Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Indole-3-Acetic Acid (IAA) yang Berasal dari Area Penambangan Batu Kapur.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL
INDOLE-3-ACETIC ACID (IAA) YANG BERASAL DARI AREA
PENAMBANGAN BATU KAPUR

ANNISA DWIANA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Penghasil Indole-3-Acetic Acid (IAA) yang berasal dari
Area Penambangan Batu Kapur adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Annisa Dwiana
NIM G34110065

ABSTRAK
ANNISA DWIANA. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Indole-3-Acetic
Acid (IAA) yang Berasal dari Area Penambangan Batu Kapur. Dibimbing oleh
NISA RACHMANIA MUBARIK dan RATIH DEWI HASTUTI.
Kerusakan tanah akibat aktivitas penambangan batu dapat diatasi melalui
penanaman tanaman reklamasi. Tanaman reklamasi perlu dipicu pertumbuhannya
agar dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang miskin hara dan bersifat alkali
dengan bakteri indigenus tanah penambangan, salah satunya bakteri penghasil
Indole-3-acetic acid (IAA). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan
melakukan karakterisasi bakteri penghasil indole-3-acetic acid (IAA) yang berasal
dari area penambangan batu kapur. Isolasi dilakukan pada 13 sampel tanah area
penambangan batu kapur dan diperoleh 25 isolat. Hasil seleksi berdasarkan uji
hipersensitif hanya dua isolat yang terpilih sebagai isolat uji, yaitu isolat QC 5C32
dan QC 7B41. Hasil identifikasi dengan menggunakan serangkaian reaksi

biokimia KIT API 50 CH menunjukkan bahwa kedua isolat memiliki kemiripan
sebesar 99.9% dengan Bacillus megaterium dengan bentuk sel batang, Gram
positif, dan menghasilkan endospora. Produksi IAA tertinggi saat penambahan 1.5
mM L-triptofan. Hasil menunjukkan isolat memiliki konsentrasi IAA sebesar
10.435 ppm (QC 5C32) dan 18.723 ppm (QC 7B41). Aplikasi kedua isolat
terhadap kecambah siratro (Macroptilium atropurpureum) cenderung berpengaruh
terhadap pertumbuhan akar primer, jumlah akar lateral, dan bobot basah akar.
Kata kunci: Bacillus megaterium, Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR),
reklamasi.

ABSTRACT
ANNISA DWIANA. Isolation and Characterization of Indole-3-Acetic Acid
(IAA) Producing Bacteria from Limestone Quarry. Supervised by NISA
RACHMANIA MUBARIK and RATIH DEWI HASTUTI.
Soil degradation due to limestone activity can be overcome by planty plant
reclamation. The growth of seedling plants reclamation can be induced to grow
well on nutrient-poor and alkaline soil condition by using the indigenous bacteria,
such as IAA producing bacteria. The research was aimed to isolate and
characterize Indole-3-acetic acid (IAA) producing bacteria from limestone quarry.
Isolation was performed on 13 soil samples of limestone quarry, and then 25

isolates were obtained. The selection by hypersensitive test showed 2 isolates used
to test further, namely isolate QC 5C32 and QC 7B41. Both isolates were
identified by KIT API 50 CH, a series of biochemistry reaction had 99.9%
similarity with Bacillus megaterium, had rod-shapes, Gram positive, and produced
endospore. The highest IAA production occured by adding 1.5 mM of Ltryptophan. The result showed that amount of IAA was 10.345 ppm (QC 5C32)
and 18.723 ppm (QC 7B41). Application of both isolates toward siratro
(Macroptilium atropurpureum) showed impact to the growth of primary root,
number of lateral root, and fresh weight of siratro root sprout.

Keywords: Bacillus megaterium, Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR),
reclamation.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL
INDOLE-3-ACETIC ACID (IAA) YANG BERASAL DARI AREA
PENAMBANGAN BATU KAPUR

ANNISA DWIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah
isolasi bakteri, dengan judul Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Indole-3Acetic Acid (IAA) yang Berasal dari Area Penambangan Batu Kapur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
dan Ibu Dr Ir Ratih Dewi Hastuti, MSc selaku pembimbing yang telah memberi
masukan saran, materi penelitian, dan penulisan skripsi. Ucapan terimakasih
disampaikan kepada Dr Ir RR Dyah Perwitasari, MSc atas saran dan diskusi yang
diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pa Jaka, Bu

Heni yang selalu membantu berjalannya penelitian, Ryan yang telah bersamasama mengumpulkan data awal penelitian, Nana, dan Mashudi yang telah
berjuang bersama, serta teman-teman Lab Mikrobiologi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapa,
Mama, Aa, Ade, Gofur serta seluruh keluarga yang selalu mengingatkan, memberi
doa, dukungan, dan kasih sayangnya serta teman-teman Biologi 48, teman-teman
Microbiota atas segala doa, kebersamaan, dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Annisa Dwiana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat

2

Bahan

2

Isolasi Bakteri Penghasil IAA

2

Penapisan dan Pemilihan Isolat Potensial

2

Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil IAA

3


Kurva Pertumbuhan dan Sintesis IAA

3

Uji Perkecambahan Siratro (Macroptilium atropurpureum)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Isolasi Bakteri Penghasil IAA

4

Penapisan dan Pemilihan Isolat Potensial

4


Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil IAA

5

Kurva Pertumbuhan dan Sintesis IAA

6

Uji Perkecambahan Siratro (Macroptilium atropurpureum)

7

Pembahasan

8

SIMPULAN DAN SARAN

10


Simpulan

10

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

20


DAFTAR TABEL
1 Konsentrasi IAA yang dihasilkan isolat terpilih
2 Profil biokimia isolat QC 5C32 dan QC 7B41
3 Pengaruh inokulasi isolat bakteri penghasil IAA
terhadap perkecambahan siratro 21 hari setelah tanam

4
6
8

DAFTAR GAMBAR
1 Penyimpanan media tabung uji perkecambahan siratro (Macroptilium
atropurpureum) pada bak berisi tanah
2 Hasil pewarnaan Gram dan endospora yang ditunjukkan dengan
tanda panah isolat QC 5C32 dan QC 7B41 pada perbesaran 1000x
3 Kurva pertumbuhan isolat bakteri QC 5C32 dan produksi IAA pada
media nutrient broth (NB) dengan berbagai konsentrasi L-triptofan
4 Kurva pertumbuhan isolat bakteri QC 7B41 dan produksi IAA pada
media nutrient broth (NB) dengan berbagai konsentrasi L-triptofan

