Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi Inovasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir)

(1)

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN TINGKAT

ADOPSI INOVASI

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di

Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir)

Diajukan Oleh :

JEFFRI S. BANGUN

080904026

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2012


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi Inovasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode penyuluhan tentang pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu variabel berhubungan pada variasi variabel – variabel lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 orang. Teknik Sampling yang digunakan adalah Total Sampling, sehingga sampel dari penelitian ini sebanyak 21 orang.

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu hasil kuesioner dan penelitian kepustakaan (Library Research) melalui literatur dan sumber bacaan.

Teknik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rho Rank-Order Correlations) oleh Spearman dengan hasil 0.515. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Hasil 0.515 berada di skala 0,40 – 0,70 yang menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara komunikasi penyuluhan pembuatan bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus Kp = (rs)2 x 100%, dimana rs = 0,515 sehingga pengaruh komunikasi penyuluhan pembuatan bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir sebesar 26,25%.

Dari hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode penyuluhan pembuatan bokashi oleh PT.toba Pulp Lestari,Tbk. terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat, karunia dan kemurahan yang telah diberikan Allah SWT. kepada peneliti selama ini atas berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada orang tua, Bapak Beritana Bangun, SH dan Ibu Kesumawaty Sinulingga yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, semangat, nasehat dan dukungan. Sungguh tiada kata yang dapat menggambarkan betapa berharganya kedua orang tua bagi peneliti. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada kakak dan abang tercinta Rita Herawaty Bangun, SST, M.Si., Tetty Andriany Bangun, SE, dan Supriady Bastanta Bangun, SE untuk setiap doa, perhatian, dan semangat yang telah diberikan kepada peneliti.

Pada kesempatan kali ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA, selaku Kepala Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si, selaku Dosen Wali penulis yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang banyak dan berharga serta


(4)

meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam membantu pengerjaan skripsi ini.

5. Semua Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi dan pegawai administrasi FISIP Universitas Sumatera Utara.

6. Kak Ros, Kak Maya dan Kak Cut, atas semua bantuannya dalam urusan administrasi.

7. Bapak Section Head CR PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Lambertus, staf CR Bapak Jakup Sembiring dan Bapak Hotner Tampubolon yang memberikan arahan dan pengetahuan baru tentang humas kepada penulis.

8. Camat Parmaksian yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di daerah Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

9. Kepala Desa Tangga Batu I, Siruar dan Pangombusan yang telah banyak membantu peneliti selama proses pengambilan data di lapangan.

10. Terima kasih kepada masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir yakni seluruh responden yang telah memberikan waktu untuk diwawancarai sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

11. Margaretha Uliartha Sari Sitanggang atas perhatian, semangat dan kasih sayang yang diberikan selama proses pengerjaan skripsi ini.

12. Sahabat – sahabat peneliti, Frianto, Wina, Yan, Idek, Bella, Josefin, Fadly, Oka dan teman – teman yang penulis kasihi, Komunikasi ’08 FISIP USU atas semua perhatian, dukungan, motivasi, saran, serta bantuan yang diberikan dari


(5)

13. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu, peneliti mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, Februari 2012

Jeffri Susanto Bangun


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Abstraksi

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... x

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah... 4

I.3. Pembatasan Masalah... 4

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian... 5

I.4.2. Manfaat Penelitian... 6

I.5. Kerangka Teori I.5.1. Komunikasi Pembangunan... 7

I.5.2. Komunikasi Penyuluhan... 8

I.5.3.Teori Difusi Inovasi... 13

I.5.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 16

I.6. Kerangka Konsep ... 17

I.7. Model Teoritis... 18

I.8. Operasional Variabel... 19

I.9. Defenisi Operasional... 20


(7)

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Pembangunan

II.1.1. Pengertian Komunikasi Pembangunan... 25

II.1.2. Tujuan Komunikasi Pembangunan... 27

II.1.3. Prinsip – Prinsip Komunikasi Pembangunan... 28

II.1.4. Strategi Komunikasi Pembangunan... 29

II.2. Komunikasi Penyuluhan II.2.1. Pengertian Komunikasi Penyuluhan... 31

II.2.2. Falsafah Komunikasi Penyuluhan... 33

II.2.3. Faktor Pendukung Efektivitas Penyuluhan... 34

II.2.4. Tujuan Komunikasi Penyuluhan... 39

II.2.5. Fungsi Komunikasi Penyuluhan... 40

II.2.6. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan... 41

II.3. Teori Difusi dan Adopsi Inovasi II.3.1. Pengertian Teori Difusi Inovasi... 43

II.3.2. Unsur – Unsur Difusi Inovasi... 44

II.3.3. Atribut Difusi Inovasi... 44

II.3.4. Pengertian Teori Adopsi Inovasi... 45

II.3.5. Sifat Sasaran... 46

II.3.6. Tahapan Putusan Inovasi... 47

II.3.7. Bokashi Sebagai Inovasi... 51

II.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan II.4.1. Pengertian Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 53


(8)

II.4.3. Kualifikasi Dasar Agen Perubahan... 54

II.4.4. Peranan Utama Agen Perubahan... 54

II.4.5. Tugas – Tugas Agen Perubahan... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk... 56

III.1.2. Kecamatan Parmaksian... 62

III.2. Metodologi Penelitian III.2.1. Metode Penelitian... 66

III.2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 67

III.3. Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi... 67

III.3.2. Sampel... 69

III.4. Teknik Penarikan Sampel III.4.1. Total Sampling... 70

III.5. Teknik Pengumpulan Data... 70

III.6. Teknik Analisis Data... 71

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengumpulan Data... 75

IV.2. Teknik Menganalisa Data... 76

IV.3. Analisis Tabel Tunggal... 77


(9)

IV.3.2. Komunikasi Penyuluhan... 80

IV.3.3. Tingkat Adopsi Inovasi... 89

IV.4. Analisis Tabel Silang ... 95

IV.5. Uji Hipotesis... 100

IV.6. Pembahasan... 103

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan... 111

V.2. Saran... 112


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Operasional Variabel... 19

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian dari Metode Penyuluhan... 38

