Analisis Dampak Adopsi Inovasi Program Biogas Pada Petani Di Kabupaten Sukoharjo

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

A. Latar Belakang

Biogas berasal dari kata bios artinya hidup sedangkan gas adalah sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau tabung, yang dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas memiliki sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah atau Liquid Protelum Gas (LPG) untuk memasak dan untuk penerangan (Muryanto, 2006).

Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari bahan organik, namun hanya bahan organik yang homogen yang dapat menghasilkan biogas seperti kotoran ternak. Hasil kotopran yang dihasilkan dari dua ekor sapi sebanyak 1,4 kg/hari sudah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas. Kotoran dua ekor sapi juga dapat menghasilkan 0,46 kg gas LPG; 0,52 liter minyak diesel (solar); 0,8 litergasoline (bensin); 1.1 liter alkohol; 1,4 kg batubara; 4.7 kWh listrik dan 3,5 kg kayu bakar.

Pengembangan biogas mulai mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM pada tahun 2011 mengalami kelonjakan harga yang sangat tinggi, BBM dan LPG mengalami kenaikan harga sampai Rp. 81.000/12 kg, minyak tanah menjadi mahal yaitu sekitar Rp. 7.000/ltr, dan pupuk juga mengalami kelangkaan. Akibat adanya kelonjakan harga maka pemerintah mulai mencanangkan teknologi biogas yang ramah lingkungan dan memiliki banyak manfaat baik yang langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat dirasakan yaitu sebagai sumber energi untuk memasak, penghasil pupuk organik siap pakai, sebagai sumber energi untuk penerangan. Manfaat tidak langsungnya yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi polusi bau, meningkatkan

commit to user

mendukung kebijakan pengurangan subsidi BBM. Melihat manfaat biogas yang begitu besar maka dari Badan Lingkungan Hidup Sukoharjo mendukung program biogas dengan cara memperkenalkan dan memberikan pelatihan mengenai biogas kepada petani. Materi tersebut berupa pengenalan mengenai biogas, manfaat, cara pembuatan instalasi biogas dan cara kerja untuk menghasilkan biogas. Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik yang berupa kotoran ternak, kemudian memproses limbah tersebut dan mengambil gasnya. Hasilnya dimanfaatkan sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil pemrosesan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Dalam proses ini dibutuhkan tiga tabung yaitu tabung penampung bahan baku, tabung pemroses/pencerna/digester dan tabung penampung sisa hasil pemrosesan. Bahan pembuat tabung dapat berasal dari bata merah, plastik, drum bekas baik dari seng atau dari plastik.

Sosialisasi program biogas mengakibatkan terjadinya proses adopsi inovasi baru di Kabupaten Sukoharjo. Adanya pengaruh penerapan teknologi biogas akan menimbulkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sehingga akan timbul dampak. Dampak yang ditimbulkan dari adanya teknologi baru tidak selalu menguntungkan, adapula kerugian yang dirasakan. Keuntungan yang dirasakan dengan menerapkan teknologi biogas pada daerah yang memiliki peternakan dapat memberikan keuntungan ekonomis apabila dilakukan perancangan yang tepat dari segi teknis dan operasionalnya. Keuntungan lain yang akan dirasakan pemerintah dengan menggalakkan program biogas yaitu dapat meminimalisir pengeluaran untuk pembelian minyak mentah serta bahan bakan bakar minyak yang harganya semakin melonjak tinggi. Biogas di sisi lain juga memberikan konsekwensi bagi petani yaitu perawatan yang dilaksanakan secara rutin agar instalansi tidak mudah rusak.

Program biogas di Kabupaten Sukoharjo merupakan program bantuan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukaharjo guna mengatasi masalah

commit to user

12 kecamatan.

B. Rumusan Masalah

Biogas yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu inovasi yang dilakukan sebagai optimalisasi terhadap kegiatan pemanfaatan sumber daya alam potensial di lingkungan masyarakat serta pengefektifan energi. Program biogas di Kabupaten Sukoharjo sudah dilaksanakan sejak tahun 2007. Teknologi biogas merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang mahal. Tentunya kegiatan ini diharapkan akan berdampak positif bagi pengguna sehingga nantinya diharapkan terjadi perubahan terencana menuju kondisi kehidupan yang lebih diharapkan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki. Kegiatan awal yang dilakukan adalah meyakinkan masyarakat agar beralih dari penggunaan BBM ke biogas yang ramah lingkungan.

Inovasi ini diharapkan dapat diterima oleh masyarakat yang berlanjut dengan menerapkan teknologi tersebut pada skala rumah tangga. Secara teoritis menurut Rogers dalam Hanafi (1987) mengatakan bahwa dalam suatu program penerapan teknologi kemungkinan akan terjadi penerimaan atau penolakan terhadap inovasi tersebut. Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah suatu keputusan yang dibuat oleh seseorang, jika menerima inovasi maka akan menggunakan ide atau gagasan baru. ”Baru” dalam ide inovatif tidak berarti harus baru sama sekali.

