Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit sebagai Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit.

PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH CAIR
PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI UNSUR HARA
TANAMAN KELAPA SAWIT

TSASINUL ACHLAQ

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
Tsasinul Achlaq. Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Unsur Hara
Tanaman Kelapa Sawit. Dibimbing oleh Dede Setiady dan Djustaf.
Penelitian ini dilakukan di kebun pembibitan PT Tania Selatan Kabupaten Ogan Kemiring Ilir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
(LCPKS) sebagai unsur hara tanaman pada proses pembibitan kelapa sawit. Percobaan disusun secara
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam ulangan, sebagai perlakuan yaitu tanpa air limbah
(Kontrol), air limbah yang berasal dari kolam anaerobik primer, sekunder dan kolam aerobik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penyiraman air limbah kolam aerob (K3) menghasilkan pertambahan

terbesar pada semua parameter yang diamati dibandingkan kontrol (K0). Sementara Pemberian air
limbah kolam anaerob primer (K1) dan sekunder (K2) menghasilkan pertambahan tinggi, diameter
batang , jumlah daun serta berat kering akar dan tajuk lebih rendah dibandingkan kontrol (K0).
Penyiraman air limbah kolam aerob (K3) menghasilkan pertambahan terbesar terhadap tinggi,
diameter batang dan jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12 Minggu Setelah Tanam (MST)
dengan rata – rata 15.87 cm, 0.77 cm dan 5.33 helai. Sehingga nilai bobot kering akar dan tajuk juga
mengalami peningkatan dengan rata – rata sebesar 15.50 gram dan 51.83 gram.

ABSTRAC
Tsasinul Achlaq. The Effect of Palm Oil Liquid Waste Application as Nutrient Unsure for Palm
Oil. Supervised by Dede Setiady and Djustaf.
The study was conducted at the field seedling of PT Tania Selatan, District of Ogan Kemiring Ilir.
The objectives of this research was know the effect of Palm Oil Mill Effluent (POME) application as
nutrient unsure on the palm oil seedling proces. This experiment was arranged in the completely
randomized design with six replication and four treatment type they are the treatment without POME
(K0), watering the plant using the effluent from primary anaerobic pond (K1), secondary anaerobic
pond (K2) and aerobic pond (K3). The result showed that watering the plant with the liquid waste from
aerobic pond (K3) increased all observed parameter than control. While the primary and secondary
anaerobic pond treatment (K1 and K2) produce rise addition of the height , stem diameter, number of
leaf and shoot that they were smaller than control. The watering of liquid waste from aerobic pond

(K3) produce rise addition of the height, stem diameter, number of leaf, shot and root dry weight that
they were considered as a bigger result from the whole treatments during 12 week after planted, with
average 15.87 cm, 0.77 cm ,5.33 pieces, 15.50 and 51.83 gram.

PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK
KELAPA SAWIT SEBAGAI UNSUR HARA
TANAMAN KELAPA SAWIT

TSASINUL ACHLAQ

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008


Judul

: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit sebagai
Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit.
Nama : Tsasinul Achlaq
NIM : G34103001

Menyetujui,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, MS.
NIP 130779509

Ir. Djustaf
NIP 44026336


Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim . DEA.
NIP 131578806

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2007
dengan judul Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit sebagai Unsur Hara Tanaman
Kelapa Sawit.
Terima kasih yang teramat besar penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr.Ir.Dede Setiadi, MS.
dan Bapak Ir Djustaf selaku pembimbing atas saran, kritik, masukan ilmu dan pengetahuan, serta
kesabaran dalam membimbing. Penghargaan dan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu, Bapak,
kakak dan Adik , atas segala doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungannya Disamping itu,
terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs Ridwan SH beserta Ibu atas bantuan dan kasih
sayang yang telah diberikan, keluarga besar PT Tania Selatan, Dinas Pertambangan dan

Pengembangan Energi Kota Kayu Agung, Bapak Ir. Rahmadsyah yang telah banyak memberikan
saran dan masukan, Pak Tomo, Pak Agus eko dan Kak Andre atas bantuan yang telah diberikan dalam
pengumpulan data, beserta teman-teman di Cidangiang Blok B2, Biologi angkatan 40 khususnya Tyas,
dan Rika.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2008

Tsasinul Achlaq

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 19 Februari 1984 dari ayah bernama Sidqon Ma’ruf
dan Ibu bernama Jazilah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Muara Bulian serta pada tahun yang sama lulus
masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) jurusan Biologi fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Organisasi yang pernah diikuti penulis antara lain Bioworld sebagai anggota divisi Casting,
Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) dan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) sebagai
anggota. Selama mengikuti perkuliahan di departemen biologi penulis pernah menjadi asisten
praktikum Biologi Dasar pada tahun 2008, Ilmu Lingkungan dan Ekologi Dasar pada tahun yang sama.

Penulis juga pernah melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2006 di PT Asiatic Persada
dengan judul “Manajemen Pengolahan Kelapa Sawit” serta mendapatkan beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (2005 – 2007).

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar belakang ...................................................................................................1
Tujuan ................................................................................................................1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ..........................................................................................
Alat dan Bahan ................................................................................................
Rancangan Percobaan......................................................................................
Analisis Tanah dan Air Limbah Kelapa Sawit ................................................
Persiapan Media Tanam ..................................................................................
Penanaman Kecambah ....................................................................................
Uji Aplikasi Air Limbah Pada Tanaman .........................................................

Pemeliharaan ...................................................................................................
Pengamatan Tanaman......................................................................................
Analisis Data ...................................................................................................

1
1
2
2
2
2
2
3
3
3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteriatik Tanah ......................................................................................... 3
Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ............................................. 4
Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit .............................................................. 5
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan.......................................................................................................... 9
Saran................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10
LAMPIRAN.................................................................................................................. 12

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.