Tabel 3. Usia... 78

Tabel 4. Pendidikan Terakhir... 78

Tabel 5. Luas Lahan... 79

Tabel 6. Pendapatan... 80

Tabel 7. Frekuensi Berdiskusi... 80

Tabel 8. Suasana pada saat Dialog Langsung... 81

Tabel 9. Sikap Penyuluh saat Diskusi... 82

Tabel 10. Kemampuan Penyuluh Menempatkan Diri...83

Tabel 11. Intensitas Diskusi... 83

Tabel 12. Hubungan yang Diciptakan... 84

Tabel 13. Kemampuan Membangun Suasana Hangat... 85

Tabel 14. Suasana yang Diciptakan Penyuluh... 85

Tabel 15. Frekuensi Pertemuan Kelompok... 86

Tabel 16. Peran Penyuluh dalam Pertemuan Kelompok... 87

Tabel 17. Kegiatan yang dilakukan saat Pertemuan Kelompok... 87

Tabel 18. Pengetahuan Sebelum Penyuluhan... 89

Tabel 19. Sumber Pengetahuan tentang Bokashi... 89

Tabel 20. Pengaruh Penyuluhan... 90

Tabel 21. Kecocokan dengan Nilai-Nilai di Masyarakat... 91

Tabel 22. Kecocokan dengan Sistem Kepercayaan dan Adat Istiadat Masyarakat... 91


(11)

Tabel 23. Kecocokan dengan Kebutuhan Masyarakat... 92

Tabel 24. Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi... 92

Tabel 25. Keputusan Untuk Mempraktekkan Bokashi... 93

Tabel 26. Efek Penggunaan Bokashi... 94

Tabel 27. Konfirmasi Lanjutan Setelah Penyuluhan... 94

Tabel 28. Hubungan pemberian Materi dengan Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi... 96

Tabel 29. Hubungan Frekuensi Dialog Langsung dengan Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi... 97

Tabel 30. Hubungan membangun Suasana yang Hangat dengan Keputusan untuk mempraktekan Pembuatan Bokashi.... 99


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Model Teoritis...19 Gambar 2 Struktur Organisasi PT.Toba Pulp Lestari,Tbk...61


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi Inovasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode penyuluhan tentang pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu variabel berhubungan pada variasi variabel – variabel lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 orang. Teknik Sampling yang digunakan adalah Total Sampling, sehingga sampel dari penelitian ini sebanyak 21 orang.

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu hasil kuesioner dan penelitian kepustakaan (Library Research) melalui literatur dan sumber bacaan.

Teknik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rho Rank-Order Correlations) oleh Spearman dengan hasil 0.515. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Hasil 0.515 berada di skala 0,40 – 0,70 yang menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara komunikasi penyuluhan pembuatan bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus Kp = (rs)2 x 100%, dimana rs = 0,515 sehingga pengaruh komunikasi penyuluhan pembuatan bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir sebesar 26,25%.

Dari hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode penyuluhan pembuatan bokashi oleh PT.toba Pulp Lestari,Tbk. terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi.

Komunikasi penyuluhan banyak digunakan oleh lembaga atau instansi baik pemerintah maupun nonpemerintah, untuk menyampaikan dan mempersuasi masyarakat menuju ke arah modernisasi dalam segala bidang atau sektor, yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi mereka secara khusus dan menekan laju pembangunan secara umumnya. Salah satu bidang yang sering dan erat kaitannya dengan komunikasi penyuluhan adalah bidang pertanian.

Perkembangan pembangunan pertanian saat ini sudah mulai tampak dengan mulai berkembangnya pola atau teknik bertani yang dikembangkan oleh para petani. Perkembangan itu dapat dilihat pada misalnya mulai banyak petani yang mengembangkan teknik bertani dengan tanpa menggunakan pupuk kimia,


(15)

pestisida atau bahan kimia sejenisnya pada tanaman mereka, yang disebut dengan pertanian organik.

Prinsip dasar pertanian organik adalah sama sekali tidak menggunakan pupuk – pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak buruk pada tanaman itu sendiri apabila nantinya dikonsumsi oleh masyarakat. Karena itu pada pertanian organik juga menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan juga tidak memiliki kandungan kimia yang dapat berdampak negatif pada masyarakat yang nantinya mengkonsumsi hasil pertanian tersebut. Selama ini telah banyak inovasi – inovasi pupuk organik yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan para pakar dalam bidang pertanian diantaranya, pada saat ini sedang menjadi perhatian banyak para petani adalah Bokashi. Bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya bahan – bahan organik yang sudah diuraikan (difermentasi). Pupuk bokashi merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran antara bahan – bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau didekomposisi oleh mikroorganisme.

Suatu inovasi dikatakan bermanfaat apabila semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari inovasi tersebut. Komunikasi penyuluhan berperan untuk dapat menyebarkan inovasi yang ada ke masyarakat atau dalam hal ini para petani. Penyerapan inovasi pada masyarakat memiliki tujuan akhir untuk merubah perilaku masyarakat tersebut dan dapat merubah pola pikir mereka sesuai dengan inovasi yang mereka terima atau yang disebut dengan adopsi.

Bokashi sebagai suatu inovasi telah banyak diadopsi oleh masyarakat di Indonesia khususnya para petani, yang memanfaatkan bokashi tersebut untuk kegiatan pertanian mereka. Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani


(16)

umumnya berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah. Demikian halnya dengan masyarakat di desa kecamatan Parmaksian yang menjadi objek penelitian penulis. Jauhnya jarak daerah ini dengan kota menyebabkan adanya keterbatasan informasi – informasi yang didapatkan oleh masyarakat, terutama petani yang masih menggunakan cara – cara tradisional dalam kegiatannya. Seperti jelas terlihat pada kegiatan mereka sehari – hari dalam mengolah lahan pertaniannya, sebagian besar mereka hanya mengandalkan pupuk kimia yang biasa dijual di pasaran sebagai pupuk untuk tanaman mereka. Apabila pupuk mahal dan mereka tidak mampu untuk membelinya maka mereka tidak akan melakukan penanaman, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan dan tidak terpakainya lahan pertanian.