Seperti halnya dalam pengaplikasian teknologi biogas, dimungkinkan ada kendala yaitu dana yang dibutuhkan untuk pembuatan instalasi sangatlah besar (untuk kontruksi instalasi biogas yang terbuat dari batu bata bisa mencapai 12 juta, instalasi yang terbuat dari drum biayanya sebesar Rp 2.000.000,00 dan yang terbuat dari plastik Rp 500.000,00) sedangkan dana yang disediakan oleh pemerintah terbatas. Selain itu publikasi mengenai teknologi biogas hanya sebatas pada pengembangan dari penemu teknologpi kepada instansi-instansi terkait seperti Dinas Peternakan dan Badan

commit to user

adanya inovasi teknologi baru. Dari kendala selama ini diharapkan ke depannya pemerintah lebih memperhatikan kemunculan dari teknologi- teknologi baru yang menguntungkan bagi negara sehingga nantinya dapat menjadi alternatif pengganti untuk penghasil energi. Dari adanya kendala yang ditimbulkan maka adopsi inovasi biogas kemungkinan menimbulkan dampak positif ataupun dampak negatif.

Berdasarkan uraian tersebut, belum banyaknya penelitian mengenai dampak dari adopsi suatu inovasi maka penelitian ini mengangkat permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana adopsi inovasi program biogas pada petani di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan akibat dari adanya adopsi inovasi biogas pada petani di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Selaras dengan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji adopsi inovasi program biogas pada petani di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengkaji dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan yang diakibatkan dari adanya adopsi biogas pada petani di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan bidang pertanian dan khususnya bidang peternakan.

commit to user

pemerintah ataupun instansi yang terkait.

4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi informasi untuk meneliti lebih lanjut dalam bidang kajian yang sama.

commit to user

A. Tinjauan Pustaka

1. Adopsi dan Inovasi

Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Hanafi (1981) mengemukakan bahwa adopsi adalah proses perubahan baik berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psikomotorik) pada diri seseorang setelah menerima pesan yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasarannya, untuk mengadopsi suatu inovasi memerlukan jangka waktu tertentu sampai terjadi adopsi. Inovasi menurut Hanafi (1981) merupakan gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Ide tersebut betul-betul baru atau tidak, jika diukur dengan selang waktu sejak digunakannya atau ditemukannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya.

Inovasi adalah suatu gagasan, metode atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir (Van Den Ban dan Hawkin, 1999).

Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil dari produksi saja tetapi mencakup idiologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian pengertian inovasi dapat diperluas menjadi ’’sesuatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek- praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan atau dilaksanakan oleh sebagian masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan’’.

commit to user

mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi inovasi meliputi :

a. Luas usahatani, semakin luas usaha biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang baik.

b. Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.

c. Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak selalu beerhasil seperti yang diharapkan karena itu individu yang memiliki keberanian mengambil resiko biasanya lebih inovatif.

d. Umur, semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan- kegiatan yang sudah biasa diterapkan masyarakat setempat.

e. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri. Partisipasi petani didefinisikan sebagai ekspresi yang berwujud perilaku petani dalam menampilkan dirinya pada kegiatan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingannya. Sebagai perilaku tentunya partisipasi itu timbul karena adanya persepsi terhadap kegiatan tersebut, tertanam pada setiap petani melalui proses sosialisasi dalam interaksi sosial yang terjadi di masyarakat tersebut. Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya lebih inovatif disbanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan masyarakat setempat.

f. Aktivitas mencari informasi atau ide-ide baru.

g. Sumber informasi yang dimanfaatkan dapat beerupa lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas terkait, media massa, tokoh masyarakat petani setempat maupun dari luar, maupun lembaga-lembaga komersial.

Soekartawi (1988) mengatakan bahwa cepat tidaknya proses adopsi inovasi sangat tergantung dari karakter dari responden. Beberapa hal penting lain yang mempengaruhi adopsi inovasi adalah :

commit to user

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Lebih lanjut dikatakan oleh Soetrisno (1998) bahwa sebagian besar petani di Indonesia berusia sekitar 25 sampai dengan 54 tahun, sementara Mardikanto (1996) mengatakan bahwa semakin tua (diatas 50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi.

b. Pendidikan Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitupula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Sedangkan menurut Hernanto (1984) tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara berpikir yang diterapkan pada usahataninya yaitu dalam rasionalitas usahanya dalam memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada. Suhardiyono (1992) menjelaskan bahwa para ahli pendidikan mengenal sumber pengetahuan, yaitu :

1) Pendidikan informal Adalah proses pendidikan yang panjang diperoleh dan dikumpulkan oleh seseorang, berupa ketrampilan, sikap hidup dan segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman pribadi sehari-hari dari kehidupannya di dalam masyarakat.

2) Pendidikan formal Adalah struktur dari suatu sistem pelajaran yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari prasekolah sampai dengan perguruan tinggi.

commit to user

Adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus. Salah satu contoh pendidikan non formal ini adalah penyuluhan pertanian.

c. Sistem kepercayaan tertentu (diagtotisme) Makin tertutup suatu sistem sosial dalam masyarakat dalam sentuhan luas, misalnya sentuhan teknologi, maka makin sulit pula anggota masyarakatnya untuk melakukan adopsi inovasi.

d. Karakteristik psikologi Karakteristik psikologi dari calon adopter anggota masyarakat disekitarnya juga menentukan cepat tidaknya suatu adopsi inovasi. Bila karakter itu mendukung situasi yang memungkinkan adanya adopsi inovasi, maka proses adopsi inovasi itu akan berjalan lebih cepat.

