)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bio-Ekologi Owa Jawa 1. Taksonomi

Klasifikasi ilmiah bagi Owa Jawa berdasarkan warna rambut, struktur tubuh, suara dan beberapa perbedaan penting lainnya menurut Napier and Napier (1967) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Super Famili : Homonoidae

Famili : Hylobatidae

Genus : Hylobates

Spesies : Hylobates moloch Audebert (1798)

Menurut Sinaga (2003), genus Hylobates dapat dikelompokkan ke dalam empat subgenus berdasarkan jumlah kromosom yang dimilikinya, yaitu sebagai berikut :

1) Subgenus Nomascus Miller, 1933 yang memiliki jumlah kromosom 52, terdiri dari : Hylobates concolor, Hylobates leucogenys, dan Hylobates gabriella.

2) Subgenus Symphalangus Gloger, 1841 yang memiliki jumlah kromosom 50, diwakili oleh satu jenis yang tersebar di pulau Sumatera yaitu Symphalangus syndactylus.

3) Subgenus Bunopithecus Matthew and Granger, 1923 yang memiliki jumlah kromosom 38 dan diwakili oleh jenis Hylobates hoolock.

4) Subgenus Hylobates Illinger, 1811 dengan jumlah kromosom 44 dan meliputi jenis Hylobates lar, H. agilis, H. moloch, H. muelleri dan H. klossi.


(29)

2. Morfologi

Berdasarkan ukuran tubuh dan perkembangan perilakunya, Kappeler (1981) membagi Owa Jawa ke dalam 4 kelas umur, yaitu sebagai berikut :

1) Bayi (infant) : 0-18 bulan, individu dengan ukuran tubuh sangat kecil, masih dibawa dan digendong oleh induk betinanya.

2) Anak-anak (juvenille) : 18 bulan-5 tahun, individu yang belum tumbuh dengan maksimal, warna bulu mendekati dewasa, mampu melakukan perjalanan sendiri, tetapi cenderung masih dekat dengan induk.

3) Pra-dewasa (sub-adult) : 5-7 tahun, individu dengan perkembangan hampir maksimal, masih tinggal dalam kelompok tetapi lebih sering memisahkan diri dan belum matang secara seksual.

4) Dewasa (adult) : > 7 tahun, individu yang telah memiliki ukuran tubuh maksimal, dan hidup berpasang-pasangan.

Genus Hylobates merupakan primata tidak berekor, memiliki kepala kecil dan bulat, hidung tidak menonjol, rahang kecil, rongga dada pendek tetapi lebar, rambut tebal dan halus. Menurut Supriatna (2000), tubuh Owa Jawa ditutupi rambut yang berwarna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu. Sutrisno (2001) juga menambahkan bahwa Owa Jawa memiliki warna rambut yang sangat lebat berwarna abu-abu keperakan yang terdapat di seluruh tubuhnya. Tetapi rambut tersebut tidak terdapat pada bagian kulit wajahnya.

Genus Hylobates memiliki telapak tangan dan pergelangan kaki yang panjang, begitu juga dengan telapak kaki dan pergelangan kakinya, hampir dua kali panjang tubuhnya. Hal ini erat kaitannya dengan penggunaan anggota tubuh untuk bergerak atau lokomasi secara arboreal (Napier dan Napier, 1967 dalam Purwanto, 1992).

Genus Hylobates jantan dewasa memiliki berat badan berkisar antara 4.300-7.928 gram, sedangkan betina dewasa 4.100-6.800 gram. Panjang badan dan kepala jantan dewasa berkisar antara 403-635 mm, sedangkan betina dewasa 408-622 gram (Napier dan Napier, 1967 dalam Purwanto, 1992).


(30)

B. Habitat dan Penyebaran

Menurut Hoogerwerf (1970) dalam Kuswanda (1999), Owa Jawa dapat ditemukan pada beberapa habitat mulai dari garis pantai sampai dengan ketinggian 1.400-1.600 m d.p.l. Kappeler (1984) membagi habitat Owa Jawa ke dalam zona vegetasi hutan dataran rendah (0-500 m d.p.l), hutan dataran tinggi (500-1.000 m d.p.l) dan hutan sub pegunungan atau pegunungan bawah (1.000-1.500 m d.p.l), dengan tempat rendah, pohon-pohon tumbuh dengan rapat, tinggi besar, tajuk berlapis-lapis. Sebagai hasil adaptasi ekologis, Owa Jawa dapat mendiami habitat hutan campuran dengan ketinggian antara 1.000-2.000 m d.p.l dengan topografi bergelombang sampai pegunungan (Pasang, 1989).

Menurut Nowak (1999), tidak ditemukannya Owa Jawa pada daerah yang lebih tinggi kemungkinan disebabkan oleh perubahan vegetasi yang memiliki kekayaan jenis lebih rendah, pohon jarang dengan tajuk yang tidak lebat dan kokoh sehingga akan menyulitkan pergerakan Owa Jawa sebagai satwa arboreal. Ditambahkan oleh Kappeler (1984), Owa Jawa merupakan genus Hylobates yang membutuhkan pepohonan besar dengan tajuk rapat dan memiliki percabangan yang tumbuh horizontal untuk membantu mereka dalam pergerakan yang bersifat brankiasi.

Owa Jawa adalah primata endemik yang hanya ditemukan di areal hutan yang terletak di Jawa Barat. Penyebarannya meliputi wilayah Gunung Honje, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Masigit, Gunung Tampomas, Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Gunung Tilu, Gunung Papandayan dan pernah dilaporkan daerah penyebarannya mencapai Gunung Slamet dan Dieng di Jawa Tengah (Kuswanda, 1999).

C. Populasi

Owa Jawa dapat dijumpai dalam kelompok-kelompok kecil yaitu 3-5 ekor yang terdiri dari jantan dan betina dewasa serta 1-3 ekor Owa Jawa muda. Owa Jawa juga dapat dijumpai hidup soliter yang sebenarnya adalah Owa Jawa yang berada dalam masa menginjak dewasa dan diusir dari kelompoknya untuk kemudian membentuk kelompok baru (Nowak, 1999).


(31)

Ukuran rata-rata kelompok Owa Jawa adalah terdiri dari empat individu dan jarang melebihi enam individu dalam satu kelompok (Campbell et all, 2007).

Menurut Kappeler (1984), perkawinan Owa Jawa dapat terjadi sepanjang tahun. Seekor induk Owa Jawa hanya mampu melahirkan satu ekor anak setiap kali melahirkan. Masa bunting Owa Jawa berlangsung selama tujuh bulan dan dalam waktu dua tahun seekor induk dapat beranak hingga dua kali. Napier and Napier (1985) mengemukakan bahwa kematangan seksual pada famili Hylobatidae cukup bervariasi untuk setiap spesies, yaitu antara umur 6 sampai 10 tahun dan dapat hidup hingga umur 33 tahun.

Berdasarkan data dari Supriatna (2000), populasi Owa Jawa di alam terus mengalami penyusutan akibat fragmentasi habitat dan perburuan liar. Diperkirakan jumlah Owa Jawa yang tersisa berkisar antara 2.000-4.000 individu.

