Evaluasi Aspek Teknis dan Strategi Pengembangan Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara

EVALUASI ASPEK TEKNIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN KARO
SUMATERA UTARA

TURE SIMAMORA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Aspek Teknis dan
Strategi Pengembangan Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Ture Simamora
D151130201

RINGKASAN
TURE SIMAMORA. Evaluasi Aspek Teknis dan Strategi Pengembangan Sapi
Perah Rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Dibimbing oleh ASNATH
MARIA FUAH, AFTON ATABANY dan BURHANUDDIN.
Peternakan sapi perah merupaka salahsatu usaha di bidang peternakan yang
memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan. Pengembangan sapi
perah mendorong terciptanya peternakan berkelanjutan. Salah satu daerah
peternakan sapi perah rakyat di Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo yang
hingga kini masih mengalami stagnasi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo tahun
2014 mencatat populasi sapi perah tahun 2009-2011 menurun sebesar 35.46%. Pada
tahun 2012-2013 kembali meningkat sebesar 29.07% dari populasi tahun 2011,
tetapi secara umum data lima tahun terakhir menunjukkan penurunan populasi
sebesar 16.70%.
Kecenderungan
penurunan sangat dipengaruhi oleh manajemen dan lingkungan. Produktivitas

peternakan sapi perah rakyat rendah juga dipengaruhi lingkungan internal dan
eksternal sehingga penelitian bertujuan untuk evaluasi aspek teknis peternakan dan
strategi pengembangan peternakan sapi perah rakyat sesuai prinsip Good Dairy
Farming Practices (GFDP). Metode yang digunakan adalah survei. Pengambilan
sampel responden peternak menggunakan sensus dengan total sampling sebanyak
18 orang. Penggunaan responden ahli penelitian ditujukan untuk mendapatkan
informasi yang relevan dalam penyusunan strategi pengembangan sapi perah rakyat.
Penentuan dilakukan secara purposive sampling sebanyak 4 orang. Pengolahan data
hasil penelitian menggunakan uji chi-square.
Perumusan
strategi
dilakukan dengan mengklasifikasikan lingkungan internal dan eksternal serta
analisis Strenghts Weaknesses Opportunities Treats (SWOT). Hasil penelitian
menunjukkan nilai GDFP tertinggi pada aspek pengelolaan sebesar 3.05 (kategori
baik) dan terendah berada pada aspek kesehatan ternak sebesar 1.52 (kategori
kurang baik). Total skor bobot lingkungan internal sebesar 2.502 dan total skor
bobot lingkungan eksternal sebesar 2.525 menunjukkan posisi pengembangan
peternakan sapi perah rakyat pada matrik internal eksternal berada pada sel 5 yang
menunjukkan pengembangan peternakan sapi perah rakyat yang sesuai di
Kabupaten Karo adalah strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal.

Kata kunci: aspek teknis, evaluasi, karo, sapi perah, strategi

SUMMARY

TURE SIMAMORA. Evaluation Of The Technical Aspects And Strategies Of
Small Holder Dairy Farm In Karo District Of North Sumatera. Supervised by
ASNATH MARIA FUAH, AFTON ATABANY and BURHANUDDIN.
Animal husbandry of dairy cattle is one effort in the field of a farm that has
strategic role in meet the needs of food. The development of dairy cattle encourages
the creation of animal husbandry is sustained. One of the areas animal husbandry
of dairy cattle the people in North Sumatera are Karo District which until now are
still experiencing stagnation. The Central Bureau of Statistics Karo year 2014 noted
the population of dairy cattle years 2009-2011 down by 35.46%. In the 2012-2013
back increased by 29.07% of the population of 2011 but in general the data the last
five years showed that the decrease in the population as much as 16.70%.
A trend of decreasing is
greatly affected by the condition of management and environment. Farm
productivity of dairy cattle the people low was also affected the environment of the
internal and external research so that aims for the evaluation of the technical aspects
of animal husbandry and animal husbandry development strategy of dairy cattle the

