Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor

PERENCANAAN BISNIS BRIKET TEMPURUNG KELAPA
BERBASIS WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR

FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis
Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Fitria Na’imatu Sa’diyah
NIM H34110006

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH. Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa
Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN
MOHAMMAD BAGA.
Bogor mampu menghasilkan kelapa sebanyak 16 208 ton, sehingga akan
menghasilkan limbah berupa tempurung kelapa yang banyak. Tempurung kelapa
dapat bernilai ekonomi apabila diolah menjadi briket. Akan tetapi karakteristik
dari sebagian besar petani kelapa Indonesia hanya memiliki sedikit pohon kelapa,
sehingga produksinya rendah dan sulit untuk masuk dalam industri briket secara
individu. Oleh karena itu para petani kelapa perlu bergabung dalam usaha berbasis

wirakoperasi untuk memasuki industri briket. Para petani kelapa yang menjadi
anggota koperasi akan mendapatkan bimbingan dalam mengolah tempurung
kelapa menjadi arang. Arang yang dihasilkan petani dijadikan bahan baku
pembuatan briket. Target pasar dari produk ini adalah Jepang. Produk ini dijual
dengan harga Rp11 829 per kg. Secara finansial bisnis ini memberikan
keuntungan jika dilihat dari nilai NPV yang lebih besar dari nol (Rp6.15 Miliar),
gros B/C lebih besar dari satu 1.21), dan payback period sebesar 1.46 tahun.
Sedangkan secara nonfinansial bisnis ini memberikan manfaat sosial dalam
menyejahterakan petani dengan harga arang yang lebih tinggi dari harga pasar
serta bagi hasil usaha briket.
Kata kunci : investasi, wirakoperasi

ABSTRACT
FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH. Business Plan of Coconut Shell Charcoal
Briquettes Based on Cooperative Entrepreneur in Bogor Regency. Supervised by
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Bogor is capable of producing 16 208 tons of coconuts a year, and a big
amount of coconut shells. This kind of shells can be a very valuable business
commodity when processed into briquette. However the majority of Indonesian
coconut farmers have only a little number of coconuts trees, so that the shell

production is low and the farmers find it difficult to enter the briquette industry.
Therefore, the coconut farmers need to join in the business based on cooperative
approach to enter briquette industry.The coconut farmers who become members
of the cooperative will get the guidance to process coconut shells into
charcoal .The charcoal produced by farmers is used as raw material of making
briquette. The market target of briquette will be Japan and the product will be sold
at Rp11 829 per kilogram. This business gives financial benefit to the cooperative
as the NPV is bigger than zero (Rp6.15 milliards), gross B/C is higher than one
(1.21), and payback period is 1.46 years. Nonfinancially, this business gives social
benefit to the farmers who are members of the cooperative, because the
cooperative buys the farmers’ charcoal in a good price, i.e. higher than the market
price. Besides, those farmers will also get share profit from the cooperative.
Keywords : cooperative entrepreneur, investment

PERENCANAAN BISNIS BRIKET TEMPURUNG KELAPA
BERBASIS WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR

FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis
Wirakoperasi di Kabupaten Bogor
Nama
: Fitria Na’imatu Sa’diyah
NIM
: H34110006

Disetujui oleh


Dr Ir Lukman M Baga MA Ec
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Perencanaan Bisnis Briket Tempurung
Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor” yang penelitiannya dilakukan
sejak bulan Desember 2015.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Lukman M. Baga,
MA.Ec selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran serta arahan dan
bimbingannya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Mahmudi selaku pemilik CV Mandiri Globalindo dan Bapak Baryono selaku

karyawan CV Mandiri Globalindo yang telah memberikan informasi mengenai
detail usaha briket tempurung kelapa. Kemudian penghargaan penulis sampaikan
kepada staf Badan Pusat Statistik, staf Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Kecamatan (Cibungbulang, Ciampea, dan Leuwiliang) yang membantu dalam
pengumpulan data sekunder. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh anggota keluarga dan teman-teman atas dukungannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
Fitria Na’imatu Sa’diyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

6


Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

7

Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha

7

Peran Wirakop dalam Koperasi

7


Perencanaan Bisnis

8

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

8
8
18
19

Waktu dan Tempat Penelitian

19

Jenis dan Sumber Data


20

Metode Pengumpulan Data

20

Metode Analisis Data

20

ANALISIS SITUASI BISNIS

24

RENCANA USAHA

28

Asumsi Dasar


28

Gambaran Umum Lokasi Usaha

29

Rencana pada Aspek Pasar dan Pemasaran

30

Rencana pada Aspek Teknik dan Teknologi

35

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia

48

Rencana Kemitraan

58

Rencana Manajemen Risiko

61

Rencana Aspek Finansial

63

SIMPULAN DAN SARAN

66

Simpulan

66

Saran

67

DAFTAR PUSTAKA

68

LAMPIRAN

71

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia
Berbagai produk turunan kelapa
Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012
Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia
Ekspor briket tempurung kelapa di India
Permintaan briket, batu bara, dan bahan bakar mineral tahun 2014
Kebutuhan bahan baku per bulan
Standar mutu briket bedasarkan SNI No.1/6235/2000
Standar mutu briket para konsumen CV Mandiri Globalindo
Perbedaan sesudah dan sebelum usaha briket tempurung kelapa berbasis
wirakoperasi
11 Rencana biaya investasi unit usaha Tunas Kelapa
12 Rincian biaya tetap unit usaha Tunas Kelapa
13 Rincian biaya modal awal unit usaha Tunas Kelapa

1
2
4
4
31
32
35
36
37
60
63
64
65

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran
Jenis risiko pada perusahaan
Gambar kemasan briket
Briket tempurung kelapa
Alur pasokan bahan baku
Diagram proses produksi briket
Mesin penepung arang
Mesin pengayak
Mesin mixer (pengaduk bahan briket)
Meja penggerak dan alat pemotong hasil cetakan
Mesin pencetak briket
Ruangan oven nampak dari luar
Kipas besar di dalam oven
Kipas kecil di dalam ruangan oven
Tungku oven
Kompor mawar (pemanas oven)
Nampan oven
Denah pabrik unit usaha Tunas Kelapa
Logo unit usaha Tunas Kelapa
Proses pembentukan unit usah Tunas Kelapa
Bagan struktur organisasi unit usaha Tunas Kelapa
Alur kerja antara koperasi, wirakop, kelompok tani kelap, unit usaha
briket, dan investor