D. Aktifitas Harian

Aktifitas harian satwa merupakan reaksi fisiologis satwa terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk melakukan aktifitas harian, umumnya Owa Jawa menggunakan strata vertikal hutan pada lapisan tengah dan lapisan atas (Arief, 1998).

Menurut Purwanto (1992), aktifitas harian Owa Jawa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mempunyai suatu pola penggunaan waktu. Aktifitas setiap harinya dimulai dengan mengeluarkan suara yang menandai awal dimulainya aktifitas harian dan berakhir saat Owa Jawa melakukan istirahat panjang atau tidur. Ditambahkan oleh Sinaga (2003), Owa Jawa aktif mulai pukul 05:30 sampai pukul 17:30 WIB yang ditandai dengan mencapai pohon tidurnya untuk beristirahat.

Aktifitas Owa Jawa dalam mencari makan dilakukan pada pagi hari dan setelah istirahat di siang hari sampai menjelang sore hari. Owa Jawa merupakan satwa frugivora yang memakan buah-buahan masak, kaya akan gula dan banyak mengandung air. Menurut Kappeler (1984), persentase jenis pakan yang dikonsumsi oleh Owa Jawa terdiri dari 61% buah, 38% daun dan 1% bunga. Karena bersifat monogami dan teritorial, maka Owa Jawa selalu bergerak bersama dengan kelompoknya dalam mencari makan dan dipimpin


(32)

oleh betina dewasa (Sinaga, 2003). Jantan dewasa memiliki intensitas untuk melakukan aktifitas makan yang lebih rendah dibandingkan betina, hal ini berkaitan dengan peranan jantan untuk mempertahankan kelompok dari serangan predator (Campbell et all, 2007).

Menurut Kappeler (1981), saat melakukan aktifitas makan, Owa Jawa akan berdiam pada satu tempat dengan berbagai posisi seperti duduk, bergantung dan berdiri dengan satu atau dua tungkainya bebas untuk mengambil makanan. Ditambahkan oleh Chivers (1980), posisi tubuh saat beraktifitas dipengaruhi oleh faktor jenis pakan yang sedang dikonsumsi. Posisi bergantung dipilih Owa Jawa saat sedang mengkonsumsi buah-buahan, sedangkan duduk dilakukan saat sedang mengkonsumsi dedaunan.

Terdapat beberapa faktor yang menentukan perilaku makan Owa Jawa, antara lain adalah teknik makan, tempat dan ketinggian, komposisi pakan, bagian yang dimakan, variasi pakan, jumlah pakan serta pola pergerakan (Bismark, 1984).

Aktifitas berpindah Owa Jawa merupakan aktifitas yang dilakukan sepanjang hari. Menurut Arief (1998), bentuk perpindahan atau pergerakan Owa Jawa adalah dengan cara berayun di cabang pohon menggunakan kedua tangannya (branchiation). Cara pergerakan pada Owa ini didukung oleh pergelangan tangan, lengan dan bahunya yang khusus disesuaikan untuk kelincahan meraih, mencengkram dan berganti pegangan. Menurut Sinaga (2003), melalui brankiasi Owa Jawa dapat berayun hingga sejauh 3 m dalam sekali ayun, dan mampu meloncat sejauh 9 m dari satu cabang ke cabang lainnya. Pergerakan secara berayun ini dilakukan hampir 90% dan Owa Jawa jarang berpindah dengan menggunakan telapak kaki.

Menurut Sutrisno (2001) waktu istirahat Owa Jawa adalah ketika Owa Jawa tidak melakukan kegiatan yang terlalu banyak mengeluarkan energi dari tubuhnya. Dalam melakukan aktifitas ini, Owa Jawa cenderung memilih pepohonan dengan kanopi besar pada tajuk lapisan tengah sampai atas. Pemilihan tajuk bertujuan sebagai strategi untuk mengurangi tindakan pemangsaan oleh predator. Sedangkan Rinaldi (1985) mengatakan bahwa


(33)

Owa Jawa akan memilih tajuk yang lebih rendah untuk melindungi diri dari sengatan sinar matahari.

Aktifitas sosial merupakan aktifitas yang berkaitan dengan interaksi antar individu Owa Jawa di dalam kelompoknya serta interaksi antar kelompok Owa Jawa. Aktifitas sosial yang dilakukan kelompok Owa Jawa meliputi berkutu-kutuan (grooming), yang biasa dilakukan oleh seluruh individu dalam kelompok. Menurut Nowak (1999), berkutu-kutuan merupakan salah satu cara untuk memperkuat ikatan sosial dan interaksi antar individu Owa Jawa. Leighton (1987) dalam Rahayu (2002) menyatakan bahwa primata termasuk Owa Jawa mengalokasikan 5% dari waktu aktifnya untuk berkutu-kutuan. Aktifitas sosial yang lain adalah bermain (playing) yang dilakukan oleh individu muda serta aktifitas bersuara (calling) yang dilakukan oleh individu dewasa.

E. Perilaku Bersuara

Perilaku merupakan suatu ekspresi yang disebabkan atau ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya. Perilaku terbentuk dan merupakan fungsi dari faktor-faktor eksogenous, endogenous, pengalaman dan fisiologis. Salah satu perilaku sosial yang terlihat antar kelompok Owa Jawa salah satunya berupa perilaku bersuara. Menurut Strier (2000), perilaku bersuara merupakan salah satu bentuk komunikasi Owa Jawa baik terhadap individu dalam kelompoknya, kelompok lain di sekitarnya maupun dengan lingkungannya. Perilaku bersuara pada Owa Jawa merupakan aktifitas awal dan utama yang membedakannya dengan jenis primata lain. Tenaza (1975) dalam Purwanto (1992) menjelaskan bahwa perilaku bersuara yang dilakukan oleh kelompok-kelompok primata diduga merupakan salah satu bentuk mekanisme ruang (space mechanism). Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku bersuara merupakan upaya berkomunikasi dengan kelompok lain dan untuk menandai daerah teritorinya (Napier dan Napier, 1985).

Selain itu, Purwanto (1992) juga menyatakan bahwa perilaku bersuara dilakukan pada pagi hari menjelang dan sesudah matahari terbit, siang hari serta sore hari menjelang matahari terbenam. Perilaku bersuara yang dilakukan oleh Owa Jawa di pagi hari dimaksudkan agar suara dapat dengan


(34)

mudah didengar oleh kelompok Owa Jawa lain, yang menunjukkan batas teritori dimana mereka berada. Menurut Tenaza (1976) dalam Sutrisno (2001) perilaku bersuara yang dilakukan oleh jantan berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian betina, sedangkan suara yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh individu berfungsi untuk mengurangi resiko pemangsaan (altruisme). Perilaku bersuara juga dilakukan oleh individu jantan yang sedang mengalami proses penyapihan dan dilakukan jauh dari kelompok utamanya yang berfungsi sebagai panggilan bagi individu lain untuk membentuk kelompok baru dan menunjukkan kesiapan aktifitas seksual.

Menurut Chivers (1980), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara Owa Jawa, yaitu cuaca, kelimpahan pakan, musim kawin, kepadatan populasi dan adanya panggilan oleh kelompok lain.