people according to the principle of good dairy farming practices (GDFP). The
method used is the survey. The sample collection farmers use the survey
respondents with a total of sampling as many as 18 peoples. The use of expert
respondents research aimed to obtain relevant information in the preparation of the
strategy the development of dairy cattle the people. The determination of
purposively sampling done as many as 4 peoples. Data processing using chi-square
test the results of research .
The preparation of
strategies carried out by classifying two enviroment factors which is external factors
and internal analysis and training. The result showed the value of GDFP highest on
the management aspects of as much as 3.05 (good category) and the lowest is at the
health aspect of livestock 1.52 (category less good). The total score weights the
internal environment factor of 2.502 the score and the total weight of the external
environment factor 2.525. The position of internal external matrix be on a cell 5
shows the development of animal husbandry of dairy cattle the people who fit in
karo district use strategy growth through horizontal integration.
Key words: technical aspects, evaluation, karo, dairy cattle, strategy

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EVALUASI ASPEK TEKNIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN KARO
SUMATERAUTARA

TURE SIMAMORA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Salundik, MSi

Judul Tesis:
Nama
NIM

Evaluasi Aspek Teknis dan Strategi Pengembangan Sapi Perah
Rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara
: Ture Simamora
: D151130201

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS
Ketua


Dr Ir Afton Atabany, MSi
Anggota

Dr Ir Burhanuddin, MM
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Salundik, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 10 Juli 2015


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih anugerahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan Desember 2014 sampai Januari
2015 adalah Evaluasi Aspek Teknis dan Strategi Pengembangan Sapi Perah Rakyat
di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Tesis disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar magister pada program studi Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan (IPTP), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih kepada Ibu Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS. Bapak Afton Atabany,
MSi dan Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku komisi pembimbing. Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih atas waktu, arahan, bimbingan, dan doronga
semangat mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan
tesis. Kepada Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo beserta staf,
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo beserta staf, Dosen Program Studi
Peternakan Universitas Sumatera Utara (Bapak Usman Budi, SPt MSi dan Bapak
Ir Iskandar Sembiring, MM), Kelompok Peternak Sapi Perah Rakyat di Kabupaten
Karo penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan selama melakukan penelitian.

Terimakasih juga kepada Dr Ir Salundik, MSi selaku Ketua Program
Studi/Mayor IPT beserta jajarannya atas pelayanan prima selama penulis
menempuh studi. Ucapan terimakasih oleh penulis kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi yang telah memberikan Beasiswa Program Pascasarjana Dalam
Negeri (BPPDN). Kepada teman-teman angkatan 2013 terimakasih atas
kebersamaan selama ini. Kiranya persahabatan serta kerjasama tetap terjalin pada
waktu mendatang. Kepada pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
satu persatu penulis juga mengucapkan terimakasih.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak tercinta Santun
Simamora dan Mama terkasih Bunga Purba serta keluarga besar atas doa, cinta
kasih, kesabaran dan dukungan serta motivasi yang selalu diberikan pada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Ture Simamora

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix


DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Materi dan Alat Penelitian
Metode Penelitian
Komposisi Sapi Perah
Faktor Penentu Sapi Perah

Lingkungan Internal
Lingkungan Eksternal
Analisis Deskriptif
Analisis Statistik
Analisis Matriks IFE dan EFE
Analisis SWOT
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Karo
Karakteristik Peternak dan Komposisi Sapi Perah
Umur Peternak
Pendidikan Peternak
Pengalaman Peternak
Komposisi Sapi Perah
Faktor Penentu Ternak Sapi Perah
Aspek Pembibitan dan Reproduksi
Aspek Pakan dan Air Minum
Aspek Pengelolaan
Aspek Kandang dan Peralatan
Aspek Kesehatan Hewan
Perumusan Strategi Pengembangan Sapi Perah Rakyat
Identifikasi Lingkungan Internal
Identifikasi LingkunganEksternal

1
1
2
2
2
4
4
4
4
4
5
5
6
7
7
7
7
7
7
8
8
9
9
10
10
11
12
14
16
18
19
19
22

SIMPULAN DAN SARAN

27

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Nilai konversi keterampilan teknis peternak
Kelompok peternak sapi perah
Karakteristik peternak berdasarkan umur
Karakteristik peternak berdasarkan pendidikan
Komposisi sapi perah rakyat
Nilai GDFP peternak
Nilai GDFP peternak pada aspek pembibitan dan reproduksi
Nilai GDFP peternak pada aspek pakan dan air minum
Nilai GDFP peternak pada aspek pengelolaan
Nilai GDFP peternak pada aspek kandang dan peralatan
Nilai GDFP peternak pada aspek kesehatan hewan
Lingkungan internal peternakan sapi perah rakyat
Lingkungan eksternal peternakan sapi perah rakyat
Matriks SWOT pengembangan sapi perah rakyat

