Metode Baru Dalam Pemisahan Vascular Bundles Pada Limbah Batang Kelapa Sawit

(1)

METODE BARU DALAM PEMISAHAN VASCULAR BUNDLES PADA LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Oleh:

Fuji Alexander Siregar 051203017/Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Metode Baru Dalam Pemisahan Vascular Bundles Pada Limbah Batang Kelapa Sawit

Nama : Fuji Alexander Siregar

NIM : 051203017

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

Arif Nuryawan, S. Hut, M.Si Luthfi Hakim, S. Hut, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Delvian, SP, MP Sekretaris Departemen Kehutanan


(3)

ABSTRACT

FUJI ALEXANDER SIREGAR: New Method to Separate Vascular Bundles of Palm Oil Stem Waste, supervised by ARIF NURYAWAN dan LUTHFI HAKIM.

Waste of palm oil stem are abundant, they potential to replace conventional woods using which getting rare lately. Using palm oil stem directly will not effective cause much deficiencies and weakness. As long as the separation of vascular bundle (VB) from its stem still using mechanism method, thus need research easier chemical separating method.The aim of this research is to separate VB with chemically method and to analyze physical characteristics (mouisture contens, specific gravity,) and analyze chemical characteristics (extractives soluble in cold water, hot water, and NaOH 1%, lignin contens, ash contens). This chemically separation adopts pulping process with several modification.

Research finding shows that the chemically separation of VB using NaOH more effective and easy than mechanical method, the treatment was the combination of NaOH concentrate (3%,5%,7%) with amount of time boiling (3 hrs, 5 hrs, 7 hrs). From the separation was found that VB dimension with length average 23,07 cm. Physical characteristics was not influenced by concentration and boiling time, and points of chemical characteristics test in cold water and NaOH 1% was influenced by the length of boiling time and concentration.

Keyword : Waste of oil palm stem, vascular bundles, NaOH, physical, chemical properties


(4)

ABSTRAK

FUJI ALEXANDER SIREGAR: Metode Baru Dalam Pemisahan Vascular Bundles Pada Limbah Batang Kelapa Sawit, dibimbing oleh ARIF NURYAWAN dan LUTHFI HAKIM.

Keberadaan limbah batang sawit yang melimpah sangat potensial digunakan untuk pengganti kayu konvensional yang semakin langka, penggunaan batang sawit secara utuh tidaklah efektif karena banyak sekali kekurangan/kelemahannya. Selama ini pemisahan vascular bundles dari batang masih menggunakan cara mekanis, sehingga perlu diteliti pemisahan secara kimia yang lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan VB secara kimia dan menganalisis sifat fisis (kadar air, berat jenis dan berat jenis zat) dan sifat kimia (kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam air panas, kelarutan dalam NaOH, kadar lignin dan kadar abu). Pemisahan secara kimia ini mengadopsi proses pulping dengan beberapa modifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan pemisahan VB secara kimia menggunakan NaOH lebih efektif dan lebih mudah dibanding dengan cara mekanis, perlakuannya yaitu kombinasi antara konsentrasi NaOH(3%, 5%, 7%) dengan lama perebusan (3jam, 5jam,7 jam). Dari pemisahan tersebut diperoleh dimensi vascular bundle dengan panjang rata-rata 23,07 cm. Hasil pengujian sifat fisis tidak dipengaruhi konsentrasi larutan dan lama perebusan, nilai-nilai pengujian sifat kimia kelarutan dalam air dingin dan Na0H 1% dipengaruhi oleh lama perebusan dan konsentrasi.

Kata kunci : Limbah batang sawit, vascular bundles, NaOH, sifat fisis, sifat kimia.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidempuan -Sumatera Utara pada tanggal 15 Desember 1986 dari Ayah Syafri Siregar dan Ibu Farida Hanum Simamora. Penulis merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu Pendidikan Dasar di SDN 142430/14 Padangsidempuan lulus tahun 1999, Pendidikan lanjutan di SLTP N 4 Padangsidempuan lulus tahun 2002, Pendidikan menengah di SMA N 2 Matauli Sibolga lulus tahun 2005, Pada tahun yang sama diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) lewat jalur SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus inti di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola di USU, pada masa pengurusan 2006/2007 penulis menjabat sebagai ketua, dan pada masa jabatan 2007/2008 menjabat sebagai Bendahara. Tahun 2006 penulis terpilih menjadi atlet sepakbola USU untuk mengikuti Liga Mahasiswa Sumatera di Universitas Andalas Padang Sumatera Barat. Pada tahun 2008 penulis terpilih sebagai atlet sepakbola USU untuk mengikuti turnamen tiga negara Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) di USU Medan dan tahun 2009 di Universitas Malaysia Perlis (UniMAP) Malaysia. Penulis juga mendapat dana untuk penelitian pada Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) tahun 2009 melalui judul Teknik Pemisahan


(6)

Vascular Bundles Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Secara Kimia di bawah bimbingan Bapak Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si.

Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan P3H di Hutan Pegunungan Tangkahan Kabupaten Langkat Taman Nasional Gunung Leuser, Hutan Pantai dan Hutan Mangrove Pulau Sambilan Kabupaten Langkat-Sumatera Utara. Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBMIK) Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Penulis melaksanakan penelitian dengan judul Metode Baru Dalam Pemisahan Vascular Bundles Pada Limbah Batang Kelapa Sawit di bawah bimbingan Bapak Arif Nuryawan, S. Hut, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Luthfi Hakim, S. Hut, M.Si. sebagai anggota.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Adapun judul penelitian ini adalah Metode Baru Dalam Pemisahan Vascular Bundles Pada Limbah Batang Kelapa Sawit.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesa-besarrnya kepada :

1. Ayahanda tercinta Syafri Siregar dan Ibunda tercinta Farida Hanum Simamora selaku orangtua penulis, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi, perhatian dan pengorbanan yang sangat luar biasa besar, serta turut mendoakan keberhasilan penulis.

2. Kakanda Indra Iskandar Srg, Yusnaidar Srg, Mashaidar Srg, Rina Irmanidar, Rini Ernidar dan Adinda Aglur Munandar Srg selaku saudara kandung penulis yang banyak memberi motivasi dan kasih sayang kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan S-1 penulis.

3. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen DIKTI yang mendanai penelitian ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP).

4. Bapak Arif Nuryawan, S. Hut, M.Si dan Bapak Luthfi Hakim, S. Hut, M.Si selaku Komisi Pembimbing penulis, yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran serta kritik kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi.

5. Rekan-Rekan Teknologi Hasil Hutan Angkatan 2005 atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan dan penulisan hasil penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengucapkan maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kelapa Sawit Indonesia ... 4

Sifat Umum Kelapa Sawit ... 6

Sifat Anatomi Batang Kelapa Sawit ... 7

Sifat Kimia Kayu Kelapa Sawit ... 9

Sifat Fisis Kayu Kelapa Sawit ... 11

Sifat Mekanis Kayu Kelapa Sawit ... 12

Sifat Keawetan Kayu Kelapa Sawit ... 12

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Prosedur Penelitian ... 15

Persiapan Bahan Baku ... 15

Proses Pemisahan Vascular Bundles ... 16

Pengukuran Dimensi Vascular Bundles ... 17

Pengujian Sifat Fisis Vascular Bundles ... 17

Berat jenis zat vascular bundles ... 17

Berat jenis vascular bundles ... 18

Pengujian Sifat Kimia... 19

Pengujian kadar air ... 19

Kelarutan kayu dalam air dingin ... 20


(9)

Kelarutan kayu dalam NaOH 1% ... 21

Kadar lignin ... 22

Kadar Abu ... 23

Analisis Data ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemisahan Vascular Bundles ... 26

Pengukuran Dimensi Panjang Vascular Bundles ... 27

Sifat Fisis Vascular Bundles ... 28

Berat jenis vascular bundles ... 28

Berat jenis zat vascular bundles ... 29

Kadar air... 31

Sifat Kimia Vascular Bundles ... 32

Kelarutan dalam air dingin ... 32

Kelarutan dalam air panas ... 34

Kelarutan dalam NaOH 1% ... 35

Kadar lignin ... ... 36

Kadar abu ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(10)

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1. Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan kelas umur di Indonesia... 4

2. Potensi kayu kelapa sawit yang tersedia di Indonesia ... 5

3. Luas areal tanaman kelapa sawit di Indonesia dan di dunia ... ... 6

4.Karakteristik kimia batang sawit ... 10

5.Kombinasi perlakuan rebusan ... 17

6. Nilai rata-rata pengukuran panjang vascular bundles ... 29

7. Nilai rata-rata berat jenis vascular bundles ... ... 30

8. Nilai rata-rata berat jenis zat vascular bundles ... 31

9. Nilai rata-rata kadar air vascular bundles ... 32

10.Nilai kelarutan vascular bundles dalam air dingin ... 34

11. UJi lanjut Duncan pengaruh lama perebusan terhadap kelarutan air dingin ... 35

12. Nilai kelarutan vascular bundles dalam air panas ... 35

13. Nilai kelarutan vascular bundles dalam NaOH 1% ... 37

14. Uji lanjut Duncan terhadap kelarutan dalam NaOH 1% ... 38

15. Nilai kadar lignin vascular bundles ... 39

16. Uji lanjut konsentrasi terhadap nilai kadar lignin ... 39


(11)

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal.

1. Orientasi vascular bundles pada batang ... 7

2. Mikroskopis vascular bundles ... 8

3. Pembentukan papan contoh uji ... 15

4. Papan contoh uji... 16

5. Hasil perebusan dengan NaOH ... 27

6. Proses pemisahan vascular bundles ... 27


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1 Nilai rata-rata dimensi vascular bundles ... 44

2 Nilai rata-rata berat jenis vascular bundles ... 46

3 Nilai berat jenis zat ... 47

4 Nilai rata-rata kadar air vascular bundles ... 48

5 Nilai kelarutan vascular bundles dalam air dingin ... 49

6 Nilai kelarutan vascular bundles dalam air panas ... 50

7 Nilai kelarutan dalam NaOH 1% ... 51

8 Nilai kadar lignin vascular bundles ... 53

9 Nilai kadar abu vascular bundles ... 54

10 Uji kelayakan vascular bundles ... 56


(13)

ABSTRACT

FUJI ALEXANDER SIREGAR: New Method to Separate Vascular Bundles of Palm Oil Stem Waste, supervised by ARIF NURYAWAN dan LUTHFI HAKIM.

Waste of palm oil stem are abundant, they potential to replace conventional woods using which getting rare lately. Using palm oil stem directly will not effective cause much deficiencies and weakness. As long as the separation of vascular bundle (VB) from its stem still using mechanism method, thus need research easier chemical separating method.The aim of this research is to separate VB with chemically method and to analyze physical characteristics (mouisture contens, specific gravity,) and analyze chemical characteristics (extractives soluble in cold water, hot water, and NaOH 1%, lignin contens, ash contens). This chemically separation adopts pulping process with several modification.