Tipe suara yang dikeluarkan oleh anggota famili Hylobatidae ini berbeda pada tiap spesies, suara gabungan (duet) antara jantan dan betina hanya dikeluarkan oleh enam spesies famili Hylobatidae, yaitu semua genus Bunopithecus, Nomascus dan Symphalangus. Duet dan suara solo jantan hanya dikeluarkan oleh empat spesies, yaitu Hylobates agilis, Hylobates lar, Hylobates muelleri dan Hylobates pileatus. Sedangkan Owa Jawa (Hylobates moloch) dan Hylobates klossii berbeda dengan jenis Hylobatidae pada umumnya, kedua jenis ini tidak mengeluarkan aktifitas nyanyian duet antara pasangan jantan dan betina (Geissmann, 2004).

Menurut Supriatna (2000), terdapat empat jenis suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa, yaitu suara betina sendiri untuk menandakan daerah teritorialnya, suara jantan yang dikeluarkan saat berjumpa dengan kelompok tetangga, dan saat jantan mengalami proses penyapihan yang biasanya dilakukan agak jauh dari kelompok utamanya. Suara yang dikeluarkan bersama antar anggota keluarga saat terjadi konflik, dan suara dari anggota keluarga sebagai tanda bahaya.

Menurut Sutrisno (2001), terdapat tiga jenis suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa, yaitu suara pada pagi hari (morning call) yang dilakukan oleh individu betina dewasa. Suara tanda bahaya (alarm call) yang dikeluarkan saat keadaan bahaya karena adanya predator dan untuk


(35)

melindungi daerah teritorialnya, jenis suara ini dikeluarkan oleh semua anggota kelompok. Serta suara pada kondisi tertentu (conditional call) yang dikeluarkan oleh individu Owa Jawa tanpa alasan tertentu.

Owa jantan memiliki suara yang lebih keras dengan frekuensi pendek-pendek, sedangkan Owa betina memiliki kemampuan bersuara lebih lama dibandingkan jantan. Selain itu, betina juga memiliki frekuensi dan tempo suara paling tinggi serta paling lama (Sutrisno, 2001).

Kappeler (1981) menyatakan bahwa suara Owa Jawa sangat keras sehingga dapat terdengar sampai sejauh 500-1.500 meter dari posisi Owa itu sendiri. Pohon-pohon dengan tajuk emergen dipilih menjadi tempat favorit bagi Owa Jawa untuk bersuara. Kappeler (1981) menyatakan pohon-pohon yang dijadikan lokasi bersuara oleh Owa Jawa umumnya berada di bagian tengah wilayah jelajahnya, meskipun tidak menutup kemungkinan pohon-pohon yang dijadikan lokasi bersuara oleh Owa Jawa tersebut berada di batas wilayahnya. Pada pohon pakan yang sedang berbuah, biasanya Owa Jawa akan melakukan aktifitas bersuara sekaligus aktifitas makan untuk 2-3 hari berturut-turut.

Purwanto (1992) menambahkan, saat melakukan perilaku bersuara, Owa Jawa memanfaatkan tajuk pohon bagian atas yaitu pada ketinggian 33-47 m. Perilaku bersuara paling rendah dilakukan pada pohon dengan ketinggian 23 m, yang biasanya berlangsung saat melakukan aktifitas makan. Menurut Chivers (1980) pemilihan tajuk bagian tengah dan atas dimaksudkan agar suara yang dikeluarkan Owa Jawa mampu terdengar dengan jarak yang lebih jauh.


(36)

III.

KONDISI UMUM LOKASI

A. Sejarah Kawasan

Berawal dari kawasan Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha, sejak tahun 1935, kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Februari 1992 dengan luas 40.000 ha di bawah pengelolaan sementara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Selanjutnya pada Tanggal 23 Maret 1997 pengelolaan kawasan TNGH resmi dipisah dari TNGP, dikelola langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Balai TNGH, Dirjen PHKA, Departeman Kehutanan.

Atas dasar perkembangan kondisi kawasan disekitarnya terutama kawasan hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut yang terus terdesak akibat berbagai kepentingan masyarakat dan pembangunan, serta adanya desakan dan harapan berbagai pihak untuk melakukan penyelamatan kawasan konservasi Halimun Salak yang lebih luas maka ditetapkanlah SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, yang merupakan perubahan fungsi kawasan eks Perum Perhutani atau eks hutan lindung, hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas disekitar TNGH menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Berdasarkan SK tersebut penunjukan luas kawasan TNGHS adalah 113.357 ha dan terletak di provinsi Jawa Barat dan Banten yang meliputi kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak. Dimana saat ini TNGHS merupakan salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis pegunungan terluas dan masih tersisa di pulau Jawa.

B. Kondisi Fisik 1. Letak Kawasan

Taman Nasional Gunung Halimun Salak secara geografis terletak diantara 106°13'-106° 46' BT dan 06° 32'-06° 55' LS. Secara administratif terletak diantara tiga wilayah kabupaten daerah tingkat II, yaitu kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi, provinsi Jawa Barat. Kantor balai TNGHS


(37)

terletak di kecamatan Kabandungan, Sukabumi. Batas-batas wilayah TNGHS berdasarkan administrasi pemerintah adalah :

1) Sebelah utara, dibatasi oleh kecamatan Nanggung, kecamatan Jasinga kabupaten daerah tingkat II Bogor dan kecamatan Cipanas kabupaten daerah tingkat II Lebak.

2) Sebelah barat, dibatasi oleh kecamatan Leuwiliang kabupaten daerah tingkat II Bogor dan kecamatan Kabandungan kabupaten tingkat II Sukabumi.

3) Sebelah selatan, dibatasi oleh kecamatan Cikidang dan kecamatan Cisolok kabupaten daerah tingkat II Sukabumi dan kecamatan Bayah kabupaten daerah tingkat II Lebak.

4) Sebelah timur, dibatasi oleh kecamatan Cibeber kabupaten daerah tingkat II Lebak.

2. Topografi dan Tanah

Kawasan TNGHS memiliki ketinggian tempat berkisar antara 500-2.000 meter di atas permukaan laut (m d.p.l). Topografi di kawasan ini pada umumnya bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung. Kemiringan lahan berkisar antara 25-44%. Beberapa gunung yang terdapat di kawasan ini antara lain adalah G. Salak 1 (2.211 m d.p.l), G. Salak 2 (2.180 m d.p.l), G. Sanggabuana (1.920 m d.p.l), G. Halimun utara (1.929 m d.p.l), G. Halimun selatan (1.758 m d.p.l), G. Kendeng (1.680 m d.p.l), G. Botol (1.850 m d.p.l) dan G. Pangkulahan (1.150 m d.p.l).

Secara geologis, kawasan Gunung Halimun terbentuk oleh pegunungan tua yang terbentuk akibat adanya gerakan tektonik yang mendorong ke atas. Sedangkan untuk kawasan pada bagian Gunung Salak merupakan gunung berapi strato type A, dimana tercatat terakhir Gunung Salak meletus tahun 1938, memiliki kawah yang masih aktif dan lebih dikenal dengan nama Kawah Ratu.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat skala 1 : 250.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, jenis tanah di kawasan TNGHS terdiri atas asosiasi adosol coklat dan regosol coklat, asosiasi latosol coklat kekuningan, asosiasi latosol coklat kemerahan


(38)

dengan latosol coklat, asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan dan literit air tanah, komplek latosol kemerahan dan litosol, asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.

3. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di daerah TNGHS dan sekitarnya tergolong tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 24,7%, yaitu tipe iklim tanpa musim kering dan tergolong ke dalam hutan hujan tropika yang selalu hijau. Adapun curah hujan rata-rata 4.000-6.000 mm/tahun, musim hujan terjadi pada bulan Oktober–April dan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei–September dengan curah hujan sekitar 200 mm/bulan. Jumlah hari hujan setiap tahunnya rata-rata 203 hari. Suhu rata-rata harian 20-30 °C dan kondisi angin dipengaruhi oleh angin muson yang berubah arah menurut musim. Di sepanjang musim kemarau angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan rendah. Kelembaban udara rata-rata sebesar 80%.

4. Hidrologi

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan wilayah tangkapan air yang sangat penting bagi wilayah sekitar kawasan. Dari kawasan TNGHS mengalir beberapa sungai yang berair sepanjang tahun. Di sebelah utara mengalir tiga sungai besar, yaitu sungai Ciberang, Ciujung dan Cidurian yang mengalir ke arah Jakarta, Serang dan berakhir di Laut Jawa. Di sebelah selatan mengalir sungai Cisukawayana, Cimaja dan Cibareno yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu serta sungai Citarik di sebelah timur.

C. Kondisi Biotik 1. Vegetasi

Diperkirakan lebih dari 1.000 jenis tumbuhan terdapat di kawasan TNGHS. Berdasarkan ketinggiannya di atas permukaan laut, ekosistem hutan pegunungan TNGHS dapat diklasifikasikan ke dalam tiga zona, yaitu zona Colline, pada ketinggian 500-1.000 m d.p.l yang didominasi oleh jenis-jenis Rasamala (Altingia excelsa), Puspa (Schima wallichii), Saninten (Castanopsis acuminatissima) dan Pasang (Quercus sundaicus);


(39)

Zona Sub-montana berada pada ketinggian 1.000-1.500 m d.p.l serta didominasi oleh jenis-jenis Ganitri (Elaeocarpus ganitrus), Kileho (Saurauia pendula) dan Kimerak (Weinmania blumei). Pada zona Montana yang berada pada ketinggian 1.500-2.211 m d.p.l, didominasi oleh jenis-jenis Jamuju (Dacriocarpus imbricatus), Kiputri (Podocarpus nerifolia) dan Kibima (Podocarpus imbricatus).

Selain itu juga tercatat 258 jenis anggrek, 12 jenis bambu, 13 jenis rotan, jenis-jenis tanaman pangan, hias dan tanaman obat seperti Kantung Semar (Nepenthes sp.) dan Palahlar (Dipterocarpus hasseltii) yang merupakan jenis tumbuhan unik dan langka yang terdapat di TNGHS. Khusus di sekitar puncak Gunung Salak juga terdapat jenis-jenis tumbuhan kawah dan hutan lumut.

2. Satwa

Kawasan TNGHS memiliki berbagai tipe ekosistem yang merupakan habitat dari berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Mamalia primata yang terdapat di dalamnya antara lain adalah Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Satwa ungulata yang ada antara lain Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus javanicus) dan Babi Hutan (Sus scrofa). Sedangkan untuk satwa karnivora yang ada antara lain Macan Tutul (Panthera pardus) dan Kucing Hutan (Felis bengalensis).

Kawasan TNGHS juga merupakan surga bagi berbagai jenis serangga yang unik dan indah seperti kupu-kupu, kumbang dan burung. Saat ini di TNGHS juga tercatat 244 jenis burung di kawasan ini dan 32 di antaranya adalah endemik pulau Jawa, seperti Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Ciung-mungkal Jawa (Cochoa azurea), Celepuk Jawa (Otus angelinae), Luntur Gunung (Harpactes reinwardtii) dan Rangkong Badak (Bucheros rhinoceros) yang merupakan jenis langka dan terancam punah.


(40)

IV.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, provinsi Jawa Barat tepatnya di wilayah Cikaniki sampai Citalahab dan jalur-jalur yang dibuat disekitarnya. Penelitian dilakukan selama ± dua bulan yaitu pada bulan Juli sampai Agustus 2008 (musim kemarau) yang meliputi kegiatan pengenalan lapang, pengamatan dan pengambilan data di lapangan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya adalah kamera, binokuler, termometer basah dan kering, mikrofon, digital recorder SAFA tipe Z300, range finder, tallysheet, dan alat tulis.

Sedangkan bahan atau objek yang digunakan adalah dua kelompok Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798). Untuk memudahkan kegiatan pengamatan, diberikan sistem pemberian nama kepada dua kelompok Owa Jawa tersebut. Kelompok pertama diberi nama kelompok A, yang terdiri dari empat individu yaitu betina dewasa, jantan dewasa, betina pradewasa dan anakan. Sedangkan kelompok kedua diberi nama kelompok B yang terdiri dari tiga individu yaitu betina dewasa, jantan dewasa dan anakan.

C. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan.

Data primer yang diambil adalah sebagai berikut :

1. Perilaku bersuara yang dilakukan oleh Owa Jawa, meliputi bagaimana cara Owa Jawa bersuara serta sikap tubuh yang dilakukan Owa Jawa saat bersuara.

2. Akustik (suara) yang direkam dengan menggunakan digital recorder SAFA tipe Z300. Perekaman suara dilakukan untuk mengetahui tipe-tipe suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa.


(41)

3. Lama Owa Jawa bersuara yaitu total waktu yang digunakan Owa Jawa untuk bersuara selama waktu aktif dalam satu hari.

4. Frekuensi, jumlah atau banyaknya perilaku bersuara per satuan waktu. 5. Kondisi fisik lingkungan (cuaca, suhu dan kelembaban) pada saat

pengamatan.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka mengenai kondisi umum lokasi penelitian dan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait.

D. Metode Pengambilan Data

Pengamatan perilaku bersuara pada Owa Jawa dilakukan melalui metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit. Pengamatan dilakukan setiap hari berdasarkan waktu aktifnya Owa Jawa. Pengamatan dan pengambilan data di lapangan dilakukan selama 36 hari mulai tanggal 14 Juli 2008 hingga tanggal 26 Agustus 2008. Waktu pengamatan dimulai saat Owa Jawa mulai melakukan aktifitasnya yaitu pada pukul 05:45 sampai dengan pukul 06:20 WIB dan diakhiri pada pukul 16:00 sampai dengan 17:20 WIB.

