Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum Gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor

RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN KERIPIK KULIT
MELINJO (Gnetum gnemon) DENGAN PENDEKATAN
WIRAKOPERASI di KABUPATEN BOGOR

ADRIANUS HIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN HAK CIPTA SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis
Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum gnemon) Dengan Pendekatan
Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Adrianus Hia
NIM H34134027

ABSTRAK
ADRIANUS HIA. Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum
gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
LUKMAN M BAGA.
Penyusunan rencana bisnis diperlukan untuk mempermudah dan
memperjelas gambaran untuk memasuki atau memulai suatu bisnis. Rencana
bisnis keripik kulit melinjo dibuat untuk meningkatkan produksi keripik kulit
melinjo di Kabupaten Bogor dan membantu petani dalam meningkatkan
kesejahterahan. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan sekunder, data
diambil dengan melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis
data yang dilakukan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pada aspek pemasaran, bisnis
ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Pada aspek
produksi, bisnis ini mengolah fresh product menjadi final product dengan

mengolah sebanyak 10 000 - 12 000 kg kulit melinjo setiap tahunnya. Badan
usaha yang dipilih adalah bentuk koperasi, anggota koperasi merupakan para
petani melinjo yang berada di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat. Hasil dari aspek
finansial menunjukkan bahwa NPV sebesar Rp44 185 000, IRR sebesar 55%, dan
PP selama 2 tahun 5 bulan. Dampak dan manfaat ekonomi pendirian usaha keripik
kulit melinjo yaitu meningkatkan ekonomi rumah tangga petani dan
mengembangkan wilayah, khususnya Kabupaten Bogor.
Kata kunci : melinjo, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT
ADRIANUS HIA. Business Plan Melinjo Peek Chip (Gnetum gnemon) with
Cooperative Entrepreneur Approach in Bogor Area. Supervised by LUKMAN M
BAGA.
Formulation of a business plan is required prior to starting a business. This
business plan of melinjo peek chip is created to increase melinjo production in
Bogor area and increase farmer’s income. The type of data used are primary and
secondary data. They are collected through observation, interview and literature.
Data analysis in this research are qualitative descriptive and quantitative
descriptive data. From a marketing aspect, this business will planned to meet the
domestic’s markets. From a production aspect, this business transform fresh

products to final product by processing 10 000 – 12 000 kgs melinjo peek chip
every year. In establishing this business, the business model used is cooperative as
enterprise, where the cooperative members are melinjo farmers in Bogor. This
study has demonstrated financial results as follow: NPV obtained at Rp44 185
000, IRR obtained at 55 %, and payback period obtained in 2 years and 5 months.
Economic impacts and benefits of melinjo peek chip business establishment are to
increase the melinjo farmers income.
Keywords : business plan, cooperative entrepreneur, melinjo

RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN KERIPIK KULIT
MELINJO (Gnetum gnemon) DENGAN PENDEKATAN
WIRAKOPERASI di KABUPATEN BOGOR

ADRIANUS HIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah rencana
bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo
(Gnetum gnemon) dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc
selaku pembimbing skripsi dan Ikrar Bei selaku peer partner dalam penulisan
skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para petani
Kelompok Tani Karya Mekar yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh
keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Adrianus Hia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5


TINJAUAN PUSTAKA

6

Keripik

6

Perencanaan Bisnis

7

Penelitian Terdahulu

7

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional

METODE

9
9
12
12

Lokasi Penelitian

12

Jenis dan Sumber Data

12

Metode Pengumpulan Data

13

Metode Analisis Data


14

RENCANA BISNIS

17

Asumsi Dasar

17

Rencana Produk

17

Rencana Operasional

19

SIMPULAN DAN SARAN


34

Simpulan

34

Saran

34

DAFTAR PUSTAKA

35

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Klasifikasi ilmiah melinjo
Produktivitas tanaman melinjo setiap provinsi di Indonesia
Luas lahan pembudidayaan melinjo di Jawa Barat
Jumlah rumah tangga usaha holtikultura, pohon, dan rata-rata pohon
yang diusahakan/dikelola per rumah tangga menurut jenis tanaman
holtikultura
Susunan analisis keuangan cashflow
Rencana kebutuhan bahan baku per bulan
Rencana tenaga kerja usaha keripik kulit melinjo
Rencana gaji tenaga kerja usaha keripik kulit melinjo
Hubungan timbal balik petani, wirakoperasi dan koperasi
Perbedaan usaha sebelum dan sesudah dilakukan pendekatan
wirakoperasi
Biaya rencana investasi
Komponen biaya tetap
Komponen biaya variabel
Perhitungan modal awal
Rencana penjualan bisnis keripik kulit melinjo

1
2
3

4
16
22
22
29
29
30
31
32
32
33
33

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alur kerangka pemikiran operasional
Mesin spinner peniris minyak
Timbangan digital
Plastic Hand Sealer
Melinjo
Rencana layout usaha keripik kulit melinjo
Diagram alir proses pembuatan keripik kulit melinjo
Rencana Label produk keripik kulit melinjo
Struktur organisasi usaha keripik kulit melinjo

13
20
20
21
21
23
24
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1. Penyebaran budidaya melinjo di Kabupaten Bogor per kecamatan 2012 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

2013
Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi
Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran
Asumsi Komponen biaya investasi
Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap
Rincian biaya tetap komponen biaya utility
Rincian biaya tetap administrasi
Asumsi komponen biaya tetap
Rincian biaya variabel

36
37
37
38
38
38
38
39
39

10.
11.
12.
13.

