Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN INSULIN-LIKE GROWTH
FACTOR-1 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI
BPTU KDI-HPT PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN
MOHAMAD JAFAR SIDIQ
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Keragaman
Gen Insulin-like Growth Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU
KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Mohamad Jafar Sidiq
NIM D14100005
ABSTRAK
MOHAMAD JAFAR SIDIQ. Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth
Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari
Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh RINI HERLINA MULYONO dan
JAKARIA.
Produksi daging kambing Peranakan Etawah (PE) dapat ditingkatkan
melalui peningkatan mutu genetik berdasarkan eksplorasi potensi gen yang diduga
berpengaruh pada pertumbuhan. Gen Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1)
diduga berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan dan produksi susu. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman gen IGF-1 pada kambing PE di
BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan. Polymerase Chain ReactionRestriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) adalah metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi keragaman genotip. Keragaman gen IGF-1
posisi 5’-flanking region dianalisa pada 115 sampel darah kambing PE. Primer
yang dirancang dikhususkan untuk mengamplifikasi sekuen DNA target dengan
panjang 249 pb. Enzim restriksi SnaBI yang memotong hasil amplifikasi
menghasilkan satu alel B dengan frekuensi 1.00. Hasil penelitian menunjukan
bahwa gen IGF-1|SnaBI pada kambing PE bersifat monomorfik. Berdasarkan
penelitian terdahulu, alel B terfiksasi pada bobot badan dan ukuran tubuh.
Kata kunci: IGF-1, kambing PE, keragaman, PCR-RFLP
ABSTRACT
MOHAMAD JAFAR SIDIQ. Identification of Gen Insulin-like Growth Factor-1
Variability at Etawah Grade Goats in BPTU KDI-HPT Pelaihari South
Kalimantan. Supervised by RINI HERLINA MULYONO and JAKARIA.
Etawah grade goats meat productions can be improved through the efforts of
livestock genetic enhancement based on the exploration of potential genes that
supposedly strong influence in growth trait. Insulin-like growth factor-1 (IGF-1)
gene is known to be associated with the milk production and growth traits. The
objective of this research was to identify the polymorphism of IGF-1 gene in
Etawah grade goats from BPTU KDI-HPT Pelaihari South Kalimantan.
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCRRFLP) method used to detect the genotype of IGF-1 gene. Polymorphism in 5’flanking region of IGF-1 gene was studied in 115 Etawah grade goats blood
samples. A primer designed specifically was used to amplify a fragment DNA of
IGF-1 locus along 249 bp. Restriction with SnaBI revealed one allele B was cut at
one restriction site in fragment 249 bp. The frequencies for allele B was 1.00,
resulting monomorphic allele. Based on Ge et al. (2001) and Siadkowska et al.
(2006) researchs, allele B was associated on weight and body size.
Key words: Etawah grade goats, IGF-1 gene, PCR-RFLP, polymorphism
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN INSULIN-LIKE GROWTH
FACTOR-1 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI
BPTU KDI-HPT PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN
MOHAMAD JAFAR SIDIQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth Factor-1 pada
Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari
Kalimantan Selatan
Nama
: Mohamad Jafar Sidiq
NIM
: D14100005
Disetujui oleh
Ir Rini H Mulyono, MSi
Pembimbing I
Dr Jakaria, SPt MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih pada penelitian yang diselesaikan bulan Maret 2014 ini ialah kambing
Peranakan Etawah, dengan judul Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth
Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari
Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Rini H Mulyono, MSi dan Dr
Jakaria, SPt MSi selaku pembimbing penelitian, M Baihaqi, SPt MSc selaku
dosen penguji ujian akhir skripsi, serta Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc yang
telah banyak memberi saran. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Eryk
Andreas, SPt MSi; Shelvi, SSi; Isyana Khoerunissa, SPt; Ahmad Furqon, SPt;
Pandu, SPt; Komang Alit, SPt MSi; Ferdy Saputra, SPt MSi; Annisa Okta, SPt
Msi dan Roaslein Putri, SPt dari Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, yang
telah membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada mamah (Sari Sutrisno), bapak (Drs Ragil Sarjoko),
kakak (drh Joko Warsito dan Eva Kania Purnasiswi, AmdKeb), adik (Dede
Kuncara Yekti), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat khususnya Ria Putri
Rahmadani yang selalu mendampingi dan menyemangati; Angga, Fender dan
Novita selaku teman 1 tim penelitian yang selalu bersama; sahabat terbaik dari
IPTP 47 Leo, Faisal, Hafiz, Rayis, Nova, Laras, Ica, Anita, Ishfi, Hesti, Mpie,
Nidar, Vinny beserta teman-teman D’Protector lainnya; sahabat Fokkus Subang
Dede, Bred, Mbot, Ega, Ujang, Arman, Yusup, Radia, Fahmi; juga sahabat
D’Ransum atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Mohamad Jafar Sidiq
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi
Prosedur
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplifikasi dan Genotyping Gen IGF-1
Frekuensi Alel dan Pendugaan Arah Seleksi Kambing PE
Penelitian berdasarkan Asosiasi antara Gen IGF-1 dengan Produksi
Susu dan Pertumbuhan pada Penelitian Terdahulu
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
1
1
2
2
2
2
2
3
5
5
5
8
9
9
13
15
DAFTAR GAMBAR
1. Posisi penempelan primer pada sekuen gen IGF-1 5’-flanking region
berdasarkan Gen Bank (nomor akses HQ731040.1)
2. Visualisasi hasil amplifikasi gen IGF-1 kambing PE dengan panjang
249 pb pada gel agarose 1.5%.
3. Visualisasi hasil PCR-RFLP gen IGF-1|SnaBI kambing PE pada gel
agarose 2% yang bergenotip BB (249 pb).
4. Perbedaan sekuen alel A dan B pada gen IGF-1 sapi FH Poland nomor
akses GenBank AF210383 (Siadkowska et al. 2006).
4
6
7
7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi daging penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari 2.40 g
kapita-1 hari-1 pada tahun 2008 menjadi 3.41 g kapita-1 hari-1 pada tahun 2012, atau
mengalami laju peningkatan sebesar 42.08% selama 5 tahun (BPS 2014).
Konsumsi daging akan terus meningkat hingga mencapai angka 4 g kapita-1 hari-1
pada tahun 2015. Berdasarkan program swasembada sapi 2014, kemampuan
produksi daging sapi di dalam negeri baru mampu memberikan kontribusi sekitar
30% terhadap kebutuhan nasional, sehingga perlu mendatangkan daging dari luar
(Permentan 2010). Substitusi daging sapi dari ternak lain untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi protein hewani nasional sangat dibutuhkan demi tercapainya
ketahanan pangan di Indonesia.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan rumpun kambing lokal
Indonesia yang telah dibudidayakan secara turun temurun, sehingga menjadi
kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia (Kepmentan
695/kpts/PD.410/2/2013). Populasi ternak kambing di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan statistik peternakan tahun 2014, populasi kambing
mengalami peningkatan sebesar 30% dalam kurun waktu 5 tahun. Namun,
perkembangan produktivitasnya hampir tidak mengalami kemajuan berarti.
Terlihat pada ketersediaan daging kambing dan domba di pasar Indonesia yang
tergolong sangat rendah yaitu sebesar 7.32% (Ditjennak 2014). Evaluasi
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak kambing
perlu dilakukan.
Kambing PE termasuk ternak tipe perah karena produksi susunya yang
tinggi melebihi yang dibutuhkan anaknya. Satu ekor kambing PE dapat
memproduksi susu 1-3 L hari-1 (Kepmentan 695/kpts/PD.410/2/2013). Balai
Pembibitan Ternak Unggul Kambing Domba Itik-Hijauan Pakan Ternak (BPTU
KDI-HPT) Pelaihari, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu lembaga yang
spesifik menangani peningkatan produktivitas kambing. Namun, karena kondisi
lingkungan di BPTU KDI-HPT sangat panas dan gersang, sehingga tidak
memungkinkan untuk mengembangbiakkan ternak perah. Lembaga tersebut
bertujuan untuk mengarahkan kambing PE sebagai ternak penghasil daging karena
bobot hidupnya yang cukup tinggi dan toleran terhadap panas. Kambing PE
mempunyai bobot hidup antara 40-45 kg (Atabany et al. 2009). Kambing PE
diharapkan dapat meningkatkan pasokan daging di masyarakat. Data fenotipik
dan genotipik sangat diperlukan untuk mendukung program tersebut.
Produktivitas kambing PE sebagai ternak penghasil daging dapat
ditingkatkan melalui upaya peningkatan mutu genetik. Salah satu gen yang
mengontrol sifat produksi dan pertumbuhan pada ternak adalah gen Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1). Menurut Werner et al. (1994), gen IGF-1 berperan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mamalia. Gen IGF-1 juga
berperan pada pertumbuhan pasca lahir serta membantu mengatur pertumbuhan
tulang dan otot (Sellier 2000). Beberapa peneliti melaporkan terdapat korelasi
antara IGF-1 dengan laju pertumbuhan pada sapi Angus (Ge et al. 2001).
Siadkowska et al. (2006) juga melaporkan terdapat korelasi antara IGF-1 dengan
2
bobot sapih dan produksi susu pada sapi Frisian-Holstein Polandia. Deng et al.
(2010) menghubungkan gen IGF-1 dengan produksi susu dan ukuran tubuh pada
kambing perah Cina. Keberagaman pada gen IGF-1 pada populasi kambing PE
dapat dijadikan acuan untuk peningkatan frekuensi gen yang dikehendaki melalui
seleksi.
Identifikasi gen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dilakukan dengan
metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP). Metode tersebut merupakan metode untuk mendeteksi kejadian
mutasi pada situs pemotongan yang khas oleh suatu enzim restriksi (Muladno
2010). Keterbatasan informasi mengenai keragaman gen IGF-1 pada kambing PE
menjadi dasar penelitian ini dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keragaman gen Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1) posisi 5’-flanking region pada kambing Peranakan
Etawah (PE) di BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu identifikasi keragaman gen Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1) posisi 5’-flanking region pada ternak kambing PE
sebanyak 115 ekor menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi
SnaBI.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai bulan Maret 2014.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Materi
Sampel
Sampel darah yang digunakan pada penelitian ini merupakan koleksi darah
yang berada di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Sampel darah tersebut berasal dari 115 ekor kambing PE (8 ekor jantan
dan 107 ekor betina) yang dipelihara di BPTU KDI-HPT Pelaihari, Kalimantan
Selatan.
3
Ekstraksi DNA
Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi DNA darah terdiri atas EtOH
absolute 70%, destilation water (DW), EDTA, NaCl 0.2%, 1 x STE (Sodium trisEDTA), SDS (Sodium dodecyl sulphat) 10%, Proteinase-K 5 mg mL-1, phenol,
CIAA (chloroform isoamil alkohol), NaCl 5 M, dan TE (tris elution) 80%. Alatalat yang akan digunakan untuk ekstraksi DNA adalah tabung 1.5 mL, satu set
pipetor beserta tip, vortex, sentrifuge, tilter, freezer dan inkubator.
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP)
Bahan-bahan yang digunakan untuk PCR-RFLP adalah sampel DNA,
destilation water (DW), buffer, MgCl2, pasangan primer forward dan reverse,
enzim Taq polymerase, dNTPs, dan enzim restriksi SnaBI (TAC|GTA). Alat-alat
yang akan digunakan pada proses PCR-RFLP adalah mesin PCR thermocycler,
vortex, micro sentrifuge, tabung PCR, satu set micropippet beserta tip,
refrigerator, dan inkubator. Primer yang digunakan pada penelitian ini dikutip
dari Ge et al. (2001), yaitu forward: 5’-ATTACAAAGCTGCCTGCCCC-3’ dan
reverse: 5’-ACCTTACCCGTATGAAAGGAATATACGT-3’.
Elektroforesis
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gel elektroforesis terdiri atas
serbuk agarose, larutan 0.5 x TBE (Tris-Borat EDTA) dan EtBr (Etidium
Bromide). Bahan yang digunakan untuk elektroforesis produk PCR adalah
produk PCR, loading dye dan marker 100 bp. Alat-alat yang akan digunakan
adalah satu set tray pencetak gel, timbangan digital, pipetor, tip, breaker glass,
microwave, stirrer, power supply 100 volt dan UV transilluminator.