Pengamatan perilaku untuk setiap kelompok Owa Jawa dilakukan secara berselang. Pengamatan terhadap kelompok A dilakukan pada tanggal 17, 18, 19, 24, 25, 26, 28, 29, 30 Juli serta 3, 7, 8, 9, 18, 21, 22 dan 23 dan 25 Agustus 2008. Sedangkan pengamatan terhadap kelompok B dilakukan pada tanggal 14, 15, 16, 21, 22, 23, 31 Juli serta 1, 2, 4, 5, 6, 11, 12, 13, 19, 20 dan 26 Agustus 2008. Pengamat harus menjaga jarak dengan kelompok Owa Jawa yang diikuti agar tidak mengganggu aktifitas hariannya. Jarak pengamat dengan individu Owa Jawa tergantung pada posisi Owa Jawa di atas tajuk dan kondisi topografi.

Sedangkan pencatatan data dilakukan dengan metode continous recording, untuk mencatat kejadian perilaku yang terjadi, baik frekuensi maupun lamanya terjadi suatu perilaku. Suara Owa Jawa direkam dengan menggunakan digital recorder.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua cara yang meliputi analisis deskriptif serta analisis grafik dan tabel.


(42)

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan mengenai parameter-parameter yang diukur dan diamati. Data suara yang diperoleh dipaparkan dalam bentuk spektogram dengan menggunakan program software Spectogram 16.

2. Analisis grafik dan tabel

Analisis grafik dan tabel digunakan untuk menjelaskan hubungan antara parameter-parameter yang diukur dan diamati dengan metode grafik dan tabel serta interpretasinya.


(43)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ukuran Kelompok Owa Jawa

Kelompok Owa Jawa yang diamati sebagai objek selama dilakukan pengamatan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) adalah sebanyak dua kelompok. Untuk memudahkan kegiatan pengamatan, diberikan sistem penamaan terhadap masing-masing individu dan kelompok yang akan diamati.

Ukuran kelompok A lebih besar dibandingkan dengan kelompok B, yaitu sebanyak empat individu, sedangkan kelompok B berjumlah tiga individu. Kecilnya ukuran kelompok pada Owa Jawa berkaitan dengan konsekuensi dari sistem monogami yang dianut oleh marga Hylobatidae. Ukuran kelompok Owa Jawa di TNGHS termasuk ukuran kelompok Owa Jawa yang seimbang, karena terdiri dari sepasang jantan dan betina dewasa beserta Owa Jawa muda (Kappeler, 1981).

Dipilihnya kedua kelompok Owa Jawa tersebut sebagai objek pengamatan adalah atas dasar pertimbangan kondisi topografi yang masih memungkinkan pengamat untuk mengamati aktifitas kedua kelompok.

Tabel 1. Ukuran kelompok Owa Jawa yang diamati

No. Kelompok Nama Jenis Kelamin

1 A

Aris Jantan dewasa

Ayu Betina dewasa

Asri Betina pradewasa

Amran Anakan

2 B

Kumis Jantan dewasa

Kety Betina dewasa

Kumkum Anakan

Kelompok A merupakan kelompok Owa Jawa yang lebih toleran terhadap kehadiran pengamat di sekitarnya dibandingkan dengan kelompok B. Hal ini berkaitan dengan wilayah kelompok A yang berada di jalur interpretasi (loop trail) sepanjang Cikaniki sampai Citalahab (HM 6-HM 17),


(44)

yang biasa digunakan pengunjung TNGHS sebagai sarana untuk melintasi kawasan, sehingga Owa Jawa kelompok A lebih terbiasa bertemu dengan manusia dan lebih bisa mengabaikan kehadiran pengamat. Sedangkan wilayah kelompok B berada pada jalur yang lebih jarang dilewati oleh pengunjung (HM 17-HM 33) sehingga kelompok B menjadi lebih sensitif terhadap kehadiran manusia dan lebih memilih untuk menyembunyikan dan menjauhkan diri dari pengamat.

Tingkat sensitifitas Owa Jawa juga dipengaruhi oleh kondisi betina dewasa dari kedua kelompok Owa Jawa yang masih membawa anakan dalam gendongan. Kedua betina tersebut masih menjaga jarak yang cukup jauh dengan pengamat yang dianggap dapat membahayakan dan untuk itu, betina dewasa lebih banyak berada pada tajuk bagian atas dengan kanopi yang lebih rapat dan lebih tersembunyi sebagai upaya perlindungan bagi anakan terhadap kehadiran pengamat.

(a) (b)

Gambar 1. Betina dewasa dan anakan, (a) kelompok A, (b) kelompok B

B. Aktifitas Harian

Pengamatan aktifitas harian Owa Jawa yang dilakukan terhadap kedua kelompok Owa Jawa memiliki jumlah waktu perjumpaan yang berbeda. Pada kelompok A, perjumpaan terjadi selama 123 jam 17 menit dengan rata-rata jumlah jam perjumpaan 7 jam 15 menit dalam 17 kali perjumpaan. Sedangkan pada kelompok B terjadi selama 129 jam 40 menit dengan rata-rata jumlah jam perjumpaan 7 jam 37 menit dalam 17 kali perjumpaan.


(45)

Tabel 2. Jumlah dan rata-rata jam perjumpaan dengan kedua kelompok Owa Jawa

No. Kelompok Jumlah

Perjumpaan

Jumlah Jam Perjumpaan

Rata-Rata Jam Perjumpaan

1 A 17 123 jam 17 menit 7 jam 15 menit

2 B 17 129 jam 40 menit 7 jam 37 menit

Owa Jawa memulai aktifitas hariannya pada pagi hari rata-rata antara pukul 05:45 sampai pukul 06:20 WIB yang ditandai dengan bergeraknya Owa Jawa dari pohon tidurnya dan diakhiri pada pukul 16:00 sampai pukul 17:20 WIB saat Owa Jawa mengambil posisi tidur pada pohon tidur berikutnya. Berdasarkan pengamatan, rata-rata waktu aktif Owa Jawa adalah 11 jam.

Aktifitas harian Owa Jawa dibagi ke dalam empat aktifitas utama yang meliputi aktifitas makan, berpindah, diam (istirahat) dan aktifitas sosial seperti bermain, grooming, dan bersuara. Aktifitas harian Owa Jawa dapat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, saat kondisi cuaca cerah, maka aktifitas Owa Jawa akan lebih panjang, tetapi sebaliknya saat cuaca mendung atau hujan, Owa Jawa akan mengurangi waktu aktifnya, tidak banyak melakukan pergerakan dan menuju pohon tidurnya lebih cepat. Untuk melakukan aktifitas harian, umumnya Owa Jawa menggunakan strata vertikal hutan pada tajuk bagian tengah dan atas. Alokasi waktu harian kedua kelompok Owa Jawa yang diamati selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Alokasi waktu harian kelompok A

No. Tipe Aktifitas

Kelompok A

Ayu Aris Asri % durasi % Durasi % durasi

1 Diam (istirahat) 18,77 14:25:00 16,26 13:21:00 12,99 10:53:00

2 Berpindah 28,25 21:42:00 31,35 25:44:00 27,84 23:19:00

3 Makan 49,88 38:19:00 48,39 39:43:00 53,74 45:01:00

4 Bersuara 1,58 01:13:00 0,49 00:00:00 0,40 00:20:00

5 Membuang kotoran 0,96 00:44:00 0,87 00:43:00 1,23 01:02:00

6 Berkutu-kutuan 0,56 00:26:00 2,64 02:10:00 2,11 01:46:00

7 Bermain - - - - 1,69 01:25:00


(46)