19
21
22
33
33
35
38
41
41
42
43
43
44
44
44
45
45
45
48
48
50
51
60

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ringkasan eksekutif
2 Biaya investasi perizinan bangunan unit usaha Tunas Muda periode 10
tahun usaha
3 Biaya investasi bangunan pabrik unit usaha Tunas Muda periode 10
tahun usaha
4 Biaya investasi peralatan dan mesin unit usaha Tunas Muda periode 10
tahun usaha
5 Biaya tetap utility kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun
usaha
6 Biaya tetap administrasi kantor unit usaha Tunas Muda periode 10
tahun usaha
7 Biaya tetap jaminan mutu unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun
usaha
8 Biaya tetap sarana perlengkapan produksi unit usaha Tunas Muda
periode 10 tahun usaha
9 Biaya penyusutan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha
10 Asumsi dalam perhitungan biaya variabel unit usaha Tunas Muda
periode 10 tahun usaha
11 Biaya variabel pengiriman barang unit usaha Tunas Muda periode 10
tahun usaha
12 Biaya variabel pengemasan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun
usaha
13 Biaya variabel bahan baku unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun
usaha
14 Biaya variabel secara keseluruhan unit usaha Tunas Muda periode 10
tahun usaha
15 Biaya Tunjangan Hari Raya (THR) per tahun unit usaha Tunas Muda
periode 10 tahun usaha
16 Laporan laba rugi tahunan (proyeksi 10 tahun) unit usaha Tunas Muda
17 Laporan arus kas bulanan (proyeksi 1 tahun pertama) unit usaha tunas
Tunas Kelapa
18 Laporan arus kas tahunan unit usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun
19 Bagi hasil 5 tahun pertama di mulai tahun ke dua pada usaha Tunas
Kelapa proyeksi 10 tahun
20 Rincian pengembalian pinjaman kepada investor
21 Bagi hasil 4 tahun selanjutnya pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10
tahun
22 Siklus produksi 1 bulan pertama pada tahun pertama unit usaha Tunas
Kelapa

71
72
72
73
73
73
74
74
75
76
76
77
77
78
78
79
80
81
82
82
82
83

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa merupakan tanaman yang mudah ditemui di Indonesia, baik di
daerah pegunungan maupun dataran rendah banyak terdapat pohon kelapa. Pada
umumnya pohon kelapa ini merupakan milik rakyat dan bukan merupakan
tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan tanaman kelapa yang dengan sengaja
dibudidayakan dengan luasan lahan tertentu disebut perkebunan kelapa. Lahan
yang digunakan sebagai perkebunan kelapa, yaitu sekitar 3 787 283 Ha dengan
pertumbuhan sebesar 0.6 persen yang terjadi pada tahun 2013. Selain peningkatan
luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa, terjadi pula peningkatan
produktivitas kelapa sebesar 1.12 persen yang terjadi di tahun 2013 (BPS 2014).
Tabel 1 Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia
Luas Areal (000 Ha)
Tahun
2000
2008
2009
2010
2011
2012

Karet

Kelapa

3046
2900
2953
2949
2932
2987

3602
3724
3732
3697
3726
3740

Produksi (000 ton)
Minyak Kelapa
Kelapa Sawit Karet Kelapa
Sawit
1190
1125
2951
1978
2882
2149
3176
6923
3061
1918
3181
7518
3387
2193
3126.
8459
3753
2359.8 3133
8798
4138
2430
3198
9198

Sumber: BPS (2015)

Berdasarkan Tabel 1, Indonesia memiliki posisi penting dalam pengadaan
beberapa komoditas perkebunan utama, antara lain kelapa sawit, karet dan kelapa.
Kelapa merupakan komoditas perkebunan rakyat terbesar ke-2 setelah kelapa
sawit. Akan tetapi jika dilihat dari produktivitasnya, kelapa tergolong rendah yaitu
sekitar 50 persen dari potensi produksinyaOleh karena itu produktivitas kelapa
masih berpotensi untuk ditingkatkan1. Produktivitas yang belum maksimal ini
juga antara lain disebabkan oleh rasa kurang antusias masyarakat terhadap kelapa
karena nilai ekonomisnya yang dianggap rendah. Paradigma yang sudah melekat
pada masyarakat ini karena jenis produk yang dihasilkan sebagian besar masih
produk primer. Sedangkan produk turunan yang dihasilkan serta kegiatan research
and development masih sangat terbatas. Padahal kelapa merupakan tanaman yang
memiliki manfaat yang sangat banyak seperti yang ada pada Tabel 2. Hampir
1

Notulen Rapat Koordinasi Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) dengan Instansi Terkait tanggal 911 November 2009 [internet]. [Diunduh pada
4 mei 2014]. Tersedia pada:
http://kelapaindonesia2020.wordpress.com/organisasi/dewan-kelapa-indonesia/notulen-rakordekindo/

2
semua bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan, namun penanganan agribisnis pada
komoditas kelapa dengan kapasitas industri pengolahan di Indonesia masih rendah.
Tabel 2 Berbagai produk turunan kelapa
Bagian pada kelapa
Produk yang dihasilkan
Pemakai produk
Daging kelapa
Minyak kelapa, kopra, Industri makanan dan
kelapa parut, tepung minuman
kelapa, santan pekat,dll
Minyak kelapa
Produk kao chemical
Industri detergen
Industri farmasi
Industri kosmetik
1. Ampas dapat digunakan Industri makanan ternak
untuk makan ternak
Desiccated coconut
Air kelapa
1. Nata de coco, kecap, Industri
makanan/
asam cuka
minuman
Tempurung
1. Produk kerajinan
Industri kecil kerajinan
2. Bahan pengisi pada kayu Industri kayu lapis
lapis
Industri asbes
3. Bahan baku asbes
Industri obat nyamuk
4. Obat nyamuk
Industri ban, farmasi
5. Arang tempurung
Industri
6. Briket
Sabut
Produk rumah tangga
Masyarakat umum dan
industri
Sabut berkaret, penyaring Industri mobil dan mebel
udara, peredam panas dan
peredam suara.
1. Gabus
Pot bunga
Daun
Produk dari helai daun Industri kerajiann
berupa kerajinan tangan
Batang
Akar

Sebagai bahan bangunan, Industri property
sebagai bahan kerajinan.
Industri kerajinan
1. Obat-obatan, zat warna
Industri kemurgi

Sumber : Deperindag (2002)

Penggunaan kelapa pada masyarakat cenderung masih bersifat tradisional
yang hanya memanfaatkan air maupun dagingnya saja. Namun, produk sampingan
berupa tempurung kelapa biasanya hanya menjadi limbah yang akan dibuang
begitu saja. Menurut BPS (2014), pada tahun 2013 produksi kelapa mencapai
3 228 110 ton per tahun. Produk kelapa tersebut akan menghasilkan produk
sampingan berupa tempurung kelapa sebanyak 548 778 ton, dengan asumsi berat
tempurung sebesar 15–19 persen dari berat kelapanya . Umumnya masyarakat
sekitar hanya membuang tempurung kelapa ini. Padahal tempurung ini sebenarnya
masih mempunyai nilai ekonomi jika digunakan secara benar. Maka akan sangat
disayangkan jika tempurung ini hanya dibuang begitu saja.