Prosedur
Ekstraksi DNA
Metode ekstraksi DNA yang digunakan yaitu metode menurut Sambrook et
al. (1989). Pertama-tama, sampel darah diambil sebanyak 200 µL dan
ditambahkan dengan 1 000 µL DW, kemudian dipusingkan pada kecepatan 8 000
rpm selama 5 menit sampai terbentuk endapan. Endapan kemudian ditambahkan
dengan 1 x STE sebanyak 350 µL, 10% SDS sebanyak 40 µL dan enzim
proteinase K 5 mg mL-1 sebanyak 10 µL. Sampel diinkubasi dan digoyang secara
perlahan pada suhu 55 oC selama 2 jam.
Larutan phenol ditambahkan ke sampel yang telah diinkubasi sebanyak 400
µL, CIAA sebanyak 400 µL dan NaCl 5 M sebanyak 40 µL, kemudian
digoyangkan perlahan selama 1 jam pada suhu ruang. Selanjutnya, sampel
dipusingkan pada kecepatan 12 000 rpm selama 5 menit. Cairan bening pada
lapisan paling atas diambil sebanyak 400 µL dan dipindahkan ke tabung baru
kemudian ditambahkan EtOH absolute (70%) sebanyak 800 µL dan NaCl 5 M
sebanyak 40 µL, lalu dibekukan selama 12 jam dalam frezeer (overnight). Sampel
dipusingkan pada kecepatan 12 000 rpm selama 5 menit sampai terbentuk
endapan putih. Endapan ditiriskan dan ditambah dengan 100 µL TE 80%.
4
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP)
Tahapan amplifikasi DNA (PCR) yaitu DNA hasil ekstraksi diambil
sebanyak 1 µL dan dimasukkan ke dalam tabung 0.2 mL, kemudian ditambahkan
larutan premix dengan volume 14 µL. Premix dibuat dengan campuran 0.2 µL
primer, 0.3 µL dNTPs, 1.2 µL MgCl2, 1.5 µL buffer, 0.05 µL enzim Taq
polymerase dan 10.55 µL DW. Campuran sampel DNA dan premix tersebut
diinkubasi dengan menggunakan mesin PCR thermocycler.
Proses amplifikasi DNA terdiri atas 35 siklus. Tahap awal yaitu predenaturasi 95 oC selama 5 menit yang kemudian diikuti dengan siklus PCR yaitu
denaturasi 95 oC selama 10 detik, penempelan (annealing) 58 oC selama 20 detik
dan ekstensi (elongasi) DNA pada suhu 72 oC selama 30 detik. Tahapan akhir
adalah pemanjangan primer (post-elongasi) pada suhu 72 oC selama 5 menit.
Hasil amplifikasi DNA divisualisasikan dengan elektroforesis. Pita-pita DNA
yang muncul dibandingkan dengan marker untuk mengetahui panjang pita.
Teknik PCR yang digunakan yaitu Primer Introduced Restriction Analysis
(PIRA). Teknik PCR-PIRA digunakan untuk mendeteksi mutasi dengan
mengintroduksikan situs restriksi artifisial menggunakan primer yang
dimodifikasi. Posisi penempelan primer dan titik potong/PIRA disajikan pada
Gambar 1.
1381
1431
1481
1531
1581
1631
atgagacagt
caggttctag
ggtcatccca
ttaaaatcat
taaattttgt
aatattcctt
gtcctgaggg
gaaatgagat
gcgccgtctt
agagtatgct
cttggctctg
tcatacgggt
Primer forward
Primer reverse
Titik potong/PIRA
gagccaatta
cattcccctc
ccagtctagt
tgagatgtct
gaatataaaa
aaggtgtatt
caaagctgcc
acttggcaac
ttaccccagt
ttttttcatt
ttgctcaccc
agcagatgtg
tgcccctttc
caggacgagg
cgtttgaggg
tcttgttttt
atcctccacg
tgtgtcttca
5’-attacaaagctgcctgcccc-3’
5’-accttacccgtatgaaaggaatatacgt-3’
5’-tac|gta-3’
Gambar 1 Posisi penempelan primer dan titik potong/PIRA pada sekuen gen
IGF-1 5’-flanking region berdasarkan Gen Bank (nomor akses
HQ731040.1)
Genotyping (RFLP) dilakukan dengan cara menambah 5 µL amplikon
(produk PCR) dengan 1 µL DW, 0.7 µL buffer tango dan 0.3 µL enzim restriksi
SnaBI (TAC|GTA), kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 16 jam. Hasil
pemotongan DNA divisualisasikan dengan elektroforesis. Pita-pita DNA yang
muncul merupakan situs pemotongan dari enzim dan akan dibandingkan dengan
marker untuk mengetahui panjang pita. Jumlah setiap pita DNA dari sampel
dibandingkan untuk menentukan genotip individu.
Elektroforesis
Elektroforesis menggunakan gel dengan konsentrasi agarose yang berbeda
pada masing-masing prosedur. Produk ekstraksi dielektroforesis menggunakan
agarose gel 1% yang dibuat dari 0.2 g serbuk agarose, 20 mL 0.5 x TBE, dan 1.8
µL EtBr. Produk PCR dielektroforesis menggunakan agarose gel 1.5% yang
5
dibuat dari 0.3 g serbuk agarose, 20 mL 0.5 x TBE, dan 1.8 µL EtBr. Produk
RFLP dielektroforesis menggunakan agarose gel 2% yang dibuat dari 0.4 g
serbuk agarose, 20 mL 0.5 x TBE, dan 1.8 µL EtBr.
Gel dicetak pada tray pencetak lalu ditunggu hingga mengeras. Sampel
sebanyak 5 µL dilarutkan dalam loading dye 1 µL dan dimasukan ke dalam sumur
tray. Elektroforesis dilakukan selama 35-45 menit pada tegangan konstan 100 V
atau sampai pewarna bromtimol blue mencapai bagian bawah gel. Pita-pita akan
tampak dengan bantuan sinar ultra violet pada UV transilluminator.
Analisis Data
Analisis data menggunakan perhitungan frekuensi genotipe dan frekuensi
alel. Frekuensi genotipe (xii) dapat diketahui dengan perbandingan jumlah
genotipe tertentu pada setiap sampel (Nei dan Kumar 2000) dengan rumus sebagai
berikut:
xii =
Keterangan:
nii
N
xii = frekuensi genotipe ke-ii
nii = jumlah individu bergenotipe ii
N = jumlah individu sampel
Frekuensi alel (xi) adalah rasio relatif suatu alel terhadap keseluruhan alel
pada suatu lokus dalam populasi, dengan rumus sebagai berikut:
xi =
Keterangan:
xi
nii
nij
N
2nii + nij
2N
= frekuensi alel ke-i
= jumlah individu bergenotipe ii
= jumlah individu bergenotipe ij
= jumlah individu sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplifikasi dan Genotyping Gen IGF-1
Penelitian ini menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
untuk mengamplifikasi segmen DNA.
Primer yang digunakan disusun
berdasarkan literatur Ge et al. (2001) untuk mengamplifikasi gen IGF-1 posisi 5’flanking region pada sapi Angus, Sidakowska et al. (2006) pada sapi FriesianHolstein Polandia, dan Deng et al. (2010) pada kambing perah China. Primer
yang digunakan dapat berkomplemen pada masing-masing ternak yang
digunakan, karena terdapat kesamaan sekuen di posisi 5’-flanking region gen
IGF-1 antara ketiga bangsa ternak tersebut.
Pada penelitian ini, persentase keberhasilan amplifikasi gen IGF-1 posisi 5’flanking region pada 115 kambing PE adalah 100%. Menurut Muladno (2010)
proses amplifikasi di dalam mesin thermocycler sesuai dengan siklus PCR dimulai
dengan denaturasi DNA untuk memisahkan rantai DNA menjadi rantai tunggal,
penempelan primer pada cetakan DNA yang telah terpisah (annealing), yang
6
diakhiri dengan sintesis molekul DNA yang disebut ekstensi. Dijelaskan bahwa
siklus PCR berlangsung sebanyak 30-35 kali. Sulandari dan Zein (2003)
menyatakan bahwa tahapan pre-denaturasi sebelum siklus dilalui untuk
memastikan bahwa semua DNA target benar-benar terdenaturasi, sedangkan
tahapan post-ekstensi setelah siklus dilalui untuk memastikan bahwa semua hasil
PCR berbentuk untai ganda. Pada penelitian ini siklus PCR dilakukan sebanyak
35 kali.
Penelitian ini menggunakan suhu pre-denaturasi 95 oC selama 5 menit
kemudian dilanjutkan tahapan denaturasi pada suhu 95 oC selama 10 detik.
Sulandari dan Zein (2003) menyatakan bahwa suhu umum untuk denaturasi DNA
berkisar 94-95 oC selama 30 detik sesuai dengan banyaknya nukleotida G dan C.
Semakin banyak nukleotida G dan C pada DNA target maka suhunya semakin
tinggi. Proses denaturasi pada penelitian ini lebih cepat dibandingkan dengan
Sulandari dan Zein (2003).
Proses selanjutnya pada penelitian ini yaitu annealing pada suhu 58 oC
selama 20 detik. Suhu annealing yang digunakan pada penelitian ini berbeda
dengan yang digunakan oleh Ge et al. (2001) yaitu pada 60.3 oC selama 40 detik.
Proses ekstensi atau pemanjangan untai DNA setelah penempelan primer pada
penelitian ini terjadi pada suhu 72 oC selama 30 detik. Menurut Sulandari dan
Zein (2003), proses ekstensi terjadi karena enzim DNA polimerase membentuk
untaian DNA yang berkomplemen dengan kecepatan penyusunan nukleotida
sebanyak 35-100 nukleotida per detik. Proses ekstensi pada penelitian ini
menghasilkan 235 fragmen DNA karena melalui 35 siklus. Proses terakhir yaitu
post-ekstensi dilalui pada suhu 72 oC selama 5 menit.
Gen IGF-1 pada kambing PE berhasil diamplifikasi dengan panjang produk
PCR 249 pb, berdasarkan sekuen gen IGF-1 capra (Gen Bank nomor akses
HQ731040.1) yang hanya ditunjukkan dengan 1 pita hasil amplifikasi sepanjang
249 pb. Hasil amplifikasi gen IGF-I yang diperoleh divisualisasikan pada gel
agarose 1.5% seperti yang disajikan pada Gambar 2. Hasil pita amplifikasi pada
penelitian ini diperlihatkan diantara 200-300 pb.
M: marker (100 pb), 1-14: sampel DNA kambing PE.
Gambar 2 Visualisasi hasil amplifikasi gen IGF-1 kambing PE dengan panjang
249 pb pada gel agarose 1.5%.
Pendeteksian keragaman (genotyping) gen IGF-1 5’-flanking region pada
penelitian ini menggunakan metode Restriction Fragment Length Polymorphism
7
(RFLP). Teknik ini diketahui sebagai metode yang paling mudah, murah, dan
akurat dalam mendeteksi mutasi subtitusi pada beberapa populasi ternak
(Sumantri et al. 2007). Enzim restriksi yang digunakan yaitu SnaBI (TAC|GTA).
Hasil genotyping pada penelitian ini ditemukan 1 fragmen DNA dalam bentuk pita
dengan panjang 249 pb pada semua sampel DNA individu. Hal tersebut terjadi
karena enzim restriksi SnaBI tidak mengenali situs potong pada amplikon. Hasil
genotyping divisualisasikan pada gel agarose 2% yang disajikan pada Gambar 3.
M: marker (100 pb), A: amplikon, 1-13: sampel DNA kambing PE
Gambar 3 Visualisasi hasil genotyping gen IGF-1|SnaBI kambing PE pada gel
agarose 2% dengan genotip BB (249 pb).
Pita dengan panjang 249 pb berdasarkan Siadkowska et al. (2006)
menunjukkan alel B karena tidak terjadi pemotongan oleh enzim restriksi.
Siadkowska et al. (2006) menjelaskan apabila terjadi mutasi karena enzim SnaBI
mengenali daerah situs potong maka alel yang muncul adalah alel A dengan
panjang 223 pb. Siadkowska et al. (2006) menggunakan primer yang sama
dengan yang digunakan pada penelitian ini, sehingga penentuan jenis alel
berdasarkan peneliti-peneliti tersebut. Pada penelitian ini pita dengan panjang 249
pb pada semua sampel DNA individu kambing PE menunjukkan alel yang
seragam yaitu alel B (Gambar 3). Gen IGF-1 kambing memiliki 6 784 pasangan
basa. Gambar 4 menyajikan perbedaan sekuen alel A dan alel B pada gen IGF-1
menurut Siadkowska et al. (2006). Pada alel A, mutasi transisi antar basa
pirimidin TC terjadi pada basa ke-1 627 atau pada basa ke-221 amplikon
(produk PCR) karena titik potong enzim SnaBI (TAC|GTA); sedangkan pada
Alel B tidak terjadi mutasi, seperti yang ditemukan pada penelitian ini.