Lionberger dalam Mardikanto (1996) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi :

a. Tingkat pendapatan, petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan cepat mengadopsi inovasi. Penerimaaan usahatani atau pendapatan akan mendorong petani untuk kegiatan produktif (biaya produksi periode selanjutnya), biaya konsumtif (untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan pajak), pemeliharaan investasi serta tabungan dan investasi. Adapun biaya hidup tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari sumber usahatani sendiri, sumber usaha lain di bidang pertanian seperti halnya upah tenaga kerja pada usahatani lain dan pendapatan dari luar usahatani (Hernanto, 1993)

b. Tingkat partisipasinya dalam kelompok atau organisasi di luar lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.

commit to user

yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif dibanding orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptic terhadap sesuatu yang baru.

d. Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif, biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti lembaga pendidikan, lembaga penelitian, dinas-dinas terkait, media massa, tokoh masyarakat setempat maupun dari luar lembaga-lembaga komersial (pedagang). Golongan yang kurang inovatif umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh setempat dan relatif sedikit memanfaatkan informasi dari media massa. Menurut Madigan dalam Cruz (1987) petani yang mencapai

pendidikan lebih tinggi mempunyai tingkat adopsi yang lebih tinggi daripada mereka yang mencapai tingkat pendidikan yang lebih rendah. Seorang agen pembaharu mendapatkan hasil yang terbaik ketika berhadapan dengan orang yang tingkat pendidikannya lenih tinggu.

Proses adopsi inovasi merupakan proses mental yang terjadi pada petani pada saat menghadapi suatu inovasi yaitu proses penerapan suatu ide baru sejak diketahui sampai proses penerapan. Pada proses adopsi akan terjadi perubahan perilaku sasaran dan dipengaruhi oleh banyak faktor serta selalu terkait antara satu dengan yang lainnya (Junaidi, 2007).

Masyarakat akan berpartisipasi dalam suatu inovasi apabila mereka merasa aktivitas tersebut penting. Cara agar hal ini dapat diterima secara efektif adalah masyarakat sendiri dapat menentukan suatu kegiatan dan menentukan seberapa penting hal tersebut bagi mereka dari pada orang luar mengatakan apa yang harus mereka lakukan. Salah satu kunci dalam suksesnya mengatur suatu komunitas adalah pemilihan suatu inovasi (Jim Ife, 1995).

Adopsi teknologi baru hanya dapat berkembang secara cepat apabila masyarakat atau petani yang menerima memiliki dasar pendidikan/ pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkannya (Mardikanto, 1994).

commit to user

menyatakan bahwa proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima atau menerapkan dengan keyakinannya sendiri, tahapan-tahapan adopsi :

a. Awarenes atau tahap kesadaran yaitu dimana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengenai hal itu.

b. Interest atau tahap menaruh minat yaitu dimana seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.

c. Evaluation atau tahap penilaian yaitu dimana seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru tersebut dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menentukan mencobanya atau tidak.

d. Trial atau tahap percobaan yaitu dimana seseorang menerapkan ide-ide baru tersebut dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan keadaan dirinya.

e. Adoption atau tahap menerapkan yaitu dimana seseorang menggunakan ide-ide tersebut secara tetap dalam skala yang luas.

2. Dampak dan Konsekwensi

a. Dampak Suratmo (2002) mengatakan bahwa dampak diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan, yaitu kepentingan pembangunan proyek dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Dampak di sini tidak hanya dampak negatif tetapi juga dampak positif. Dampak yang diduga tersebut merupakan perbedaaan nilai lingkungan atau nilai suatu sumberdaya di masa yang akan datang antara lingkungan tanpa proyek dan lingkungan dengan proyek.

Menurut Soemarwoto (2001), mengatakan bahwa dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.

commit to user

biologi. Aktivitas dapat pula dilakukan oleh manusia.

Adanya ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) akan menimbulkan keuntungan bagi masyarakat, yaitu :

1) Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, hingga dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupan apabila diperlukan.

2) Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek dibangun hingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek.

3) Turut serta dalam pembangunan di daerah sejak dari awal khususnya di dalam memberikan masukan informasi atau ikut langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek.

4) Pemahaman hal ikhwal mengenai proyek secara jelas akan ikut menghindarkan timbulnya kesalahpahaman hingga dapat menggalang kerjasama yang saling menguntungkan.

5) Mengetahui hak dan kewajiban di dalam hubungan dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.

Menurut Gunarwan (1993) mengatakan bahwa terdapat pendugaan dampak yaitu dari aspek ekonomi, diantaranya :

1) Dalam masyarakat sering terdapat hal-hal yang merupakan masalah yang kritis dan sensitif bagi masyarakat setempat dan hal tersebut akan berbeda di tempat lain. Hal-hal tersebut harus diketahui karena dampak yang akan terjadi merupakan hal yang kritis dan sensitif akan selalu dinilai dampak besar.