Tabel 4. Alokasi wakttu harian keloompok B No. 1 2 3 4 5 6 7 Tipe Ak Diam (istirah Berpindah Makan Bersuara Membuang k Berkutu-kutu Bermain Total ktifitas hat) kotoran uan indivi terbes denga dalam propo diikut propo berku berma Berdasark idu Owa Jaw sar dibandi an makan s m kehidupa orsi terbesar

ti dengan orsi yang ha utu-kutuan,

ain hanya d

G

kan Gamba wa baik kel ingkan den sebagai sala an Owa Ja r kedua pad

aktifitas d ampir sama membuang ilakukan ol

Gambar 2. Di

Ke % 20,19 23,86 48,56 0,21 1,59 5,59 - 100

ar 2. terliha lompok A m ngan aktifit

ah satu keb awa. Kemu da seluruh diam (istira a kecilnya p g kotoran eh individu agram batang Kelo ety durasi 17:43:00 20:56:00 42:36:00 00:11:00 01:24:00 04:54:00 - 87:44:00 ompok B % 30,83 21,13 41,73 0,04 1,68 4,59 - 100

at bahwa ak maupun kelo

tas utama butuhan tert udian aktif

individu O ahat). Terda pada seluruh dan bers u muda. persentase ak ktifitas mak ompok B m lainnya, ha tinggi yang fitas berpin Owa Jawa y apat tiga a h individu O

uara. Seda Kumis dura 23:31: 16:07: 31:50: 00:02: 01:17: 03:30: - 76:17: si 00 00 00 00 00 00 00

kan pada se memiliki pro al ini berk g harus dip ndah menem yang selanju aktifitas de Owa Jawa, angkan akt eluruh oporsi kaitan enuhi mpati utnya engan yaitu tifitas


(47)

Pola aktifitas harian Owa Jawa pada tiga aktifitas utama (makan, berpindah, istirahat) di setiap individu dalam dua kelompok yang diamati dapat dilihat pada Gambar 3. Secara umum, aktifitas makan di setiap individu mencapai klimaks pada pukul 10:00 WIB dan kemudian mengalami penurunan pada pukul 11:00 WIB dimana aktifitas dominan yang dilakukan Owa Jawa adalah istirahat pendek yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan stamina tubuhnya. Aktifitas istirahat akan mengalami peningkatan di akhir waktu aktifnya yaitu antara pukul 15:00-16:00 WIB saat Owa Jawa bersiap memasuki pohon tidur (sleeping tree). Sedangkan aktifitas berpindah hampir tersebar merata selama waktu aktif Owa Jawa tetapi cenderung mengalami penurunan di siang hari pada pukul 12:00 WIB.

Gambar 3. Pola aktifitas harian per individu Owa Jawa pada tiga aktifitas utama (makan, berpindah dan istirahat)


(48)

1. Aktifitas Makan

Owa Jawa merupakan primata frugivora, dimana komposisi makanannya sebagian besar adalah buah-buahan masak yang kaya gula dan banyak mengandung air, selain itu Owa Jawa juga memakan serangga sebagai pengganti protein, bunga dan daun sebagai pengganti serat. Owa Jawa memenuhi kebutuhan minum melalui kandungan air dalam buah yang dimakannya. Berdasarkan penelitian Rahayu (2002) di Cikaniki TNGHS, teridentifikasi 34 jenis pakan Owa Jawa, diantaranya berasal dari famili Moraceae seperti Hamerang (Ficus globosa), Kiara (Ficus involuctra) dan Darangdan (Ficus sinuata) serta beberapa jenis dari famili Fagaceae seperti Saninten (Castanopsis argentea) dan Ki anak (Castanopsis acuminatissima).

Berdasarkan hasil pengamatan, individu betina pradewasa (Asri) memiliki alokasi makan terbesar dengan nilai persentase 53,74%, hal ini dikarenakan individu muda membutuhkan banyak suplemen energi dalam fase masa pertumbuhannya. Ayu dan Kety sebagai individu betina dewasa dari kedua kelompok Owa Jawa yang diamati juga memiliki alokasi waktu makan yang cukup besar, yaitu 49,88% dan 48,56%. Hal ini diduga berkaitan dengan kondisi betina dewasa yang membutuhkan suplemen nutrisi lebih banyak untuk menyusui anakan yang masih berada dalam gendongannya. Jantan dewasa dari kedua kelompok memiliki proporsi aktifitas makan yang lebih rendah dibandingkan dengan betina, yaitu pada Aris 48,39%, dan Kumis 41,73%, hal ini diperkirakan berkaitan dengan tugas dan peranan individu jantan untuk melindungi kelompok dari ancaman dan gangguan sehingga jantan lebih banyak mengawasi dan hal ini berpengaruh terhadap perilaku makannya.

Dalam mencari pohon pakan, Owa Jawa akan melakukan pengamatan sekilas (screening) sambil terus bergerak di dalam wilayah jelajahnya untuk mencari buah yang telah masak. Owa Jawa selalu bergerak secara berkelompok dan dipimpin oleh individu betina dewasa yang kemudian diikuti oleh individu lainnya. Individu Owa Jawa tidak selalu melakukan aktifitas makan dalam satu pohon yang sama,


(49)

terkadang mereka melakukan aktifitas makan pada pohon yang berbeda tetapi tetap dengan lokasi dan jarak yang cukup berdekatan agar dapat mengontrol keberadaan antar individu.

Aktifitas makan biasa dilakukan Owa Jawa pada tajuk bagian tengah dimana kemungkinan pada bagian tajuk ini memproduksi pakan yang lebih banyak dibandingkan pada tajuk bagian atas. Selain itu, Owa Jawa mampu meraih pakan yang berada di ujung ranting dan lokasi yang sulit sekalipun, hal ini karena Owa Jawa memiliki pergelangan tubuh dan jari-jari yang panjang dan elastis. Saat cuaca semakin terang, maka aktifitas makan pun akan semakin meningkat. Tetapi pada siang hari saat suhu udara naik, aktifitas makan mengalami penurunanan karena Owa Jawa lebih memilih beristirahat untuk memulihkan energi yang telah digunakannya, dan aktifitas ini akan kembali mengalami peningkatan ketika hari menjelang sore sampai saat Owa Jawa mencapai pohon tidurnya.

Terdapat tiga sikap tubuh yang dilakukan Owa Jawa saat melakukan aktifitas makan, yaitu duduk, berdiri dan bergantung. Sebelum makan, Owa Jawa akan memilih dengan menggunakan tangan apakah buah yang akan dimakannya masak atau tidak, mengambilnya, kemudian memasukkan ke dalam mulut, menggigit, mengunyah dan menelannya. Saat akhir aktifitas makan, Owa Jawa akan menjilati jari-jarinya untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang tertinggal. Biasanya di sela-sela waktu aktifitas makannya, Owa Jawa akan membuang kotoran dengan posisi duduk maupun bergantung dengan persentase rata-rata sebesar 1,27%, dan kemudian akan kembali melanjutkan aktifitasnya. Aktifitas makan dapat berlangsung sepanjang hari selama waktu aktifnya. Selain itu, Owa Jawa dapat bertahan di dalam satu pohon pakan tertentu dalam waktu yang cukup lama (2-3 hari) selama pohon tersebut memiliki kekayaan pakan yang berlimpah.