3
Daya saing dari arang tempurung kelapa ini cukup tinggi karena mutunya
yang baik dan sifatnya yang terbarukan. Selain itu, jika arang ini dibandingkan
dengan arang yang terbuat dari kayu bakar arang memberikan kalor yang lebih
besar namun menghasilkan asap yang lebih sedikit (Pari et al 2002). Mutunya
yang baik membuat permintaan arang mulai meningkat, baik dari dalam maupun
luar negeri. Arang yang terbuat dari tempurung kelapa ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi briket, yaitu arang yang telah dibentuk dan dikemas lebih menarik. Briket
kelapa ini dibentuk dengan teknologi pemadatan dalam pemekatan. Dalam proses
pemekatan itu sendiri dilakukan penekanan hingga produk mempunyai sifat yang
kompak (high bulk density), mengandung sedikit air, mempunyai ukuran, dan sifat
yang sama (Sutiyono 2007)
Sifat dari briket tempurung kelapa yang terbarukan menjadi salah satu
keunggulan dari produk ini yang dapat menjadi energi alternatif bagi masyarakat.
Briket ini juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang
berasal dari minyak bumi seperti gas dan minyak tanah. Selain itu dengan
tingginya harga minyak bumi di pasar global membuat daya saing briket
tempurung kelapa meningkat sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.
Permintaan briket tempurung kelapa datang dari luar negeri, antara lain
Saudi Arabia, Eropa dan Korea Selatan. Permintaan yang datang dari Eropa
sekitar 50 000 ton per tahun, namun Indonesia belum mampu untuk memenuhi
semuanya. Indonesia hanya mampu menyuplai sebanyak 10 000 ton per tahun2.
Permintaan yang banyak dari luar negeri karena musim dingin yang ada di negara
tersebut, sehingga mereka membutuhkan briket tempurung kelapa sebagai bahan
bakar pemanas ruangan. Selain itu, briket ini juga sering digunakan sebagai bahan
bakar pada alat pemanggang daging yang sering digunakan di luar negeri.
Keadaan over demand ini menjadi peluang yang sangat baik untuk melakukan
bisnis di bidang ini.
Walaupun peluang pasar akan bisnis briket tempurung kelapa ini besar,
namun belum banyak orang yang berani untuk menjalankan bisnis ini. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti modal yang besar yang dibutuhkan
dan ketidaktahuan informasi peluang pasar. Selain itu sangat jarang sekali usaha
briket yang sudah ada merupakan usaha yang didirikan oleh petani kelapa. Hal ini
karena petani kelapa di Indonesia rata-rata merupakan petani yang hanya memiliki
beberpa pohon kelapa saja, sehingga tidak ada keinginan untuk mengolahnya
lebih lanjut agar mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Sebagian besar
dari petani kelapa hanya mejual hasil kelapa secara utuh maupun digunakan
sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan wirakop (wirausaha koperasi) yang
dapat merangkul para petani untuk dapat terjun dalam usaha ini.
Wirakop merupakan orang yang dapat bertindak inovatif dalam melihat
peluang yang dapat dimanfaatkan demi kebermanfaatan bersama. Selain itu,
seorang wirakop dalam menjalankan kegiatannya berpedoman pada nilai-nilai
dalam koperasi yaitu oleh anggota dan untuk anggota. Sehingga wirakop harus
dapat membuat anggota dari koperasi berperan aktif dalam pelaksanaan usaha di
dalam koperasi tersebut. Seorang wirakop juga berperan dalam meyakinkan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut.
2

Anonim, Tentang Briket Batok Kelapa. 2013. [internet]. [diakses pada 21 Desember 2014].
Tersedia pada : arangbriket.com/tentang-briket-arang-batok-kelapa/

4
Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor mempunyai potensi yang cukup besar dalam
menghasilkan kelapa, karena pada tahun 2012 mampu menghasilkan kelapa
sebanyak 16 208 ton per tahun seperti data pada Tabel 3. Produksi kelapa yang
besar membuat tempurung kelapa yang dihasilkan juga dalam jumlah yang besar.
Tempurung kelapa ini dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi,
apabila dilakukan penambahan nilai dengan cara mengubahnya menjadi briket
kelapa.

Tabel 3 Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012
Kecamatan
Rumpin
Leuwiliang
Leuwisadeng
Pamijahan
Cibungbulang
Ciampea
Kalapa nunggal
Lainnya
Total Kabupaten Bogor

Luas (Ha)
404.10
466.56
335.82
332.10
463.41
485.76
367.95
3 870.91
6 726.61

Kelapa
Produksi (Ton)
997.65
1059.68
724.75
777.78
983.03
1167.88
923.22
9 574.41
16 208.4

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013)

Permintaan briket mempunyai kecenderungan yang terus meningkat,
terutama di pasar internasional seperti pada Tabel 4. Walaupun data tersebut tidak
hanya terdiri atas ekspor briket, namun setidaknya dapat mewakili data tentang
potensi pasar dari briket. Briket pada data tersebut bukan briket tempurung kelapa
tetapi briket yang terbuat dari kayu. Akan tetapi dapat diasumsikan bahwa briket
tempurung kelapa dapat menggantikan briket kayu sehingga data ini digunakan
untuk melakukan pendekatan dalam melihat peluang pasar.