2) Komponen-komponen dalam aspek ini perlu dikategorikan keadaannya ke dalam keadaan yang baik, marginal dan kritis. Penilaian dampak pada komponen yang berbeda keadaannya akan berbeda.

commit to user

ekonomi baik yang datang dari aspek fisik, biologi maupun sosial budaya sehingga perlu pendugaan dampak tak langsung secara cermat.

4) Dampak yang perlu diperhatikan adalah yang terjadi berurutan. Misalnya meningkatnya pendapatan akan menimbulkan peningkatan gizi makanan, kemudian akan meningkatkan kesehatan dan juga meningkatnya permintaan akan barang, pendidikan dan jasa lainnya. Dampak pada satu komponen sosial ekonomi juga dapat menimbulkan dampak hubungan antar manusia sehingga dapat menimbulkan perpindahan mata pencaharian, perpindahan tempat pemukiman, mobilitas dan lainnya.

5) Pada aspek ekonomi belum banyak model matematika yang dapat digunakan untuk Amdal.

Sudhartho (1997) mengatakan bahwa dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas proyek, program atau kebijaksanaan yang akan diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini (karena aktivitas biasanya selalu datang dari luar masyarakat) mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruh ini bisa positif bisa pula negatif. Hal ini dapat dapat diuji dari nilai, norma, aspirasi dan kebiasaan dari masyyarakat yang bersangkutan.

Dari aspek budaya yang perlu diteliti dalam Amdal menurut Suratmo (1993) adalah :

1) Keadaan struktur penduduk, termasuk jumlah, kepadatan, keanekaragaman penduduk, serta pola mobilitas penduduk.

2) Perikehidupan sehari-hari, adat istiadat, tatacara, interaksi intra dan antar kelompok masyarakat, system kepercayaan, keanekaragaman tatanilai dan norma.

3) Sikap, nilai dan persepsi terhadap lingkungannya dan kehidupan lingkungannya.

commit to user

diversifikasi dalam masyarakat.

5) Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.

6) Sejarah budaya yang patut dipelihara.

7) Keadaan dan sistem kekuasaan.

Dari segi lingkungan menurut Suratmo (1993) menyatakan bahwa lingkungan yang digunakan dalam analisis dampak lingkungan ialah lingkungan hidup. Pengertian lingkungan hidup dapat diartikan sebagai segala sesuatu di sekitar suatu obyek yang saling mempengaruhi.

b. Konsekwensi Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987) menyatakan bahwa konsekwensi adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Invensi dan difusi yang menjadi perantara menuju tujuan akhir adalah konsekwensi yang berupa perubahan sosial.

Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Lebih jauh lagi resiko pada proyek adalah “suatu kondisi pada proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya, waktu, mutu proyek”. (Ibrahimi, 2010)

Terdapat pembagian konsekwensi menurut tingkat dimana konsekwensi diinginkan atau tidak tergantung pada bagaimana inovasi mempengaruhi sistem sosial dan mempengaruhi adopter berdasarkan Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987) yaitu :

a) Konsekwensi fungsional adalah akibat-akibat yang diinginkan dari penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem sosial. Suatu inovasi mungkin fungsional bagi suatu sistem tetapi tidak fungsional bagi

commit to user

suatu inovasi juga bergantung pada waktu. Contoh : Meningkatnya produksi pertanian merupakan salah satu tipe konsekwensi yang diinginkan dari pengadopsian inovasi- inovasi pertanian dan dengan penaksiran sekitar 50% varians dalam produksi pertanian menemukan suatu keinovatifan yang memberikan sumbangan unik dalam meningkatkan hasil.

b) Konsekwensi disfungsional adalah efek-efek yang tak diinginkan. Dengan adanya inovasi yang semakin penting, semakin maju dan semakin modern sehingga agen pembaru menginginkan agar inovasi itu diadopsi lebih cepat oleh anggota sosial, sehingga akan menghasilkan konsekwensi.

3. Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi , bunga , buah dan lain lain) , dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol , buah untuk jus , dan wol untuk penenunan dan pembuatan-pakaian ( Wikipedia, 2010).

Soejitno dalam Mardikanto (2009) menyatakan bahwa selaras dengan pengertiannya yang menjadi sasaran penyuluhan pertanian terutama adalah petani pengelola usahatani dan keluarganya, yaitu bapak tani, ibu tani, dan pemuda/ pemudi atau anak-anak petani.

Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai peran yang jamak (multiple roles) yaitu sebagai manajer, sebagai juru tani dan sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada semua anggota rumah tangganya. Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan

commit to user

faktor didalam dan diluar pribadi petani itu sendiri yang sering disebut karakteristik sosial ekonomi (Mosher, 1981).