Susunan perlakuan dilapangan ............................................................................................2
Bedengan pembibitan kelapa sawit .....................................................................................2
Benih kelapa sawit ..............................................................................................................3
Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan tinggi tanaman kelapa sawit
selama 12 MST....................................................................................................................4
5. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan diameter batang tanaman kelapa sawit
selama 12 MST....................................................................................................................5
6. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit

selama 12 MST....................................................................................................................6

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Analisis tanah sebelum diberi perlakua....................................................................................3
2. Analisis air limbah sebelum percobaan....................................................................................3
3. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman ....................4
4 Pengaruh pemberian air limbah PKS terhadap pertambahan tinggi tanaman
dari 4 – 12 MST........................................................................................................................4
5. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter batang tanaman ....5
6 Pengaruh pemberian air limbah PKS terhadap pertambahan diameter batang tanaman
dari 4 – 12 MST........................................................................................................................5
7. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah daun tanaman .........6
8 Pengaruh pemberian air limbah PKS terhadap pertambahan jumlah daun tanaman
dari 4 – 12 MST........................................................................................................................6
9. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar tanaman ......................7
10 Pengaruh pemberian air limbah PKS terhadap bobot kering akar tanaman
dari 4 – 12 MST........................................................................................................................7
11. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman ....................7
12 Pengaruh pemberian air limbah PKS terhadap bobot kering tajukr tanaman

dari 4 – 12 MST........................................................................................................................7

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil Analisis Tanah pada akhir percobaan.....................................................................
3
Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah Pada Awal Penelitian............................................
4
Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah Pada Awal Penelitian............................................
5
Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah Pada Akhir Penelitian...........................................
6
Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah Pada Akhir Penelitian...........................................
7 Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi, Diameter, Jumlah Daun Tanaman .....................
8 Hasil Pengamatan Bobot kering Akar dan tajuk Tanaman.................................................
9 Gambar – gambar penelitian ..............................................................................................
10 Desktipsi kolam limbah....................................................................................................

11
12

13
14
15
16
17
18
19

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar belakang .................................................................................................. 1
Tujuan................................................................................................................ 2
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat........................................................................................... 2
Alat dan Bahan................................................................................................. 2
Rancangan Percobaan ...................................................................................... 2
Analisis Tanah dan Air Limbah Kelapa Sawit................................................. 2
Persiapan Media Tanam................................................................................... 2
Penanaman Kecambah ..................................................................................... 3
Uji Aplikasi Air Limbah Pada Tanaman.......................................................... 3
Pemeliharaan.................................................................................................... 3
Pengamatan Tanaman ...................................................................................... 3
Analisis Data.................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman .................................................................................... 4
Tinggi Tanaman ............................................................................................... 4
Diameter ........................................................................................................... 5
Jumlah Daun..................................................................................................... 6
Bobot Kering Akar dan Tajuk tanaman............................................................ 7
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..........................................................................................................11
Saran ................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
LAMPIRAN ..................................................................................................................13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq)
merupakan salah satu tanaman penghasil
komoditas sub sektor perkebunan yang
memberikan andil besar bagi pemasukan
devisa negara di luar sektor minyak dan gas.
Upaya peningkatan produksi minyak kelapa
sawit memiliki prospek yang cerah pada masa
yang akan datang, karena kegunaan minyak
sawit yang beragam, baik sebagai bahan baku
dalam industri pangan maupun non pangan.
Seiring dengan perkembangan areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang
meningkat dengan pesat, maka jumlah pabrik
kelapa sawit (PKS) juga akan bertambah
secara nyata. Akibat bertambahnya unit PKS
maka produksi limbah cair PKS juga ikut
bertambah sehingga penanganan limbah cair
PKS perlu dilakukan.
Menurut Fauzi et al. (2006), limbah
industri kelapa sawit adalah limbah yang
dihasilkan dari proses pengolahan kelapa
sawit. Proses pengolahan Tandan Buah Segar
(TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil
(CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada suatu
PKS dihasilkan berbagai macam limbah
berupa gas, cair, dan padat. Limbah gas
dikeluarkan PKS berupa bahan pencemar
udara (CO) yang bereaksi dengan O2
membentuk CO2 dan diserap kembali oleh
tanaman,
dimanfaatkan
dalam
proses
fotosintesis yang menghasilkan udara bersih
(O2) sehingga dapat berguna bagi semua
kehidupan. Limbah padat berupa tandan
kosong telah dimanfaatkan pula, baik sebagai
mulsa maupun bahan kompos untuk pupuk
organik atau diabukan sebagai sumber alkali
tanah dan unsur hara tanaman (Budianta
2004).
Limbah Cair PKS (LCPKS) rata-rata
mengandung BOD (Biologycal Oxygen
Demand) berkisar antara 30.000-50.000 mg/l
akan menjadi bahan pencemar apabila
dibuang langsung ke perairan bebas. Dapat
dibayangkan bagaimana akibatnya bila limbah
yang berkonsentrasi tinggi bercampur dengan
air sungai. Keadaan tersebut dapat
membahayakan kehidupan habitat dan
sejumlah biota sungai. Tetapi bila dilihat dari
kandungan bahan organik yang terdapat dalam
limbah cair PKS, maka limbah tersebut
merupakan
alternatif
terbaik
untuk
menggantikan fungsi dari pupuk anorganik
(Ginting 2007).
Limbah cair PKS memiliki kandungan
unsur hara makro yang tinggi seperti N, P, K,

Ca dan Mg, sehingga limbah tersebut
berpotensi untuk digunakan sebagai sumber
hara bagi tanaman kelapa sawit. Pemberian
limbah cair dapat meningkatkan sifat fisik,
kimia dan biologi tanah serta meningkatkan
status hara tanah (Loebis & Tobing 1989).
Sejalan dengan semakin mahalnya harga
pupuk, maka pemanfaatan LCPKS sebagai
pupuk alternatif telah banyak diterapkan.
Selain berfungsi mengurangi bahan pencemar
pada badan air di sekitar perkebunan,
pemanfaatan
LCPKS
juga
dapat
meningkatkan efisiensi biaya produksi karena
sekitar 40-60% biaya pemeliharaan tanaman
merupakan biaya pemupukan (Widhiastuti
2001).
Penggunaan air limbah untuk mengairi
areal pertanian telah cukup dikenal sejak
limbah diketahui mempunyai unsur hara yang
dapat menyuburkan tanah. Adanya beberapa
zat (bahan pupuk) dan zat pengatur tumbuh
yang terkandung dalam air limbah dapat
menyebabkan kenaikan hasil pemanenan.
Namun air limbah tidak dapat dialirkan ke
tanah tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal
ini disebabkan oleh larutan partikel unsur
pokok yang mungkin berbahaya bagi tanah,
tanaman, hewan dan juga manusia. Dengan
demikian untuk pemanfaatan air limbah
diperlukan penelitian yang cermat agar tidak
menimbulkan pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit (LCPKS) sebagai unsur hara
tanaman pada proses pembibitan kelapa sawit.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April–
September 2007 di kebun pembibitan bagian
Riset dan Pengembangan PT Tania Selatan,
kebun Burnai Timur, kecamatan Pedamaran.
kabupaten Ogan Kemiring Ilir, Palembang.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu air limbah
PKS yang berasal dari outlet kolam anaerobik
primer, sekunder dan aerobik pada Instalasi
Pengolahan Limbah Cair (IPAL) PT Tania
Selatan, tanah lapisan atas (top soil),
kecambah kelapa sawit varietas D Χ P Tania
Selatan III (TS III), dan kompos. Peralatan
yang digunakan berupa polybag, ember,

