Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara

i

RISIKO PRODUKSI PENDEDERAN IKAN HIAS BLACK GHOST
PADA ANGGOTA KELOMPOK TANI BATARA MINA
SEJAHTERA DI KECAMATAN BOGOR UTARA

CYNTHIA DEWI TAMARA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Risiko Produksi
Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina
Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara” merupakan karya saya dengan arahan dari

dosen komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Cynthia Dewi Tamara
H34114079

_______________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

i

ABSTRAK
CYNTHIA DEWI TAMARA. Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black
Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor
Utara. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.

Ikan hias merupakan salah satu komoditi perikanan potensial yang memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan lain. Black ghost merupakan
salah satu komoditi ikan hias yang diekspor dan mempunyai peluang bisnis
potensial. Kelompok tani pembudidaya ikan Black Ghost di kota Bogor, salah
satunya ialah kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Permasalahan yang
dihadapi BMS ialah tingkat kelangsungan hidup ikan yang berbeda akibat
kematian ikan Black Ghost. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumbersumber risiko produksi, menganalisis status risiko produksi, serta merumuskan
alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pendederan
ikan Black Ghost. Metode yang digunakan ialah analisis deskriptif, analisis zscore, dan analisis Value at Risk. Sumber risiko produksi yang terjadi pada unit
pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota BMS di Bogor Utara akibat
adanya tingkat kematian, disebabkan oleh kualitas air, kualitas benih, penyakit,
dan sumber daya manusia (SDM). Status sumber risiko terbesar yang dihadapi
ialah kualitas air sedangkan yang terendah SDM. Alternatif penanganan yang
dapat dilakukan yaitu preventif dan mitigasi.
Kata Kunci

: Black Ghost, ikan hias, risiko produksi

ABSTRACT
CYNTHIA DEWI TAMARA. Nursery Risk Production of Black Ghost

Ornamental Fish in Batara Mina Sejahtera Farmer Group at North Bogor District.
Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.
Ornamental fish is one of the potential fishery commodities which has some
advantages than other fish. Black Ghost is one of the export ornamental fish
commodities and has a potential business opportunity. One of the farmer groups
in Bogor city is Batara Mina Sejahtera (BMS). The problem faced by BMS is
different fish survival rate from the Black Ghost fish mortality. This research
objectives are to identify production risk sources, to analyze the production status
of risk, and to determine handling alternative to reduce the Black Ghost nursery
production risk. This research use several method such as descriptive analyze,
z-score, and Value at Risk. Sources of production risk in Black Ghost nursery of
BMS members at North Bogor is different survival rate between farmer because
mortality from water quality, seed quality, diseases, and human resources. The
highest status risk production is water quality and the lowest risk sourcers is
human resources. The handling alternative which can reduce of risk production
are preventive and mitigation.
Keywords

: Black Ghost, ornamental fish, production risks


ii

RISIKO PRODUKSI PENDEDERAN IKAN HIAS BLACK GHOST
PADA ANGGOTA KELOMPOK TANI BATARA MINA
SEJAHTERA DI KECAMATAN BOGOR UTARA

CYNTHIA DEWI TAMARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


iii

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada
Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan
Bogor Utara
: Cynthia Dewi Tamara
: H34114079

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi

Nama
NIM

Rjsiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada
Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan
Bogor Utara
Cynthia Dewi Tamara
H34114079

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss
Pembimbing


Tanggal Lulus:

-2 1 FER 2014

iv

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko
Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara
Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara”. Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh SP,
MAgribuss selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arifin, Ibu Chris, Ibu
Diah, Pak Kaligis, dan Pak Mudjari yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini, serta anggota kelompok tani Batara Mina Sejahtera lain yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor Februari 2014
Cynthia Dewi Tamara

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Budi Daya Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons)
Kajian Permasalahan Risiko
Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan
Penanganan Risiko Produksi Perikanan
Metode Analisis Risiko
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Data dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera (BMS)
Karakteristik Responden
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Ikan Black Ghost
Analisis Probabilitas Risiko Produksi Ikan Black Ghost
Analisis Dampak Risiko Produksi Ikan Black Ghost
Pemetaan Risiko Produksi Ikan Black Ghost

Alternatif Penanganan Risiko
Nilai Probabilitas Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya
Analisis Dampak Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya
Status dan Penanganan Sumber Risiko Ikan Black Ghost per Pembudidaya
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vii
vii
1
1
5
7
7
7
8
8
10

12
12
13
14
14
20
21
21
22
22
23
29
29
34
36
44
48
52
54
61
63
65
66
66
69

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010‒2012
Permintaan ikan hias Black Ghost pada periode November‒Desembera
Penentuan akuarium pada anggota BMS yang menjadi responden
Perkembangan jumlah anggota kelompok BMS
Karakteristik responden pembudidaya benih ukuran 1 inci‒1.5 inci
Analisis pendapatan ke-5 anggota BMS per siklus produksi periode
November‒Desember tahun 2013
Data kualitas air rata-rata pada air sumur kedalaman 10 meter di
kelompok tani BMS
Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas
air per akuarium periode November‒Desember 2013
Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas
benih per akuarium periode November‒Desember 2013
Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat
penyakit per akuarium periode November–Desember 2013
Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat SDM
per akuarium periode November–Desember 2013
Probabilitas sumber risiko kualitas air padat tebar benih 2‒3 ekor/l per
akuarium periode November–Desember 2013
Probabilitas sumber risiko kualitas benih padat tebar 2‒3 ekor/l per
akuarium periode November–Desember 2013
Probabilitas sumber risiko penyakit padat tebar benih 2‒3 ekor/l per
akuarium periode November–Desember 2013
Probabilitas sumber risiko SDM padat tebar 2‒3 ekor/l per akuarium
periode November–Desember 2013
Dampak sumber risiko kualitas air usaha ikan Black Ghost pada
tingkat harga Rp 1 200
Dampak sumber risiko kualitas benih usaha ikan Black Ghost pada
tingkat harga Rp 1 200
Dampak sumber risiko penyakit usaha ikan Black Ghost pada tingkat
harga Rp 1 200
Dampak sumber risiko SDM ikan Black Ghost pada tingkat harga
Rp 1 200
Status sumber risiko produksi ikan Black Ghost ukuran 1‒1.5 inci
periode November‒Desember
Jenis penyakit sumber penyakit akibat parasit dan alternatif
penanganan preventif pada ikan Black Ghost
Ciri-ciri ikan yang mengalami gangguan kualitas air dan
penanganannya