Research finding shows that the chemically separation of VB using NaOH more effective and easy than mechanical method, the treatment was the combination of NaOH concentrate (3%,5%,7%) with amount of time boiling (3 hrs, 5 hrs, 7 hrs). From the separation was found that VB dimension with length average 23,07 cm. Physical characteristics was not influenced by concentration and boiling time, and points of chemical characteristics test in cold water and NaOH 1% was influenced by the length of boiling time and concentration.

Keyword : Waste of oil palm stem, vascular bundles, NaOH, physical, chemical properties


(14)

ABSTRAK

FUJI ALEXANDER SIREGAR: Metode Baru Dalam Pemisahan Vascular Bundles Pada Limbah Batang Kelapa Sawit, dibimbing oleh ARIF NURYAWAN dan LUTHFI HAKIM.

Keberadaan limbah batang sawit yang melimpah sangat potensial digunakan untuk pengganti kayu konvensional yang semakin langka, penggunaan batang sawit secara utuh tidaklah efektif karena banyak sekali kekurangan/kelemahannya. Selama ini pemisahan vascular bundles dari batang masih menggunakan cara mekanis, sehingga perlu diteliti pemisahan secara kimia yang lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan VB secara kimia dan menganalisis sifat fisis (kadar air, berat jenis dan berat jenis zat) dan sifat kimia (kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam air panas, kelarutan dalam NaOH, kadar lignin dan kadar abu). Pemisahan secara kimia ini mengadopsi proses pulping dengan beberapa modifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan pemisahan VB secara kimia menggunakan NaOH lebih efektif dan lebih mudah dibanding dengan cara mekanis, perlakuannya yaitu kombinasi antara konsentrasi NaOH(3%, 5%, 7%) dengan lama perebusan (3jam, 5jam,7 jam). Dari pemisahan tersebut diperoleh dimensi vascular bundle dengan panjang rata-rata 23,07 cm. Hasil pengujian sifat fisis tidak dipengaruhi konsentrasi larutan dan lama perebusan, nilai-nilai pengujian sifat kimia kelarutan dalam air dingin dan Na0H 1% dipengaruhi oleh lama perebusan dan konsentrasi.

Kata kunci : Limbah batang sawit, vascular bundles, NaOH, sifat fisis, sifat kimia.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini industri perkayuan dalam negeri mengalami kelangkaan bahan baku kayu karena jumlah yang dibutuhkan sudah melebihi kemampuan produksi hutan dan keadaan ini dikhawatirkan akan terus memburuk. Selama tahun 2005-2007, kebutuhan akan kayu meningkat dari angka 24,9 juta m3 menjadi 38,1 juta m3, sementara kemampuan produksi hutan hanya 14,1 juta m3 atau defisit sekitar 24,05 juta m3 (Sumardjani dan Waluyo, 2007).

Untuk menanggulangi masalah ini perlu dilakukan tindakan-tindakan penghematan penggunaan kayu, misalnya dengan meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu, diversifikasi jenis dengan memanfaatkan kayu-kayu yang kurang dikenal atau bahan berkayu lainnya yang memiliki potensi cukup besar tetapi belum dimanfaatkan dengan baik. Salah satu bahan yang dijadikan alternatif bagi hal tersebut di atas adalah kayu kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).

Seperti halnya kelapa, tanaman kelapa sawit juga termasuk famili palmae. Kedua tanaman ini menghasilkan bagian kayu (xylem) yang sifatnya lebih dekat dengan sifat kayu daun lebar dibandingkan sifat kayu daun jarum karena memiliki saluran yang menyerupai sel pembuluh (Balfas, 2003). Struktur jaringan penyusun kayu kelapa sawit tidak banyak berbeda dengan struktur penyusun pada tanaman monokotil ataupun dikotil yaitu berupa kumpulan serat, jaringan pengangkut dan jaringan parenkim dalam komposisi tertentu. Dengan demikian kayu kelapa sawit


(16)

memiliki peluang yang sama untuk dapat dimanfaatkan secara luas seperti halnya kayu kelapa yang telah lebih dahulu dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi berbagai macam keperluan seperti meubel, bahan bangunan atau tiang-tiang pagar sesuai pernyataan Wardhani et al. (2004).

Namun sayangnya, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan Bakar et al. (1998), Rosdiana (1998) dan Hidayat (1998) dalam Rahayu (2001) dapat diketahui bahwa berat jenis kayu sawit lebih rendah dibanding berat jenis kayu kelapa, tetapi kadar airnya, kandungan gula dan pati yang tinggi dalam kayu kelapa sawit ini mengakibatkan keawetan kayunya rendah, kekuatan kayunya rendah, stabilitas dimensi kurang dan sifat permesinannya jelek.

Sesuai dengan kondisi kualitas kayu kelapa sawit yang telah dipaparkan sebelumnya, penggunaan kayu kelapa sawit secara utuh tanpa ada modifikasi akan menghasilkan kualitas yang kurang optimal karena kualitas kekuatan dan keawetan kayu tersebut sangatlah rendah. Untuk hal penggunaan kayu kelapa sawit untuk modifikasi tersebut perlu diadakan pemisahan vascular bundles penyusun batangnya.

Penyusun utama batang kelapa sawit adalah vascular bundles dan parenkim (Rahayu, 2001). Vascular bundles berfungsi sebagai penyokong batang, berdinding sel tebal, dan mengandung silika (Coto, 2003). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu (2001) dalam memisahkan vascular bundles batang kelapa sawit dengan parenkim masih menggunakan cara manual dan mekanis yaitu pemisahan dengan menggunakan alat bantu misalnya pisau, gergaji, atau mesin serut , dimana cara tersebut memerlukan tenaga dan waktu


(17)

yang besar. Untuk mempermudah pemisahan vascular bundles dengan parenkim inilah maka dirasakan perlu untuk meneliti cara kima.

Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi sifat fisis (kadar air, berat jenis dan berat jenis zat) dan sifat kimia (kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam air panas, kelarutan dalam NaOH 1%, kadar lignin dan kadar abu) vascular bundles kayu sawit yang dipisahkan melalui cara kimia.

2. Mengevaluasi pengaruh waktu perebusan dan konsentrasi larutan kimia yang digunakan saat pemisahan vascular bundles dengan parenkim.

Hipotesis

1. Waktu perebusan mempengaruhi sifat fisis dan kimia vascular bundles. 2. Konsentrasi larutan perebusan mempengaruhi sifat fisis dan kimia

vascular bundles.

3. Waktu perebusan dan konsentrasi larutan perebusan mempengaruhi sifat fisis dan kimia vascular bundles.

Manfaat Penelitian

Diperoleh data/informasi mengenai cara pemisahan vascular bundles kayu kelapa sawit yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional sehingga metodologi penelitiannya dapat diacu oleh peneliti di kota lain untuk pemanfaatan lebih lanjut.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Kelapa Sawit Indonesia

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman asli Afrika yang tumbuh secara alami di Afrika barat. Dewasa ini tanaman kelapa sawit telah menyebar sampai di Kongo, Indonesia, Malaysia serta Amerika Selatan (Sastrosayono, 2003).

Di Indonesia perkebunan kelapa sawit mulai dikembangkan sejak tahun 1970 dengan luas areal mencapai 133.298 hektar. Tahun-tahun berikutnya luas perkebunan kelapa sawit semakin bertambah, dengan laju pertambahan sekitar 8,5% per tahun sejak tahun 1993. Sampai tahun 1998, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 2.957.079 hektar (Balfas, 2003). Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan kelas umur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan kelas umur di Indonesia

Kelas Umur (tahun) Luas (ha)

0-5 1.152.930

6-10 830.621

11-15 461.507

16-20 251.082

21-25 79.203

≥ 25 181.136

TOTAL 2.957.079

Sumber: Rahayu (2001)

Penanaman kelapa sawit umumnya menggunakan pola segitiga sama sisi sehingga dalam 1 hektar terdapat 120 pohon. Rata-rata rendemen penggergajian


(19)

kayu sawit yang dihasilkan dari beberapa pola pengergajian yang dicobakan adalah 30%. Jika volume rata-rata kayu sawit sebesar 1,25 m3, maka berdasarkan luas areal dan rendemen tersebut dapat dihitung potensi kayu sawit setiap tahunnya seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi kayu kelapa sawit yang tersedia di Indonesia

Kelas Umur (tahun)

Luas Areal (ha)

Volume Tegakan (m3)

Volume Log (m3)

Volume Kayu Gergajian

(m3)

0-5 1.152.930 159.104.340 106.069.560 21.820.686

9-10 830.621 114.625.698 76.417.132 22.925.139

11-15 461.507 63.687.966 42.458.644 12.737.593

16-20 251.082 34.649.316 23.099.544 6.929.863

21-25 79.203 10.930.014 7.286.676 2.186.002

≥ 25 181.136 25.079.568 16.719.712 5.015.913

Sumber: Rahayu (2001)

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa tahun pertama kayu sawit yang dapat dimanfaatkan berjumlah 5 juta m3. Volume tersebut di atas semakin bertambah sejalan dengan peremajaan kelapa sawit yang dilakukan. Potensi besar ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara efisien dan mampu mengurangi kekurangan kayu dimasa datang.

Penyebaran perkebunan kelapa sawit dapat ditemukan di 16 propinsi dan dengan Pulau Sumatera sebagai pulau dengan areal perkebunan yang terluas. Pada Pulau Sumatera, luas perkebunan kelapa sawit mencapai 34,50 % dari luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia, Data mengenai penyebaran perkebunan kelapa sawit disajikan pada Tabel 3.


(20)

Tabel 3. Luas areal tanaman kelapa sawit di Indonesia dan di dunia

Wilayah/Negara Luas ( juta ha) % Luas

Indonesia :

Sumatera 1,34 34,50

Jawa 0,90 23,20

Sulawesi 0,76 19,60

Bali 0,10 2,80

Nusa Tenggara Barat 0,10 2,80

Nusa Tenggara Timur 0,09 2,40

Kalimantan 0,30 7,70

Maluku dan Papua 0,29 7,50

Negara Lainnya :

Malaysia 3,10 25,64

Filipina 2,40 19.85

India 1,90 15,72

Sri Langka 0,44 3,64

Thailand 0,37 3,06

Total 12,09 100

Sumber: Balfas (2003)

Sifat Umum Kelapa Sawit

Kelapa sawit (oil palm) dalam klasifikasi botanis dapat diuraikan sebagai berikut (Setyamidjaja, 1991) :

Ordo : Palmales

Family : Palmaceae

Sub-family : Palminae

Genus : Elaeis

Species : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) 2. Elaeis melanococca (kelapa sawit Amerika Latin)

Menurut Sumardjani dan Waluyo (2007), ada 3 varietas kelapa sawit yang baik, yaitu Dura, Tenera dan Pisifera. Ketiga varietas ini dibedakan atas ketebalan


(21)

kulit bijinya. Pisifera adalah varietas kelapa sawit dengan buah tanpa kulit biji. Pada varietas Tenera kulit biji berukuran tipis (0,5-0,8 mm), sedang pada varietas Dura kulit biji berukuran tebal (2,0-8,0 mm). Tenera merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dan Pisifera.