Asumsi komponen biaya variabel
Komponen biaya penyusutan usaha keripik kulit melinjo
Laporan laba rugi usaha keripik kulit melinjo per tahun (Rp000)
Laporan arus kas usaha keripik kulit melinjo per tahun (Rp000)

39
38
41
42

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah baik dalam hal flora maupun fauna. Secara garis besar tumbuhan
dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu tumbuhan akuatik, tanaman hias,
tumbuhan industri, tumbuhan obat, tanaman peneduh, tumbuhan peneduh,
penyamak kulit, tumbuhan pewarna, pohon buah, pohon kayu, tumbuhan beracun,
rotan, tumbuhan serat, dan tanaman yang dapat dimakan. Tanaman yang dapat
dimakan digolongkan atas tiga jenis, yaitu buah-buahan, kacang-kacangan dan
sayuran. Tanaman sayuran terbagi atas dua jenis yaitu tanaman sayuran musiman
dan tanaman sayuran tahunan. Tanaman sayuran musiman adalah tanaman sumber
vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang
berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang kurang dari satu tahun sedangkan
tanaman sayuran tahunan adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan
lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah
dan umbinya, yang lebih dari satu tahun.
Adapun salah satu tanaman sayuran yang memiliki potensi nilai jual tinggi
adalah melinjo. Melinjo termasuk ke dalam tanaman sayuran tahunan. Adapun
klasifikasi ilmiah melinjo ditunjukkan pada Tabel 1

Kerajaan
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nama Binomial

Tabel 1 Klasifikasi ilmiah melinjo
Melinjo
: Plantae
: Spermatophyta
: Gnetopsida
: Gnetales
: Gnetaceae
: Gnetum
: Gnemon
: Gnetum gnemon

Sumber : www.klasifikasitanaman.com (2015)

Hampir semua bagian dari tanaman berbiji terbuka ini dapat dimanfaatkan.
Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana.
Daun, bunga dan bijinya dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Biji melinjo
juga dapat dijadikan sebagai bahan baku makanan seperti emping. Kulitnya dapat
dijadikan abon maupun keripik yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Secara klinis
ekstrak akar, daun, biji dan batang melinjo bersifat antioksidan dan kandungan
stilbenoid melinjo dapat digunakan untuk mengontrol gula darah. Antioksidan
merupakan zat yang dapat mencegah dan memperlambat proses oksidasi, dan
berfungsi dalam memperbaiki sel tubuh yang mengalami kerusakan dikarenakan
radikal bebes.
Dari data BPS, provinsi yang paling tinggi dalam memproduksi tanaman
melinjo pada tahun 2014 adalah provinsi Jawa Tengah dengan total produksi
sebesar 39 683 ton dan selanjutnya diikuti oleh Provinsi Jawa Barat dengan total

2

produksi 38 314 ton. Data nasional produksi tanaman sayur melinjo ditunjukkan
pada pada Tabel 2.
Tabel 2 Produktivitas tanaman melinjo setiap provinsi di Indonesia
Produksi Tanaman Sayuran
Melinjo (Ton)
Provinsi
2014
2013
2012
2011
Aceh
14 127
13 484
10 958
9 908
Sumatera Utara
3 377
5 117
4 214
3 858
Sumatera Barat
11 687
8 726
10 282
9 749
Riau
1 252
1 230
1 695
1 865
Jambi
1 265
1 338
1 545
1 617
Sumatera Selatan
877
1 277
1 151
1 282
Bengkulu
628
1 020
2 287
13 969
Lampung
8 349
8 815
9 504
9 129
Kep. Bangka Belitung
177
411
577
656
Kep. Riau
186
243
352
326
DKI Jakarta
141
205
262
94
Jawa Barat
38 314
36 192
45 130
52 738
Jawa Tengah
39 683
43 475
41 447
42 798
DI Yogyakarta
23 692
22 161
27 054
18 875
Jawa Timur
23 847
22 273
24 237
26 869
Banten
22 964
48 090
37 414
30 409
Bali
213
310
239
247
Nusa Tenggara Barat
1 660
1 732
1 602
1 714
Nusa Tenggara Timur
158
418
481
245
Kalimantan Barat
959
1 364
1 284
1 142
Kalimantan Tengah
1 582
1 078
483
425
Kalimantan Selatan
410
263
262
268
Kalimantan Timur
961
1 051
877
1 053
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
60
82
65
61
Sulawesi Tengah
76
67
35
93
Sulawesi Selatan
199
248
151
114
Sulawesi Tenggara
107
76
123
136
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
107
75
182
95
Maluku Utara
28
2
404
310
Papua Barat
6
9
41
45
Papua
0
16
4
7
Indonesia
197 038
220 848
224 342
217 524
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Di Provinsi Jawa Barat, salah satu wilayah pembudidayaan melinjo adalah
Kabupaten Bogor. Luas Wilayah budidaya melinjo di Kabupaten Bogor pada
tahun 2012 adalah 28 605 Ha. Luas panen ini meningkat dari tahun 2011 yang
mencakup 25 880 Ha. Daerah yang paling luas membudidayakan melinjo di Jawa

3

Barat adalah Majelengka dengan total wilayah pembudidayaan seluas 359 957 Ha.
Luas panen tanaman melinjo di Jawa Barat ditunjukkan pada melalui Tabel 3.
Tabel 3 Luas lahan pembudidayaan melinjo di Jawa Barat
Tahun
Kabupaten/Kota
2012
2011
Kabupaten
Bogor
28 605
Sukabumi
3 082
Cianjur
16 585
Bandung
13 365
Garut
29 756
Tasikmalaya
11 133
Ciamis
13 865
Kuningan
270 646
Cirebon
31 798
Majalengka
359 957
Sumedang
49 931
Indramayu
61 483
Subang
15 885
Purwakarta
17 739
Karawang
15 885
Bekasi
17 739
Bandung Barat
47 641
Kota
Bogor
628
Sukabumi
667
Bandung
460
Cirebon
775
Bekasi
6 789
Depok
2 595
Cimahi
955
Tasikmalaya
1 901
Banjar
10 900

25 880
3 739
14 957
17 639
23 916
15 205
15 662
269 416
39 070
193 309
46 311
61 132
25 540
30 190
1 454
15 693
48 545
628
300
400
1 016
9 465
2 999
849
1 140
2 170

Sumber : BPS Jawa Barat (2013)