6
8
8
9
10
10
11
13
15
17
19
22
24
26

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Sel matrik internal eksternal

3
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Faktor penentu ternak sapi perah aspek pembibitan dan reproduksi
Faktor penentu ternak sapi perah aspek pakan dan air minum
Faktor penentu ternak sapi perah aspek pengelolaan
Faktor penentu ternak sapi perah aspek kandang dan peralatan
Faktor penentu ternak sapi perah aspek kesehatan hewan
Pair comparison matrix lingkungan internal sapi perah rakyat
Pair comparison matrix lingkungan eksternal sapi perah rakyat

30
31
32
34
35
36
36

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di sektor pertanian yang
memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan
pendapatan penduduk, dan peningkatan perekonomian nasional. Direktorat
Jenderal Peternakan (2010) menyatakan 80% permintaan susu nasional masih di
impor dari luar negeri. Keadaan ini memberikan peluang usaha bagi peternak untuk
meningkatkan produktivitas sapi perah dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan impor.

2
Berbagai kebijakan dilakukan untuk mengembangkan sapi perah di Indonesia.
Pengembangan sapi perah mendorong terciptanya usaha peternakan berkelanjutan,
penyediaan protein hewani, penyediaan bahan baku industri, dan penambahan
lapangan kerja. Pengembangan sapi perah memiliki peran besar dalam peningkatan
kemampuan produksi susu dalam negeri. Peternakan sapi perah bila
diklasifikasikan berdasarkan skala usaha terdiri atas perusahaan peternakan sapi
perah dan peternakan sapi perah rakyat.
Pulungan
dan
Pambudy (1993) menyatakan usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha
peternakan yang memiliki total sapi perah di bawah 20 ekor, sedangkan perusahaan
peternakan sapi perah adalah usaha peternakan yang memiliki lebih dari 20 ekor
sapi perah. Peternakan sapi perah skala rakyat belum menunjukkan arah
pengembangan sistem berkelanjutan. Skala usaha pemeliharaan 3-4 ekor sapi
laktasi per rumah tangga peternak belum mampu memenuhi konsumsi susu
nasional dan peningkatan usaha peternakan sapi perah secara kompetitif.
Faktor terpenting untuk sukses dalam
usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat menggabungkan
kemampuan tata laksana yang baik dengan menentukan lokasi peternakan yang
baik, komposisi ternak, pemilihan sapi berproduksi tinggi, pemakaian peralatan
secara tepat, pemilihan tanah subur untuk tanaman hijauan makanan ternak dan
pemasaran yang baik. Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi luar pulau
Jawa memiliki peternakan sapi perah. Populasi sapi perah Sumatera Utara tahun
2013 sebanyak 1 901 ekor terdiri atas 453 ekor sapi jantan dan 1 448 ekor sapi
betina (BPS 2014).
Salah satu daerah peternakan sapi perah
rakyat di Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo yang memiliki luas 2 127.25 km²
atau 2.97% dari luas provinsi Sumatera Utara dan terletak pada ketinggian 2801420 meter diatas permukaan laut. Suhu udara 16.4 ºC sampai 23.9 ºC menjadikan
daerah ini bagus untuk peternakan sapi perah rakyat. Sejak tahun 1983 daerah Karo
dijadikan menjadi sentra pengembangan melalui berbagai program bantuan dari
tahun ke tahun, namun upaya tersebut belum mampu mengatasi permasalahan
dengan solusi yang tepat sasaran. Data lima tahun terakhir menunjukkan populasi
sapi perah rakyat cenderung mengalami penurunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo tahun 2014 mencatat populasi
sapi perah tahun 2009-2011 menurun sebesar 35.46%. Pada tahun 2012-2013
kembali meningkat sebesar 29.07% dari populasi tahun 2011, namun secara
keseluruhan data lima tahun terakhir menunjukkan terjadi penurunan populasi
sebesar 16.70%. Terjadinya penurunan populasi sapi perah rakyat dipengaruhi oleh
kemampuan aspek teknis, lingkungan dan strategi kebijakan yang diterapkan.
Kemampuan manajemen melalui tingkat penerapan aspek teknis yang dilakukan
peternak pada aspek kesehatan, aspek pembibitan dan reproduksi, aspek pakan dan
air minum, aspek pengelolaan, serta aspek kandang dan peralatan sesuai prinsip
Good Dairy Farming Practices (GDFP) berpengaruh nyata bagi keberhasilan
peternakan sapi perah rakyat.
Analisis
kondisi
lingkungan internal dan eksternal meliputi populasi sapi perah, tingkat
produktivitas, skala kepemilikan ternak, produksi hijauan makanan ternak, sumber
daya manusia, sumber daya lahan, daya beli masyarakat, perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), insfrastruktur dan otonomi daerah, serta
kebijakan pemerintah pusat dan daerah turut menjadi faktor yang penting dalam
merumuskan strategi. Evaluasi aspek teknis dan analisis lingkungan sebagai