Kay dan William (1999) mengemukakan bahwa peranan di bidang pertanian selalu menjadi faktor yang utama dalam kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu terdapat beberapa seseorang (petani) bekerja di bidang pertanian, yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Tenaga kerja tidak hanya pada kegiatan dilapang tetapi dalam sector pertanian yang luas, sangat diperlukan tenaga terampil dalam pembuatan mesi-mesin pertanian, peralatan pertanian, serta staf ahli di bidang peternakan.

b. Bekerja di bidang pertanian menjadi menarik dan diminati banyak orang karena memberikan harapan bagi petani akan hasil panen yang nantinya akan diperoleh.

c. Hasil yang diperoleh dari bekerja di bidang pertanian tidak kalah pentingnya (keuntungan) disbanding dengan bekerja di bidang non pertanian.

d. Teknologi yang tersedia hanya dalam ukuran atau skala minimum sehingga ini mendorong petani untuk memperluas produksi dengan biaya-biaya tetap menyangkut teknologi secara ekonomis dan efisien.

4. Biogas

a. Pengertian Biogas Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik sperti kotoran hewan, kotoran manusia atau sampah direndam dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari uara). Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion. Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri.(Setiawan, 1996)

commit to user

organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil. (Suriawiria, 2005)

Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH 4 ) dan karbon dioksida (CO 2 ), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H 2 S) dan ammonia (NH 3 ) serta hydrogen dan (H 2 ), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH 4 ). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. (Muryanto, Pramono, Suprapto, Ekaningtyas, dan Sudadiyono, 2006).

b. Persyaratan bahan baku dan suhu lingkungan Adapun pendapat dari berbagai sumber Amaru,K., M. Abimayu, DY. Sari, dan I. Kamelia (2004) mengatakan sebelum merencanakan untuk membuat alat penghasil biogas, perlu diketahui terlebih dahulu prasyarat yang perlu dipenuhi. Hal ini penting diperhatikan agar kerugian tidak terjadi dikemudian hari setelah alatnya dibuat. Persyaratan yang penting diperhatikan antara lain :

1) Ketersediaan kotoran ternak Ketersediaan kotoran ternak merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi. Ketersediaan dalam hal ini tidak hanya berarti jumlahnya yang mencukupi tetapi juga kelangsungannya (kontinuitas). Di daerah yang banyak peternakan, hal ini tidak menjadi masalah karena kotoran mudah diperoleh dalam jumlah yang mencukupi.

commit to user

Hal ini penting diperhatikan karena suhu merupakan salah satu syarat aktifnya bakteri biogas. Suhu yang paling baik untuk berlangsungnya proses pembentukan biogas ada;lah sekitar 32- 37°C. Suhu udara yang terlalu rendah ataupun tinggi kurang baik untuk pembentukan biogas. Bahkan suhu di bawa 15°C, kecil kemungkinan terbentuknya biogas. Jika penurunan suhu udaranya tidak begitu besar, suhu di dalam penghasil biogas masih dapat dipertahankan dengan mengubur alat tersebut di dalam tanah atau menimbunnya dengan tumpukan jerami.

c. Persyaratan terbentuknya biogas Agar proses terbentuknya biogas berjalan sesuai yang diharapkan, artinya dapat menghasilkan gas methan, maka diperlukan persyaratan- persyaratan tertentu (Setiawan, 1996) :

1) C/N Rasio, kandungan unsur C (karbon) dan N (nitrogen) yang dikenal dengan C/N Rasio antara 20 – 25.

2) Kandungan air, bahan baku yang paling baik untuk menghasilkan biogas adalah bahan yang mengandung 7 – 9 % bahan kering (BK) atau kandungan airnya 93 – 99 % air.

3) Jasad renik/mikro organisma, Bakteri pembentuk asam antara lain: Pseudomonas, Escherichia, Flavobacterium, dan Alcaligenes yang mendegradasi bahan organik menjadi asam-asam lemak. Selanjutnya asam-asam lemak didegradasi menjadi biogas yang sebagian besar adalah gas methan oleh bakteri methan antara lain: Methanobacterium, Methanosarcina, dan Methanococcus.

4) Udara (oksigen), persyaratan yang penting dalam proses pembuatan biogas, adalah tidak diperlukannya udara sama sekali (anaerob).

5) Temperatur, proses fermentasi anaerobik dapat berlangsung pada kisaran 5°C sampai 55°C, sedangkan temperatur optimumnya 35°C.

commit to user

bakteri ini berkisar antara 6,8 sampai 8.

7) Pengadukan, maksud pengadukan adalah agar bahan baku menjadi homogen sehingga dapat diproses dengan cepat. Baku yang sukar dicerna, seperti lignin akan membentuk lapisan kerak pada permukaan cairan, lapisan ini dapat dipecah dengan alat pengaduk.

8) Bahan penghambat, bahan yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme antara lain, logam berat seperti tembaga, cadmium, dan kromium. Selain itu desinfektan, deterjen dan antibiotik.

d. Manfaat dari biogas Produk akhir dari biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan masyatrakat. Manfaat tersebut ada yang bersifat langsung dapat digunakan sebagai sumber energy maupun manfaat tidak langsung yang dapat mendukung sektor lain seperti lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam dan lain-lain.

1) Manfaat Langsung

a) Sebagai sumber energi untuk memasak

Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalansi biogas dapat digunkan sebagai sumber energi untuk memasak. Satu unit biogas yang menggunakan bahan baku kotoran ternak 3-

4 ekor sapi, mampu menghasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak tanah/hari. Produksi biogas ini diperkirakan mampu untuk memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 5 anggota keluarga.

