PEMBERIAN SUSU KAMBING ETAWA TERHADAP PE
JTJFB;\IAT*
fssrv 2314"s8s2
fl:f:t:f { {' T{, I'J
f
VOLUME
'
NOMOR
I,
SEPTEMEftr . OE.{TMBER 2A' 3
$ffi&
0,05 Ho diterima
dan jika P < 0,05 Ho ditolak dan
berarti
menggunakan statistik Spearman's
correlation
rank
dengan
TIASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
1. Umur
Jumlah subyek penelitianadalah
sebanyak 14 sampel , dengan
kisaran usia antara 20 sampai
> 40 tahun
seperti tertera pada
Tabel I
confidence interval 95o/o untuk
mengetahui hubungan antar
variabel (Nursalam, 2003).
Tabel 1. Gambaran Responden Menurut Umur
No
Umur
Jumlah
Prosentase
I
20-25tahun
I
7,140
2
26-30tahun
0
J
31
2
4
36
-35tahun
-
40 tahun
>40 tahun
5
0/o
78,57
0/o
0
t1
t00%
Total
Tabel
14,29
1
menunjukan ratarata usia responden di rumah sakit
Paru Jember antara usia 20-40
tahun ke atas yang tergolong usia
produktif. Hasil penelitian
menemukan kejadian TB Paru
sebagian besar (78,57%) terJadi
pada golongan umur 40 tahun ke
demografi, menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi
tinggi. Pada usia lanjut sistem
imunologis seseorang menurun,
sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit,
termasuk
atas.
penyakit tuberkulosis paru (Naga,
20t2).
Jenis kelamin
Penyakit tuberkulosis paru paling
sering ditemukan pada usia muda
atau usia produktif, yaitu sekitar 20
- 40 tahun ke atas. Dewasa ini,
menurut jenis kelamin responden
dapat diperlihatkan pada
Tabel2 berikut ini
dengan terjadinya
Gambaran umum pasien
transisi
Tabel2. Responden Menurut Jenis Kelamin
No
1
2.
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
l0
71,42
Wanita
4
28,58 yo
Prosentase
0
Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember
2013 I 27
Pada Tabel 2, menunjukkan
bahwa rata-rata responden lakilaki
lebih banyak
7 7,42o/o
dibandingkan
dengan wanita Yaitu 28,58YoMenurut WHO, sedikitnYa dalam
periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat
luberkulosis paru. Dari fakta ini,
dapat disimPulkan bahwa kaum
perempuan lebih rentan terhadaP
kematian akibat
Tohel
1
Sfatrrs
serangan
izi R
Berat
Responden
Badan
(Ke)
,
23
akibat proses kehamilan dan
persalinan. Pada
ini lebih tinggi
lakilaki, penyakit
karena rokok dan
minuman alkohol
daPat
menurunkan sistem Pertahanan
tubuh. Sehingga, wajar jika
perokok dan Peminum beralkohol
iering disebut sebagai agen dari
penyakit tuberkulosis Paru (Naga,
2012).
Analisa Status Gizi
wa Masuk Ruma h Sakit Paru Jember
Awal
Tinggi
IMT
Status Gizi
Badan
I
47
163
17,7
Kekurangan BB tingkat ringan
2
48,8
150
21,6
Normal
3
28,8
t46
13,7
kekurangan BB tingkat berat
4
36
156
l5
kekurangan BB tingkat berat
5
28,3
153
12,2
kekurangan BB tingkat berat
6
39,4
155
16,4
kekurangan BB tingkat berat
7
48,9
150
21,73
Normal
8
57
163
21,9
Normal
9
44,2
160
17,26
Kekurangan BB tingkat ringan
10
45,2
160
17,6
Kekurangan BB tingkat ringan
ll
42
163
t6,1s
kekurangan BB tingkat berat
t2
37,6
160
14,6
kekurangan BB tingkat berat
13
44
161
17,6
Kekurangan BB tingkat ringan
t4
56
t67
20,7
Normal
556,2
I
tuberkulosis Paru dibandingakan
226,97
2013
Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1' September-Desember
43,08571
77,4763
3,15329
Tabel
3
menunjukkan
bahwa
mempunyai status
gizi
normal.