3
langkah yang harus dilakukan untuk mengetahui kondisi peternakan yang
sebenarnya. Hasil penilaian tersebut menjadi dasar pedoman dalam perumusan
strategi pengembangan sapi perah rakyat secara tepat dan berkelanjutan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengevaluasi aspek teknis peternakan sapi perah
rakyat sesuai dengan prinsip GDFP, mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal peternakan sapi perah rakyat, dan merumuskan strategi pengembangan
yang sesuai di Kabupaten Karo.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi sebagai bahan
pertimbangan perbaikan tata laksana pemeliharaan sapi perah sesuai prinsip GDFP
dengan menyajikan alternatif strategi pengembangan peternakan sapi perah rakyat
bagi pelaku pembangunan (stakeholders) di Kabupaten Karo.

Kerangka Pemikiran
Peternakan yang berkelanjutan membutuhkan kemampuan manajemen
aspek teknis dan lingkungan yang baik. Penyusunan strategi pengembangan secara
tepat dan mencapai sasaran diwujudkan melalui pendekatan evaluasi aspek teknis
secara menyeluruh. Hasil evaluasi mengenai kondisi terkini teknis peternakan sapi
perah rakyat menjadi rujukan yang digunakan dalam menetapkan strategi proritas.
Lingkungan internal dan eksternal secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi peternakan sapi perah rakyat diidentifikasi melalui pendekatan
subsistem.
Identifikasi lingkungan internal dan eksternal kemudian dijadikan input
penilaian untuk menetapkan faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman peternakan sapi perah rakyat. Alternatif strategi disusun secara
sinkronisasi antara prioritas perbaikan aspek teknis dengan hasil identifikasi
lingkungan internal dan eksternal, sehingga strategi pengembangan sapi perah
rakyat di Kabupaten Karo mampu dirumuskan secara tepat, rinci dan spesifik.
Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

4

Evaluasi aspek teknis dan strategi
pengembangan sapi perah rakyat di
Kabupaten Karo

Aspek Teknis:
 Skala
kepemilikan
ternak
 Kesehatan
ternak
 Pembibitan dan
reproduksi
 Manajemen
pakan dan air
minum
 Pengelolaan
 Kandang dan
peralatan

Lingkungan
Internal:
 Subsistem
input
 Subsistem
budidaya
 Subsistem
penunjang

Lingkungan
Eksternal:
 Ekonomi
 Politik/
hukum/
pemerintahan
 Sosial budaya/
demografi/
lingkungan
 IPTEK

Alternatif
strategi

Strategi
pengembangan sapi
perah rakyat

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

MATERI DAN METODE

5

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian difokuskan pada Kecamatan yang diidentifikasi memiliki populasi
Rumah Tangga Peternak (RTP) sapi perah berdasarkan data sekunder Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan bulan
Desember 2014 sampai Januari 2015.

Materi dan alat Penelitian
Penelitian dilaksanakan terhadap peternak yang memiliki sapi kurang dari 20
ekor sebagai responden. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, kamera,
handphone, dan kuisioner.

Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh
Rumah Tangga Peternak (RTP) sapi perah di Kabupaten Karo. Cara pengambilan
sampel menggunakan sensus dengan total sampling. Penggunaan cara ini
didasarkan pada pertimbangan jumlah populasi relatif kecil dan mudah dijangkau.
Penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
kuisioner yang disusun berdasarkan kriteria Good Dairy Farming Practice (GDFP)
sesuai standar penilaian Direktorat Jenderal Peternakan (1983). Penggunaan
responden ahli penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi yang relevan
dalam penyusunan strategi pengembangan sapi perah rakyat. Penentuan dilakukan
secara purposive sampling, di antaranya akademisi 2 orang, pihak swasta 1 orang,
unsur Dinas Peternakan Kabupaten Karo 1 orang. Penentuan responden ahli
menggunakan kriteria Marimin (2004), sebagai berikut:
a Memiliki kompetensi dan pengalaman dalam bidang yang diteliti
b Bekerja/memiliki jabatan dalam bidang yang akan diteliti.
c Memiliki sikap krediblitas dan kesediaan serta berada dalam lokasi
penelitian
Lingkungan internal dan eksternal diidentifikasi oleh responden ahli
menggunakan skala likert. Menurut Sugiono (2011) skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Data sekunder akan ditelusuri melalui dokumen-dokumen dari
instansi terkait.

Komposisi Sapi Perah
Komposisi sapi perah Ensminger (1960) terdiri atas anak sapi, sapi dara, sapi
laktasi, sapi jantan muda, dan sapi jantan dewasa dikelompokkan menurut umur
menggunakan standar Satuan Ternak (ST). Komposisi sapi perah rakyat yang
diamati adalah anak sapi yaitu sapi jantan atau betina yang berumur kurang dari 1

6
tahun, dihitung sama dengan 0.25 ST. Sapi dara yaitu sapi betina yang berumur
lebih dari 1 tahun dan belum pernah beranak dihitung sama dengan 0.50 ST. Sapi
laktasi yaitu sapi betina yang sedang dalam masa menghasilkan susu dihitung sama
dengan 1.00 ST. Sapi kering kandang yaitu sapi betina dewasa yang tidak dalam
masa menghasilkan susu, dihitung sama dengan 1.00 ST. Sapi jantan muda yaitu
sapi jantan yang berumur lebih dari 1 tahun dan kurang dari 2 tahun dihitung sama
dengan 0.50 ST.

Faktor Penentu Sapi Perah
Faktor penentu sapi perah terdiri atas 5 aspek teknis meliputi aspek
pembibitan dan reproduksi ternak, aspek pakan ternak, aspek pengelolaan, aspek
kandang dan peralatan, aspek kesehatan ternak. Indikator aspek pembibitan dan
reproduksi meliputi bangsa sapi, cara seleksi, cara kawin, pengetahuan berahi, umur
beranak pertama, saat dikawinkan setelah beranak dan selang beranak (calving
interval). Indikator aspek pakan meliputi cara pemberian, jumlah pemberian,
frekuensi pemberian, kualitas hijauan makanan ternak, konsentrat dan pemberian
air minum.
Indikator
aspek pengelolaan meliputi kebersihan ternak, kebersihan kandang, cara
pemerahan, penanganan pascapanen, pemeliharaan pedet dan dara, pengeringan
sapi laktasi serta pencatatan usaha. Indikator aspek kandang dan peralatan meliputi
tata letak, konstruksi, drainase, tempat kotoran, peralatan kandang dan peralatan
susu. Indikator kesehatan hewan meliputi pengetahuan peternak tentang penyakit,
cara pencegahan dan pengobatan penyakit.

Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam peternakan
sapi perah rakyat secara keseluruhan. Lingkungan internal terdiri atas kekuatan dan
kelemahan yang dapat dikendalikan. Identifikasi aspek pada lingkungan internal
dilakukan melalui penentuan indikator pengamatan. Indikator aspek input meliputi
ketersediaan bibit, ketersedian sarana prasarana kandang, ketersediaan hijauan,
ketersediaan konsentrat, dan ketersediaan obat obatan. Indikator aspek budidaya
meliputi keadaan geografis, ketersediaan modal, ketersediaan tenaga kerja,
ketersediaan lahan, ketersediaan air, pengalaman dan penguasaan teknis beternak.
Indikator
pascapanen meliputi tingkat produksi dan kualitas susu, tingkat penguasaaan dan
penggunaan teknologi pengolahan susu. Indikator pemasaran meliputi tingkat harga
susu dan saluran pemasaran. Indikator penunjang meliputi ketersediaan penyuluh
dan program pemberdayaaan serta ketersediaan akses modal.