Alel A: 5’-----cccatcctcTAC|GAAtattcctt-----3’
Alel B: 5’-----cccatcctcCAC|GAAtattcctt-----3’
Gambar 4 Perbedaan sekuen alel A dan B pada gen IGF-1 sapi FH Poland nomor
akses GenBank AF210383 (Siadkowska et al. 2006)
Berdasarkan penelitian Siadkowska et al. (2006), sapi yang bergenotip AA
ditunjukkan dengan 1 fragmen DNA (pita) panjang 223 pb. Genotip BB
8
ditunjukkan dengan 1 pita dengan panjang 249 pb, sedangkan genotip AB
ditunjukkan dengan 2 pita dengan panjang 223 dan 249 pb. Penelitian ini
memperoleh 1 pita dengan panjang 249 pb, sehingga semua individu kambing PE
Pelaihari bergenotip BB.
Frekuensi Alel dan Pendugaan Arah Seleksi Kambing PE Penelitian
berdasarkan Asosiasi antara Gen IGF-1 dengan Produksi Susu dan
Pertumbuhan pada Penelitian Terdahulu
Alel yang ditemukan pada penelitian ini hanya 1 jenis yaitu alel B (100%).
Menurut Allendorf dan Luikart (2006), suatu alel dinyatakan polimorfik jika
memiliki frekuensi alel sama dengan atau kurang dari 0.99 (99%). Nilai tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat mutasi pada basa target. Asosiasi antara jenis
alel pada gen IGF-1 terhadap produksi susu dan pertumbuhan berdasarkan
penelitian Ge et al. (2001), Siadkowska et al. (2006), dan Anggraeni et al. (2012),
digunakan untuk menduga arah seleksi kambing PE penelitian. Frekuensi alel
sapi Angus, sapi FH Polandia, sapi FH Ciawi, dan kambing PE penelitian ini serta
pendugaan asosiasi antara gen IGF-1 dengan produksi susu dan pertumbuhan
berdasarkan penelitian terdahulu, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Frekuensi alel gen IGF-1 kambing PE penelitian dan beberapa jenis sapi
penelitian terdahulu serta asosiasinya berdasarkan asosiasi penelitian
terdahulu
No.
Jenis Ternak
Alel
A
B
Frek.
0.639
0.361
Asosiasi
Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan cepat
1.
Sapi Angus
2.
Sapi FH Polandia
A
B
0.520
0.480
Produksi susu tinggi
Bobot hidup tinggi
3.
Sapi FH Ciawi-Indonesia
A
B
0.000
1.000
-
4.
Kambing PE BPTU KDI-HPT
A
B
0.000
1.000
-
Sumber: 1. Ge et al. (2001), 2. Siadkowska et al. (2006), 3. Anggraeni et al. (2012),
4. Hasil penelitian
Ge et al. (2001) melaporkan pada sapi Angus memiliki 2 alel (A dan B) dan
menghasilkan 3 genotip, yaitu genotip AA (226 pb), genotip AB (226 dan 249
pb), dan genotip BB (249 pb). Genotip BB memiliki bobot hidup yang paling
tinggi. Siadkowska et al. (2006) melaporkan pada sapi FH Polandia memiliki 2
alel (A dan B) dan menghasilkan 3 genotip, yaitu genotip AA (223 dan 26 pb),
genotip AB (249, 223, dan 26 pb), dan genotip BB (249 pb). Genotip AB
memiliki produksi susu dan kualitas karkas paling baik, sedangkan genotip BB
memiliki sifat pertumbuhan yang paling baik. Penelitian Anggraeni et al. (2012)
untuk penentuan alel pada gen IGF-I sapi FH Ciawi-Indonesia diperoleh hasil
monomorfik.
Hasil monomorfik genotyping gen IGF-1 kambing PE penelitian terfiksasi
pada alel B kemungkinan menunjukkan bahwa populasi kambing PE BPTU KDI-
9
HPT Pelaihari merupakan hasil seleksi ke arah pedaging. Hal itu terjadi karena
populasi yang digunakan merupakan hasil seleksi bakalan sesuai dengan SNI
berdasarkan ukuran tubuh dan bobot badan dari populasi kambing PE yang
didatangkan dari Kaligesing Jawa Tengah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Identifikasi keragaman gen IGF-1 posisi 5’-flanking region pada populasi
kambing PE di BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan diperoleh genotip
BB dan alel B (100%). Hal tersebut menunjukan bahwa populasi kambing PE di
BPTU KDI-HPT terjadi keseragaman (monomorfik) pada gen IGF-1 posisi 5’flanking region.
Saran
Identifikasi keragaman pada populasi kambing PE di BPTU KDI-HPT
Pelaihari Kalimantan Selatan yang lebih besar, dan populasi kambing PE dengan
letak geografis dan keadaan lingkungan yang berbeda dari populasi yang
digunakan pada penelitian, perlu dilakukan. Identifikasi keragaman gen IGF-1
pada fragmen yang berbeda diperlukan untuk menemukan keragaman yang lebih
tinggi. Metode identifikasi keragaman selain PCR-RFLP, misalnya dengan
metode Polymerase Chain Reaction-Single Strand Conformation Polymorphism
(PCR-SSCP), juga perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Ternak Menurut Provinsi dan
Jenis Ternak 2000-2012. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
[Ditjennak]. Direktorat Jenderal Peternakan. 2014. Statistik Peternakan 2012.
Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[Kepmentan]. Keputusan Menteri Pertanian. 2013. Penetapan Rumpun Kambing
Peranakan
Etawah.
Keputusan
Menteri
Pertanian
No
695/kpts/PD.410/2/2013. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[Permentan]. Peraturan Menteri Pertanian. 2010. Pedoman Umum Program
Swasembada Daging Sapi 2014. Peraturan Menteri Pertanian No
19/Permentan/OT.140/2/2010. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Allendorf FW, Luikart G. 2006. Conservation and The Genetics of Populations.
Oxford (UK): Blackwell Pub.
Anggraeni A, Hasinah H, Arta SA, Tiesnamurti B, Misrianti R, Andreas E. 2012.
Genetic Variation of the IGF1 and OPN Genes in Holstein-Friesian Dairy
Cattle of Historical and Non-Historical Twins. Proceeding of the 2nd
International Seminar on Animal Industry. Bogor (ID): IPB.
10
Atabany A. 2013. Beternak Kambing Peranakan Etawah. Bogor (ID): IPB Pr.
Deng C, Ma R, Yue X, Lan X, Chen H, Lei C. 2010. Association of IGF-1 gene
polymorphisms with milk yield and body size in Chinese dairy goats.
Genetics molecular biol. 33(2): 266-270.
Ge W, Davis ME, Hines HC, Irvin KM, Simmen RC. 2001. Association of a
genetic marker with blood serum Insulin-like Growth Factor-1
concentration and growth traits in Angus cattle. J. Anim. Sci. 79:1757-1762.
Muladno. 2010. Teknologi Rekayasa Genetika. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.
Nei M, Kumar S. 2000. Molecular Evolution dan Phylogenetics. New York
(US): Oxford University Pr.
Noor RR. 2010. Genetika Ternak. Ed ke-6. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sambrook J, Fritsch EF, Medrano JF. 1989. Molecular Cloning: a Laboratory
Manual. Ed ke-2. New York (US): Cold Spring Harbor Laboratory Pr.
Siadkowska E, Zwierzchowski L, Oprzadek J, Strzalkowska N, Bagnieka E,
Krzyzewski J. 2006. Effect of polymorphism in IGF-1 gene on production
traits in Polish Holstein-Friesian cattle. Anim. Sci. Pap. Rep. 24(3): 225-237.
Sellier P. 2000. Genetically caused retarded growth in animals. Domest Anim.
Endocrinol. 19:105-119.
Sulandari S, Zein MSA. 2003. Panduan Praktis Laboratorium DNA. Cibinong
(ID): Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Pr.
Sumantri C, Anggraeni A, Farajallah A, Perwitasari D. 2007. Keragaman
mikrosatelit DNA sapi perah FH di Balai Pembibitan Ternak Unggul
Baturraden. JITV. 12: 124-133.
Werner H, M Adamo, CT Roberts Jr, D LeRoith. 1994. Molecular and cellular
aspects of insulin-like growth factor action. Vitam. Horm. 48:1–58.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sekuen lengkap gen IGF-1 kambing (GenBank: HQ731040.1)
LOCUS
DEFINITION
HQ731040 6784 bp DNA linear MAM 19-JUN-2013
Capra hircus Insulin-like Growth Factor-1 (IGF1) gene,
complete cds.
ACCESSION
HQ731040
VERSION HQ731040.1 GI:317016682
SOURCE
Capra hircus (goat)
ORGANISM
Capra hircus
Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi;
Mammalia; Eutheria; Laurasiatheria; Cetartiodactyla; Ruminantia;
Pecora; Bovidae; Caprinae; Capra.
REFERENCE 1 (bases 1 to 6784)
AUTHORS
Sharma,A., Dutt,G., Jayakumar,S., Saroha,V., Verma,N.K. and
Dixit,S.P.
TITLE
Genetic structuring of nine Indian domestic goat breeds based
on SNPs identified in IGF-1 gene
JOURNAL
Anim. Biotechnol. 24 (2), 148-157 (2013)
PUBMED
23534960
REFERENCE 2 (bases 1 to 6784)
11
AUTHORS
TITLE
JOURNAL
Sharma,A., Vyas,M.K., Dutt,G. and Dixit,S.P.
