Rencana Bisnis Pembuatan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang

RENCANA BISNIS PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL DARI
SEKAM PADI BERBASIS WIRAKOPERASI DI
KABUPATEN KARAWANG

AHMAD GAMAL FERLIANT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA 1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis
Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten
Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Ahmad Gamal Ferliant
NIM H34124063

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
AHMAD GAMAL FERLIANT. Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari
Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Sekam merupakan hasil samping dari penggilingan padi yang memiliki
potensi untuk dikembangkan. Selama ini, sekam belum dimanfaatkan secara
optimal penggunaannya. Inovasi untuk memanfaatkan sekam adalah dengan
mengolahnya menjadi papan partikel dengan teknologi pengempaan panas.
Penelitian ini bertujuan merancang rencana bisnis pembuatan papan partikel dari

sekam padi melalui pendekatan wirakoperasi. Target pasar dari produk ini adalah
industri furniture di Negara China. Papan partikel dijual dengan harga USD20
atau Rp240 000. Hasil analisis finansial dari penelitian rencana bisnis pengolahan
sekam dikatakan layak untuk direalisasikan dilihat dari kriteria investasi yaitu
NPV sebesar Rp6 175 368 591, Net B/C sebesar 3.5, IRR sebesar 54 persen,
Gross B/C sebesar 1.2 dan Payback Period selama 2.6 tahun. Keuntungan bersih
yang diperoleh di tahun pertama sebesar Rp88 389 793 dan tahun selanjutnya
sebesar Rp257 285 213. Melalui pendekatan wirakoperasi, petani memperoleh
keuntungan tambahan dari sekam sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani.
Kata kunci: papan partikel, rencana bisnis, sekam, wirakoperasi

ABSTRACT
AHMAD GAMAL FERLIANT. Business Plan of Manufacturing Particle Board
from the Rice Husk Based on Cooperative Entrepreneur in Karawang Regency.
Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Rice husk is a side product from rice mills that potential to be developed.
Until now, rice husk has not been utilized optimally. Innovations to utilize the rice
husk is to process the husk into a particle board using hot compression
technology. This research aims to design a business plan of manufacturing particle

board from the rice husk through cooperative entrepreneur approach. The market
target of this product is China’s furniture industries. Particle board are sold with
the price of USD20 or Rp240 000. The results of financial analysis from this
business plan said to be worthy to realized, judging from investment criteria that
the NPV of Rp6 175 368 591, Net B/C of 3.5, IRR of 54 percent of Gross B/C of
1.2 and Payback Period for 2.6 years. Net profit earned in the first year of Rp88
389 793 and years later of Rp257 285 213. Through cooperative entrepreneur
approach, the farmers obtain additional benefit from the husk, therefore increasing
the farmers’s income.
Keywords: particle board, business plan, husk, cooperative entrepreneur

RENCANA BISNIS PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL DARI
SEKAM PADI BERBASIS WIRAKOPERASI DI
KABUPATEN KARAWANG

AHMAD GAMAL FERLIANT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Rencana Bisnis Pembuatan Partikel dari Sekam Padi Berbasis
Wirakoperasi di Kabupaten Karawang
Nama
: Ahmad Gamal Ferliant
NIM
: H34124063

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing Skripsi


Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Hal pertama yang ingin penulis sampaikan adalah rasa puji dan syukur yang
mendalam sepenuhnya kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah perencanaan bisnis,
dengan judul Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Padi Berbasis
Wirakoperasi di Kabupaten Karawang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Lukman M
Baga, MAEc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Bakri, Bapak Nano, Mas Rio dan Mas Bagus yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta temanteman agribisnis yang telah membantu dan mendukung penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Ahmad Gamal Ferliant

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE

Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
GAMBARAN UMUM
RENCANA BISNIS
Asumsi Dasar
Rencana Pemasaran
Rencana Produksi (Operasional)
Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia
Rencana Kemitraan
Analisis Risiko
Analisis Lingkungan
Rencana Keuangan
Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


xii
xii
xii
1
1
6
8
8
9
9
11
11
21
24
24
24
24
25
28

29
29
31
34
43
49
51
52
53
56
58
58
58
59
61

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012
Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011
Realisasi ekspor produk intermediet Indonesia pada tahun 2014
Negara tujuan ekspor papan partikel Indonesia tahun 2012-2013
Perbandingan segmen pasar dalam dan luar negeri
Rincian rencana strategi pemasaran perusahaan vs pesaing
Kebutuhan bahan baku dan rencana jumlah produksi tiap bulan
Kebutuhan luas ruangan pabrik

Rincian penentuan jumlah tenaga kerja
Rincian penentuan upah dan gaji
Matriks hubungan antara pihak yang terkait
Rincian modal awal usaha
Kriteria kelayakan investasi
Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dengan wirakoperasi

1
2
4
4
31
33
38
42
46
49
50
54
55
57

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5.
6
7
8
9

Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
Contoh papan partikel
Mesin pengaduk (coalmixer)
Mesin pengempa panas (hot press)
Mesin pemotong (trimming)
Mesin pengamplas
Diagram alir proses pengolahan sekam menjadi papan partikel
Tata letak (layout) bangunan usaha
Struktur organisasi Koperasi Damai Rukun Tani

23
34
35
36
36
37
39
41
45

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Karakteristik responden Desa Pasirukem
Karakteristik responden Desa Rawagempol
Jumlah suplai sekam gabungan
Harga jual sekam
Penjualan produk
Rencana anggaran biaya pendirian bangunan
Rincian biaya investasi
Rincian biaya penyusutan
Asumsi biaya listrik
Rincian biaya variabel tahun pertama
Rincian biaya variabel tahun selanjutnya
Rincian biaya tetap
Proyeksi arus kas (dalam 000)
Proyeksi laba rugi (dalam 000)