Penyuluhan pembuatan bokashi yang lakukan oleh pihak PT.Toba Pulp Lestari kepada masyarakat yang ada di desa Kecamatan Parmaksian dilakukan bukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, karena telah banyak juga ditemui kisah sukses dalam pemakaian bokashi dalam bidang pertanian, salah satunya di daerah Kupang Nusa Tenggara Timur yang telah berhasil mencegah penyakit busuk batang pada tanaman vanili setelah menggunakan bokashi sebagai pengganti pupuk kimia yang sebelumnya dipakai dilahan pertanian mereka1

Penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat di desa Kecamatan Parmaksian dianggap tepat karena ditengah tingginya harga pupuk kimia dan langkanya kompos dipasaran, bokashi dapat dijadikan sebagai suatu alternatif untuk menggantikan fungsi pupuk kimia atau pun kompos, bahkan dianggap bokashi lebih unggul dibandingkan dengan pupuk kimia atau pun kompos.

.


(17)

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan memakai pupuk Bokashi dalam kegiatan pertaniannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “sejauhmana metode komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir ?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :


(18)

1. Penelitian terbatas pada pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.

2. Inovasi yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bokashi yang merupakan inovasi dalam bidang pertanian.

3. Objek penelitian adalah masyarakat di Desa Sosorladang, Desa Siruar dan Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian yang ikut dalam acara penyuluhan tentang pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. 4. Masyarakat yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sampel adalah

masyarakat yang minimal tiga kali ikut dalam kegiatan penyuluhan, baik dalam pertemuan besar atau pun pertemuan kecil (tatap muka).

5. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2011 sampai dengan selesai.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tanggapan peserta penyuluhan terhadap pelaksanaan

penyuluhan pembuatan Bokashi yang dilakukan oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode komunikasi penyuluhan tentang pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.


(19)

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai komunikasi penyuluhan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa atau pihak – pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan komunikasi penyuluhan.

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggunakan dari sudut pandang mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang menggunakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,2004:6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi Pembangunan, Komunikasi Penyuluhan, dan Teori Difusi Inovasi.


(20)

I.5.1. Komunikasi Pembangunan

Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan.

Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok – kelompok strategis dalam rangka membangun kemitraan untuk mempengaruhi kebijakan publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, LSM, pers dan berbagai elemen pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan dari pelaku – pelaku pembangunan maupun pihak – pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan koordinasi pembangunan secara terpadu.

Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal – balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti yang


(21)

sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan – keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan adalah merupakan proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat (Effendy, 2005: 92).

Komunikasi pembangunan menganut prinsip – prinsip modernisasi dalam pembangunan, dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi daripada rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi top down. Karena di negara yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan dan cita – cita era reformasi ini idealnya memandang rakyat dalam posisi setara. Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontal. Dengan pola tersebut maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan secara bersama dengan melibatkan semua pihak baik obyek, pelaku, maupun fasilitator. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka perbedaan latar belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan.

I.5.2. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi penyuluhan adalah suatu proses penyampaian informasi kepada khalayak yang


(22)

terkait, secara terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mengubah sikap, pendapat, dan perilaku khlayak sasaran. Bahwa proses komunikasi yang dilakukan tidak semata – mata berpindahnya informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikannya, tetapi bagaimana pesan tersebut dapat dimengerti oleh khalayak. Sehingga muncul kesadaran, minat dan keinginan untuk mencoba dan menerapkan informasi atau pesan yang diterima oleh khalayak atau komunikan tersebut. Sesuai dengan fungsi penyuluhan itu sendiri yakni untuk menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh khalayak sasaran dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang, yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran penyuluhan tersebut.

Penyuluhan merupakan proses komunikasi sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seseorang individu (komunikator) menyampaikan lambang – lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Dengan demikian dalam proses penyuluhan banyak faktor yang harus diperhatikan oleh penyuluh. Seorang penyuluh harus terampil dalam mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah media massa, baik cetak maupun elektronik, pendekatan dalam bentuk komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi (Nasution,1990:10).

Penyuluhan sebagai suatu proses komunikasi erat kaitannya dengan konsep dari komunikasi pembanguan. Karena proses komunikasi yang terjadi dalam penyuluhan terdapat nilai – nilai yang disampaikan kepada khalayak yang hasil akhirnya diharapkan dapat merubah pola pikir dan meningkatkan taraf hidup khalayaknya secara khusus. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi


(23)

peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara pemerintah dengan masyarakat. Sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan tersebut (Nasution,1990:10).

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal – hal pokok berikut ini (Nasution, 1990:10) :

1. Masalah yang dihadapi 2. Siapa yang disuluh

3. Apa tujuan (objectivities) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan

4. Pengembangan pesan

5. Metoda atau saluran yang digunakan

6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau bulit-in di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud.

Dengan adanya komunikasi penyuluhan diharapkan akan terjadi perubahan – perubahan, terutama pada perilaku serta bentuk – bentuk kegiatan dari orang yang disuluh, seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarga maupun lingkungannya.


(24)

Untuk dapat mencapai tujuan dari suatu penyuluhan maka diperlukan faktor – faktor pendukung agar efektifnya penyuluhan tersebut. Adapun

faktor – faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut (Santiana, 2005:48 – 56) :

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni :

1. Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebaginya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2. Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3. Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.


(25)

b. Media Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sampel, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana,2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata – kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.


(26)

I.5.3. Teori Difusi Inovasi

Teori ini dapat dikatagorikan ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam merubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang dianggap baru maka di pihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu yang menyebabkan perilaku berbeda pada penerima pesan (Nasution,1992:63). Pada masyarakat, khususnya di negara berkembang penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain. Difusi inovasi sebagai gejala kemasyarakatan yang berlangsung bersamaan dengan perubahan sosial yang terjadi, bahkan menyebabkan suatu hubungan sebab – akibat. Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosial pun meransang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal – hal yang baru.

Masuknya inovasi ke tengah-tengah sistem sosial disebabkan terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, dan penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.

Dalam proses penyebarluasan inovasi unsur – unsur utama yang terdiri dari (Rogers dan Shoemaker,1971) :

1. Adanya suatu inovasi.

2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu. 3. Dalam suatu jangka waktu tertentu.