Dari data yang dihimpun melalui sensus pertanian Kabupaten Bogor,
tanaman melinjo merupakan tanaman dengan fokus pembudidayaan terbesar
diantara tanaman tahunan lainnya yaitu sebanyak 618 777 pohon. Data budidaya
tanaman tahunan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 4 sedangkan
penyebaran budidaya tanaman melinjo di Kabupaten Bogor per kecamatan
ditunjukkan pada pada Lampiran 1. Berdasarkan data Lampiran 1, Kecamatan
Caringin merupakan kecamatan dengan luas panen terbesar yang setiap tahunnya
meningkat

4

Tabel 4 Jumlah rumah tangga usaha holtikultura, pohon, dan rata-rata pohon yang
diusahakan/dikelola per rumah tangga menurut jenis tanaman holtikultura
Jenis Tanaman
Holtikultura
Tahunan
Sayuran Tahunan
Blimbing Wuluh
Jengkol
Kluwih
Melinjo
Petai

Jumlah RT
Usaha
Holtikultura

Satuan

261
76 074
1 976
42 554
165 327

Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon

Jumlah pohon
Yang Sudah
Diusahakan/Dikelola
Berproduksi
2 379
485 525
8 471
811 042
945 082

583
310 452
4 053
618 777
481 034

Sumber :Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2013)

Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada
di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang. Kelompok Tani Karya Mekar
merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1948. Kelompok Tani
Karya Mekar memiliki kelompok tani wanita yang terdiri atas para petani wanita
yang bertugas untuk mengolah hasil panen. Salah satu produk olahan mereka
adalah keripik melinjo dan keripik kulit melinjo. Keripik kulit melinjo ini sendiri
tercipta karena melihat adanya limbah yang cukup banyak dari hasil pengolahan
emping yaitu kulit melinjo itu sendiri. Dari 4 kg melinjo yang dipanen akan
menghasilkan 1 kg kulit melinjo. Keripik ini dipasarakan di warung-warung dan
di pameran-pameran yang biasa diadakan oleh pemerintah kabupaten Bogor.
Keripik ini dikemas dengan sangat sederhana yaitu menggunakan plastik yang di
stepler. Dengan cara packaging tersebut keripik tersebut tidak dapat masuk ke
pasar supermarket. Alhasil harga yang dapat di pasarkan pun hanya Rp5 000/250
gr dan hanya akan terjual habis saat pameran-pameran UKM Kabupaten Bogor.
Rencana bisnis keripik kulit melinjo adalah bisnis dengan bahan baku kulit
melinjo yang merupakan sisa hasil pengolahan emping oleh Kelompok Tani
Karya Mekar. Kulit melinjo diolah dengan cara kulitnya dicuci, dikeringkan lalu
digoreng dengan adonan tepung yang diberi resep bumbu tertentu. Keripik lalu
dikemas dengan memberi atribut pada kemasan yang sesuai dengan standar mutu
pangan nasional, yaitu yang tertera pada UU no 18 pasal 97 butir 3 tahun 2012
tentang Pangan, setelah itu produk dipasarkan ke warung, toko dan supermarket.
Perumusan Masalah
Kurangnya inovasi pemahaman petani akan kebutuhan dalam negeri, dan
harga komoditas tanaman sayur menjadi penyebab rendahnya tingkat penerimaan
yang diterima oleh petani. Salah satu agribisnis tanaman sayur adalah melinjo.
Selama ini bagian yang dianggap memiliki nilai ekonomis yang tinggi dari
tanaman melinjo adalah bijinya karena dapat dijadikan emping sehingga kulit
lunak melinjo hanya dijual dengan harga yang sangat murah dan terkadang
berakhir sebagai limbah.
Sejauh ini petani hanya mampu menjual kulit melinjo dalam bentuk segar
sebagai bahan beberapa masakan misalnya sayur lodeh, oseng-oseng, sambal
goreng dan lainnya. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi pengolahan yang

5

dimiliki petani mengenai kebutuhan pasar mengakibatkan kurangnya pasokan
melinjo.
Keadaan tersebut menunjukkan adanya peluang dan potensi bagi
pengembang tanaman melinjo di Indonesia. Kurang maksimalnya pemanfaatan
melinjo memerlukan alternatif pengolahan yang lebih baik agar dapat
meningkatkan nilai jual serta peluang bisnis limbah melinjo bagi masyarakat
dengan mengolah kulit melinjo tersebut menjadi keripik kulit melinjo.
Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut,
1.
Apakah potensi tanaman melinjo dapat dikembangkan dengan pendekatan
wirakoperasi?
2.
Bagaimana cara rencana bisnis yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dan mengembangkan produk sisa hasil pengolahan
bahan baku utama?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini
yaitu,
1.
Menganalisis usaha keripik kulit melinjo yang dikembangkan bersama
petani dengan pendekatan wirakoperasi.
2.
Membuat perencanaan bisnis dengan melihat potensi dan kendala yang ada
melalui tahapan-tahapan perencanaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan sebagai berikut:
1.
Bagi petani, sebagi bahan pertimbangan untuk dapat mengembangkan skala
usaha budidaya melinjo sebagai bahan baku usaha keripik kulit melinjo.
2.
Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan serta sarana pembuatan rencana bisnis dengan pendekatan
wirakoperasi.
3.
Bagi akademisi, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai perencanaan bisnis pada keripik
kulit melinjo. Perencanaan bisnis yang dilakukan berupa pengolahan pasca panen
yaitu pengeringan, pengolahan, dan pengemasan. Aspek perencanaan yang
dianalisis terdiri dari rencana produk, rencana pemasaran, rencana operasional,
rencana organisasi dan sumberdaya manusia, kerjasama kooperatif, dan rencana
keuangan.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon L) adalah spesies tanaman berbiji terbuka
(Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik dan Pasifik Barat.
Pohon melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan, pada ketinggian sampai 1200 m
dpl; umum dijumpai di pinggiran sungai di Nugini. Lahan yang mengalami
musim kering disenangi untuk pembudidayaan melinjo, karena panennya dapat
sekaligus. Tidak ada persyaratan khusus mengenai kualitas tanah dan
kedalamannya, tetapi diperlukan retensi kelembapan yang memadai, demikian
juga air rembesan atau irigasi, untuk menjembatani musim kemarau. Pohon
melinjo dianjurkan untuk program penghijauan wilayah. Melinjo dikenal pula
dengan nama belinjo, mlinjo (Bhasa Melayu dan bahasa Tagalog). Melinjo
banyak ditanam di pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya.
Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan liana, melinjo
berbentuk pohon. Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon
berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Batangnya kokoh dan
bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan
papan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak
menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga,
yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis
aril yang berdaging. Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Daun mudanya
(disebut so dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada
sayur asem). Bunga (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil
(pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo
juga menjadi bahan baku emping. Sebagai sumber pangan, biji melinjo
mengandung kadar urea tinggi sehingga konsumsi berlebihan sebaiknya dihindari.
Menurut penelitian Tri Agus Siswaoyo PhD (2013), Peneliti di Pusat
Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur, menguji aktivitas
antioksidan ekstrak akar, daun, biji, dan batang melinjo untuk menangkal radikal
bebas. Hasil penelitian yang didapat ialah ternyata semua bagian tanaman itu
bersifat antioksidan. Hasil penelitian Siswoyo (2013), doktor Biokimia alumnus
Osaka Prefecture University, Jepang juga mendapat hasil bahwa ekstrak melinjo
mengandung 9-11% protein yang berpotensi sebagai antioksidan yang dapat
mengusir radikal bebas penyebab utama timbulnya kanker, oleh sebab itu melinjo
berpeluang sebagai sumber neutraseutikal- substansi yang bermanfaat bagi
kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Namun di sisi lain
mengkonsumsi melinjo secara berlebih dapat memicu asam urat karena
mengandung purin yang cukup tinggi.
Keripik
Keripik merupakan sejenis makanan ringan berupa irisan tipis yang dari
umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan yang digoreng di dalam minyak nabati.
Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur dengan
adonan tepung yang diberi bumbu rempah tertentu.