Tabel 4 Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia
Tahun
Nilai (US$)
Kuantitas (Kg)
2008
751 914
2 277 801
2009
686 758
2 706 146
2010
569 236
3 160 187
2011
604 227
3 657 225
2012
7 738 936
55 420 080
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

5
Pada dasarnya briket tempurung kelapa memiliki kelebihan dibandingkan
briket kayu, yaitu panas yang tinggi dan kontinyu sehingga baik untuk
pembakaran yang lama dan ramah lingkungan. Adanya kelebihan tempurung
kelapa dan permintaan yang banyak briket, membuat usaha ini masih mempunyai
peluang besar untuk berkembang. Namun, belum banyak perusahaan briket
tempurung kelapa di Indonesia, yang dibuktikan dengan belum tercatatnya briket
kelapa menjadi komponen tersendiri pada data di Badan Pusat Statistik. Hal ini
berarti belum banyak produksi briket tempurung kelapa yang dihasilkan di
Indonesia.
Petani kelapa kurang tertarik dengan bisnis ini, diduga karena kurangnya
informasi yang diperoleh peluang usaha, serta keterbatasan sumberdaya modal
usaha yang dimiliki. Selain itu, dalam menjalankan bisnis ini dibutuhkan banyak
input tempurung kelapa, sedangkan kuantitas tempurung kelapa yang dimiliki oleh
individu petani masih jauh dari persyaratan tersebut. Sehingga untuk dapat
memasuki industri briket tempurung kelapa perlu adanya perencanaan bisnis
berbasis wirakoperasi.
Bisnis dengan sistem wirakoperasi adalah usaha yang dilakukan secara
bergotong-royong dengan dipimpin oleh seorang wirakop. Wirakop merupakan
orang yang memiliki prinsip koperasi dalam mengembangkan suatu bisnis.
Wirakop sangat dibutuhkan sebagai perantara antara petani-petani yang memiliki
produksi kelapa yang relatif sedikit dan usaha pengelolaan tempurung kelapa.
Adanya sistem wirakoperasi yang diterapkan membuat pembangunan usaha
berpegang teguh pada prinsip koperasi, yaitu mengutamakan anggota (petani
kelapa). Para anggota ini dapat bekerja secara bersama dan terakumulasi dalam
mengelola produk kelapa agar mendapatkan harga jual yang lebih kompetitif
dibandingkan dengan menjual secara individu. Tidak hanya itu dengan sistem
wirakoperasi maka komoditas penting ini dapat menembus pasar ekspor dengan
tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan.
Perencanaan bisnis ini diperlukan oleh seorang wirakop untuk menjadi
pedoman dalam pelaksanaan bisnis yang akan dijalankan. Penyusunan sebuah
rencana bisnis merupakan satu tahap penting dalam pendirian setiap bisnis. Dalam
mendirikan suatu usaha diperlukan rencana yang baik. Dengan perencanaan yang
baik, keuntungan yang akan dicapai dapat diperkirakan dan hambatan yang
mungkin akan dihadapi dapat diantisipasi. Rencana yang telah dibuat tersebut
dapat membuat seorang wirakop memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap
sesuatu yang akan dikerjakan.
Hasil dari peningkatan harga karena penambahan nilai dalam tempurung
kelapa akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas
dan kuantitas akan tanamannya yang semakin meningkat. Secara otomatis akan
menimbulkan efek positif yaitu terciptanya supply chain antara pemasok, industri,
dan pasar. Hal ini tentunya akan sulit terwujud jika para petani melakukan
produksi dan pemasaran briket secara individu dengan skala yang kecil.
Diharapkan dengan penerapan wirakoperasi dapat mengembangkan
potensi usaha yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Wirakop pada sistem wirakoperasi berfungsi sebagai pemimpin para petani dalam
melihat peluang usaha yang ada sehingga dapat membangkitkan kemauan petani
untuk meningkatkan produktivitasnya.

6
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam merancanakan usaha bisnis
briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi ?
2. Apakah keuntungan bisnis briket tempurung kelapa dengan menggunakan
konsep wirakoperasi di Kabupaten Bogor ?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat mencapai tujuan sebagai
berikut:
1. Merumuskan tahapan dalam merencanakan usaha bisnis briket tempurung
kelapa berbasis wirakoperasi.
2. Menganalisis keuntungan yang dapat diperoleh pada usaha briket tempurung
kelapa yang berbasis wirakoperasi.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa
pihak seperti :
1. Bagi petani
Penelitian ini diharapkan mampu membantu petani dalam meningkatkan
kesejahteraannya karena penambahan pendapatan dari usaha briket dari
tempurung kelapa ini.
2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran peneliti akan
pentingnya sistem wirakoperasi dalam suatu usaha. Penelitian ini juga dapat
memberikan peningkatan kreativitas dalam bisnis di bidang pertanian
3. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan mampu mejadi acuan ataupun perbandingan untuk
penelitian mendatang.
4. Bagi investor
Dengan adanya penelitian ini investor jadi mengetahui akan potensi dan
peluang usaha briket tempurung kelapa.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai peluang dan potensi usaha briket dari
tempurung kelapa yang berbasis wirakoperasi. Perencanaan bisnis yang akan
dilakukan berupa pengolahan limbah tempurung kelapa menjadi briket yang
disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri. Data yang digunakan untuk
mengestimasikan input diperoleh dari data produksi kelapa di beberapa kecamatan
di Kabupaten Bogor. Pembahasan dalam perencanaan bisnis ini hanya mencakup

7
bisnis briket tempurung kelapa yang diasumsikan sebagai salah satu unit usaha
milik koperasi. Tidak dijelaskan secara lebih rinci mengenai anggaran untuk
mengadakan petani dan sosialisasi kepada petani karena proses ini di bawah
manajemen koperasi, sehingga masuk dalam keuangan koperasi pula. Perencanaan
ini akan membahas beberapa aspek seperti aspek pasar, aspek teknis dan produksi,
aspek operasional, aspek kerjasama kooperatif, aspek risiko, dan aspek keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baga (2011) yang berjudul Profil
dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis menyatakan bahwa
wirakoperasi merupakan wirausaha dengan karakteristik yang khusus. Karakter
khusus ini karena peran sebagai wirakoperasi lebih kompleks dibandingkan
dengan peran wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi selain berusaha untuk
dirinya sendiri, dia juga berusaha untuk para petani yang mengikutinya.
Penelitian ini dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan responden sebanyak 13 orang. Hasil dari penelitian ini adalah
jumlah responden yang termasuk ke dalam orang yang mempunyai jiwa koperasi
hanyalah 3 orang. Responden ini dianggap mempunyai jiwa koperasi karena
memiliki karakter dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need
for achievement yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan
yang efektif dengan orientasi pada tugas dan kesejahteraann manusia secara
seimbang. Dengan adanya karakter yang kuat ini diharapkan mampu membantu
pengembangan sektor agribisnis Indonesia. Hal ini karena pengembangan
agribisnis di Indonesia akan sulit jika dilakukan secara individu dengan kualitas
sumberdaya manusia yang belum memadai dan sumber daya modal yang tidak
memungkinkan.