(27)

4. Di antara para anggota suatu sistem sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, baik dalam bentuk ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Pengertian baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu merupakan inovasi. Havelock (1973) menyatakan bahwa, inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya (Nasution,1992:65).

Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki dua komponen tersebut, memerlukan adopsi yang berupa tindakan, tetapi untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide saja, penerimaannya pada hakekatnya perlu merupakan suatu putusan simbolik. Pandangan masyarakat terhadap penyebarluasan inovasi memiliki lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu (Nasution,1992:66) :

1) Keuntungan relatif, apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya?

2) Keserasian, apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dulu diperkenalkan? begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat – istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?


(28)

3) Kerumitan, apakah inovasi tersebut rumit? pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, karena selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban.

4) Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.

5) Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.

Kelima atribut di atas menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi yang didifusikan di tengah-tengah masyarakat. Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidaklah terjadi secara serempak tetapi berbeda – beda sesuai dengan pengetahuannya dan kesiapan menerima hal-hal tersebut.

Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker (Purba, 2006:57 – 58) memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi empat tahap yaitu :

1. Pengetahuan yakni mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi yakni menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

3. Keputusan yakni terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak.


(29)

4. Implementasi yakni melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi.

5. Konfirmasi yakni mencari penguatan bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat mengubah keputusan tersebut.

I.5.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan

Usaha – usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang – orang itu dalam kepustakaan ilmu – ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah staf humas PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang mempengaruhi suatu putusan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial (Dilla, 2007:144).

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power) (Cangara, 2000:95-100).

a. Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat


(30)

bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).

Kompetensi adalah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikatorapakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal – hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

b. Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibiltas. Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya (physic).

c. Kekuatan (Power)

Kekuataan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi,1995: 40).


(31)

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1995: 57).

Dengan demikian kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1997: 40). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi penyuluhan.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono, 2008:21). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi inovasi.

I.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel – variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :


(32)

Gambar 1. Model teoritis

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas maka dapat diperbuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Komunikasi Penyuluhan Metode Penyuluhan :

• Pendekatan Perorangan : ~ Dialog Langsung ~ Kemampuan Empati

~ Menciptakan Suasana Homophily • Pendekatan Kelompok :

~ Diskusi Kelompok Variabel Terikat (Y)

Tingkat Adopsi Inovasi • Pengetahuan

• Persuasi :

~ Keuntungan Relatif ~ Keserasian

~ kerumitan

~ Dapat Dicobakan ~ Dapat Dilihat • Keputusan • Implementasi • Konfirmasi Komunikasi

Penyuluhan Pembuatan

Tingkat Adopsi Inovasi Masyarakat


(33)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah

suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara – cara untuk mengukur variabel – variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi

ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun,1995:46).

Defenisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Penyuluhan, meliputi :

Metode Penyuluhan

Adalah cara – cara penyampaian materi penyuluhan melalui cara – cara komunikasi baik itu menggunakan media atau pun tanpa media, yang dilakukan untuk menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan dan tulisan kepada khlayak sasaran yang dituju dengan maksud sebagai pendekatan dalam mengubah perilaku khlayak sasaran tersebut.

1. Pendekatan Perorangan, yaitu :

Metode dengan hubungan perseorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan masing – masing orang yang akan disuluh. Cara ini dianggap efektif karena dengan komunikasi tatap muka diharapkan pesan yang disampaikan dapat lebih cepat mengena kepada orang yang disuluh. Metode ini meliputi tiga unsur pendukung yakni:

a. Dialog langsung, adalah metode penyuluhan yang konvensional tetapi sangat efektif dalam menyampaikan maksud dan tujuan secara langsung. Pendekatan ini berbentuk pertukaran ide secara timbal balik antara


(34)

penyuluh dan peserta penyuluhan. Berbagi pengalaman tentang persoalan bersama dan saling mendengarkan pandangan masing – masing.

b. Kemampuan Empati, adalah kemampuan penyuluh dalam merasakan keadaan emosional orang yang akan disuluh, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif dari orang yang disuluh atau dengan kata lain penyuluh dapat menempatkan dirinya pada posisi para peserta penyuluhan.

c. Menciptakan Suasana Homophily, adalah membangun suasana yang akrab dan hubungan yang hangat antara penyuluh dan peserta penyuluhan. Dengan menciptakan Suasana yang Homophily akan tercipta suatu komunikasi yang efektif dan sering menguatkan satu sama lain. Untuk menciptakan suasana yang homophily dapat dilakukan dengan cara membaur dengan para peserta penyuluhan.

2. Pendekatan Kelompok, yaitu :

Metode dengan hubungan kelompok digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Metode ini sesuai dengan keadaan dan norma sosial dari masyarakat pedesaan Indonesia, seperti hidup berkelompok, bergotong – royong dan berjiwa musyawarah. Metode ini dapat meningkatkan tahapan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.


(35)

2. Variabel Terikat (Y) Tingkat Adopsi Inovasi, meliputi : a. Pengetahuan

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat.

b. Persuasi

Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Pada tahap ini akan muncul pertimbangan – pertimbangan yang berkenaan dengan inovasi yang akan diterima, yakni sebagai berikut:

1. Keuntungan – keuntungan relatif, yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi masyarakat.

2. Keserasian, yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu cocok dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, adat-istiadat, kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

3. Kerumitan, yaitu apakah inovasi tersebut rumit karena pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, sebab selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban baru.

4. Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum seseorang terlanjur untuk menerima secara keseluruhan.


(36)

5. Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya maka seseorang akan lebih mudah untuk menerimanya ketimbang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.

c. Keputusan

Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.

d. Implementasi

Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut. Dalam tahap ini seseorang akan melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi.

e. Konfirmasi

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan


(37)

membuktikan kebenaran hipotesis itu lewat cara menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001: 90).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh metode penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. Ha : Ada pengaruh metode penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi pada


(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Pembangunan

II.1.1. Pengertian Komunikasi Pembangunan

Mengaitkan pembahasan komunikasi dengan pembangunan sudah barang tentu kajiannya tidak lepas dari usaha penyebaran pesan – pesan (ide, gagasan dan inovasi) kepada sejumlah besar orang. Bagaimana suatu ide, gagasan, atau inovasi pembangunan diperkenalkan, dijelaskan hingga menimbulkan efek tertentu sebagai sesuatu yang bermanfaat. Yang jelas, komunikasi dan pembangunan mempunyai keterkaitan memperbincangkan hal yang sama yaitu tentang dimensi perubahan pada individu dan masyarakat.