gizi
42,85Yo responden mempunyai
Rendahnya status
status gizi kekurangan
menunjukkan bahwa penyakit TB
BB tingkat
ini
ini ditujukan dengan
IMT kurang dari l7,O kd^',
dapat mempengaruhi
sedangkan 28,57oh
berat badan dalam jangka waktu
berat, hal
responden
mempunyai status gizi kekurangan
BB tingkat ringan dan
Paru sangat berbahaya
karena
penurunan
singkat
28,57o/o
Tabel 4. Status Gizi Responden Setelah keluar Rumah Sakit
Berat
Responden
Badan
(Kg)
Tinggi
Badan
IMT
Status Gizi
I
48,3
163
18,22
Normal
2
49,5
150
22,13
Normal
3
28,8
146
13,7
kekurangan BB tingkat berat
4
37,2
156
15,3
kekurangan BB tingkat berat
5
28,2
153
t2,2
kekurangan BB tingkat berat
6
39,8
155
16,59
kekurangan BB tingkat berat
7
50,0
150
)) ))
Normal
8
57
163
21,9
Normal
Kekurangan BB tingkat
9
45
17,57
160
ringan
Kekurangan BB tingkat
l0
44,9
160
Jurnal Kesehatan Vol.
17,53
1".
ringan
No. 1. September-Desember
2013
129
11
42
163
16,15
kekurangan BB tingkat berat
12
37
160
14,6
kekurangan BB tingkat berat
l3
43,8
l6l
17,5
ringan
l4
56
r67
20,7
Normal
Kekurangan BB tingkat
s
607,7
246,3
x
43,39296
17,59296
SD
8,73539
3,1 99533
TERENDAH
28,2
12,2
TERTINGGI
57
)) ))
Tabel 4 menunjukan bahwa
te{adi peningkatan status
yaitu
35,7lyo
gizi.
."rpord"r,
mempunyai status gizi Normal, hal
adanya peningkatan
berat badan. 2l,4Tyo resptnden
mempunyai status gizi kekurangan
ini ditujukan
BB tingkat ringan dan
42,g4%
responden mempunyai status gizi
kekurangan BB tingkat berat, -hal
ini.ditujukan dengan IMT kurang
dari 17,0 kg/m'. Rendahnya statul
gizi ini
menunjukkan bahwa
penyakit TB paru
berbahaya karena
sangat
dapat
mempengaruhi penurunan berat
badan dalam jangka waktu singkat.
Semakin rendahnya status
ekonomi penduduk,
kurangnya
kepedulian masyarakat t".fruAup
penderita malnutrisi dan tingginya
angka kemiskinan di ,"guru
berkembang semakin ."rn--u"u
timbulnya penyakit kronis yang
berat contohnya penyakit pu.,
.
seperti
TB.
Malnutrisi
30
I
menyebabkan
berat
badan
berkurang, kekuatan
otot
pernafasan berkurang, menurunnya
kapasitas ventilasi dan
berkurangnya pertahanan paru
sehingga memperburuk kondisi
pasien (Lisdiana,
Handayani, 2009).
l99g
dalam
Keadaan malnutrisi atau
kekurangan kalori, protein,
vitamin, zat besi danlain- lain,
akan mempengaruhi daya tahan
tubuh seseorang sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB
"Paru. Keadaan ini
merupakan
faktor
penting yang
berpengaruhdinegara miskin, baif
pada orang dewasa maupun anak_
anak (Naga, 2012).
Susu Kambing memiliki
banyak menfaat kesehatan karena
mengandung lebih banyak mineral,
protein, dan enzim pencernaan
dindingkan susu sapi. Susu
kambing juga dengan struktur susu
manusia, yang membuatnya lebih
Jurnar Kesehatan Vor. 1. No. 1. september-Desember
2013
mudah bagi manusia
untuk
dicerna, bahkan jika mereka tidak
toleran laktosa' atau yang memiliki
masalah pernafasan. Minum susu
kambing memiliki beberapa
dampak pada peningkatan
immunitas seseorang ketika
diminum secara teratur, tetapi
beberapa
ilmiah
studi
membuktikan bahwa susu kambig
akan meningkatkan
kekebalan
secara keseluruhan (Wibowo,
2010).
KESIMPT'LAI\ DAN SARAN
perbedaanpeningkatan berat
badan antara
responden
yang diberi susu kambing
etawa dan pasien kontrol.
Pada responden yang diberi
susu
kambing
peningkatan
berat badan, sedangkan pada
pasien kontrol, l4,2Yo
2.
lebih lanjut
tentang
pengaruh susu kambing
terhadap BTA (+) pada
penderita tuberkulosis atau
penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh susu
kambing
dengan
sapi
menggunakan susu
sebagai kontrol.
mengalami
peningkatan berat badan..
Terdapat
pengaruh
pemberian susu kambing
etawa terhadap peningkatan
berat badan
penderita
tuberkulosis paru BTA (+)
di Rumah Sakit
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
ILMU GVI. Jakata: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Courtney,
MM.