7

Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis merupakan tahapan awal yang pertama harus dilakukan
sebelum menciptakan sebuah bisnis. Menurut Rangkuti (2000) tujuan perencanaan
bisnis adalah agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun yang sedang
berjalan tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan yang direncanakan.
Perencanaan bisnis juga merupakan pedoman untuk mempertajam rencanarencana yang diharapkan, karena di dalam perencanaan bisnis kita dapat
mengetahui posisi perusahaan kita saat ini, arah tujuan perusahaan, dan cara
mencapai sasaran yang ingin kita capai. Salah satu fungsi dari perencanaan bisnis
adalah menjadi alat untuk mencari sumber modal bisnis dari perbankan atau
lembaga keuangan lainnya.
Menurut Rangkuti empat hal penting yang harus ada di dalam perencanaan
bisnis :
1. Penjelasan mengenai bisnis yang sedang digeluti dan rencana yang bersifat
strategis.
2. Rencana pemasaran.
3. Rencana Manajemen mengenai keuangan.
4. Rencana manajemen secara operasional.
Sedangkan faktor yang menjadi penentu persaingan adalah
1. Faktor sensitivitas harga
2. Faktor produk mystique, yaitu persepsi yang berbeda terhadap produk-produk
yang ditawarkan oleh pesaing.

Penelitian Terdahulu
Perencanaan bisnis merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk
menciptakan suatu produk tertentu dengan mengkaji berbagai macam aspek yang
terkait akan keberlangsungan produk tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Widhyarini (2014) yang berjudul Rencana Bisnis Pengembangan Rimpang Kunyit
dengan Pendekatan Cooperative Enterpreneur di Bogor menemuan bahwa aspek
yang paling mempengaruhi keberlangsungan rencana bisnis adalah kesadaran
petani kunyit untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas tersebut yang di
dukung dengan melakukan kerjasama vertikal antara petani dengan koperasi.
Petani berperan sebagai pemasok bahan baku yang berupa rimpang kunyit segar
yang kemudian akan diolah menjadi kunyit bubuk. Kegiatan pengolahan bahan
baku utamapun juga dilakukan oleh Nugraha. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Nugraha (2014) mengenai Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis
Kucing Dengan Pendekatan Cooperative Entepreneur di Bogor merupakan
penelitian dengan kegiatan utamanya adalah mengolah daun kumis kucing
menjadi bubuk yang dapat digunakan dengan sebagai tanaman herbal. Pengolahan
menjadi bubuk ini didasari dari tingginya permintaan pasar luar negeri atas
tanaman biofarmaka. Kegiatan pengembangan agribisnis daun kumis kucing
dilakukan di 6 desa wilayah Bogor ini, menggunakan pendekatan cooperative
entrepreneur yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hasil yang