Peran Wirakop dalam Koperasi
Penelitian terkait wirakoperasi telah dilakukan oleh Baga (2011) yang
berjudul Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis dengan
mengambil studi kasus Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS). Koperasi ini
terbentuk karena upaya dalam melawan tengkulak dan peternak yang dominan.
Koperasi ini didirikan oleh dokter hewan lulusan dari Institut Pertanian Bogor
(IPB) yang bernama Daman Danuwidjaja dengan mengajak peternak susu di
daerah Bandung Selatan.
Daman ini merupakan tokoh wirakop yang
mengupayakan peningkatan kesejahteraan peternak dengan melalui koperasi.
Dalam usahanya membangun kesejahteraan peternak, Daman juga menjalin
hubungan dengan koperasi susu lainnya dan membangun Gabungan Koperasi

8
Susu Indonesia (GKSI). GKSI ini dibangun dengan tujuan membantu koperasi
susu yang ada untuk lebih berkembang.
Adanya koperasi susu membuat peternak yang menjadi anggotanya
mendapatkan beberapa keuntungan seperti mudahnya informasi peningkatan
produktivitas. Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya pengajaran
inseminasi buatan dan pemeliharaan kesehatan ternak yang telah diajarkan kepada
peternak. Selain itu adanya penggunaan teknologi peternakan modern seperti
pengolahan pasteurisasi juga membantu peternak dalam meningkatkan kualitas
susu dan daya saing mereka.

Perencanaan Bisnis
Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) mengenai Rencana Bisnis
Industri Manisan Stroberi mengemukakan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap rencana bisnis untuk usahatani dan agroindutri stroberi meliputi jumlah
permintaan, produk unggulan, lokasi usaha, rencana kebutuhan produksi, dan
kelayakan finansial seperti net present value (NPV), break event point (BEP) , B/C
ratio, serta pay back periode (PBP). Untuk mempermudah dalam menganalisis
faktor-faktor yang ada dan melakukan pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat, maka diperlukan suatu rencana bisnis yang lengkap dan akurat.
Hasil daripada penelitian ini adalah sebuah rencana bisnis Rancang Bangun
Business Plan untuk Agroindustri Stroberi yang terdiri atas profil perusahaan, visi
dan misi perusahaan, deskripsi produk, strategi usaha, aspek teknis, aspek bisnis,
dan aspek pembiayaan. Sebelum dilakukan perincian biaya, terlebih dahulu
menentukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan seperti
umur ekonomis usaha, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, dan jumlah
produk yang dijual. Rancangan bisnis ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku
agroindustri stroberi, koperasi, lembaga keuangan, calon investor, dan pemerintah
dalam menyusun rencana bisnis mengenai usaha yang akan dijalankan, dalam hal
ini khususnya adalah agroindustri stroberi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Definisi Cooperative Enterpreneur (Wirakoperasi)
Baga (2003) mendefinisikan wirakoperasi sebagai suatu konsep baru dalam
pengembangan koperasi. Wirakoperasi seharusnya lahir dari kalangan insan
koperasi, yaitu orang yang memahami dan menghayati benar hakekat, prinsipprinsip koperasi serta berupaya untuk mengembangkannya secara konsisten.

9
Seorang wirakoperasi juga harus mampu meyakinkan masyarakat untuk mau ikut
berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut
Menurut hasil seminar nasional tentang kurikulum kewirausahaan koperasi
di Kampus Institut Koperasi Indonesia Bandung pada tahun 1993 yang dijelaskan
dalam Hendar (2010), kewirakoperasian merupakan istilah baku dari
kewirausahaan koperasi yang artinya suatu sikap mental positif dalam berusaha
secara kooperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian
mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi dalam mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama.
Sedangkan orang yang memiliki jiwa kewirakoperasian disebut dengan wirakop.
Setiap wirakop bertujuan memenuhi kebutuhan anggota koperasi dan
meningkatkan kesejahteraan bersama, sehingga seorang wirakop harus dapat
menyeimbangkan kepentingan anggota, perusahaan koperasi, karyawan, dan
masyarakat sekitar.

Tugas Wirakop
Mengacu pada dimensi orientasi kewirausahaan menurut Hendar (2010)
mengenai tugas seorang wirakoperasi adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pembelajaran dengan mencari, mengumpulkan, dan
memanfaatkan pengetahuan secara terus menerus.
2. Meningkatkan prestasi atau kinerja organisasi koperasi.
3. Membangun kemandirian koperasi dengan mengurangi ketergantungan
terhadap pihak lain, termasuk pemerintah.
4. Meningkatkan keunggulan bersaing.
5. Menciptakan suatu yang baru, seperti produk, pasar, proses, dan logistik yang
baru.
6. Mengambil keputusan-keputusan penting pada tingkat risiko tertentu yang
diperhitungkan.
7. Mencari dan menemukan peluang-peluang bisnis yang menguntungkan bagi
koperasi.

Landasan Pelaksanaan Usaha dalam Koperasi
Berikut merupakan beberapa isi Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012
yang menjadi landasan akan kegiatan dalam koperasi.
1. Organisasi
a) Jenis koperasi hanya 4 (empat) yaitu; produsen, konsumen, koperasi
simpan pinjam dan jasa lainnya (pasal 83).
b) Pencantuman jenis koperasi dalam anggaran dasar koperasi (pasal 82).
c) Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syari’ah
(pasal 87, ayat 3).
d) Koperasi simpan pinjam dilarang berinvestasi pada usaha sektor riil
(pasal 93, ayat 5).
e) Koperasi simpan pinjam harus memperoleh izin usaha dari