4
5
7
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Kurva standar pengukuran IAA
Kurva standar pertumbuhan isolat QC 5C32
Kurva standar pertumbuhan isolat QC 7B41
Komposisi hara bebas nitrogen Ahmed Evans
Karakteristik bakteri yang berhasil diisolasi dari 13 sampel tanah
area penambangan batu kapur Palimanan Cirebon
6 Konsentrasi IAA yang dihasilkan 25 isolat
7 Hasil identifikasi fisiologi isolat QC 5C32 dan QC 7B41 dengan
menggunakan KIT API 50 CH
8 Hasil uji kecambah siratro (Macroptilium atropurpureum)

14
14
14
15
16
18
18
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Batu kapur merupakan mineral yang digunakan dalam sektor industri dan
pertanian. Penggunaan batu kapur antara lain sebagai bahan pembuatan semen,
keramik, dan pengapuran untuk pertanian. Pemenuhan kebutuhan batu kapur
dilakukan dengan penambangan batu kapur. Proses penambangan batu kapur
menyebabkan hilangnya vegetasi, kerusakan horizon tanah, dan sisa bahan galian
tertimbun. Dampak lain aktivitas penambangan, yaitu hilangnya lapisan top soil
tanah, kandungan bahan organik dan unsur hara tersedia rendah, pemadatan tanah,
pH tinggi, suhu tanah tinggi, dan diversitas mikrob rendah (Prayudyaningsih
2014). Masalah lain yang timbul akibat proses penambangan yaitu penurunan
vegetasi dan perubahan tanah penutup, morfologi, dan topografi yang selanjutnya
akan mengubah struktur tanah (Subardja et al. 2011).
Kerusakan tanah penambangan batu kapur dapat diatasi dengan cara
reklamasi lahan melalui penanaman tanaman reklamasi pada lahan bekas
tambang. Tanaman reklamasi harus mampu hidup pada lahan bekas tambang yang
miskin hara dan bersifat alkalin. Tanaman tersebut antara lain Alstonia scholaris,
Acacia auriculiformis, dan Muntingia calabura (Prayudyaningsih 2014). Selain
ketiga tanaman yang telah disebutkan, tanaman legum juga berpotensi sebagai
tanaman reklamasi, salah satunya siratro (Macroptilium atropurpureum). Siratro
merupakan tanaman legum merambat yang berasal dari Amerika tropis, memiliki
daun berwarna hijau terang, setiap tangkai daun terdiri atas tiga daun, dan
penyebaran dapat secara vegetatif atau melalui biji (DAFF 2014).
Tanaman reklamasi membutuhkan suatu zat pemacu pertumbuhan agar
dapat hidup dengan baik pada tanah bekas tambang. Rizobakter sebagai agensia
pemacu pertumbuhan tanaman (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria/ PGPR)
dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman reklamasi batu kapur.
PGPR indigenus tanah tambang batu kapur lebih mudah beradaptasi bila
diaplikasikan ke lingkungan aslinya, seperti aplikasi bakteri pelarut fosfat asal
tambang batuan kapur Cirebon pada bibit tanaman akasia (Mubarik et al. 2014).
Mekanisme PGPR dalam memacu pertumbuhan tanaman salah satunya dengan
mensekresikan zat pemacu tumbuh tanaman seperti Indole-3-acetic acid (IAA).
IAA berperan penting pada organogenesis, pemanjangan sel, pertumbuhan
akar, inisiasi akar lateral, dan inisiasi organ primordia tanaman (Benjamins dan
Scheres 2008). Zat pemacu tumbuh IAA pada sebagian besar tanaman ditemukan
dalam keadaan terikat, hanya sebagian kecil yang bebas. IAA bebas merupakan
bentuk aktif dari IAA, sedangkan IAA terikat terlibat dalam transpor,
penyimpanan, dan perlindungan IAA dari degradasi enzim (Spaepen et al. 2007).
Salah satu sumber zat pemacu tumbuh IAA berasal dari bakteri penghasil IAA.
Beberapa bakteri yang mampu menghasilkan IAA antara lain Azotobacter
chroococcum, A. vinelandii, Pseudomonas aeruginosa, P. putida, dan Serratia sp.
Bakteri tersebut dapat menghasilkan IAA pada konsentrasi 3.5 mg/mL sampai
32.2 mg/L (Torres-Rubio et al. 2000). IAA yang dihasilkan memicu pertumbuhan
rambut akar dengan meningkatkan jumlah dan panjang akar primer dan akar
lateral pada konsentrasi ideal (Duca et al. 2014). Selain itu, IAA yang dihasilkan

2
bakteri memicu pertumbuhan tanaman secara langsung dengan menstimulasi
perpanjangan sel atau jaringan (Patten dan Glick 2002).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan melakukan karakterisasi bakteri
penghasil Indole-3-acetic acid (IAA) yang berasal dari area penambangan batu
kapur.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Bahan
Bahan yang digunakan ialah 13 kantung sampel tanah penambangan batu
kapur dari Palimanan Cirebon koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Biologi,
FMIPA IPB dan biji Siratro (Macroptilium atropurpureum) yang diperoleh dari
Sukabumi.
Isolasi Bakteri Penghasil IAA
Sampel tanah masing-masing diambil 1 gram dan diencerkan dari 10-1
hingga 10-4 menggunakan larutan garam fisiologis 0.85%. Sebanyak 0.1 mL
suspensi tanah tersebut disebar menggunakan metode total plate count (TPC)
pada media nutrient agar (NA) dengan penambahan 1 mM L-triptofan dan
diinkubasi selama 24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh dihitung jumlahnya,
kemudian koloni dengan morfologi yang berbeda dimurnikan menggunakan
metode kuadran pada media NA dengan penambahan 1 mM L-triptofan.
Penapisan dan Pemilihan Isolat Potensial
Penapisan dan pemilihan isolat potensial penghasil IAA dilakukan
berdasarkan metode kolorimetri menggunakan reagen Salkowski (Patten dan
Glick 2002) yang mengandung 150 mL H2SO4, 250 mL akuades steril, dan 7.5
mL FeCl3.6H2O 0.5 M. Isolat bakteri hasil isolasi dilakukan pengukuran produksi
IAA, masing-masing isolat diinokulasikan ke dalam media nutrient broth (NB).
Kultur tersebut dikocok dengan kecepatan agitasi 100 rpm selama 24 jam pada
suhu ruang. Kandungan IAA pada media kultur diuji dengan mengambil 1.5 mL
kultur ke dalam tabung mikro, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10000
rpm (sentrifuge galaxy 7D) selama 10 menit. Sebanyak 1 mL supernatan
direaksikan dengan 4 mL reagen Salkowski dan dikocok menggunakan vortex.
Selanjutnya campuran diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu ruang selama 20
menit sebelum diukur absorbansinya menggunakan panjang gelombang 520 nm.