Ukuran diameter batang kelapa sawit berkisar antara 30-60 cm tergantung kondisi lingkungan, sedangkan pertumbuhan memanjang berkisar antara 30-60 cm per tahun. Kelapa sawit yang dibudidayakan mencapai ketinggian 15-18 m, namun demikian kelapa sawit yang tumbuh liar tingginya bisa mencapai 30 m (Risza, 1995).

Sifat Anatomi Kayu Kelapa Sawit

Kayu kelapa sawit mempunyai jaringan meristematik, cortex, xylem, phloem dan jaringan parenkim. Jaringan meristematik pada kayu sawit tersembunyi dalam daun mahkota terakhir dan bertanggung jawab pada proses penebalan batang. Cortex kayu kelapa sawit sangat tipis, mengandung sejumlah fibrous strand yang lebar, dengan sedikit vascular bundles terpisah dari horizontal leaf-traces yang miring. Vascular bundles di bagian tengah tidak terlalu rapat, umumnya tersebar dengan tidak teratur (Gambar 1). Setiap vascular bundles berikatan dengan phloem yang terlignifikasi, metaxylem agak tidak teratur (Erwinsyah, 2008).


(22)

Gambar 1. Orientasi vascular bundles pada permukaan melintang Batang kayu kelapa sawit ada memiliki jaringan penyalur berbentuk silinder lebar dimana vascular bundles akan lebih banyak di bagian tepi batang. vascular bundles secara kontinyu mulai dari dasar sampai bagian atas batang, membengkok pada bagian tepi dan kembali menuju bagian tengah. Selanjutnya diketahui bahwa vascular bundles dibentuk secara spiral atau heliconal (Sumardjani dan Waluyo, 2007).

Vascular bundles merupakan komponen penyusun batang kelapa sawit yang merupakan penyokong struktur utama batang. Secara teliti dan detail, vascular bundles harus diamati di bawah mikroskop. Vascular bundles terdiri atas satu atau dua pembuluh yang berada pada bagian pinggir vascular bundles, dan di bagian tengah dan dalam terdapat dua sampai tiga pembuluh, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Pembuluh yang luas dengan dinding pembuluh yang tebal merupakan komponen yang bertanggung jawab dalam transportasi nutrisi batang sawit (Erwinsyah, 2008).

(a) (b)

Gambar 2. Vascular bundles dengan satu pembuluh besar (a) dan vascular bundles dengan tiga buah pembuluh besar (b)


(23)

Sifat Kimia Kayu Kelapa Sawit

Susunan kimia kayu tidak dapat didefenisikan secara tepat untuk satu jenis kayu, bahkan untuk satu pohon sekalipun. Susunan kimia kayu ini beragam menurut bagian pohon (akar, batang atau cabang), jenis kayu (normal, kayu tarik, kayu tekan), lokasi geografis, lignin dan keadaan tanah. Untuk menetapkan susunan kayu, pemisahan, isolasi dan pemurnian komponen kimia serta pencirian atau identifikasi komponen kimia dalam kayu dilakukan analisis kimia.

Untuk tujuan analisis kimia, kayu perlu digiling agar penetrasi pereaksi berlangsung sempurna dan untuk menjamin reaksi yang seragam. Langkah pertama adalah dengan membuat serpih. Penghalusan partikel diteruskan dengan penggiling seperti hammer mill (Achmadi,1990).

Menurut Rowell (1984), kelarutan kayu dalam berbagai larutan akan menentukan jumlah komponen ekstraktif dalam kayu. Pelarut yang dibutuhkan semua ekstraktif yang terdapat dalam kayu akan berjumlah lebih dari satu jenis.

Ekstraksi pelarut dapat dikerjakan dengan berbagai pelarut organik seperti eter, aseton, benzene, etanol, dikloro metana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tannin dan zat warna adalah bahan penting yang dapat diekstrak dengan pelarut organik. Alkohol atau benzena bersifat lebih polar daripada eter dan mengekstrak bahan-bahan yang larut dalam eter dan sebagian besar bahan-bahan anorganik yang tidak larut dalam air. Komponen utama yang larut air terdiri atas karbohidrat, protein, dan garam-garam anorganik. Air panas akan melarutkan garam-garam anorganik dan polisakarida berberat molekul rendah termasuk gula, pati serta tanin (Sjostrom, 1995).


(24)

Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan komponen-komponen yang tidak dapat diekstrak seperti mineral-mineral. Komposisi elemen anorganik kayu dapat dihitung dengan melakukan pengujian kadar abu. Silika banyak terdapat pada kayu-kayu tropis dengan kadar antara sedikit sampai mencapai 9%. Kadar silika melebihi 0,5% akan mempengaruhi proses penggergajian dan memotong kayu (Sjostrom, 1995).

Meskipun telah dikeringkan hingga mencapai kadar air kering tanur, batang kelapa sawit dapat kembali menyerap uap air dari udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20 %. Pada kondisi ini beberapa jenis jamur dan cendawan dapat tumbuh subur baik pada permukaan maupun bagian empulur batang kelapa sawit. Hal ini terutama berhubungan dengan karakteristik kimia kelapa sawit yang memiliki kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih banyak dibandingkan kayu biasa seperti agathis dan jati. Perbedaan karakteristik kimia antara batang kelapa sawit, agathis dan jati disajikan pada Tabel 4 (Balfas, 2003).

Tabel 4. Karakteristik kimia batang kelapa sawit, agathis dan jati

Sifat Kimia Sawit Agathis Jati

Kandungan, %

Selulosa 54,38 52,4 47,5

Lignin 23,95 24,7 29,9

Pentosan 19,36 12,6 14,4

Abu 2,02 1,1 1,4

Silika 1,34 0,1 0,4

Kelarutan, %

Alkohol, benzene 8,90 2,0 4,6

Air Dingin 12,02 0,6 1,2

Air Panas 16,37 1,3 11,1

1% NaOH 24,87 7,3 19,8

Kelas Kuat III-V V V


(25)

Sifat Fisis Kayu Kelapa Sawit Berat Jenis

Berat jenis (BJ) adalah perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan volume pada kandungan air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada suhu 40 C (Forest Products Laboratory, 1999).

Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu tersebut dengan kerapatan benda standar, dalam hal ini adalah kerapatan air yang besarnya 1 gr/cm3. Dengan begitu nilai berat jenis kayu akan sama dengan nilai kerapatannya (Bowyer et al., 2003).

Hubungan langsung antara proporsi volume rongga dalam kayu (porositas) dan kerapatan terjadi karena kerapatan zat kayu kering hampir sama untuk semua spesies. Yaitu apabila potongan-potongan zat dinding sel bebas rongga diambil dari spesies dengan kerapatan rendah, diuji berat jenisnya, dan dibandingkan dengan hasil-hasil pengujian serupa dari suatu kayu yang rapat, kedua nilai berat jenis hampir sama. Untuk tujuan umum dapat dianggap bahwa kerapatan dinding sel kayu kering kurang lebih 1,5 gr/cm3, dan dalam kebanyakan penelitian-penelitian telah menentukan berat jenis dinding sel diantara 1,45 dan 1,54 (Bowyer et al., 2003).

Variasi berat jenis kayu kelapa sawit relatif sangat lebar yaitu antara 0,28-0,75 (Prayitno, 1995); 0,11-0,40 (Bakar et al, 1998). Hal ini disebabkan adanya variasi struktur dan anatomi kayu kelapa sawit yang sangat lebar pula dari bagian pusat kayu yang didominasi oleh jaringan dasar parenkim dan di daerah tepi dekat kulit didominasi oleh berkas pembuluh yang berdinding tebal. Sedangkan menurut


(26)

faktor ketinggian batang bagian pangkal mempunyai nilai berat jenis tertinggi diikuti bagian tengah dan bagian ujung. Nilai berat jenis tertinggi juga tercatat pada lapisan terluar dan nilainya menurun menuju ke empulur (Prayitno, 1995).

Sifat Mekanis Kayu Kelapa Sawit

Sifat mekanis kayu merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang bekerja terhadapnya. Yang dimaksud gaya luar adalah gaya-gaya yang datangnya dari luar benda dan bekerja pada benda tersebut, gaya ini cenderung merubah ukuran atau bentuk benda (Forest Products Laboratory, 1999). Sedangkan Balfas (2003) mendefinisikan sifat mekanis kayu sebagai sifat yang berhubungan dengan gaya luar terhadap kayu dan reaksi kayu itu sendiri.

Kebanyakan sifat mekanis kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan. Kekuatan dan kekakuan kayu naik apabila berat jenisnya naik. Berat jenis suatu contoh uji akan meningkat jika kandungan air menjadi dasar di dalam kayu berkurang (Bowyer et al., 2003).

Sifat Keawetan Kayu Kelapa Sawit

Keawetan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang tidak hanya bersifat racun tetapi juga tidak disukai oleh faktor perusak kayu. Dengan sendirinya keawetan alami kayu akan bervariasi sesuai dengan variasi jumlah dan macam zat ekstraktifnya, semakin banyak zat ekstraktif yang toksik dalam kayu, maka semakin awet kayu tersebut. Jenis kayu berbeda akan mempunyai keawetan alami yang berbeda pula (Sjostrom, 1995).


(27)

Keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap faktor-faktor perusak kayu yang datang dari luar yang disebabkan oleh serangan jamur, serangga dan binatang laut. Keawetan kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi penggunaan, macam atau jenis organisme perusak, suhu dan kelembaban nisbi udara sekitarnya (Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit pun tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Batangnya dapat menjadi busuk akibat serangan beberapa jenis cendawan Ganoderma seperti G. applanatum, G. cochlear, G. laccatum, dan G. tropicum (Risza, 1995). Bagian batang kelapa sawit di atas ketinggian 3 meter dapat lapuk secara alami dalam jangka waktu satu tahun setelah penebangan. Beberapa hama yang sering menyerang pohon kelapa sawit antara lain : kumbang (Orycetes rhinoceros L.), rayap (Coptotermes curvignatus Holmg.), cacing (Mahasena corbetti Tams.), belalang (Valanga nigricornis Brunnn.), dan sebagainya (Sastrosayono, 2003).