Lingkungan Eksternal

7
Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor di luar peternakan sapi perah
rakyat secara keseluruhan. Lingkungan eksternal terdiri atas peluang dan ancaman
yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya. Identifikasi aspek pada lingkungan
eksternal dilakukan melalui penentuan indikator pengamatan. Indikator aspek
ekonomi meliputi daya beli dan tingkat permintaan produk hasil susu, fluktuasi
harga pakan, tingkat ketertarikan produk susu impor. Indikator aspek politik hukum
dan keamanan meliputi dukungan program pemerintah, infrastruktur penunjang
pengembangan peternakan.
Indikator aspek sosial
budaya dan lingkungan meliputi iklim, kondisi alam, kesadaran masyarakat akan
konsumsi susu, dan daya tarik sektor lain. Indikator aspek ilmu pengetahuan dan
teknologi meliputi tingkat penguasaan teknologi peternakan dan inovasi peternakan.

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik peternak.
Karakteristik peternak yang diamati meliputi umur, pendidikan, pengalaman
beternak, kepemilikan ternak dan keterampilan teknis peternak. Nilai konversi
keterampilan teknis peternak berdasarkan berdasarkan prinsip GDFP disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Nilai konversi keterampilan teknis peternak
Nilai rataan GDFP
Keterangan

Nilai mutu

0.00-0.50

E

0.51-1.00
Buruk
1.01-2.00
baik
2.01-3.00
baik
3.01-4.00
Baik

D

Sangat

buruk

C

Kurang

B

Cukup

A

Analisis Statistik
Keterampilan teknis peternak diuji dengan menggunakan uji chi-square untuk
membandingkan nilai hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak
sapi perah. Bentuk persamaan menurut Nazir (2003) yaitu:


Keterangan :
χ² = Nilai chi - kuadrat

χ² = ∑
�=1

�� − ��²
��

8
oi = frekuensi yang diamati, kategori ke-i
ei = frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-i
n = jumlah kategori
Analisis EFE (External Factor Evaluation) IFE (Internal Factor
Evaluation)
Perumusan strategi dilakukan dengan mengklasifikasikan lingkungan internal
dan eksternal (Rangkuti 1999). Lingkungan internal menyangkut dengan kondisi
yang terjadi di dalam dan menjadi kekuatan atau kelemahan untuk pengembangan.
Lingkungan eksternal menyangkut kondisi yang terjadi di luar dan peluang atau
ancaman (Fahmi 2011). Lingkungan internal diklasifikasikan berdasarkan hasil
penilaian responden kemudian ditabulasi ke dalam faktor kekuatan dan kelemahan.
Lingkungan eksternal diklasifikasikan kemudian ditabulasi ke dalam faktor peluang
dan ancaman.
Penentuan nilai bobot digunakan teknik AHP (Analycal Hierachy Process).
dengan perangkat lunak kumputer program excel. Menurut Saaty (2007) metode
AHP adalah metode untuk dapat mengorganisasikan informasi dan berbagai
keputusan secara rasional (judgement). Skor bobot lingkungan disesuaikan dengan
matrik IE (internal exsternal). Hasil penjumlahan skor memberikan posisi pada sel
matrik IE dan sekaligus menentukan strategi yang sesuai dari objek penelitian.
Penentuan skor digunakan formula sebagai berikut:
SN = BN x RN
Keterangan:
SN = Skor Nilai
BN = Bobot Nilai
RN = Rating Nilai

Analisis SWOT (Strenghts Weaknesses Opportunities Threats)
Analisis digunakan untuk mengetahui pengaruh internal dan eksternal
peternakan sapi perah rakyat terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
serta perumusan strategi pengembangan berdasarkan potensi Kabupaten Karo.
Untuk merumuskan strategi pengembangan sapi perah rakyat digunakan Matrik
SWOT. Pembuatan Matrik SWOT berpedoman kepada matrik IFE dan EFE
sekaligus melihat kuadrannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Karo
Secara geografis Kabupaten Karo terletak antara antara 02o50’LU sampai
dengan 03o19’LU dan 97o55’BT sampai dengan 98o38’BT. Kabupaten Karo berada
di daerah Bukit Barisan dengan luas 2 127.25 km² atau 2 12725 ha. Kabupaten Karo