3
Konsentrasi IAA yang terdapat dalam kultur ditentukan berdasarkan kurva standar
IAA dengan kisaran 0-40 ppm (Lampiran 1). Selanjutnya, Pemilihan isolat
dilakukan berdasarkan uji hipersensitif pada daun tembakau (Yandra 2015).
Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil IAA
Karakterisasi bakteri dilakukan berdasarkan sifat morfologi koloni bakteri,
bentuk sel, dan hasil pewarnaan bakteri menggunakan pewarnaan Gram serta
pewarnaan endospora. Pewarnaan endospora hanya dilakukan pada dua isolat
bakteri terpilih. Bakteri yang digunakan dalam pewarnaan berumur 24 jam. Ciri
fisiologi dua isolat terpilih diamati menggunakan KIT API 50 CH bioMérieux®sa
yang merupakan sistem yang terstandarisasi untuk pengujian metabolisme
karbohidrat dari bakteri. Hasil positif menunjukkan profil biokimia yang
digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri. Identifikasi diperoleh dengan
mengacu pada Indeks Analytical Profile pada perangkat lunak APIWEB.
Kurva Pertumbuhan dan Sintesis IAA
Sebanyak 2 isolat terpilih digunakan sebagai model untuk mengetahui
produksi IAA. Satu lup bakteri diinokulasikan ke dalam 50 mL media NB
kemudian dikocok dengan kecepatan agitasi 100 rpm hingga kepekatan ±108
sel/mL. Sebanyak 2 mL kultur diambil dan dimasukkan ke dalam 100 mL media
NB dengan penambahan berbagai konsentrasi L-triptofan (0 mM, 0.5 mM, 1 mM,
1.5 mM). Kerapatan bakteri diukur menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 600 nm. Selanjutnya kultur dikocok kembali menggunakan
kecepatan yang sama selama 6 jam. Setiap 6 jam dihitung kerapatan dari kultur
dan produksi IAA. Kurva standar pertumbuhan isolat digunakan untuk
mengetahui jumlah sel bakteri dengan menggunakan metode turbidimetri dan
hitungan cawan (Lampiran 2 dan 3).
Uji Perkecambahan Siratro (Macroptilium atropurpureum)
Sebanyak kurang lebih 36 biji siratro dipilih yang tidak terapung dalam
air. Biji tersebut direndam dalam H2SO4 pekat selama 30 menit, dibilas dengan
akuades steril hingga tidak ada H2SO4 yang tersisa, selanjutnya biji direndam di
dalam akuades steril selama satu malam. Setelah perendaman, biji dikecambahkan
di dalam cawan petri berisi water agar selama 2 hari dalam suhu ruang dan
keadaan gelap. Kecambah siratro ditanam di dalam tabung berukuran 30x200 mm
yang telah berisi media agar-agar miring mengandung larutan hara bebas nitrogen
dan dengan penambahan nitrogen menurut komposisi Ahmed Evans (Lampiran 4)
(Somasegaran dan Hoben 1985).
Sebanyak 1 mL kultur bakteri dengan kepekatan ±108 sel/mL kemudian
diinokulasikan pada akar kecambah yang telah ditanam dalam media agar-agar
miring di dalam tabung berukuran 30x200 mm. Selanjutnya, tabung dibenamkan
ke dalam bak berisi tanah kurang lebih setengah dari tinggi tabung, kemudian
disimpan dalam rumah kaca (Gambar 1). Pengamatan perkecambahan dilakukan
setelah 21 hari setelah tanam, dengan parameter pertumbuhan panjang akar,
jumlah akar lateral, tinggi tajuk, jumlah daun, bobot basah, bobot kering akar,
bobot kering tajuk, dan bintil akar.

4
Penentuan pertumbuhan tanaman siratro (Macroptilium atropurpureum)
dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 faktor
perlakuan. Faktor pertama, yaitu inokulasi isolat QC 5C32, QC 7B41, dan kontrol.
Faktor kedua, yaitu media tanpa dan dengan penambahan KNO3 0.05%. Faktor
ketiga, yaitu tanpa dan dengan penambahan 1 mM L-triptofan. Hasil pengukuran
dianalisis secara statistik menggunakan one-way Analysis of Variance (ANOVA)
program SPSS.

Gambar 1 Penyimpanan media tabung uji perkecambahan siratro (Macroptilium
atropurpureum) pada bak berisi tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Bakteri Penghasil IAA
Isolasi 13 sampel tanah area penambangan batu kapur dilakukan dengan
mengggunakan media nutrient agar (NA) dengan penambahan 1 mM L-triptofan.
Sampel tanah yang digunakan diambil pada tiga area penambangan, yaitu area
tambang, area bekas tambang, dan area reklamasi. Sebanyak 25 isolat berhasil
didapatkan dari ketiga area pengambilan sampel tanah, namun sebanyak 14 isolat
didapatkan dari area reklamasi (Lampiran 5).
Penapisan dan Pemilihan Isolat Potensial
Seluruh isolat yang diperoleh diuji kemampuannya menghasilkan IAA
dengan metode kolorimetri menggunakan reagen Salkowski (Lampiran 6),
kemudian dipilih 5 Isolat yang menghasilkan konsentrasi IAA tertinggi (Tabel 1).
Tabel 1 Konsentrasi IAA yang dihasilkan isolat terpilih
Isolat
QC 5C31
QC 5C32
QC 6B32
QC 6B33
QC 7B41