2

sekop, saringan tanah berukuran 2 mm,
sprayer, oven, jangka sorong, penggaris dan
neraca analitis.

tinggi 1,5 m di bagian timur dan 1 m di
bagian barat. Gambar 2 menyajikan bedengan
pembibitan kelapa sawit yang dibuat pada
penelitian.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan enam ulangan dan terdiri atas empat
perlakuan. Susunan perlakuan dilapangan
disajikan pada gambar 1.
K0

K1

K3

K2

K1

K3

K0

K2
Gambar 2. Bedengan pembibitan kelapa sawit.

K0

K3

K3

K1

K0

K0

K3

K2

K0

K1

K2

K0

K3

K1

K2

K1

Gambar 1. Susunan perlakuan di lapangan
Keterangan :
K0 : Tanpa air limbah (air kran sebagai
kontrol)
K1 : Air limbah berasal dari kolam anaerob
primer
K2 : Air limbah berasal dari kolam anaerob
sekunder
K3 : Air limbah berasal dari kolam aerobik
Analisis Tanah dan Air Limbah Kelapa
Sawit
Analisis tanah yang dilakukan mencakup
Kapasitas Tukar Kation (KTK), N-Total, P, K,
Ca dan Mg tersedia, serta logam berat (Pb dan
Cu). Sedangkan analisis terhadap karakteristik
air limbah diantaranya BOD5 air limbah dan
kandungan hara makro (N, P, K, Ca, Mg)
serta logam berat (Pb dan Cu). Analisis
dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
Persiapan Media Tanam
Unit percobaan terdiri atas 24 buah
polybag. Lahan diratakan dan dibersihkan dari
rumput serta tumbuhan pengganggu lainnya.
Kemudian dibuat bedengan berukuran 5 x 2m
dan diberi atap pelepah kelapa sawit yang
dilapisi plastik pada bagian atasnya dengan

Media tanam yang digunakan adalah tanah
lapisan atas (top soil) yang telah dicampur
dengan kompos (3 : 1) (b/b). Mula-mula tanah
yang diperoleh dari daerah sekitar perkebunan
kelapa sawit dan kompos dikering udarakan,
kemudian dihaluskan sampai lolos pada
saringan berukuran 2 mm. Tanah dan kompos
yang telah
dicampurkan dimasukkan ke
dalam polybag berukuran 50 x 38 cm.
Penanaman Kecambah
Penanaman kecambah dilakukan pada
lubang yang dibuat dengan jari, tepat di
tengah polybag. Pada gambar 3 dapat
ditunjukkan bahwa struktur bakal daun
berbentuk lancip berwarna putih kekuningan
harus berada di atas dan bakal akar yang
kasar dan tumpul menghadap ke bawah.
Setelah itu kecambah ditanam dan ditutup
dengan tanah setebal 1-1,5 cm (Pahan 2007).

Gambar 3. Benih kelapa sawit.
Uji Aplikasi Air Limbah pada Tanaman
Air limbah yang diaplikasikan pada
tanaman berasal dari kolam anaerob primer,
sekunder dan aerobik. Deskripsi dari masingmasing kolam limbah disajikan pada lampiran
9. Air limbah dari masing-masing kolam
diambil sebanyak 120 liter. Kemudian
ditampung dalam ember penampungan.
Penyiraman dengan air limbah dimulai ketika

3

tanaman berumur empat Minggu Setelah
Tanam (4 MST). Air limbah dari masingmasing perlakuan dimasukkan ke dalam
sprayer, selanjutnya disiramkan pada tanaman
sesuai dengan label perlakuan. Sebelum
digunakan, limbah diaduk terlebih dahulu
agar semua material yang terkandung di
dalamnya dapat tercampur secara merata.

Analisis Data
Pengolahan data hasil pengamatan
dilakukan dengan menggunakan program SAS
6.12. Uji perbandingan ganda Duncan dengan
selang kepercayaan 95% dilakukan apabila
terdapat perlakuan yang berbeda nyata pada
tabel analisis ragam.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi
penyiraman tanaman sekali dalam sehari
untuk perlakuan dan kontrol, penyiangan
gulma serta pencegahan serangan hama dan
penyakit. Penyiangan gulma dilakukan setiap
dua minggu. Gulma yang tumbuh dicabut
dengan tangan, baik yang berada dalam
polybag maupun di sekitar bedengan. Selain
itu, dilakukan juga penimbunan akar
kecambah yang terbuka oleh air siraman.
Pengamatan Tanaman
Pengamatan
terhadap
parameter
pertumbuhan tanaman seperti tinggi, diameter
batang, dan jumlah daun dilakukan setelah
tanaman berumur 4 MST setiap dua minggu
sampai tanaman berumur 12 MST. Sedangkan
pengamatan terhadap biomassa tanaman
dilakukan pada akhir percobaan, parameter
yang diamati meliputi bobot kering akar dan
tajuk tanaman. Akar tanaman kelapa sawit
dibersihkan dari tanah dengan cara
disemprotkan dengan air. Setelah akar bersih
dari tanah, kemudian ditiriskan sampai air
tidak menetes dari akar. Tanaman dipisahkan
dari bagian atas (tajuk) dengan bagian
bawahnya (akar). Kemudian tanaman
dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada
suhu 80oC.