10
menteri (pasal 88).
2. Kelembagaan
a) Rapat Anggota
 Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus
diselenggarakan paling lambat lima bulan setelah tahun buku
koperasi ditutup (pasal 36, poit 1 ayat 2).
 Undangan kepada anggota untuk menghadiri rapat anggota di
kirim oleh pengurus paling lambat 14 hari sebelum rapat anggota
diselenggarakan (pasal 34, ayat 4).
 Undangan juga meliputi pemberitahuan bahwa bahan yang akan di
bahas dalam rapat anggota tersedia di koperasi. (pasal 34, ayat 5).
b) Pengawas
 Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar
kompetensi (pasal 92).
 Pengawas mengusulkan dan memberhentikan (sementara) pengurus
(pasal 50).
 Pengawas mengusulkan calon pengurus (pasal 50, ayat 1 poin a).
 Memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan
menyebutkan alasannya (pasal 50, ayat 2 poin e).
c) Pengurus
 Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar
kompetensi (pasal 92).
 Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik anggota maupun non
anggota (pasal 55).
 Pengurus
dipilih
dan
diangkat
pada
rapat
anggota
atas usul pengawas (pasal 56, ayat 1 ).
 Gaji dan tunjangan setiap pengurus di tetapkan oleh rapat anggota
atas usul pengawas (pasal 57).
3. Keanggotaan dan Permodalan
a) Keanggotaan
 Keanggotaan koperasi bersifat terbuka (pasal 26, ayat 3).
 Keanggotaan koperasi tidak bisa dipindahtangankan (padal 28, ayat 2).
 Koperasi simpan pinjam wajib mendaftarkan nonanggota menjadi
anggota koperasi paling lambat tiga bulan sejak berlakunya undangundang ini (pasal 123).
b) Permodalan
 Modal awal terdiri atas setoran pokok dan sertifikat modal koperasi
(pasal 66, ayat 1).
 Selain modal awal : (i) hibah; (ii) modal penyertaan; (iii) modal
pinjaman yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan
lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang
lainnya, pemerintah dan pemerinrah daerah (pasal 66, ayat 2).
 Setoran pokok tidak dapat dikembalikan (pasal 67).
 Setiap anggota koperasi harus membeli sertifikat modal koperasi yang
jumlah minimumnya ditetapkan dalam anggaran dasar (pasal 68,
ayat 1).

11
 Koperasi harus menerbitkan sertifikat modal koperasi dengan nilai
nominal per lembar maksimum sama dengan nilai setoran pokok
(pasal 68, ayat 2).
 Pembelian sertifikat modal koperasi dalam jumlah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan tanda bukti penyertaan
modal anggota di koperasi (pasal 68, ayat 3).
 Sertifikat modal koperasi tidak memiliki hak suara (pasal 69, ayat 1).
 Sertifikat modal koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dikeluarkan atas nama (pasal 69, ayat 2).
 Nilai nominal sertifikat modal koperasi harus dicantumkan dalam mata
uang Republik Indonesia (pasal 69, ayat 3).
 Penyetoran atas sertifikat modal koperasi dapat dilakukan dalam
bentuk uang dan atau dalam bentuk lainnya yang dapat dinilai dengan
uang (pasal 69, ayat 4).
 Dalam hal penyetoran atas sertifikat modal koperasi dalam bentuk
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat, dilakukan penilaian untuk
memperoleh nilai pasar wajar (pasal 69, ayat 5).
 Koperasi dapat menerima modal penyertaan dari: (i) pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan atau (ii)
masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan modal penyertaan
(pasal 75 ayat 1).
 Pemerintah dan atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha yang
dibiayai dengan modal penyertaan (pasal 75 ayat 4).
 Perjanjian penempatan modal penyertaan dari masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 75 ayat 1 b sekurang-kurangnya memuat: (i)
besarnya modal penyertaan, (ii) risiko dan tanggung jawab terhadap
kerugian usaha, (iii) pengelolaan usaha, dan (iv) hasil usaha (pasal 76).
4. Sisa Hasil Usaha (SHU)
a) Mengacu pada ketentuan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota,
surplus hasil usaha disisihkan terlebih dahulu untuk dana cadangan dan
sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk: (i) anggota sebanding
dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota
dengan koperasi, (ii) anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi
yang dimiliki, (iii) pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus, dan
karyawan koperasi, (iv) pembayaran kewajiban kepada dana
pembangunan koperasi dan kewajiban lainnya, dan atau (v) penggunaan
lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar (pasal 78, ayat 1).
b) Koperasi dilarang membagikan kepada anggota surplus hasil usaha yang
berasal dari transaksi dengan nonanggota (pasal 78, ayat 2).
c) Surplus hasil usaha yang berasal dari nonanggota sebagaimana dimaksud
pada ayat 2, dapat digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi dan
meningkatkan pelayanan kepada anggota (pasal 78, ayat 3)

12
Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis merupakan pedoman untuk mempertajam rencana yang
diharapkan berjalan dari sebuah usaha, karena perencanaan bisnis dapat
menentukan posisi perusahaan saat ini, menentukan arah tujuan perusahaan, dan
cara mencapai sasaran perusahaan. Perencanaan bisnis juga dapat dibuat untuk
mendapatkan dana dalam menjalankan usaha dari pihak ketiga seperti pihak
perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya. Perencanaan bisnis dapat
dimulai dengan gambaran umum rencana bisnis yang akan dijalankan, kemudian
dilanjutkan dengan kondisi perusahaan saat ini, penjelasan mengenai produk yang
akan dihasilkan oleh perusahaan, kondisi terkini dari pasar, manajemen, keuangan,
operasional, dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan. Rincian tersebut nantinya
akan digunakan sebagai alat dalam menyusun strategi yang baik untuk
mengembangkan usaha dimasa yang akan datang (Rangkuti 2005)
Menurut Solihin (2007), perencanaan bisnis adalah cetak biru suatu bisnis
yang dilengkapi dengan analisis dan konsep untuk menerapkan perubahanperubahan agar usaha lebih menguntungkan. Perencanaan bisnis juga digunakan
untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada (business opportunities) yang ada
pada lingkungan eksternal dari perusahaan. Perencanaan bisnis juga dapat
menjelaskan keunggulan bersaing (competitive advantage) suatu usaha yang
kemudian dapat mengarahkan kepada langkah yang harus dilakukan untuk
membuat bentuk usaha yang nyata.