Berdasarkan klasifikasi kelas awet, kayu kelapa sawit termasuk kelas awet V yang berarti sangat rentan terhadap serangan faktor-faktor perusak kayu terutama dari faktor biologis, sehingga dalam pemakaiannya sangat dianjurkan dilakukan pengawetan terlebih dahulu (Bakar et al., 1999).


(28)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2009 di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian dan Laboratorium Kimia Analis Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah batang kayu sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang diperoleh dari kebun sawit di kabupaten Labuhan Batu sebanyak satu batang, aquades, NaOH, dan alkohol.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah: kapak dan chainsaw untuk penebangan pohon, band saw dan circular saw untuk pembuatan contoh uji, palu untuk melunakkan papan sawit hasil rebusan, hammer mill untuk pembuatan serbuk pada pengujian berat jenis zat, meteran dan timbangan untuk mengukur dimensi dan berat contoh uji, penangas untuk pemanasan rendaman contoh uji, wadah plat besi untuk perebusan contoh uji dan bahan kimia, mikroskop untuk pengamatan, gelas ukur untuk pengukuran volume larutan kimia, piknometer untuk pengujian sifat kimia, dan alat- alat tulis lainnya.


(29)

Prosedur Penelitian

Proses dalam penelitian ini dikelompokkan atas tiga tahapan kegiatan, pertama persiapan bahan baku, kedua proses pemisahan vascular bundles, dan yang ketiga pengujian dimensi, sifat fisis dan komposisi kimia vascular bundles.

Persiapan Bahan Baku

Penebangan pohon kelapa sawit untuk pembuatan contoh uji dilakukan dengan menggunakan chain saw pada ketinggian 40-60 cm di atas permukaan tanah agar dapat mempermudah penebangan. Setelah pohon rebah, bagian pelepah pohon dibuang untuk mendapatkan kayu sawit. Setelah itu kayu sawit dipotong menjadi papan dengan ukuran 40 cm × 10 cm × 2 cm sebanyak 27 buah tanpa membedakan bagian ujung, tengah dan pangkal untuk pembuatan contoh uji pada proses pemisahan vascular bundles, penghitungan dimensi, pengujian sifat fisis dan komposisi kimia vascular bundles kayu sawit tersebut.


(30)

Gambar 4. Papan contoh uji kayu sawit

Proses Pemisahan Vascular Bundles

Disiapkan larutan NaOH dengan konsentrasi masing-masing 3 %, 5 % dan 7 %, contoh uji yang telah disiapkan akan direbus dengan larutan NaOH pada wadah plat besi yang telah disiapkan hingga seluruh permukaan contoh uji terendam oleh larutan NaOH. Rebusan contoh uji yang telah dibuat kemudian akan dipanaskan di atas penangas selama waktu tertentu, lama perebusan yang akan dilakukan terdiri atas tiga durasi waktu yaitu: 3 jam, 5 jam dan 7 jam. Faktor konsentrasi NaOH (3 %, 5% dan 7%) akan dikombinasikan dengan faktor lama perebusan (3 jam, 5 jam dan 7 jam), pada masing-masing kombinasi dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Setelah perebusan dilaksanakan dengan waktu yang telah ditentukan, contoh uji dikeluarkan dari wadah perebusan, kemudian didinginkan. Setelah contoh uji tersebut dingin, kemudian vascular bundles pada contoh uji dipisahkan satu persatu secara mekanis.


(31)

Tabel 5. Kombinasi Perlakuan Rebusan Konsentrasi

larutan NaOH

Perlakuan

Jumlah

1 2 3

Batang I

3 % 3 3 3 9

5 % 3 3 3 9

7 % 3 3 3 9

Keterangan :

Perlakuan 1 = Lama perebusan 3 jam Perlakuan 2 = Lama perebusan 5 jam Perlakuan 3 = Lama perebusan 7 jam

Pengukuran Dimensi Vascular Bundles

Setelah contoh uji dipisahkan vascular bundles dengan parenkimnya. akan dihitung dimensinya, untuk tiap perlakuan diambil seratus buah vascular bundles yang telah terpisah untuk mewakili pengukuran dimensi. Adapun dimensi yang akan diukur dengan menggunakan penggaris adalah panjang tiap-tiap vascular bundles. Kemudian dari data tersebut akan dihitung panjang rata-rata vascular bundles dan juga akan dihitung standar deviasinya dengan menggunakan rumus :

S2 =

(

)

1 / 2 2

− Σ − Σ

n

n x f x

fi i i i

di mana, S = Standar deviasi

xi = Ukuran vascular bundles dalam cm fi = Frekuensi


(32)

(Sastrosupadi, 2000)

Pengujian Sifat Fisis Vascular Bundles Berat Jenis Zat Vascular Bundles

Berat jenis dihitung dengan cara memisahkan vascular bundles dari parenkimnya, kemudian vascular bundles dijadikan serbuk 80 mesh dengan menggunakan hammer mill. Setelah itu diambil ± 2 gram serbuk dan dimasukkan ke dalam piknometer yang sudah diketahui berat awalnya (berat kosongnya = P) dan ditimbang berat serbuk + piknometer (PS). Lalu dimasukkan air sedikit demi sedikit sampai 2/3 bagian tera secara perlahan, lalu simpan dan amati hingga seluruh serbuk tenggelam. Setelah itu tambahkan air sampai batas tera, timbang piknometer berisi serbuk dan aquades (PCS). Kemudian aquades tambah serbuk tadi dikeluarkan dan piknometernya dicuci bersih dan dikeringkan, piknometer diisi aquades sampai batas tera dan kemudian ditimbang (PC). Berat jenis (BJ) zat kayu dihitung sebagai berikut :

serbuk Volume

serbuk BKT

=

BJ X φ airaquades

= X

PS) (PCS P)

(PC

P PS

− −

− − φairaquades

Berat Jenis Vascular Bundles

Pada dasarnya penghitungan berat jenis vascular bundles sama dengan metode perhitungan berat jenis zat vascular bundles, hanya saja pada perhitungan berat jenis vascular bundles ini tidak menggunakan bahan baku yang telah dijadikan serbuk. Langkah-langkah untuk perhitungan berat jenis sebagai berikut :


(33)

1. Dipisahkan vascular bundles dari parenkimnya.

2. Kemudian diambil ± 2 gram vascular bundles dan piknometer dikeringkan dalam oven.

3. Setelah kering, piknometer kering tersebut ditimbang (P).

4. Dimasukkan vascular bundles ke dalam piknometer yang telah dikeringkan tadi ke dalam piknometer dan ditimbang (PS), (jika vascular bundles panjangnya melebihi tinggi piknometer maka vasvular bundlesnya dipotong-potong sepanjang tidak lebih ukuran piknometer tersebut.

5. Masukkan aquades ke dalam piknometer sampai 2/3 batas tera secara perlahan-lahan, simpan dan amati hingga seluruh vascular bundles tenggelam.

6. Setelah itu tambahkan aquades sampai batas tera, dan timbang piknometer berisi vascular bundles dan aquades (PCS).

7. Kemudian aquades tambah vascular bundles tadi dikeluarkan, piknometer dicuci bersih dan dikeringkan.

8. Piknometer diisi aquades sampai batas tera, kemudian ditimbang (PC). Berat jenis (BJ) vascular bundles dihitung sebagai berikut :

s air aquade x

bundle vascular

Volume

bundle vascular

=

BJ BKT ϕ

= X

PS) (PCS P)

(PC

P PS

− −

− − φ airaquades


(34)

Komposisi Kimia Pengujian Kadar Air

1. Pengujian kadar air ini dilakukan sesuai standar TAPPI T 264 om-88.

2. Sebelum pengujian dimulai, botol timbang yang akan digunakan dipanaskan dulu di dalam oven pada suhu (105 ± 3 )o C selama 1 jam.

3. Setelah 1 jam, dipindahkan ke dalam desikator untuk didinginkan dan kemudian ditimbang.

4. Selanjutnya sampel sebanyak 1 -2 gram serbuk vascular bundles ditimbang (Bo) di dalam botol timbang yang sudah diketahui beratnya dan kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam pada suhu (105 ± 3) o C.

5. Setelah 3 jam, botol timbang dikeluarkan dari oven, lalu dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang (BKT).

6. Tahap pengeringan contoh ini harus dilakukan sampai berat contoh konstan dan selisih antara penimbangan tidak boleh lebih dari 1 %.

7. Nilai kadar air dapat dihitung dengan rumus :

100

% X

BKT BKT) (Bo

= )

KadarAir(

(TAPPI T 264 om-88)

Kelarutan Kayu Dalam Air Dingin

1. Pengujian ini dimaksudkan untuk melarutkan zat-zat ekstraktif seperti tanin, gum, gula atau zat berwarna dalam kayu. Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar TAPPI T 207 om-88.


(35)

2. Dalam pengujian ini dilakukan penimbangan sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala 400 ml, lalu ditambah dengan 300 ml air dingin dengan suhu 18-250 C dan diaduk secara teratur selama 48 jam pada suhu kamar.

3. Setelah disaring dan dicuci dengan air suling dikeringkan dalam oven pada suhu (105 ± 3 )oC selama 4 jam atau sampai beratrnya konstan. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (a gram).

4. Nilai kelarutan kayu dalam air dingin dihitung dengan rumus berikut :

% 100 oven kering contoh Berat

gram a -Contoh Berat

%

Kelarutan ( )= ( ) x

(TAPPI T 207 om-88)

Kelarutan Kayu Dalam Air Panas

1. Pengujian ini dimaksudkan untuk melarutkan zat-zat ekstraktif seperti tanin, gum, gula atau zat berwarna dalam kayu serta pati. Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar TAPPI T 207 om-88.

2. Dalam pengujian ini dilakukan penimbangan serbuk sebanyak 2 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 ml, lalu ditambah dengan air panas dengan suhu 80-1000 C dan dipanaskan di atas penangas air selama 3 jam.

3. Setelah itu disaring dan dicuci dengan air panas lalu dikeringkan dalam oven pada suhu (105 ± 3) o C selama 4 jam atau sampai beratnya konstan. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (a gram).


(36)

% 100 oven kering contoh Berat

gram a -Contoh Berat

%

Kelarutan ( )= ( )x

(TAPPI T 207 om-88)

Kelarutan Kayu Dalam NaOH 1 %

1. Cara ini dipergunakan untuk mengetahui daya tahan kayu terhadap degradasi yang diakibatkan oleh jamur, panas, cahaya serta oksidasi. Semakin tinggi nilai kelarutan maka semakin tinggi tingkat degradasinya. Pengujian ini berdasarkan standar TAPPI T 212 om-88.

2. Timbang serbuk kayu sebanyak 2 gram dan dimasukkan dalam gelas piala 500 ml, kemudian ditambahkan 100 ml NaOH 1% sambil diaduk.