1
5
23
29
34
35
37
38
40
41
43
45
46
47
48
49
50
51
51
52
56
59

vii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Produksi ikan hias di kota Bogor tahun 200ř‒2012
Produksi ikan hias kota Bogor berdasarkan jenis ikan tahun 20102012
Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011
Faktor mortalitas ikan yang dibudidayakan
Hubungan parasit, ikan, dan lingkungan terhadap penyakit
Pembagian 4 kuadran pada peta risiko
Kerangka pemikiran operasional penelitian
Lay out peta risiko
Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan preventif
Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan mitigasi
Struktur kelompok tani BMS
Faktor penting dan kegiatan produksi benih ikan Black Ghost di BMS
Pemetaan sumber-sumber risiko ikan Black Ghost periode
November‒Desember pada padat tebar 2‒3 ekor per liter
Upaya preventif sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost
Upaya preventif sumber risiko penyakit ikan Black Ghost
Upaya preventif pada sumber risiko kualitas benih dan SDM ikan
Black Ghost
Penanganan mitigasi pada sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost
Penanganan mitigasi pada sumber risiko penyakit ikan Black Ghost

3
3
4
17
17
19
21
27
28
28
31
32
53
55
57
58
59
61

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Peta komoditi unggulan kota Bogor berdasarkan kecamatan
Jumlah wadah budi daya di kota Bogor berdasarkan kecamatan
Perhitungan varian berdasarkan data 40 akuarium
Prosedur pengamatan ikan pada akuarium saat penelitian
Penebaran benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci
Penyiponan kotoran dan pergantian air media pemeliharaan ikan
Black Ghost
Pemberian pakan berupa cacing sutra pada benih ikan Black Ghost
Pemanenan benih ukuran 1.5 inci ikan Black Ghost
Penanganan terhadap benih ikan Black Ghost selama pemeliharaan
Sumber risiko kualitas air bemih
ikan Black Ghost periode
November‒Desember
Sumber risiko kualitas benih ikan Black Ghost periode
November‒Desember
Sumber risiko penyakit benih ikan Black Ghost periode
November‒Desember
Sumber risiko SDM benih ikan Black Ghost periode
November‒Desember

69
69
70
71
71
71
72
72
73
73
74
74
74

viii

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-1 selama 2 siklus
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-2 selama 2 siklus
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-3 selama 2 siklus
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-4 selama 2 siklus
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-5 selama 2 siklus
Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-1 selama 2 siklus
Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-2 selama 2 siklus
Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-3 selama 2 siklus
Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-4 selama 2 siklus
Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada
pembudidaya ke-5 selama 2 siklus
Hasil perhitungan status sumber risiko ikan Black Ghost selama 2
siklus pada 5 anggota BMS
Hasil pemetaan sumber risiko produksi pada masing-masing
pembudidaya

75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Ikan hias di Indonesia merupakan salah satu komoditi perikanan
penyumbang devisa bagi negara, karena dapat diekspor ke berbagai negara.
Indonesia saat ini telah menduduki ranking ke-5 pengekspor ikan hias dunia
setelah Republik Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura1. Negara-negara yang
menjadi pasar ekspor ikan hias Indonesia, antara lain Hong Kong SAR, USA,
Japan, Singapore, dan negara lainnya (Tabel 1). Nilai ekspor ikan hias di
Indonesia meningkat dari tahun 2010 sampai 2012 sebesar 5.56 persen dengan
jumlah yang disalurkan ke negara ekspor meningkat juga. Peningkatan nilai
ekspor tersebut pada Tabel 1, menunjukkan adanya peningkatan permintaan ikan
hias dari tahun ke tahun. Oleh karena itu diperlukan peningkatan produksi agar
permintaan terhadap ikan hias tetap terjaga. Dibandingkan dengan ikan konsumsi,
ikan hias memiliki beberapa keunggulan, yaitu dapat dibudidayakan secara masal
sehingga dapat diproduksi di lahan sempit, waktu pemeliharaan relatif lebih cepat,
dan harga yang relatif lebih mahal karena dijual per ekor dengan waktu tersebut.
Tabel 1 Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010‒2012
Negara
Hong Kong SAR
USA
Japan
Singapore
Malaysia
UK
China
Other Asia
Germany
Australia
Other
Total

Nilai ekspor (US $ juta)
2010
2011
2012
2.62
2.96
3.73
2.21
2.00
2.68
2.34
2.30
2.63
2.77
2.31
2.40
1.85
1.52
0.79
0.60
0.87
0.79
0.27
1.02
0.71
0.68
0.66
0.71
0.50
0.54
0.64
0.50
0.37
0.62
5.42
5.35
5.32
19.77
19.90
21.02

Share 2012
(%)
17.73
12.77
12.53
11.40
3.76
3.76
3.37
3.37
3.04
2.97
25.31
100

Pertumbuhan
2011‒2012 (%)
25.88
34.05
14.64
3.68
-48.08
-9.09
-30.36
7.22
17.97
68.77
-0.54

Sumber: Kedutaan Besar Republik Indonesia (2013)

Walaupun memiliki keunggulan, ikan hias sebagai komoditi perikanan
berhadapan dengan kemungkinan terjadinya risiko, karena berhubungan dengan
pemeliharaan makhluk hidup. Risiko didefinisikan sebagai sebuah simpangan
yang terjadi antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi (Reiss
2001; Kountur 2008). Menurut Kadarsan (1992), risiko produksi di sektor
1

Pusat Data Statistik dan Informasi. 2013. Ekspor Ikan Hias: Indonesia Tempati Peringkat 5
Terbesar di Dunia. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/9007 [19 September 2013. 21:54]