61
62
63
63
64
64
65
66
67
67
67
68
69
70

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan yang signifikan
dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Selain sebagai sektor yang mampu
menyediakan kebutuhan pangan masyarakat di dalam negeri, pertanian juga
mampu menyerap 46.5 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, dan mampu
memberikan kontribusi sebesar 14.7 persen bagi GNP (Gross National Product)
(BPS 2010). Sektor pertanian Indonesia terbagi menjadi lima subsektor, salah
satunya adalah tanaman pangan. Sepanjang tahun 2012 komoditas agribisnis
tanaman pangan yaitu padi memberikan kontribusi terbesar terhadap GDP (Gross
Domestic product) Indonesia dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti
palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan (BPS 2013). Dapat dikatakan peranan
sektor pertanian bagi pembangunan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan
petani tidak terbantahkan lagi.
Jawa Barat merupakan salah satu sentra agribisnis tanaman pangan di Pulau
Jawa. Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen, produksi dan produktivitas padi di
Jawa Barat merupakan kedua terbesar di Pulau Jawa dibandingkan dengan Jawa
Timur. Hal ini dikarenakan siklus panen padi di Jawa Barat lebih pendek daripada
di Jawa Timur. Masa panen padi di Jawa Barat hanya dua sampai tiga kali dalam
satu tahun sedangkan masa panen di Jawa Timur mencapai empat kali dalam satu
tahun. Total produksi padi Jawa Barat tahun 2012 sebanyak 10 753 612 ton
dengan luas panen 1 792 955 hektar dan produktivitasnya mencapai 5.99 ton/ha.
Berikut merupakan data luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau
Jawa yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Propinsi
(ha)
(ton)
(ton/ha)
DKI Jakarta
1 897
11 004
5.82
Jawa Barat
1 792 955
10 753 612
5.99
Jawa Tengah
1 698 804
9 911 951
5.84
DI Yogyakarta
109 345
737 446
5.82
Jawa Timur
1 838 381
11 449 199
6.26
Banten
333 868
1 796 746
5.30
Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2013 (diolah)

Kabupaten Karawang merupakan daerah sentra produksi padi di Provinsi
Jawa Barat bahkan sampai pada tingkat nasional. Berdasarkan data BPS Jawa
Barat 2011, dari luas wilayah Kabupaten Karawang yaitu 175 327 hektar (sekitar
empat persen dari total luas wilayah Propinsi Jawa Barat) luas areal pertaniannya
yaitu 186 366 hektar dengan tingkat produksi yang mencapai 1 126 073 ton dan
produktivitas sebesar 6.04 ton/ha. Hal inilah yang menjadikan Kabupaten
Karawang sebagai lumbung padi di Jawa Barat disusul oleh Kabupaten Subang,
Cianjur, Bekasi dan Cirebon. Data mengenai luas panen, produktivitas dan
produksi di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

2

Tabel 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kabupaten
(ha)
(ton)
(ton/ha)
Cianjur
125 100
744 266
5.95
Subang
175 173
1 055 547
6.03
Purwakarta
33 792
201 154
5.95
Karawang
186 366
1 126 073
6.04
Bekasi
98 427
574 251
5.83
Cirebon
84 619
520 993
6.16
Sumber: BPS Jawa Barat (2011)

Penggilingan padi menghasilkan hasil samping seperti sekam, menir dan
bekatul atau dedak. Sekam merupakan hasil samping dari penggilingan padi yang
selama ini pemanfaatannya masih terbatas. Menurut Winaya (2008), pemanfaatan
sekam di daerah pedesaan hanya digunakan untuk pupuk kompos, bahan pakan
ternak, pembakaran batu bata, abu gosok untuk keperluan rumah tangga saja dan
sebagai media tanam. Sekam padi sebenarnya dapat digunakan untuk berbagai
keperluan di bidang industri akan tetapi penggunaannya di Indonesia masih
terbatas. Jenis-jenis penggunaan sekam padi di bidang industri sebagai bahan
aditif industri lain, sumber karbon, pulp selulosa, industri gelas, bahan bangunan,
papan (furniture) dan lain-lain (Nugroho 2013).
Bila sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka akan
diperoleh keuntungan tambahan selain dari beras. Namun bila tidak dimanfaatkan
maka sekam akan menjadi limbah dan menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan. Sekam yang tidak dimanfaatkan biasanya hanya ditumpuk ataupun
dibakar. Hasil pembakaran sekam akan menghasilkan gas buangan CO 2 yang
berbahaya bagi pernapasan dan lingkungan. Dalam bidang pertanian, limbah
diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa dari proses perlakuan pasca
panen dan pengolahan hasil. Banyaknya sekam yang menjadi limbah disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya banyak petani yang belum mengetahui manfaat
dari sekam, tidak tersedianya infrastruktur untuk mengolah sekam menjadi produk
yang bernilai guna, keengganan petani untuk menggali potensi dari sekam dan
membutuhkan modal besar dalam pembelian mesin untuk mengolah sekam
tersebut.
Banyaknya manfaat yang bisa dihasilkan dari sekam menjadikan sekam
memiliki peluang pasar yang potensial untuk dikembangkan baik dipasar
domestik maupun dipasar internasional. Sekam diolah untuk dijadikan bahan baku
pada berbagai industri. Salah satu industri yang membutuhkan sekam sebagai
bahan baku adalah industri furniture. Industri furniture adalah industri yang
mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi dari kayu, rotan dan bahan baku
alami lainnya menjadi produk barang jadi yang mempunyai nilai tambah dan
manfaat lebih tinggi. Industri furniture dunia memerlukan bahan baku kayu
sebagai bahan dasar untuk kebutuhan furniture. Inovasi berupa sekam yang dapat
menggantikan bahan baku dari kayu untuk dijadikan papan partikel merupakan
alternatif dari eksploitasi kayu yang selama ini dilakukan menuju green
consumers yaitu pemakaian produk yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan hasil samping dari limbah pertanian yang selama ini belum
dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Ryan (2006) dalam Pradana (2011) trend

