Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang

RENCANA BISNIS PEMBUATAN MINYAK BEKATUL PADI
BERBASIS WIRAKOPERASI DI KECAMATAN CILAMAYA
KABUPATEN KARAWANG

RATU HUMAEROH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis
Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya
Kabupaten Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Ratu Humaeroh
NIM H34124033

ABSTRAK
RATU HUMAEROH. Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis
Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Bekatul merupakan hasil samping penggilingan padi yang memiliki nilai
gizi yang tinggi serta ketersediaanya melimpah namun penggunaannya hanya
sebatas untuk pakan ternak. Untuk mengoptimalkan potensi bekatul padi, maka
dengan menggunakan teknologi, bekatul dapat diolah menjadi minyak bekatul
yang kaya akan vitamin dan oryzanol menjadikannya sebagai minyak sehat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi bekatul serta mendesain
rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi berbasis wirakoperasi. Melalui
konsep wirakoperasi diharapkan usaha ini dapat meningkatkan pendapatan petani.
Hasil dari analisis finansial menunjukan rencana bisnis pembuatan minyak bekatul
dikatakan layak untuk direalisasikan dilihat dari kriteria investasi yaitu NPV

sebesar Rp5 771 920 329, Net B/C sebesar 3, IRR sebesar 56 persen, Gross B/C
sebesar 1.04 dan Payback Period selama 3 tahun 11 bulan.
Kata kunci: bekatul, minyak bekatul, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT
RATU HUMAEROH. Rice Bran Oil Manufacturing Business Plan Based on
Cooperative Entrepreneur in District Cilamaya Karawang Regency. Supervised by
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Rice bran is a by-product of rice mills which availability is abundant but its
use is not fully optimized. To optimize the use of rice bran, then by using the
technology, it can be processed into rice bran oil which is rich in vitamins and
oryzanol. This research aims to optimize the potential of rice bran as well as
designing a business plan based cooperative entrepreneur. Financial analysis
shows that rice bran oil manufacturing business plan is feasible to be realized for
investment because it has NPV of Rp5 771 920 329, Net B / C of 2, an IRR of 56
percent, Gross B / C of 1.04 and a payback period of 3 years 11 months.
Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, rice bran, rice bran oil

RENCANA BISNIS PEMBUATAN MINYAK BEKATUL PADI
BERBASIS WIRAKOPERASI DI KECAMATAN CILAMAYA

KABUPATEN KARAWANG

RATU HUMAEROH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis
Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang
Nama
: Ratu Humaeroh

NIM
: H34124033

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Topik yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah Perencanaan
Bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis
Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MA.Ec
selaku pembimbing, dan Gamal, Safira, serta Selly selaku teman satu bimbingan
skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan dan staf
CARE LPPM IPB, Bapak Bakri, Bapak Nano, dan pihak-pihak yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ibu, adik-adik, Danar dan teman-teman atas segala dukungan, doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Ratu Humaeroh

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Bekatul Padi
Peran Wirakoperasi
Rencana Bisnis
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA
RENCANA BISNIS
Rencana Pemasaran
Rencana Operasional
Rencana Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Rencana Kemitraan

Analisis Risiko
Rencana Keuangan
Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
ii
iii
1
1
4
6
6
6
7

7
7
8
9
9
18
20
20
20
20
21
25
25
25
27
35
40
42
43
49

50
50
50
50
53
61

DAFTAR TABEL
1 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012
2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011
3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan
4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis
5 Kebutuhan bahan baku dan rencana jumlah produksi tiap bulan
6 Sifat fisiko – kimia minyak bekatul standar A.O.C.S
7 Rincian penentuan jumlah tenaga kerja
8 Rincian penentuan upah dan gaji
9 Matriks hubungan antara pihak yang terkait
10 Biaya investasi usaha pembuatan minyak bekatul padi
11 Biaya variabel usaha pembuatan minyak bekatul tahun ke-10
12 Biaya tetap usaha pembuatan minyak bekatul pada tahun 10

13 Rincian modal awal usaha
14 Harga pokok produksi
15 BEP minyak bekatul
16 Kriteria kelayakan investasi
17 Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi

1
1
2
11
32
35
37
40
41
44
45
46
46
47

47
48
49

DAFTAR GAMBAR
1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun 2014 3
2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian 19
3 Diagram alur distribusi pemasaran minyak bekatul padi 27
4 Contoh minyak bekatul 28
5 Rotatory dryer
29
6 Screw oil press
29
7 Vacuum oil filter 30
8 Frame type oil filter
31
9 Mesin pengemasan 31
10 Diagram manajemen pengumpulan bahan baku 32
11 Diagram alir proses pembuatan minyak bekatul 33
12 Struktur organisasi koperasi
36

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Karakteristik responden Desa Pasirukem 53
Karakteristik responden Desa Rawagempol
54
Jumlah suplai bekatul gabungan 55
Penjualan produk 55
Layout tempat usaha pengolahan minyak bekatul 53
Asumsi biaya listrik tahun ke-2-10
53
Rincian biaya investasi
54
Rincian biaya penyusutan 56
Arus kas 59