Konsentrasi IAA (ppm)
2.575
3.637
3.192
3.021
1.411

5
Dari kelima isolat tersebut, hasil uji hipersensitif menggunakan daun tembakau
didapatkan 3 isolat patogen dan 2 isolat lainnya nonpatogen (Yandra 2015). Dua
isolat nonpatogen, yaitu QC 5C32 dan QC 7B41 digunakan sebagai isolat terpilih
untuk pengujian tahap penelitian selanjutnya.
Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil IAA
Penampakan koloni isolat sebagian besar berwarna putih dan sebagian
lainnya berwarna krem, bentuk koloni bermacam-macam, tepian licin dan tidak
beraturan, serta elevasi cembung dan timbul. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan
16 isolat bersifat Gram negatif dan 9 isolat lainnya bersifat Gram positif dengan
bentuk sel batang kecuali isolat QC 5C43 bentuk sel kokus (Lampiran 5). Dua
isolat terpilih masing-masing termasuk ke dalam Gram positif yang ditandai
dengan warna sel biru atau biru keunguan setelah diberi pewarnaan Gram dan
memiliki bentuk batang. Kedua isolat menghasilkan endospora yang ditandai
dengan adanya endospora berwarna hijau dan sel vegetatif berwarna merah
(Gambar 2).
(a)

(b)

Gambar 2 Hasil pewarnaan Gram dan endospora yang ditunjukkan dengan tanda
panah isolat bakteri (a) QC 5C32 dan (b) QC 7B41 pada perbesaran
1000x
Identifikasi secara fisiologi dilakukan menggunakan KIT API 50 CH
bioMérieux®sa yang terdiri atas 50 mikrotube untuk pengujian fermentasi gula
dan turunannya. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna reagen dari merah

6
menjadi kuning pada masa inkubasi 24 dan 48 jam (Lampiran 7). Hasil tersebut
dibaca sesuai perubahan warna yang terjadi dan identifikasi diperoleh dengan
mengacu pada Indeks Analytical Profile pada perangkat lunak APIWEB.
Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan KIT API 50 CH bioMérieux®sa
didapatkan kedua isolat, yaitu QC 5C32 dan QC 7B41 memiliki kemiripan dengan
Bacillus megaterium sebesar 99.9% (Tabel 2).
Tabel 2 Profil biokimia isolat QC 5C32 dan QC 7B41
Uji biokimia
Glycerol (GLY)
L-Arabinose (LARA)
D-Ribose (RIB)
D-Xylose (DXYL)
D-galactose (GAL)
D-glucose (GLU)
D-fructose (FRU)
Inositol (INO)
D-manitol (MAN)
N-acetylglucosamine (NAG)
Amygdalin (AMY)
Arbutin (ARB)
Esculin ferric cytrate (ESC)
Salicin (SAL)
D-maltose (MAL)
D-Melibiose (MEL)
D-saccarose (SAC)
D-trehalose (TRE)
D-raffinose (RAF)
Amidon (AMD)
Glycogen (GLYG)
Gentiobiose (GEN)
D-turranose (TUR)

Hasil reaksi
Isolat QC 5C32
Isolat QC 7B41
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

Kurva Pertumbuhan dan Sintesis IAA
Sebanyak 2 isolat terpilih, yaitu QC 5C32 dan QC 7B41 menghasilkan
IAA pada masa inkubasi 48 jam pertumbuhan. Pertumbuhan kedua isolat
cenderung tidak dipengaruhi oleh konsentrasi L-triptofan yang diberikan pada
media tumbuh isolat. Pola produksi IAA sama pada media dengan pemberian Ltriptofan atau tanpa pemberian L-triptofan. Isolat QC 5C32 mulai menghasilkan
IAA pada jam ke-12 (Gambar 3), sedangkan isolat QC 7B41 menghasilkan IAA
pada jam ke-18 (Gambar 4).
Kedua isolat mampu menghasilkan IAA pada media tanpa penambahan Ltriptofan meskipun dalam jumlah sedikit. Isolat QC 5C32 menghasilkan IAA
sebesar 3.329 ppm pada jam ke-48 dengan log sel 7.872 cfu/ml. Isolat QC 7B41
menghasilkan IAA sebesar 2.832 ppm pada jam ke-42 dengan log sel 7.339
cfu/ml. Konsentrasi IAA tertinggi dihasilkan pada media dengan penambahan 1.5
mM L-triptofan. Isolat QC 5C32 menghasilkan IAA tertinggi pada jam ke-48,

7
yaitu sebesar 10.435 ppm dengan log sel 7.766 cfu/ml (Gambar 3). Isolat QC
7B41 menghasilkan IAA tertinggi pada jam ke-48, yaitu sebesar 18.723 ppm
dengan log sel 7.406 cfu/ml (Gambar 4).

Gambar 3 Kurva pertumbuhan isolat bakteri QC 5C32 (a) dan produksi IAA pada
media nutrient broth (NB) dengan berbagai konsentrasi L-triptofan (b)

Gambar 4 Kurva pertumbuhan isolat bakteri QC 7B41 (a) dan produksi IAA pada
media nutrient broth (NB) dengan berbagai konsentrasi L-triptofan (b)
Uji Perkecambahan Siratro (Macroptilium atropurpureum)
Perbedaan komposisi media Ahmed Evans yang digunakan, yaitu dengan
penambahan KNO3 0.05% atau tanpa penambahan KNO3 memberikan hasil yang
berbeda. Media yang diberi tambahan KNO3 0.05% merupakan kontrol positif
atau menghasilkan pertumbuhan normal kecambah. Inokulasi isolat bakteri
penghasil IAA pada kecambah siratro pada 21 hari setelah tanam tidak
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap bobot basah tajuk, bobot kering
tajuk, jumlah daun, dan tidak menghasilkan bintil akar, tetapi cenderung
memberikan pengaruh terhadap panjang akar primer, jumlah akar lateral, dan
bobot basah akar (Lampiran 8).
Akar primer siratro lebih panjang dibandingkan kontrol (tanpa bakteri)
saat diberi inokulasi bakteri, terutama pada pemberian isolat QC 7B41 yang
tumbuh pada media dengan penambahan KNO3 0.05% tanpa 1 mM L-triptofan.
Akar lateral siratro lebih banyak dibandingkan kontrol saat diberi inokulasi
bakteri, terutama pada pemberian isolat QC 5C32 yang tumbuh pada media tanpa

8
KNO3 ditambah 1 mM L-triptofan. Bobot basah akar lebih tinggi dibandingkan
kontrol pada pemberian isolat QC 5C32 yang tumbuh pada media dengan
penambahan KNO3 0.05% (Tabel 3).
Tabel 3 Pengaruh inokulasi isolat bakteri penghasil IAA terhadap perkecambahan
siratro 21 hari setelah tanam