Karakteristik Tanah
Pemanfaatan limbah cair PKS pada lahan
perkebunan diharapkan dapat meningkatkan
kandungan hara di mintakat perakaran
tanaman, sehingga dapat mengurangi atau
bahkan dapat meniadakan pemakaian pupuk
konvensional (Budianta 2004). Hasil analisis
pengaruh LCPKS terhadap ketersediaan unsur
hara disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum
tingkat kesuburan media tanam yang
digunakan tergolong rendah. Hal ini berkaitan
erat dengan tingginya tingkat kemasaman
tanah dan kejenuhan Al serta rendahnya
jumlah dan laju ketersediaan hara terutama N,
P, K, Ca dan Mg. Pada kondisi tanah
demikian sering mengakibatkan ketersediaan
B, Cu, Zn dan Mo juga rendah (PPLH 2004).
Hasil analisis tanah pada awal dan akhir
penelitian menunjukkan bahwa pemberian air
limbah pada media tanam dapat meningkatkan
pH tanah, N-Total dan P-tersedia. Selain itu ,
basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg dan
K) juga mengalami peningkatan. Pemberian
air limbah tidak mengakibatkan terjadinya
peningkatan kandungan logam berat (Pb dan
Cu). Hal ini dibuktikan pada hasil analisis
tanah yang menunjukkan kandungan logam
berat pada perlakuan relatif lebih rendah
dibandingkan kontrol.

Tabel 1. Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian
Parameter
pH
C
N
C/N
P2O5
K2O
Ca
Mg
KTK
Pb
Cu

Satuan
%

ppm
cmol (+) kg-1
ppm

Awal
4.70am
3.07t
0.22s
13.95s
7.60s
0.09sr
0.40sr
0.37sr
13,50r
0.00d
0.00d

Akhir
K0
5,2am
3,57t
0,31s
12s
92,9st
149st
5,12r
1,24s
12r
0,49
0,31m

K1
5,6m
3,6t
0.30s
12s
171,9st
287st
5,31r
2,15s
12r
0,35
0,25m

K2
5.4m
3.6t
0.32s
11s
136.7st
241st
5.78r
1.87s
11r
0,4
0,18d

K3
5,3m
4,02t
0,38s
11s
116.3st
253st
5,48r
1,66s
11r
0,4
0,22c

Keterangan : am : amat masam, m : masam, sr : sangat rendah, r : rendah, t : tinggi, st : sangat tinggi, d : defisiensi, m :
marginal, c : cukup.

4

Tabel 2. Hasil analisis air limbah pada awal dan akhir penelitian
perlakuan

K0

Awal
Akhir

K2

K3

N

P

0.35

0.67

2.41

Parameter
K
Ca

Mg

Pb

Cu

0.56

0.03

0.31

0.00

0.00

1.08

0.00

0.00

1.04

0.00

0.11

0.00

0.00

67.59*

100

100

46.15

100

64.52

0.00

0.00

Awal
Akhir

978.57

38.00

15.44

114.25

3.54

8.75

0.07

0.00

161.85

4.03

8.74

30.58

1.43

1.93

0.00

0.05

(%)

83.46

89.41

43.42

73.23

87.00

77.94

100

100*

Awal
Akhir

859.05

8.40

15.48

114.50

3.69

8.75

0.04

0.00

74.70

42.66

1.51

29.62

5.73

2.15

0.00

0.02

(%)

91.30

80.31

90.24

74.13

35.60

75.43

100

100*

Awal
Akhir

682.26

0.60

13.46

97.00

1.87

6.25

0.04

0.00

134.46

3.36

0.29

33.46

0.16

1.07

0.00

0.01

91.44

91.44

100

100*

(%)
K1

BOD5

8.03
82.15
97.85
65.50
(%)
Keterangan : * = terjadi peningkatan kandungan unsur hara

Manik
(2000)
menyatakan
bahwa
pemanfaatan limbah cair ke areal tanaman
kelapa sawit selama lima tahun berturut-turut
tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah
(tekstur, permeabilitas dan kerapatan isi
tanah), meningkatkan pH tanah, kandungan COrganik, N-Total, serta P, K dan Mg tersedia,
tidak berpengaruh terhadap logam berat Cd,
Pb dan Cu, tetapi meningkatkan kadar Fe dan
Zn, serta dapat meningkatkan rata-rata
produksi TBS sebesar 35,2 %. Aplikasi
limbah cair selain limbah itu sendiri
mengandung unsur hara, adanya air limbah
dan mikroorganisme di dalam limbah dan
tanah akan membantu terbentuknya unsur hara
menjadi bentuk yang tersedia (Widhiastuti
2004).
Kemasaman tanah (pH) menentukan
ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur
hara dalam tanah. Brady (1990) menyatakan
bahwa ada dua faktor yang menyebabkan pH
tanah dapat berubah yaitu adanya peningkatan
jumlah ion H dan basa yang terjerap.
Penyiraman air limbah pada tanaman kelapa
sawit dapat meningkatkan pH tanah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa media
tanam yang diberi air limbah kolam aerob
(K3) memiliki nisbah C/N yang lebih rendah
dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya.
Bahan organik yang memiliki nisbah C/N
rendah lebih cepat menyediakan hara bagi
tanaman.
Nitrogen
yang
dibutuhkan
mikroorganisme tercukupi sehingga proses
dekomposisi berjalan lebih cepat.
Novizan (2005) menyatakan bahwa KTK
menunjukkan kemampuan atau kapasitas
koloid tanah untuk memegang kation.
Penyiraman air limbah pada media tanam

dapat meningkatkan nilai KTK tanah.
Perlakuan K1 (air limbah berasal dari kolam
anaerob primer) memiliki nilai KTK yang
lebih tinggi dibandingkan kontrol dan
perlakuan lainnya. Hal ini berkaitan dengan
banyaknya kation yang terkandung dalam
limbah tersebut.
Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit
Persentase penurunan kandungan BOD5,
unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg) dan logam
berat (Pb dan Cu) disajikan pada tabel 2. Hasil
analisis air limbah awal dan akhir penelitian
dapat dilihat pada lampiran 1-4. BOD5 limbah
cair masing-masing perlakuan mengalami
penurunan.
Pengolahan limbah dengan cara biologis
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aerob
dan anaerob. Kedua metode ini disusun dalam
IPAL secara seri dan memiliki proses yang
berbeda karena metode aerob membutuhkan
oksigen dalam prosesnya sedangkan anaerob
harus meminimumkan oksigen sesedikit
mungkin.
Proses
anaerobik
tidak
menghasilkan sesuatu yang sempurna
melainkan hanya mampu mengolah limbah
sampai pada batas tertentu yang cocok untuk
proses aerob (Ginting 2007). Adanya
kandungan oksigen pada kolam aerobik
menyebabkan perombakan limbah dapat
berlangsung dengan sempurna sehingga dalam
pemanfaatannya unsur hara dalam limbah
tersebut berada dalam keadaan yang lebih
tersedia bagi tanaman.