10 Laporan laba rugi 60

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia dimana kontribusi sektor pertanian terhadap total Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 14.43 persen, dan pertanian juga mampu
menyerap 39.69 persen dari total angkatan kerja di Indonesia (KEMENTAN
2014). Padi merupakan salah satu komoditi dari subsektor pertanian yang
memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB)
dibandingkan tanaman bahan makanan lainnya seperti palawija, sayur-sayuran
dan buah-buahan (BPS 2013).
Salah satu Provinsi yang memproduksi padi terbesar di Indonesia adalah
Provinsi Jawa Barat. Total produksi padi di Jawa Barat tahun 2012 sebanyak 10
753 612 ton dengan luas panen 1 792 955 hektar dan produktivitasnya mencapai
5.99 ton/Ha. Berikut merupakan data luas panen, produksi dan produktivitas padi
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Propinsi
(Ha)
(ton)
(ton/Ha)
DKI Jakarta
1 897
11 004
5.82
Jawa Barat
1 792 955
10 753 612
5.99
Jawa Tengah
1 698 804
9 911 951
5.84
DI Yogyakarta
109 345
737 446
5.82
Jawa Timur
1 838 381
11 449 199
6.26
Banten
333 868
1 796 746
5.30
Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2013 (diolah)

Kabupaten Karawang merupakan daerah di Provinsi Jawa Barat yang
dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi bahkan sampai pada tingkat
nasional. Dari luas wilayah Kabupaten Karawang yaitu 1 753.27 kilometer persegi
atau 175 327 hektar, luas areal pertaniannya yaitu 186 366 hektar atau hampir
separuhnya dengan hasil per hektar sebesar 60.42 kuintal dan produksi yang
mencapai 1 126 073 ton (BPS 2011). Data mengenai luas panen, produktivitas dan
produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kabupaten
(Ha)
(ton)
(ton/ha)
Cianjur
125 100
744 266
5.95
Subang
175 173
1 055 547
6.03
Purwakarta
33 792
201 154
5.95
Karawang
186 366
1 126 073
6.04
Bekasi
98 427
574 251
5.83
Cirebon
84 619
520 993
6.16
Sumber: BPS Jawa Barat (2011)

2

Besarnya jumlah produksi padi di Kabupaten Karawang senantiasa disertai
oleh produksi limbah atau hasil samping karena terjadi transformasi input menjadi
output. Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling diperoleh hasil
samping berupa (1) sekam (15 sampai 20 persen), yaitu bagian pembungkus atau
kulit luar biji, (2) bekatul (8 sampai 12 persen) yang merupakan kulit ari,
dihasilkan dari proses penyosohan, dan (3) menir (±5 persen) merupakan bagian
beras yang hancur. Apabila produksi gabah kering giling nasional 76.57 juta
ton/tahun (KEMENTAN 2014), maka akan diperoleh sekam 11.49 sampai 15.31
juta ton, bekatul 6.1 sampai 9.2 juta ton, dan menir 3.8 juta ton. Limbah atau
produk samping yang dihasilkan padi ini umumnya belum dimanfaatkan secara
optimal dan hanya digunakan menjadi pakan ternak.
Hingga saat ini di Indonesia pemanfaatan bekatul lebih banyak
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal nilai gizi bekatul sangat baik, kaya
akan protein, lemak, serat, mineral, vitamin B kompleks, vitamin E dan tokoferol.
Bekatul memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kadar
kolesterol dalam darah, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih
sangat terbatas. Contoh pemanfaatan bekatul sebagai bahan makanan maupun
minuman telah dilakukan oleh Damayanthi dan Listyorini (2006) yang mengolah
bekatul menjadi roti, keripik, biskuit (Sarbini et al 2009), sereal (Wirawati dan
Nirmagustina 2009; Nurcholis dan Zubaidah 2011) dan minuman emulsi
minyak bekatul berflavor (Nirmala 2012). Menurut Kustiyah et al (2013), daya
terima terhadap produk pangan berbahan dasar bekatul masih rendah karena
memiliki after taste sehingga perlu upaya pengembangan pada jenis produk
tersebut. Salah satu pemanfaatan bekatul adalah melalui pembuatan minyak
bekatul atau rice bran oil (RBO).
Minyak bekatul merupakan hasil ekstrasi dari bekatul yang mengandung
vitamin dan antioksidan yang diperlukan tubuh manusia. Minyak bekatul
mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47 persen lemak monounsaturated, 33
persen polyunsaturated, dan 20 persen saturated, serta asam lemak yaitu asam
oleat 38.4 persen, linoleat 34.4 persen, linolenat 2.2 persen, palmitat 21.5 persen,
dan stearat 2.9 persen (Hadipernata 2007). Untuk melihat perbandingan
antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan
Vitamin E
Vitamin E
Orizanol
Total
Jenis Minyak
Tokoferol
Tokotrienol
(ppm)
Antioksidan
(ppm)
(ppm)
(ppm)
Bekatul Padi
81
336
2 000
2 417
51
Zaitun
51
0
0
650
Kanola
650
0
0
487
Bunga Matahari
487
0
0
1 000
Kedelai
1 000
0
0
Sawit
256
149
0
405
Sumber : Rice Bran Oil-The World’s Healthiest Oil, 2006 dalam Hadipernata (2007)

Minyak bekatul atau rice bran oil (RBO) di dunia dimanfaatkan sebagai
bahan pangan dan sebagai antioksidan karena mengandung vitamin E dan nutrisi
lainnya. Dilihat dari Tabel 3 minyak bekatul atau rice bran oil (RBO) merupakan