Tujuan Perencanaan Bisnis
Perencanaan yang baik terhadap suatu usaha dapat menjadikan pengusaha
lebih siap dalam menghadapi risiko yang akan dihadapi dan juga dapat
mendorong rasa percaya diri yang tinggi dan rasa optimis yang tinggi untuk
sukses terhadap usaha yang dikelolanya (Suharyadi et al 2007). Menurut Pinson
(2007), terdapat tiga tujuan utama dalam menulis sebuah rencana bisnis, yaitu:
1) sebagai panduan, 2) sebagai dokumentasi, 3) sarana memperluas ke pasar luar
negeri.
1.

Sebagai panduan
Salah satu tujuan dari penulisan rencana bisnis adalah untuk
mengembangkan suatu panduan yang dapat diikuti dalam sepanjang usia bisnis.
Perencanaan bisnis dapat memberikan informasi yang rinci mengenai semua
aspek perusahaan pada masa lalu dan masa sekarang, serta memproyeksikannya
pada masa yang akan datang yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman
dalam menentukan tindakan. Namun pada bisnis yang baru akan dilaksanakan
tidak memiliki informasi masa lalu sehingga hanya dapat menggunakan informasi
yang ada untuk memproyeksikannya dan menjadikannya sebagai garis besar
pelaksanaan usaha dimasa yang akan datang. Rencana yang akan diberikan
kepada pihak pemberi dana dapat terus diperbarui dengan berjalannya waktu,
sehingga perencanaan diberikan menggunakan loose-leaf binder.

13
2.

Sebagai dokumentasi pendanaan
Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai dokumentasi pendanaan karena
dalam perencanaan bisnis akan dijelaskan mengenai cara perusahaan mengatur
arus kas sehingga dapat mamajukan usaha dan meningkatkan laba. Dari laporan
keuangan yang dicatat pada laporan keuangan masa lalu, sekarang, dan proyeksi
yang dilakukan juga dapat membantu menimbulkan rasa percaya para pemberi
pinjaman karena dapat memberi alasan bahwa pengusaha dapat membayar
pinjaman dan bunga tepat waktu. Laporan keuangan dalam perencanaan bisnis
juga dapat berguna bagi para investor untuk memperkirakan uangnya dapat
meningkatkan kekayaan bersih serta mendapatkan laba penanaman investasi yang
dilakukan. Pengusaha harus dapat memberikan informasi yang terpercaya dan
beralasan untuk dapat membuat investor dan pemberi pinjaman percaya.
3.

Memperluas ke pasar luar negeri
Jika usaha yang dijalankan berskala internasional, maka perencanaan bisnis
ini akan menggunakan informasi yang ada untuk menganalisis pangsa pasar di
luar negeri. Dengan begitu dapat dinilai pantas atau tidaknya bisnis ini
dikembangkan dengan skala internasional. Perencanaan bisnis juga dapat menjadi
penuntun pada cara-cara untuk mengembangkan bisnis tersebut agar mampu
bersaing secara global.

Isi Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis digunakan sebagai peta konsep dari berjalannya suatu
bisnis. Selain itu, perencanaan bisnis yang dibuat juga harus dapat
memproyeksikan usaha dalam jangka panjang. Menurut Solihin (2007), sebuah
perencanaan bisnis harus mencakup 7 pokok elemen yaitu ringkasan eksekutif,
uraian gambaran umum usaha, rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan
teknologi, rencana keuangan, rencana manajemen dan organisasi, serta rincian
mengenai risiko yang mungkin dialami oleh perusahaan.
1.

Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif merupakan rangkuman yang berisi tentang tujuan usaha,
strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana
pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko di masa depan.
Namun dalam pembahasan pada rangkuman ini tidak dilakukan secara meluas,
hanya inti dari masing-masing subbab dalam pembahasan saja yang akan
dicantumkan. Ringkasan umum juga harus ditulis secara terarah alurnya dan juga
singkat, sehingga memudahkan dalam memahami isi dari perencanaan bisnis
tersebut.
2.

Gambaran Umum Usaha
Gambaran umum usaha akan menjelaskan tentang usaha yang akan
dijalankan, termasuk menjelaskan produk barang atau jasa yang akan dihasilkan
oleh perusahaan. Tujuan dan strategi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan juga
dituliskan dalam gambaran umum. Selain itu akan dipaparkan juga mengenai
perkembangan usaha saat penulisan perencanaan bisnis dilakukan dan juga
proyeksi kedepannya yang dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan.

14
Kemudian dalam penjelasannya juga dijabarkan tentang target pasar, competitive
advantage, tempat usaha didirikan, tokoh kunci sebagai pelaksana, badan usaha,
dan juga bidang fungsional manajemen yang akan dijalankan.
3.

Perencanaan Aspek Pemasaran
Menurut Kasmir (2006), pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi. Dalam pengertian yang berbeda,
pasar merupakan himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu
produk. Pengetahuan mengenai informasi pasar harus lengkap agar dapat
dilakukan perencanaan pemasaran. Informasi yang dibutuhkan mengenai besarnya
pasar sekarang dan perkiraan yang akan datang. Pasar dan pemasaran merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemasaran adalah suatu kegiatan yang
berkelanjutan dalam mengalirkan barang maupun jasa dari produsen sampai
konsumen atau pengguna akhir (Cramer dan Jensen dalam Asmarantaka 2012).
Dalam merencanakan aspek pemasaran akan mendeskripsikan cara untuk
memasukan produk ke dalam pasar dan agar mampu bersaing di dalamnya. Hal
yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran adalah
permintaan akan produk, dulu dan sekarang, komposisi permintaan tiap segmen
pasar, kecenderungan perkembangan permintaan, proyeksi permintaan produk
pada masa yang akan datang, serta seberapa besar porsi permintaan yang dapat
dipenuhi (Sutojo 2000).
Setelah analisis aspek pasar dan pemasaran, maka diperlukan pula strategi
pemasaran dalam menyusun perencanaan aspek pemasaran yang baik. Menurut
Asmarantaka (2012), strategi pemasaran adalah upaya dalam memadukan semua
kegiatan dan sumber daya yang ada untuk memenuhi keinginan konsumen agar
produsen mendapatkan laba. Salah satu strategi pemasaran yang terkenal adalah
bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran ini terdiri atas produk,
harga, promosi, dan tempat (Downey dan Ericson dalam Asmarantaka 2012).
Sebelum menentukan bauran pemasaran yang akan digunakan, maka perusahaan
harus terlebih dahulu menganalisis segmenting, targeting, dan positioning dari ide
bisnis yang akan dikembangkan.
Segmentasi pasar merupakan pembagian pasar ke dalam beberapa
kelompok pembeli yang berbeda yang memungkinkan mereka membutuhkan
produk yang berbeda pula (Kasmir 2006). Menurut Kotler dalam Kasmir (2006),
variabel yang penting dalam menentukan segmentasi pasar adalah sebagai berikut.
a) Segmentasi berdasarkan geografik, pembagian pasar yang dilakukan
dengan menjual produk kepada konsumen yang dilihat dari segi cakupan
daerahnya, yaitu seperti:
 bangsa,
 provinsi,
 kabupaten,
 kecamatan.
b) Segmentasi berdasarkan demografik merupakan pembagian pasar yang
berlandaskan hal-hal seperti :
 umur,
 jenis kelamin,
 daur hidup keluarga,
 pekerjaan,