Paru
Jember. Rata - rata berat
badan meningkat sebesar 0,6
kg setelah pemberian susu
kambing etawa
1997. Terapi Diet
Dan Nutrisi Edisi
II.
Jakarta: Hipokrates.
Handayani, B- 2009. Gambaran
Asupan
etaw a,7 l,4Yoresponden
responden
Perlu dilakukan penelitian
Gramedia Pustaka Utama.
Terdapat
mengalami
l.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2007. Penuntun Diet
Edisi Baru. Jakarta: PT.
Kesimpulan
l.
Saran
Zat Gizi
Makro
dan Status Gizi
Penderita
Pada
Tuberkulosis
Paru Rawat lnap Di RSUD
Dr.Moewardi
Surakartarepositori
perpustakaan UMS.
Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi
Rumah Sakit.
Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Moeljanto, D dan Wiranta
Bernardinus, T. 2002.
Khasiat Dan manfaat Susu
Kambing. Jakarta:
YT.
Agromedia Pustaka.
Muarif , S. 2010.Faktor Yang
Berhubungan
Antara
Kesembuhan Pengobatan
TB Paru Dengan OAT
Jurnal Kesehatan Vol.
1-.
No. 1. September-Desember
20i.3
I 31
Strategi DOTS di
puskesmas Burneh
Bangkalan. repositori
.
perpustakaan LINAIR
Naga,
S. 2012. Buku Panduan
Lengkap Ilmu Penyakit
Dalam.
Jogf
akarta: Diva
Prees
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Penelitian
Etawa. Jakarta:
PT.
Agromedia Pustaka.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D.
Bandung
:
ALFABETA.
IJsman, S. 2O08.Konversi BTA
Pada penderita
TB Paru Kategori
I
Kesehatan.
Dengan Berat Badan
Rendah
Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep
Dibandingkan Berat
Badan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta
Salemba Medika.
Sodiq,
:
A dan Abidin, Z. 2002.
Kambing Peranakan
"Normal Yang Mendapatkan Terapi
Intensif.http ://repository.usu.
bitstream/
1
2
34567 89 / 62361 I I 047 0
270l0.pdf .Unduh
l8
2011
32
I
ac. id./
Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember 20i_3
Oktober
fssrv 2314"s8s2
fl:f:t:f { {' T{, I'J
f
VOLUME
'
NOMOR
I,
SEPTEMEftr . OE.{TMBER 2A' 3
$ffi&
0,05 Ho diterima
dan jika P < 0,05 Ho ditolak dan
berarti
menggunakan statistik Spearman's
correlation
rank
dengan
TIASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
1. Umur
Jumlah subyek penelitianadalah
sebanyak 14 sampel , dengan
kisaran usia antara 20 sampai
> 40 tahun
seperti tertera pada
Tabel I
confidence interval 95o/o untuk
mengetahui hubungan antar
variabel (Nursalam, 2003).
Tabel 1. Gambaran Responden Menurut Umur
No
Umur
Jumlah
Prosentase
I
20-25tahun
I
7,140
2
26-30tahun
0
J
31
2
4
36
-35tahun
-
40 tahun
>40 tahun
5
0/o
78,57
0/o
0
t1
t00%
Total
Tabel
14,29
1
menunjukan ratarata usia responden di rumah sakit
Paru Jember antara usia 20-40
tahun ke atas yang tergolong usia
produktif. Hasil penelitian
menemukan kejadian TB Paru
sebagian besar (78,57%) terJadi
pada golongan umur 40 tahun ke
demografi, menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi
tinggi. Pada usia lanjut sistem
imunologis seseorang menurun,
sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit,
termasuk
atas.
penyakit tuberkulosis paru (Naga,
20t2).
Jenis kelamin
Penyakit tuberkulosis paru paling
sering ditemukan pada usia muda
atau usia produktif, yaitu sekitar 20
- 40 tahun ke atas. Dewasa ini,
menurut jenis kelamin responden
dapat diperlihatkan pada
Tabel2 berikut ini
dengan terjadinya
Gambaran umum pasien
transisi
Tabel2. Responden Menurut Jenis Kelamin
No
1
2.