Perlakuan
N0P0C
N0P1C
N1P0C
N1P1C
N0P0A
N0P1A
N1P0A
N1P1A
N0P0B
N0P1B
N1P0B
N1P1B

Panjang
akar
primer
(cm)
1.23ab
2.00ab
0.80b
0.86ab
2.13ab
2.60ab
1.50ab
0.87ab
1.53ab
1.80ab
2.87a
2.80a

Jumlah
akar
lateral
ab

14.7
12.3ab
10.0b
12.0b
12.0b
25.0a
11.7b
19.3ab
14.3ab
19.7ab
16.7ab
13.0ab

Tinggi
tajuk
(cm)
ab

9.93
7.03ab
9.10ab
7.37ab
7.30ab
6.37b
6.17b
7.00ab
10.53a
8.37ab
7.83ab
8.37ab

Bobot basah (g)

Jumlah
daun
a

5.0
4.0a
5.0a
5.0a
3.0a
3.0a
3.0a
3.0a
5.0a
4.0a
4.0a
3.3a

Akar

Bobot kering (g)

Tajuk
ab

0.0310
0.0390ab
0.0290b
0.3333ab
0.0543ab
0.0487ab
0.0547a
0.0373ab
0.0470ab
0.0317ab
0.0467ab
0.0510ab

Akar
a

0.0700
0.0503ab
0.0643ab
0.0527ab
0.0570ab
0.0527ab
0.0367b
0.0607ab
0.0673ab
0.0583ab
0.0560ab
0.0683a

Tajuk
a

0.0055
0.0050a
0.0063a
0.0053a
0.0049a
0.0063a
0.0057a
0.0053a
0.0062a
0.0055a
0.0051a
0.0071a

0.0143a
0.0102abc
0.0113ab
0.0085bc
0.0100abc
0.0096abc
0.0057c
0.0119ab
0.0109ab
0.0106abc
0.0086bc
0.0096abc

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%
(DMRT). N0= tanpa KNO3, N1= KNO3 0.05%, P0= tanpa L-triptofan, P1= L-triptofan 1
mM , A= isolat 5C 5C32, B= isolat QC 7B41, C= kontrol.

Pembahasan
Sebanyak 25 isolat bakteri penghasil IAA berhasil diperoleh dari 13
sampel tanah dari area penambangan batu kapur. Isolasi dilakukan dengan
menggunakan media NA yang mengandung 1 mM L-triptofan dengan tujuan
untuk mendapatkan sebanyak mungkin isolat bakteri potensial penghasil IAA.
Aktivitas IAA diinduksi saat isolat bakteri tumbuh pada media dengan
penambahan L-triptofan sebagai prekursor auksin (Kafrawi et al. 2014). Sebagian
besar isolat didapatkan dari sampel tanah area reklamasi karena pada area
reklamasi telah ditanami dengan berbagai macam tanaman reklamasi yang
menghasilkan eksudat akar. Eksudat akar seperti asam amino dan gula digunakan
sebagai sumber energi dan nutrisi bagi bakteri (Haas dan Defago 2005).
Pemilihan isolat uji dilakukan berdasarkan uji hipersensitif pada tanaman
tembakau. Isolat yang menyebabkan reaksi hipersensitif pada permukaan daun
tembakau merupakan bakteri patogen tanaman. Reaksi hipersensitif merupakan
program kematian sel yang cepat dan terlokalisasi. Daun tembakau yang
diinokulasi dengan bakteri menjadi kecoklatan pada area masuknya bakteri.
Induksi reaksi hipersensitif dan patogenisitas dipengaruhi oleh gen hrp
(hypersensitive reaction and patoghenicity) yang umum ditemukan pada bakteri
Gram negatif patogen tanaman, seperti Xanthomonas oryzae pv oryzae (Zhu et al.
2000).
Hasil identifikasi dua isolat terpilih, yaitu QC 5C32 dan QC 7B41
menggunakan KIT API 50 CH menunjukkan kemiripan dengan Bacillus
megaterium sebesar 99.9%. Kemiripan ditunjukkan dengan bentuk sel isolat QC

9
5C32 dan QC 7B41 berupa batang dengan sifat Gram positif dan menghasilkan
endospora. Bacillus mampu menghasilkan struktur khusus endospora sebagai
pertahanan diri yang mengaktifkan organisme untuk bertahan pada kondisi yang
tidak menguntungkan, yaitu suhu ekstrem, kekeringan, dan kekurangan nutrisi
(Madigan et al. 2012). Beberapa spesies dari genus Bacillus berperan sebagai
pestisida, fungisida, biofertilizer, dan memiliki kemampuan memacu pertumbuhan
tanaman (Peres-Garcia et al. 2011).
Isolat B. megaterium memiliki karakteristik sebagai Plant growth
promoting rhizobacteria (PGPR) yaitu mampu menginduksi pertahanan biji
terhadap ancaman cendawan Phytium aphanirdetum (Liang et al. 2011). Bacillus
megaterium mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan perkembangan
akar, selain itu, auksin yang dihasilkan B. megaterium dapat menghambat
pertumbuhan akar primer dengan meningkatkan pertumbuhan dan jumlah akar
lateral, serta panjang rambut akar (Lopez-Bucio et al. 2007). Bacillus megaterium
juga memiliki kemampuan melarutkan fosfat, memproduksi IAA, dan sebagai
biokontrol (Trivedi dan Pandey 2008).
Pertumbuhan isolat QC 5C32 cukup cepat, pada jam ke-12 pertumbuhan
bakteri sudah mencapai akhir fase logaritmik (Gambar 3). Isolat QC 7B41
mengalami akhir fase lag yang terjadi pada jam ke-6 diikuti fase logaritmik
berakhir pada jam ke-18 (Gambar 4). Kedua isolat bakteri pada pemberian
berbagai konsentrasi L-triptofan mengalami penurunan log sel pada jam ke-30.
Pola produksi IAA sejalan dengan pertumbuhan isolat. IAA dari kedua
isolat mulai disintesis pada akhir fase logaritmik dan mencapai konsentrasi
tertinggi pada fase stasioner. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa isolat
Bacillus yang berasal dari tanah rizosfer padi mulai mensintesis IAA pada awal
fase logaritmik dan IAA diproduksi secara signifikan pada akhir fase logaritmik
(Widayanti 2007). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa produksi IAA isolat
Bacillus yang berasal dari tanah penambangan batu kapur lebih lambat
dibandingkan Bacillus yang berasal dari tanah rizosfer padi. Aktivitas
mikroorganisme dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi yang menunjang kehidupan
mikroorganisme tersebut (Madigan et al. 2012).
Produksi IAA dapat dihasilkan oleh kedua isolat tanpa penambahan Ltriptofan dalam media uji meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit. Produksi
IAA tertinggi dihasilkan saat media diberi tambahan 1.5 mM L- triptofan dengan
konsentrasi IAA yang dihasilkan sebesar 10.435 ppm (QC 5C32) dan 18.723 ppm
(QC 7B41). Konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh bakteri meningkat seiring
peningkatan konsentrasi L-triptofan dalam media uji (Patten dan Glick 2002).
Produksi IAA yang dihasilkan kedua isolat, yaitu QC 5C32 dan QC 7B41,
diuji potensinya pada kecambah siratro (Macroptilium atropurpureum). Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa siratro secara efektif dapat dinodulasi oleh bakteri
penambat nitrogen Burkholderia tuberum (Angus et al. 2013). Namun ternyata
kedua isolat uji tidak menghasilkan bintil akar pada siratro. Siratro hanya dapat
dinodulasi oleh bakteri penambat nitrogen yang mampu bersimbiosis. Bacillus
megaterium yang berhasil diisolasi dari rhizosfer jagung merupakan bakteri yang
mampu menambat nitrogen bebas karena mampu hidup dalam media bebas
nitrogen. Bakteri ini memperlihatkan adanya aktivitas nitrogenase sebesar 11-60
nmol etilen/OD 600 nm dan 2-74 nmol etilen/mg protein (Ding et al. 2005).