Menurut Peterson, komunikasi pembangunan adalah usaha yang terorganisir untuk menggunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi yang secara umum berlangsung dalam negara sedang berkembang (Dilla, 2007:115). Komunikasi pembangunan ada pada segala macam tingkatan, dari seorang petani sampai pejabat pemerintah dan negara, termasuk juga di dalamnya dapat berbentuk pembicaraan kelompok, musyawarah pada lembaga resmi siaran dan lain – lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi.

Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara – negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi


(39)

pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi. Komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat, bukannya memberikan laporan yang tidak realistik dari fakta – fakta atau sekedar penonjolan diri. Tujuan komunikasi adalah untuk menanamkan gagasan – gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis dapat dirumuskan bahwa komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang

dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara (Harun dan Ardianto,2011:161).

Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, menurut beberapa ahli secara umum konsep komunikasi pembangunan dapat dirangkum menjadi dua perspektif pengertian, yakni pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit (Dilla, 2007:116).

a. Pengertian dalam arti luas

Dalam pengertian yang luas ini, dapat digolongkan berbagai pendekatan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang mengupas masalah relasi dan interelasi komunikasi dengan pembangunan. Singkatnya, komunikasi pembangunan dalam arti yang luas meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.

b. Pengertian dalam arti sempit

Dalam arti sempit, pengertian komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan


(40)

yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Pada konteks ini, komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha mengkomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha tersebut mencakup studi, analisis, promosi dan evaluasi teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan.

II.1.2. Tujuan Komunikasi Pembangunan

Tujuan komunikasi pembangunan ialah untuk memajukan pembangunan. Pembangunan diperlukan agar rakyat yang mempunyai kadar huruf serta pendapatan dan sosial-ekonomi yang rendah lebih dapat terangkat taraf hidupnya. Untuk itu mereka harus diberitahu mengenai ide dan kemahiran yang belum mereka kenal dalam jangka waktu yang singkat. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Nora C. Quebral (Harun dan Ardianto, 2011:162):

Tujuan komunikasi pembangunan adalah mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan menginginkan bahwa sekelompok massa orang-orang dengan tingkat literasi (melek huruf) dan penghasilan rendah, dan atribut-atribut sosio-ekonomi bahwa mereka harus berubah, pertama-tama semua menjadi terbuka tentang informasi dan dimotivasi untuk menerima dan menggunakan secara besar-besaran ide-ide dan keterampilan-keterampilan yang tidak familiar dalam waktu yang singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan normal.

Rogers dan Andhikarya menyarankan perlunya dirumuskan suatu pendekatan baru dalam proses komunikasi antarmanusia yaitu suatu pendekatan konvergensi yang didasarkan pada model komunikasi yang sirkuler, menggantikan model linear yang umumnya dianut selama ini. Selain itu, diketengahkan pula perlunya ditingkatkan partisipasi semua pihak yang ikut serta dalam proses


(41)

komunikasi, demi tercapainya suatu fokus bersama dalam memandang permasalahan yang dihadapi. Dengan kata lain, pendekatan ini bertolak dari dialog antarsemua pihak, dan bukan seperti selama ini hanya atau lebih banyak ditentukan oleh salah satu pihak saja.

II.1.3. Prinsip – Prinsip Komunikasi Pembangunan

Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta dapat menghindarkan kemungkinan – kemungkinan efek yang tidak diinginkan, tentunya harus mempertimbangkan hal – hal yang disorot tadi. Kesenjangan efek yang ditimbulkan oleh kekeliruan cara – cara komunikasi selama ini, menurut Rogers dan Adhikarya dapat diperkecil bila strategi komunikasi pembangunan dirumuskan sedemikian rupa mencakup prinsip – prinsip sebagai berikut (Harun dan Ardianto,2011:163):

1. Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak yang spesifik. Misalnya bila hendak menjangkau khalayak miskin, pada perumusan pesan, tingkat bahasa, gaya penyajian dan sebagainya disusun sedemikian rupa agar dapat dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.

2. Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan – pesan yang bagi golongan yang tidak setuju, katakanlah golongan atas, merupakan redundansi (tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Dengan cara ini, dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar – benar berkepentingan tersebut


(42)

mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi.

3. Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi pesan bagi kepentingan khalayak. Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang dimaksud dengan situasi kesempatan di mana khalayak yang berada.

4. Pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukan rakyat yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.

5. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan (disadvantage), dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan – pesan pembangunan.

6. Mengaktifkan keikutsertaan agen – agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat mereka sendiri.

7. Diciptakan dan dibina cara – cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak sebagai pelaku – pelaku pembangunan itu sendiri, dalam proses pembangunan yaitu sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya.

II.1.4. Strategi Komunikasi Pembangunan

Pemilihan strategi komunikasi merupakan hal yang utama dan penting dalam perencanaan pembangunan. Setiap strategi yang berbeda memerlukan penekanan yang berbeda pada proses utamanya, dan pendekatannya pun bisa berbeda bergantung pada situasi dan kondisi. Menurut Rogers (1976) fungsi


(43)

komunikasi pada konteks ini dianggap sebagai mekanisme untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Karena itu pemerintah senantiasa perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efeknya sesuai dengan harapan (Dilla, 2007:131).

Menurut AED ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini yaitu (Harun dan Ardianto, 2011:164-166):

1. Strategi berdasarkan media

Para komunikator yang menggunakan strategi ini biasanya mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling kurang efektif. Strategi media di sini secara tipikal memulai rencananya dengan mempertanyakan “apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?” atau “bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?”