3

data dunia menunjukkan peningkatan jumlah green consumers dari 62 persen
menuju 77 persen dalam rentang waktu 2004-2006. Pemanfaatan dan pengolahan
produk yang tepat, tentu menjadikan lahan baru untuk membantu pendapatan
petani.
Produk olahan dari sekam yang dibutuhkan dalam industri furniture berupa
papan partikel. Menurut Maloney (1993) dalam Pudaba (2013) particle board atau
papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahan-bahan
berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat
lain kemudian dikempa panas. Dasar pemilihan usaha pemanfaatan sekam ini
adalah karena pembuatan papan partikel lebih memungkinkan dilakukan di lokasi
penelitian ini karena tersedianya bahan baku yang melimpah, tidak memerlukan
banyak mesin pengolahan dan nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Harga papan partikel pasar domestik berkisar Rp75 000 sampai dengan
Rp125 000 tergantung pada ketebalannya dengan ukuran 1 220 x 2 440 mm2.
Harga papan partikel di pasar internasional yaitu USD20 dengan ukuran partikel
2440 x 1220 x 9 mm3. Kelebihan dari papan partikel berbahan dasar sekam yaitu
mengandung kadar silika dan lignin yang tinggi serta adanya ikatan lignoselulosa
yang membuat kayu sekam tidak mudah berpendar. Papan partikel dari sekam
merupakan bahan organik yang ramah lingkungan dan aman bagi manusia. Bahan
baku sekam produksinya tinggi dan kontinuitas serta ketersediannya terjamin
karena seiring dengan produksi padi (Pradana 2011).
Segmen pasar yang dipilih dalam usaha pengolahan sekam ini adalah pasar
luar negeri. Hal ini dikarenakan keuntungan yang akan diperoleh akan jauh lebih
tinggi karena menggunakan dollar atau euro sebagai acuan mata uang dalam
transaksi yang nilai tukarnya tinggi terhadap rupiah. Pasar luar negeri yang
membutuhkan papan partikel untuk industri furniture adalah negara-negara di
Asia seperti China, Vietnam, Filipina dan Jepang (UN Comtrade 2014)4. Ekspor
merupakan faktor penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.
Semakin banyak produk yang diekspor, maka dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi di dalam negeri (Kementerian Perdagangan 2013). Sehingga ekspor dari
pengolahan sekam untuk dijadikan papan partikel memiliki peluang besar untuk
disuplai ke negara-negara penghasil produk furniture.
Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, di
tahun 2014 Indonesia telah mengekspor berbagai produk intermediet seperti papan
partikel dari kayu, papan partikel dari bahan lain seperti kayu, kayu lapis dan lainlain. Perkembangkan ekspor produk intermediet kategori papan partikel dari kayu
mengalami penurunan nilai ekspor dari tahun 2013 sampai 2014. Sedangkan
produk intermediet kategori papan partikel dari bahan lignoselulosa lainnya
mengalami peningkatan nilai eksport dari tahun 2013 sampai 2014 dengan
peningkatan nilai ekspor sebesar USD2 523. Produk-produk intermediet untuk
keperluan bahan baku furniture yang di ekspor oleh Indonesia ditunjukkan pada
Tabel 3.
2

http://rimbakita.com/2013/04/daftar-harga-triplek-blockboard-mdf-partikelboard.html
(Diacu
2014 Oktober 19).
3
http://www.alibaba.com/product-detail/Decoration-furniture-chipboard-decorative-particleboard_1959963833.html (Diacu 2014 Oktober 19).
4
http:/comtrade.un.org/db/dqBasicQueryResults.aspx?px=HS&cc=4410&r=360&p=156&rg=2&y
=2013&so=8 (Diacu 2014 Oktober 20).

4

Tabel 3 Realisasi ekspor produk intermediet Indonesia pada tahun 2014
Komoditas
Particle board & similar of
board
Particle board & similar
board of other ligneous
materials
Medium density fibreboard of a
thickness < 5mm
Medium density fibreboard of a
thickness > 5 mm and < 9 mm
dium density fibreboard of a
thickness > 9 mm
Other fibreboard of a density >
0.8 g/cm3

2013

2014

2013

Nilai (USD)
893 534
696 489

2014

Berat (kg)
2 103 358
1 520 402

30

2 553

12

2 141

6 841 497

11 937 084

21 291 054

35 732 224

2 874 759

5 406 319

9 810 606

16 758 401

7 925 949

9 949 059

22 931 047

33 861 776

386 264

289 017

114 462

106 071

496 510 217

513 064 157

Other plywood,each thick.< 6
503 372 382 532 490 660
mm with at least one outer ply
of tropical wood
Sumber: Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (2014)

Usaha yang akan dijalankan yakni mengekspor intermediet product ketegori
papan partikel yang kemudian akan diolah sendiri oleh perusahaan di negara
importir menjadi produk jadi furniture. Dengan mengekspor intermediet product
berupa papan partikel maka berpeluang untuk meningkatkan nilai ekspor dari
papan partikel.
Beberapa negara di luar negeri memerlukan pasokan bahan baku untuk
kebutuhan industri furniture. Berdasarkan data Kementrian Perdagangan Republik
Indonesia, terjadi peningkatan ekspor furniture sebesar 7.96 persen pada periode
tahun 2009 sampai 2013. Adanya peningkatan ekspor furniture dan terbukanya
batas-batas antar negara, memberikan peluang untuk mengambil keuntungan di
pasar luar negeri dengan mengekspor papan partikel tersebut. Indonesia telah
mengekspor papan partikel ke berbagai negara di Asia seperti yang tercantum
pada Tabel 4.
Tabel 4 Negara tujuan ekspor papan partikel Indonesia tahun 2012-2013
2012
2013
Negara
Tujuan
Berat (kg) Nilai Ekspor (USD) Berat (kg) Nilai Ekspor (USD)
China
2 049 948
828 099 2 648 623
1 134 209
Jepang
501 548
561 244
203 757
124 387
Vietnam
2 213 363
769 211
484 118
162 296
Filipina
71 407
28 851
50 258
21 607
Sumber: UN Comtrade (2014)5
5

http:/comtrade.un.org/db/dqBasicQueryResults.aspx?px=HS&cc=4410&r=360&p=156&rg=2&y
=2013&so=8 (Diacu 2014 Oktober 20).