5

Hasil analisis akhir air limbah
menunjukkan bahwa nilai BOD5 air limbah
yang berasal dari outlet masing-masing fase
pengolahan
mengalami
pernurunan.
Penurunan
terbesar
diperoleh pada
perlakuan K2 (air limbah kolam anaerob
primer) yaitu sebesar 91,30% sementara
penurunan terkecil diperoleh pada perlakuan
K3 (air limbah kolam aerob) sebesar 8,29%.
Mc Kinney (1965) menyatakan bahwa
Konsentrasi BOD menunjukkan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan hampir semua zat organik yang
terlarut dan sebagian zat-zat organik yang
tersuspensi dalam air. Penurunan konsentrasi
BOD disebabkan adanya aktivitas mikrob
yang mampu mengoksidasi semua bahanbahan organik pada kondisi yang sesuai
dengan pertumbuhannya (Freeman 1984).
Dalam pemanfaatannya, sebaiknya air
limbah tidak dibiarkan terlalu lama karena
limbah akan mengalami degradasi terusmenerus sehingga nilai BOD akan semakin
menurun akibat aktivitas bakteri. Nilai BOD
yang terlalu rendah menyebabkan kadungan
nutrisi limbah juga akan rendah (Budianta
2004). Jumlah nutrien yang tidak cukup,
seperti nitrogen dan fosfor, cenderung
menurunkan laju pertumbuhan mikroba,
menurunkan laju penghilangan BOD dan
melemahkan sifat pengendapan lumpur (Jeni
dan Rahayu 1993).
Limbah cair PKS memiliki sejumlah
kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman. Hasil analisis menunjukan bahwa
terjadi penurunan kandungan N, P, K, Ca dan
Mg. Namun, pada akhir penelitian, kandungan
unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg) berfluktuasi.
Kandungan N-Total pada perlakuan K3
mengalami peningkatan yaitu sebesar 82.15%
yang diikuti oleh K2 sebesar 80.31%.
Sementara pada perlakuan K1 kandungan Ntotal mengalami penurunan sebesar 89.41%.
Dalam air limbah N dapat ditemukan dalam
bentuk
N-organik
dan
anorganik.
Dekomposisi air limbah yang berasal dari
kolam
aerob
mampu
meningkatkan
kandungan N-Total dalam air limbah.
Menurut Jeni dan Rahayu (1993), Oksidasi
amonia menjadi nitrit dan nitrat disebut
nitrifikasi dan berlangsung dibawah kondisi
aerobik. Sedangkan pada perlakuan K1 terjadi
proses denitrifikasi yaitu proses dimana Nnitrat dan nitrit direduksi menjadi gas nitrogen
dan nitrogen oksida dibawah kondisi anaerob.
Denitrifikasi memberikan kemungkinan untuk
mereduksi kadar nitrogen dari effluent limbah

dengan menghasilkan fraksi nitrogen yang
dilepaskan ke udara sebagai gas inert.
Kandungan unsur P pada air limbah
mengalami penurunan. Tingkat penurunan
terbesar diperoleh pada perlakuan K3 yaitu
97.85% dan terkecil diperoleh pada perlakuan
K1 sebesar 43.42%. Penanganan biologik
anaerobik, fosfat akan mengalami likuifikasi
(pencairan) bahan organik dan senyawa fosfor
anorganik akan dilepas dari senyawa organik.
Effluent
dari
unit
anaerobik
dapat
mengandung senyawa fosfor terlarut dalam
konsentrasi kecil (Jeni dan Rahayu 1993).
Unsur K , Ca dan Mg pada masingmasing perlakuan mengalami penurunan.
Perlakuan K2 mengalami penurunan terbesar
terhadap unsur K yaitu seberar 74.13%.
Kandungan Ca mengalami penurunan terbesar
pada perlakuan K1 yang mencapai 87%
sementara Mg penurunan terbesar diperoleh
pada perlakuan K3 mencapai 91.44%.
Proses penguraian bahan organik akan
mengurangi kandungan K, Ca dan Mg dalam
air limbah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme. Mikoorganisme, selain
merombak kalium, kalsium dan magnesium
juga menggunakan unsur tersebut untuk
aktivitas metabolisme hidupnya.
Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit
A. Tinggi tanaman
Hasil pengamatan tinggi tanaman kelapa
sawit selama 12 MST disajikan pada
Lampiran 5. Analisis keragaman terhadap
tinggi
tanaman pada masing-masing
perlakuan (Tabel 4) menunjukkan bahwa
perlakuan penyiraman air limbah memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertambahan
tinggi tanaman.
Tanaman yang diberi perlakuan K3 (air
limbah kolam aerob) menghasilkan rata-rata
pertambahan tinggi terbesar yaitu 15.87 cm
sementara nilai rata-rata terkecil diperoleh
pada perlakuan K2 (air limbah kolam anaerob
sekunder) yaitu 12.07 cm.
Berdasarkan uji Duncan pada tabel 3
terlihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan
K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol
tetapi berbeda secara nyata dengan K1 dan
K2. Gambar 4 menunjukkan pertambahan
tinggi tanaman yang diberi perlakuan K3 pada
setiap pengamatan mengalami peningkatan
yang signifikan dibandingkan kontrol dan
perlakuan lainnya.
Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca
dan Mg) air limbah K3 lebih rendah
dibandingkan K1 dan K2. Namun rata - rata
pertambahan
tinggi
tanaman
terbesar

6

tinggi (cm)

diperoleh pada perlakuan K3. Dapat
diasumsikan bahwa kandungan beberapa
unsur hara makro pada K3 berada dalam
keadaan yang tersedia bagi pertumbuhan
tanaman kelapa sawit karena limbah tersebut
telah terdekomposisi secara sempurna.
Ketersediaan unsur hara didalam tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya seperti pH
tanah, KTK, dan komposisi kation berkaitan
dengan
efek
sinergisme maupun
antagonisme di dalam tanah (Khaswarina
2001).
Ketidakseimbangan hara akan berakibat
terganggunya ketersediaan salah satu hara
tanaman.
Hukum
minimum
Leibig
menyebutkan bahwa laju pertumbuhan
tanaman diatur oleh adanya faktor (unsur
hara) yang berada dalam jumlah minimum.
35
30
25
20
15
10
5
0
4

