Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia

ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

SARI NALURITA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Dayasaing dan
Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Sari Nalurita
NIM H451100171

RINGKASAN
SARI NALURITA. Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan
Agribisnis Kopi Indonesia. Dibimbing oleh RATNA WINANDI dan SITI
JAHROH.
Indonesia merupakan eksportir keempat dunia untuk komoditi kopi, dengan
peran rata-rata sebesar 4.76 persen terhadap total ekpor dunia. Brazil menempati
posisi pertama dengan peran rata-rata sebesar 24.30 persen, diikuti dengan
Vietnam sebesar 17.94 persen dan Colombia sebesar 10.65 persen (ICO, 2012).
Selain dijadikan sebagai komoditas ekspor, kopi juga berkembang di
dalam negeri. Industri kopi domestik tidak hanya bertumpu pada komoditas
primer semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan dalam bentuk olahan guna
memperoleh nilai tambah dan meningkatkan dayasaing yang akan meningkatkan
konsumsi domestik. Secara garis besar industri kopi Indonesia digolongkan
kedalam tiga skala usaha, yaitu industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi
olahan kelas menengah dan industri kopi olahan kelas besar.
Guna mendorong keberlanjutan perkopian nasional dimasa mendatang,

maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan
pencapaian strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia. Berdasarkan uraian
tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis dayasaing agribisnis
kopi di Indonesia secara komparatif dan kompetitif (2) Menganalisis dan
merumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder,
data primer diambil dengan metode wawancara. Data sekunder berupa data time
series tahun 2008 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis dayasaing komparatif dengan RCA dan analisis dayasaing
kompetitif dengan Berlian Porter.
Analisis dayasaing kopi secara komparatif dari tahun 2008-2013
menggunakan RCA menghasilkan RCA rata-rata setiap tahunnya sebesar 5.56, hal
ini menunjukkan bahwa kopi Indonesia berdayasaing eskpor dibandingkan dengan
komoditi ekspor Indonesia lainnya. Analisis dayasaing secara kompetitif
menggunakan Berlian Porter dengan enam komponen yaitu komponen faktor
produksi (SDA, IPTEK, SDM), komponen permintaan, industri terkait dan
pendukung, struktur, persaingan dan strategi serta peran pemerintah dan peran
kesempatan, sebagian besar mendukung dayasaing kopi Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari kekuatan dan peluang yang terdapat dalam analisis SWOT yang
diturunkan dari analisis dayasaing secara kompetitif menggunakan Berlian Porter.

Hasil analisis dan rumusan strategi SWOT adalah menghasilkan strategi
terpilih S-O yaitu meningkatkan ekspor kopi Robusta olahan (produk
diverensiasi) dan produksi kopi spesial. Strategi yang dapat dilakukan adalah
dengan promosi dan pameran, diversifikasi produk dan pemanfaatan kafe-kafe
kopi siap minum.
Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA

SUMMARY
SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and Agribusiness Development
Strategy of Indonesian Coffee. Supervised by RATNA WINANDI and SITI
JAHROH.
Indonesia is the world's fourth exporter of coffee, with the role of an
average of 4.76 percent of total world exports. Brazil took first place with an
average role of 24.30 percent, followed by Vietnam at 17.94 percent and 10.65
percent of Colombia (ICO, 2012)
In addition to be used as an export commodity, coffee is also grown in the
country. Domestic coffee industry not only rely on primary commodities alone (in
the form of coffee beans) but rather in the form of value-added processed in order
to obtain and increase the competitiveness that will boost domestic consumption.
Broadly speaking Indonesian coffee industry are classified into three business

scale, the small class, middle class and large class of processed coffee industry.
In order to promote the sustainability of national coffee in the future, it is
necessary to research and development activities that may result in the
achievement of Indonesian coffee agribusiness development strategy. Therefore
the objectives of this research are: (1) To analyze the competitiveness of
Indonesian coffee comparative and competitivety (2) To analyze and formulate
the
appropriate
strategies
to
improve
the
competitiveness.
From 2008 to 2013 RCA value of Indonesia was 5.56 on average annually,
indicate that Indonesia coffee exports is more competitive compared to other
Indonesian export commodities. Competitive analysis of Porter's Diamond with
six components, namely the component factors of production (natural resources,
science and technology, human resources), component demand, related and
supporting industries, structure, competition and strategy as well as the role of
government and the role of chance, mostly support the competitiveness of

