Analisis Non-Genetik dan Genetik Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah di BPTU-HPT Pelaihari sebagai Sumber Bibit

ANALISIS NON-GENETIK DAN GENETIK BOBOT BADAN
KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI BPTU-HPT
PELAIHARI SEBAGAI SUMBER BIBIT

FUAD HASAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Non-Genetik dan
Genetik Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah di BPTU-HPT Pelaihari sebagai
Sumber Bibit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Fuad Hasan
NIM D151120041

RINGKASAN
FUAD HASAN. Analisis Non-Genetik dan Genetik Bobot Badan Kambing
Peranakan Etawah di BPTU-HPT Pelaihari sebagai Sumber Bibit. Dibimbing oleh
JAKARIA dan ASEP GUNAWAN.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu ternak lokal
Indonesia yang berperan dalam menghasilkan daging dan susu (dual purpose).
Kambing PE memiliki bentuk badan yang besar, muka cembung, tanduk pipih,
telinga terkulai ke bawah dan bulu rewos yang panjang. Peningkatan bobot badan
kambing PE yang cepat memiliki nilai ekonomi yang bermanfaat untuk
menghasilkan daging. Hal ini menjadi salah satu dasar untuk pengembangan mutu
genetik kambing lokal Indonesia seperti kambing PE perlu direalisasikan.
Informasi non-genetik dan parameter genetik bobot badan kambing PE saat ini
masih sangat jarang. Informasi tersebut sangat penting dalam penyusunan dan
pelaksanaan program pemuliaan untuk menghasilkan kambing PE yang memiliki
mutu genetik tinggi sebagai penghasil daging.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter genetik dan fenotipik
bobot lahir, sapih, 6 bulan, 12 bulan dan 18 bulan dengan jumlah masing-masing
316, 316, 259, 259 dan 165 ekor. Data yang digunakan diperoleh dari Balai
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Pelaihari
propinsi Kalimantan Selatan. Pengaruh non-genetik dihitung dengan analisis
General Linear Model (GLM). Parameter genetik dan pendugaan nilai pemuliaan
dihitung dengan analisis General Linear Model (GLM) dan Restricted Maximum
Likelihood. Pola genetik dan fenotipik bobot badan dihitung melalui analisis
regresi melalui rataan nilai pemuliaan dengan tahun kelahiran dan rataan fenotipik
dengan tahun kelahiran.
Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot lahir, sapih, 6 bulan, 12 bulan
dan 18 bulan masing-masing adalah 3.78; 10.57; 17.02; 32.01 dan 48.66 kg. Jenis
kelamin dan tipe kelahiran sangat berpengaruh (P2009>2010>2008>2011. Perbedaan dengan beberapa
penelitian disebabkan oleh perubahan iklim, curah hujan yang berbeda, pakan,
kondisi tubuh ternak dan manajemen (Zhou et al. 2003 dan Haile et al. 2009).
Musim tidak berpengaruh (P>0.01) terhadap bobot lahir namun sangat
berpengaruh (P