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
l0
71,42
Wanita
4
28,58 yo
Prosentase
0
Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember
2013 I 27
Pada Tabel 2, menunjukkan
bahwa rata-rata responden lakilaki
lebih banyak
7 7,42o/o
dibandingkan
dengan wanita Yaitu 28,58YoMenurut WHO, sedikitnYa dalam
periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat
luberkulosis paru. Dari fakta ini,
dapat disimPulkan bahwa kaum
perempuan lebih rentan terhadaP
kematian akibat
Tohel
1
Sfatrrs
serangan
izi R
Berat
Responden
Badan
(Ke)
,
23
akibat proses kehamilan dan
persalinan. Pada
ini lebih tinggi
lakilaki, penyakit
karena rokok dan
minuman alkohol
daPat
menurunkan sistem Pertahanan
tubuh. Sehingga, wajar jika
perokok dan Peminum beralkohol
iering disebut sebagai agen dari
penyakit tuberkulosis Paru (Naga,
2012).
Analisa Status Gizi
wa Masuk Ruma h Sakit Paru Jember
Awal
Tinggi
IMT
Status Gizi
Badan
I
47
163
17,7
Kekurangan BB tingkat ringan
2
48,8
150
21,6
Normal
3
28,8
t46
13,7
kekurangan BB tingkat berat
4
36
156
l5
kekurangan BB tingkat berat
5
28,3
153
12,2
kekurangan BB tingkat berat
6
39,4
155
16,4
kekurangan BB tingkat berat
7
48,9
150
21,73
Normal
8
57
163
21,9
Normal
9
44,2
160
17,26
Kekurangan BB tingkat ringan
10
45,2
160
17,6
Kekurangan BB tingkat ringan
ll
42
163
t6,1s
kekurangan BB tingkat berat
t2
37,6
160
14,6
kekurangan BB tingkat berat
13
44
161
17,6
Kekurangan BB tingkat ringan
t4
56
t67
20,7
Normal
556,2
I
tuberkulosis Paru dibandingakan
226,97
2013
Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1' September-Desember
43,08571
77,4763
3,15329
Tabel
3
menunjukkan
bahwa
mempunyai status
gizi
normal.
gizi
42,85Yo responden mempunyai
Rendahnya status
status gizi kekurangan
menunjukkan bahwa penyakit TB
BB tingkat
ini
ini ditujukan dengan
IMT kurang dari l7,O kd^',
dapat mempengaruhi
sedangkan 28,57oh
berat badan dalam jangka waktu
berat, hal
responden
mempunyai status gizi kekurangan
BB tingkat ringan dan
Paru sangat berbahaya
karena
penurunan
singkat
28,57o/o
Tabel 4. Status Gizi Responden Setelah keluar Rumah Sakit
Berat
Responden
Badan
(Kg)
Tinggi
Badan
IMT
Status Gizi
I
48,3
163
18,22
Normal
2
49,5
150
22,13
Normal
3
28,8
146
13,7
kekurangan BB tingkat berat
4
37,2
156
15,3
kekurangan BB tingkat berat
5
28,2
153
t2,2
kekurangan BB tingkat berat
6
39,8
155
16,59
kekurangan BB tingkat berat
7
50,0
150
)) ))
Normal
8
57
163
21,9
Normal
Kekurangan BB tingkat
9
45
17,57
160
ringan
Kekurangan BB tingkat
l0
44,9
160
Jurnal Kesehatan Vol.
17,53
1".
ringan
No. 1. September-Desember
2013
129
11
42
163
16,15
kekurangan BB tingkat berat
12
37
160
14,6
kekurangan BB tingkat berat
l3
43,8
l6l
17,5
ringan
l4
56
r67
20,7
Normal
Kekurangan BB tingkat
s
607,7
246,3
x
43,39296
17,59296
SD
8,73539
3,1 99533
TERENDAH
28,2
12,2
TERTINGGI
57
)) ))
Tabel 4 menunjukan bahwa
te{adi peningkatan status
yaitu
35,7lyo
gizi.
."rpord"r,
mempunyai status gizi Normal, hal
adanya peningkatan
berat badan. 2l,4Tyo resptnden
mempunyai status gizi kekurangan
ini ditujukan
BB tingkat ringan dan
42,g4%
responden mempunyai status gizi
kekurangan BB tingkat berat, -hal
ini.ditujukan dengan IMT kurang
dari 17,0 kg/m'. Rendahnya statul
gizi ini
menunjukkan bahwa
penyakit TB paru
berbahaya karena
sangat
dapat
mempengaruhi penurunan berat
badan dalam jangka waktu singkat.
Semakin rendahnya status
ekonomi penduduk,
kurangnya
kepedulian masyarakat t".fruAup
penderita malnutrisi dan tingginya
angka kemiskinan di ,"guru
berkembang semakin ."rn--u"u
timbulnya penyakit kronis yang
berat contohnya penyakit pu.,
.
seperti
TB.