(50)

(a) (b)

Gambar 4. Sikap tubuh Owa Jawa saat makan, (a) bergantung, (b) berdiri

2. Aktifitas Berpindah

Bismark (1984) mengatakan bahwa marga Hylobatidae melakukan aktifitas bergerak atau berpindah dalam kaitannya dengan pengontrolan wilayah. Aktifitas berpindah ini juga berkaitan dengan aktifitas pencarian dan pemilihan pohon pakan yang kesemuanya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta merupakan upaya kelompok Owa Jawa untuk menghindari predator atau bahaya.

Aktifitas berpindah pada Owa Jawa merupakan aktifitas yang dilakukan sepanjang hari dalam waktu aktifnya dengan persentase yang lebih rendah dibandingkan dengan aktifitas makan. Pada kelompok A, aktifitas berpindah individu jantan dewasa memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan individu lain, yaitu sebesar 31,35%, sedangkan proporsi aktifitas berpindah pada betina dewasa dan betina pradewasa memiliki proporsi yang hampir sama, yaitu ± 28%. Pada kelompok B, betina dewasa memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda dengan jantan dewasa, yaitu sebesar 23,86%.

Pergerakan harian Owa Jawa dipimpin oleh betina dewasa yang berperan sebagai individu penentu orientasi pergerakan kelompok dan selalu bergerak terlebih dahulu untuk kemudian diikuti oleh individu lain. Jantan dewasa merupakan individu yang bergerak terakhir dalam kelompok yang diperkirakan sebagai upaya perlindungan dan


(51)

p b b m (c se se k Ja d d d p a ta B ta d b sa pengamanan berbagai ca berjalan m menggunaka

climbing). Perger ering digun ecara beray karena tipe p awa yang m dengan car dilakukan O dan horizon pohon. Perger akan melaku ajuk yang Biasanya tip ajuk yang l dilakukan O berpindah ke ama. Gam n kelompok ara seperti menggunaka an keempa rakan secara nakan oleh yun dilakuk pergerakan

memiliki b a berjalan Owa Jawa p

ntal, agar O

rakan deng ukan perpin berjauhan, pe pergerak lebih renda Owa Jawa

e tempat yan

(a) mbar 5. Aktif

k. Pergeraka berayun an kedua at tungkain

a berayun m Owa Jaw kan Owa J

secara bera bahu dan p baik bip pada percab Owa Jawa t

gan cara m ndahan dari dengan g kan ini dilak ah. Sedangk

di batang ng lebih tin

fitas berpindah

an Owa Jaw (branchiati a tungkai nya (quad merupakan c a. Menurut Jawa denga ayun sangat ergelangan edal maup bangan poho tetap dapat melompat di satu pohon erakan ber kukan dari kan pergera

g-batang v nggi atau leb

h Owa Jawa, (

wa dapat di ion), melo inya (bip dropedal)

cara pergera t Arief (19 an persenta efektif dila yang panj pun quadro

on yang be berjalan s

ilakukan O ke pohon l rayun sebag

tajuk yang kan dengan vertikal yan bih rendah p

(b) (a) berayun, (b

ilakukan de mpat (leap pedal) ata

serta mem

akan yang p 998), perger ase hampir akukan oleh

ang. Perger opedal bias esar, relatif eimbang di

wa Jawa k lain dengan gai lontara g lebih ting n cara mem ng besar u pada pohon b) loncat engan ping), aupun manjat paling rakan 90% h Owa rakan sanya datar i atas ketika letak annya. ggi ke manjat untuk yang


(52)

3. Aktifitas Istirahat

Aktifitas istirahat merupakan aktifitas diam dan periode tidak aktif Owa Jawa yang dibagi ke dalam dua ketegori yaitu istirahat panjang atau tidur dan istirahat pendek, dengan indikasi bahwa Owa Jawa tidak melakukan aktifitas lain selama 10 menit atau lebih dan kembali melanjutkan aktifitas setelahnya (Sutrisno, 2001). Istirahat pendek dapat dilakukan dengan posisi tubuh bergantung, duduk dan merebahkan diri. Istirahat pendek dilakukan Owa Jawa di siang hari, yaitu antara pukul 11:30 WIB sampai dengan pukul 13:00 WIB.

Proporsi waktu istirahat terbesar Owa Jawa kelompok A dimiliki oleh individu betina dewasa (18,77%), sedangkan betina pradewasa memiliki proporsi terkecil (12,99%), hal ini dikarenakan betina pradewasa lebih sering melakukan pergerakan dibandingkan istirahat untuk melatih kekuatan dan stamina tubuhnya. Pada kelompok B, jantan dewasa memiliki proporsi waktu istirahat yang lebih besar dan dan lebih sering berdiam diri pada satu pohon dalam jangka waktu yang cukup lama dibandingkan betina dewasa, yaitu sebesar 30,83%.

Saat istirahat pendek, Owa Jawa akan memilih pepohonan dengan tajuk tertutup, hal ini bertujuan untuk melindungi diri dari sengatan matahari. Sedangkan saat istirahat panjang atau tidur, Owa Jawa akan memilih pohon yang dijadikan lokasi untuk tidur terletak tidak jauh dari pohon pakan yang terakhir dikunjungi. Hal ini dilakukan untuk mengefektifkan waktu aktifitas makan keesokan harinya.

Owa Jawa tidak selalu tidur mengelompok dalam satu pohon, tetapi tetap berada dalam pohon yang berdekatan. Selain itu Owa Jawa memilih tidur pada tajuk atas kanopi, hal ini merupakan salah satu strategi Owa Jawa untuk menghindari predator.

Owa Jawa berbeda dengan kera besar seperti Orangutan yang melakukan manipulasi dengan membangun sarang pada kanopi pohon sebagai tempat tidurnya, Owa Jawa tidur tanpa membangun sarang, tetapi tidur dengan posisi berbaring atau duduk yaitu dengan cara menempelkan bagian bawah tubuhnya (pantat) di atas dahan, menekuk kedua lutut


(53)

mendekati dada, kemudian tangan mendekap tubuh dan kepala tertunduk dimasukkan di antara lutut dan tangan.

4. Aktifitas Sosial

Terdapat beberapa aktifitas sosial pada Owa Jawa yang dilakukan untuk memperkuat interaksi baik antar individu maupun antar kelompok, yaitu sebagai berikut :

1) Bermain (playing), aktifitas bermain biasa dilakukan oleh individu muda dan anakan yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan pergerakan, seperti berayun dari satu cabang ke cabang lain dan bergulat dengan individu lain dengan persentase sebesar 1,69%.