2

pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki
kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor non
pertanian, karena pertanian dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama
penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Penelitian mengenai
risiko telah banyak dilakukan terutama risiko produksi dalam bidang pertanian,
pertenakan, dan perikanan, seperti penelitian Saputra (2011) mengindikasi adanya
risiko berdasarkan perubahan produktivitas ikan patin dari Januari 2010 sampai
April 2011. Berbeda halnya dengan Dewiaji (2011), Hadinata (2013), dan
Simanjuntak (2013) melihat perubahan tingkat kelangsungan hidup pada komoditi
yang diteliti sebagai indikasi adanya risiko. Indikasi risiko akibat perubahan
produktivitas dan kelangsungan hidup komoditi yang dibudidayakan akan
berpengaruh terhadap jumlah dan pendapatan yang dihasilkan pembudidaya. Hal
tersebut menunjukkan penelitian risiko penting untuk dilakukan, terutama risiko
produksi pada budi daya ikan hias.
Kegiatan produksi pada budi daya ikan hias lebih banyak dilakukan oleh
pembudidaya dibandingkan dengan perusahaan besar. Pembudidaya ikan hias
relatif memiliki lahan yang sempit dibandingkan dengan perusahaan akibat
adanya keterbatasan modal. Walaupun demikian, terdapat beraneka ragam ikan
hias bernilai ekonomi cukup tinggi dibudidayakan pembudidaya, antara lain ikan
Koi, Manfish, Koki, Niasa, Redfin, Lemon, Komet, Sumatra barb, Black Ghost,
Aligator, Arwana, dan ikan hias jenis lainnya yang biasa dicari penghobi 2,
sehingga diperlukan penguatan kegiatan produksi para pembudidaya agar
ketersediaan ikan tetap terjaga, yaitu salah satunya dengan penanganan terhadap
risiko yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Penanganan terhadap risiko
tersebut diharapkan dapat menurunkan dampak kerugian pada penerimaan dan
keberhasilan usaha pembudidaya ikan hias.
Usaha budi daya ikan hias terbagi dalam 2 segmentasi bisnis, yaitu segmen
pembenihan dan segmen pendederan. Segmen pembenihan merupakan penghasil
benih ukuran tertentu hasil pemijahan induk, sedangkan segmen pendederan
merupakan penghasil benih ukuran jual tertentu berasal dari benih hasil
pembenihan. Pendederan merupakan salah satu upaya penyesuaian benih untuk
dibesarkan kembali hingga dapat dijual pada ukuran tertentu, agar benih lebih
tahan dan kuat untuk menghadapi lingkungan baru (Effendi 2009), sehingga
memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi. Selain itu, sebelum benih diekspor atau
dijual ke konsumen yang memiliki lingkungan berbeda, benih telah beradaptasi
pada tahap pendederan sehingga benih dapat dijual dengan harga yang sesuai.
Oleh karena itu segmen yang diteliti ialah pendederan ikan hias.
Wilayah sentra produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 provinsi. Sentra
budi daya ikan hias terbesar terdapat di 5 provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Barat,
DKI Jakarta, Banten, dan D.I. Yogyakarta3. Provinsi Jawa Barat memiliki banyak
kota dan kabupaten yang membudidayakan ikan hias, salah satunya kota Bogor.
Menurut PEMKOT Bogor (2011), Bogor merupakan salah satu kota penghasil
ikan hias di provinsi Jawa Barat yang memiliki pasar masih cukup terbuka dan
menguntungkan. Selain itu, kota Bogor memiliki iklim yang sesuai untuk
2

3

Artikel Budi daya Ikan Hias Diperoleh dari Citra Nusa Insan Cemerlang. Diakses pada
http://www.cni.co.id [diunduh tanggal 15 Oktober 2013]
Aria Pingit. 2012. Permintaan Ikan Hias Asal Indonesia Makin Tinggi. www.tempo.co [diunduh
19 September 2013]

3

kehidupan banyak ikan hias, terutama ikan hias yang hidup di lingkungan tropis.
Hal tersebut dikarenakan kota Bogor berada pada suhu rata‒rata tiap bulan 26 oC
dengan suhu terendah 21.8 oC dan suhu tertinggi 30.4 oC. Potensi kota Bogor
sebagai penghasil ikan hias dapat dilihat dari perkembangan jumlah produksi ikan
hias yang meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.

Sumber: PEMKOT Bogor, 2013 (diolah)

Gambar 1 Produksi ikan hias di kota Bogor tahun 2009‒2012
Jumlah produksi ikan hias yang tersaji pada Gambar 1 memperlihatkan
bahwa produksi ikan hias di kota Bogor selalu mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan yang terjadi menunjukkan kota Bogor memiliki potensi sebagai
daerah produksi ikan hias karena mengalami peningkatan jumlah produksi.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah total produksi di kota Bogor dari
tahun 2009 sampai 2012. Peningkatan yang terjadi sebesar 5.77 persen dari
jumlah 13 254 124 ekor pada tahun 2009, bertambah menjadi 14 065 383 ekor
pada tahun 2012. Jumlah produksi tersebut merupakan total dari seluruh jenis ikan
yang diproduksi di kota Bogor.

Produksi (ekor)

Jenis Ikan:
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-

Corydoras
Black Ghost
Gapi
Manvis
Mas Koki
Neon Tetra

2010

2011
Tahun

2012

Ikan Lain

Sumber: PEMKOT Bogor, 2013 (diolah)

Gambar 2 Produksi ikan hias kota Bogor berdasarkan jenis ikan tahun 2010-2012
Bogor merupakan salah satu tempat bagi para peminat ikan hias untuk
memperoleh beragam jenis ikan hias favorit (Gunawan et al. 2010). Berbagai
macam ikan hias yang dapat dibudidayakan di kota Bogor di antaranya, yaitu jenis
Black Ghost, Corrydoras, Neon Tetra, dan lain-lain. Gambar 2 menunjukkan data

4

produksi ikan hias di kota Bogor pada tahun 2010 sampai 2012 berdasarkan jenis
ikan. Dari data tersebut terlihat beberapa komoditi yang dapat dibudidayakan
secara berkelanjutan karena selalu mengalami peningkatan jumlah produksi.
Komoditi Black Ghost salah satu yang mengalami peningkatan dan menjadi jenis
ikan dengan jumlah produksi tertinggi dari tahun 2010 sampai 2012. Jumlah
produksi ikan Black Ghost pada tahun 2010, 2011, dan 2012 masing-masing
6 194 500 ekor, 6 318 390 ekor, dan 6 444 758 ekor. Black Ghost merupakan
salah satu ikan hias yang diekspor Indonesia. Black Ghost berasal dari sungai
Amazon, Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat
mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam4.
Oleh karena itu, komoditi yang diteliti merupakan ikan Black Ghost.
Perkembangan produksi ikan hias di kota Bogor terus mengalami
peningkatan, namun dilihat dari jumlah produksi per kecamatan tahun 2009
sampai 2011, seperti ditunjukkan pada Gambar 3 masing-masing kecamatan
menghasilkan perubahan jumlah produksi ikan hias. Terdapat 6 kecamatan
produsen ikan hias di kota Bogor, yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, Bogor
Timur, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal. Walaupun Tanah Sareal
memiliki nilai tertinggi untuk produksi ikan hias, namun komoditi unggulan yang
ada bukanlah komoditi Black Ghost. Kecamatan Bogor Utara terutama kelurahan
Ciluar memang bukan produsen ikan hias terbesar dan tidak memiliki nilai
tertinggi dalam produksinya, namun merupakan salah satu daerah berpotensi
karena termasuk unggul dalam komoditi ikan hias di kota Bogor (Lampiran 1).
Dilihat dari data produksi tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan produksi di
kecamatan Bogor Utara, yaitu 3 379 802 ekor menjadi 2 482 126 ekor atau setara
dengan 26.5 persen, tetapi jumlah akuarium dan bak yang dimiliki masing-masing
RTP (Rumah Tangga Pembudidaya Perikanan) tidak mengalami perubahan secara
drastis (Lampiran 2), sehingga berindikasi adanya risiko produksi yang terjadi
pada budi daya ikan hias di kecamatan Bogor Utara.