10
IAA yang dihasilkan bakteri mendorong pembentukan sel epidermis dalam
rambut akar dan meningkatkan jumlah lokasi yang potensial untuk diinfeksi untuk
pembentukan bintil akar (Yahalom 1990). IAA yang disekresikan oleh kedua
isolat cenderung meningkatkan panjang akar primer, jumlah akar lateral, dan
bobot basah akar tanaman, namun pemberian inokulum bakteri tidak memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap pemanjangan tajuk, jumlah daun, bobot basah
tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa IAA eksogen atau IAA bakteri pada konsentrasi rendah, yaitu 0.5-26.5
ppm dapat memacu secara langsung pemanjangan akar primer dan pertumbuhan
akar lateral saat bakteri berasosiasi dengan tanaman (Patten dan Glick 2002).
Akar primer siratro yang diberi perlakuan bakteri cenderung lebih panjang
dibandingkan kontrol, terutama pada pemberian isolat QC 7B41 yang
ditumbuhkan pada media dengan penambahan KNO3 0.05% dan tanpa 1 mM Ltriptofan. Akar primer juga lebih panjang bila dibandingkan dengan kecambah
yang ditumbuhkan pada media tanpa KNO3, hal ini menunjukkan bahwa
pemberian KNO3 sebagai sumber nitrogen penting bagi pertumbuhan kecambah
dan sintesis IAA bakteri. Ketika media tumbuh bakteri diberikan sumber nitrogen
eksogen, maka cadangan triptofan endogen bakteri akan digunakan untuk
menghasilkan metabolit sekunder seperti IAA, dibandingkan untuk mensintesis
protein (Duca et al. 2014)
Jumlah akar lateral yang tumbuh juga cenderung lebih banyak
dibandingkan kontrol, terutama pada pemberian isolat QC 5C32 yang tumbuh
pada media tanpa KNO3 dengan penambahan 1 mM L-triptofan. IAA dihasilkan
saat penambahan L-triptofan dalam media tumbuh bakteri. Hal ini menunjukan
bahwa jalur pembentukan IAA oleh bakteri melalui jalur triptofan. Triptofan telah
teridentifikasi sebagai prekursor utama jalur biosintesis IAA pada bakteri.
Terdapat lima jalur pembentukan IAA yang menggunakan triptofan sebagai
prekursor utama. yaitu indole-3-acetamyde, indole-3-pyruvate, tryptamine,
Tryptophan side-chain oxidase, dan Indole-3-acetonitrile (Spaepen et al. 2007).
Bobot basah akar dengan pemberian bakteri cenderung lebih tinggi
dibandingkan kontrol, terutama pada pemberian isolat QC 5C32. Hal ini sesuai
dengan laporan Ali et al. (2009) bahwa pemberian B. megaterium dapat
menghasilkan auksin yang dapat meningkatkan pemanjangan akar primer
dibandingkan kontrol. Peningkatan panjang akar primer diikuti dengan
peningkatan bobot basah akar. Dua parameter pertumbuhan jumlah akar lateral
dan bobot basah akar lebih tinggi dibandingkan kontrol saat pemberian isolat QC
5C32. Hal ini menunjukkan IAA yang dihasilkan isolat QC 5C32 lebih
mendukung pertumbuhan tanaman dibandingkan IAA yang dihasilkan isolat QC
7B41.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dua isolat yaitu QC 5C32 dan QC 7B41 yang berasal dari sampel tanah
penambangan batu kapur Palimanan Cirebon dapat menghasilkan Indole-3-acetic
acid (IAA) pada media nutrient broth (NB) dengan penambahan 1.5 mM L-