Direct Submission
Submitted (20-DEC-2010) DNA Fingerprinting Unit, National
Bureau of Animal Genetic Resources, GT Road By Pass, Post
Box-129, Karnal, Haryana 132001, India
FEATURES
Location/Qualifiers
source
1..6784
/organism="Capra hircus"
/mol_type="genomic DNA"
/db_xref="taxon:9925"
/tissue_type="blood"
gene
1939..6309
/gene="IGF1"
mRNA
join(1939..2200,4765..4924,5539..5720,6089..6309)
/gene="IGF1"
/product="Insulin-like Growth Factor-1"
exon
1939..2200
/gene="IGF1"
/number=1
5'UTR
1939..2137
/gene="IGF1"
CDS
join(2138..2200,4765..4924,5539..5720,6089..6148)
/gene="IGF1"
/codon_start=1
/product="Insulin-like Growth Factor-1"
/protein_id="ADU85918.1"
/db_xref="GI:317016683"
/translation="MGKISSLPTQLFKCCFCDFLKQVKMPVTSSSHLFYLALCLLA
FTSSATAGPETLCGAELVDALQFVCGDRGFYFNKPTGYGSSSRRAPQTGIV
DECCFRSCDLRRLEMYCAPLKPTKSARSVRAQRHTDMPKAQKEVHLKNT
SRGSAGNKNYRM"
exon
4765..4924
/gene="IGF1"
/number=2
exon
5539..5720
/gene="IGF1"
/number=3
exon
6089..6309
/gene="IGF1"
/number=4
3'UTR
6149..6309
/gene="IGF1"
ORIGIN
1 gatctttcaa cccatgagac aatctgtatc ttcaaagtcc atgagaggag gctgggcttt
61 tttcacaaaa ggtgtgatgc gctgaagctg aaggaaattt taaaaaataa ataaacccaa
121 accccagatt tttagtgaac aattcctaag gttaaatgca tgaagtgggg ctcattaaag
181 gaggtcttgg attcttctca aagtacagga cttgccccca cacctgaaga tgccccccca
241 ccccgcctac ctcttgatga tgtgtatctc ttcaggtcaa aacacatccc ctgaaacttc
12
301 ccaactttgc atttcaaagc tcctcatgac acacccctcc tcctccatcc tggattctca
361 gtagtttcac ttccctgact ttccagagaa agtgtgcact tttcatattt ttaaaagcgc
421 atcccaccac gtgacagtgc tgttttcctc tctgcctctg ccacttagtt gaaaggccct
481 gtggtgtgtg taactgagca cacagtagga gcgcactcac tgaatgcgca atatagtgca
541 ctgttggaat ggcatcactc ctcgtgtcta acttgtcttt cttaaaggta aacactgccc
601 caagtttaat cacagagaag gcttgagcga actcaacccc ctttcaaaac caatcaggtt
661 ttcctttaag ggcacccacc tctgcaacag cttcctggcc atggccataa agacctagac
721 aagagtttca agcaaacctt tgtttatagt cgaagcatca ggatcactgt gtcccctgag
781 aatcaagagg gagaaataca aggtccaggc tactcccacc attccagaaa accatgcccc
841 aatagacccc agggaaagtg ggatgtctaa gctgggcttt tgcaatctta tttcataatc
901 cactttctta tcgcctcctt cacaaaactg atgagaaatt ggtacaaact ctatcgacaa
961 aagatcacaa cttgatcctc aatggcaaag gcaagtatac attataaata gcaaaacagc
1021 tggcttggac catgttgctg gccactcatc ctgctgagag atttgaatga catcataacc
1081 cttgagaggg tattgctagc cagctggtgt tatttagaat acacaaaaag gggggaaaga
1141 aaatgcactc acgtgcacac acacacaaat acacacacac acacacaggt tcaagttatg
1201 cagaaaaata tgaacagtgg gaaaatcatt tgcccctcag atgcccttcc cctggtgtgg
1261 ggtgggggtc ggggtggggg ccaagcagca gagtagagga aggaagaaag agattcgatt
1321 ttattttttc agttggcttt acagctcagc aaaatctttg ccctgtcgtg ggcaaaaagc
1381 atgagacagt gtcctgaggg gagccaatta caaagctgcc tgcccctttc caggttctag
1441 gaaatgagat cattcccctc acttggcaac caggacgagg ggtcatccca gcgccgtctt
1501 ccagtctagt ttaccccagt cgtttgaggg ttaaaatcat agagtatgct tgagatgtct
1561 ttttttcatt tcttgttttt taaattttgt cttggctctg gaatataaaa ttgctcaccc
1621 atcctccacg aatattcctt tcatacgggt aaggtgtatt agcagatgtg tgtgtcttca
1681 tgcccggtag aaagttaatc agaggacagc atcaggattt taatgtctgc tcctcttgtc
1741 actaacacac attcttttaa gggaaaaaaa tgcttctgtg ctctagtttt aaaatgcaaa
1801 ggtatgatgt tatttgtcac catgcccaaa aaagtcctta ctcgataact ttgccagaag
1861 agggagagag agagaaggca agcgttcccc cagctgtttc ctgtctacag tgtctgtgtt
1921 ttgtagataa atgtgaggat gtgctcgaaa tccctcttct gtttgctaaa tctcacagtc
1981 acagctaaat tcagagcaga tagagcctgc gcaatggaat aaagtcctca aaattgaaat
2041 gtgacattgc tctcaacatc tcccatctcc ctggatttct ttttgcctca ttattcctgc
2101 taaccaattc atttccagac tttgcacttc aaaagcaatg ggaaaaatca gcagtcttcc
2161 aacccaatta tttaagtgct gcttttgtga tttcttgaag gtaaatattt cttactcttt
2221 gaagtcattg gggaattttc tttaaattgt gtactgcttg cttctgctta gaaatgttct
2281 tcactttaga attttcattg tttcggcact gggagttatt tataaattgc tgaatatgca
2341 attctgtggg atctgaaaaa atagctccgg gagataaatg cctttgcaca gatatctgta
2401 tgagtaaaaa ctattgcaag gtacttatgc taaatcctcc acttccttca gagcttgagt
2461 ggtgtcatta tagaagattc ctttaaatcc tgtctatggt taagggctat agggcatgga
2521 tatgaacttt tggatttttt ttgcaggtgc agatgtttta tttttaagac catgttcatg
2581 tgtatgtagg actgtgtggt gtgtgtgtgt gcgtgtgtgt aactggccag gacttttgat
2641 tacaaggcat gccacatacg aagagttaca ttttaaatga tattaaagct tttaaatatg
2701 atctttggag ctaaggtccc ggaactctct gcacttatgc ccagagagtc aaagttagag
2761 tgaagtttcg tttgctcttc tgaaaaagaa ctccttaaga actcctgctg accctgcata
2821 ttcggataaa tttaaacaaa tgcacactgt atatgggaag cggcaacttt ctagcaactg
2881 ctatttccaa gttttttctt tttgaagagg actctcaggg gcgaagtttg gacttggggt
2941 tttgtgttgt aaaacacgga ttttgtattt gggattgtaa agtctcttta ggtaaatttg
3001 gctagtgttg tcaatgcact gacttcggcc tttccaataa ctgggcccta ggttcaaagt
3061 ttcccattct cagcaaaaat tatatctttc aagacttgta atttttccca atttgcaagc
3121 atttttaagc tgctgtaact ggccccccga tgcaaattgc ctgtgggctc aattcatgat
13
3181 ccgtccctac cgcttagtcc aacactcatt tgccgctttc aagcactcca ccactaggac
3241 gttccttagt caagtcagtg gcttagggag ttaagaatac atcccttgtc gggcacctga
3301 ccctgccacc cttgagaagc caagatgcac actcccaacc ttgcttttaa aagaaatgaa
3361 gccagtatac acatatgcta tgtggtctga cagctgggga ttttgtctcc ctacttagag
3421 gatcctaaaa ggggctgtgt agtgttatct ctgcattaat tacaagtttg gaaaactcca
3481 aatgaacttt ccatgctgtg tatgctgaac ttttcagaag tagagctagc tagccataag
3541 ttgttgcttt ttcctgtact tgaagcagga agtggtttca gggagctacg tggttctttc
3601 aaatgtaaat caatgagtaa aggtgtctgc caggcagagc tcacaagctg attgtactgt
3661 gagtctcaag atatttccaa gtgtttgagt cagagggaag agggcacagg ggaggactgg
3721 agcttcggtc cttgtccagg acggctataa taggcacacg atggaaatca gtggcttgat
3781 tgggaggaaa agattgactc agatcccagc cgtgcaattt gtttgttgtc tgaatggaca
3841 aaaggcagtt tacccaggct cgtagcatac ctgcctgggt gtccaaatgt aactagatgc
3901 tttcacaaac cccacccaca aagcagcaca tgtttttaag tcctcagttt tctattcaca
3961 tcagtctcat aatacccacc ctgacctgct gtaaaagatc tggaacaaac aaaaatggtt
4021 acacctacag tgagtatttt cttatgactg ttgccctcaa attttgctgg gcatttttat
4081 tataacccag acatctggaa ccaattgata ttccatttat ttaagataaa aagaaaggtt
4141 tttaaaattt tggatttgtg aatgattttt gagaaagagt gctctggaat tttttttttg
4201 ctcgtctctt tctagttctt ctttcatttc tttctttcaa atctctcctt tctctctctt
4261 catttcgtgt ttagaaaaat aaaaggccaa ggaaatgatg aacatatggg gccactcatt
4321 tcaaactttt taattcctaa gcaaccaatt tgagagaatt taaattaata aaacatatct
4381 ggtcccaagt ctggactgag cacaaattaa cctttgatga ttccaaaggt ttaccaggac
4441 ctctgagtgg tgtgcaataa gagcatcttt caccttcgca cattaaatgt ttcaggacat
4501 ttatctcatt gaattgtaat aggaacccat aaagaaaggg ttcaagaagg acttccccaa
4561 ggtttcacag tagcaagagg attaaagtca gatagcatga tgccaagacc tgctcagagg
4621 tcactcacac accttgttgc actcctgagg ggatagtttt gattaataac aggaatgcag
4681 agctgggcta aaggcacccc tgccttgctc ccgctcccct ggcaaggacc caggaggaag
4741 atgaccctcc ttctgctctt tcagcaggtg aagatgccag tcacatcctc gtcgcatctc
4801 ttctatctgg ccctgtgctt gctcgccttc accagctctg ccacggcggg acccgagacc
4861 ctctgcgggg ctgagttggt ggatgctctc cagttcgtgt gtggagacag gggcttttat
4921 ttcagtaagt agcctccctc tcgctgctct gtggatttac aactgcgggg agtgtgtgaa
4981 gaactgaatg actgcctgtg gctggcagcc atcctcagcc tccgagattc ctcaccttaa
5041 tgcgagccta gtgtttccag cggtttgcaa atagaggacg cttttcatct tcaactgttt
5101 cacaagcatt aactaaatat ttacattgtg ttaacgagaa tcaggggttt aggtttttcc
5161 ccattaagga catggaaaac atgctctttt aattaatttt cctagcagtc tctcaattaa
5221 gccaatatat aaggagcggt gaggattggc catagacaag atcctcgact acaggtggct
5281 aagaatttga ggacaattaa tacaaatgaa tgatgaatga gctattgcca gtgagagtag
5341 cactgactgc tggagatata ctggaatctg gaaaaatctg ggagggtcaa gagttgttgg
5401 aggagcttca aaagaagact aacttatgaa ggtgtgggtt gacatggtat ggggagagga
5461 gttttcaggg gctgtttgta gcagtgaaca cagcgtatta tcccactcta aaactaggcc
5521 tctttctgat ttgaacagac aagcccacgg ggtacggctc gagcagtcgg agagcgcccc
5581 agacaggaat cgtggatgag tgctgcttcc ggagctgtga tctgaggagg ctggagatgt
5641 actgtgcgcc tctcaagccc accaagtcag cccgctcagt ccgtgcccag cgccacaccg
5701 acatgcccaa ggctcagaag gtaagcccac caggggcggc ggtgagggtc ggccatcttc
5761 gcgagatctg agttatgcgg ctgaagcaac ttagtagcag cagcatccga atagtaatta
5821 ataccctcat agacttctgg ctcatagtgt caaaagagct ctgttcctgg tttttaactt
5881 ttacttgtag ttgttaactg ctgatgttct tcaggtaaga aatctctcag tctctctttc
5941 tctccctctg attctgtctc tcccaagttg tctattaaac tgactggtga gacataaggt
6001 atgaaggttg agatccagtg ttagaaatag ataggttgga tacataaaca ttcatcaaat
14
6061 taatgtcatt tttctccctt atttttagga agtacatttg aagaacacaa gtagagggag
6121 tgcaggaaac aagaactaca gaatgtagga agaccttcct aaagagtgaa gaatgacatg
6181 ccaccggcag gatccttcgc tctgcacgag ttacctgttc aacaccagaa gacctaccaa
6241 aaataagttt gataacattt caaaagatgg gcatttcccc caatgaaata agtaaacatt
6301 ccaacatggt ctttaggagt gattgttcaa agctttgcac cttgcaaaaa tgaccctgga
6361 gttggtagat tgctgttgat cctttatcaa taatgttcta tagagaaaat atatatatag
6421 atcttagtcc ctgcctctca aggagccaca aatgcatggg tgttgtatag atccagttgc
6481 actaaattta tctctgaatc ttggctgcta gtgacattca ttcagcaggc ttgtctaagt
6541 ggtttataaa tttttttatt tgcacttctt tctacgcaac acaggctatt tggtttacag
6601 tgtctgataa tcttgttcct ctatcccact cccttctcca tcacctttat atttgctgaa
6661 tttggcctcc taaacagcag caggcaagca gttaagtagc acaccagttt ttaacccaca
6721 agattccatc tgtggcatgt gtaccaaata taagttggat gcatttattt tagacacaaa
6781 gctt //
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 20 Juli 1992, putra ketiga dari
pasangan Drs. Ragil Sarjoko dan Sari Sutrisno. Penulis menamatkan pendidikan
di SMA Negeri 1 Jalancagak, Subang pada tahun 2010 dan diterima menjadi
mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Semasa kuliah, penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Produksi Ternak (HIMAPROTER) periode 2012-2013 dan Forum Komunikasi
Kulawarga Subang (FOKKUS) periode 2010-2012, serta mengikuti klub perkusi
Fapet IPB yaitu D’Ransum. Penulis juga diberi kepercayaan sebagai asisten
praktikum mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2013 dan mata kuliah
Genetika Ternak pada tahun 2014. Selain itu, penulis juga diberikan amanah
sebagai ketua pelaksana acara Festival Ayam Pelung Nasional pada tahun 2013.