3. Setelah itu contoh uji dipanaskan di atas penangas air selama 1 jam sambil diaduk setiap 5, 10, 15 dan 25 menit.

4. Selanjutnya disaring, dicuci dengan air panas, ditambah 25 ml asam asetat 10 %, diulangi sebanyak 2 kali lalu dicuci kembali dengan air panas sampai bersih.

5. Kemudian contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (105 ± 3) 0 C selama 4 jam atau hingga beratnya konstan (a gram), didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kelarutan kayu dalam NaOH 1 % dapat dihitung dengan rumus :

% 100 oven kering contoh Berat

gram a -Contoh Berat

%

Kelarutan ( )= ( )x


(37)

Kadar Lignin

1. Ditimbang serbuk vascular bundles dalam cawan sebanyak 2 gram dan memasukkannya ke dalam timbel kertas saring yang sudah diketahui beratnya.

2. Kemudian timbel tersebut diikat dan diberi pemberat lalu dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi dan diatur hingga cawan terendam dalam pelarut. Ekstraksi dilakukan selama 6-8 jam dan setelah selesai timbel dikeluarkan. 3. Setelah itu serbuk yang telah bebas ekstraktif diambil ditimbang seberat 1

gram.

4. Setelah itu serbuk kayu dipindahkan ke dalam gelas piala kecil dan ditambahkan secara perlahan-lahan 15 ml asam sulfat 72 % dingin sambil diaduk pada suhu 12-15 % 0C sekurang-kurangnya 1 menit.

5. Lalu didiamkan selama 2 jam dan suhu dijaga agar tetap (± 18-20 0 C) dengan mendinginkan bagian luar gelas piala dengan es.

6. Selanjutnya contoh dipindahkan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan diencerkan dengan 560 ml air suling sampai konsentrasinya mencapai 3 %. Kemudian contoh dididihkan selama 4 jam dan diusahakan agar volume tetap dengan menambahkan air panas sewaktu-waktu. Lalu didiamkan selama semalam agar bahan yang tidak larut mengendap.

7. Setelah bahan yang tidak larut mengendap, kemudian disaring dan dicuci dengan air panas sampai bebas asam. Lalu dikeringkan dalam oven pada suhu (105 ± 3) 0C sampai beratnya konstan, dinginkan dalam desikator dan ditimbang.


(38)

Berat Lignin

Kadar Lignin (%) = X 100%

Berat Contoh Kering Oven

Kadar Abu

1. Masukkan 2 gram serbuk ke dalam cawan yang telah ditetapkan beratnya. Selanjutnya cawan dimasukkan kedalam tanur dan dibiarkan selama 6 jam pada suhu 6000 C.

2. Setelah dikeluarkan dari tanur cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya tetap. Untuk mengetahui kadar abu digunakan rumus berikut ini:

100% Oven

Kering Contoh Berat

Abu Berat )

% ( Abu

Kadar = ×


(39)

Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaOH yang digunakan pada penelitian ini, digunakan rancangan percobaan faktorial pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakukan yaitu faktor A adalah jumlah konsentrasi larutan NaOH yang terdiri dari 3 %, 5 %, dan 7 %, sedangkan faktor B adalah lama perebusan kayu sawit dalam NaOH yaitu 3 jam, 5 jam, dan 7 jam. Dengan demikian jumlah kayu sawit contoh uji yang diberikan perlakuan adalah 27 papan dengan jumlah ulangan sama (3 kali ulangan). Model umum rancangan percobaannya adalah :

ijk ij ijk=u +A +B +(AB) +E

Y i j

dimana :

Yijk = nilai respon pada taraf ke-i faktor konsentrasi larutan dan taraf ke-j faktor lama perendaman pada ulangan ke-k

i = taraf faktor konsentrasi larutan NaOH j = lama perebusan

k = ulangan

u = nilai rata-rata pengamatan

Ai = pengaruh sebenarnya taraf ke-i faktor konsentrasi larutan Bj = pengaruh sebenarnya taraf ke-j faktor lama perebusan

(AB)ij= pengaruh sebenarnya taraf ke-i faktor konsentrasi larutan dan taraf ke-j faktor lama perebusan

Eijk = kesalahan galat percobaan taraf ke-i faktor konsentrasi larutan dan taraf ke-j faktor lama perendaman pada ulangan ke-k


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemisahan Vascular Bundle

Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan Nuryawan et al. (2009), pemisahan vascular bundles dengan menggunakan cara kimia dan ditambah dengan perlakuan mekanis diperoleh proses pemisahan yang lebih mudah dibandingkan dengan proses pemisahan vascular bundles dengan hanya menggunakan cara mekanis. Proses kimia yang dilakukan untuk pemisahan vascular bundles batang kelapa sawit adalah perebusan batang sawit dengan larutan kimia NaOH konsentrasi 3%, 5% dan 7%, cara ini mengadopsi metode maserasi kayu dengan menggunakan basa kuat (NaOH) untuk pengurangan lignin dalam kayu sehingga kayu akan lebih lunak (Sjostrom, 1995). Metode maserasi (Sachsse) yang digunakan untuk memisahkan vascular bundles dimodifikasi dengan penambahan panas hingga 600C, karena pada penelitian pendahuluan tanpa menggunakan panas (rebus), vascular bundles masih tetap keras dan tidak bisa terpisah.

Setelah direbus selama waktu yang telah ditentukan dan dengan konsentrasi NaOH yang telah ditentukan, diperoleh produk papan limbah batang sawit yang masih utuh tetapi telah lunak (Gambar 2), sehingga pemisahan selanjutnya dengan cara mekanis (manual) akan lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan karena NaOH merupakan basa kuat yang mampu menimbulkan panas jika dilarutkan dalam pelarut dan juga berfungsi mendegradasi pati (Siregar, 2009). Hanya membutuhkan tenaga kecil dan waktu lebih singkat, vascular bundles dengan mudah dapat diuraikan. Apalagi jika menggunakan alat bantu


(41)

seperti parang/ pisau. Lain halnya dengan pemisahan tanpa didahului proses perebusan dengan zat kimia terlebih dahulu, diperlukan tenaga lebih besar dan waktu lebih lama untuk memisahkan vascular bundles dengan parenkim pengikatnya (Nuryawan et al., 2009).

Gambar 5. Hasil Perebusan dengan NaOH


(42)

Gambar 7. Vascular Bundles Yang Telah Dipisahkan

Pengukuran Dimensi Panjang Vascular Bundle

Pengukuran dimensi vascular bundles batang kelapa sawit dengan ukuran papan contoh 40cm x 10cm x 2cm difokuskan pada pengukuran panjangnya. Jumlah contoh yang diambil dalam pengukuran tersebut adalah seratus buah vascular bundles untuk tiap perlakuan dan ulangan. Data yang diperoleh hasil rata-rata panjang vascular bundles dengan nilai tertinggi terdapat pada vascular bundles hasil pemisahan dengan perebusan papan contoh menggunakan NaOH konsentrasi 5% dan lama perebusan 7 jam yaitu 25,63cm, hal ini berbeda dengan Nuryawan et al. (2009) yang menyatakan bahwa vascular bundles dengan rata-rata dimensi panjang terbesar terdapat pada rata-rata-rata-rata panjang vascular bundles hasil pemisahan dengan kombinasi perlakuan perebusan menggunakan konsentrasi 3% dengan lama perebusan 3, 5 dan 7 jam dan juga konsentrasi 5% dengan lama perebusan 3 dan 5 jam.

Hasil pengukuran dimensi menunjukkan bahwa sebaran nilai panjang vascular bundles pada semua perlakuan tidak jauh berbeda, akan tetapi tingkat


(43)

kekakuan vascular bundles yang diperoleh berbeda, pada kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH 7% dengan lama perebusan 3, 5 dan 7 jam diperoleh vascular bundles dengan kekakuan rendah, hal ini sesuai pernyataan Nuryawan et al. (2009). Data rata-rata hasil pengukuran seratus buah vascular bundles tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Nilai rata-rata pengukuran panjang vascular bundles

Konsentrasi (%) Lama Perebusan

(Jam) Panjang Rata-rata (cm)

3

3 5 7

22,10 24,84 22,84 5

3 5 7

22,79 22,50 25,63 7

3 5 7

21,58 24,07 21,28

Berdasarkan analisis keragaman yang dilakukan (Lampiran 1), diketahui bahwa variasi panjang vascular bundles yang telah diukur, tidak dipengaruhi oleh konsentrasi larutan saat perebusan papan contoh dan juga lama saat perebusannya.

Sifat Fisis

Pengamatan sifat fisis dalam penelitian ini dilakukan terhadap pengujian berat jenis, berat jenis zat dan kadar air vascular bundles.

1. Berat jenis vascular bundles

Penelitian ini dilaksanakan terhadap 27 sampel kayu sawit dan didapatkan nilai rata-rata berat jenis vascular bundles berkisar antara 0,25-0,74, hal ini sesuai dengan pernyataan Prayitno (1995) dalam Rahayu (2001) bahwa sebaran nilai berat jenis kelapa sawit antara 0,28-0,75. Dari data yang diperoleh,


(44)

nilai berat jenis vascular bundles tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 5% dan lama perebusan 3 jam yaitu 0,74, dan nilai berat jenis terkecil terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 3% dan lama perebusan 7 jam. Nilai rata-rata berat jenis vascular bundles selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Terdapat variasi nilai berat jenis vascular bundles yang konsisten antara jumlah konsentrasi dan lama perebusannya, fenomena ini terlihat pada konsentrasi NaOH 3% dan 5%. Nilai berat jenis semakin besar pada lama perebusan yang semakin kecil, dari 7 jam ke 3 jam. Tapi hal ini tidak terjadi pada konsentrasi NaOH 7 %, karena tidak ada variasi nilai berat jenis yang konsisten pada perlakuan lama perebusannya. Hal ini sesuai dengan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) yang didapatkan bahwa tidak ada pengaruh nyata nilai berat jenis vascular bundles terhadap konsentrasi larutan NaOH dan lama perebusannya.

Tabel 7. Nilai Rata-rata berat jenis vascular bundles

Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam) Berat Jenis

3

3 5 7

0,64 0,26 0,25 5

3 5 7

0,74 0,42 0,35 7

3 5 7

0,36 0,45 0,29

2. Berat jenis zat vascular bundle

Dari data perhitungan berat jenis zat diperoleh nilai rata-rata berat jenis zat terkecil terdapat pada perlakuan konsentrasi 3% dan lama perebusan 7 jam, nilai rata-rata berat jenis zat terbesar terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 5% dan lama perebusan 3 jam dan 5 jam. Sama halnya dengan pengujian berat jenis vascular bundles nilai berat jenis zat pada konsentrasi


(45)

3% dan 5% menghasilkan variasi penurunan niai yang konsisten, semakin besar nilai lama perebusan maka nilai BJ zat vascular bundles semakin kecil.