2) Berkutu-kutuan (grooming), adalah aktifitas yang bertujuan untuk membersihkan kotoran dan parasit dari tubuh sendiri ataupun tubuh individu Owa Jawa yang lain. Berkutu-kutuan dilakukan di sela-sela waktu istirahat pendek Owa Jawa. Terdapat dua tipe grooming yang dilakukan oleh Owa Jawa, yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming merupakan aktifitas berkutu-kutuan yang dilakukan sendiri, tanpa bantuan dari individu lain sedangkan allogrooming merupakan aktifitas berkutu-kutuan antar individu (Goosen, 1987). Aktifitas ini memiliki proporsi waktu rata-rata sebesar 3%.

3) Bersuara (calling), merupakan salah satu bentuk aktifitas sosial Owa Jawa yang dapat dilakukan oleh seluruh individu sebagai bentuk komunikasi baik intra maupun inter kelompok Owa Jawa dengan persentase sebesar 0,54%.

C. Perilaku Bersuara

Famili Hylobatidae dikenal sebagai spesies yang unik karena mampu mengeluarkan suara yang keras dan panjang sehingga dapat terdengar sampai sejauh radius 1,5 km. Pada Owa Jawa, betina dewasa lebih sering melakukan aktifitas bersuara dibandingkan dengan jantan dewasa, hal ini berkaitan dengan peranan betina sebagai individu dominan dalam kelompok Owa Jawa.

Aktifitas bersuara pada Owa Jawa merupakan salah satu cara berkomunikasi yang berfungsi untuk menyatakan lokasi keberadaan satu


(1)

Sutrisno. 2001. Studi Populasi dan Perilaku Owa Jawa (

Hylobates moloch

Audebert, 1798) di Resort Cibiuk dan Reuna Jengkol Subseksi Taman

Jaya Taman Nasional Ujung Kulon. Skripsi. Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. Tidak diterbitkan.

Tenaza, R. R. 1975.

Territory and Monogamy Among Kloss Gibbons

(

Hylobates klossi

)

on

Siberut

Island,

Indonesia. Folia Primatology. 24

: 60-80.


(2)

(3)

Lampiran 1. Suhu (°C) dan curah hujan harian Juli 2008

*) Tanggal Suhu (°C) Curah hujan harian

(mm/hari) Min Max

1 14,1 31,7 0

2 14,7 30,6 0

3 15,9 31,1 0,4

4 16,1 30,6 0

5 12,4 31,5 0

6 14,1 30,6 0

7 15,7 31,5 0

8 16,1 32,1 0

9 15,7 31,5 0

10 16,8 31,4 0

11 16,6 29,8 4,8

12 15,4 30,7 1,5

13 16,7 31,5 7,3

14 16,1 31,6 50,8

15 15,1 30 0,6

16 14,9 29,8 0

17 15,1 30,3 0

18 14,7 29,5 1

19 15,6 32,1 0

20 15,1 29,6 1

21 12,8 30,9 0

22 13,4 31,3 0

23 14,9 30,6 0

24 14,3 31,2 0

25 16,9 31,1 0

26 16,9 31,7 0

27 14,6 31,6 0

28 14 33,7 0

29 13,8 30,4 0

30 15 30,3 0

31 18,4 30,9 1,4

rata-rata 15 31 2,2

*)


(4)

Lampiran 2. Suhu (°C) dan curah hujan harian Agustus 2008

*) Tanggal Suhu (°C) Curah hujan harian

(mm/hari) Min Max

1 18,4 32,2 4,7

2 14,3 30,5 0

3 16,2 32,1 0

4 14,4 31,9 0,2

5 14,9 30,9 0

6 16,2 29,7 2,5

7 15,4 30,7 0

8 15,7 31,5 0

9 16,4 32,4 0

10 16,1 32,6 0

11 18,1 30,7 3,5

12 17,1 29,6 0

13 16,1 28,8 0

14 18,1 30,6 12,1

15 14,9 31,9 0

16 16,1 30,4 23

17 15,7 30,9 0,8

18 17,2 26,9 0

19 16,6 29,1 18,4

20 15,6 27,8 45,8

21 16,6 30,8 0

22 16,5 30,1 30,8

23 16,4 29,3 3,4

24 16,2 28,8 28,4

25 18,7 30,3 22,6

rata-rata 16 30 7,85

*)


(5)

Lampiran 3. Kondisi fisik lingkungan saat adanya perilaku bersuara

No. Tanggal Waktu Cuaca

Suhu

Dry Wet RH (%)

1 14-Juli 14.10.01 mendung 25° 23° 84%

2 15-Juli 07.32.30 mendung 20° 18° 81%

3 15-Juli 08.32.56 mendung - - - 4 15-Juli 10.33.10 mendung - - -

5 17-Juli 07.39.56 cerah - - -

6 17-Juli 12.20.02 cerah 24° 23° 92%

7 17-Juli 14.58.08 cerah 22° 21° 92%

8 17-Juli 15.02.08 cerah 22° 21° 92%

9 18-Juli 07.34.56 cerah 19° 18° 91%

10 19-Juli 09.12.08 cerah 21° 20° 91%

11 22-Juli 07.35.21 cerah 14° 13° 91%

12 22-Juli 10.05.04 cerah 17° 16° 90%

13 23-Juli 06.32.21 cerah 18° 16° 83%

14 23-Juli 08.15.12 cerah 19° 18° 92%

15 24-Juli 09.58.13 mendung 20° 17° 73%

16 24-Juli 15.10.58 mendung 23° 20° 75%

17 24-Juli 15.49.18 mendung 22° 20° 84%

18 24-Juli 16.05.38 mendung 20° 19° 92%

19 25-Juli 10.44.15 cerah 23° 21° 84%

20 25-Juli 12.22.20 cerah 24° 21° 77%

21 28-Juli 10.00.34 cerah 20° 19° 92%

22 28-Juli 10.27.55 cerah 20° 19° 92%

23 28-Juli 10.42.12 cerah 20° 19° 92%

24 29-Juli 06.30.11 cerah 18° 16° 83%


(6)

Lanjutan

26 30-Juli 07.58.26 cerah 21° 20° 92%

27 30-Juli 08.16.34 cerah 21° 20° 92%

28 30-Juli 09.25.58 cerah 22° 21° 92%

29 03-Agustus 05.40.25 cerah 17° 16° 91%

30 04-Agustus 13.03.12 cerah 25° 22° 77%

31 04-Agustus 14.27.34 cerah 24° 21° 77%

32 06-Agustus 08.50.02 cerah 20° 19° 92%

33 06-Agustus 10.48.14 cerah 21° 20° 92%

34 08-Agustus 15.17.34 cerah 22° 21° 91%

35 09-Agustus 10.09.58 cerah 21° 20° 92%

36 09-Agustus 10.55.30 cerah 21° 20° 92%

37 12-Agustus 06.38.04 mendung 20° 18° 84%

38 12-Agustus 09.02.26 mendung 20° 19° 92%

39 12-Agustus 14.02.50 mendung 22° 21° 91%

40 18-Agustus 10.56.56 mendung 21° 20° 92%

41 18-Agustus 12.00.05 mendung 21° 20° 92%

42 19-Agustus 14. 30. 25 mendung 23° 22° 92%

43 22-Agustus 05.37.21 cerah 18° 17° 91%

44 25-Agustus 06.04.02 cerah 17° 16° 91%