FACTOR-1 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI
BPTU KDI-HPT PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN
MOHAMAD JAFAR SIDIQ
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Keragaman
Gen Insulin-like Growth Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU
KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Mohamad Jafar Sidiq
NIM D14100005
ABSTRAK
MOHAMAD JAFAR SIDIQ. Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth
Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari
Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh RINI HERLINA MULYONO dan
JAKARIA.
Produksi daging kambing Peranakan Etawah (PE) dapat ditingkatkan
melalui peningkatan mutu genetik berdasarkan eksplorasi potensi gen yang diduga
berpengaruh pada pertumbuhan. Gen Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1)
diduga berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan dan produksi susu. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman gen IGF-1 pada kambing PE di
BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan. Polymerase Chain ReactionRestriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) adalah metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi keragaman genotip. Keragaman gen IGF-1
posisi 5’-flanking region dianalisa pada 115 sampel darah kambing PE. Primer
yang dirancang dikhususkan untuk mengamplifikasi sekuen DNA target dengan
panjang 249 pb. Enzim restriksi SnaBI yang memotong hasil amplifikasi
menghasilkan satu alel B dengan frekuensi 1.00. Hasil penelitian menunjukan
bahwa gen IGF-1|SnaBI pada kambing PE bersifat monomorfik. Berdasarkan
penelitian terdahulu, alel B terfiksasi pada bobot badan dan ukuran tubuh.
Kata kunci: IGF-1, kambing PE, keragaman, PCR-RFLP
ABSTRACT
MOHAMAD JAFAR SIDIQ. Identification of Gen Insulin-like Growth Factor-1
Variability at Etawah Grade Goats in BPTU KDI-HPT Pelaihari South
Kalimantan. Supervised by RINI HERLINA MULYONO and JAKARIA.
Etawah grade goats meat productions can be improved through the efforts of
livestock genetic enhancement based on the exploration of potential genes that
supposedly strong influence in growth trait. Insulin-like growth factor-1 (IGF-1)
gene is known to be associated with the milk production and growth traits. The
objective of this research was to identify the polymorphism of IGF-1 gene in
Etawah grade goats from BPTU KDI-HPT Pelaihari South Kalimantan.
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCRRFLP) method used to detect the genotype of IGF-1 gene. Polymorphism in 5’flanking region of IGF-1 gene was studied in 115 Etawah grade goats blood
samples. A primer designed specifically was used to amplify a fragment DNA of
IGF-1 locus along 249 bp. Restriction with SnaBI revealed one allele B was cut at
one restriction site in fragment 249 bp. The frequencies for allele B was 1.00,
resulting monomorphic allele. Based on Ge et al. (2001) and Siadkowska et al.
(2006) researchs, allele B was associated on weight and body size.
Key words: Etawah grade goats, IGF-1 gene, PCR-RFLP, polymorphism
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN INSULIN-LIKE GROWTH
FACTOR-1 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI
BPTU KDI-HPT PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN
MOHAMAD JAFAR SIDIQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth Factor-1 pada
Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari
Kalimantan Selatan
Nama
: Mohamad Jafar Sidiq
NIM
: D14100005
Disetujui oleh
Ir Rini H Mulyono, MSi
Pembimbing I
Dr Jakaria, SPt MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih pada penelitian yang diselesaikan bulan Maret 2014 ini ialah kambing
Peranakan Etawah, dengan judul Identifikasi Keragaman Gen Insulin-like Growth
Factor-1 pada Kambing Peranakan Etawah di BPTU KDI-HPT Pelaihari
Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Rini H Mulyono, MSi dan Dr
Jakaria, SPt MSi selaku pembimbing penelitian, M Baihaqi, SPt MSc selaku
dosen penguji ujian akhir skripsi, serta Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc yang
telah banyak memberi saran. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Eryk
Andreas, SPt MSi; Shelvi, SSi; Isyana Khoerunissa, SPt; Ahmad Furqon, SPt;
Pandu, SPt; Komang Alit, SPt MSi; Ferdy Saputra, SPt MSi; Annisa Okta, SPt
Msi dan Roaslein Putri, SPt dari Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, yang
telah membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada mamah (Sari Sutrisno), bapak (Drs Ragil Sarjoko),
kakak (drh Joko Warsito dan Eva Kania Purnasiswi, AmdKeb), adik (Dede
Kuncara Yekti), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat khususnya Ria Putri
Rahmadani yang selalu mendampingi dan menyemangati; Angga, Fender dan
Novita selaku teman 1 tim penelitian yang selalu bersama; sahabat terbaik dari
IPTP 47 Leo, Faisal, Hafiz, Rayis, Nova, Laras, Ica, Anita, Ishfi, Hesti, Mpie,
Nidar, Vinny beserta teman-teman D’Protector lainnya; sahabat Fokkus Subang
Dede, Bred, Mbot, Ega, Ujang, Arman, Yusup, Radia, Fahmi; juga sahabat
D’Ransum atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Mohamad Jafar Sidiq
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi
Prosedur
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplifikasi dan Genotyping Gen IGF-1
Frekuensi Alel dan Pendugaan Arah Seleksi Kambing PE
Penelitian berdasarkan Asosiasi antara Gen IGF-1 dengan Produksi
Susu dan Pertumbuhan pada Penelitian Terdahulu
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
1
1
2
2
2
2
2
3
5
5
5
8
9
9
13
15
DAFTAR GAMBAR
1. Posisi penempelan primer pada sekuen gen IGF-1 5’-flanking region
berdasarkan Gen Bank (nomor akses HQ731040.1)
2. Visualisasi hasil amplifikasi gen IGF-1 kambing PE dengan panjang
249 pb pada gel agarose 1.5%.
3. Visualisasi hasil PCR-RFLP gen IGF-1|SnaBI kambing PE pada gel
agarose 2% yang bergenotip BB (249 pb).
4. Perbedaan sekuen alel A dan B pada gen IGF-1 sapi FH Poland nomor
akses GenBank AF210383 (Siadkowska et al. 2006).
4
6
7
7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi daging penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari 2.40 g
kapita-1 hari-1 pada tahun 2008 menjadi 3.41 g kapita-1 hari-1 pada tahun 2012, atau
mengalami laju peningkatan sebesar 42.08% selama 5 tahun (BPS 2014).
Konsumsi daging akan terus meningkat hingga mencapai angka 4 g kapita-1 hari-1
pada tahun 2015. Berdasarkan program swasembada sapi 2014, kemampuan
produksi daging sapi di dalam negeri baru mampu memberikan kontribusi sekitar
30% terhadap kebutuhan nasional, sehingga perlu mendatangkan daging dari luar
(Permentan 2010). Substitusi daging sapi dari ternak lain untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi protein hewani nasional sangat dibutuhkan demi tercapainya
ketahanan pangan di Indonesia.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan rumpun kambing lokal
Indonesia yang telah dibudidayakan secara turun temurun, sehingga menjadi
kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia (Kepmentan
695/kpts/PD.410/2/2013). Populasi ternak kambing di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan statistik peternakan tahun 2014, populasi kambing
mengalami peningkatan sebesar 30% dalam kurun waktu 5 tahun. Namun,
perkembangan produktivitasnya hampir tidak mengalami kemajuan berarti.
Terlihat pada ketersediaan daging kambing dan domba di pasar Indonesia yang
tergolong sangat rendah yaitu sebesar 7.32% (Ditjennak 2014). Evaluasi
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak kambing
perlu dilakukan.
Kambing PE termasuk ternak tipe perah karena produksi susunya yang
tinggi melebihi yang dibutuhkan anaknya. Satu ekor kambing PE dapat
memproduksi susu 1-3 L hari-1 (Kepmentan 695/kpts/PD.410/2/2013). Balai
Pembibitan Ternak Unggul Kambing Domba Itik-Hijauan Pakan Ternak (BPTU
KDI-HPT) Pelaihari, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu lembaga yang
spesifik menangani peningkatan produktivitas kambing. Namun, karena kondisi
lingkungan di BPTU KDI-HPT sangat panas dan gersang, sehingga tidak
memungkinkan untuk mengembangbiakkan ternak perah. Lembaga tersebut
bertujuan untuk mengarahkan kambing PE sebagai ternak penghasil daging karena
bobot hidupnya yang cukup tinggi dan toleran terhadap panas. Kambing PE
mempunyai bobot hidup antara 40-45 kg (Atabany et al. 2009). Kambing PE
diharapkan dapat meningkatkan pasokan daging di masyarakat. Data fenotipik
dan genotipik sangat diperlukan untuk mendukung program tersebut.
Produktivitas kambing PE sebagai ternak penghasil daging dapat
ditingkatkan melalui upaya peningkatan mutu genetik. Salah satu gen yang
mengontrol sifat produksi dan pertumbuhan pada ternak adalah gen Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1). Menurut Werner et al. (1994), gen IGF-1 berperan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mamalia. Gen IGF-1 juga
berperan pada pertumbuhan pasca lahir serta membantu mengatur pertumbuhan
tulang dan otot (Sellier 2000). Beberapa peneliti melaporkan terdapat korelasi
antara IGF-1 dengan laju pertumbuhan pada sapi Angus (Ge et al. 2001).
Siadkowska et al. (2006) juga melaporkan terdapat korelasi antara IGF-1 dengan
2
bobot sapih dan produksi susu pada sapi Frisian-Holstein Polandia. Deng et al.
(2010) menghubungkan gen IGF-1 dengan produksi susu dan ukuran tubuh pada
kambing perah Cina. Keberagaman pada gen IGF-1 pada populasi kambing PE
dapat dijadikan acuan untuk peningkatan frekuensi gen yang dikehendaki melalui
seleksi.
Identifikasi gen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dilakukan dengan
metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP). Metode tersebut merupakan metode untuk mendeteksi kejadian
mutasi pada situs pemotongan yang khas oleh suatu enzim restriksi (Muladno
2010). Keterbatasan informasi mengenai keragaman gen IGF-1 pada kambing PE
menjadi dasar penelitian ini dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keragaman gen Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1) posisi 5’-flanking region pada kambing Peranakan
Etawah (PE) di BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu identifikasi keragaman gen Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1) posisi 5’-flanking region pada ternak kambing PE
sebanyak 115 ekor menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi
SnaBI.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai bulan Maret 2014.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Materi
Sampel
Sampel darah yang digunakan pada penelitian ini merupakan koleksi darah
yang berada di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Sampel darah tersebut berasal dari 115 ekor kambing PE (8 ekor jantan
dan 107 ekor betina) yang dipelihara di BPTU KDI-HPT Pelaihari, Kalimantan
Selatan.
3
Ekstraksi DNA
Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi DNA darah terdiri atas EtOH
absolute 70%, destilation water (DW), EDTA, NaCl 0.2%, 1 x STE (Sodium trisEDTA), SDS (Sodium dodecyl sulphat) 10%, Proteinase-K 5 mg mL-1, phenol,
CIAA (chloroform isoamil alkohol), NaCl 5 M, dan TE (tris elution) 80%. Alatalat yang akan digunakan untuk ekstraksi DNA adalah tabung 1.5 mL, satu set
pipetor beserta tip, vortex, sentrifuge, tilter, freezer dan inkubator.
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP)
Bahan-bahan yang digunakan untuk PCR-RFLP adalah sampel DNA,
destilation water (DW), buffer, MgCl2, pasangan primer forward dan reverse,
enzim Taq polymerase, dNTPs, dan enzim restriksi SnaBI (TAC|GTA). Alat-alat
yang akan digunakan pada proses PCR-RFLP adalah mesin PCR thermocycler,
vortex, micro sentrifuge, tabung PCR, satu set micropippet beserta tip,
refrigerator, dan inkubator. Primer yang digunakan pada penelitian ini dikutip
dari Ge et al. (2001), yaitu forward: 5’-ATTACAAAGCTGCCTGCCCC-3’ dan
reverse: 5’-ACCTTACCCGTATGAAAGGAATATACGT-3’.
Elektroforesis
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gel elektroforesis terdiri atas
serbuk agarose, larutan 0.5 x TBE (Tris-Borat EDTA) dan EtBr (Etidium
Bromide). Bahan yang digunakan untuk elektroforesis produk PCR adalah
produk PCR, loading dye dan marker 100 bp. Alat-alat yang akan digunakan
adalah satu set tray pencetak gel, timbangan digital, pipetor, tip, breaker glass,
microwave, stirrer, power supply 100 volt dan UV transilluminator.
