Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Respon Termoregulasi Dan Produksi Susu Pada Kambing Peranakan Etawa (Pe)

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT TERHADAP RESPON
TERMOREGULASI DAN PRODUKSI SUSU KAMBING
PERANAKAN ETAWAH (PE)

DIANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Ketinggian
Tempat Terhadap Respon Termoregulasi dan Produksi Susu Kambing Peranakan
Etawah (PE) adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan cantumkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Diana
NRP D151120111

RINGKASAN
DIANA. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Respon Termoregulasi dan
Produksi Susu pada Kambing Peranakan Etawa (PE). Dibimbing oleh BAGUS P.
PURWANTO dan AFTON ATABANY.
Kambing PE umumnya dipelihara pada berbagai ketinggian tempat, mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Suhu lingkungan yang berbeda akan
memberikan pengaruh terhadap respon termoregulasi dan akan berdampak pada
produksi susu. Penelitian bertujuan membandingkan respon termoregulasi dan
produksi susu kambing PE yang dipelihara pada ketinggian tempat yang berbeda.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2014 di tiga
peternakan yang terletak pada ketinggian 200, 400 dan 600 m dpl disekitar Bogor.
Hubungan antara suhu lingkungan dan respon termoregulasi pada kambing PE
menggunakan persamaan regresi sederhana. Faktor lingkungan yang diukur
meliputi suhu udara (Ta), kelembaban udara (Rh) dan kecepatan angin (Va).

Respon termoregulasi yang diukur meliputi suhu rektal (Tr), frekuensi pernafasan
(Rr) dan denyut jantung (Hr). peubah lain yaitu konsumsi pakan dan produksi
susu. Data hasil pengukuran terhadap respon termoregulasi dan kondisi
lingkungan dianalisis dengan menggunakan uji-t dua sampel independent (tidak
berpasangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu lingkungan diketinggian 200
m dpl berbeda nyata (P