Dengan demikian, satu keluarga yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak, maka dengan pemanfaatan biogas dapat menghemat penggunaan nyak tanah 3 liter/hari. Manfaat biogas sebagai sumber bahan bakar pengganti minyak tanah dapat diperbesar sesuai dengan kapasitas biogas dengan jumlah ternak yang tersedia.

commit to user

rumah tangga sebagai berikut. Satu keluarga dengan anggot keluarga sebanyak 5 orang, kebutuhan biogas yang khusus untuk memasak adalah sebesar 1,25 m³/hari atau 0,25 m³/hari/orang. Sedangkan tiapa ekor sapi per hari menghasilkan kotoran sebanyak 10 kg, yang berpotensi dapat menghasilkan 1,36 m³ biogas, sehingga untuk satu keluarga membutuhkan 4 ekor sapi, drengan perhitungan perolehan kotoran ternak sejumlah 40 kg/hari dan akan menghasilkan biogas sejumlah 1,44 m³/hari. (Sembiring, 2005).

b) Sebagai sumber penerangan

Biogas dapat dimanfaatkan untuk penerangan dengan cara yang sama seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor sebagai titik akhir penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang digunakan adalah lampu yang dirancang khusus, atau lampu petromak yang dimodifikasi. Perbedaaan lampu ini terletak pada ada tidaknya tabung penampung biogas sebelum dibakar. Pada lampu yang dirancang untuk biogas tidak menggunakan tabung penampung, sedangkan pada lampu petromak yang dimodifikasi, tabung yang sudah ada dimanfaatkan sebagai tempat penampung biogas.

c) Penghasil pupuk organik siap pakai

Manfaat langsung dari penerapan biogas adalah dapat menyediakan pupuk organik siap pakai dalam jumlah banyak sesuai dengan kapasitas digester yang dibangun dan jumlah bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud adalah jika kotoran ternak tidak dapat langsung digunakan langsung sebagai pupuk organik, namun perlu menunggu hingga 2 bulan. Apabila kotoran ternak langsung digunakan pupuk maka tanaman akan mati. Berbeda dengan kotoran yang diproses melalui Biogas, kotoran yang dihasilkan (sudah

commit to user

organik.

2) Manfaat tidak langsung

a) Mengurangi efek gas rumah kaca

Penerapan biogas dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi biogas dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Penerapan biogas dapat mengurangi emisi gas methan yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sector pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi biogas.

Gas methan termasuk gas rumah kaca (green housegas), bersama gas karbondioksida memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan

local dengan mengembangkan biogas dapat berperan upaya penyelesaian permasalahan global efek rumah kaca.

Pemanfaatan biogas dalam mengurangi efek rumah kaca melalui tiga cara. Pertama biogas memberikan substitusi dari bahan bakar fosil untuk memasak dan penerangan. Kedua melalui fermentasi, metahan dirubah menjadi karbodioksida sehingga mengurangi jumlah methan yang ada diudara. Ketiga penerapan biogas akan berdampak pada lestarinya hutan karena penebangan dapat dikurangi. Dengan lestarinya hutan maka karbondioksoida yang ada diudara akan diserap oleh hutan dan diproses melalui fermentasi yang akan menghasilkan oksigen yang berperan untuk melawan efek rumah kaca.

commit to user

Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan. Ramah lingkungan disini memiliki pengertian bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau yang tidak sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas maka hasil akhir dari proses tersebut merupakan pupuk organik yang tidak berbau.

c) Meningkatkan sanitasi lingkungan dan keindahan Kotoran ternak dan limbah organik lain apabila tidak dikelola dengan baik dan berserakan dimana-mana, maka dapat mengganggu keindahan dan berdampak negatif terhadap kesehatan warga di lingkungannya. Disamping itu terdapat kemungkinan bahwa kotoran ternak banyak mengandung racun dan bakteri Colly yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Dengan penerapan biogas, dampak negative tersebut dapat dikurangi dan dihilangkan.

d) Mendukung kebijakan pengurangan subsidi BBM Penerapan biogas di lapangan yaitu ditingkat rumah tangga petani dalam jumlah banyak dalam satu kawasan dapat mendukung kebijakan pengurangan subsidi BBM.

e. Cara Kerja Biogas

1) Tahap Penampungan, pengenceran dan pengadukan, pemasukan bahan baku

Tahap ini terjadi pada tabung penampung bahan baku. Bahan baku yang diencerkan dengan menambah air hingga perbandingan antara bahan padat dan cair kira-kira 1:1. Pengadukan dilakukan sampai merata. Bahan-bahan yang tidak berguna dan diperkirakan menganggu proses pembuatan biogas (seperti kayu, batu-batu dan bahan-bahan yang keras) diambil.

commit to user

degester.

2) Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas Tahap ini berlangsung pada tabung pencerna/ pemroses/degester. Bahan baku yang telah diencerkan dan sudah dibersihkan dari bahan-bahan yang diperkirakan mengganggu proses terjadinya buogas, dimasukkan ke dalam tabung digester. Biogas yang dihasilkan berwarna biru dan mempunyai bau yang khas. Adanya bau ini terkadang member kesan yang tidak higienis terhadap masakan yang dimasak menggunakan biogas, sebenarnya tidak masalah. Jadi apabila akan menggunakan biogas untuk keperuan memasak perlu disiapkan dahulu api pembakarnya misalnya korek api kemudian dibuka saluran biogasnya sehingga gas keluar langsung terbakar dan tidak ada bau yang tersebar.

3) Tahap pengambilan sisa limbah setelah diambil gasnya Tahap ini terjadi pada tabung penampung sisa limbah setelah diambil gasnya. Sisa bahan yang diambil merupakan sisa dari limbah yang telah diambil gasnya oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang bentuknya seperti lumpur. Sisa bahan ini masih mempunyai kandungan N tinggi. Bahan pembuat biogas misalnya kotoran ternak memiliki kandungan nitrogen (N) tinggi disamping C,H dan O. Selama berlangsungnya proses pembuatan biogas, unsur-unsur yang digunakan adalah unsur-unsur C,H, dan

O dalam bentuk CH 4 dan O 2, sedangkan unsur nitrogen tetap

bertahandalam sisa bahan.

Oleh karena itu, sisa hasil pemrosesan biogas merupakan pupuk organik yang kaya nitrogen yang siap pakai dan mempunyai sifat tidak berbau. Sifat tidak berbau ini, mempunyai nilai positif bagi lingkungan.

commit to user

Inovasi pengembangan biogas asal kotoran sapi merupakan salah satu upaya pemerintah Sukoharjo untuk mengolah limbah ternak (kotoran ternak) menjadi sesuatu yang bermanfaat. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh microorganisme pada kondisi tanpa udara (anaerob). Inovasi penggunaan biogas diarahkan agar petani mau beralih dari penggunaan minyak tanah, gas elpiji, kayu bakar ke biogas.

Adapun secara teoritis, manfaat dari biogas untuk petani antara lain tumbuhnya upaya perbaikan cara berternak agar semakin produktif terutama dalam pengelolaan kandang dan pengolahan kotoran sapi, memperoleh produk tambahan berupa pupuk berbentuk padat dan cair yang dapat digunakan sendiri atau dijual ke petani lainnya sehingga dapat menjadi sumber penerimaan baru. Manfaat lain yang nantinya juga akan dirasakan bagi pemerintah yaitu berkurangnya beban anggaran negara terhadap biaya konsumsi energi khususnya subsidi pada harga BBM.

Teknologi biogas akan menimbulkan suatu dampak. Dampak tersebut akan dirasakan oleh pengguna yang dapat dilihat dari aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Dilihat dari aspek ekonomi akan mengurangi beban pengeluaran biaya kehidupan rumah tangga, sebagai contoh kebutuhan 1 kepala keluarga petani terhadap pemakaian minyak tanah sebanyak 2 liter/hari atau 730 liter/tahun sedangkan harga minyak tanah 1 liter Rp 7000,00/liter. Ini berarti pengguna reaktor biogas mendapat keuntungan sebesar Rp 5.110.000,00. Pengembangan biogas juga memberi peluang untuk menambah pendapatan dari hasil penjualan kompos/pupuk organik. Dari 1 ekor sapi perah dapat diperoleh kompos sekitar 2500kg/tahun, apabila asumsi harga kompos Rp 400/kg, maka penghasilan per tahun/ekor Rp1.000.000,00, maka dengan menggunakan biogas petani mendapatkan tambahan pendapatan dan penghematan minyak tanah sebesar Rp 6.110.000,00.

Dampak pengguna dilihat dari segi sosial yaitu bagaimana respon masyarakat dalam menerima inovasi program biogas. Apakah berantusias

commit to user

mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan biogas atau justru sebaliknya. Apabila dilihat dari segi budaya maka akan dilihat dari sudut kepercayaan. Adakalanya suatu daerah atau masyarakat tidak mau menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan inovasi baru sehingga perlu adanya pendekatan. Pendekatan itu bisa dari personal maupun kelompok sehingga nantinya jika berhasil akan berdampak pada perubahan budaya.

Penerapan biogas dari segi lingkungan akan sangat berdampak sekali dengan adanya teknologi biogas yaitu membantu mengurangi emisi gas methan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi biogas. Gas methan merupakan gas rumah kaca (green housegas) bersama dengan gas karbondioksida memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Dengan pengembangan biogas dapat berperan positif dalam penyelesaian permasalahan global efek rumah kaca. Dampak lain yang dirasakan yaitu biogas memiliki sifat ramah lingkungan. Ramah lingkungan disini mempunyai pengertian bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau tidak sedap. Sebagai contoh kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas maka hasil akhir dari proses tersebut merupkan pupuk organik yang tidak berbau.

Tidak hanya dampak positif yang dirasakan dari adanya biogas tetapi adapula dampak negatif yang dirasakan oleh ptani. Dampak tersebut berupa penggunaan biogas yang digunakan untuk enam rumah tangga sehingga mengakibatkan energi gas yang dihasilkan tidak begitu besar. Perawatan yang begitu sulit juga menjadi faktor penghambat dalam penerapan biogas, jika ada kerusakan pada instalasi hanya orang yang ahli yang dapat memperbaiki sehingga membuat instalasi biogas tidak dugunakan lagi.