Indonesian coffee. It can be seen from the strengths and opportunities in the
SWOT analysis which are derived from the analysis of Porter's Diamond.
The results of SWOT analysis and strategy formulation is S-O strategy
that produces strategy to increase exports of processed Robusta coffee (divers
products) and production of specialty coffee. The strategy is to do with the
promotion and exhibition, divers product and utilization of cafes that serve ready
to drink coffee.
Keywords: competitive advantage, comparative advantage, Porter’s Diamond ,
RCA

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


i

ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

SARI NALURITA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Magister Sains Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Suharno, M.ADev

iii

Judul Tesis : Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan
Agribisnis Kopi Indonesia
Nama
: Sari Nalurita
NIM
: H451100171

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Winandi, MS
Ketua

Siti Jahroh, Ph.D
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Magister Sains Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 27 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
dayasaing, dengan judul Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi
Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi, MS dan Siti
Jahroh, Ph.D selaku pembimbing, serta Dr Ir Suharno, M.ADev dan Dr. Amzul
Rifin, SP, MA yang telah bersedia sebagai penguji dan banyak memberi saran
guna memperkaya penulisan tesis ini. Di samping itu saya ucapkan terimakasih
kepada Sayuti, MSi selaku peneliti di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Bogor dan Balai Besar Industri Agro yang telah bersedia membantu
penulis dalam memperoleh informasi keragaan kopi Indonesia. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua saya Dra Sair, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Sari Nalurita

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 4
2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Pertanian ............... 4

Daya Saing Kopi ............................................................................................ 7
3 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 8
Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................................... 8
Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 14
4 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 16
Jenis dan Sumber Data................................................................................. 16
Metode Analisis ........................................................................................... 17
5 AGRIBISNIS KOPI INDONESIA .................................................................... 21
Perdagangan Kopi Dunia ............................................................................. 21
Agribisnis Kopi Indonesia ........................................................................... 27
6 DAYASAING AGRIBISNIS KOPI INDONESIA ........................................... 34
Analisis Keunggulan Komparatif Kopi Indonesia di Pasar Internasional ... 34
Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia dengan Komponen Sistem
Berlian Poter ................................................................................................ 36
7 STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA ............. 46
Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ........... 47
Matriks Faktor Strategi Eksternal (External Factor Analysis Strategy) dan
Faktor Strategi Internal (Internal Factor Analysis Strategy) ....................... 49
Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT ................................................ 50

vi

8 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 55
Kesimpulan .................................................................................................. 55
Saran ............................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 56
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

DAFTAR TABEL
1.

Jenis dan Sumber Data yang Digunakan ....................................................... 17

2.

Jumlah Produksi Negara-negara Produsen Utama Kopi Dunia Tahun 20082013 (000 Ton) ............................................................................................... 22

3.

Luas Areal Perkebunan Kopi Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Lahan
Tahun 2008-2014 (Ha) ................................................................................... 28

4.

Produksi Kopi Indonesia Tahun 2008-2014 (Ton)......................................... 29

5.

Nilai Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia serta Pangsa Pasar Kopi Indonesia
pada Dunia Tahun 2008-2013 ........................................................................ 35

6.

Analisis RCA Kopi Indonesia di Pasar Internasional Tahun 2008-2013 ....... 35

7.

Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun 20082014 ................................................................................................................ 37

8.

Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2014 ................................... 41

9.

Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan Ekpor
Tahun 2008-2012 ........................................................................................... 42

10. Pangsa pasar (market share) Lima Merek Kopi Tahun 2009-2011 ............... 44
11. Analisis Concentration Ratio (CR4) ............................................................... 45
12. Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ............. 48
13. Matriks EFAS dan IFAS ................................................................................ 49
14. Matriks SWOT Agribisnis Kopi Indonesia .................................................... 51
15. Program Dayasaing dan Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia ............. 54

DAFTAR GAMBAR
1. Lingkup Pengembangan Sistem Agribisnis ....................................................... 9
2. Porter’s Diamond ........................................................................................... 11

vii

3. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................... 16
4. Kurva Perkembangan Produksi Lima Negara Produsen Kopi Utama Dunia
Tahun 2008-2013 ............................................................................................ 22
5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia Tahun 2008-2013 ................................ 23
6. Perkembangan Konsumsi Kopi Dunia Tahun 2009-2013 .............................. 24
7. Perkembangan Ekspor Kopi Dunia Tahun 2009-2012 ................................... 25
8. Perkembagan Empat Negara Pengeskpor Kopi Terbesar Dunia Tahun 20082012 ................................................................................................................. 25
9. Perkembangan Import Kopi Dunia Tahun 2009-2012 .................................... 26
10. Pohon Industri Kopi Indonesia........................................................................ 30
11. Bagan Saluran Pemasaran Kopi Indonesia ..................................................... 33
12. Perkembangan Luas Perkebunan Kopi TAhun 2008-2014............................. 38
13. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia Berdasarkan Jenis, Tahun 2008-2014
......................................................................................................................... 42