Prosedur
Ekstraksi DNA
Metode ekstraksi DNA yang digunakan yaitu metode menurut Sambrook et
al. (1989). Pertama-tama, sampel darah diambil sebanyak 200 µL dan
ditambahkan dengan 1 000 µL DW, kemudian dipusingkan pada kecepatan 8 000
rpm selama 5 menit sampai terbentuk endapan. Endapan kemudian ditambahkan
dengan 1 x STE sebanyak 350 µL, 10% SDS sebanyak 40 µL dan enzim
proteinase K 5 mg mL-1 sebanyak 10 µL. Sampel diinkubasi dan digoyang secara
perlahan pada suhu 55 oC selama 2 jam.
Larutan phenol ditambahkan ke sampel yang telah diinkubasi sebanyak 400
µL, CIAA sebanyak 400 µL dan NaCl 5 M sebanyak 40 µL, kemudian
digoyangkan perlahan selama 1 jam pada suhu ruang. Selanjutnya, sampel
dipusingkan pada kecepatan 12 000 rpm selama 5 menit. Cairan bening pada
lapisan paling atas diambil sebanyak 400 µL dan dipindahkan ke tabung baru
kemudian ditambahkan EtOH absolute (70%) sebanyak 800 µL dan NaCl 5 M
sebanyak 40 µL, lalu dibekukan selama 12 jam dalam frezeer (overnight). Sampel
dipusingkan pada kecepatan 12 000 rpm selama 5 menit sampai terbentuk
endapan putih. Endapan ditiriskan dan ditambah dengan 100 µL TE 80%.
4
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP)
Tahapan amplifikasi DNA (PCR) yaitu DNA hasil ekstraksi diambil
sebanyak 1 µL dan dimasukkan ke dalam tabung 0.2 mL, kemudian ditambahkan
larutan premix dengan volume 14 µL. Premix dibuat dengan campuran 0.2 µL
primer, 0.3 µL dNTPs, 1.2 µL MgCl2, 1.5 µL buffer, 0.05 µL enzim Taq
polymerase dan 10.55 µL DW. Campuran sampel DNA dan premix tersebut
diinkubasi dengan menggunakan mesin PCR thermocycler.
Proses amplifikasi DNA terdiri atas 35 siklus. Tahap awal yaitu predenaturasi 95 oC selama 5 menit yang kemudian diikuti dengan siklus PCR yaitu
denaturasi 95 oC selama 10 detik, penempelan (annealing) 58 oC selama 20 detik
dan ekstensi (elongasi) DNA pada suhu 72 oC selama 30 detik. Tahapan akhir
adalah pemanjangan primer (post-elongasi) pada suhu 72 oC selama 5 menit.
Hasil amplifikasi DNA divisualisasikan dengan elektroforesis. Pita-pita DNA
yang muncul dibandingkan dengan marker untuk mengetahui panjang pita.
Teknik PCR yang digunakan yaitu Primer Introduced Restriction Analysis
(PIRA). Teknik PCR-PIRA digunakan untuk mendeteksi mutasi dengan
mengintroduksikan situs restriksi artifisial menggunakan primer yang
dimodifikasi. Posisi penempelan primer dan titik potong/PIRA disajikan pada
Gambar 1.
1381
1431
1481
1531
1581
1631
atgagacagt
caggttctag
ggtcatccca
ttaaaatcat
taaattttgt
aatattcctt
gtcctgaggg
gaaatgagat
gcgccgtctt
agagtatgct
cttggctctg
tcatacgggt
Primer forward
Primer reverse
Titik potong/PIRA
gagccaatta
cattcccctc
ccagtctagt
tgagatgtct
gaatataaaa
aaggtgtatt
caaagctgcc
acttggcaac
ttaccccagt
ttttttcatt
ttgctcaccc
agcagatgtg
tgcccctttc
caggacgagg
cgtttgaggg
tcttgttttt
atcctccacg
tgtgtcttca
5’-attacaaagctgcctgcccc-3’
5’-accttacccgtatgaaaggaatatacgt-3’
5’-tac|gta-3’
Gambar 1 Posisi penempelan primer dan titik potong/PIRA pada sekuen gen
IGF-1 5’-flanking region berdasarkan Gen Bank (nomor akses
HQ731040.1)
Genotyping (RFLP) dilakukan dengan cara menambah 5 µL amplikon
(produk PCR) dengan 1 µL DW, 0.7 µL buffer tango dan 0.3 µL enzim restriksi
SnaBI (TAC|GTA), kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 16 jam. Hasil
pemotongan DNA divisualisasikan dengan elektroforesis. Pita-pita DNA yang
muncul merupakan situs pemotongan dari enzim dan akan dibandingkan dengan
marker untuk mengetahui panjang pita. Jumlah setiap pita DNA dari sampel
dibandingkan untuk menentukan genotip individu.
Elektroforesis
Elektroforesis menggunakan gel dengan konsentrasi agarose yang berbeda
pada masing-masing prosedur. Produk ekstraksi dielektroforesis menggunakan
agarose gel 1% yang dibuat dari 0.2 g serbuk agarose, 20 mL 0.5 x TBE, dan 1.8
µL EtBr. Produk PCR dielektroforesis menggunakan agarose gel 1.5% yang
5
dibuat dari 0.3 g serbuk agarose, 20 mL 0.5 x TBE, dan 1.8 µL EtBr. Produk
RFLP dielektroforesis menggunakan agarose gel 2% yang dibuat dari 0.4 g
serbuk agarose, 20 mL 0.5 x TBE, dan 1.8 µL EtBr.
Gel dicetak pada tray pencetak lalu ditunggu hingga mengeras. Sampel
sebanyak 5 µL dilarutkan dalam loading dye 1 µL dan dimasukan ke dalam sumur
tray. Elektroforesis dilakukan selama 35-45 menit pada tegangan konstan 100 V
atau sampai pewarna bromtimol blue mencapai bagian bawah gel. Pita-pita akan
tampak dengan bantuan sinar ultra violet pada UV transilluminator.
Analisis Data
Analisis data menggunakan perhitungan frekuensi genotipe dan frekuensi
alel. Frekuensi genotipe (xii) dapat diketahui dengan perbandingan jumlah
genotipe tertentu pada setiap sampel (Nei dan Kumar 2000) dengan rumus sebagai
berikut:
xii =
Keterangan:
nii
N
xii = frekuensi genotipe ke-ii
nii = jumlah individu bergenotipe ii
N = jumlah individu sampel
Frekuensi alel (xi) adalah rasio relatif suatu alel terhadap keseluruhan alel
pada suatu lokus dalam populasi, dengan rumus sebagai berikut:
xi =
Keterangan:
xi
nii
nij
N
2nii + nij
2N
= frekuensi alel ke-i
= jumlah individu bergenotipe ii
= jumlah individu bergenotipe ij
= jumlah individu sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplifikasi dan Genotyping Gen IGF-1
Penelitian ini menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
untuk mengamplifikasi segmen DNA.
Primer yang digunakan disusun
berdasarkan literatur Ge et al. (2001) untuk mengamplifikasi gen IGF-1 posisi 5’flanking region pada sapi Angus, Sidakowska et al. (2006) pada sapi FriesianHolstein Polandia, dan Deng et al. (2010) pada kambing perah China. Primer
yang digunakan dapat berkomplemen pada masing-masing ternak yang
digunakan, karena terdapat kesamaan sekuen di posisi 5’-flanking region gen
IGF-1 antara ketiga bangsa ternak tersebut.
Pada penelitian ini, persentase keberhasilan amplifikasi gen IGF-1 posisi 5’flanking region pada 115 kambing PE adalah 100%. Menurut Muladno (2010)
proses amplifikasi di dalam mesin thermocycler sesuai dengan siklus PCR dimulai
dengan denaturasi DNA untuk memisahkan rantai DNA menjadi rantai tunggal,
penempelan primer pada cetakan DNA yang telah terpisah (annealing), yang
6
diakhiri dengan sintesis molekul DNA yang disebut ekstensi. Dijelaskan bahwa
siklus PCR berlangsung sebanyak 30-35 kali. Sulandari dan Zein (2003)
menyatakan bahwa tahapan pre-denaturasi sebelum siklus dilalui untuk
memastikan bahwa semua DNA target benar-benar terdenaturasi, sedangkan
tahapan post-ekstensi setelah siklus dilalui untuk memastikan bahwa semua hasil
PCR berbentuk untai ganda. Pada penelitian ini siklus PCR dilakukan sebanyak
35 kali.
Penelitian ini menggunakan suhu pre-denaturasi 95 oC selama 5 menit
kemudian dilanjutkan tahapan denaturasi pada suhu 95 oC selama 10 detik.
Sulandari dan Zein (2003) menyatakan bahwa suhu umum untuk denaturasi DNA
berkisar 94-95 oC selama 30 detik sesuai dengan banyaknya nukleotida G dan C.
Semakin banyak nukleotida G dan C pada DNA target maka suhunya semakin
tinggi. Proses denaturasi pada penelitian ini lebih cepat dibandingkan dengan
Sulandari dan Zein (2003).
Proses selanjutnya pada penelitian ini yaitu annealing pada suhu 58 oC
selama 20 detik. Suhu annealing yang digunakan pada penelitian ini berbeda
dengan yang digunakan oleh Ge et al. (2001) yaitu pada 60.3 oC selama 40 detik.
Proses ekstensi atau pemanjangan untai DNA setelah penempelan primer pada
penelitian ini terjadi pada suhu 72 oC selama 30 detik. Menurut Sulandari dan
Zein (2003), proses ekstensi terjadi karena enzim DNA polimerase membentuk
untaian DNA yang berkomplemen dengan kecepatan penyusunan nukleotida
sebanyak 35-100 nukleotida per detik. Proses ekstensi pada penelitian ini
menghasilkan 235 fragmen DNA karena melalui 35 siklus. Proses terakhir yaitu
post-ekstensi dilalui pada suhu 72 oC selama 5 menit.
Gen IGF-1 pada kambing PE berhasil diamplifikasi dengan panjang produk
PCR 249 pb, berdasarkan sekuen gen IGF-1 capra (Gen Bank nomor akses
HQ731040.1) yang hanya ditunjukkan dengan 1 pita hasil amplifikasi sepanjang
249 pb. Hasil amplifikasi gen IGF-I yang diperoleh divisualisasikan pada gel
agarose 1.5% seperti yang disajikan pada Gambar 2. Hasil pita amplifikasi pada
penelitian ini diperlihatkan diantara 200-300 pb.
M: marker (100 pb), 1-14: sampel DNA kambing PE.
Gambar 2 Visualisasi hasil amplifikasi gen IGF-1 kambing PE dengan panjang
249 pb pada gel agarose 1.5%.
Pendeteksian keragaman (genotyping) gen IGF-1 5’-flanking region pada
penelitian ini menggunakan metode Restriction Fragment Length Polymorphism
7
(RFLP). Teknik ini diketahui sebagai metode yang paling mudah, murah, dan
akurat dalam mendeteksi mutasi subtitusi pada beberapa populasi ternak
(Sumantri et al. 2007). Enzim restriksi yang digunakan yaitu SnaBI (TAC|GTA).
Hasil genotyping pada penelitian ini ditemukan 1 fragmen DNA dalam bentuk pita
dengan panjang 249 pb pada semua sampel DNA individu. Hal tersebut terjadi
karena enzim restriksi SnaBI tidak mengenali situs potong pada amplikon. Hasil
genotyping divisualisasikan pada gel agarose 2% yang disajikan pada Gambar 3.
M: marker (100 pb), A: amplikon, 1-13: sampel DNA kambing PE
Gambar 3 Visualisasi hasil genotyping gen IGF-1|SnaBI kambing PE pada gel
agarose 2% dengan genotip BB (249 pb).
Pita dengan panjang 249 pb berdasarkan Siadkowska et al. (2006)
menunjukkan alel B karena tidak terjadi pemotongan oleh enzim restriksi.
Siadkowska et al. (2006) menjelaskan apabila terjadi mutasi karena enzim SnaBI
mengenali daerah situs potong maka alel yang muncul adalah alel A dengan
panjang 223 pb. Siadkowska et al. (2006) menggunakan primer yang sama
dengan yang digunakan pada penelitian ini, sehingga penentuan jenis alel
berdasarkan peneliti-peneliti tersebut. Pada penelitian ini pita dengan panjang 249
pb pada semua sampel DNA individu kambing PE menunjukkan alel yang
seragam yaitu alel B (Gambar 3). Gen IGF-1 kambing memiliki 6 784 pasangan
basa. Gambar 4 menyajikan perbedaan sekuen alel A dan alel B pada gen IGF-1
menurut Siadkowska et al. (2006). Pada alel A, mutasi transisi antar basa
pirimidin TC terjadi pada basa ke-1 627 atau pada basa ke-221 amplikon
(produk PCR) karena titik potong enzim SnaBI (TAC|GTA); sedangkan pada
Alel B tidak terjadi mutasi, seperti yang ditemukan pada penelitian ini.