Berdasarkan adanya dampak yang dirasakan baik dampak positif maupun dampak negatif maka akan menimbulkan keingintahuan petani

commit to user

dampak tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing pengguna mengenai kepuasan pada program biogas dan kemanfaatan pada umumnya.

Dari uraian di atas, kerangka berpikir yang dapat dibangun adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Dampak Adopsi Inovasi

Program Biogas Pada Petani Di Kabupaten Sukoharjo.

C. Pembatasan Masalah

1. Adopsi inovasi biogas dilihat dari penerapan teknologi biogas yang meliputi pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.

2. Dampak yang dirasakan pada petani dilihat dari ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan dari program biogas.

3. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan teknologi biogas dengan jenis limbah ternak dan yang memiliki jumlah terbanyak dari jenis penerima baik dari individual maupun kelompok di Kabupaten Sukoharjo.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Adopsi inovasi biogas adalah penerapan teknologi biogas oleh seluruh petani responden yang terdiri dari proses pengoperasian dan pemeliharaan instalansi biogas yang dapat dikategorikan menurut masing-masing aspek, yakni : · Pengetahuan : tahu atau tidak tahu · Ketrampilan : sesuai atau tidak sesuai

Dampak dari program biogas pada petani. dilihat dari :

Adopsi Teknologi

Biogas

commit to user

1) Tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan, pemasukan bahan baku adalah tahap awal sebelum pembentukan biogas yang terjadi pada tabung penampung bahan baku, diukur melalui 4 pertanyaan yang menjadi indikator.

2) Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas adalah tahap pemrosesan bahan baku hingga terbentuk gas yang dapat dimanfaatkan oleh petani responden. Tahapan ini berlangsung pada tabung pencerna/ pemroses/ digester, diukur melalui 11 pertanyaan yang menjadi indikator.

3) Tahap pengambilan sisa limbah adalah tahap akhir dari pemrosesan biogas yang berupa sisa limbah yang telah diambil gasnya. Sisa limbah tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik. Tahapan ini berlangsung pada tabung penampung sisa limbah, diukur melalui 5 pertanyaan yang menjadi indikator.

b. Pemeliharaan instalasi biogas adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga agar instalasi tidak cepat rusak dan umur instalasi dapat bertahan lama, diukur melalui 5 pertanyaan yang menjadi indikator.

2. Dampak adopsi inovasi biogas adalah akibat yang dirasakan oleh seluruh petani responden setelah mengadopsi biogas. Analisis dari dampak adopsi inovasi biogas dapat dilakukan dengan menyimpulkan dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan terhadap seluruh petani responden dan mengkategorikannya ke dalam 2 kategori, yakni :

· Ada dampak · Tidak ada dampak. Dampak adopsi inovasi biogas terdiri dari :

a. Dampak ekonomi adalah akibat dari adanya inovasi teknologi biogas yang berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga sebelum dan sesudah menggunakan biogas.

b. Dampak sosial adalah akibat masuknya teknologi biogas yang berpengaruh kepada hubungan antar petani yang menggunakan biogas.

commit to user

adanya teknologi biogas sehingga berpengaruh terhadap pola pikir yang nantinya mengubah kebiasaan yang ada pada petani.

d. Dampak lingkungan adalah akibat perubahan kondisi lingkungan dari sebelum menggunakan biogas dan sesudah menggunakan biogas.

commit to user

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan, merinci, atau membuat diskripsi terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti. Dalam arti sempit, penelitian diskriptif diartikan sebagai penelitian yang hanya menunjukkan gambaran, uraian, atau rincian tentang gejala atau obyek yang diteliti. Sementara dalam arti luas, penelitian diskriptif juga lebih jauh menceritakan hubungan atau keterkaitan antar gejala (variabel), serta seberapa jauh terdapat kesepakatan atas hasil-hasil yang disampaikan (Mardikanto, 2001). Deskripsi ini dilakukan dengan cara deskripsi kuantitatif yang pengukurannya dengan menggunakan ukuran kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan teknik survai yaitu pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang sebenarnya dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah. Teknik survai ini mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 2006).

B. Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Melalui Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo program biogas diterapkan karena di Kabupaten Sukoharjo terdapat petani yang menggunakan biogas dengan bahan baku yang berasal dari kotoran ternak.

C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri- cirinya akan diduga ( Singarimbun dan Effendi, 2006 ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menggunakan biogas dengan

commit to user

secara individu maupun kelompok. Tabel 3.1. Jumlah Petani Yang Mendapat Bantuan Program Biogas

Dengan Bahan Baku Kotoran Ternak Di Kabupaten Sukoharjo

No Jenis

Penerima

Jenis Limbah

Lokasi (Kecamatan)

Jumlah (orang)

Bulu Nguter Sukoharjo Bendosari Mojolaban

Polokarto

Grogol

Baki Gatak Kartasura Tawangsari

Weru Bendosari Mojolaban

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo, 2010