DAFTAR LAMPIRAN
1. Nilai Ekspor dan Pangsa Pasar Empat Negara Utama Pengekspor Kopi Dunia
Tahun 2008-2013 ............................................................................................. 58
2. Hasil Analisis Concentration Ratio (CR4) ....................................................... 59
3. Tabel Jumlah Perusahaan Kopi Olahan yang Tersebar di Seluruh Provinsi
Indonesia Tahun 2009 ..................................................................................... 60
4. Daftar Perusahaan Eksportir Kopi Indonesia Tahun 2011 ............................... 61

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agribisnis merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi
besar dalam pencapaian surplus perdagangan Indonesia dari sektor pertanian.
Sektor ini merupakan sektor yang sangat luas. Terdapat beberapa subsektor yang
meliputi sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, perikanan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Berdasarkan subsektor
perkebunan terdapat komoditi-komoditi yang memiliki peranan penting dalam
perkembangan agribisnis di Indonesia. Kopi merupakan salah satu komoditas
perkebunan unggulan Indonesia, khususnya untuk ekspor. Komoditas ini memiliki
peranan penting khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, dan
sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang
berhubungan dengan kopi. Sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi
mampu menyediakan lapangan kerja bagi dua juta petani kopi di Indonesia atau
sekitar 1.7 persen dari total angkatan kerja pada tahun 2011. Mayoritas petani
kopi tersebut menggantungkan hidupnya pada kopi sebagai sumber pendapatan
utama (Ditjenbun 2012).
Indonesia merupakan eksportir ke empat dunia untuk komoditi kopi,
dengan peran rata-rata sebesar 4.76 persen terhadap total ekpor dunia. Brazil
menempati posisi pertama dengan peran rata-rata sebesar 24.30 persen, diikuti
dengan Vietnam sebesar 17.94 persen dan Colombia sebesar 10.65 persen (ICO,
2012). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi Indonesia. Negara tujuan
ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat dengan peran pasar
rata-rata sebesar 19.35 persen dari total ekspor kopi Indonesia. Diikuti oleh
Jepang, Jerman dan Italia, masing-masing dengan peran pasar rata-rata sebesar
14.96 , 15.88 , dan 6.71 persen (Departemen Perdagangan, 2010).
Tingkat konsumsi kopi per kapita masyarakat Indonesia tergolong sangat
rendah dibandingkan dengan negara-negara pengimpor seperti masyarakat Eropa
yang rata-rata mengkonsumsi kopi diatas lima kg/kapita/tahun dan Amerika
Serikat di atas empat kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi kopi masyarakat
Indonesia hanya sebesar 0.45 kg/kapita/tahun (International Coffee Organization,
2011).
Selain dijadikan sebagai komoditas ekspor, kopi juga berkembang di
dalam negeri. Industri kopi domestik tidak hanya bertumpu pada komoditas
primer semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan dalam bentuk olahan guna
memperoleh nilai tambah dan meningkatkan daya saing yang akan meningkatkan
konsumsi domestik. Secara garis besar industri kopi Indonesia digolongkan
kedalam tiga skala usaha, yaitu industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi
olahan kelas menengah dan industri kopi olahan kelas besar.
Pada awalnya industri pengolahan kopi hanya memproduksi kopi bentuk
bubuk biasa. Akan tetapi,seiring perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup
masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, yang cenderung konsumtif dan
menyenangi produk instan, mengakibatkan produsen kopi mulai melakukan
inovasi dengan memproduksi kopi bubuk dalam bentuk instan. Dengan demikian
produk olahan kopi yang beredar dipasaran saat ini, antara lain; (1) kopi bubuk,