11
triptofan. Konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh QC 5C32 dan QC 7B41 masingmasing sebesar 10.435 ppm dan 18.723 ppm. IAA yang disekresikan bakteri
tersebut cenderung dapat meningkatkan panjang akar primer, jumlah akar lateral,
dan bobot basah akar kecambah siratro (Macroptilium atropurpureum) yang
ditanam di rumah kaca.
Saran
Identifikasi bakteri secara molekular 16S rRNA perlu dilakukan untuk
memberikan hasil yang pasti spesies bakteri tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ali B, Sabri AN, Ljung K, Hasnain S. 2009. Quantification of indole-3-acetic acid
from plant associated Bacillus spp. and their phytostimulatory effect on Vigna
radiata (L.). World J Microbiol Biotechnol. 25: 519-526.
Angus AA, Lee A, Lum MR, Shehayeb M, Hessabi R, Fujishige NA,
Yerrapragada S, Kano S, Song N, Yang P et al. 2013. Nodulation and effective
nitrogen fixation of Macroptilium atropurpureum (siratro) by Burkholderia
tuberum, a nodulating and plant growth promoting beta-proteobacterium are
influenced by environmental factors. Plant Soil. 369 (1-2): 543-562.
Benjamins R, Scheres B. 2008. Auxin: the looping star in plant development. Ann
Rev Plant Biol.59: 443-465.
[DAFF] Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. 2014. Not declared
pest plant; siratro (Macroptilium atropurpureum) [internet]. [waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. Queensland (AU). [diunduh 2015 juli 2]. Tersedia
pada: https://www.daf.qld.gov.au/plants/weeds-pest-animals-ants/weeds/a-zlisting-of-weeds/photo-guide-to-weeds/siratro/?a=65289.
Ding Y, Wang J, Liu Y, Chen S. 2005. Isolation and identification of nitrogenfixing Bacilli from plant rhizospheres in Beijing region. J Appl Microbiol. 99:
1271–128.
Duca D, Lorv J, Patten CL, Rose D, Glick BR. 2014. Indole-3-acetic acid in plant
microbe interactions. A. Van. Leeuw. J. Microbiol. 106: 85–125.
Haas D, Defago G. 2005. Biological control of soil-borne pathogens by
fluorescent pseudomonads. Nat Rev Microbiol. 3: 307–319.
Kafrawi, Baharuddin, Sengin EL, Rosmana A. 2014. Screening of free-living
indole acetic acid producing rhizobacteria from shallot rhizospheres in the
island of Sulawesi. Int J Scie Technol Res. 3(2):118-121.
Liang J, Tao R, Hao Z, Wang L, Zhang X. 2011. Induction of resistance in
cucumber againts seedling damping-off by plant growth promoting
rhizobacteria (PGPR) Bacillus megaterium strain L8. Afr J Biotechnol. 10(36):
6920-6927.
Lopez-Bucio J, Campos-Cuevaz JC, Hernandez-Calderon E, Velasquez-Becerra
C, Farias-Rodriguez R, Macias-Rodriguez LI, Valencia-Cantero E. 2007.
Bacillus megaterium rhizobacteria promote growth and alter root-system

12
architectur through an auxin and etylene-independent signaling mechanism in
Arabidopsis thaliana. Molec Plant-Microb Interact. 20(2):207-217.
Madigan MT, Martinko JM, Stahl DA, Clark DP. 2012. Brock Biology of
Microorganisms Thirteen Edition. Netherland (NL): Wageningen Agricultural
University.
Mubarik NR, Wibowo RH, Angraini E, Mursyida E, Wahdi E. 2014. Exploration
of bacterial diversity at Cirebon quarry [final report]. Bogor (ID):
www.quarrylifeaward.ae/system/files/winnersfiles/qla_project_nisa_r_mubarik_et_al_indonesia.2014.pdf.
Patten CL, Glick BR. 2002. Role of Pseudomonas putida indoleacetic acid in
development of the root plant system. Appl Environ Microbiol. 68(8):37953801.
Peres-Garcia A, Romero D, de Vicente A. 2011. Plant protection and growth
stimulation by microorganism: biotechnological application of Bacilli in
agriculture. Food Biotechnol. 22:187-193.
Prayudyaningsih R. 2014. Pertumbuhan semai Alstonia scholaris. Acacia
auriculiformis. dan Muntingia calabura yang diinokulasi fungi mikoriza
arbuskula pada media tanah bekas tambang kapur. J Penel Kehut Wallacea.
3(1):13-23.
Somasegaran P, Hoben HJ. 1985. Methods in Legume-Rhizobium Technology.
Paia (US): University of Hawaii.
Spaepen S, Varderleyden J, Remans R. 2007. Indole-3-acetic acid in microbial
and microorganism-plant signaling. FEMS Microbiol Rev. 1-24.
Subardja A, Sumawijaya N, Noviardi R, Iqbal R. 2011. Rehabilitasi lahan pasca
tambang di kuari batu gamping Citeureup. kabupaten Bogor. Jawa Barat.
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi [Internet]. [Waktu
dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bandung (ID): Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI. 185-192; [diunduh 2015 Mei 7]. Tersedia
pada:http://www.researchgate.net/profile/Prahara_Iqbal/publication/273451294
_REHABILITASI_LAHAN_PASCATAMBANG_DI_KUARI_BATUGAMPI
NG_CITEUREUP_KABUPATEN_BOGOR_JAWA_BARAT/links/550255cb
0cf231de076e20ba.pdf
Torres-Rubio MG, Valencia-Plata SA, Bernall-Castilo J, Martinez-Nieto P. 2000.
Isolation of Enterobacteria. Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp., producers
of indole-3-acetic acid and siderosphores. from Colombian rice rhizosphere.
Rev Lat Microbiol. 42:171-176.
Trivedi P, Pandey A. 2008. Plant growth promotion abilities and formulation of
Bacillus megaterium strain B 388 (MTCC6521) isolated from a temperate
Himalayan location. Indi J Microbiol. 48: 342-347.
Widayanti T. 2007. Isolasi dan karakterisasi Bacillus sp. indigenus penghasil
asam indol asetat asal tanah rizosfer [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Yahalom E , Okon Y, Dovrat A. 1990. Possible mode of action of Azospirillum
brasilense strain Cd on the root morphology and nodule formation in burr
medic (Medicago polymorpha). Can J Microbiol. 36: 10- 14.
Yandra RF. 2015. Pengujian potensi bakteri penghasil indole-3-acetic acid (IAA)
asal tanah batuan kapur pada penanaman lamtoro (Leucaena leucocephala)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

13
Zhu W, Magbanua MM, White FF. 2000. Identification of two novel hrpassociated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae. J
Bacteriol. 182(7): 1844-1853.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kurva standar pengukuran IAA

Lampiran 2 Kurva standar pertumbuhan isolat QC 5C32

Lampiran 3 Kurva standar pertumbuhan isolat QC 7B41

15
Lampiran 4 Komposisi hara bebas nitrogen Ahmed Evans (Somasegaran dan
Hoben 1985)
Stok
CaSO4.2H2O
Fe EDTA
K2SO4
KH2PO4
K2HPO4
Mikronutrien
MnSO4.2H2O
CuSO4.5H2O
H3BO4
Na2MoO4.2H2O
NaCl
CaCl2.6H2O
MgSO4.7H2O

Larutan stok
g/10 mL
0.00453
0.0004
0.0011
0.0003
0.0033
0.00004
-

Larutan
hara/liter
1 ml
-

g/L
1.12
0.1139
0.1743
0.0340
0.1089
0.4930

16

Lampiran 5 Karakteristik bakteri yang berhasil diisolasi dari 13 sampel tanah area penambangan batu kapur Palimanan Cirebon
Isolat