2. Strategi desain instruksional

Menggunakan strategi ini pada umumnya adalah para pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu – individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori – teori belajar formal dan berfokus pada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan – bahan belajar. Berkat keikutsertaan kalangan pendidik tersebut di lapangan kegiatan ini, banyak pemahaman yang diperoleh mengenai evaluasi formatif, uji coba, desain program berjenjang dan sebaginya.


(44)

3. Strategi partisipatori

Dalam strategi partisipasi ini, prinsip – prinsip penting dalam mengorganisasi kegiatan adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tetapi lebih kepada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat dalam proses berbagai pengetahuan atau keterampilan.

4. Strategi pemasaran

Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan terasa biasa. Contohnya seperti, “kalau anda dapat menjual pasta gigi, mengapa tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana ? ”. Itulah prinsip social marketing yang menjadi pegangan strategi ini.

II.2. Komunikasi Penyuluhan

II.2.1. Pengertian Komunikasi Penyuluhan

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu (Nasution, 1990:7).

Clear et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, mengajarkan sesuatu, mendemostrasikan, dan memotivasi, tapi tidak


(45)

melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif (Nasution, 1990:8).

Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimasudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide – ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal – hal yang baru agar masyarakat tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari – hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi – informasi, dan kemampuan – kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1999:10).

Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita – citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur – unsur seperti gagasan/ide/konsep yang dididikkan lembaga/pihak yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penyuluhan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu desain yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal – hal pokok sebagai berikut ini (Nasution, 1990:1):

1. Masalah yang dihadapi 2. Siapa yang disuluh


(46)

3. Apa tujuan (objectivities) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan

4. Pengembangan pesan

5. Metoda atau saluran yang digunakan

6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud.

II.2.2. Falsafah Penyuluhan

Pengertian falsafah ialah sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan falsafah penyuluhan tersebut.

1. Penyuluhan harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat.

2. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus mampu mendorong kemandirian.

3. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat.

4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai individu, kelompok, dan masyarakat umumnya.


(47)

Selain hal – hal diatas penyuluhan juga harus memperhatikan hal – hal berikut ini:

1. Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkat harkat dan martabatnya.

2. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya masyarakat setempat.

3. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang berkelanjutan.

4. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati dan saling mempercayai.

5. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita – cita yang melandasi untuk berpikir kreatif, dinamis, dan inovatif.

6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan – kenyataan dan selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.

II.2.3. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan

Di dalam membahas faktor pendukung efektifitas penyuluhan, maka akan dibahas banyak unsur – unsur yang sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu penyuluhan. Di antara faktor – faktor tersebut. metode penyuluhan adalah salah satu faktor terpenting untuk diketahui dan diperdalam pemahamannya agar tujuan penyuluhan dapat tercapai secara optimal.


(48)

a. Metode Penyuluhan

Pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai.

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode ini dibagi atas tiga yakni (Setiana, 2005:49-52):

1. Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode pendekatan perorangan atau personal approach menurut Kartasapoetra sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu.

Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh – tokoh masyarakat yang berpengaruh atau pun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat. Menurut Van Den Ban dan Hawkins, metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program – program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Termasuk dalam metode pendekatan perorangan atau personal approach antara lain;


(49)

kunjungan ke rumah, kunjungan ke lokasi atau lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan telepon, kontak informal, magang, dalan lain sebagainya.

2. Pendekatan Kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasapoetra cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

Metode pendekatan kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi, namun keberadaan kelompok di pedesaan yang cukup mantap dan terorganisir dengan baik masih menjadi kendala bagi penyuluh. Metode dengan pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Termasuk metode pendekatan kelompok diantaranya adalah diskusi, demonstrasi cara, demonstrasi hasil, karyawisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usah, mimbar sarasehan, perlombaan dan lain sebagainya.

3. Pendekatan Massal

Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi metode ini cukup baik, namun


(50)

terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar dan lain sebagainya.

Beragamnya metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Apabila tujuan penyuluhan hanya terbatas agar sasaran penyuluhan mengerti dan sadar hingga menaruh minat, maka metode pendekatan massal dapat digunakan. Jika pada proses penyuluhan diharapkan sasaran tidak hanya sadar dan berminat, tetapi sampai kepada mampu menilai dan mencoba, maka pendekatan yang lebih tepat adalah metode pendekatan kelompok. Selanjutnya apabila sasaran diharapkan dapat berkonsultasi secara intensif dan mendetail untuk memantapkan keputusan di dalam mengadopsi inovasi, maka pendekatan perorangan atau individu adalah pilihan yang paling tepat dan efektif. Karena kondisi sasaran pada umumnya beragam, maka pada hakikatnya penggabungan atau kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan memberi manfaat yang lebih baik dalam pencapaian tujuan penyuluhan.


(51)

Berikut ini beberapa keuntungan atau kebaikan dan kerugian dari ketiga metode tersebut.

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian dari Metode Penyuluhan

Metode Keuntungan/Kebaikan Kekurangan

1. Penyuluhan Massal

• Tidak terlalu resmi, pertanian massal

• Penuh kepercayaan

• Langsung dapat

dirasakan

• Memakan waktu

lebih banyak • Biaya lebih besar

• Bersifat kurang

efisien pengaruhnya 2. Penyuluhan

Kelompok

• Relatif lebih efisien, pertanian kelompok

• Komunikator tidak tersamar

• Masalah

pengorganisasian • Pendekatan aktivitas

pembentukan kelompok bersama • Kesulitan dalam

pengorganisasian aktivitas diskusi • Memerlukan

pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis

3. Penyuluhan Perorangan

• Waktu lebih efisien • Adanya persiapan yang

mantap

• Komunikator tersamar

• Sifatnya yang lebih formal

• Pengaruhnya relatif sukar

• Relatif lebih mudah diukur

mengorganisasikan b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengn


(52)

sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sampel, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell mengatakan pesan mempunyai tiga komponen

yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata – kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam

penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

II.2.4. Tujuan Komunikasi Penyuluhan

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan, harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapaun tujuan jangka panjang dan pendek yang dimaksud adalah sebagai berikut (Kartasapoetra, 1987:7) :


(53)

A. Tujuan Jangka Pendek

1. Perubahan tingkat pengetahuan

2. Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan 3. Perubahan sikap

4. Perubahan motif tindakan B. Tujuan Jangka Panjang

1. Better farming, mau dan mampu mengubah cara – cara hidup lama dengan cara – cara yang lebih baik.

2. Better bussiness,berusaha yang lebih menguntungkan.

3. Better living, menghemat dan tidak berfoya – foya seterlah tujuan utama tercapai.

II.2.5. Fungsi Komunikasi Penyuluhan

Penyuluhan pertama – tama harus berfungsi untuk memberikan jalan kepada para objek penyuluhan untuk mendapatkan kebutuhan – kebutuhannya itu. Selain itu komunikasi penyuluhan juga dapat dijabarkan sebagai berikut ini (Kartasapoetra, 1987:8-13) :

1. Fungsi penyuluhan dengn demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para peserta penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhannya itu.

2. Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sehari – hari.


(54)

3. Sebagai penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.

4. Sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang berkelanjutan, dalam artian bahwa penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang berkembang, lebih baik dan lebih dengan perkembangan zaman.

II.2.6. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan

Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan, karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan yang dimaksd adalah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan jadinya pekerjaan kita itu nantinya (Nasution, 1999:53).

a. Dukungan Komunikasi (Communication Support) untuk Penyuluhan

Dukungan komunikasi (Communication Support) adalah penggunaan yang terkodinir dari berbagai metode komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap suatu masalah tertentu. Apa pun masalah atau subjek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik. Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan modal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain


(55)

menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita.

Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu komponen komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin (1975) ada beberapa prinsip dalam menyusun rencana komunikasi yaitu (Nasution, 1999:53):

1. Perencanaan komunikasi yang membutuhkan konsultasi 2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel

3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”

b. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan

Meskipun mungkin saja kita merasa telah siap untuk melakukan penyuluhan, namun kerapkali masih timbul keragu – raguan dalam hati tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak ?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah “dapatlah khalayak yang disuluh memahami apa – apa yang akan disuluhkan itu ?”. Dan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia – sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan (Nasution, 1999:56).

c. Penyusunan Rencana Komunikasi Penyuluhan

Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk kegiatan penyuluhan adalah (Nasution, 1990:57):

1. Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi 2. Merumuskan tujuan komunikasi


(56)

3. Memilih media

4. Menentukan pendekatan yang digunakan 5. Memproduksi media

II.3. Teori Difusi dan Adopsi Inovasi II.3.1. Pengertian Teori Difusi Inovasi

Teori difusi inovasi dikembangkan oleh Everett M. Rogers yang mendefenisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan – pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefenisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newsness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi (Dilla, 2007:53).

Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba, 2006:57).

Dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya petani dan anggota masyarakat pedesaan. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap, jadi di dalamnya dikenal pula adanya pemula pendapat atau yang


(57)

disebut juga dengan istilah agen perubahan. Oleh karenanya teori ini sangat menekankan pada sumber – sumber non-media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli dan sebagainya), mengenai gagasan – gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap (Sendjaja, 2005:17).

II.3.2. Unsur – Unsur Difusi Inovasi

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam proses penyebar serapan inovasi, terdapat unsur – unsur utama yang terdiri dari:

1. Suatu inovasi

2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3. Dalam jangka waktu tertentu

4. Diantara para anggota suatu sistem sosial

Segala sesuatu ide, cara – cara atau pun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata – mata dalam ukuran waktu sejak ditentukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. yang terpenting menurut kedua ahli tersebut adalah keberanian subjektif hal yang dimaksud itu merupakan inovasi. Havelock merumuskan inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya (Nasution, 2004:125).


(58)

II.3.3. Atribut Difusi Inovasi

Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan

suatu inovasi ada lima atribut yang menandai setiap inovasi yaitu (Nasution, 2004:125):

1. Keuntungan – keuntungan relatif. Apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya? 2. Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan

nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan? begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat – istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?

3. Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit? pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

4. Dapat dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.

5. Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat secara langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.

II.3.4. Pengertian Teori Adopsi Inovasi

Adopsi di dalam penyuluhan sering kali diartikan sebagai suatu proses mentalitas pada diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut


(59)

menerima ide – ide baru sampai memutuskan menerima atau menolak ide – ide tersebut. Proses adopsi menurut Samsudin adalah proses dimulai dari keluarnya ide – ide dari satu pihak kemudian disampaikan pada pihak lain sampai ide tersebut diterima pihak masyarakat sebagai pihak kedua. Menurut Suriatna karena proses adopsi merupakan proses mentalitas yang bertahap mulai dari kesadaran (awareness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial), dan akhirnya menerapkan (adoption) maka kita perlu benar – benar memahami setiap tahapan yang berlangsung pada diri seseorang tersebut agar berbagai faktor penghambat akan diketahui dan dipelajari sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyuluhan.

Dalam proses penyuluhan, dimana salah satu tujuannya adalah agar terjadi perubahan sikap perilaku yang mengarah pada tindakan maka proses terjadinya adopsi inovasi yang bertahap sering kali tidak sama pada setiap individu. Kecepatan dalam mengadopsi suatu inovasi kadang antara satu individu dengan individu lainnya berbeda, ini sangat tergantung bagaimana karakter individu yang bersangkutan.

II.3.5. Sifat Sasaran

Berdasarkan tingkat kecepatan dalam mengadopsi inovasi, sasaran penyuluhan di pedesaan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok sasaran, antara lain (Dilla, 2007:190):

a. Kelompok Perintis (innovator), yaitu mereka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal – hal yang baru dan sering melakukan percobaan.


(60)

b. Kelompok Pelopor (early adopter) yaitu orang – orang yang berpengaruh di sekelilingnya dan merupakan orang yang lebih maju dibandingkan dengan orang – orang di sekitarnya.

c. Kelompok Penganut Dini (early majority) yaitu orang – orang yang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari orang lain.

d. Kelompok Penganut Lambat (late majority) yaitu orang – orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang di sekelilingnya sudah menerimanya.

e. Kelompok Kolot (laggard) yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi.

II.3.6. Tahapan Putusan Inovasi

Proses keputusan inovasi merupakan proses mental yang mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai tahap dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi ketidakyakinan tentang akibat atau hasil dari inovasi tersebut.

Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan pembuatan keputusan tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah cost-benefit analysis yang mana rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian. Orang akan mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa inovasi tersebut akan memenuhi


(61)

kebutuhan . Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang digantikannya. Lalu bagaimana mereka merasa yakin bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan dari berbagai segi, seperti :

– Dari segi biaya, apakah inovasi tersebut membutuhkan biaya yang besar tetapi dengan tingkat ketidakpastian yang besar?

– Apakah inovasi tersebut akan mengganggu segi kehidupan sehari-hari ? – Apakah sesuai dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang ada ?

– Apakah sulit untuk digunakan ?

Rogers menggambarkan The Innovation Decision Process ( proses keputusan inovasi) sebagai kegiatan individu untuk mencari dan memproses informasi tentang suatu inovasi sehingga dia termotivasi untuk mencari tahu tentang keuntungan atau kerugian dari inovasi tersebut yang pada akhirnya akan memutuskan apakah dia akan mengadopsi inovasi tersebut atau tidak. Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup lima tahapan yakni sebagai berikut:

1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Dalam tahap ini, seseorang belum memilik baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui ini kesadaran individu akan mencari atau membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari masyarakat dalam tahapan ini, yakni:


(1)

17. Darimana pengetahuan Bapak/Ibu tentang pembuatan bokashi itu diperoleh ?

No Sumber Sangat

sering

Sering Jarang Tidak

pernah

1 Keluarga

2 Teman/Kerabat

3 Aparat Desa

4 Radio

5 Penyuluh

6 Lainnya

(Sebutkan…………...)

b. Persuasi

Keuntungan-keuntungan relatif

18. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pengaruh penyuluhan pembuatan bokashi terhadap usaha pertanian Bapak/Ibu ?

1. Sangat menguntungkan 2. Menguntungkan

3. Kurang menguntungkan 4. Tidak menguntungkan

Keserasian

19. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu mengenai kecocokan penggunaan bokashi dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat?

1. Sangat sesuai

2. Sesuai

3. Kurang sesuai 4. Tidak sesuai

20. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu mengenai kecocokan penggunaan bokashi dengan sistem kepercayaan dan adat istiadat yang ada di masyarakat?

1. Sangat sesuai

2. Sesuai

3. Kurang sesuai 4. Tidak sesuai

23 24 25 26 27 28


(2)

21. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu mengenai kecocokan penggunaan bokashi dengan kebutuhan yang ada di masyarakat?

1. Sangat sesuai

2. Sesuai

3. Kurang sesuai 4. Tidak sesuai

Kerumitan

22. Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu terhadap penggunaan bokashi pada lahan pertanian?

1. Sangat rumit 2.Rumit

3. Cukup rumit

4. Tidak rumit

c. Keputusan

23. Kapan Bapak/ Ibu memutuskan untuk mempraktekkan pembuatan bokashi tersebut?

1. Setelah mendapat penyuluhan

2. Setelah mengamati hasil dari orang lain

3. Setelah mengumpulkan informasi lebih lanjut

4. Tidak akan mempraktekkan

d. Implementasi

24. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu setelah menggunakan bokashi dalam

kegiatan pertanian Bapak/Ibu sehari – hari ? 1. Sangat bermanfaat

2. Bermanfaat

3. Cukup bermanfaat 4. Tidak bermanfaat


(3)

25. Setelah mendapatkan informasi penyuluhan dan mempraktekkan penggunaan bokashi, apakah Bapak/ Ibu berkomunikasi dengan individu dibawah ini?

No Sumber Sangat

sering

Sering Jarang Tidak

pernah

1 Penyuluh

2 Keluarga

3 Teman/ Kerabat

4 Aparat Desa

5 Radio

6 Lainnya

(Sebutkan………….)

37 38 36

39 40 41


(4)

TABEL FOTRON COBOL

No. Karakteristik Responden Dialog Langsung Kemampuan Empati Suasana Homophily Pendekatan Kelompok

0 1 4 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3

0 2 1 4 1 2 1 2 3 2 4 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3

0 3 2 4 2 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3

0 4 1 4 1 2 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3

0 5 4 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

0 6 5 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3

0 7 6 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3

0 8 5 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3

0 9 5 4 1 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 3 3

1 0 4 4 2 2 1 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 4 3 3 3

1 1 3 4 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3

1 2 5 3 4 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3

1 3 6 4 5 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

1 4 6 4 5 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3

1 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3

1 6 5 4 5 2 1 3 3 3 4 4 4 3 3 3 1 4 3 3 3

1 7 4 3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3

1 8 3 5 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

1 9 2 4 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

1 0 6 4 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3


(5)

Pengetahuan Keuntungan

Relatif Keserasian Kerumitan Keputusan Implementasi Konfirmasi

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 2 2 2 1 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 4 3 3 3 1 4 4 3 3 3 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 4 3 3 3 1 4 4 3 3 3 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1

1 1 1 1 1 3 1 4 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 4 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 1 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 1 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 1 1 1

1 1 1 1 1 4 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 4 4 4 4 1 4 4 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1

1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 2 1 1


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jeffri Susanto Bangun

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe/ 13 November 1989

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

Alamat : Jln. Djamin Ginting No.452 Medan

Telepon/HP : 083197764878

Alamat Email

Pendidikan : SD Swasta Letjend. Djamin Ginting

SMP Negeri 1 Berastagi SMA Negeri 4 Medan

Ilmu Komunikasi FISIP USU

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

Nama orang tua :

Ayah : Beritana Bangun, SH

Ibu : Kesumawaty Sinulingga

Saudara Kandung : 1. Rita Herawaty Bangun, SST, M.Si.

2. Tetty Andriany Bangun, SE 3. Supriady Bastanta Bangun, SE


Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Sistem Pertanian Terpadu (Sistem Integrasi Padi-Ternak) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan)

0 51 89

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk

6 111 121

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB

5 57 183

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Peran Mediasi Kecepatan Inovasi untuk Me (1)

0 0 13

237413242 Paper Penyuluhan Adopsi Difusi Inovasi Pod Terhadap Dk

0 1 89