5

Perkembangan ekspor papan partikel Indonesia terlihat dari nilai ekspor yang
meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 ke negara China. Nilai ekspor Indonesia
ke Negara China mencapai USD1 134 209 dengan berat 2 648 623 kg. Salah satu
perusahaan di China yang meminati produk papan partikel dari Indonesia adalah
Shouguang Banyans Wood Trading Co. Ltd bertempat di Shouguang Provinsi
Shandong6. Peningkatan nilai ekspor inilah yang menjadi dasar untuk
merencanakan pemasaran produk ke negara China. Tujuan ekspor ke negara
China adalah langkah awal sasaran pemasaran dan strategi bagi perusahaan dalam
usaha melakukan pemasaran papan partikel. Hal ini tidaklah mutlak, seiring
berjalannya waktu dan peninjauan pangsa pasar dunia maupun dalam negeri maka
pertimbangan seperti harga jual, perkembangan produk, kondisi penjualan dan hal
lain yang dapat mengubah target pemasaran.
Diperlukan rancangan bisnis untuk usaha pengolahan sekam menjadi papan
partikel. Usaha yang direncanakan ini berbeda dari jenis usaha pembuatan kayu
pres lainnya. Perbedaan dari usaha tersebut adalah penggunaan sekam sebagai
bahan baku pembuatan papan partikel. Fokus utama usaha ini adalah pengolahan
sekam menjadi produk yang memiliki nilai guna dan nilai tambah dengan segmen
pasar yang berbeda dari usaha yang sudah ada sehingga pesaing pada usaha ini
masih sedikit. Diperlukan suatu rancangan bisnis yang dapat memberikan
informasi mengenai komoditi tersebut serta dapat membantu dalam pengambilan
keputusan rencana bisnis yang cepat, tepat dan efisien (Wibowo 2011). Rencana
yang telah dibuat tersebut dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dan
memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan
dan untuk menganalisis aspek non finansial serta aspek finansial. Potensi daerah
sentra penghasil padi khususnya Karawang dapat menjadi peluang bisnis untuk
memanfaatkan dan mengolah sekam padi menjadi produk yang bernilai jual
tinggi. Usaha ini tentunya tidak dapat dijalankan oleh seorang diri melihat dari
luas lahan pertanian perorangan yang dimiliki sangat terbatas, maka diperlukan
pendekatan secara wirakoperasi (cooperative entrepreneur) yaitu melakukan
usaha secara bersama-sama dengan menggabungkan seluruh lahan pertanian yang
ada sehingga dihasilkan sekam padi dengan kapasitas besar. Usaha berbasis
wirakoperasi melibatkan pihak lain untuk saling bekerja sama untuk melakukan
bisnis.
Wirakoperasi atau kegiatan wirausaha yang dilakukan secara kolektif,
diyakini dapat membangkitkan pertumbuhan agribisnis di pedesaan dan mampu
mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi para pelaku bisnis (Baga 2011). Tujuan
utama setiap wirakoperasi adalah meningkatkan kesejahteraan bersama. Peran
seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi
tidak berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan
ribuan anggotanya (Baga 2011), sehingga dengan usaha secara wirakoperasi maka
akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan
penggunaan teknologi dan bargaining power akan lebih kuat dibanding dengan
melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota
(Baga et al 2009).

6

http://banyanswood.en.made-in-china.com (Diacu 2014 Oktober 20).

6

Berdasarkan hal tersebut, perlu dibentuk suatu usaha yang dapat mengolah
sekam menjadi suatu produk yang memiliki nilai guna dan nilai tambah.
Pemilihan lokasi usaha ini yaitu di Kabupaten Karawang karena merupakan salah
satu lumbung padi nasional dengan melibatkan dua desa yaitu Desa Pasirukem
dan Rawagempol sebagai penyuplai bahan baku sekam. Usaha yang akan
dibentuk ini akan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti gapoktan
yang merupakan gabungan dari beberapa kelompok tani, anggotanya terdiri dari
para petani dan pemilik mesin penggilingan padi.
Dengan demikian, maka penting melakukan usaha dengan pendekatan
wirakoperasi untuk mengolah sekam menjadi papan partikel agar dapat
membangkitkan pertumbuhan sektor pertanian di pedesaan dan mampu
mendatangkan nilai tambah ekonomi dari hasil samping penggilingan padi
sehingga tingkat ekonomi petani meningkat. Berdasarkan pemaparan tersebut,
menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai rencana bisnis pembuatan
papan partikel dari sekam padi berbasis wirakoperasi.

Perumusan Masalah
Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup di
pedesaan dan bermatapencaharian sebagai petani. Pada umumnya para petani
memiliki keinginan untuk meningkatkan pendapatan dari produksi pertaniannya,
tetapi banyak masalah yang dihadapi sehingga sulit untuk mencapai apa yang
diinginkan. Berbagai upaya seperti penerapan pancausaha tani, memperluas lahan
pertanian,diversifikasi pertanian dan rehabilitasi pertanian belum cukup
membantu meningkatkan pendapatan para petani. Masih banyak petani yang
diketegorikan sebagai petani miskin akibat dari pendapatan yang rendah dan tidak
memiliki kekuatan untuk berdaya saing. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2013, jumlah rumah tangga pertanian sebanyak 26.14 juta sebagian
besar adalah para pekerja di sektor pertanian yang hidup di bawah garis
kemiskinan7. Para petani umumnya hanya menjual produk utama pertaniannya
saja. Oleh karenanya, diperlukan cara pandang baru untuk memanfaatkan produk
pertanian, yaitu tidak hanya mengkomersialisasikan produk utamanya saja tetapi
juga pada produk sampingnya seperti kasus yang diangkat pada penelitian ini
yaitu membuat inovasi baru pada bidang pertanian dalam upaya meningkatkan
pendapatan petani khususnya petani padi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani padi adalah dengan
membuat suatu usaha pemanfaatan produk samping dari penggilingan padi seperti
sekam untuk dijadikan papan partikel. Usaha ini perlu dikembangkan dalam skala
industri karena adanya terobosan teknologi seperti penggunaan mesin-mesin
produksi untuk mengkomersialisasikan produk papan partikel dari sekam padi
dalam skala besar. Maka industri ini tidak tepat bila dilakukan melalui pendekatan
wirausaha kecil tetapi harus dibuat dengan pendekatan usaha bersama
(wirakoperasi) sehingga diperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Selain itu,
pemilihan pasar ekspor merupakan suatu langkah strategis dikerenakan ekspor
7

htpp://m.liputan6.com/bisnis/read/2089809/sensus-bps-penduduk-miskin-ri-sebagianbesar-petani.