Sumber: PEMKOT Bogor, 2012. (diolah)

Gambar 3 Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011

4

Pembenihan Ikan Black Ghost. http://bbat-sukabumi.tripod.com/blackghost.html [ tanggal 06
Oktober 2013. 05:58 ]

5

Menurut Dinas Pertanian kota Bogor, kelompok tani yang berasal dari
kecamatan Bogor Utara ialah kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS).
Kelompok BMS memiliki komoditi unggulan ikan hias Black Ghost. Kelompok
BMS telah memenangkan beberapa kejuaraan, salah satunya menjadi pemenang
pada lomba pembudidaya ikan hias tingkat nasional tahun 20115. Menurut Taufan
Fish Farm, ukuran benih Black Ghost 1 inci dan 1.5 inci selalu dicari oleh para
pembudidaya untuk dibesarkan kembali hingga ukuran ekspor 3 inci 6. Oleh
karena itu terdapat permintaan ikan Black Ghost yang belum terpenuhi oleh
pembudidaya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Permintaan ikan hias Black Ghost pada periode November‒Desembera
Supllier
Permintaan (ekor) Penawaran (ekor) Pangsa pasar (%)
b
Bapak Hari (Tulung Agung)
20 000
9 175
45
c
Marlem
48 000
20 000
42
d
Taufan Fish Farm
20 000
7 920
39
a

Data diperoleh dari wawancara; b data 1 anggota BMS; c data supplier benih 2 inci; data Taufan
Fish Farm.

Tabel 2 menunjukkan hasil wawancara dari 3 pengumpul ikan hias,
permintaan yang baru terpenuhi kurang dari 50 persen. Seorang anggota BMS
baru bisa memenuhi 9 175 ekor benih ukuran 1.5 inci dari permintaan yang
biasanya diasumsikan 20 000 per bulan pada periode November sampai
Desember. Hal serupa dialami oleh Taufan Fish Farm dari 1 pembudidaya mitra
didapatkan 360 ekor benih ukuran 1.5 inci dengan pembudidaya mitra sebanyak
22 pembudidaya, benih dipenuhi sebesar 7 920 ekor dari permintaan 20 000 ekor.
Adapun hasil wawancara dari supplier benih ukuran 2 inci yang menginginkan
48 000 ekor per bulan namun benih yang didapatkan hanya 20 000 ekor dari
pembudidaya. Hal tersebut menunjukkan potensi benih ikan Black Ghost untuk
dikembangkan karena adanya peluang pasar dari permintaan yang belum
terpenuhi. Oleh karena itu perlu diperkuat kegiatan produksi ikan Black Ghost
agar permintaan dapat terjaga dan terpenuhi. Salah satu upaya yang dilakukan
agar produksi tetap terjaga dan terpenuhi, yaitu dengan mengetahui penanganan
yang dapat dilakukan terhadap setiap sumber risiko, terutama risiko produksi.
Oleh karena itu penelitian ini mengkaji mengenai risiko produksi pendederan pada
kelompok tani BMS di Kecamatan Bogor Utara.

Perumusan Masalah
Kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS) memiliki jumlah
pembudidaya sebanyak 9 pembudidaya ikan hias Black Ghost dari 14 anggota
yang ada. Anggota pembudidaya ikan Black Ghost tersebut terbagi-bagi dalam
beberapa segmen, yaitu pembudidaya pembenihan dan pembudidaya pendederan.
5

Batara Mina Bogor Utara, Wakili Jabar Dalam Lomba Pembudidayaan Ikan Hias. 2011.
http://kotabogor.go.id [diunduh 21 Oktober 2013]
6
Hasil wawancara langsung dengan manajer Taufan Fish Farm (supplier ikan hias di Kota Bogor)
pada tanggal 06 januari 2014