8

tercapai dari penelitian ini adalah pengolahan pasca panen meningkatkan nilai jual
komoditi. Harga yang rendah di tingkat petani membuka peluang bagi bisnis
pengolahan pasca panen rimpang kunyit untuk meningkatkan nilai tambah.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2014) mengenai Perencanaan
Bisnis Pengeringan Buah Kapulaga Dengan Pendekatan Cooperative
entrepreneur di Bogor menggunakan metode RRA dan dengan pendekatan
cooperative entrepreneur menemukan bahwa dengan menggunakan pendekatan
cooperative entrepreneur terjadi peningkatan harga kapulaga segar dari harga Rp5
000/kg hingga Rp9 000/kg. Kapulaga merupakan salah satu tanaman rempah yang
dapat dijadikan sebagai bahan obat herbal. Metode Rapid Rural Apprasial
merupakan pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam, kelompok
focus, dan studi observasi. Penelitian yang dilakukan oleh Khairini
mengemukakan hsl pendukung suatu bisnis berhasil. Salah satu faktor agar suatu
bisnis baru berhasil adalah tergantung pada teknologi yang digunakan. Penelitian
yang dilakukan oleh Khairina (2014) mengenai Rencana Bisnis Produk
Temulawak Bubuk Berorientasi Ekspor Melalui Pendekatan Cooperative
entrepreneur di Bogor, merupakan pengolahan temulawak segar menjadi
temulawak bubuk dengan teknologi modern dan dikemas menggunakan kemasan
vakum dengan tujuan agar proses pengolahan temulawak dilakukan secara efektif
dan efisien. Pengemasan dengan teknologi ini merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan nilai jual temulawak dengan menekan biaya produksi melalui
teknologi tepat guna.
Penelitian yang telah dilakukan oleh
Marpaung (2014) mengenai
Perencanaan Bisnis Ekspor Jahe Bubuk Melalui Pendekatan Cooperative
entrepreneur di Bogor mengemukakan bahwa kondisi yang menyebabkan belum
tercukupinya permintaan komoditas jahe secara kontinu disebabkan oleh
keterbatasan informasi pasar dan skala produksi petani. Pendekatan cooperative
entrepreneur menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan posisi tawar
sehingga harga jual petani meningkat. Peneliti juga menambahkan pengolahan
pasca panen dan terobosan pasar diperlukan untuk meningkatkan harga jual.
Teknologi pun menjadi modal utama dalam hal faktor produksi sehingga
berdampak pada pengeluaran biaya produksi. Sistem bagi hasil yang diterapkan
oleh petani koperasi dan desa menyebabkan pendapatan yang diterima petani
lebih besar daripada menjual ke tengkulak sehingga hal ini akan memotivasi
petani untuk meningkatkan hasil produksinya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ajani (2014) mengenai Rencana bisnis
produk daun pegangan kering (Gotu kola) melalui pendekatan cooperative
entrepreneur di Bogor mendapatkan kesimpulan bahwa rencana bisnis yang
dikembangkan bersama petani melalui pendekatan wirakoperasi mampu
menghasilkan nilai tambah dari tanaman pegangan. Nilai tambah tersebut didapat
karena para petani melakukan pengolahn pasca panen yaitu mengolah daun
pegangan kering menjadi obat herbal/tradisional. Hal ini meyebabkan
meningkatnya keuntungan yang diterima oleh petani dari sebelumnya Rp2 500/kg
hingga Rp12 000/kg. Hal tersebut ternyata meningkatkan motivasi petani dalam
melakukan pengolahan produksi dengan cara bermitra bersama pelaku
wirakoperasi.

9

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Cooperative Entrepeneur (Wirakoperasi)
Baga (2011) menyampaikan bahwa wirakoperasi merupakan bentuk khusus
dari konsep wirausaha untuk mengembangkan usaha petani dengan cara
memanfaatkan peluang yang ada bersama petani. Wirausaha akan menerapkan
konsep bisnis untuk mencapai kesuksesan usaha bersama para petani mitra.
Konsep wirakoperasi tersebut dapat diterapkan dengan melibatkan sejumlah
petani yang berperan sebagai pemasok input usaha yang akan didirikan oleh
seorang wirakoperasi. Usaha tersebut tidak hanya berorientasi pada keuntungan
semata namun juga harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani,
sehingga diperlukan adanya hubungan kerjasama yang baik antara petani dan
pelaku usaha. Peningkatan kesejahteraan dapat berupa meningkatnya keuntungan
yang diperoleh maupun skala usaha para petani yang bergabung dengan badan
usaha yang didirikan oleh pelaku usaha. Wirausaha dapat memberikan
keuntungan bagi pengembangan usaha budidaya yang dijalankan petani.
Wirakoperasi akan melakukan inovasi guna meningkatkan nilai tambah
produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang dimiliki tanpa mengesampingkan
kesejahteraan para petani yang menjadi pemasok utama input produksinya.
Kepercayaan yang telah terjalin antara petani dengan pelaku usaha dapat
memberikan manfaat bagi keduanya. Bagi pelaku usaha, kepastian pasokan bahan
baku yang berkelanjutan akan diperoleh dari petani sebagai pemasok utama. Bagi
petani, akan mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan dengan
ketentuan pembagian hasil yang telah disepakati bersama. Usaha yang didirikan
terdiri dari gabungan para petani dan pelaku usaha itu sendiri. Selain bagian dari
kepemilikan usaha, secara langsung petani berperan sebagi peminjam dana atas
dana investasi yang dibutuhkan oleh usaha yang akan didirikan.
Seorang pelaku usaha dapat memberikan pelatihan kepada petani guna
meningkatkan kinerja, sehingga dapat menghasilkan bahan baku dengan jumlah
optimal dan kualitas yang tinggi. Adanya hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan diantara para pelaku usaha dapat terjalin dengan baik
Aspek Pasar dan pemasaran
Aspek terpenting yang harus dianalisis terlebih dahulu sebelum sebuah
bisnis berjalan adalah menyusun rencana pasar potensial bagi produk/jasa yang
akan dihasilkan. Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan aspek
finansial, tidak akan berarti apabila pasarnya tidak ada maka rencana bisnis akan
dianggap tidak layak untuk dijalankan. Besar permintaan produk serta
kecendrungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang
akan datang perlu diperkirakan dengan cermat. Aspek pasar dan pemasaran
mencoba mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran
dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan.

10

Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis merupakan aspek yang harus dipersiapkan setelah hasil analisis
aspek pasar menunjukkan bisnis memiliki pasar potensial. Berdasarkan analisis
teknislah sebenarnya muncul aspek finansial, karena aspek finansial merupakan
pembiaayaan semua aspek teknis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
aspek teknis ialah
a. lokasi bisnis. Variabel-variabel yang harus diperhatikan dalam pemilihan
lokasi bisnis ialah
- Ketersediaan bahan baku.
- Letak pasar yang dituju.
- Tenaga listrik dan air.
- Supply tenaga kerja.
- Fasilitas transportas.i
- Hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
- Iklim dan keadaan tanah.
- Sikap masyarakat setempat.
- Rencana masa depan perusahaan.
Empat variabel terakhir merupakan variabel tambahan yang mendukung
keberhasilan suatu bisnis.
b. Skala usaha produksi
Variabel yang terkait dalam skala produksi antara lain
- Batasan permintaan.
- Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dibatasi oleh kapasitas teknis dan
kapasitas ekonomi.
- Jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi.
- Kemampuan finansial dan manajemen perusahaan.
- Kemungkinan adanya perubahan teknologi di kemudian hari.
c. Proses produksi dan layout
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Kriteria yang dapat
digunakan untuk evaluasi layout khusunya pabrik antara lain:
- Adanya konsistensi dengan teknologi produksi.
- Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses
yang lainnya.
- Penggunaan ruangan yang optimal.
- Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian
maupun untuk ekspansi.
- Meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk
keselamatan tenaga kerja.
d. Teknologi
Teknologi yang akan digunakan harus mencakup beberapa hal seperti berikut
- Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang
digunakan.
- Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang
memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi bisnis.