7

adalah salah satu cara untuk meningkatkan atau memperluas portofolio
perusahaan dan basis pelanggan, ada begitu banyak konsumen di dunia dan hal itu
hanya bisa dijangkau dengan ekspor.
Kabupaten Karawang dikenal sebagai daerah sentra penghasil padi yang
menghasilkan hasil samping penggilingan padi berupa sekam. Perkembangan
produksi padi di Karawang tahun 2010 sampai 2011 sebesar 1 126 073 ton. Proses
penggilingan padi akan menghasilkan sekam sebanyak 30 persen atau sebesar 337
821.9 ton dari total produksi padi di Kabupaten Karawang. Banyaknya
ketersediaan sekam di Karawang menjadikan wilayah ini memiliki potensi untuk
dikembangkan yaitu dengan membuat usaha pengolahan sekam padi menjadi
papan partikel. Pengolahan hasil samping berupa sekam akan menjadi kekuatan
besar jika dapat dikelola secara terpadu dengan pendekatan cooperative
entrepreneur. Sektor pertanian mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan
memiliki pasar yang luas, dengan demikian inovasi baru terhadap kebutuhan
pangan, bahan baku industri dan lain-lainnya akan menjadi terobosan baru dalam
sektor pertanian.
Semakin meningkatnya kesadaran akan lingkungan, maka potensi usaha
pembuatan papan partikel dari sekam akan semakin prospektif karena merupakan
alternatif dari eksploitasi kayu untuk membuat produk ramah lingkungan. Selain
itu, usaha pengolahan sekam menjadi papan partikel masih jarang ditemui
sehingga usaha ini menjadi semakin potensial. Akan tetapi, usaha pengolahan
papan partikel ini mengalami kendala. Kendala yang dihadapi dalam usaha
pengolahan sekam di Kabupaten Karawang adalah pada ketersediaan mesin
penggilingan padi yang masih terbatas di kalangan petani. Hanya sebagian kecil
dari petani yang memiliki mesin penggilingan padi sendiri. Hal ini menyebabkan
petani hanya mendapatkan beras saja. Hasil samping dari penggilingan padi
berupa sekam dan lain-lain menjadi milik penggiling sehingga petani tidak dapat
memanfaatkan hasil samping tersebut. Padahal apabila petani dapat
memanfaatkannya, maka pendapatan yang diterima petani akan betambah.
Kondisi di atas menjelaskan bahwa petani masih masih lekat sebagai kaum
marjinal yang tidak memiliki kekuatan bersaing dan bargaining power yang kuat,
sehingga diperlukan adanya peran seorang wirakoperasi yang dapat memberikan
kontribusi nyata bagi para petani dalam melakukan usaha secara kooperatif. Selain
itu seorang wirakoperasi memiliki kemampuan untuk membaca peluang yang
dapat ditransfer kepada para pelaku bisnis untuk melakukan usaha bersama
(wirakoperasi) seperti yang akan dilakukan pada usaha pembuatan papan partikel
yaitu dengan melibatkan petani dan pemilik penggilingan padi yang bergabung
dalam gapoktan. Peran seorang wirakoperasi adalah sebagai perantara antara para
petani padi dan para penggiling yang tergabung dalam gapoktan dengan industri
pembuat papan partikel untuk memasarkan produk, memberikan kepastian pasar,
memberikan pelatihan mengenai cara mengenai proses produksi dan memberikan
rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang di jalankan. Oleh
karenanya, seorang wirakoperasi adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang
diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki
anggotanya, termasuk sumberdaya manusia.
Perlu adanya suatu kelembagaan usaha yang diarahkan sebagai sebuah
kelembagaan ekonomi yang dapat menjalankan fungsi kemitraan yang adil dan
saling menguntungkan. Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan di

8

antara sekian banyak kelembagaan yang dibangun atas dasar kepentingan bersama
dan untuk memenuhi kepentingan bersama. Koperasi diharapkan menjadi gerbang
yang menjalankan fungsi representatif bagi petani dan kelembagaan lainnya serta
untuk pemenuhan modal, kebutuhan pasar dan informasi bagi petani. Oleh
karenanya perlu dikembangkan koperasi dalam konteks peningkatan kesejahteraan
petani, pertumbuhan sektor pertanian dan berkembangnya ekonomi di wilayah
pedesaan.
Bentuk usaha bersama antara wirakoperasi, petani dan pemilik penggilingan
dilakukan dengan penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh.
Semakin banyak petani dan pemilik penggilingan yang bergabung dalam usaha
pengolahan sekam untuk dijadikan papan partikel, maka keuntungan yang
diperoleh akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin besar pasokan sekam
yang diterima.
Melihat potensi dan peluang pemanfaatan dan pengolahan sekam padi yang
masih terbuka, maka diperlukan suatu rancangan bisnis yang dapat membantu
pengambilan keputusan secara cepat, tepat dan efisien. Oleh karenanya perlu
disusun rencana bisnis pembuatan papan partikel dari sekam padi, sehingga bila
usaha tersebut dijalankan maka akan memberikan keuntungan finansial dan
nonfinansial bagi para petani.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah sekam memiliki potensi dan manfaat untuk dikomersialisasikan?
2. Bagaimana melakukan usaha pengolahan potensi sekam menjadi papan
partikel melalui pendekatan wirakoperasi?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi dan manfaat sekam untuk dikomersialisasikan
menjadi lebih baik.
2. Menyusun rencana bisnis pengolahan sekam menjadi papan partikel melalui
pendekatan wirakoperasi.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
antara lain:
1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan
usaha berbasis wirakoperasi dalam bentuk rencana bisnis.
2. Manfaat bagi penulis adalah, rancangan bisnis yang dibuat dapat dijadikan
pedoman dan acuan untuk menjalankan bisnis selanjutnya.
3. Manfaat bagi pembaca (mahasiswa) adalah, sebagai tambahan pengetahuan
dan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