3

minyak yang paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut
Sugano dan Tsuji (1997) dan Kuriyan et al (2005) minyak bekatul memiliki
kemampuan menurunkan kadar kolesterol plasma darah yang disebut dengan efek
hipokolesterolemik. Produksi RBO dunia berkisar antara 1.0-1.4 juta ton per
tahun. Minyak bekatul telah digunakan secara luas di Jepang, Korea, Cina,
Taiwan, dan Thailand sebagai premium edible oil atau minyak makan kualitas
terbaik. India, Cina, Jepang, dan Myanmar merupakan produsen utama minyak
bekatul dunia yang menyumbang 95 persen produksi dunia. India memproduksi
700 sampai 900 ribu ton minyak bekatul tiap tahun. Harga minyak bekatul di
pasar dunia berkisar antara 12 USD sampai 14 USD per liter1.
Negara India merupakan produsen terbesar minyak bekatul padi yang
mengekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang dijadikan tujuan
ekspor meliputi United Arab Emirates, Singapur, New Zealand, Bahrain,
Hongkong, Nepal, Malaysia, dan Mauritis. Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat
negara tujuan ekspor terbesar adalah negara United Arab Emirates. Data ekspor
India menjadi acuan untuk orientasi pasar ekspor minyak bekatul.

Gambar 1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun
20142.
Sampai saat ini Indonesia belum memproduksi minyak bekatul dalam skala
besar sehingga Indonesia masih mengimpor dari negara lain. Mengingat bahan
untuk memproduksi minyak bekatul banyak terdapat di Indonesia dan masih
belum dimanfaatkan secara optimal, maka perencanaan bisnis pembuatan minyak
bekatul kiranya potensial untuk dilaksanakan. Perencanaan bisnis ini dapat
menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai aspek non finansial serta aspek finansial dari usaha pembuatan
minyak bekatul.
1

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29, No.4, Tahun 2007 (Diacu 11 Oktober
2014)
2
https://www.zauba.com/export-FORTUNE+RICE+BRAN+OIL-hs-code.html (Diacu 2015 Maret
10)

4

Karawang sebagai sentra penghasil padi dapat menjadi peluang bisnis untuk
pengolahan hasil samping padi khususnya bekatul menjadi produk yang benilai
jual tinggi. Hanya saja semua petani padi di Karawang langsung menjual padinya
dalam bentuk gabah basah atau kering ke tengkulak sehingga hasil samping
penggilingan padi menjadi milik tengkulak. Bergaining position petani menjadi
lemah karena yang menentukan harga gabah adalah tengkulak. Petani juga perlu
adanya tambahan pendapatan selain dari penjualan gabah. Oleh karena itu, perlu
adanya terobosan berbasis teknologi untuk menambahkan pendapatan petani.
Wirakoperasi atau kegiatan wirausaha yang dilakukan secara kolektif
diyakini dapat membangkitkan pertumbuhan agribisnis di pedesaan dan mampu
mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi para pelaku bisnis (Baga 2011). Tujuan
utama setiap wirakoperasi adalah meningkatkan kesejahteraan bersama. Peran
seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi
tidak berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan
ribuan anggotanya (Baga 2011), sehingga wirakoperasi maka akan meningkatkan
skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi, dan
memperkuat bargaining power dibanding dengan melakukan usaha seorang diri
sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota (Baga et al 2009).
Perencanaan bisnis ini disusun secara wirakoperasi karena dengan
wirakoperasi diharapkan akan adanya terobosan berbasis teknologi untuk
mengolah bekatul menjadi minyak bekatul, membuka peluang pasar untuk
pengolahan bekatul sehingga petani mendapatkan pendapatan tambahan.

Perumusan Masalah
Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat yang
mensuplai bahan pangan khususnya beras ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sentra penghasil padi Karawang tersebar di 22 kecamatan dengan kecamatan
Cilamaya sebagai penyumbang utama (BPS 2013). Perkembangan produksi padi
di Karawang tahun 2010 sampai 2011 sebesar 1 126 073 ton. Proses penggilingan
padi akan menghasilkan bekatul sebanyak 10 persen atau sebesar 112 607.3 ton
dari total produksi padi di Kabupaten Karawang.
Besarnya jumlah produksi padi di Karawang tidak berbanding lurus dengan
pendapatan petani. Pendapatan petani di Karawang masih tergolong rendah
meskipun produktivitas padi meningkat. Selama ini pemerintah fokus pada
pemberian bantuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi, sedangkan
pengolahan hasil samping penggilingan padi belum cukup mendapatkan bantuan
teknologi. Pemanfaatan hasil samping padi khususnya bekatul masih terbatas,
masyarakat karawang hanya memanfaatkan bekatul sebagai pakan ternak.
Pemanfaatan bekatul yang masih terbatas dikarenakan petani di karawang belum
mengetahui informasi mengenai pengolahan bekatul selain untuk pakan ternak
serta teknologi untuk menghasilkan produk-produk yang dihasilkan dari bekatul.
Hambatan lainnya yaitu sifat komoditas ini yang mudah rusak/tengik. Proses
produksi bekatul menjadi bahan pangan harus dilakukan di bawah 24 jam setelah
digiling agar bekatul tidak rusak atau tengik. Berbeda dengan Indonesia, di negara
lain pemanfaatan bekatul dalam industri pangan yang telah dilakukan salah
satunya adalah diolah menjadi minyak bekatul. Penggunaan minyak bekatul yang