11

- Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan
kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga
kerja asing.
- Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan
teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa
pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut,
bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi
masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal
yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih,
bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan,
berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa
anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk
badan usaha yang akan digunakan dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa
disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai
akta, sertifikat dan izin.
Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa
besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat
keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan
kerja atau pengurangan penganguran. Selain itu, aspek ini mempelajari
pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis seperti semakin
ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan
listrik, telepon, dan sarana lainnya. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan
pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis.
Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap
lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik
atau semakin rusak.
Aspek Finansial
Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan jumlah dana
yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan
bisnis. Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan kemudian dipelajari dari
mana kemungkinan dana tersebut diperoleh. Selain itu, di dalam aspek teknis hal
yang perlu dievaluasi antara lain karakteristik produk yang dihasilkan, yakni
kualitas, dimensi, warna, paten, trademark, lisensi, syarat penyimpanan, packing,
syarat pengiriman barang.

12

Kerangka Pemikiran Operasional
Melinjo merupakan jenis sayuran yang mengandung zat antioksidan yang
baik bagi kesehatan tubuh. Pada kondisi aktual, petani yang membudidayakan
komoditas melinjo masih berupa petani kecil dengan pola tanam tumpang sari
sehingga jumlah produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Harga komoditi yang
rendah di pasaran menjadi hambatan utama dalam budidaya melinjo. Selain itu,
produk olahan petani biasanya dikemas dengan sangat sederhana sehingga sangat
sulit memasuki pasar modern.
Untuk mengembangkan keripik kulit melinjo diperlukan suatu perencanaan
yang dimulai dari tahap pendekatan wirakoperasi, persiaapan, mengidentifikasi
setiap aspek yang akan mempengaruhi usaha. Setiap aspek yang telah terkumpul
kemudian dianalisis untuk menghasilkan rencana bisnis yang akan dilakukan.
Rencana bisnis yang dilakukan dapat berupa pendirian usaha dengan melibatkan
para petani kecil ataupun kelompok tani untuk melakukan usaha kolektif bersama
dan menjalin kerjasama. Alur pemikiran kerangka operasional penelitian secara
ringkas ditunjukkan pada pada Gambar 1.

METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan ketua
kelompok tani dan para petani Kelompok Tani Karya Mekar. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan tempat tersebut
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni hingga September untuk pengambilan data.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan
kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan
penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, harga produk dan data
lain yang berkaitan dengan penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi
penelitian serta wawancara dengan petani yang terlibat. Data diperoleh dengan
mewawancarai langsung ketua Kelompok Tani Karya Mekar dan satu orang
petani pembudidaya tanaman sayuran melinjo. Data sekunder diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, perpustakaan, internet dan literatur
yang relevan dengan penelitian.

13

Kulit melinjo mengandung zat antioksidan yang baik
bagi tubuh. Kulit melinjo dapat diolah menjadi makanan
berupa keripik.

1. Ketidakpastian bahan baku
2. Pengolahan keripik kulit melinjo yang tidak
maksimal
3. Pengemasan keripik kulit melinjo yang tidak
berstandar UU
4. Skala usaha petani yang masih kecil
Wirakoperasi
sebagai penggerak

Aspek pasar
dan
pemasaran

1.
2.
3.
4.

permintaan
penawaran
harga
perkiraan
penjualan

Aspek
hukum dan
manajemen

Tenaga kerja
dan peraturan
pemerintah

Aspek teknis
dan teknologi

1. Lokasi
2. Skala
usaha
3. Proses
produksi
dan layout
4. Teknologi

Aspek
finansial

Laba Rugi
Cashflow

Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum
Gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional

14

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara
observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di
Kelompok Tani Karya Mekar. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi
produkstivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan.
Jumlah petani yang dilibatkan dalam pengambilan informasi adalah dua orang
yaitu ketua Kelompok Tani Wanita Karya Mekar dan satu orang petani melinjo.
Metode Analisis Data
Analisis Finansial
1. Net Present Value (NPV)
Bisnis dikatakan layak jika seluruh biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari
manfaat yang diterimanya. Selisih antara total present value manfaat dengan total
present value biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Dalam
kriteria NPV, bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol (NPV > 0)
yang artinya bisnis menghasilkan keuntungan. Satuan dari NPV adalah uang (Rp).
Berikut rumus dari perhitungan

Sumber: Nurmalina et al. 2009



�� =




+

Keterangan :
= Manfaat pada tahun t
= Manfaat pada tahun t
= Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3,…,n), tahun awal bias tahun 0
atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
I = Tingkat DR (%)
= discount faktor (DF) pada tahun ke-t
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan sama dengan nol.
Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%).
Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR nya lebih besar dari opportunity cost of
capital nya (DR). Berikut rumus dari perhitungan IRR.
�� =

Sumber: Nurmalina et al. 2009

+

���

���

���

+

Keterangan :
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
= Discount rate yang menghasilkan NPV negative

15

��
��

= NPV positif
= NPV negative

3. Net Benefit – Cost Ratio
Kriteria ini menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya
terhadapa manfaat yang diterima bisnis. Secara matematis Net B/C dapat
dirumuskan sebagai:

��

=

Sumber: Nurmalina et al. 2009



=0/

=0/










>
<

Keterangan :
= Manfaat pada tahun t
= Manfaat pada tahun t
� = Umur bisnis
i = Discount rate (%)
4. Pay Back Period (PP)
Metode ini mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali. Bisnis yang
payback period nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk bisnis yang
kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metoda ini adalah sulitnya
menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan
sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang dapat
digunakan untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya,
dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan sejenis.