Sesuai hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) bahwa pengaruh konsentrasi larutan dan lama perebusan tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis zat vascular bundles, hal ini sesuai pernyataan Rahayu (2001) bahwa nilai BJ zat vascular bundles kelapa sawit sama diakibatkan karena zat penyusun dinding sel batang sawit adalah sama. Data rata-rata nilai berat jenis zat vascular bundles dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai rata-rata bj zat vascular bundles Konsentrasi

(%) Lama Perebusan (Jam) Berat Jenis Zat Vascular Bundle 3

3 5 7

0,36 0,33 0,31 5

3 5 7

0,43 0,43 0,41 7

3 5 7

0,34 0,31 0,40

Sama halnya dengan hasil pengukuran nilai berat jenis vascular bundles, pengukuran berat jenis zat vascular bundles menghasilkan nilai BJ zat dengan variasi nilai yang konsisten pada konsentrasi larutan 3%dan 5%. Pada konsentrasi larutan tersebut nilai BJ zat vascular bundles menurun sesuai dengan bertambahnya lama perebusan vascular bundles. Hal ini tidak terjadi pada konsentrasi larutan 7%.


(46)

3. Kadar air

Hasil penelitian didapatkan data pengukuran kadar air vascular bundles terkecil terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 5% dan lama perebusan 5 jam yaitu sebesar 17,36%, dan nilai kadar air terbesar terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 3% dan lama perebusan 3 jam yaitu sebesar 48,72%. Data hasil pengukuran kadar air vascular bundles selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Nilai rata-rata kadar air vascular bundles

Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam) Kadar Air (%)

3

3 5 7

48,72 15,03 21,89 5

3 5 7

20,80 17,36 28,62 7

3 5 7

24,90 32,33 20,93

Hasil pengukuran kadar air vascular bundles diperoleh data bahwa tidak adanya pengaruh konsentrasi larutan NaOH dan lama perebusan terhadap nilai kadar air vascular bundles. Hal ini sesuai dengan hasil analisis sidik ragam yang telah dilakukan terhadap nilai kadar air (Lampiran 4) oleh faktor konsentrasi dan lama perebusan, tidak ada pengaruh nyata nilai kadar air vascular bundles terhadap konsentrasi larutan dan lama perebusan.

Sesuai standar pengujian kadar air yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode pengeringan oven pada 105 ±30 C sampai bobot kering tercapai (TAPPI Standard T12 os-75), menurut Achmadi (1990) bahwa pengukuran kadar air pada kayu dengan metode


(47)

pengeringan oven dapat menghasilkan data yang dapat menyimpang, hal ini disebabkan bahan ekstraktif yang terdapat di dalamnya. Sesuai pernyataan tersebut, nilai kadar air didapatkan dalam penelitian ini bisa menyimpang karena pada bahan vascular bundles yang diuji dilakukan perebusan dengan NaOH terlebih dahulu, dan juga bahan vascular bundles tersebut telah dilakukan pencampuran dengan air untuk pembuatan bahan pengujian (serbuk vascular bundles).

Sifat Kimia Vascular Bundles

Sifat kimia yang diamati dalam penelitian ini meliputi kelarutan dalam air dingin, kelarutan air panas, kelarutan dalam NaOH 1%, kadar lignin dan kadar abu. Diduga sifat kimia ini akan berpengaruh pada keawetan kayu.

1. Kelarutan dalam air dingin

Sebaran nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin terbesar terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 7% dan lama perebusan 5 jam yaitu sebesar 56,6%, dan nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin terkecil terdapat pada perlakuan konsentrasi larutan 5% dan lama perebusan 3 jam. Rata-rata nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin adalah 47,32%. Tingginya nilai rata-rata hasil pengukuran kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin ini disebabkan karena sebelum dijadikan serbuk untuk pengukuran kelarutannya, pada vascular


(48)

bundles masih banyak terdapat pati dan parenkim sisa pemisahan vascular bundles, sehingga pada ekstraksi dengan air dingin pati dan parenkim ikut terlarut dalam proses ekstraksi sehingga nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin tinggi (Achmadi, 1990).

Tabel 10. Nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin

Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam)

Kelarutan Dalam Air Dingin (%)

3

3 5 7

45,06 44,60 52,53 5

3 5 7

40,46 54,06 50,60 7

3 5 7

41,33 56,60 40,67

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5), disimpulkan bahwa lama perebusan contoh uji berpengaruh sangat nyata pada kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin. Hal ini berarti nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin berbeda antara hasil perebusan contoh uji dengan lama perebusan 3 jam, 5 jam dan 7 jam.

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 11) diperoleh hasil bahwa nilai kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin hasil perebusan vascular bundles selama 3 jam tidak berbeda nyata dengan nilai kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin hasil perebusan papan contoh selama 5 jam. Tapi berbeda nyata terhadap nilai kelarutan dalam air dingin hasil perebusan papan contoh selama 7 jam.

Tabel 11. Uji lanjut Duncan pengaruh lama perebusan terhadap nilai kelarutan dalam air dingin


(49)

Perlakuan Rata-rata Notasi

3 Jam 42,28 a

5 Jam 51,75 a

7 Jam 37,9 ab

2. Kelarutan dalam air panas

Sebaran nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles kayu kelapa sawit dalam air panas dapat dilihat pada Tabel 12.

Table 12. Nilai rata-rata kelarutan zat ekstaktif vascular bundles dalam air panas

Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam)

Kelarutan Dalam Air Panas (%)

3

3 5 7

50,53 41,26 50,36 5

3 5 7

34,20 56,06 49,20 7

3 5 7

45,20 59,86 51,53

Hasil penelitian yang dilakukan, nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air panas yaitu sebesar 48,69 %, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai kelarutan dalam air dingin karena pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi adalah sama (air) sehingga zat ekstraktif yang larut dalamnya pun sama (Achmadi, 1990). Sama halnya dengan kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air dingin, tingginya nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air panas diakibatkan karena pada pembuatan serbuk dari vascular bundles untuk uji kelarutan, masih banyak terdapat pati dari batang sawit yang


(50)

terikat pada vascular bundles sehingga pada ekstraksi pati tersebut ikut terlarut dalam proses ekstaksi (Fengel dan Wegener, 1995).

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa konsentrasi larutan NaOH dan lama perebusan contoh uji tidak berpengaruh nyata pada nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles batang kelapa sawit dalam air panas.

3. Kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1%

Sebaran nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles kelapa sawit dalam NaOH 1% dapat dilihat pada Tabel 13. Nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam NaOH 1% adalah 54,11 %. Tingginya nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam NaOH 1% dibandingkan nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam air panas dan air dingin disebabkan karena NaOH dapat melarutkan lebih banyak zat ekstraktif dibandingkan air panas dan air dingin sehingga nilai kelarutannya tinggi (Sjostrom, 1995). Kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1% berkaitan dengan ketahanan kayu terhadap degradasi yang disebabkan oleh jamur, panas, cahaya dan oksidasi, semakin tinggi nilai kelarutan maka degradasinya pun semakin besar (Rahayu, 2001).


(51)

Tabel 13. Nilai rata-rata kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1% Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam) Kelarutan Dalam NaOH (%)

3

3 5 7

51,73 54,13 53,06 5

3 5 7

34,26 61,33 59,13 7

3 5 7

54,33 58 61

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 7) kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1 % menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata lama perebusan dan interaksi lama perebusan dengan konsentrasi larutan terhadap nilai kelarutan dalam NaOH 1%. Hal ini dikarenakan semakin lama direbus maka zat ekstraktif yang terdegradasi akan semakin banyak dan nilai kelarutannnya semakin besar.

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 14) diperoleh bahwa nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam NaOH 1 % dengan faktor perlakuan lama perebusan 3 jam tidak berbeda nyata dengan nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dengan faktor lama perebusan 7 jam, tapi berbeda nyata dengan nilai kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1% dengan lama perebusan 5 jam. Berdasar hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan antara konsentrasi larutan dengan lama perebusan, nilai kelarutan zat ekstraktif vascular bundles dalam NaOH 1% hasil interaksi konsentrasi larutan 3% dan lama perebusan 3 jam, tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan konsentrasi larutan 5% dan lama perebusan 3 jam. Akan tetapi berbeda nyata dengan nilai kelarutan dalam NaOH 1% hasil interaksi-interaksi perlakuan lainnya.


(52)

Tabel 14. Uji lanjut Duncan lama perebusan terhadap nilai kelarutan dalam NaOH 1%

Perlakuan (Lama Perebusan)

Rata-rata Notasi

3 Jam 5 Jam 7 Jam

46,77 57,82 57,73

b a b

4. Kadar lignin

Lignin merupakan komponen kimia kayu yang selalu bergabung dengan selulosa dan bukan merupakan karbohidrat, melainkan didominasi oleh gugu s aromatis berupa fenilpropan. Di dalam kayu, lignin terutama terdapat dalam lamela tengah dan dinding sel primer (Fengel dan Wegener 1995; Sjöstrom 1998). Menurut TAPPI (1999), salah satu cara untuk mengisolasi lignin adalah pemberian asam sulfat 72% (metode Klason) dan didapat bahan yang berwarna hitam.

Sebaran nilai kadar lignin pada vascular bundles kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 15, nilai rata-rata kadar lignin vascular bundles kelapa sawit yaitu 50,4%. Tingginya kadar lignin vascular bundles dalam pengujian ini diperkirakan karena dipengaruhi karena pada perebusan contoh uji dengan NaOH, lignin dalam papan contoh uji kelapa sawit terdegradasi, sehingga pada pengujian kadar lignin vascular bundles masih ada lignin hasil degradasi batang sawit yang tertinggal. Tingginya nilai kadar lignin tidak hanya diakibatkan karena degradasi bagian lignin terlarut, melainkan juga struktur yang berubah karena reaksi kondensasi. (Achmadi, 1990).


(53)

Tabel 15. Nilai rata-rata kadar lignin vascular bundles Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam) Kadar Lignin (%)

3

3 5 7

41,53 84,20 81,80 5

3 5 7

39,46 50,53 34 7

3 5 7

45,26 32,93 43,93

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) diperoleh data bahwa konsentrasi larutan NaOH 1% berpengaruh nyata terhadap nilai kadar lignin dalam vascular bundles kelapa sawit.

Setelah dilakukan uji lanjut Duncan (Tabel 16), ternyata tidak ada pengaruh nyata nilai konsentrasi larutan NaOH 1% terhadap kadar lignin vascular bundles.