5

paling populer adalah sebagai minyak makan, minyak bekatul banyak dikonsumsi
di berbagai negara, seperti Jepang, Korea, Cina, India dan beberapa negara Asia
Tenggara (Hadipernata 2007).
Minyak bekatul adalah minyak hasil ekstraksi bekatul yang merupakan
salah satu produk dari industri penggilingan padi. Berdasarkan hasil penelitian
BB-Pascapanen, rendemen minyak bekatul yang dihasilkan sekitar 14 sampai 17
persen. Selanjutnya Tahira et al (2007) memperoleh rendemen minyak bekatul
rata-rata sebesar 19.32 persen. Minyak bekatul telah digunakan secara luas di Asia
Timur dan Amerika sebagai premium edible oil. Di Indonesia, minyak goreng
bekatul tersedia di berbagai supermarket sejak 2009 yang diimport oleh PT Hero
Intiputra dari Kasisuri.Co.Ltd., Thailand. Selain untuk minyak goreng, minyak
bekatul juga dapat dijadikan minyak salad, bahan baku kosmetik serta suplemen
kesehatan.
Untuk saat ini, produsen utama minyak bekatul adalah India, Cina, Jepang
dan Myanmar. India sendiri mampu memproduksi minyak bekatul 700 sampai
900 ribu ton minyak bekatul tiap tahun. Besarnya produksi bekatul di Indonesia
belum menjadikan Negara ini sebagai produsen dari minyak bekatul. Padahal
dengan produksi bekatul yang besar, Indonesia seharusnya menjadi salah satu
produsen minyak bekatul.
Potensi pengolahan bekatul padi menjadi miyak bekatul (Rice Bran Oil)
membuka peluang pasar bagi pasar domestik maupun ekspor. Terbukanya batasbatas antar negara mempermudah mobilitas dari suatu negara ke negara lain
sehingga terbuka peluang untuk bersaing di pasar global untuk mengeksport
minyak bekatul. Usaha pengolahan bekatul padi di Karawang masih terbuka lebar
karena pemanfaatan dan pengolahannya yang masih relatif sedikit. Usaha
pembuatan minyak bekatul juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani di Karawang. Usaha ini perlu dikembangkan dalam skala
industri karena adanya terobosan teknologi seperti penggunaan mesin-mesin
untuk produksi pembuatan minyak bekatul dalam skala besar. Oleh karena itu,
usaha pembuatan minyak bekatul tidak tepat bila dilakukan melalui pendekatan
wirausaha kecil tetapi harus dibuat dengan pendekatan usaha bersama
(wirakoperasi) sehingga diperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Dengan
kemampuan membaca peluang usaha maka peluang usaha tersebut dapat
ditransfer kepada para pelaku usahatani untuk melakukan usaha bersama
(wirakoperasi) sehingga dapat dikembangkan kelembagaan bisnis seperti koperasi
yang berfungsi sebagai wadah usaha bersama dengan para pelaku usahatani yang
kedepannya akan mampu menembus pasar global. Tujuan usaha secara
wirakoperasi adalah mencari peluang untuk mengembangkan potensi bekatul padi
dalam bersaing secara global sebagai prioritas. Kegiatan pertanian itu sebagian
besar berada di pedesaan sehingga diperlukan kondisi yang kondusif untuk
membangun sektor pertanian di pedesaan. Salah satu kondisi kondusif yang perlu
diperhatikan ialah perlu adanya wirausaha dan kemitraan usaha sehingga
wirakoperasi turut berperan dalam pembangunan agribisnis di pedesaan.
Berbagai kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan hasil samping
penggilingan padi adalah pada pengetahuan petani yang masih terbatas dan
teknologi yang belum dikenal di kalangan petani sementara peluang bisnis untuk
mengolah hasil samping penggilingan padi sangat potensial. Keuntungan yang
relatif rendah dari beras, seharusnya dapat ditingkatkan melalui usaha

6

pemanfaatan hasil samping penggilingan padi oleh para petani. Meskipun masih
dijumpai banyak kendala tetapi potensi pemanfaatan hasil samping penggilingan
padi masih sangat besar. Skala usahatani yang kecil dan terbatasnya pengetahuan
petani serta belum masuknya teknologi menjadikan petani terkendala untuk
memanfaatkan dan mengolah bekatul padi menjadi suatu produk samping yang
memiliki nilai tambah dan nilai jual bagi petani. Sehingga diperlukan
kelembagaan pertanian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi para petani
dalam melakukan usaha bersama.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dan manfaat bekatul?
2. Bagaimana melakukan usaha pembuatan minyak bekatul padi melalui
pendekatan wirakoperasi?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi dan manfaat bekatul padi untuk lebih dioptimalkan.
2. Menyusun rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi melalui pendekatan
wirakoperasi.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan
usaha berbasis wirakoperasi dalam bentuk rencana bisnis.
3. Manfaat bagi investor atau lembaga keuangan adalah, memberikan
gambaran dan informasi untuk menanamkan investasi.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi
berbasis wirakoperasi pada gabungan kelompok tani di Karawang Jawa Barat
yang meliputi dua desa yaitu Desa Pasirukem dan Desa Rawagempol. Penelitian
ini dimaksudkan agar kedepannya dapat dibuat suatu usaha pengolahan bekatul
padi untuk meningkatkan nilai jual bekatul. Aspek perencanaan bisnis yang
dianalisis meliputi rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan
sumberdaya manusia, rencana kemitraan, analisis risiko dan ketidakpastian serta
rencana keuangan.