6

Pembudidaya pembenihan menjalankan beberapa kegiatan, yaitu pemijahan ikan
sampai menghasilkan telur yang dibesarkan menjadi benih ikan Black Ghost
sebesar 1 inci dan 1.5 inci. Berbeda halnya dengan pembudidaya pendederan
menjalankan kegiatan pembesaran ikan dari ukuran 1 atau 1.5 inci sampai ukuran
3 inci, walaupun begitu ada juga anggota yang membudidayakan dari ukuran 1
inci ke 1.5 inci. Pada ukuran 1 inci benih akan mengalami tahap penyesuaian
untuk dibesarkan dan diharapkan akan lebih kuat dengan lingkungan baru.
Anggota BMS yang membesarkan ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai ke
ukuran 1.5 inci hanya ada 5 orang.
Data produksi benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai 1.5 inci milik 5
anggota BMS berasal dari sampel 4 akuarium per anggota secara berurutan selama
2 siklus pada periode November sampai Desember 2013, sehingga total
keseluruhan terdapat 40 akuarium. Data tersebut menunjukkan perbedaan tingkat
kelangsungan hidup (SR) antar anggota BMS. Lampiran 3 menunjukkan data
kelangsungan hidup pada 40 akuarium yang dimiliki 5 anggota BMS pada unit
pendederan. Data kelangsungan hidup tersebut berbeda-beda antar anggota yaitu
berkisar antara 63.0 persen sampai 96.57 persen. Walaupun demikian dilihat dari
luas akuarium dan jumlah tebar dihasilkan padat tebar per akuarium hampir sama
yaitu 2 sampai 3 ekor per akuarium. Proses pemeliharaan benih Black Ghost dari
ukuran 1 inci sampai ukuran 1.5 inci berlangsung selama 2 sampai 3 minggu.
Perbedaan tingkat kelangsungan hidup dengan kepadatan yang hampir sama pada
Lampiran 3 menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh
pembudidaya. Selain itu indikasi adanya risiko tersebut dapat dilihat dari nilai
perhitungan coefficient variation, standar deviation, dan variance. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan dihasilkan nilai coefficient variation sebesar 0.15,
standar deviation sebesar 110 260, dan variance sebesar 12 157 257 600. Nilai
dari coefficient variation yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap dihasilkan
100 ekor ikan Black Ghost akan dihadapi risiko sebesar 15 persen dari jumlah
tersebut dalam satu siklus produksi.
Menurut anggota BMS kelangsungan hidup (SR) kondisi terbaik, yaitu
lebih dari 90 persen, saat normal berkisar antara 90 persen sampai 80 persen,
sedangkan kondisi terburuk SR kurang dari 80 persen. Hal serupa juga dijelaskan
oleh Jatilaksono (2012) yang menemukan bahwa kelangsungan hidup Black
Ghost di media air sumur yang dipuasakan 100 persen sampai 96.67 persen dalam
keadaan baik, 80 persen saat keadaan menurun, dan keadaan terburuk sebesar 63.3
persen. Hadinata (2013) menemukan sumber risiko produksi yang dihadapi benih
ikan Black Ghost yaitu perubahan kualitas air, penyakit, dan ikan saling
menyerang. Sumber risiko tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi usaha budi
daya ikan Black Ghost, sehingga akan diteliti apakah terdapat sumber risiko
produksi selain risiko yang telah ditemukan dalam budi daya ikan Black Ghost
pada kasus BMS. Kerugian dapat berupa hasil panen ikan Black Ghost yang
rendah sehingga membuat BMS tidak dapat memenuhi permintaan ikan Black
Ghost yang ada, sehingga diperlukan penanganan yang tepat agar kerugian BMS
dapat diminimalisir. Walaupun demikian sebelum ditangani, harus diketahui
bagaimana dampak dan kemungkinan risiko yang ditimbulkan dari masingmasing sumber sehingga status dari risiko dapat diketahui. Setelah diketahui
status dari masing-masing sumber risiko dapat diketahui bagaimana alternatif
penanganan yang sebaiknya dilakukan. Penanganan yang tepat dapat membuat

7

usaha berjalan lebih baik, sedangkan kesalahan penanganan dapat mengakibatkan
usaha yang dijalankan BMS mengalami kerugian yang lebih besar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Mengapa tingkat kematian ikan antar anggota berbeda? sumber-sumber apa
saja yang menyebabkan risiko kematian ikan Black Ghost di BMS?
2.
Apakah benar terdapat perbedaan risiko antar pembudidaya?
3.
Bagaimana status risiko dari sumber risiko yang dihadapi oleh usaha
pendederan ikan Black Ghost di BMS?
4.
Bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi risiko produksi
pendederan ikan Black Ghost?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sesuai uraian dari latar belakang dan perumusan
masalah usaha pendederan ikan Black Ghost, antara lain:
1.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi di dalam usaha BMS
dengan menggunakan analisis deskriptif,
2.
Menganalisis status risiko produksi baik yang dihadapi oleh usaha
pendederan ikan Black Ghost di BMS atau status per pembudidaya,
3.
Merekomendasikan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi
risiko produksi pendederan ikan Black Ghost baik di BMS atau per
pembudidaya.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak, diantaranya yaitu:
1.
Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam mengatasi risiko produksi yang dihadapi,
2.
Sebagai bahan bacaan bagi pembaca dalam menambah wawasan mengenai
risiko produksi pendederan ikan Black Ghost,
3.
Sebagai referensi atau literature bagi penelitian lain yang akan dilakukan.

Ruang Lingkup Penelitian
1.

2.

Penelitian ini yang dikaji, yaitu segmen usaha pendederan ikan Black Ghost
(Afteronotus albifrons) dengan memfokuskan pada analisis risiko produksi,
pada usaha kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS) yang diusahakan
ukuran kurang lebih 1 inci sampai ukuran 1.5 inci bukan segmen pembenihan
dan bukan risiko usaha dikarenakan adanya keterbatasan data dan waktu.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada
penelitian sebelumnya tentang risiko produksi. Penelitian ini menggunakan
data panel yang didapat dari data 5 anggota pembudidaya BMS yang
membudidayakan ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai berukuran 1.5 inci
dengan akuarium yang digunakan sebanyak 4 buah per pembudidaya (cross

8

3.

section) dengan waktu 2 siklus periode bulan November sampai Desember
(time series), sehingga total akuarium sebanyak 40 unit. Data tersebut terdiri
atas jumlah benih, hasil panen, data mortalitas, penyebab terjadinya kematian
ikan Black Ghost, dan data lain terkait produksi benih ikan Black Ghost.
Selain itu, adanya sumber risiko cuaca tidak dapat digunakan sebagai sumber
risiko dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini hanya melihat cuaca di
lapangan pada saat penelitian ini berlangsung saja, yaitu 2 siklus tidak dapat
membandingkan cuaca yang terjadi pada 1 tahun.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka sebagai sebuah acuan primer yang memuat telaah secara
singkat, jelas, dan sistematis tentang temuan, postulat, prinsip, asumsi, dan hasil
penelitian yang relevan melandasi masalah penelitian atau gagasan guna menggali
pemahaman mengenai masalah penelitian dan pemecahan masalahnya (IPB 2012).
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini akan membahas mengenai teknik budi daya
ikan Black Ghost, kajian permasalahan risiko, sumber-sumber risiko produksi
perikanan, penanganan risiko produksi perikanan, dan metode analisis risiko.