Malnutrisi
30
I
menyebabkan
berat
badan
berkurang, kekuatan
otot
pernafasan berkurang, menurunnya
kapasitas ventilasi dan
berkurangnya pertahanan paru
sehingga memperburuk kondisi
pasien (Lisdiana,
Handayani, 2009).
l99g
dalam
Keadaan malnutrisi atau
kekurangan kalori, protein,
vitamin, zat besi danlain- lain,
akan mempengaruhi daya tahan
tubuh seseorang sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB
"Paru. Keadaan ini
merupakan
faktor
penting yang
berpengaruhdinegara miskin, baif
pada orang dewasa maupun anak_
anak (Naga, 2012).
Susu Kambing memiliki
banyak menfaat kesehatan karena
mengandung lebih banyak mineral,
protein, dan enzim pencernaan
dindingkan susu sapi. Susu
kambing juga dengan struktur susu
manusia, yang membuatnya lebih
Jurnar Kesehatan Vor. 1. No. 1. september-Desember
2013
mudah bagi manusia
untuk
dicerna, bahkan jika mereka tidak
toleran laktosa' atau yang memiliki
masalah pernafasan. Minum susu
kambing memiliki beberapa
dampak pada peningkatan
immunitas seseorang ketika
diminum secara teratur, tetapi
beberapa
ilmiah
studi
membuktikan bahwa susu kambig
akan meningkatkan
kekebalan
secara keseluruhan (Wibowo,
2010).
KESIMPT'LAI\ DAN SARAN
perbedaanpeningkatan berat
badan antara
responden
yang diberi susu kambing
etawa dan pasien kontrol.
Pada responden yang diberi
susu
kambing
peningkatan
berat badan, sedangkan pada
pasien kontrol, l4,2Yo
2.
lebih lanjut
tentang
pengaruh susu kambing
terhadap BTA (+) pada
penderita tuberkulosis atau
penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh susu
kambing
dengan
sapi
menggunakan susu
sebagai kontrol.
mengalami
peningkatan berat badan..
Terdapat
pengaruh
pemberian susu kambing
etawa terhadap peningkatan
berat badan
penderita
tuberkulosis paru BTA (+)
di Rumah Sakit
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
ILMU GVI. Jakata: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Courtney,
MM.
Paru
Jember. Rata - rata berat
badan meningkat sebesar 0,6
kg setelah pemberian susu
kambing etawa
1997. Terapi Diet
Dan Nutrisi Edisi
II.
Jakarta: Hipokrates.
Handayani, B- 2009. Gambaran
Asupan
etaw a,7 l,4Yoresponden
responden
Perlu dilakukan penelitian
Gramedia Pustaka Utama.
Terdapat
mengalami
l.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2007. Penuntun Diet
Edisi Baru. Jakarta: PT.
Kesimpulan
l.
Saran
Zat Gizi
Makro
dan Status Gizi
Penderita
Pada
Tuberkulosis
Paru Rawat lnap Di RSUD
Dr.Moewardi
Surakartarepositori
perpustakaan UMS.
Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi
Rumah Sakit.
Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Moeljanto, D dan Wiranta
Bernardinus, T. 2002.
Khasiat Dan manfaat Susu
Kambing. Jakarta:
YT.
Agromedia Pustaka.
Muarif , S. 2010.Faktor Yang
Berhubungan
Antara
Kesembuhan Pengobatan
TB Paru Dengan OAT
Jurnal Kesehatan Vol.
1-.
No. 1. September-Desember
20i.3
I 31
Strategi DOTS di
puskesmas Burneh
Bangkalan. repositori
.
perpustakaan LINAIR
Naga,
S. 2012. Buku Panduan
Lengkap Ilmu Penyakit
Dalam.
Jogf
akarta: Diva
Prees
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Penelitian
Etawa. Jakarta:
PT.
Agromedia Pustaka.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D.
Bandung
:
ALFABETA.
IJsman, S. 2O08.Konversi BTA
Pada penderita
TB Paru Kategori
I
Kesehatan.
Dengan Berat Badan
Rendah
Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep
Dibandingkan Berat
Badan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta
Salemba Medika.
Sodiq,
:
A dan Abidin, Z. 2002.
Kambing Peranakan
"Normal Yang Mendapatkan Terapi
Intensif.http ://repository.usu.
bitstream/
1
2
34567 89 / 62361 I I 047 0
270l0.pdf .Unduh
l8
2011
32
I
ac. id./
Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember 20i_3
Oktober