7

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Bekatul Padi
Menurut Zuhra (2006), bekatul mengandung berbagai zat gizi, yaitu
protein (11-17 persen), lemak (2.52-5.05 persen), karbohidrat (58-72 persen)
dan serat. Damayanthi et al (2010) menambahkan bahwa bekatul juga
mengandung vitamin B dari golongan tiamin, riboflavin, niasin, dan
pirodoxin. Komponen bioaktif dalam bekatul terdiri dari tokoferol (vitamin E),
tokotrienol, oryzanol, dan asam pangamat. Selain itu, bekatul juga mengandung
serat pangan sekitar 22.9 persen yang bermanfaat bagi kesehatan (Nurcholis dan
Zubaidah 2011). Penelitian Damayanthi et al (2010) menunjukkan bahwa ratarata dalam 100 gram bekatul mampu mereduksi radikal bebas DPPH yang
setara dengan kemampuan 28.74 mg vitamin C.
Bekatul yang merupakan hasil samping dari penggilingan padi biasanya
hanya digunakan sebagai pakan ternak. Namun, saat ini bekatul telah banyak
diteliti dan terbukti dapat berpengaruh dalam peningkatan kesehatan manusia serta
dapat diolah menjadi nilai tambah bagi penghasilan petani. Pemanfaatan bekatul
sebagai bahan makanan maupun minuman sudah dilakukan seperti dalam
penelitian Damayanthi dan Listyorini (2006) yang mengolah bekatul menjadi roti,
keripik, biskuit (Sarbini et al 2009), sereal (Wirawati dan Nirmagustina 2009;
Nurcholis dan Zubaidah 2011) dan minuman emulsi minyak bekatul berfalvor
(Ovani 2013 dan Nirmala 2012). Menurut Kustiyah et al (2013) daya terima
terhadap produk pangan berbahan dasar bekatul masih rendah karena memiliki
after taste sehingga perlu upaya pengembangan pada jenis produk tersebut.
Salah satu pemanfaatan bekatul adalah melalui pembuatan minyak bekatul atau
rice bran oil (RBO).

Peran Wirakoperasi
Menurut Baga (2003) dan Fajrian (2013) peran seorang wirakoperasi
(cooperatirative entrepreneur) adalah menemukan peluang berkoperasi dan
mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan
anggotanya. Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi dan berinovasi untuk
memperoleh nilai tambah bagi produk agribisnis yang dihasilkan anggota
koperasinya serta memberikan manfaat untuk orang lain. Seorang wirakoperasi
tidak sendiri melainkan melibatkan sebanyak-banyaknya orang lain dalam lingkup
usaha yang dilakukannya dengan tujuan orang-orang yang terlibat dapat juga
merasakan keuntungan dari usaha yang dilakukan secara bersama.
Usaha secara wirakoperasi akan meningkatkan skala ekonomi, membuka
pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi, bargaining power akan lebih
kuat dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan anggota.
Daman Danuwidjaja merupakan seorang wirakoperasi dalam agribisnis
persusuan. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) didirikan pada tahun 1969
yang beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Selanjutnya,

8

selain mengembangkan KPBS, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan
Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi susu tingkat sekunder yang
berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm
juga merupakan seorang wirakoperasi dengan membuat inovasi pada tanaman hias
yang di Indonesia merupakan tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji
dikemas atau dirangkai dalam berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman
indoor kemudian di ekspor ke negara Korea Selatan (Fajrian 2013).
Keberhasilan peran seorang wirakoperasi dibuktikan melalui penelitian
Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok serta
penelitian Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi.
Kedua penelitian ini menunjukkan peranan seorang wirakoperasi mampu
memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha
anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah
melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani.

Rencana Bisnis
Perencanaan bisnis merupakan tahap penting dalam pendirian bisnis baru
maupun yang sudah berjalan serta merupakan alat penting dalam pengambilan
keputusan kebijakan perusahaan secara cepat, tepat dan efisien. Perencanaan
bisnis digunakan sebagai pedoman untuk mencapai keuntungan yang sudah
diperkirakan dan mengantisipasi hambatan yang mungkin dihadapi. Sebuah
rencana bisnis mencakup profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, tujuan
perusahaan, deskripsi produk, strategi, aspek teknis, rencana, aspek bisnis, aspek
pembiayaan dan kelayakan usaha sesuai dengan pernyataan (Wibowo 2011)
dalam penelitiannya yang berjudul Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi dan
(Harris 2008) dalam penelitiannya yang berjudul Rancang Bangun Business Plan
untuk Agroindustri Paprika.
Dalam aspek finansial perencanaan bisnis (Wibowo 2011; Harris 2008)
dilakukan dengan cara menghitung titik impas (BEP) dan menggunakan kriteria
investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, B/C Ratio, IRR serta Payback Period
(PP). Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) manisan stroberi sebanyak 13
520 kg/tahun dengan harga jual Rp125 000/kg (Wibowo 2011), Break Even Point
(BEP) usaha agroindustri paprika tercapai pada tingkat harga jual produk Rp10
919 untuk paprika hijau, Rp14 577 untuk paprika merah dan Rp15 577 untuk
paprika kuning dengan kapasitas produksi sebesar 39 926 kg untuk paprika hijau,
350 005 kg untuk paprika merah dan 312 603 untuk paprika kuning (Harris 2008).
Analisis finansial dengan kriteria investasi pada penelitian Wibowo (2011)
menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1070 841 068, IRR mencapai 33 persen, B/C
Rasio 2.4 dan PP selama 4 tahun 4 bulan. Penelitian Harris (2008) menunjukkan
nilai NPV sebesar Rp132 947 684 dengan tingkat B/C ratio sebesar 1.69 dan PP
selama 2.26 tahun.