Tabel 16. Uji lanjut Duncan konsentrasi larutan terhadap nilai kadar lignin

Konsentrasi (%) Rata-rata Notasi

3 69,17 a

5 41,33 a

7 40,7 a

5. Kadar abu

Abu merupakan komponen kimia kayu yang tidak dapat larut dalam air atau pelarut organik, sebaran nilai rata-rata kadar abu vascular bundles kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 17. Nilai rata-rata kadar abu vascular bundles adalah 67,01%. Pengukuran kadar abu ini bertujuan untuk mengukur kandungan mineral dan bahan anorganik dalam kayu (Rahayu, 2001), pada pengukuran kadar abu vascular bundles kelapa sawit


(54)

diperoleh nilai rata-rata kadar abu tinggi, hal ini dikarenakan pada kayu sawit terkandung zat-zat mineral dan bahan organik.

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 9) diperoleh bahwa tidak ada pengaruh nyata konsentrasi larutan dan lama perebusan terhadap kadar abu vascular bundles batang sawit.

Tabel 17. Nilai kadar abu vascular bundles Konsentrasi

(%) Lama Perebusan (Jam) Kadar Abu (%)

3

3 5 7

84,76 64,86 42,66 5

3 5 7

73,90 55,23 79,23 7

3 5 7

70,80 65,80 65,90


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemisahan vascular bundles batang kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dengan diawali perebusan contoh uji menggunakan larutan kimia alkali NaOH terlebih dahulu, akan mempermudah proses pemisahan vascular bundles. Cara ini lebih mudah dibandingkan dengan pemisahan vascular bundles secara mekanis.

Dari hasil pemisahan vascular bundles dengan cara kimia ini menghasilkan rata-rata panjang vascular bundles yang seragam pada tiap perlakuan, tidak ada pengaruh konsentrasi larutan dan lama perebusan terhadap panjang vascular bundles. Pada pengujian sifat fisis vascular bundles yaitu berat jenis, berat jenis zat dan kadar airnya, tidak ada ditemukan pengaruh nyata dari konsentrasi dan lama perebusan terhadap nilai sifat fisis vascular bundles.

Pengujian sifat kimia berkaitan dengan keawetan batang sawit, tingginya nilai kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1% dalam pengujian dapat disimpulkan bahwa batang sawit rentan akan degradasi oleh jamur, panas, cahaya dan oksidasi. Nilai-nilai pengujian sifat kimia vascular bundles hasil pemisahan dengan larutan kimia ini diduga tidak murni, hal ini dikarenakan pengaruh zat kimia pada proses pemisahan vascular bundles. Pada proses pemisahan vascular bundles yang diawali perebusan dengan NaOH diduga terjadi penetrasi NaOH berlebihan pada rongga sel vascular bundles, sehingga mempengaruhi sifat-sifat kimianya.

Dari hasil pemisahan vascular bundles dengan cara kimia ini diperoleh data pengujian sifat kimia, sifat fisis dan panjang rata-rata dimensi terbaik pada perlakuan perebusan selama 3 jam dan konsentrasi larutan 3.


(56)

Saran

Diharapkan kepada pihak-pihak yang akan memakai metode pemisahan vascular bundles secara kimia ini untuk hati-hati, Karena kayu hasil rebusan dengan NaOH ini dapat mengakibatkan kulit gatal dan perih, Sehingga disarankan untuk menggunakan pelindung tangan.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat mekanis kekuatan tarik vascular bundles hasil pemisahan dengan cara kimia.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. S.1990. Kimia Kayu. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bakar, E.S., O. Rachman, D. Hermawan, L. Karlinasari dan N. Rosdiana. 1998. Pemanfaatan Batang Kelapa Sawit sebagai Bahan Bangunan dan Furniture. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Vol. IX (1) pp. 1-2. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Balfas, J. 2003. Potensi Kayu Sawit Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri Perkayuan. Seminar Nasional Himpunan Alumni IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera, Medan.

Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest products and Wood Science An Introductoin 4th ED USA : Lowa State Press a B’ackwell Publ.

Direktorat Jendral Perkebunan. 1998. Perkebunan Indonesia 1997-1999, Kelapa Sawit. Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Erwinsyah. 2008. Improvement of Oil Palm Wood Properties Using Bioresin [Disertasi]. Universitas Teknologi Dresden-Belanda.

Fengel, D., G. Wegener. 1995. Kayu Kimia dan Ultrastruktur dan Reaksi-reaksi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta (Terjemahan).

Forest Products Laboratory. 1999. Wood Handbook : Wood as an Engineering Material. Forest Products Society. United Stated of America.

Hadjib, N., Hadi, Y.S. Setyaningsih D. 2007. Sifat Fisis dan Mekanis Sepuluh Provenans Kayu Mangium (Acacia Mangium Willd.) dari Parung Panjang, Jawa Barat. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.5. No.1.2007.

Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Haygreen, J. G. Dan J. L. Bowyer. 1996. Forest Product and Wood Science, An Introduction. Lowa State University Press. Ames, Lowa.

Husein N. 2004. Anatomi Kayu Palele (Castanopsis javanica). Jurnal ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol.2(2). Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.


(58)

Nuryawan A, Ridwanti B, Rio NS, Fuji AS. 2009. Vascular Bundles Sebagai Bahan Baku Oriented Strand Board (OSB). Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu (Mapeki). Bogor. Risza, S. 1995. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Penerbit Kanisius.

Jakarta.

Rowell, R. 1984. The Chemistry of Solid Wood. American Chemical Society. Washington, D.C.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi

Revisi. Kanisius. Yogyakarta.

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Siregar, F.A. 2009. Teknik Pemisahan Vascular Bundles Kayu Kelapa Sawit

(Elaeis guineesis Jacq.) secara kimia. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP). USU. Medan.

Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaan, Edisi Kedua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumardjani, L dan S.D. Waluyo. 2007. Analisis Konsumsi Kayu Nasional. Berita Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Sunarwan, N. S. 1996. Persentase Kandungan Ikatan Serabut dan Pengaruhnya terhadap Sifat Keteguhan Lentur pada kayu Kelapa. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susila, W.R. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia: Perspektif Jangka Panjang 2025. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia,Bogor Indonesia.

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology Wood. Structure, Properties, Utilization. Van Vostrand Reinhold Inc. USA.

Wardhani, IY, Surjokusumo S, Hadi YS, Nugroho N. 2004. Distribusi Kandungan Kimia Kayu Kelapa (Cocos nucifera L). Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 2(1).2004


(59)

Lampiran 1. Nilai rata-rata dimensi panjang vascular bundles

Konsentrasi (%)

Lama Perebusan (Jam)

Panjang (cm)

Rata-rata (cm) Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 25,41 26,69 21,61 18,68 23,81 23,58 22,22 24,02 23,35 22,10 24,84 22,84

5 3

5 7 29,23 22,02 25,40 17,94 25,40 21,47 21,20 20,10 30,04 22,79 22,50 25,63

7 3

5 7 21,17 21,04 29,95 21,97 27,96 16,98 21,62 23,22 16,91 21,58 24,07 21,28 ANOVA

Sumber Db JK KT F. Hit P Konsentrasi 2 8,459 4,229 0,27 0,770tn lama perebusan 2 12,643 6,3214 0,40 0,678tn Interaksi 4 31,43 7,8584 0,49 0,741tn

Galat 18 286,987 15,9437


(60)

Nilai rata-rata standar deviasi panjang vascular bundles Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam)

Standar Deviasi Panjang Rata-rata Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 7,14 6,54 5,72 15,25 7,59 5,85 5,16 6,87 8,20 9,18 7 6,59

5 3

5 7 8,02 5,80 6,34 5,60 8,80 6,92 6,11 5,03 5,10 6,57 6,54 6,12

7 3

5 7 4,03 5,66 5,92 5,04 5,36 3,09 4,80 5,52 4,02 4,62 5,51 4,34 ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P

Konsentrasi 2 34,640 17,3202 3,93 0,038* lama perebusan 2 5,621 2,8104 0,64 0,540tn Interaksi 4 8,668 2,1670 0,49 0,740tn

Galat 18 79,322 4,4068

Total 26 128,251

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)

Uji lanjut duncan pengaruh interaksi terhadap standar deviasi panjang vascular bundles

Perlakuan

(Konsentrasi) Rata-rata Notasi

3% 6,79 a

5% 6,35 a


(61)

Lampiran 2. Nilai rata-rata berat jenis vascular bundles Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam)

Berat Jenis Vascular Bundles Rata-rata Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 1,464 0,258 0,307 0,129 0,3008 0,450 0,332 0,237 0,0012 0,641 0,265 0,250

5 3

5 7 0,543 0,270 0,297 0,093 0,490 0,307 1,592 0,520 0,465 0,742 0,426 0,356

7 3

5 7 0,372 0,675 0,150 0,234 0,410 0,468 0,492 0,280 0,266 0,366 0,455 0,294 ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 7,591 3,79552 0,84 0,446tn lama perebusan 2 6,070 3,03482 0,68 0,552tn Interaksi 4 16,426 4,10662 0,91 0,477tn Galat 18 80,911 4,49504

Total 26 110,998 1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)


(62)

Lampiran 3. Nilai berat jenis zat vascular bundles

ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 0,391 0,195 0,63 0,544tn lama perebusan 2 0,570 0,285 0,92 0,417tn Interaksi 4 0,936 0,234 0,75 0,569tn Galat 18 5,590 0,310

Total 26 7,488

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn) Konsentrasi

(%)

Lama Perebusan

(Jam)

Berat Jenis Zat

Rata-rata Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 0,650 0,098 0,344 0,036 0,434 0,302 0,420 0,474 0,300 0,368 0,335 0,315

5 3

5 7 0,306 0,916 0,518 0,626 0,226 0,348 0,370 0,148 0,375 0,434 0,430 0,413

7 3

5 7 0,264 0,358 0,262 0,314 0,354 0,340 0,458 0,238 0,626 0,345 0,316 0,409


(63)

Lampiran 4. Nilai rata-rata kadar air vascular bundles Konsentrasi (%) Lama Perebusan (Jam)

Kadar Air (%)

Rata-rata (%) Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 15,28 22,60 35,30 78,50 4 14,40 52,40 18,50 15,98 48,72 15,03 21,89

5 3

5 7 31,20 21,06 23,50 15,92 9,76 19,78 15,30 21,27 42,60 20,80 17,36 28,62

7 3

5 7 21,60 37,10 23,30 38,5 36,6 19,6 14,60 23,30 19,90 24,90 32,33 20,93 ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 180,30 90,150 0,47 0,633tn lama perebusan 2 485,19 242,595 1,26 0,307tn Interaksi 4 1817,96 454,490 2,36 0,092tn Galat 18 3462,16 192,342

Total 26 5945,61 1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)


(64)

Lampiran 5. Rata-rata kelarutan dalam air dingin vascular bundles

Konsentrasi (%)

Lama Perebusan

(Jam)