9

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji rencana bisnis pembuatan
papan partikel dari sekam padi berbasis wirakoperasi pada gabungan kelompok
tani di Karawang yang meliputi dua desa, yaitu Desa Pasirukem dan Desa
Rawagempol. Penelitian ini dimaksudkan agar kedepannya dapat dibuat suatu
usaha pengolahan sekam untuk meningkatkan nilai jual sekam. Aspek
perencanaan bisnis yang dianalisis meliputi rencana pemasaran, rencana produksi,
rencana manajemen dan sumberdaya manusia, rencana kemitraan, analisis risiko
dan ketidakpastian, analisis lingkungan serta rencana keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Penggilingan Padi
Penggilingan padi berpengaruh terhadap mutu beras yang dihasilkan
sesuai dengan penelitian Damardjati (1997) yang menyatakan penggilingan padi
baik ditinjau dari kapasitas giling maupun teknik penggilingan akan berpengaruh
terhadap mutu beras sehingga sistem penggilingan padi secara tidak langsung juga
menentukan jumlah dan mutu hasil sampingnya. Penelitian Widowati (2001) juga
menyatakan hal yang sama bahwa penggilingan padi akan mempengaruhi mutu
beras dan mutu hasil samping yang dihasilkannya seperti sekam, bekatul dan
menir yang dimantapkan pula oleh Nurtama et al (1996). Widowati (2001)
meneliti bahwa penggilingan padi skala kecil yakni hanya menggunakan satu unit
mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasilkan produk
samping kurang baik dan jumlah sedikit. Berdasarkan kapasitas giling,
penggilingan padi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penggilingan padi skala
besar (PPB), penggilingan padi skala sedang (PPS), dan penggilingan padi skala
kecil (PPK) (Widowati 2001). Mutu hasil samping penggilingan padi seperti
sekam, bekatul dan menir dipengaruhi oleh sitem penggilingan padi, baik ditinjau
dari kapasitas giling maupun teknik penggilingannya. Pernyataan tersebut
didukung oleh Damardjati (1997), Widowati (2001) dan Nurtama et al (1996).

Pengolahan Sekam Padi
Sekam padi merupakan salah satu hasil samping dari penggilingan padi yang
memiliki banyak potensi. Pemanfaatan dan pengolahan sekam padi mempunyai
tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil samping penggilingan padi
sesuai dengan penelitian Nugraha (2013), Pradana (2011), Hasni (2008) dan Aziz
et al (2011) mengenai pemanfaatan sekam padi dalam hal peningkatan nilai
tambah hasil samping penggilingan padi. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha
(2013), Pradana (2011) dan Aziz et al (2011) yaitu mengolah sekam padi menjadi
produk yang bernilai ekonomis.
Penelitian Nugraha (2013) mengolah sekam menjadi bentuk arang sekam
dan briket arang sekam yang mempunyai banyak kelebihan dalam penggunaan.

10

Penelitian yang dilakukan oleh Pradana (2011) yakni mengolah sekam untuk
dijadikan bahan dasar kayu pres berupa papan partikel sebagai pengganti serbuk
kayu. Penelitian Hasni (2008) adalah mengolah sekam dan plastik untuk dibuat
menjadi papan partikel. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang
dilakukan oleh Aziz et al (2011) yakni memanfaatkan sekam sebagai media
tumbuh tanaman. Penelitian Azis et al (2011) juga menambahkan pemanfaatan
sekam, serbuk gergaji, kulit kayu dan kulit kacang tanah digunakan sebagai media
tumbuh tanaman pengganti tanah dengan tanaman indikator Celosia dan Tagetes.
Pemanfaatan dan pengolahan sekam menjadi suatu produk yang memiliki
nilai tambah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi petani. Keuntungan
yang relatif rendah dari beras dapat ditingkatkan melalui usaha pemanfaatan hasil
samping penggilingan padi tersebut. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang
telah dilakukan oleh Nugraha (2013), Pradana (2011), Hasni (2008) dan Aziz et al
(2011).

Peran Wirakoperasi
Hendar (2010) dalam penelitiannya menyatakan seorang wirakoperasi
mempunyai watak yang berlainan dengan individu kebanyakan. Dengan watak
yang berbeda dari individu lainnya, para wirakoperasi dapat mengambil prakarsa
inovatif yaitu berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang
ada demi kepentingan bersama. Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi
dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk pertanian yang
dihasilkan. Penelitian Baga (2011) menyatakan bahwan peran seorang
wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. wirakoperasi tidak
berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan
anggotanya sehingga dengan usaha secara wirakoperasi maka akan meningkatkan
skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi,
bargaining power akan lebih kuat dibanding dengan melakukan usaha seorang
diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota.
Daman Danuwidjaja merupakan seorang wirakoperasi yang mendirikan dan
mengembangkan Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) tahun 1969 dengan
beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Daman
Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai
koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin
sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm juga merupakan seorang wirakoperasi
dengan membuat inovasi pada tanaman hias yang di Indonesia merupakan
tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji dikemas atau dirangkai dalam
berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman indoor kemudian di ekspor ke
negara Korea Selatan (Fajrian 2013).
Keberhasilan peran seorang wirakoperasi didukung melalui penelitian Baga
dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok dengan
mengembangkan program OVOP (One Village One Product) yang menjadikan
buah belimbing telah menjadi icon Kota Depok serta penelitian Fajrian (2013)
pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi yang bekerja sama dengan
para petani kecil di Kabupaten Sukabumi tersebut sehingga pendapatan para
petani mengalami peningkatan. Kedua penelitian ini menunjukkan peranan

11

seorang wirakoperasi mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan
pribadi tetapi juga usaha anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
pendapatan petani setelah melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha
petani.