Teknik Budi Daya Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons)
Ikan Black Ghost atau dikenal ikan Setan di Indonesia memiliki nama latin
Afteronotus albifrons. Black Ghost merupakan ikan asli sungai Amazone di
Amerika Selatan, ikan ini bersifat predator bagi larva-larva serangga yang
berukuran mikro atau disebut micro-predator larva serangga (Planquette et al.
1996). Sekujur tubuh ikan Black Ghost berwarna hitam kelam, dengan sirip perut
berjuntai meliuk-liuk dan terdapat lingkaran berwarna putih berjumlah 1 sampai 3
buah pada bagian ekor (Bachtiar 2004). Sesuai identifikasi ikan ini hidup di
lingkungan yang memiliki kisaran pH 6.0 sampai 8.0, dH 5 sampai 19, dan suhu
23 °C sampai 28 °C (Riehl 1991).
Kegiatan budi daya ikan hias dibagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu
kegiatan pembenihan dan kegiatan pendederan. Kegiatan pembenihan merupakan
segala aktivitas yang berhubungan dengan usaha memperbanyak benih yang
dihasilkan dari indukan, sehingga dapat dijual atau digunakan menjadi input bagi
kegiatan pendederan. Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pembenihan dapat
berupa seleksi induk; pemberian pakan; pengaturan kualitas air; proses pemijahan;
pemeliharaan larva/benih; dan persiapan wadah baik untuk indukan, pemijahan,
dan pemeliharaan larva. Pemijahan merupakan proses pelepasan telur dan sperma
dari induk ikan, sehingga menghasilkan telur terbuahi. Ikan akan melakukan
pemijahan dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi lingkungan yang sesuai
(Sutrisno 2006). Adapun teknik budi daya ikan hias Black Ghost menurut DJPB
(2012), yaitu:
1. Pemilihan Induk
Pemilihan induk dilakukan dengan mengetahui perbedaan induk jantan dan
betina. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari morfologi induk jantan dan betina.

9

Ikan jantan pada umumnya memiliki jarak antara mulut dan tutup insang lebih
panjang dibandingkan dengan betina. Selain itu, ikan jantan memiliki tubuh lebih
ramping dibandingkan dengan ikan betina. Ikan biasanya akan matang telur
setelah berusia 1 tahun dan panjang tubuh mencapai sekitar 15 cm.
2.
Persiapan Pemijahan
Wadah untuk pemijahan dapat berupa akuarium berukuran 100 cm x 50 cm
x 40 cm dengan ketinggian air 25 cm sampai 30 cm. Air yang dipergunakan untuk
pemijahan harus steril dan jernih dengan pH 6.5 serta suhu 24 oC sampai 26 oC.
Substrat yang digunakan berupa pakis atau benda-benda keras yang dapat
digunakan untuk menyembunyikan telur seperti pipa PVC dan keramik.
3.
Proses Pemijahan
Pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari. Akuarium pemijahan
biasanya dibuat gelap, hal ini dilakukan dengan menutup akuarium dari sinar
matahari. Selain itu induk yang dipijahkan akan dipasangkan dengan beberapa
syarat, yaitu umurnya harus lebih dari 1 tahun, bentuk fisik sempurna, diusahakan
bukan perkawinan sedarah, sehat, dan jumlah perbandingannya sesuai. Setelah
telur keluar sebaiknya telur beserta sarang segera diangkat dari akuarium
pemijahan dan langsung dipindahkan ke dalam akuarium penetasan.
4.
Merawat Telur, Larva dan Anak Ikan
Telur pada umumnya akan menetas setelah 48 jam. Telur yang dihasilkan
bisa mencapai 200 butir setiap hari, adapun menurut anggota BMS induk yang
sehat dan siap memijah akan menghasilkan telur paling sedikit
50 butir dan paling banyak 500 telur dalam satu kali pemijahan dengan tingkat
derajat penetasan 50 persen sampai 70 persen7. Berbeda halnya dengan Nugraha
(2012) yang menemukan derajat penetasan telur Black Ghost pada suhu 26 oC,
kadar DO 8.14 sampai 8.16, dan pH 7.9 sebesar 36 persen. Setelah semua telur
menetas, wadah atau air diberi aerasi dan dibersihkan dari sisa telur yang tidak
menetas. Fase telur merupakan fase paling rentan terhadap mortalitas yang tinggi.
Setelah 3 hari, larva dapat diberi pakan infusoria atau naupli artemia. Setelah
berumur 14 sampai 16 hari, larva sudah dapat diberi pakan lain seperti cacing
rambut.
Kegiatan pendederan merupakan kegiatan lanjutan yang dilakukan setelah
mendapatkan input berupa benih dari kegiatan pembenihan, benih yang didapat
dibesarkan hingga ukuran siap jual sesuai permintaan pasar. Benih merupakan
anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitive seperti
induknya (Effendi 2009). Kegiatan pendederan dilakukan setelah larva dapat
memakan cacing rambut, yaitu berumur 2 minggu sampai ikan mencapai ukuran
1 inci dengan lama pemeliharaan 1 sampai 1.5 bulan, sedangkan kegiatan
pembesaran ikan Black Ghost dilakukan untuk mencapai ukuran komersial, yaitu
2 sampai 3 inci dengan padat penebaran 2 sampai 5 ekor/l di akuarium atau bak8.
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa cacing rambut secara ad
libitum. Ikan Black Ghost dengan ukuran 2 inci dapat dicapai dalam waktu 2
7

Hasil Wawancara dengan Bapak Arifin Wangsadiredja menjabat sebagai penanggung jawab
bagian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Kelompok Tani BMS tanggal 04 Oktober
2013
8
Menurut artikel Pembenihan ikan Black Ghost diakses pada http://bbat-sukabumi.tripod.com
[diunduh pada 16 Oktober 2013]