Lokasi area
dengan GPS

Lokasi

MIK 11
MIK 12
MIK 13
QC 1B22
QC 1B23

Bentuk
Konsentris

S 06035’24, 11”
E 106048’21,2”

Bekas tambang

QC 1B41

Bundar
Bundar
Keriput
Bundar
Bundar dengan
tepian menyebar

Karakteristik koloni
Tepian
Elevasi
Seperti
Licin
tetesan
Licin
Cembung
Licin
Cembung
Berombak
Timbul
Licin
Timbul

Warna

Bentuk

Karakteristik sel
Penataan

Krem

Batang

Tunggal

Negatif

Krem
Putih
Putih
Putih

Batang
Batang
Batang
Batang

Tunggal
Tunggal
Tunggal
Berpasangan

Negatif
Negatif
Negatif
Positif

Gram

Berombak

Timbul

Putih

Batang

Tunggal

Positif

Bundar

Berombak

Timbul

Putih

Batang

Tunggal

Negatif

QC 5B31
QC 5B32

Keriput
Keriput

Batang
Batang

Tunggal
Berpasangan

Negatif
Negatif

Kompleks

Agak krem

Batang

Tunggal

Negatif

QC 5B42

Bundar

Cembung
Timbul
Berbukitbukit
Seperti
tetesan

Putih
Putih

QC 5B41

Licin
Berombak
Tidak
beraturan

Putih

Batang

Berpasangan

Negatif

Licin

Timbul

Krem

Batang

Berpasangan

Negatif

Licin

Cembung

Batang

Tunggal

Positif

Batang

Tunggal

Negatif

Batang
Batang
Batang
Kokus

Tunggal
Tunggal
Berpasangan
Gerombol

Positif
Negatif
Negatif
Positif

QC 4B31

QC 5C31
QC 5C32

S 06043’08,2”
E 108023’08,38”

S 06043’09,5”
E 108024’01,5”

Penambangan

Reklamasi

Bundar dengan
tepian timbul
Bentuk L

Licin

QC 5C33

Bundar

Licin

Timbul

QC 5C34
QC 5C41
QC 5C42
QC 5C43

Bentuk L
Bentuk L
Konsentris
Konsentris
Tidak beraturan
dan menyebar
Tidak beraturan

Licin
Bercabang
Seperti wol
Seperti wol

Cembung
Cembung
Cembung
Cembung

Putih
Putih
kecoklatan
Putih
Krem
Putih
Putih

Bercabang

Timbul

Putih

Batang

Tunggal

Negatif

Seperti

Timbul

Putih

Batang

Tunggal

Positif

QC 6B31
QC 6B32

S 06043’19,5”
E 108024’04,6”

Penambangan

2
QC 6B33
QC 6B41
QC 7B31
QC 7B41

S 06043’18,6”
E 108024’06,2”

Reklamasi

dan menyebar
Bentuk L
Bundar
Bentuk L
Bentuk L

Benang
Siliat
Licin
Licin
Licin

Timbul
Timbul
Timbul
Cembung

Putih
Putih
Putih
Putih

Batang
Batang
Batang
Batang

Berpasangan
Tunggal
Tunggal
Tunggal

Negatif
Positif
Positif
Positif

17

18
Lampiran 6 Konsentrasi IAA yang dihasilkan 25 isolat
Isolat

Konsentrasi IAA (ppm)

QC 5C32

Konsentrasi IAA
(ppm)
4.562

QC 5C41

0.000

QC 5B31

3.260

QC 5B41

0.000

QC 5C42

0.000

QC 5C44

1.719

QC 5B32

0.000

QC 4B31

0.000

MIK 11

0.000

MIK 12

0.000

QC 5C31

2.884

QC 6B31

0.555

QC 1B41

1.651

QC 1B23

0.000

QC 1B22

1.411

QC 6B32

2.096

QC 5B41

0.000

QC 5B42

0.000

QC 7B41

2.130

QC 5C43

0.000

MIK 13

0.000

QC 5C34

0.486

QC 6B33

1.925

QC 6B11

0.000

QC 5C33

0.349

Isolat

Lampiran 7 Hasil identifikasi fisiologi isolat (a) QC 5C32 (b) QC 7B41
dengan menggunakan KIT API 50 CH
(a)

(b)

19
Lampiran 8 Hasil uji kecambah siratro (Macroptilium atropurpureum)
e
a

b

c

d

f

g

h

i

j

k

l

N0P0A (a) N0P1A (b) N1POA (c) N1P1A (d) N0P0B (e) N0P1B (f) N1P0B (g) N1P1B (h)
N0P0C (i) N0P1C (j) N1P0C (k) N1P1C (l). N0= tanpa KNO3. N1= KNO3 0.05%. P0= tanpa Ltriptofan. P1= L-triptofan 1 mM . A= isolat 5C 5C32. B= isolat QC 7B41. C= kontrol.

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 20 September 1993 dari Ayah Mama dan Ibu
Junaeti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis
lulus dari SMA Negeri 9 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
IPB melalui jalur SNMPTN Undangan di Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis mendapatkan Beasiswa BRI
100 pada tahun 2013 dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari
DIKTI pada tahun 2014.
Penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMABIO) divisi PSDM tahun 2014. Penulis juga ikut menjadi anggota divisi
medis pada masa perkenalan departemen (MPD) Biologi tahun 2013, divisi Tim
Khusus lomba cepat tepat biologi (LCTB) Pesta Sains tahun 2013, ketua divisi
Tim Laboratorium MPD Biologi tahun 2014. dan beberapa kepanitian lainnya.
Tahun 2013 penulis mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM) penelitian
dengan judul Seleksi dan Aplikasi Bakteri Penambat Nitrogen sebagai Alternatif
Pupuk Hayati pada Penanaman Gandum Tropika dan berhasil didanai oleh DIKTI.
Selama masa perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Dasar
(2013-205), Mikrobiologi Dasar (2015), Biologi Alga dan Lumut (2015), dan
Botani Umum (2015). Alih semester tahun 2013, penulis melaksanakan studi
lapangan dengan judul Isolasi Bakteri Penambat Nitrogen yang Hidup Bebas dari
Tanah Taman Wisata Alam Telaga Warna. Setelah itu, Juni 2014, penulis
melaksanakan praktik lapangan dengan judul Pemanfaatan Aspergillus oryzae dan
Zygosaccharomyces rouxii dalam Fermentasi Sari Kedelai pada Proses Produksi
Kecap di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Food Seasoning Division.