PP =
Sumber: Nurmalina et al. 2009

Keterangan :
I
Ab

= Besarnya biaya investasi yang diperlukan
= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

5. Break Event Point
Dalam studi kelayakan bisnis, analisi titik impas (BEP), digunakan untuk
a. Untuk mengetahui berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi agar
bisnis tidak rugi
b. Berapa harga terendah yang harus ditetapkan agar bisnis tidak rugi.
Formula yang digunakan untuk menghitung BEP adalah,

16

��



=

���� =

��


� ��� � −
��

Sumber: Nurmalina et al. 2009

� ��� � −
��

� �
� �





� ��� �

�� ��� �
�� ��� �

6. Cash Flow (Arus kas)
Cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode
tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaanya.
Penyusunan cash flow dapat melihat tabel dibawah ini.
Tabel 5 Susunan analisis keuangan cashflow
No
Uraian Komponen
I
Inflow
1. Nilai produksi
2. Pinjaman
3. Nilai sewa
4. Grants
5. Salvage value
II
Outflow
1. Biaya investasi
2. Biaya operasional
2.1 Biaya variable
2.2 Biaya tetap
3. Pembayaran bunga pinjaman
4. Pajak
5. Biaya lainnya
Total Outflow
III Net Benefit
IV DF, dengan I = DR (%)
V
PV Net Benefit (NPV) = (III)(IV)
Sumber: Nurmalina et al. 2009

1

2



N

17

RENCANA BISNIS
Asumsi Dasar
Perencanaan bisnis pengolahan keripik kulit melinjo dapat dirumuskan
dalam beberapa asumsi dasar
1. Produk keripik kulit melinjo dipasarkan di toko, warung, swalayan yang
berada di daerah Jabodetabek.
2. Dana untuk pembelian barang-barang investasi brsumber dari pinjaman ke
Bank BRI dengan bunga 12%. Besarnya pinjaman adalah 50 juta dengan masa
cicilan selama 3 tahun.
3. Usaha ini dijalankan dengan pendekatan wirakoperai yang berasal dari luar
koperasi.
4. Harga bahan baku kulit melinjo sebesar Rp5 000/kg
5. Harga produk yang ditetapkan sebesar Rp8 000/bks.
6. Besarnya produk yang dihasilkan usaha ini pada tahun pertama adalah 39 000
unit.
7. Besarnya produk yang dihasilkan usaha ini pada tahun kedua adalah 47 520
unit
8. Bahan baku berasal dari Kelompok Tani Karya Mekar.
9. Sumber air dari usaha ini berasal dari PAM.
10. Sumber listrik dari usaha ini berasal dari PLN.
11. Tenaga kerja berasal dari masyarakat sekitar lokasi pengolahan keripik kuit
melinjo yaitu di daerah Kota Bogor.
12. Dalam melakukan aktivitas distribusi usaha ini menggunakan sepeda motor.
13. Besarnya penyusutan bahan baku adalah 1%. Besaran ini didapat dari
- Sortasi awal bahan baku berkurang sebesar 3%.
- Saat pencucian bobot bahan baku bertambah sebesar 5% yang disebabkan
karena baku mengandung air.
- Pengadonan menyebabkan bobot bahan baku bertambah 7%.
- Pengorengan menyebabkan penurunan kandungan air sebesar 7%.
- Sortasi dan pengeringan menyebabkan penurunan kandungan minyak
sebesar 3%.
14. Pengolahan 10 kg kulit melinjo membutuhkan waktu 1 jam 30 menit. Proses
sortasi dan pencucian membutuhkan waktu sekitar 20 menit, penggorengan
membutuhkan waktu sekitar 20 menit, pengeringan selama 20 menit dan
pengemasan membutuhkan waktu sekitar 30 menit
15. Waktu produksi dalam 1 hari adalah 6 jam, yang dimulai dari pukul 08.00
hingga pukul 14.00. Mulai pukul 14.00 produk yang berupa keripik kulit
melinjo didistribusikan ke toko, warung, supermarket.
Rencana Produk
Bisnis pengolahan kulit melinjo ini akan menghasilkan final product yang
berupa keripik kulit melinjo. Kulit melinjo merupakan sisa hasil pengolahan emping
yang dapat diolah menjadi makanan. Produk diolah menggunakan mesin spinner
untuk meniriskan minyak, timbangan digital untuk menakar keripik kulit melinjo,

18

plastic hand sealer untuk menutup kemasan dan produk yang telah jadi lalu diberi
label yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang tentang pangan.

Market Selection
Analisis Pasar
1. Segmenting
Segmentasi dari produk ini adalah toko-toko atau warung yang menjual
makanan sedangkan pengelompokkan pasar berdasarkan aspek geografisnya
yaitu daerah Jawa.
2. Targeting
Target pasar dari kelompok pasar yang dipilih berdasarkan aspek
geografis adalah toko-toko dan warung-warung yang menjual makanan.
Secara geografis target pasar produk ini adalah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi.
3. Positioning
Keripik kulit melinjo merupakan final product yang dapat dikonsumsi
sebagai cemilan sehat yang dapat dimakan kapan saja.
Marketing Mix Development
1. Product (produk)
Produk yang akan dihasilkan oleh usaha ini merupakan final product
dalam bentuk keripik. Produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan
plastik kemas dengan berat bersih 250 gr per kemasan. Produk keripik kulit
melinjo akan mencantumkan atribut yang sesuai denganUU no 18 Tahun 2012
pasal 97.
2. Price (harga)
Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp8 000 per
bungkus. Harga ditetapkan berdasarkan harga pokok penjualan dengan mark
up 30-50%.
3. Place (tempat)
Lokasi produksi dan sekaligus tempat penjualan langsung produk
berlokasi di Jalan Bangka, Bogor Timur. Lokasi ini dipilih karena merupakan
lokasi yang strategis karena berada di daerah Jalan Raya Bogor Jakarta, dekat
dengan terminal Baranang Siang, Pasar Bogor dan Stasiun Kereta Api Bogor.
Sehingga dengan lokasi yang strategis dapat mempermudah dan menghemat
biaya transportasi produk. Penjualan produk yang dihasilkan ditujukkan untuk
pasar dalam negeri di daerah Jabodetabek dan sekitarnya.
4. Promotion (promosi)
Promosi yang dilakukan dengan carapersonal selling kepada toko-toko
dan warung-warung yang menjual makanan. Selain itu agar dapat memperoleh
pangsa pasar yang lebih luas, promosi juga dilakukan menggunakan media
internet seperti promosi di akun instagram, facebook, maupun twitter.