9
memiliki batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Langkat dan Deli
Serdang, sebelah timur berbatasan dengan Deli Serdang dan Simalungun, sebelah
selatan berbatasan dengan Dairi dan Toba Samosir, sebelah barat berbatasan dengan
Aceh Tenggara. Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo
menunjukkan peternakan sapi perah rakyat terbagi ke dalam beberapa kelompok
yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kelompok peternak sapi perah di Kabupaten Karo
Kelompok

Desa

Rejeki Ternak
Delima
Udara Gundaling
Nabar Simalem
Pindonta
Ndokum Siroga
Sukses M Sejahtera
Erguna

Kecamatan

Manuk Mulia
Surbakti
Berastagi
Ajibuara
Regaji
Siroga
Sempajaya
Kacaribu

Tiga panah
Simpang Empat
Berastagi
Tiga Panah
Merek
Simpang Empat
Berastagi
Kacaribu

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan (2015)

Karakteristik Peternak dan Komposisi Sapi Perah
Penilaian aspek teknis sapi perah rakyat dilakukan terhadap anggota
kelompok peternak yang aktif sebanyak 18 orang. Karakteristik peternak meliputi
umur, pendidikan, pengalaman. Umur peternak di kelompokkan menjadi 3 kategori
yaitu muda, sedang dan tua. Pendidikan dikelompokkan 4 tingkatan yaitu SD, SMP,
SMA dan PT. Pengalaman peternak di kelompokkan menjadi 3 kategori yaitu baru,
berpengalaman dan sangat berpengalaman (Hernanto 1989).

Umur Peternak
Umur berpengaruh terhadap kinerja dan keberlangsungan usaha peternakan.
Hasil analisis menunjukkan peternak kelompok umur 20-35 tahun sebesar 5.56%.
Kelompok umur 36-51 tahun sebesar 88.88%. Kelompok umur 52-67 tahun sebesar
5.56%. Peternak sebagian besar berada pada umur 20-51 tahun (produktif). Nilai
GDFP peternak umur 36-51 tahun (sedang) paling tinggi dibandingkan dengan dua
kelompok umur lainnya. Peternak umur 20-35 tahun (muda) memiliki nilai GDFP
terendah di dalam cara seleksi dan pengetahuan penyakit. Kemampuan mengenali
penyakit pada sapi perah tergolong rendah. Karakteristik peternak berdasarkan
umur disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik peternak berdasarkan umur
Umur (tahun)
Nilai GDFP
20-35 (muda)
2.46±0.69 36-51 (sedang)

Jumlah peternak (%)
5.56
88.88

10
2.68±0.95 52-67 (tua)
2.66±0.86

5.56

Kelompok umur 36-51 tahun memiliki nilai GDFP terendah pada
manajemenpemberian konsentrat. Peternak pada tingkatan umur ini umumnya tidak
memberikan konsentrat. Peternak kelompok umur 52-67 tahun sudah memberikan
konsentrat namun belum memperhatikan jumlah kebutuhan ternak dan tidak
dilakukan secara rutin. Secara keseluruhan peternak memiliki kendala di bidang
manajemen pemberian konsentrat, cara seleksi dan manajemen kesehatan ternak.
Pendidikan Peternak
Perbedaan tingkat pendidikan peternak memungkinkan perbedaan pola pikir,
cara kerja dan pengetahuan. Hasil analisis menunjukkan tingkat pendidikan
responden peternak sebagian besar adalah tingkat SMA sebesar 72.22%. Peternak
menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMP sebesar 5.56%, sisanya sebesar
22.22% adalah peternak berpendidikan perguruan tinggi. Nilai GDFP paling rendah
berada pada peternak tingkat pendidikan SMA sebesar 2.50. Peternak tingkat
pendidikan SMA merupakan peternak pemula. Nilai GDFP peternak berpendidikan
SMP paling tinggi disebabkan karena peternak tersebut sudah beberapa kali
mengikuti kegiatan pelatihan teknis dan pengolahan produk sehingga mampu
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. Karakteristik responden peternak
berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik peternak berdasarkan pendidikan
Pendidikan
GDFP
SMP
2.66±0.99 SMA
2.50±0.78
2.64±0.90