Rencana Bisnis
Rencana bisnis merupakan pedoman dalam pengambilan keputusan sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) yang berjudul Rencana
Bisnis Industri Manisan Stroberi yang menganalisis aspek non finansial dan aspek
finansial. Rencana bisnis juga merupakan alat yang sangat penting bagi
perusahaan agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun sedang berjalan
tetap berada dijalur yang benar, sesuai dengan yang direncanakan seperti
penelitian yang dilakukan oleh Harris (2008) yang berjudul Rancang Bangun
Business Plan untuk Agroindustri Paprika.
Analisis finansial mengenai perencanaan bisnis pada penelitian Wibowo
(2011) dan Harris (2008) dilakukan dengan cara menghitung titik impas (BEP)
dan menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, Gross B/C,
IRR serta Payback Period (PP). Hasil perhitungan Break Even Point (BEP)
manisan stroberi sebanyak 13 520 kg per tahun dengan harga jual Rp125 000 per
kg (Wibowo 2011). Break Even Point (BEP) usaha agroindustri paprika tercapai
pada tingkat harga jual produk Rp10 919 untuk paprika hijau, Rp14 577 untuk
paprika merah dan Rp15 577 untuk paprika kuning dengan kapasitas produksi
sebesar 39 926 kg untuk paprika hijau, 350 005 kg untuk paprika merah dan 312
603 kg untuk paprika kuning (Harris 2008).
Analisis finansial dengan kriteria investasi pada penelitian Wibowo (2011)
menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1 070 841 068, IRR mencapai 33 persen, Net
B/C Rasio 2.4 dan PP selama 4 tahun 4 bulan. Penelitian Harris (2008)
menunjukkan nilai NPV sebesar Rp132 947 684 dengan tingkat Net B/C ratio
sebesar 1.69 dan PP selama 2.26 tahun.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini didasarkan atas
permasalahan yang dihadapi. Dasar pemikiran utama kerangka teoritis ini adalah
potensi dari sekam yang dapat dikembangkan sebagai bisnis melalui pendekatan
wirakoperasi. Penelitian ini dilakukan dengan merancang sebuah rencana bisnis
pemanfaatan dan pengolahan sekam untuk menganalisis aspek non finansial serta
aspek finansial.

12

Sekam Padi
Sekam merupakan hasil samping penggilingan padi, sering diartikan pula
sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi yang bersifat bulky
sehingga memerlukan ruang yang luas untuk penampungannya (Nugraha 2013).
Pada proses penggilingan padi sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi
bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam padi merupakan lapisan keras yang
meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang umumnya
ditemukan di areal penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi, biasanya
diperoleh sekam 20 sampai 30 persen, dedak 8 sampai 12 persen dan beras giling
50 sampai 63.5 persen dari bobot awal gabah (Hasbullah 2004). Kadar sekam dari
hasil penggilingan padi sangat bervariasi tergantung dari varietas padinya.
Pemanfaatan sekam sampai saat ini antara lain sebagai media tanam untuk jamur
dan tanaman hias, sebagai bahan pembakar batu bata, abu gosok, bahan campuran
pakan ternak dan campuran bahan pembuat genting (Handayani 2009).

Papan Partikel
Menurut Sudi (1990) dalam Syahidah (2010) papan partikel adalah istilah
umum untuk panel yang dibuat (biasanya kayu), terutama dalam bentuk potonganpotongan kecil atau partikel dicampur dengan perekat sintetis atau perekat lain
yang sesuai dan direkat bersama-sama di bawah tekanan di dalam suatu alat pres
panas melalui suatu proses dimana terjadi ikatan antara partikel dan perekat yang
ditambahkan. Damanalu (1982) dalam Syahidah (2010), mendefinisikan papan
partikel sebagai papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan perekat
sintetis kemudian dipress hingga memiliki sifat seperti kayu, massif, tahan api dan
merupakan bahan isolator. Sementara menurut Maloney (1993) dalam Pudaba
(2013) papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahanbahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan
pengikat lain kemudian dikempa panas. Bahan berlignoselulosa banyak ditemukan
dalam tanaman. Hal inilah yang memungkinkan papan partikel dapat dibuat dalam
skala industri dimana Indonesia kaya akan bahan bakunya.
Bahan yang mengandung lignoselulosa dibuat dalam bentuk potonganpotongan partikel. Penambahan bahan-bahan lain dalam proses pembuatan papan
partikel dapat meningkatkan sifat-sifat tertentu dari papan partikel. Berdasarkan
tekanan yang digunakan pada proses pembuatannya, papan partikel dibedakan
menjadi dua yaitu Flat platen pressed yaitu proses pembuatan papan partikel
dengan tekanan diarahkan tegak lurus pada permukaan bahan dan extruded yaitu
proses pembuatan papan partikel dengan tekanan diarahkan secara paralel pada
permukaan bahan.
Wirakoperasi
Secara definitif seperti yang dikemukakan Meredith (1984) dalam Hendar
(2010) seorang wirausaha termasuk wirakoperasi adalah orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan

13

sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Wirakoperasi
merupakan suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Seorang
wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi
merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh
masyarakat lemah seperti halnya petani (Baga 2011). Tugas seorang wirakoperasi
yang utama adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang
positif dalam organisasi usaha. Wirakoperasi mempunyai watak yang berlainan
dengan individu kebanyakan. Ciri-ciri dan watak seorang wirakoperasi menurut
Meredith (1984) dalam Hendar (2010) sebagai berikut:
1. Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.
2. Mempunyai ketekunan, ketabahan, tekad dan kerja keras serta energi inisiatif.
3. Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko dan mengambil keputusankeputusan secara cepat dan cermat.
3. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi saransaran dan kritik.
5. Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun.
6. Berorientasi ke masa depan.
Wirakoperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara
koperatif, ini berarti wirausaha koperasi harus mempunyai keinginan untuk
memajukan organisasi koperasi baik itu usaha koperasi maupun usaha
anggotanya. Usaha itu harus dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan
usaha koperasi harus mementingkan kebutuhan anggotanya. Keberhasilan seorang
wirakoperasi tidak dapat dilihat dalam jangka pendek tetapi bertahap dalam
jangka panjang untuk menuju koperasi ke arah yang lebih baik.