6

8

10

12

Um ur tanam an (MST)
K0

K1

K2

K3

Gambar 4. Pengaruh perlakuan LCPKS
terhadap pertambahan tinggi kelapa sawit
selama 12 MST.
Setiap unsur hara yang terkandung dalam
air limbah kolam aerob (K3) sangat berperan
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.
Nitrogen merupakan unsur esensial dalam
proses pertumbuhan tanaman. Unsur hara
yang tersedia bagi tanaman sangat berperan
dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman. Hal ini dijelaskan oleh Novizan
(2005)
bahwa
pemupukan
P
dapat
merangsang
pembelahan
sel
untuk
pertumbuhan
awal
bibit
tanaman.
Terakumulasinya unsur K yang cukup dalam
daun akan meningkatkan tekanan turgor,

kemudian
mendorong
stomata
untuk
membuka, maka cahaya dan CO2 akan masuk
lebih
banyak
sehingga
fotosintesis
berlangsung lebih baik. Gardner et al. (1991)
menyatakan bahwa fotosintat yang terbentuk
selama proses fotosintesis sebagian digunakan
untuk pembentukan sel-sel baru pada jaringan
meristem ujung. Unsur Mg berperan sebagai
penyusun klorofil, sedangkan Ca merupakan
penyususn dinding sel dan esensial dalam
proses pembelahan dan pemanjangan sel.
B. Diameter tanaman
Hasil analisis keragaman pada tabel 5
membuktikan bahwa penyiraman air limbah
pada tanaman memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertambahan diameter batang.
Seperti halnya pada tinggi tanaman,
pertambahan diameter batang selama 12 MST
(gambar 5) juga memperlihatkan bahwa K3
adalah perlakuan yang memiliki penambahan
diameter batang paling signifikan pada setiap
pengamatan dengan rata-rata sebesar 0.77 cm.
Perlakuan
K2
menghasilkan
rata-rata
pertambahan diameter terkecil yaitu 0.46 cm.
Hasil pengamatan pertambahan diameter
batang selama 12 MST disajikan pada
lampiran 5. Uji Duncan pada tabel 3
menunjukkan bahwa perlakuan K3 tidak
berbeda nyata dengan kontrol namun berbeda
secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2
Meskipun penyiraman K3 pada tanaman
kelapa
sawit
menunjukkan
rata-rata
pertumbuhan diameter tanaman yang tidak
berbeda secara nyata dengan kontrol, namun
jika dilihat dari grafik pertumbuhan pada
gambar 5 maka ada kecenderungan bahwa
perlakuan K3 menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan kontrol dan perlakuan
lainnya. Hal ini disebabkan air limbah dari
kolam aerob mampu menyediakan unsur hara
bagi tanaman secara kontinu. Kemudian
ditambahkan oleh Marbun et al. (2004) bahwa
limbah cair PKS merupakan salah satu bahan
organik yang berperan sebagai unsur hara
perangsang
aktivitas
mikroorganisme,
memperbaiki struktur, meningkatkan aerasi
serta retensi dan kelembaban tanah.

Tabel 3. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata pertambahan tinggi, diameter
batang dan jumlah daun tanaman dari 4 - 12 MST.
Perlakuan
∆ Tinggi tanaman (cm)
∆ Diameter batang (cm)
∆ Jumlah daun (helai)
K0
14.23 ± 0.71ab
0.69 ± 0.30a
4.67 ± 0.21ab
K1
12.97 ± 0.79bc
0.57 ± 0.39b
4.5 ± 0.22b
K2
12.07 ± 0.62c
0.46 ± 0.16c
4.17 ± 0.31b
K3
15.87 ± 0.62a
0.77 ± 0.36a
5.33 ± 0.21a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

7

Tabel 4. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman
Sumber keragaman

Derajat
bebas
3
20
23

Perlakuan
Galat
Total

Jumlah
kuadrat
489.40
565.73
1055.13

Kuadrat
tengah
163.13
282.87

F hitung

F tabel

5.77

3.09

Tabel 5. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter batang tanaman
kelapa sawit
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
20
23

Jumlah
kuadrat
0.34
0.12
0.46

Kuadrat
tengah
0.11
0.01

Diam eter (cm )

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
4

6

8

10

12

Umur tanaman (MST)
K0

K1

K2

K3

Gambar 5. Pengaruh perlakuan LCPKS
terhadap pertambahan diameter tanaman
kelapa sawit selama 12 MST.
Unsur hara yang tersedia bagi tanaman
juga dapat menguatkan pertumbuhan diameter
batang. Nitrogen yang terkandung pada K3
merupakan bahan yang esensial untuk
pembelahan dan pembesaran sel (Gardner et
al. 1991), sementara itu menurut Lingga dan
Lubis (1986) dalam (Khaswarina 2001) unsur
K berperan penting dalam dinding sel, dan
menguatkan vigor tanaman. Sehingga unsur
N dan K dapat mempengaruhi besar diameter
batang tanaman. Pemberian P pada awal
pertumbuhan dapat memperkuat batang
(Soepartini 1979). Ditambahkan juga oleh
Agustina (2004) yang menyatakan bahwa Ca
berperan penting sebagai elemen struktural
khususnya sebagai Ca pektat di dalam
penyusun
lamela tengah sehingga dapat
memperkokoh batang tanaman.
C. Jumlah daun
Hasil analisis keragaman pada tabel 6
menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman

F hitung
18.70

F tabel
3.09

air limbah pada tanaman memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertambahan
jumlah daun tanaman kelapa sawit.
Berdasarkan uji Duncan pada tabel 3 dapat
dinyatakan bahwa perlakuan K3 tidak berbeda
nyata dengan kontrol tetapi berbeda secara
nyata dengan perlakuan K1 dan K2.
Hasil pengamatan pertambahan jumlah
daun setiap pengamatan disajikan pada
lampiran 5. Perlakuan K3 menghasilkan ratarata petambahan jumlah daun terbesar yaitu
5.33 helai. Sementara nilai rata-rata
pertambahan jumlah daun terkecil diperoleh
pada perlakuan K2 yaitu 4.17 helai. Gambar 6
menunjukkan
pengaruh
masing-masing
perlakuan terhadap rata-rata pertambahan
jumlah daun tanaman pada setiap pengamatan
selama 12 MST. Masing-masing perlakuan
dan kontrol menunjukkan pertambahan
jumlah daun yang hampir sama pada setiap
pengamatan.
Pertambahan jumlah daun dipengaruhi
oleh tersedianya unsur N bagi tanaman. Unsur
N berperan menonjol terhadap bagian
vegetatif tanaman (dedaunan dan pucuk)
sehingga para petani menyebutnya dengan
pupuk daun. Sementara unsur-unsur lainnya
seperti P, K, Ca dan Mg berperan dalam
menunjang pertumbuhan lebar daun. Tanaman
yang diberi perlakuan K3 menghasilkan daun
yang subur dan lebih luas.
Respon pertumbuhan tanaman kelapa
sawit yang diberi perlakuan dengan tanpa
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Hal ini disebabkan nutrisi organik
yang berasal dari limbah mempunyai daya
penyediaan hara yang rendah atau mempunyai
peranan dalam jangka panjang (Budianta
2004).

8

Tabel 6. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah daun tanaman
kelapa sawit
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
20
23

Jumlah
kuadrat
4.33
7.00
11.33

Kuadrat
tengah
1.44
0.35

Jumlah daun (helai)

Lakitan (2001) menyatakan bahwa
sebagian besar nutrisi dalam bahan organik
berikatan dengan molekul organik. Sebelum
dapat diserap oleh tanaman. Bahan organik
harus mengalami penguraian yang biasanya
dilakukan oleh mikroorganisme. Unsur hara
dalam bahan organik bersifat lambat tersedia
bagi tanaman. Pahan (2007) menyatakan
bahwa pada fase tanaman muda penggunaan
pupuk yang lambat larut akan lebih efektif dan
efisien daripada pupuk yang cepat larut.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
4

6

8

10

12

Um ur tanam an (MST)
K0

K1

K2

K3

Gambar 6. Pengaruh perlakuan LCPKS
terhadap pertambahan jumlah daun tanaman
kelapa sawit selama 12 MST.
Pertambahan tinggi, diameter batang dan
jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12
MST terlihat bahwa pada perlakuan K1 dan
K2 pertumbuhan tanaman lebih rendah dari
kontrol. Hal ini terjadi karena K1 dan K2
mampu mensuplai unsur K secara berlebih
kepada tanaman kelapa sawit sehingga Ca dan
Mg tanah tertekan dan suplai unsur ini
menjadi terhambat (Peter & Fisher, 1992).
Unsur Ca dan Mg yang relatif rendah dapat
menurunkan laju pertumbuhan vegetatif
tanaman. Lakitan (2001) menyatakan bahwa
Ca, Mg dan N diperlukan dalam pembentukan
protein yang merupakan unsur utama dalam
proses fotosintesis. Sementara kalium berguna
sebagai aktifator dari berbagai enzim dalam
reaksi fotosintesis.
Air limbah pada perlakuan K1 dan K2
mgandung Sludge yang cukup tinggi. Sludge

F hitung
4.13

F tabel
3.09

memiliki tekstur yang didominasi oleh debu
akan menjadi buruk dan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, terutama perakaran
sangat terbatas , serapan hara terhambat, air
menjadi kurang dan terjadi pembentukan
senyawa anorganik beracun. Tekstur semacam
ini sangat plastis, menjadi lekat bila basah dan
keras membongkah bila kering.
D. Bobot kering akar dan tajuk
Tabel 9 menunjukkan bahwa penyiraman
tanaman dengan air limbah memberikan
pengaruh yang nyata terhadap berat kering
akar tanaman. Perlakuan K3 menghasilkan
rata – rata bobot kering akar tanaman tertinggi
yaitu sebesar 15.5 gram sementara rata-rata
bobot kering akar terendah diperoleh pada
perlakuan K2 yaitu sebesar 7.3 gram. Hasil uji
Duncan pada tabel 10 menunjukkan bahwa
perlakuan K3 berbeda secara nyata dengan
perlakuan K1 dan K2 namun tidak berbeda
secara nyata dengan kontrol.
Perlakuan penyiraman air limbah juga
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
bobot kering tajuk tanaman (Tabel 11). Nilai
tertinggi rata-rata bobot kering tajuk tanaman
diperoleh pada perlakuan K3 yaitu sebesar
51.83 gram dan terendah diperoleh pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 26.83 gram. Hasil
uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan
pada tabel 12 menyatakan bahwa perlakuan
K3 memberikan pengaruh yang berbeda
secara nyata terhadap perlakuan K1, K2 dan
K0. Hasil pengamatan bobot kering akar dan
tajuk tanaman pada 12 MST disajikan pada
lampiran 6.
Biomassa tanaman kelapa sawit terbentuk
melalui proses fotosintesis. Dalam proses ini
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) diubah
dengan
menjadi
karbohidrat
(CH2O)
menggunakan radiasi matahari yang diserap
melalui klorofil. Karbohidrat digunakan oleh
tanaman untuk mendukung keberadaan fungsi
dirinya. Sebagian karbohidrat digunakan
untuk transpor dan konversi karbohidrat
menjadi bahan kering struktural serta
penyerapan aktif unsur hara dari dalam tanah.
Sementara sisanya digunakan untuk produksi
bahan kering vegetatif (daun, batang dan akar)
serta generatif (buah) (Pahan 2007).