15
 pendidikan,
 agama,
 ras,
 kebangsaan.
c) Segmentasi berdasarkan psikografik, pembagian pasar yang berdasarkan
hal-hal seperti :
 kelas sosial,
 gaya hidup,
 karakteristik kepribadian.
d) Segmentasi berdasarkan perilaku, merupakan pembagian pasar yang
dilakukan dengan menjual produk kepada pihak tertentu yang
berlandaskan pada :
 pengetahuan,
 sikap,
 kegunaan,
 tanggapan terhadap suatu produk.
Menurut Kasmir (2006), terdapat 4 cara dalam menentukan harga dalam
rencana bauran pemasaran, yaitu :
a) Cost plus pricing merupakan metode penentuan harga berdasarkan harga
pokok penjualan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Harga pokok = VC

Biaya tetap
Total penjualan

b) Cost plus pricing dengan mark up merupakan penentuan harga
berdasarkan harga pokok penjualan yang ditambahkan dengan keuntungan
yang diinginkan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Harga dengan mark up =

Harga pokok per unit
-Laba yang diinginkan

c) Break event point (BEP) atau target pricing yaitu harga yang ditentukan
oleh titik imbas atau penjualan pokoknya. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.
Harga BEP =

Biaya Tetap
-

Biaya Variabel
Penerimaan

d) Precieved value pricing yaitu harga yang didasarkan oleh persepsi pembeli
terhadap produk yang ditawarkan. Terkadang mutu dan kualitas tidak
sesuai dengan harga yang ditawarkan, mutu biasa saja tapi karena merk
yang sudah terkenal sehingga harganya tinggi.
4.

Perencanaan Aspek Teknik dan Teknologi
Aspek teknik dan teknologi dapat menjadi patokan apakah produk tersebut
dapat dibuat (Sutojo 2000). Dalam aspek ini akan dijelaskan mengenai proses
produksi, cara perusahaan dalam menjaga kualitas produk, cara pemerolehan
pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik (Solihin 2007),

16
jumlah mesin dan peralatan yang dibutuhkan, perancangan aliran bahan, analisis
keterkaitan antar aktivitas, keperluan tenaga kerja, penentuan luas pabrik, dan
perancangan tata letak pabrik (Husnan dan Suwarsono 2000).
Menurut Kasmir (2006), dalam menjalankan usaha dibutuhkan tempat usaha
yang biasa disebut lokasi usaha. Lokasi dibagi dalam beberapa bagian tergantung
pada kegunaannya, seperti sebagai tempat pemajangan hasil produk, pelayanan
konsumen, pelaksanaan produksi (pabrik), penyimpanan barang (gudang), dan
pertemuan antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha (kantor). Dalam
menentukan lokasi perlu juga dipikirkan tujuan dari lokasi yang akan dididirikan
karena masing-masing lokasi memiliki pertimbangan yang berbeda-beda. Secara
umum pertimbangan untuk menentukan lokasi yaitu:
a) jenis usaha yang dijalankan,
b) dekat konsumen atau pasar,
c) ketersediaan tenaga kerja,
d) sarana dan prasarana,
e) dekat dengan pusat pemerintahan,
f) dekat dengan lembaga keuangan,
g) berada dikawasan industri,
h) kemudahan dalam melakukan ekspansi,
i) keadaan adat dan budaya masyarakat setempat,
j) hukum yang berlaku.
Menurut Sutojo (2000) dalam aspek teknis dan teknologi juga terdapat
penentuan kapasitas produksi. Kapasitas produksi merupakan kuantitas satuan
produk yang dihasilkan selama periode waktu tertentu. Penentuan estimasi jumlah
produksi masa kini dan perkembangannya di masa yang akan datang dilakukan
dengan melakukan perkiraan pada permintaan masa kini dan permintaan yang
akan datang (Sukirno et al 2006). Setelah perencanaan kapasitas produksi, maka
perlu dilakukan perencanaan penggunaan teknologi yang tepat, penentuan proses
produksi dan juga penentuan tata letak pabrik.
Tata letak dalam pabrik harus mempertimbangkan keterkaitan proses
produksi seperti pergerakan bahan dari satu proses ke proses yang lainnya. Hal ini
digunakan untuk meminimalisasi risiko kerusakan dan memperpendek jarak
perpindahan. Hal yang perlu dihindari dalam perencanaan tata letak pabrik adalah
urutan tata letak yang menyebabkan langkah balik pada proses produksi. Awal
pergerakan bahan terletak pada gudang bahan baku dan berakhir pada gudang
produk jadi, sehingga tata letak pabrik juga disesuaikan dengan alur tersebut.
Selain itu, fleksibilitas juga perlu diperhatikan untuk mempersiapkan perluasan
pabrik akibat dari penambahan kapasitas yang mungkin dilakukan di masa yang
akan datang (Hadiguna 2009).
Perencanaan Aspek Manajemen dan Organisasi
Aspek manajemen dan organisasi dibagi menjadi dua, yaitu manajeman
dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada manajemen
pembangunan bisnis mempelajari tentang tokoh pelaksana bisnis dan jadwal
penyelesaian bisnis. Sedangkan pada manajemen operasi meliputi badan usaha
yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, banyaknya

17
tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa saja anggota direksi dan
tenaga-tenaga inti (Nurmalina et al. 2010).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian usaha adalah penentuan
badan hukum dari usaha. Menurut Kasmir (2006), dalam pendirian usaha
diperlukan juga mengurus dokumen-dokumen seperti :
1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
3. Bukti diri.
4. Surat izin Usaha Perdagangan.
5. Surat Izin Usaha Industri.
6. Izin domisili, dap