Rencana Bisnis
Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana
perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business
opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan
keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha serta menjelaskan berbagai
langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi
suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007).
Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana,
kondisi perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan,
kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi
untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang
dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai
alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor,
lembaga keuangan dan sebagainya (Rangkuti 2006).
Perencanaan bisnis yaitu sebagai proses penentuan visi, misi dan tujuan,
strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan untuk
menjalankan suatu bisnis tertentu. Langkah–langkah teknik pembuatan
perencanaan bisnis yaitu membuat ringkasan eksekutif, deskripsi umum
perusahaan, analisis pasar, perencanaan pemasaran, analisis aspek teknis dan
operasional, struktur manajemen, perkembangan masa depan usaha dan

14

perencanaan keuangan (Bogadenta 2013). Rencana bisnis tidak harus panjang
untuk menjadi rencana bisnis yang baik. Satu halaman dapat memuat semua
komponen yang dibutuhkan untuk diinformasikan kepada lembaga keuangan atau
calon investor mengenai usaha yang akan dijalankan dan bagaimana usaha
tersebut berjalan. Untuk mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek
bisnis, diperlukan suatu perencanaan secara sistematis dan terpadu melalui
serangkaian kegiatan yang pada akhirnya akan mencerminkan suatu studi
kelayakan.

Studi Kelayakan Bisnis
Umar (2009) menjelaskan bahwa sebelum melakukan kegiatan bisnis
hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk
mengetahui kelayakan dari suatu bisnis. Studi kelayakan bisnis didesain untuk
menyediakan gambaran ringkas tentang persoalan pokok yang berhubungan
dengan gagasan bisnis. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah suatu
gagasan bisnis dapat dikatakan layak atau tidak. Maksud layak atau tidak di sini
adalah prakiraan bahwa usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat
yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Informasi
mengenai kelayakan bisnis penting bagi pengusaha sebagai pegangan pada tahap
awal operasi usaha maupun pada tahap operasional dan merupakan proyeksi
pegangan bagi investor maupun bank dalam kaitan pendanaan. Studi kelayakan
bisnis menentukan bagaimana menuangkan gagasan bisnis ke dalam suatu
pernyataan tertulis yang berisikan informasi penting dan dapat digunakan sebagai
langkah selanjutnya untuk membuat business plan. Rencana bisnis memerlukan
analisis yang lebih mendalam dan kompleks, serta dibangun berdasarkan fondasi
yang telah dibuat pada studi kelayakan bisnis. Rencana bisnis memberikan
kesempatan untuk menemukan kelemahan dan ancaman masalah yang berpotensi
muncul di masa yang akan datang. Tujuan studi kelayakan bisnis adalah menilai
kelayakan gagasan bisnis, sedangkan rencana bisnis yaitu untuk merencanakan
kegiatan bisnis untuk masa yang akan datang. Pengguna dari studi kelayakan
bisnis adalah investor, bank dan pemerintah sedangkan pengguna rencana bisnis
adalah manjemen perusahaan sendiri dan kreditor (Solihin 2007).

Rencana Pemasaran
Sebelum melaksanakan bisnis, penting dilakukan analisis terhadap aspek
pasar potensial yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan
sehingga akan diketahui keberadaan pasar potensial yang dimaksud (Nurmalina et
al 2010).
Setiap bisnis harus mengetahui pasar yang akan dituju untuk melihat produk
yang dihasilkan dapat diterima atau tidak di pasar. Menurut Umar (2009) pasar
merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya
antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.
Analisis yang dilakukan mengenai aspek pasar mempelajari tentang
permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan.

15

Permintaan merupakan perkiraan akan kemungkinan kebutuhan konsumen yang
bisa dipenuhi dengan produk yang dihasilkan. Penawaran merupakan jumlah
produk yang akan ditawarkan kepada pasar berdasarkan akan kemampuan produk
tersebut. Permintaan dan penawaran ini sangat dipengaruhi oleh perubahan harga.
Program pemasaran mencakup analisis pasar, strategi pemasaran (marketing mix)
dan siklus produksi (product life cycle). Perkiraan penjualan mencakup market
share yaitu bagian pasar yang mampu dikuasai oleh perusahaan apabila
dibandingkan dengan total penjualan perusahaan yang sejenis (Kotler dan Keller
2008).
Analisis pasar merupakan suatu analisis untuk mempelajari berbagai
masalah pasar. Analisis pasar meliputi segmenting, targeting dan positioning.
Segmenting pasar adalah pembagian pasar menjadi kelompok pembeli yang
dibedakan atas kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin
membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah. Targeting adalah proses
mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling
menarik. Positioning adalah pengaturan agar suatu produk menempati tempat
yang jelas, terbedakan dan diinginkan dalam benak konsumen dibandingkan
dengan produk pesaing (Kotler dan Keller 2008).
Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih
rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan
sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya.
Analisis bauran pemasaran sangat berguna bagi perusahaan dalam memposisikan
bauran pemasarannya terhadap bauran pemasaran yang dimiliki pesaing (Solihin
2007).
Dalam strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy), terdapat empat
aspek yang dianalisis yaitu sebagai berikut:
1. Product (produk)
Aspek ini terdiri dari spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh
suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta
informasi lain mengenai produk tersebut. Selain itu, ide-ide dan
pengembangan produk variasi juga merupakan aspek yang harus dianalisis.
2. Price (harga)
Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif; strategi
penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar; diskon,
pemberia