9

Tabel 7. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata bobot kering akar dan tajuk
tanaman.
Perlakuan
K0
K1
K2
K3

Bobot kering akar (gram)
13.33±2.48a
7.97±2.29b
7.38±2.24b
15.5±2.35a

Bobot kering tajuk (gram)
41.33±0.95b
26.83±0.78c
28.00 ± 0.64c
51.83±0.88a

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Tabel 8. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar tanaman kelapa
sawit
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Tabel

Derajat
bebas
3
20
23

Jumlah
kuadrat
28.780.45
78.975.00
36.677.95

Kuadrat
tengah
9.593.48
3.948.75

F hitung

F tabel

24.29

3.09

9. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman

Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
20
23

Jumlah
kuadrat
2.539.00
653.00
3.192.00

Kuadrat
tengah
846.33
326.50

Menurut Taufiq (2000) bobot kering
tanaman (akar dan tajuk) menunjukkan tingkat
efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut.
Berat kering total hasil panen tanaman
merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi
CO2 selama pertumbuhan (Gardner et al1991).
Semakin tinggi bobot kering maka reaksi
metabolisme semakin baik karena tanaman
memiliki daun yang kokoh sehingga proses
fotosintesis berjalan lancar. Phosfor akan
mempengaruhi berat kering akar Sementara
bobot kering akar tanaman kering tanaman
secara keseluruhan pada perlakuan tersebut
juga meningkat
Bailey (1986) menyebutkan bahwa unsur
N dibutuhkan oleh tanaman sepanjang
pertumbuhannya sehingga jumlah yang
diambil berhubungan langsung dengan
produksi berat keringnya. Unsur P dapat
meningkatkan pemanjangan akar, kehalusan
akar serta kerapatannya (Gardner et al. 2001).
Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar
tanaman. Sementara unsur K, Ca dan Mg
tersedia
dapat meningkatkan proses
fotosintesis yang berlangsung pada tanaman
sehingga dapat tumbuh dengan normal serta
diikuti oleh peningkatan berat kering tanaman.
Bobot kerong akar tanaman menggambarkan
bahwa akar tanaman memiliki luasan yang
besar sehingga diharapkan penyerapan unsur
hara akan berjalan lebih baik. Peningkatan
tinggi, diameter batang dan jumlah daun
tanaman pada perlakuan K3 menyebabkan

F hitung
25.92

F tabel
3.09

berat kering tanaman juga meningkat.
Gambar-gambar hasil penelitian disajikan
pada lampiran 7.
Kadar logam pada media tanam seperti Pb
diserap tanaman melalui akar. Pada tanaman
yang toleran logam berat Pb akan diakumulasi
di dalam akar (Purves 1977). Selanjutnya jika
kadar Pb dalam tanah tinggi maka Pb akan
ditranslokasikan kedaun. Sementara unsur Cu
di dalam tanaman dimanfaatkan sebagai unsur
mikro. Sehingga Cu dibutuhkan dalam jumlah
yang sedikit. Unsur Cu berfungsi sebagai
stimulan untuk meningkatkan aktifitas enzim
dan berperan dalam beberapa proses
metabolisme tanaman seperti klorofil. Kadar
Pb dan Cu yang tinggi dapat mengganggu
peoses pertumbuhan tanaman jika disertai
kondisi kekurangan unsur hara (Lambers &
Pons 1997).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air
kolam
aerob
memperlihatkan
limbah
pengaruh yang lebih baik bagi pertambahan
tinggi, diameter batang dan jumlah daun bibit
kelapa sawit. Penyiraman air limbah kolam
aerob (K3) menghasilkan pertambahan
terbesar pada semua parameter yang diamati
dibandingkan kontrol (K0) serta air limbah
kolam anaerob primer (K1) dan sekunder

10

(K2). Sementara pemberian air limbah kolam
anaerob primer dan sekunder menghasilkan
rata-rata pertambahan tinggi, diameter batang
dan jumlah daun tanaman lebih rendah dari
kontrol.
Penyiraman air limbah kolam aerob (K3)
menghasilkan rata-rata pertambahan terbesar
terhadap tinggi, diameter batang dan jumlah
daun tanaman kelapa sawit selama 12 MST
dengan rata-rata 18.87 cm, 0.77 cm dan 5.33
helai. Sehingga nilai bobot kering akar dan
tajuk tanaman juga mengalami peningkatan
dengan rata-rata sebesar 15.50 dan 51.83
gram. Perlakuan kolam anaerob primer dan
sekunder menghasilkan rata-rata pertumbuhan
dan biomassa tanaman yang lebih rendah dari
kontrol.
Respon pertumbuhan tanaman kelapa
sawit yang diberi perlakuan dengan tanpa
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
yang signifikan. Hal ini disebabkan nutrisi
organik yang berasal dari limbah mempunyai
daya penyediaan hara yang rendah atau
mempunyai peranan dalam jangka panjang.
Saran
Diperlukan
penelitian
lebih
lanjut
mengenai pengaruh pemanfaatan limbah cair
PKS terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
sampai berumur 12 bulan (siap tanam) dan
dibandingkan
dengan
aplikasi
pupuk
anorganik, diperlukan juga pengukuran laju
dekomposisi air limbah yang digunakan serta
pengamatan kemungkinan adanya serangan
hama dan penyakit yang disebabkan oleh
aplikasi limbah.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina L. 2004. Dasar-Dasar Nutrisi
Tanaman. Jakarta : Rineka Cipta.
Bailey H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Palembang:
Kentrucky
Team
UNSRI.
Brady N. C. 1990. The Nature and Properties
of Soils. Tenth edition. New York:
Macmillan Publishing Company.
Budianta D. 2004. Evaluasi Pemanfaatan
Limbah Cair Kelapa Sawit Terhadap
Ketersediaan Hara dan Produksi
Tandan Buah Segar Kelapa Sawit. J
tanah Trop 10(1) : 27 – 32.
Fauzi et al. 2006. Kelapa Sawit. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Freeman A. M. 1984. Air and Water Polution
Control. New York : MC. Graw-Hil.

Gardner et al. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya.
Herawati
Susilo,
penerjemah. Jakarta : Universitas
Indonesia Press. Terjemahan dari
Physiology of Crop Plants.
Ginting P. 2007. Sistem Pengelolahan
Lingkungan dan Limbah Industri.
Bandung : Yrama widya.
Jeni B. S. L dan Rahayu W. D. 1993.
Penanganan
Limbah
Industri
Pangan. Yogyakarta : Kanisius.
Khaswarina S. 2001. Keragaan Bibit Kelapa
Sawit Terhadap Pemberian berbagai
Kombinasi Pupuk Di Pembibitan
Utama. J Natur Indonesia III (2).
Lakitan B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah
Mada Press.
Lambers H, Pons T. L. 1997. Plant
Physiologycal Ecology. New York:
Springer.
Loebis B dan Tobing P. T. 1989. Potensi
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit.
Bul Perkebunan 20(1) : 49-56.
Manik. K. E. S. 2000. Pemanfaatan Limbah
Pabrik pengolahan Kelapa Sawit
Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit.
J Tanah Tropika 10 : 147-152.
Marbun et al. 2004. Pengaruh Pemberian
Limbah Cair Sawit dan Efective
Microorganism