9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Bekatul Padi
Menurut definisinya, bekatul (bran) adalah hasil samping proses
penggilingan padi, terdiri atas lapisan sebelah luar butiran padi dengan sejumlah
lembaga biji. Sementara bekatul (polish) adalah lapisan sebelah dalam dari butiran
padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun, karena alat
penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya
dedak dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul
saja.
Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil
samping berupa (1) sekam (15-20 persen), yaitu bagian pembungkus/kulit luar
biji, (2) dedak/bekatul (8-12 persen) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari
proses penyosohan, dan (3) menir (±5 persen) merupakan bagian beras yang
hancur. Limbah atau produk samping yang dihasilkan padi ini umumnya belum
dimanfaatkan secara optimal dan dibuang begitu saja bahkan dapat menjadi
sampah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Minyak Bekatul
Menurut Hadipernata (2007) minyak bekatul atau rice bran oil merupakan
minyak hasil ekstraksi bekatul padi yang mengandung beberapa jenis lemak, yaitu
47 persen lemak monounsaturated, 33 persen polyunsaturated, dan 20 persen
saturated, serta asam lemak yaitu asam oleat 38.4 persen, linoleat 34.4 persen,
linolenat 2.2 persen, palmitat 21.5 persen, dan stearat 2.9 persen. Selain itu
minyak bekatul juga mengandung antioksidan alami tokeferol, tokotrienol, dan
orizanol yang bermanfaat melawan radikal bebas dalam tubuh terutama sel
kanker, serta membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa
orizanol yang hanya terdapat pada bekatul ini merupakan antioksidan yang sangat
kuat serta lebih aktif dari vitamin E dalam melawan radikal bebas, menurunkan
kolesterol dalam darah dan kolesterol liver, serta menghambat menopouse
sehingga minyak bekatul ini dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pangan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan manusia.

Wirakoperasi
Menurut Baga (2011) Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki
keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari
berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya
petani. Wirakoperasi juga yakin bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota

10

melalui gerakan koperasi bukanlah suatu utopi, tapi merupakan suatu hal yang
achieveable. Bagi pengembangan koperasi agribisnis, wirakoperasi juga
dituntut memiliki pengetahuan dalam aspek spesifik atau komoditi yang
diusahakan. Jika untuk peternakan dibutuhkan lulusan bidang peternakan atau
kedokteran hewan, maka untuk komoditi perkebunan dibutuhkan ahli
agronomi, dan untuk komoditi perikanan laut dibutuhkan, misalnya, ahli
penangkapan dan pengolahan ikan. Disamping itu, penguasaan aspek teknis
(teknologi) ini
juga memungkinkan timbulnya dorongan positif dalam
membangun visi, misi dan strategi bagi aktivitas koperasi.
Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan
mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya
(Baga 2011). Wirakoperasi menggabungkan antara jiwa kewirausahaan dengan
sikap kooperatif pada diri seorang pemimpin. Seorang wirakoperasi tidak hanya
mementingkan keberhasilan usahanya tetapi juga bertanggung jawab dalam
meningkatkan kesejahteraan para anggota dan para petani.

Perencanaan Bisnis
Menurut Rangkuti (2006), perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat
penting bagi pengusaha maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan.
Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi
perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar,
kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk
mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga
keuangan, dan sebagainya.
Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan
rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan
mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu ringkasan eksekutif, uraian umum
usaha, rencana pasar, rencana teknik dan teknologi, rencana keuangan, rencana
manajemen dan organisasi, dan risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di
masa depan serta antisipasinya untuk menghadapi resiko tersebut.

Studi Kelayakan Bisnis
Studi Kelayakan Bisnis menurut Umar (2009) merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Maksud layak atau tidak di sini adalah prakiraan bahwa usaha yang akan
dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
yang dikeluarkan. Informasi mengenai kelayakan bisnis penting bagi pengusaha
sebagai pegangan pada tahap awal operasi usaha maupun pada tahap operasional
dan merupakan proyeksi pegangan bagi investor maupun bank dalam kaitan
pendanaan.

11

Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis sering kali
membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis maupun rencana
bisnis menganalisis beberapa aspek yang sama, yaitu aspek hukum, lingkungan,
pasar dan pemasaran. Teknis dan operasional, manajemen dan SDM, serta aspek
keuangan. Selain itu baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis
mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan bisnis. Namun, untuk
perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis menurut Solihin (2007)
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis
No Faktor Pembeda
Studi Kelayakan Bisnis
Rencana Bisnis
Berdasarkan data
1
Jenis data
Data estimasi
empiris perusahaan
Sumber
2
Data ekternal
Data internal
data
Pihak internal
Pihak eksternal
(manajemen),
3
Penyusun/Analis
(Konsultan/Pakar)
perusahaan (direksi
perusahaan)
Merencanakan
Menilai kelayakan
kegiatan bisnis untuk
4
Tujuan
gagasan bisnis
masa yang akan
datang
Investor, Bank,
5
Pengguna
Manajemen, Kreditor
Pemerintah, LSM
6
Waktu Pembuatan
Bisa lebih dari 1 tahun
Kurang dari 1 Tahun
Relatif kebih kecil
7
Biaya
Relatif Besar
dari studi kelayakan
bisnis
(Solihin 2007)

Rencana Pemasaran
Tahap pertama dalam membuat perencanaan bisnis adalah dengan membuat
rencana pemasaran terlebih dahulu, karena sebelum perusahaan memiliki
kejelasan tentang sasaran pasar, target pasar, dan posisi pasar serta bauran
pemasaran lainnya, maka perusahaan belum dapat melakukan perencanaan aspekaspek lainnya dalam perencanaan bisnis. Sebelum melakukan produksi suatu
barang atau jasa, langkah awal adalah menentukan aspek pasar terlebih dahulu
agar mengetahui pasar yang dituju serta produk yang dihasilkan akan diterima
atau tidak di pasar. Kegiatan pemilihian pasar dimulai dari pengenalan peluang
pasar, potensi pasar, analisis persaingan, analisis pelanggan, sampai pemilihan
pasar sasaran (Solihin 2007). Menurut Umar (2009) pasar merupakan tempat
pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan
permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.
Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan
penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat

12

meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari analisis pasar
dan marketing mix development (Nurmalina et al 2010). Analisis pasar meliputi
segmentasi, targetting, dan positioning. Segmentasi adalah pemilahan pasar
menjadi beberapa kelompok konsumen berdasarkan kriteria geografi, demografi,
dan psikografi. Targeting adalah penempatan produk beserta bauran
pemasarannya pada segmen pasar yang telah dipilih. Positioning adalah
penempatan produk dalam benak konsumen agar terbedakan dan diinginkan
dengan produk pesaing.
Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih
rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan
sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya.
(Solihin 2007). Indikator-indikator menurut Bagodenta (2013) yang terdapat
dalam pengembangan bauran pemasaran (marketing mix development) terdiri atas:
1)

Product (Produk)
Strategi produk, misalnya menyangkut atribut apa saja yang akan
digunakan produk perusahaan agar produk tersebut memiliki keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan pesaing (Solihin 2007). Terdiri dari
spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti
bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai
produk tersebut.

2) Price (Harga)
Strategi harga, misalnya menyangkut berapa harga jual produk yang
harus ditetapkan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek persaingan
dan laba (Solihin 2007). Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis
kompetitif; strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target
pasar, diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode
atau cara pembayaran.
3) Place (Tempat)
Terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk,
manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal,
standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas.
4) Promotion (promosi)
Aspek promosi dalam strategi bauran pemasaran ini terdiri dari
beberapa jenis promosi yaitu iklan, promosi penjualan, serta pemasaran
langsung.

Rencana Produksi
Menurut Solihin (2007) rencana produksi menjelaskan antara lain proses
produksi, bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, bagaimana perusahaan
memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik,
anggaran produksi.

13

1. Perencanaan Produk
Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh produsen kepada konsumen
guna mendapatkan keuntungan. Produk yang dijual dapat berupa fresh product,
intermediate product atau final product. Fresh product adalah produk segar yang
belum dilakukan pemrosesan terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak
menghasilkan margin yang tinggi bagi pelakunya, karena tidak memiliki nilai
tambah. Intermediate product adalah produk yang telah diproses namum
memerlukan proses selanjutnya untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir.
Intermediate product umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk
akhir. Final product adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau
digunakan langsung oleh konsumen akhir.
2. Perencanaan Kapasitas dan Teknologi
Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya
dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas
adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan. Perencanaan
kapasitas yang dilakukan dengan baik, maka diharapkan perusahaan akan
menghasilkan produknya sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen (Bagodenta
2013). Dalam pemilihan jenis teknologi dapat ditentukan dengan beberapa kriteria
seperti ketepatan jenis teknologi, kamampuan pengetahuan penggunaan teknologi
dan pertimbangan akan adanya teknologi lanjutan.
3. Penentuan Lokasi dan Layout
Lokasi penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan
perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut (Bogadenta 2013). Penentuan lokasi dengan cara memperhatikan sumber
daya yang akan dipakai baik sumber daya bahan baku, sumber daya manusia,
transportasi dan dampak terhadap lingkungan sekitar (Nurmalina et al 2010). Tata
letak (layout) merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Tata letak (layout) mencakup
urutan-urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku menjadi barang jadi.

Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Tujuan dari aspek
manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi
bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis
dapat dikatan layak atau sebaliknya (Umar 2009). Rencana sumber daya manusia
antara lain berisi uraian mengenai jumlah personel yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha, spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing personel
tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan,
anggaran tenaga kerja dan lain sebagainya (Solihin 2007).
1. Aspek Legal
Mendirikan suatu usaha perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta
melakukan pendaftaran ijin usaha. Salah satu bentuk badan usaha adalah

14

Koperasi. berkaitan dengan aspek hukum dalam hal pendirian suatu usaha.
Koperasi adalah perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokrasi (International Cooperative Alliance 1995 dalam Baga et al 2009).
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan tentang hierarki kepengurusan dari
organisasi bisnis. Struktur organisasi terdiri dari susunan bagian-bagian yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
tersebut. Pada struktur organisasi akan digambarkan hubungan kerja antara orang
yang satu dengan yang lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan
hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
3. Deskripsi Pekerjaan
Deskripsi pekerjaan (job content) merupakan pemaparan mengenai tugas
dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus
perusahaan yang terdiri dari uraian pekerjaan (job description), tugas yang harus
dilaksanakan, wewenang yang dimiliki serta tanggung jawab dari pemegang
jabatan akan menentukan persyaratan jabatan tertentu yang memerlukan
kemampuan, keahlian yang terdiri atas keahlian konseptual, keahlian teknik,
keahlian bersosialisasi dan keahlian computer, serta sikap tertentu dari sumber
daya manusia yang akan terlibat dalam kegiatan produksi.
4. Gaji dan Upah
Gaji merupakan imbalan yang diberikan dengan jumlah yang tetap setiap
bulannya, sedangkan upah merupakan imbalan yang diberikan per jam kerja
sehingga besaran upah tergantung kepada banyaknya jam kerja. Besaran
pemberian gaji dan upah disesuaikan dengan besarnya tanggung jawab yang
dibebankan serta kontribusi tenaga kerja tersebut.