Alel A: 5’-----cccatcctcTAC|GAAtattcctt-----3’
Alel B: 5’-----cccatcctcCAC|GAAtattcctt-----3’
Gambar 4 Perbedaan sekuen alel A dan B pada gen IGF-1 sapi FH Poland nomor
akses GenBank AF210383 (Siadkowska et al. 2006)
Berdasarkan penelitian Siadkowska et al. (2006), sapi yang bergenotip AA
ditunjukkan dengan 1 fragmen DNA (pita) panjang 223 pb. Genotip BB
8
ditunjukkan dengan 1 pita dengan panjang 249 pb, sedangkan genotip AB
ditunjukkan dengan 2 pita dengan panjang 223 dan 249 pb. Penelitian ini
memperoleh 1 pita dengan panjang 249 pb, sehingga semua individu kambing PE
Pelaihari bergenotip BB.
Frekuensi Alel dan Pendugaan Arah Seleksi Kambing PE Penelitian
berdasarkan Asosiasi antara Gen IGF-1 dengan Produksi Susu dan
Pertumbuhan pada Penelitian Terdahulu
Alel yang ditemukan pada penelitian ini hanya 1 jenis yaitu alel B (100%).
Menurut Allendorf dan Luikart (2006), suatu alel dinyatakan polimorfik jika
memiliki frekuensi alel sama dengan atau kurang dari 0.99 (99%). Nilai tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat mutasi pada basa target. Asosiasi antara jenis
alel pada gen IGF-1 terhadap produksi susu dan pertumbuhan berdasarkan
penelitian Ge et al. (2001), Siadkowska et al. (2006), dan Anggraeni et al. (2012),
digunakan untuk menduga arah seleksi kambing PE penelitian. Frekuensi alel
sapi Angus, sapi FH Polandia, sapi FH Ciawi, dan kambing PE penelitian ini serta
pendugaan asosiasi antara gen IGF-1 dengan produksi susu dan pertumbuhan
berdasarkan penelitian terdahulu, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Frekuensi alel gen IGF-1 kambing PE penelitian dan beberapa jenis sapi
penelitian terdahulu serta asosiasinya berdasarkan asosiasi penelitian
terdahulu
No.
Jenis Ternak
Alel
A
B
Frek.
0.639
0.361
Asosiasi
Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan cepat
1.
Sapi Angus
2.
Sapi FH Polandia
A
B
0.520
0.480
Produksi susu tinggi
Bobot hidup tinggi
3.
Sapi FH Ciawi-Indonesia
A
B
0.000
1.000
-
4.
Kambing PE BPTU KDI-HPT
A
B
0.000
1.000
-
Sumber: 1. Ge et al. (2001), 2. Siadkowska et al. (2006), 3. Anggraeni et al. (2012),
4. Hasil penelitian
Ge et al. (2001) melaporkan pada sapi Angus memiliki 2 alel (A dan B) dan
menghasilkan 3 genotip, yaitu genotip AA (226 pb), genotip AB (226 dan 249
pb), dan genotip BB (249 pb). Genotip BB memiliki bobot hidup yang paling
tinggi. Siadkowska et al. (2006) melaporkan pada sapi FH Polandia memiliki 2
alel (A dan B) dan menghasilkan 3 genotip, yaitu genotip AA (223 dan 26 pb),
genotip AB (249, 223, dan 26 pb), dan genotip BB (249 pb). Genotip AB
memiliki produksi susu dan kualitas karkas paling baik, sedangkan genotip BB
memiliki sifat pertumbuhan yang paling baik. Penelitian Anggraeni et al. (2012)
untuk penentuan alel pada gen IGF-I sapi FH Ciawi-Indonesia diperoleh hasil
monomorfik.
Hasil monomorfik genotyping gen IGF-1 kambing PE penelitian terfiksasi
pada alel B kemungkinan menunjukkan bahwa populasi kambing PE BPTU KDI-
9
HPT Pelaihari merupakan hasil seleksi ke arah pedaging. Hal itu terjadi karena
populasi yang digunakan merupakan hasil seleksi bakalan sesuai dengan SNI
berdasarkan ukuran tubuh dan bobot badan dari populasi kambing PE yang
didatangkan dari Kaligesing Jawa Tengah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Identifikasi keragaman gen IGF-1 posisi 5’-flanking region pada populasi
kambing PE di BPTU KDI-HPT Pelaihari Kalimantan Selatan diperoleh genotip
BB dan alel B (100%). Hal tersebut menunjukan bahwa populasi kambing PE di
BPTU KDI-HPT terjadi keseragaman (monomorfik) pada gen IGF-1 posisi 5’flanking region.
Saran
Identifikasi keragaman pada populasi kambing PE di BPTU KDI-HPT
Pelaihari Kalimantan Selatan yang lebih besar, dan populasi kambing PE dengan
letak geografis dan keadaan lingkungan yang berbeda dari populasi yang
digunakan pada penelitian, perlu dilakukan. Identifikasi keragaman gen IGF-1
pada fragmen yang berbeda diperlukan untuk menemukan keragaman yang lebih
tinggi. Metode identifikasi keragaman selain PCR-RFLP, misalnya dengan
metode Polymerase Chain Reaction-Single Strand Conformation Polymorphism
(PCR-SSCP), juga perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Ternak Menurut Provinsi dan
Jenis Ternak 2000-2012. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
[Ditjennak]. Direktorat Jenderal Peternakan. 2014. Statistik Peternakan 2012.
Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[Kepmentan]. Keputusan Menteri Pertanian. 2013. Penetapan Rumpun Kambing
Peranakan
Etawah.
Keputusan
Menteri
Pertanian
No
695/kpts/PD.410/2/2013. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[Permentan]. Peraturan Menteri Pertanian. 2010. Pedoman Umum Program
Swasembada Daging Sapi 2014. Peraturan Menteri Pertanian No
19/Permentan/OT.140/2/2010. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Allendorf FW, Luikart G. 2006. Conservation and The Genetics of Populations.
Oxford (UK): Blackwell Pub.
Anggraeni A, Hasinah H, Arta SA, Tiesnamurti B, Misrianti R, Andreas E. 2012.
Genetic Variation of the IGF1 and OPN Genes in Holstein-Friesian Dairy
Cattle of Historical and Non-Historical Twins. Proceeding of the 2nd
International Seminar on Animal Industry. Bogor (ID): IPB.
10
Atabany A. 2013. Beternak Kambing Peranakan Etawah. Bogor (ID): IPB Pr.
Deng C, Ma R, Yue X, Lan X, Chen H, Lei C. 2010. Association of IGF-1 gene
polymorphisms with milk yield and body size in Chinese dairy goats.
Genetics molecular biol. 33(2): 266-270.
Ge W, Davis ME, Hines HC, Irvin KM, Simmen RC. 2001. Association of a
genetic marker with blood serum Insulin-like Growth Factor-1
concentration and growth traits in Angus cattle. J. Anim. Sci. 79:1757-1762.
Muladno. 2010. Teknologi Rekayasa Genetika. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.
Nei M, Kumar S. 2000. Molecular Evolution dan Phylogenetics. New York
(US): Oxford University Pr.
Noor RR. 2010. Genetika Ternak. Ed ke-6. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sambrook J, Fritsch EF, Medrano JF. 1989. Molecular Cloning: a Laboratory
Manual. Ed ke-2. New York (US): Cold Spring Harbor Laboratory Pr.
Siadkowska E, Zwierzchowski L, Oprzadek J, Strzalkowska N, Bagnieka E,
Krzyzewski J. 2006. Effect of polymorphism in IGF-1 gene on production
traits in Polish Holstein-Friesian cattle. Anim. Sci. Pap. Rep. 24(3): 225-237.
Sellier P. 2000. Genetically caused retarded growth in animals. Domest Anim.
Endocrinol. 19:105-119.
Sulandari S, Zein MSA. 2003. Panduan Praktis Laboratorium DNA. Cibinong
(ID): Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Pr.
Sumantri C, Anggraeni A, Farajallah A, Perwitasari D. 2007. Keragaman
mikrosatelit DNA sapi perah FH di Balai Pembibitan Ternak Unggul
Baturraden. JITV. 12: 124-133.
Werner H, M Adamo, CT Roberts Jr, D LeRoith. 1994. Molecular and cellular
aspects of insulin-like growth factor action. Vitam. Horm. 48:1–58.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sekuen lengkap gen IGF-1 kambing (GenBank: HQ731040.1)
LOCUS
DEFINITION
HQ731040 6784 bp DNA linear MAM 19-JUN-2013
Capra hircus Insulin-like Growth Factor-1 (IGF1) gene,
complete cds.
ACCESSION
HQ731040
VERSION HQ731040.1 GI:317016682
SOURCE
Capra hircus (goat)
ORGANISM
Capra hircus
Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi;
Mammalia; Eutheria; Laurasiatheria; Cetartiodactyla; Ruminantia;
Pecora; Bovidae; Caprinae; Capra.
REFERENCE 1 (bases 1 to 6784)
AUTHORS
Sharma,A., Dutt,G., Jayakumar,S., Saroha,V., Verma,N.K. and
Dixit,S.P.
TITLE
Genetic structuring of nine Indian domestic goat breeds based
on SNPs identified in IGF-1 gene
JOURNAL
Anim. Biotechnol. 24 (2), 148-157 (2013)
PUBMED
23534960
REFERENCE 2 (bases 1 to 6784)
11
AUTHORS
TITLE
JOURNAL
Sharma,A., Vyas,M.K., Dutt,G. and Dixit,S.P.