10

bulan, sedangkan ukuran 3 inci dapat dicapai dengan menambah waktu
pemeliharaan selama 3 minggu. Penyiphonan untuk membuang kotoran harus
dilakukan setiap hari agar kualitas media tetap terjaga.
Beberapa tingkah laku dan morfologi ikan dapat menunjukkan bahwa ikan
tersebut sedang sehat atau tidak sehat. Tingkah laku ikan yang berenang menuju
permukaan dan berenang secara horizontal menunjukkan adanya ketidaksesuaian
pada kualitas air. Sisa pakan yang banyak juga dapat menunjukkan bahwa
keadaan ikan sedang tidak sehat karena nafsu makan berkurang. Apabila dilihat
dari keadaan fisik ikan terdapat bintik-bintik putih menunjukkan ikan tersebut
terjangkit penyakit white spot, sedangkan jika tubuh ikan seperti dilapisi oleh
lendir yang tebal menunjukkan ikan tersebut terjangkit penyakit velvet 9.
Benih ikan Black Ghost yang ditebar harus sehat, berukuran seragam, tidak
cacat, dan bebas dari penyakit. Kegiatan penebaran benih dilakukan pada saat sore
hari, agar dapat meminimalkan stress yang akan terjadi pada benih yang ditebar.
Hal tersebut dikarenakan pada pagi hari suhu masih rendah sehingga ikan tidak
terlalu terkejut saat dipindahkan ke dalam wadah pendederan. Selain itu
diperlukan ketelatenan dari sumber daya yang melakukan penebaran benih,
apabila penebaran benih dilakukan dengan sembarangan dan tidak hati-hati akan
menyebabkan benih stress dan mati. Oleh karena itu diperlukan proses
penyesuaian lingkungan terlebih dahulu atau disebut dengan aklimatisasi.
Menurut anggota BMS kelangsungan hidup (SR) kondisi terbaik, yaitu lebih dari
90 persen, saat normal berkisar antara 90 persen sampai 80 persen, sedangkan
kondisi terburuk saat kurang dari 80 persen. Hal serupa juga dijelaskan oleh
Jatilaksono (2012) yang menemukan bahwa kelangsungan hidup Black Ghost di
media air sumur yang dipuasakan 96.67 persen sampai 100 persen dalam keadaan
baik, 80 persen saat keadaan menurun, dan keadaan terburuk sebesar 63.3 persen.
Kegiatan pemberian pakan pun harus diperhatikan sesuai dengan bukaan
mulut benih dan kebutuhan pakan. Benih akan mencari makan dengan insting
alamiahnya, sehingga pakan penting untuk disediakan dalam wadah pemeliharaan.
Setelah benih berwarna hitam dan berenang bebas maka makanan dari luar
dibutuhkan dan ikan pun sudah dapat diberi pakan cacing sutera. Jumlah pakan
harus sesuai dan telah diberikan penanganan khusus agar tidak mengganggu
kualitas air. Hal tersebut dilakukan agar pakan yang diberikan tepat, apabila tidak
tepat dapat berdampak pada kematian benih dan kerugian usaha.

Kajian Permasalahan Risiko
Risiko merupakan sebuah kejadian yang akan terjadi diluar hasil yang
diharapkan. Risiko yang terdapat pada suatu usaha ada beberapa macam jenisnya,
dapat berupa risiko produksi, risiko pasar, dan risiko keuangan. Risiko produksi
merupakan risiko yang sangat penting untuk diteliti karena berkaitan langsung
dengan output yang akan dihasilkan. Jika sebuah produksi tidak berhasil akibat
adanya risiko yang tidak dapat teratasi akan membuat output dari hasil produksi
tidak maksimal bahkan tidak ada hasilnya. Penelitian tentang risiko produksi telah
dilakukan untuk beberapa komoditi, seperti komoditi ayam (Simanjuntak 2013),
9

Hasil Wawancara dengan 9 anggota Kelompok Tani BMS sejak September–November 2013

11

ikan hias (Silaban 2011), ikan Patin (Saputra 2011), ikan Lele (Dewiaji 2011).
Beberapa permasalahan yang diangkat berkaitan dengan topik penelitian yang
dilakukan, di antaranya yaitu mengenai sumber-sumber risiko yang dihadapi,
metode analisis risiko, dan strategi pengelolaan risiko.
Silaban (2011) dan Dewiaji (2011) merumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitiannya, yaitu sumber penyebab terjadinya risiko produksi dan
strategi untuk mengatasinya. Hal tersebut merupakan sebuah upaya identifikasi
sumber risiko, sehingga dapat dirumuskan strategi penanganan yang tepat.
Berbeda dengan Saputra (2011) yang melakukan identifikasi sumber risiko
produksi dan dampak yang ditimbulkan risiko tersebut sehingga strategi
penanganan dapat disusun. Penelitian serupa namun berbeda komoditas juga
dilakukan, yaitu oleh Simanjuntak (2013) pada ayam ras pedaging dan komoditas
Black Ghost oleh Hadinata (2013). Walaupun risiko produksi Black Ghost telah
diteliti, tetapi pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian risiko produksi sebelumnya hanya meneliti 1
pembudidaya dengan data antar waktu (time series), sedangkan penelitian ini
dilakukan pada kelompok tani yang memiliki tempat budi daya tidak dalam 1
tempat ataupun 1 waktu, yaitu data panel. Persamaan dari penelitian risiko yang
dilakukan dengan penelitian sebelumnya, yaitu akan dilakukannya identifikasi
pada sumber risiko, mengetahui tingkat risiko, dampak risiko, dan mencari
penanganan yang tepat.
Disisi lain Ekasari (2008) merumuskan penelitian berbeda dengan Silaban,
Saputra, dan Dewiaji, Simanjuntak, dan Hadinata yang merumuskan penelitian
berdasarkan adanya risiko produksi pada usaha. Ekasari (2008) lebih
menitikberatkan pada identifikasi risiko dan memetakan risiko usaha perikanan
tangkap, menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan
pendapatan nelayan besaran risiko berbeda-beda diantara musim serta alat tangkap
yang digunakan, mengukur sikap nelayan terhadap risiko, dan solusi kemudahan
bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha. Adapun permasalahan risiko yang
berbeda diangkat Budy (2011), yaitu berupa risiko usaha pada pemotongan ayam,
sehingga penelitian yang dilakukan menganalisis risiko harga, risiko penjualan
dan risiko pendapatan pada usaha pemotongan ayam, serta manajemen risiko yang
diterapkan untuk mengatasi risiko usaha pada usaha pemotongan ayam Broiler di
Kebon Pedes.
Berbagai perumusan baik sama, serupa, atau berbeda dilakukan pada
permasalahan mengenai risiko. Risiko akan menyebabkan kerugian, sehingga
diperlukan perumusan yang jelas terkait risiko yang dihadapi suatu usaha.
Kegiatan budi daya sangat terkait dengan kegiatan produksi, karena apabila
kegiatan produksi tidak berjalan dengan baik maka output tidak akan dihasilkan
secara optimal dalam kegiatan budi daya. Sehingga pada penelitian ikan Black
Ghost ini berfokus hanya pada risiko produksi saja tidak meneliti risiko pasar atau
risiko keuangan. Dalimunthe (2006) telah meneliti bahwa harga komoditi ikan
hias Black Ghost cenderung tidak ada lembaga yang mempengaruhi dalam
pembentukan harga atau tidak terdapat integrasi dalam jangka panjang, sehingga
risiko pasar ikan Black Ghost lebih rendah dibandingkan dengan ikan hias lain.