19

Rencana Operasional
Rencana Jumlah Produksi
Usaha ini menghasilkan final product berupa keripik kulit melinjo. Kegiatan
usaha pengolahan keripik kulit melinjo ini terdiri dari proses sortasi dan pencucian,
pengadonan, penggorengan, pengeringan dan pengemasan. Produk yang
dihasilkan ditujukkan untuk konsumen akhir ataupun retailer. Rencana jumlah
produksi perbulannya pada tahun 1 adalah 3 300 bks sedangkan pada tahun ke
dua sebanyak 3 960 bks.
Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam usaha ini antara lain mesin pengeringan
kering, mesin pengemasan dan timbangan digital. Alat yang digunakan dalam
teknologi pengeringan adalah mesin spinner peniris minyak. Alat ini akan
digunakan untuk mengeringkan kulit melinjo yang masih basah setelah proses
penggorengan. Hal ini dilakukan karena produk akan bertahan dalam jangka
waktu yang lama jika di bungkus dalam keadaan kering. Teknologi pengemasan
menggunakan plastic hand sealer. Mesin ini digunakan agar produk tersegel
dengan sempurna sehingga udara tidak dapat masuk. Dengan menggunakan
teknologi tersebut akan dapat meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi
jumlah dan waktu dan juga dapat menjaga produk agar tidak mudah rusak. Berikut
mesin dan alat yang digunakan dalam proses produksi :
1. Mesin Peniris Minyak (Spinner) Maksindo
Kulit melinjo yang telah digoreng akan mengandung minyak. Kandungan
minyak yang tinggi akan mengakibatkan produk mudah busuk/rusak sehingga
kadar minyaknya harus dikurangi. Selain itu makanan akan menjadi lebih higienis
jika kadar minyaknya rendah karena dapat mengurangi kandungan
lemak/kolesterol. Penggunaan saringan tidak terlalu efektif dikarenakan tidak
menjangkau semua bagian keripik terutama keripik bagian atas, oleh sebab itu
pengeringan dilakukan dengan mesin spinner. Cara kerja mesin adalah dengan
menggoyang dan memutar makanan yang dimasukkan ke dalamnya. Adapaun
gambar peniris minyak (spinner) ditunjukkan pada Gambar 2.
Spesifikasi Mesin Peniris minyak (Spinner) Maksindo
- Tipe : SPIN-25 Agrowindo
- Kapasitas : 25 kg/prose
- Listrik: ½ - 1 HP atau sekitar 400-750 watt, 220 V/1 P
- Dimensi : 80 x 60 x 75 cm
- Silinder : Stainless Steel
- Keranjang : vorporasi stainless steel
- Tabung : Stainless steel
- Merek : Agrowindo, diproduksi PT Agrowindo

20

Gambar 2 Mesin spinner peniris minyak
2. Timbangan Digital
Keripik kulit melinjo yang telah dikeringkan kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital sebelum dikemas. Timbangan digital dipilih agar
perhitungannya lebih akurat. Berat bersih setiap kemasan adalah 250 gr, oleh
karena itu harus menggunakan timbangan dengan skala kecil. Timbangan digital
yang digunakan adalah timbangan merek Camry dengan kapasitas 5 kg. Adapun
gambar timbangan digital ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Timbangan digital
3. Plastichand sealer
Produk kulit melinjo kemudian dikemas dengan menggunakan mesin plastic
hand sealer. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara memanaskan bagian
tepi atas plastik sehingga tertutup rapat. Teknologi pengemasan hand sealer
dipilih karena dapat menutup dengan rapat plastik kemasan sehingga mampu
meningkatkan umur simpan produk. Adapaun gambar plastic hand sealer
ditunjukkan pada Gambar 4.

21

Gambar 4 Plastic Hand Sealer
Spesifikasi mesin Plastikhand sealer
- Tipe PCS200C
- Side cutter model
- Seal length : 200 mm
- Seal Width : 2 mm
- Machine Weight : 2.7 kg
Bahan Baku
Bahan baku dari usaha pengolahan keripik kulit melinjo berupa kulit melinjo
merah yang diperoleh dari sisa hasil pengolahan emping. Bahan baku melinjo
diperoleh dari petani-petani yang tergabung di dalam koperasi maupun non
koperasi yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Petani-petani
tersebut merupakan petani mitra yang bertugas sebagai pemasok dalam proses
pengolahan keripik kulit melinjo. Untuk menghasilkan 1 kg kulit melinjo
dibutuhkan 4 kg melinjo segar. Disamping itu proses pencucian, sortasi dan
penggorengan menyebabkan penyusutan bahan baku sebesar 1 %. Kebutuhan
baku kulit melinjo per bulan disajikan dalam Tabel 6. Adapun gambar melinjo
yang dgunakan sebagai bahan baku keripik kulit melinjo ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5 Melinjo

22

Tabel 6 Rencana kebutuhan bahan baku per bulan
Satuan
Input
Kulit Melinjo
Penyusutan (1%)
Bahan baku kulit melinjo
Plastik kemasan
Kemasan sekunder (kardus)
Output
Keripik kulit melinjo

Tahun
Pertama

Jumlah
Tahun kedua dan
seterusnya

Kg
Kg
Kg
Lembar
Kardus

10 000
100
9 900
39 600
3 300

12 000
120
11 880
47 520
3 960

bk