Direct Submission
Submitted (20-DEC-2010) DNA Fingerprinting Unit, National
Bureau of Animal Genetic Resources, GT Road By Pass, Post
Box-129, Karnal, Haryana 132001, India
FEATURES
Location/Qualifiers
source
1..6784
/organism="Capra hircus"
/mol_type="genomic DNA"
/db_xref="taxon:9925"
/tissue_type="blood"
gene
1939..6309
/gene="IGF1"
mRNA
join(1939..2200,4765..4924,5539..5720,6089..6309)
/gene="IGF1"
/product="Insulin-like Growth Factor-1"
exon
1939..2200
/gene="IGF1"
/number=1
5'UTR
1939..2137
/gene="IGF1"
CDS
join(2138..2200,4765..4924,5539..5720,6089..6148)
/gene="IGF1"
/codon_start=1
/product="Insulin-like Growth Factor-1"
/protein_id="ADU85918.1"
/db_xref="GI:317016683"
/translation="MGKISSLPTQLFKCCFCDFLKQVKMPVTSSSHLFYLALCLLA
FTSSATAGPETLCGAELVDALQFVCGDRGFYFNKPTGYGSSSRRAPQTGIV
DECCFRSCDLRRLEMYCAPLKPTKSARSVRAQRHTDMPKAQKEVHLKNT
SRGSAGNKNYRM"
exon
4765..4924
/gene="IGF1"
/number=2
exon
5539..5720
/gene="IGF1"
/number=3
exon
6089..6309
/gene="IGF1"
/number=4
3'UTR
6149..6309
/gene="IGF1"
ORIGIN
1 gatctttcaa cccatgagac aatctgtatc ttcaaagtcc atgagaggag gctgggcttt
61 tttcacaaaa ggtgtgatgc gctgaagctg aaggaaattt taaaaaataa ataaacccaa
121 accccagatt tttagtgaac aattcctaag gttaaatgca tgaagtgggg ctcattaaag
181 gaggtcttgg attcttctca aagtacagga cttgccccca cacctgaaga tgccccccca
241 ccccgcctac ctcttgatga tgtgtatctc ttcaggtcaa aacacatccc ctgaaacttc
12
301 ccaactttgc atttcaaagc tcctcatgac acacccctcc tcctccatcc tggattctca
361 gtagtttcac ttccctgact ttccagagaa agtgtgcact tttcatattt ttaaaagcgc
421 atcccaccac gtgacagtgc tgttttcctc tctgcctctg ccacttagtt gaaaggccct
481 gtggtgtgtg taactgagca cacagtagga gcgcactcac tgaatgcgca atatagtgca
541 ctgttggaat ggcatcactc ctcgtgtcta acttgtcttt cttaaaggta aacactgccc
601 caagtttaat cacagagaag gcttgagcga actcaacccc ctttcaaaac caatcaggtt
661 ttcctttaag ggcacccacc tctgcaacag cttcctggcc atggccataa agacctagac
721 aagagtttca agcaaacctt tgtttatagt cgaagcatca ggatcactgt gtcccctgag
781 aatcaagagg gagaaataca aggtccaggc tactcccacc attccagaaa accatgcccc
841 aatagacccc agggaaagtg ggatgtctaa gctgggcttt tgcaatctta tttcataatc
901 cactttctta tcgcctcctt cacaaaactg atgagaaatt ggtacaaact ctatcgacaa
961 aagatcacaa cttgatcctc aatggcaaag gcaagtatac attataaata gcaaaacagc
1021 tggcttggac catgttgctg gccactcatc ctgctgagag atttgaatga catcataacc
1081 cttgagaggg tattgctagc cagctggtgt tatttagaat acacaaaaag gggggaaaga
1141 aaatgcactc acgtgcacac acacacaaat acacacacac acacacaggt tcaagttatg
1201 cagaaaaata tgaacagtgg gaaaatcatt tgcccctcag atgcccttcc cctggtgtgg
1261 ggtgggggtc ggggtggggg ccaagcagca gagtagagga aggaagaaag agattcgatt
1321 ttattttttc agttggcttt acagctcagc aaaatctttg ccctgtcgtg ggcaaaaagc
1381 atgagacagt gtcctgaggg gagccaatta caaagctgcc tgcccctttc caggttctag
1441 gaaatgagat cattcccctc acttggcaac caggacgagg ggtcatccca gcgccgtctt
1501 ccagtctagt ttaccccagt cgtttgaggg ttaaaatcat agagtatgct tgagatgtct
1561 ttttttcatt tcttgttttt taaattttgt cttggctctg gaatataaaa ttgctcaccc
1621 atcctccacg aatattcctt tcatacgggt aaggtgtatt agcagatgtg tgtgtcttca
1681 tgcccggtag aaagttaatc agaggacagc atcaggattt taatgtctgc tcctcttgtc
1741 actaacacac attcttttaa gggaaaaaaa tgcttctgtg ctctagtttt aaaatgcaaa
1801 ggtatgatgt tatttgtcac catgcccaaa aaagtcctta ctcgataact ttgccagaag
1861 agggagagag agagaaggca agcgttcccc cagctgtttc ctgtctacag tgtctgtgtt
1921 ttgtagataa atgtgaggat gtgctcgaaa tccctcttct gtttgctaaa tctcacagtc
1981 acagctaaat tcagagcaga tagagcctgc gcaatggaat aaagtcctca aaattgaaat
2041 gtgacattgc tctcaacatc tcccatctcc ctggatttct ttttgcctca ttattcctgc
2101 taaccaattc atttccagac tttgcacttc aaaagcaatg ggaaaaatca gcagtcttcc
2161 aacccaatta tttaagtgct gcttttgtga tttcttgaag gtaaatattt cttactcttt
2221 gaagtcattg gggaattttc tttaaattgt gtactgcttg cttctgctta gaaatgttct
2281 tcactttaga attttcattg tttcggcact gggagttatt tataaattgc tgaatatgca
2341 attctgtggg atctgaaaaa atagctccgg gagataaatg cctttgcaca gatatctgta
2401 tgagtaaaaa ctattgcaag gtacttatgc taaatcctcc acttccttca gagcttgagt
2461 ggtgtcatta tagaagattc ctttaaatcc tgtctatggt taagggctat agggcatgga
2521 tatgaacttt tggatttttt ttgcaggtgc agatgtttta tttttaagac catgttcatg
2581 tgtatgtagg actgtgtggt gtgtgtgtgt gcgtgtgtgt aactggccag gacttttgat
2641 tacaaggcat gccacatacg aagagttaca ttttaaatga tattaaagct tttaaatatg
2701 atctttggag ctaaggtccc ggaactctct gcacttatgc ccagagagtc aaagttagag
2761 tgaagtttcg tttgctcttc tgaaaaagaa ctccttaaga actcctgctg accctgcata
2821 ttcggataaa tttaaacaaa tgcacactgt atatgggaag cggcaacttt ctagcaactg
2881 ctatttccaa gttttttctt tttgaagagg actctcaggg gcgaagtttg gacttggggt
2941 tttgtgttgt aaaacacgga ttttgtattt gggattgtaa agtctcttta ggtaaatttg
3001 gctagtgttg tcaatgcact gacttcggcc tttccaataa ctgggcccta ggttcaaagt
3061 ttcccattct cagcaaaaat tatatctttc aagacttgta atttttccca atttgcaagc
3121 atttttaagc tgctgtaact ggccccccga tgcaaattgc ctgtgggctc aattcatgat
13
3181 ccgtccctac cgcttagtcc aacactcatt tgccgctttc aagcactcca ccactaggac
3241 gttccttagt caagtcagtg gcttagggag ttaagaatac atcccttgtc gggcacctga
3301 ccctgccacc cttgagaagc caagatgcac actcccaacc ttgcttttaa aagaaatgaa
3361 gccagtatac acatatgcta tgtggtctga cagctgggga ttttgtctcc ctacttagag
3421 gatcctaaaa ggggctgtgt agtgttatct ctgcattaat tacaagtttg gaaaactcca
3481 aatgaacttt ccatgctgtg tatgctgaac ttttcagaag tagagctagc tagccataag
3541 ttgttgcttt ttcctgtact tgaagcagga agtggtttca gggagctacg tggttctttc
3601 aaatgtaaat caatgagtaa aggtgtctgc caggcagagc tcacaagctg attgtactgt
3661 gagtctcaag atatttccaa gtgtttgagt cagagggaag agggcacagg ggaggactgg
3721 agcttcggtc cttgtccagg acggctataa taggcacacg atggaaatca gtggcttgat
3781 tgggaggaaa agattgactc agatcccagc cgtgcaattt gtttgttgtc tgaatggaca
3841 aaaggcagtt tacccaggct cgtagcatac ctgcctgggt gtccaaatgt aactagatgc
3901 tttcacaaac cccacccaca aagcagcaca tgtttttaag tcctcagttt tctattcaca
3961 tcagtctcat aatacccacc ctgacctgct gtaaaagatc tggaacaaac aaaaatggtt
4021 acacctacag tgagtatttt cttatgactg ttgccctcaa attttgctgg gcatttttat
4081 tataacccag acatctggaa ccaattgata ttccatttat ttaagataaa aagaaaggtt
4141 tttaaaattt tggatttgtg aatgattttt gagaaagagt gctctggaat tttttttttg
4201 ctcgtctctt tctagttctt ctttcatttc tttctttcaa atctctcctt tctctctctt
4261 catttcgtgt ttagaaaaat aaaaggccaa ggaaatgatg aacatatggg gccactcatt
4321 tcaaactttt taattcctaa gcaaccaatt tgagagaatt taaattaata aaacatatct
4381 ggtcccaagt ctggactgag cacaaattaa cctttgatga ttccaaaggt ttaccaggac
4441 ctctgagtgg tgtgcaataa gagcatcttt caccttcgca cattaaatgt ttcaggacat
4501 ttatctcatt gaattgtaat aggaacccat aaagaaaggg ttcaagaagg acttccccaa
4561 ggtttcacag tagcaagagg attaaagtca gatagcatga tgccaagacc tgctcagagg
4621 tcactcacac accttgttgc actcctgagg ggatagtttt gattaataac aggaatgcag
4681 agctgggcta aaggcacccc tgccttgctc ccgctcccct ggcaaggacc caggaggaag
4741 atgaccctcc ttctgctctt tcagcaggtg aagatgccag tcacatcctc gtcgcatctc
4801 ttctatctgg ccctgtgctt gctcgccttc accagctctg ccacggcggg acccgagacc
4861 ctctgcgggg ctgagttggt ggatgctctc cagttcgtgt gtggagacag gggcttttat
4921 ttcagtaagt agcctccctc tcgctgctct gtggatttac aactgcgggg agtgtgtgaa
4981 gaactgaatg actgcctgtg gctggcagcc atcctcagcc tccgagattc ctcaccttaa
5041 tgcgagccta gtgtttccag cggtttgcaa atagaggacg cttttcatct tcaactgttt
5101 cacaagcatt aactaaatat ttacattgtg ttaacgagaa tcaggggttt aggtttttcc
5161 ccattaagga catggaaaac atgctctttt aattaatttt cctagcagtc tctcaattaa
5221 gccaatatat aaggagcggt gaggattggc catagacaag atcctcgact acaggtggct
5281 aagaatttga ggacaattaa tacaaatgaa tgatgaatga gctattgcca gtgagagtag
5341 cactgactgc tggagatata ctggaatctg gaaaaatctg ggagggtcaa gagttgttgg
5401 aggagcttca aaagaagact aacttatgaa ggtgtgggtt gacatggtat ggggagagga
5461 gttttcaggg gctgtttgta gcagtgaaca cagcgtatta tcccactcta aaactaggcc
5521 tctttctgat ttgaacagac aagcccacgg ggtacggctc gagcagtcgg agagcgcccc
5581 agacaggaat cgtggatgag tgctgcttcc ggagctgtga tctgaggagg ctggagatgt
5641 actgtgcgcc tctcaagccc accaagtcag cccgctcagt ccgtgcccag cgccacaccg
5701 acatgcccaa ggctcagaag gtaagcccac caggggcggc ggtgagggtc ggccatcttc
5761 gcgagatctg agttatgcgg ctgaagcaac ttagtagcag cagcatccga atagtaatta
5821 ataccctcat agacttctgg ctcatagtgt caaaagagct ctgttcctgg tttttaactt
5881 ttacttgtag ttgttaactg ctgatgttct tcaggtaaga aatctctcag tctctctttc
5941 tctccctctg attctgtctc tcccaagttg tctattaaac tgactggtga gacataaggt
6001 atgaaggttg agatccagtg ttagaaatag ataggttgga tacataaaca ttcatcaaat
14
6061 taatgtcatt tttctccctt atttttagga agtacatttg aagaacacaa gtagagggag
6121 tgcaggaaac aagaactaca gaatgtagga agaccttcct aaagagtgaa gaatgacatg
6181 ccaccggcag gatccttcgc tctgcacgag ttacctgttc aacaccagaa gacctaccaa
6241 aaataagttt gataacattt caaaagatgg gcatttcccc caatgaaata agtaaacatt
6301 ccaacatggt ctttaggagt gattgttcaa agctttgcac cttgcaaaaa tgaccctgga
6361 gttggtagat tgctgttgat cctttatcaa taatgttcta tagagaaaat atatatatag
6421 atcttagtcc ctgcctctca aggagccaca aatgcatggg tgttgtatag atccagttgc
6481 actaaattta tctctgaatc ttggctgcta gtgacattca ttcagcaggc ttgtctaagt
6541 ggtttataaa tttttttatt tgcacttctt tctacgcaac acaggctatt tggtttacag
6601 tgtctgataa tcttgttcct ctatcccact cccttctcca tcacctttat atttgctgaa
6661 tttggcctcc taaacagcag caggcaagca gttaagtagc acaccagttt ttaacccaca
6721 agattccatc tgtggcatgt gtaccaaata taagttggat gcatttattt tagacacaaa
6781 gctt //
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 20 Juli 1992, putra ketiga dari
pasangan Drs. Ragil Sarjoko dan Sari Sutrisno. Penulis menamatkan pendidikan
di SMA Negeri 1 Jalancagak, Subang pada tahun 2010 dan diterima menjadi
mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Semasa kuliah, penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Produksi Ternak (HIMAPROTER) periode 2012-2013 dan Forum Komunikasi
Kulawarga Subang (FOKKUS) periode 2010-2012, serta mengikuti klub perkusi
Fapet IPB yaitu D’Ransum. Penulis juga diberi kepercayaan sebagai asisten
praktikum mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2013 dan mata kuliah
Genetika Ternak pada tahun 2014. Selain itu, penulis juga diberikan amanah
sebagai ketua pelaksana acara Festival Ayam Pelung Nasional pada tahun 2013.