12

Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan
Sumber-sumber penyebab risiko yang telah diidentifikasi merupakan
langkah awal agar suatu usaha dapat meminimalisir dampak kerugian yang
ditimbulkan. Sumber-sumber usaha agribisnis sebagian besar disebabkan oleh
faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama, dan penyakit, penggunaan input, serta
kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Silaban (2011) menemukan
sumber risiko produksi yang di dapat dari hasil penelitiannya pada ikan hias
manvis, discus, dan lobster berasal dari perubahan kondisi cuaca atau iklim,
kualitas pakan yang buruk dan serangan penyakit. Berbeda halnya dengan Saputra
(2011) yang menemukan sumber risiko produksi, yaitu kesalahan dalam
melakukan kanibalisme, kesalahan penyuntikan induk, musim kemarau,
perubahan suhu air yang bersifat ekstrim yang dapat memicu kematian benih,
penyakit, dan seleksi induk. Hampir serupa Hadinata (2013) menemukan sumber
risiko produksi pada ikan Black Ghost yaitu perubahan kualitas air, penyakit, dan
ikan saling menyerang. Seperti halnya Dewiaji (2011) menemukan bahwa risiko
kualitas dan pasokan benih merupakan sumber risiko produksi yang memberikan
dampak kerugian terbesar bagi usaha. Hasil tersebut ditemukan dengan
membandingkan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang ditemukan,
seperti kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca,
dan sumber daya manusia yang ditimbulkan terhadap keuangan perusahaan.
Silaban (2011), Saputra (2011), Hadinata (2013), dan Dewiaji (2011)
mengangkat permasalahan pada risiko produksi pada komoditas ikan yang
berbeda dengan lokasi yang berbeda juga, sehingga sumber-sumber risiko yang
ditemukan berbeda. Namun ada persamaan dari penelitian tersebut, yaitu
melakukan penelitian dilakukan akibat adanya permasalahan fluktuasi baik pada
kegiatan produksi atau usaha secara keseluruhan. Pada penelitian ini
permasalahan yang diangkat karena salah satu faktor yang berisiko dalam
perbedaan waktu pemanenan benih ikan Black Ghost antar anggota yang berbeda
dan kelangsungan hidup (SR) ikan yang berbeda antar anggota, sehingga perlu
mengkaji apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, apakah sumber risiko seperti
kualitas air, penyakit, dan ikan saling menyerang yang Hadinata (2013)
kemukakan berpengaruh juga terhadap produksi Black Ghost di kelompok tani
BMS ataukah terdapat faktor lain yang mempengaruhi.

Penanganan Risiko Produksi Perikanan
Proses identifikasi sumber-sumber risiko yang menjadi risiko produksi
bukanlah proses akhir penyelesaian risiko. Selanjutnya diperlukan penanganan
agar risiko tersebut dapat ditangani dampaknya. Hal tersebut dilakukan agar tidak
akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Pada umumnya risiko tersebut
dapat diminimalisasi dengan menggunakan berbagai cara seperti penggunaan
teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang
berkualitas. Apabila risiko telah diminimalisir atau ditangani dengan tepat maka
usaha akan mencapai keuntungan atau tujuan yang diharapkan.
Beragam strategi untuk menangani risiko dapat dilakukan, beberapa di
antaranya yaitu menghindari risiko, mencegah risiko, mengurangi dampak risiko,

13

dan mengalihkan risiko yang dihadapi. Silaban (2011) mengemukakan strategi
penanganan risiko yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm, yaitu strategi
diversifikasi dengan beberapa gabungan aset yang ada. Akibat sumber risiko dan
tempat serta jenis ikan berbeda Dewiaji (2011), Hadinata (2013), dan Saputra
(2011) membuat strategi penanganan berbeda, yaitu strategi preventif untuk
menghindari risiko dan strategi mitigasi untuk mengurangi risiko. Berbeda halnya
dengan Ekasari (2008), mengemukakan 3 solusi yang menjadi prioritas pada
risiko usaha perikanan tangkap, yaitu (1) penerapan aturan peminjaman fleksibel
namun tetap bersifat prudent, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan
modal, (3) penetapan skema pembiayaan sesuai dengan karateristik perikanan
tangkap. Selain strategi diatas, penanganan dapat dilakukan dengan memanage
usaha. Pada penelitian risiko produksi ikan Black Ghost ini direkomendasikan
kepada usaha penanganan digunakan sesuai dengan dampak dari sumber-sumber
risiko yang dihadapi.

Metode Analisis Risiko
Metode analisis dilakukan oleh peneliti sebagai jalan untuk mengetahui
alternatif tindakan yang akan diambil dengan menganalisis sumber-sumber risiko
produksi. Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan
penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif dilakukan untuk
melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan
risiko produksi. Sebelum menentukan metode yang digunakan harus diketahui
terlebih dahulu data yang dibutuhkan. Dewiaji (2011), Ekasari (2008), Hadinata
(2013), Silaban (2011), Saputra (2011), dan Santoso (2011) menggunakan data
antar waktu (time series). Berbeda halnya dengan penelitian Simanjuntak (2013),
dalam data yang digunakan bukanlah berdasarkan data time series melainkan
berdasarkan data antar ruang (cross section) yang berasal dari 10 pembudidaya.
Adapun metode lain dalam menilai sebuah risiko, yaitu dengan menggunakan
metode aproksimasi seperti yang dilakukan oleh Farida (2011) dengan
mewawancarai ahli atau responden terkait probabilitas dan dampak risiko. Metode
yang digunakan Silaban (2011) dan Santoso (2011) mengolah data secara
kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif, selain itu pengukuran risiko dilakukan
dengan menghitung expected return, variance, standard deviation, dan coefficient
variation. Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran yang digunakan untuk
melihat penyimpangan yang terjadi terhadap penerimaan yang diharapkan dan
tingkat risiko per satuan penerimaannya.
Metode yang digunakan Dewiaji (2011), Hadinata (2013), Saputra (2011),
dan Simanjuntak (2013) untuk identifikasi sumber-sumber risiko produksi, yaitu
dengan menggunakan analisis deskriptif pada aspek produksi, sedangkan analisis
dampak dari sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan metode Value
at Risk (VaR), sedangkan analisis probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi
menggunakan metode z-score. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui
gambaran mengenai situasi atau kejadian. Metode tersebut digunakan dalam
mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi sebuah usaha. Berbeda halnya
dengan Ekasari (2008), walaupun dalam mengidentifikasi