Kelarutan Dalam Air Dingin Rata-rata Ulangan

1 2 3

3 3 43 50,8 41,40 45,06

5 47,4 43,4 43 44,60

7 56,2 53,2 48,20 52,53

5 3 35,2 52,4 33,80 40,46

5 43,6 65,6 53 54,06

7 54,2 50,8 46,80 50,60

7 3 43,4 40 40,60 41,33

5 62,8 54,6 52,40 56,60

7 54,8 63,2 4,02 40,67

ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 72,76 36,379 0,88 0,431tn lama perebusan 2 617,68 308,841 7,50 0,004** Interaksi 4 245,71 61,428 1,49 0,247tn

Galat 18 741,68 41,204

Total 26 1677,83

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)

Uji lanjut duncan pengaruh lama perebusan terhadap nilai kelarutan dalam air dingin

Perlakuan

Rata-rata Notasi

3 Jam 42,28 a

5 Jam 51,75 a


(65)

Lampiran 6. Nilai rata-rata kelarutan vascular bundles dalam air panas

Konsentrasi (%)

Lama Perebusan

(Jam)

Kelarutan Dalam Air

Panas(%) Rata-rata

Ulangan

1 2 3

3 3 60,4 52 39,2 50,533

5 40,4 46 37,4 41,266

7 67,2 40,6 43,3 50,366

5 3 38 39,4 25,2 34,200

5 45,6 67 55,6 56,066

7 56,8 46,4 44,4 49,200

7 3 48,6 43 44 45,200

5 54,4 60,2 65 59,866

7 56 59,2 39,4 51,533

ANOVA

Sumber db JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 169,72 84,860 1,06 0,366tn lama perebusan 2 409,57 204,785 2,57 0,104tn Interaksi 4 834,11 208,527 2,62 0,070tn

Galat 18 1435,30 79,739

Total 26 2848,70

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn) Konsentrasi

(%)

Lama

Perebusan Kelarutan Dalam NaOH 1 (%)


(66)

Lampiran 7. Nilai rata-rata kelarutan vascular bundles dalam NaOH 1%

ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 190,32 95,160 2,91 0,081tn lama perebusan 2 726,04 363,018 11,09 0,001** Interaksi 4 705,32 176,331 5,39 0,005** Galat 18 589,39 32,744

Total 26 2211,07

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)

Uji lanjut duncan lama perebusan terhadap nilai kelarutan dalam NaOH 1% Perlakuan (Lama

Perebusan) Rata-rata Notasi 3 Jam 5 Jam 7 Jam 46,77 57,82 57,73 b a b

Uji lanjut duncan interaksi perlakuan terhadap nilai kelarutan dalam NaOH 1% vascular bundles

Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 53 60,4 56 59 53,2 53,4 43,2 48,8 49,8 51,733 54,133 53,066

5 3

5 7 38,4 57,8 58,6 26,2 66 61,4 38,2 60,2 57,4 34,266 61,333 59,133

7 3

5 7 59 57,6 58,8 54 56,8 71,6 50 59,6 52,6 54,333 58 61


(67)

Perlakuan Rata-Rata Notasi

Ba 34,26 b

Aa 51,73 b

Ac 53,06 a

Ab 54,13 a

Ca 54,33 a

Cb 58 a

Bc 59,13 a

Cc 61 a

Bb 61,33 a

Keterangan :

A: Konsentrasi 3% a: Perebusan 3 Jam B: Konsentrasi 5% b : Perebusan 5 Jam C: Konsentrasi 7% c : Perebusan 7Jam

Notasi dengan huruf berbeda pada uji lanjut Duncan berarti ada perbedaan nyata/ pengaruh dari perlakuan-perlakuannya.


(68)

Lampiran 8. Nilai kadar lignin vascular bundles

Konsentrasi (%)

Lama Perebusan

(Jam)

Kadar Lignin Vascular

Bundles (%) Rata-rata Ulangan

1 2 3

3 3 60,8 17,2 46,6 41,533

5 96 79,6 77 84,200

7 75 98,6 71,8 81,800

5 3 55,8 47 15,6 39,466

5 77,8 27,8 46 50,533

7 21,2 45,6 35,2 34

7 3 23,2 75,8 36,8 45,266

5 51,6 23,8 23,4 32,933

7 77,8 24,6 29,4 43,933

ANOVA

Sumber db JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 4758,2 2379,08 5,46 0,014* lama perebusan 2 965,6 482,82 1,11 0,352tn Interaksi 4 3182,6 795,64 1,82 0,168tn

Galat 18 7849,1 436,06

Total 26 16755,5

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)

Uji lanjut Duncan konsentrasi larutan terhadap nilai kadar lignin Konsentrasi

(%)

Rata-rata

Notasi

3 69,17 a

5 41,33 a


(1)

Lampiran 7. Nilai rata-rata kelarutan vascular bundles dalam NaOH 1%

ANOVA

Sumber dB JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 190,32 95,160 2,91 0,081tn lama perebusan 2 726,04 363,018 11,09 0,001** Interaksi 4 705,32 176,331 5,39 0,005** Galat 18 589,39 32,744

Total 26 2211,07

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)

Uji lanjut duncan lama perebusan terhadap nilai kelarutan dalam NaOH 1% Perlakuan (Lama

Perebusan) Rata-rata Notasi 3 Jam 5 Jam 7 Jam 46,77 57,82 57,73 b a b Ulangan

1 2 3

3 3

5 7 53 60,4 56 59 53,2 53,4 43,2 48,8 49,8 51,733 54,133 53,066

5 3

5 7 38,4 57,8 58,6 26,2 66 61,4 38,2 60,2 57,4 34,266 61,333 59,133

7 3

5 7 59 57,6 58,8 54 56,8 71,6 50 59,6 52,6 54,333 58 61


(2)

Perlakuan Rata-Rata Notasi

Ba 34,26 b

Aa 51,73 b

Ac 53,06 a

Ab 54,13 a

Ca 54,33 a

Cb 58 a

Bc 59,13 a

Cc 61 a

Bb 61,33 a

Keterangan :

A: Konsentrasi 3% a: Perebusan 3 Jam B: Konsentrasi 5% b : Perebusan 5 Jam C: Konsentrasi 7% c : Perebusan 7Jam

Notasi dengan huruf berbeda pada uji lanjut Duncan berarti ada perbedaan nyata/ pengaruh dari perlakuan-perlakuannya.


(3)

Lampiran 8. Nilai kadar lignin vascular bundles

Konsentrasi (%)

Lama Perebusan

(Jam)

Kadar Lignin Vascular

Bundles (%) Rata-rata Ulangan

1 2 3

3 3 60,8 17,2 46,6 41,533

5 96 79,6 77 84,200

7 75 98,6 71,8 81,800

5 3 55,8 47 15,6 39,466

5 77,8 27,8 46 50,533

7 21,2 45,6 35,2 34

7 3 23,2 75,8 36,8 45,266

5 51,6 23,8 23,4 32,933

7 77,8 24,6 29,4 43,933

ANOVA

Sumber db JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 4758,2 2379,08 5,46 0,014* lama perebusan 2 965,6 482,82 1,11 0,352tn Interaksi 4 3182,6 795,64 1,82 0,168tn

Galat 18 7849,1 436,06

Total 26 16755,5

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)

Uji lanjut Duncan konsentrasi larutan terhadap nilai kadar lignin Konsentrasi

(%)

Rata-rata

Notasi

3 69,17 a


(4)

Lampiran 9. Nilai kadar abu vascular bundles

Konsentrasi (%)

Lama Perebusan

(Jam)

Kadar Abu Rata-rata

Ulangan

1 2 3

3 3 89,5 81,1 83,7 84,766

5 86,9 18,4 89,3 64,866

7 7,9 59,4 60,7 42,666

5 3 73,8 58,3 89,6 73,900

5 70,5 65,6 29,6 55,233

7 82,7 82,6 72,4 79,233

7 3 71,2 48,3 92,9 70,800

5 61,8 63,3 72,3 65,800

7 66,7 63,7 67,3 65,900

ANOVA

Sumber Db JK KT F.Hit P Konsentrasi 2 132,2 66,099 0,15 0,858tn lama perebusan 2 1212,6 606,296 1,41 0,269tn Interaksi 4 2450,6 612,644 1,43 0,265tn Galat 18 7716,8 428,711

Total 26 11512,2

1% ≤ P < 5% = Berpengaruh nyata (*)

P < 1% = Berpengaruh Sangat nyata (**) P > 5% = Tidak berpengaruh nyata (tn)


(5)

Lampiran 10. Uji Kelayakan Vascular bundles 1. Rangking Hasil Pengukuran Dimensi Panjang

2. Rangking Hasil Pengujian Sifat Fisis

Perlakuan Panjang Jumlah

3% dan 3 jam 7 7

3% dan 5 jam 2 2

3% dan 7 jam 4 4

5% dan 3 jam 5 5

5% dan 5 jam 6 6

5% dan 7 jam 1 1

7% dan 3 jam 8 8

7% dan 5 jam 3 3

7% dan 7 jam 9 9

Perlakuan Kadar

Air Berat Jenis

Berat

Jenis Zat Jumlah

3% dan 3 jam 1 2 5 8

3% dan 5 jam 9 8 7 24

3% dan 7 jam 5 9 9 23

5% dan 3 jam 7 1 1 9

5% dan 5 jam 8 4 2 14

5% dan 7 jam 3 6 3 12

7% dan 3 jam 4 5 6 15

7% dan 5 jam 2 3 8 13


(6)

3. Rangking Hasil Pengukuran Sifat Kimia

4. Hasil Jumlah Berdasar dimensi, sifat fisis dan sifat kimia Perlakuan Kelarutan dalam air dingin Kelarutan dalam air panas Kelarutan dalam NaOH 1% Kadar Lignin Kadar Abu Jumlah

3% dan 3 jam

5 4 2 6 1 18

3% dan 5 jam

6 8 4 1 7 26

3% dan 7 jam

3 5 3 2 9 22

5% dan 3 jam

9 9 1 7 3 29

5% dan 5 jam

2 2 9 3 8 24

5% dan 7 jam

4 6 7 8 2 27

7% dan 3 jam

7 7 5 4 4 27

7% dan 5 jam

1 1 6 9 6 23

7% dan 7 jam

8 3 8 5 5 29

Perlakuan Dimensi Sifat Fisis

Sifat Kimia Jumlah Rangking Kualitas 3% dan 3

jam

7 8 18 33 1

3% dan 5 jam

2 24 26 52 8

3% dan 7 jam

4 23 22 49 6

5% dan 3 jam

5 9 29 43 4

5% dan 5 jam

6 14 24 44 5

5% dan 7 jam

1 12 27 40 3

7% dan 3 jam

8 15 27 50 7

7% dan 5 jam

3 13 23 39 2

7% dan 7 jam