Jumlah Peternak (%)

Nilai

5.56
72.22
PT

22.22

Peternak tingkatan pendidikan SMP mengalami kendala dalam cara seleksi
ternak bibitdan penanganan penyakit. Peternak tingkat pendidikan SMA yang baru
menekuni usaha sapi perah memiliki kemampuan teknis yang rendah pada
manajemen pemberian konsentrat dan pencegahan penyakit. Peternak
berpendidikan perguruan tinggi memiliki kemampuan aspek teknis yang rendah
pada cara seleksi ternak bibit dan pencegahan penyakit. Peternak berpendidikan
perguruan tinggi umumnya berasal dari luar bidang peternakan.
Pengalaman Peternak
Pengalaman peternak dalam mengelola usaha sapi perah menjadi salah satu
tolak ukur kemampuan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Hasil pengamatan
menunjukkan pengalaman responden peternak di Kabupaten Karo 1-8 tahun. Hal
ini mengindikasikan bahwa peternak masih tergolong baru menekuni usaha

11
peternakan sapi perah. Perolehan nilai GDFP secara keseluruhan berdasarkan
pengalaman peternak 1-8 tahun adalah sebesar 2.60. Peternak memerlukan
pelatihan dan pendampingan lebih intensif dari petugas penyuluh lapangan guna
meningkatkan kemampuan melaksanakan tatalaksana pemeliharaan yang baik.

Komposisi Sapi Perah
Populasi sapi perah rakyat berjumlah 70 ekor atau 49.75 ST, sebesar 71.37%
adalah sapi perah non produktif dan sapi laktasi hanya sebesar 26.13%. Persentase
induk laktasi dan jumlah ternak ini berpengaruh positif terhadap produksi susu.
Komposisi sapi perah peternak disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi sapi perah rakyat di Kabupaten Karo
Ternak
Pedet Betina
Dara
Dewasa Kering
Dewasa Laktasi
Dewasa Jantan
Jumlah

Jumlah (ekor)
5
33
18
13
1
70

Satuan Ternak (ST)
1.25
16.5
18
13
1
49.75

Rataan ST(%)
2.51
33.17
36.18
26.13
2.01
100

Faktor Penentu Ternak Sapi Perah
Faktor-faktor penentu merupakan indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat penerapan GDFP pada usaha sapi perah. Faktor-faktor penentu
terdiri atas lima aspek teknis penilaian sesuai standar Direktorat Jenderal
Peternakan (1983). Aspek teknis meliputi pembibitan dan reproduksi, pakan ternak,
pengelolaan, kandang dan peralatan, serta kesehatan hewan. Nilai GDFP aspek
teknis peternakan sapi perah rakyat di kabupaten Karo nyata lebih rendah dari nilai
harapan GDFP (4.00).
Hasil analisis
menunjukkan rata rata penerapan aspek teknis peternak masih rendah yaitu 2.60.
Aspek pengelolaan merupakan aspek yang memiliki nilai GDFP tertinggi sebesar
3.05. Nilai GDFP terendah terdapat pada aspek kesehatan hewan sebesar 1.52.
Rendahnya pengetahuan penyakit dan upaya pencegahan menjadi salah satu pemicu
permasalahan penyakit yang sering dihadapi peternak. Nilai GDFP peternak sapi
perah rakyat disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai GDFP peternak sapi perah rakyat di Kabupaten Karo
Faktor Penentu
Pembibitan dan Reproduksi
Cukup baik
Pakan Ternak
Cukup baik
Pengelolaan
Baik

Nilai GDFP
2.64±0.60*
2.33±0.55*
3.05±0.37

Kategori GDFP

12
Kandang dan Peralatan
Kesehatan Hewan
Kurang baik
Rataan
Cukup baik

2.76±0.80*
1.52±0.30*

Cukup baik

2.60±0.52

*Berbeda nyata (P