Rencana Kemitraan
Kemitraan usaha agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang
melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing
pihak memperoleh penghasilan dari dari usaha bisnis yang sama atau saling
berkaitan (Baga et al 2009). Menurut Suswandi (1995) dalam Baga et al (2009),
manfaat yang diperoleh jika melakukan kemitraan usaha adalah terciptanya
keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling
menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakan etika bisnis.

Analisis Risiko
Menurut Solihin (2007), definisi risiko adalah uncertainty concerning the
occurance of a loss atau ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu
kerugian. Perbedaan risiko dengan ketidakpastian adalah peluang kejadiannya.

15

Risiko peluang kejadinnya dapat dikendalikan sedangkan ketidakpastian adalah
peluang kejadiannya sulit dikendalikan. Menurut Johan (2011), jenis-jenis risiko
mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan kondisi politik
Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi setiap bisnis
sehingga kita selaku pelaku bisnis perlu melakukan antisipasi terhadap
perubahan kebijakan pemerintah.
2. Perubahan kondisi ekonomi
Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan
di sebuah negara maupun di sebuah daerah akan mempengaruhi usaha.
3. Perubahan kondisi sosial budaya
Masyarakat mengalami perubahan sosial budaya, dibandingkan pada saat
permulaan kita memulai sebuah usaha. Pada saat awal masyarakat mungkin
tidak sensitif terhadap suatu hal, tetapi pada saat ini, sensitivitas usaha
meningkat.
4. Perubahan harga bahan baku
Semakin tinggi harga bahan baku maupun bahan penunjang, kita juga harus
mengantisipasi akan perubahan bahan baku maupun bahan penunjang.
5. Perubahan harga jual
Setiap industri pasti ada kompetisi, pada umumnya kompetisi harga
merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar. Menimbang harga
merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat konsumen.
6. Masuknya kompetitor
Sebagaimana harga, kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa
dihindari, dengan semakin menguntungkan sebuah industri atau pasar, akan
semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar. Masuknya pemain baru,
akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
7. Perubahan teknologi
Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan
pangsa pasar.
8. Perubahan karateristik sumber daya manusia
Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya
manusia menjadi faktor penting karena kumudahan faktor ini untuk berpindah
dari suatu usaha ke usaha lainnya.
9. Ketergantungan dengan pemasok dan distributor
Konflik yang terjadi antara perusahaan dengan pemasok maupun distributor
dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan. Demikian halnya
apabila perusahaan merupakan usaha yang bergerak di bidang distribusi,
perusahaan memiliki peluang risiko akibat konflik yang terjadi dengan
perusahaan penghasil produk.
Menurut Solihin (2007), ada empat metode yang digunakan untuk
mengelola risiko. Pertama, menghindari risiko yang memiliki makna bahwa
kerugian tertentu akan diperoleh perusahaan karena sudah menghindari risiko
tersebut. Kedua, mencegah timbulnya kerugian. Ketiga, mengurangi kerugian
menunjukan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mengurangi
beban kerugian, apabila kerugian terjadi. Keempat, transfer risiko merupakan

16

metode untuk mengurangi risiko dengan menstransfer risiko kerugian yang
mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi.

Rencana Keuangan
Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari beberapa aspek, aspek yang
penting dalam kelayakan suatu usaha adalah aspek keuangan. Tujuan
menganalisis aspek keuangan dari suatu kelayakan perencanaan usaha adalah
untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai keberlanjutan usaha
untuk dapat berkembang (Umar 2009). Rencana keuangan ini meliputi Arus kas
(Cash flow), Proyeksi laba rugi, Perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi
meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net
Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period
(PP).
1. Arus kas
Arus kas adalah bagian terpenting dalam laporan keuangan karena pihak
manajemen, investor, konsultan dan stakeholder akan memperhitungkan usaha
layak atau tidaknya dari arus kas. Arus kas berisikan pengaruh kas dari kegiatan
operasi,
kegiatan
transaksi
investasi
dan
kegiatan
transaksi
pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu
perusahaan selama satu periode. Menurut Nurmalina et al (2010), arus kas disusun
untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan
alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumbersumber kas dan penggunaannya. Suatu arus kas terdiri dari beberapa unsur yang
nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari
komponen inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), Net Benefit
(manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (manfaat bersih tambahan).
Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants
(bantuan), nilai sewa, dan salvagevalue (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari
biaya investasi, biaya operasional/produksi, pajak dan debt service (bunga
pinjaman).
2. Proyeksi laba rugi
Proyeksi laba/rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, dan laba/rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu (Bagodenta 2013). Laporan laba/rugi akan memudahkan untuk
menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, selain
itu dapat juga digunakan untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari
kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau
penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point) (Nurmalina
et al.2010). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen yaitu Total Revenue
(TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variable Cost (TVC), laba kotor, pajak dan
laba bersih setelah pajak.

17

Break Event Point (BEP)
Menurut Rangkuti (2006), Break Even Point (BEP) merupakan suatu titik
atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain keuntungan atau
kerugian sama dengan nol. Analisis BEP dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan
diperoleh pada tingkat penjualan tertentu (Bogadenta 2013).
3.

4.

Kriteria Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Kriteria investasi dapat dipakai sebagai
pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk
dilaksanakan (Nurmalina et al 2010). Kriteria investasi terdiri dari Net Present
Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net
B/C), Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period (PP).
a. Net Present Value (NPV)
Net P