2

yaitu `kopi yang biasa diperdagangkan dan dijual dalam bentuk bubuk dengan
berbagai merek, (2) Kopi bubuk instan merupakan campuran kopi dan gula saja
dan (3) campuran antara kopi, gula, dan susu dengan berbagai merek, (4)
Coffeemix merupakan campuran kopi, gula, dan krimer yang dikemas dengan
berbagai merek dan (5) Kopi Cappucino merupakan campuran kopi, krim, dan
susu yang dalam penyajiannya biasa ditambahkan whipped cream yang ditaburi
dengan bubuk kayu manis.
Industri pengolahan kopi di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 1928
dengan didirikannya pabrik kopi bubuk pertama di Sidoarjo, Jawa Timur.
Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri kopi olahan dikarenakan
kemudahan keluar masuk pasar yang rendah membuat kondisi persaingan semakin
ketat terutama antara produsen skala besar (market leader) dengan produsen skala
kecil (market follower).
Lebih dari 106 juta bag kopi (1 bag = 60 Kg) dikonsumsi masyarakat
Indonesia setiap tahunnya (Wahyudian, 2002). Banyak perusahaan kopi olahan di
Indonesia memproduksi jenis kopi instan. Perusahaan yang memproduksi kopi
instan yang mereknya cukup terkenal dikalangan masyarakat Indonesia
diantaranya diproduksi oleh PT Nestle Beverage Indonesia dengan merek
Nescafe, PT. Sari Incofood dengan merek dagang Indocafe, PT. Mayora Indah,
Tbk dengan merek Torabika dan PT. Santos Jaya Abadi dengan beberapa merek
seperti ABC, Kapal Api, dan Good Day. Pangsa pasar kopi instan dikuasai oleh
Kapal Api yang diproduksi PT. Santos Jaya Abadi sebesar 35.7 persen pada tahun
2011 (Yuyanti, 2012).
Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin
ketat dimana masing-masing negara saling membuka pasarnya. Pengembangan
produk diversifikasi kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix,
decaffeinated coffee, soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai
arti penting, karena dapat menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya
saing tinggi di pasar internasional. Indonesia sebagai negara tropis disamping
berpeluang untuk pengembangan produk diversifikasi kopi olahan tersebut diatas,
juga berpotensi untuk pengembangan produk industri pengolahan kopi specialties
dengan rasa khas seperti; Lintong Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee,
Kintamani Coffee, Toradja Coffee. Berdasarkan latar belakang perlunya
mengetahui bagaimana dayasaing agribisnis kopi Indonesia kemudian
merumuskan strategi-strategi untuk mengembangkan agribisnis kopi Indonesia.

Perumusan Masalah
Permasalahan yang di hadapi agribisnis kopi Indonesia cukup kompleks,
mulai dari hulu (on farm) hingga ke hilir. Di sisi on farm, tingkat produktivitas
kopi Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara produsen utama kopi
dunia lainnya seperti Brazil (1,000 kg/ha/tahun), Columbia (1,220 kg/ha/tahun),
Vietnam (1,540/kh/ha/tahun). Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru
mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk Robusta dan 800 Kg biji kopi/ha/Tahun
untuk Arabika (Kemenperin, 2013). Rendahnya produktivitas kopi Indonesia
disebabkan karena 95 persen kopi Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang

3

umumnya belum menggunakan bibit kopi unggul, teknik budidaya yang masih
sederhana serta lambat melakukan peremajaan tanaman, minimnya sarana dan
prasarana pendukung mengakibatkan rendahnya mutu kopi Indonesia.
Kualitas kopi menurut standar yang dikeluarkan Asosiasi Eksportir Kopi
Indonesia tahun 1990 ditentukan oleh faktor umum dan khusus. Faktor-faktor
umum antara lain adalah kadar air, kadar kotoran, bebas dari biji busuk, ukuran
biji kopi. Faktor-faktor khusus yang menentukan kualitas biji kopi adalah nilai
cacatnya. Dari sistem nilai cacat maka dikategorikan kedalam enam tingkatan
mutu. Tingkat satu adalah kopi dengan mutu paling tinggi dan enam adalah mutu
kopi paling rendah. Indonesia terkategori mengeskpor kopi dengan mutu lima dan
enam yaitu kopi yang kualitasnya paling rendah.
Di bagian hilir dalam hal produksi, industri hilir skala kecil memiliki
keterbatasan sarana dan prasarana produksi (mesin pengolahan dan pengemasan),
teknologi yang tinggi baru dimiliki oleh industri skala menengah dan besar, selain
itu industri skala kecil kurang berinovasi dalam menciptakan diversifikasi produk
yang saat ini jenis kopi olahan sudah sangat beragam dikalangan masyarakat.
Total produsen kopi di Indonesia mencapai 205 perusahaan, namun sebagian
besar adalah perusahaan dengan usaha skala kecil yang hanya menguasai pangsa
pasar sebesar delapan persen saja (Bina UKM 2009), tabel jumlah produsen kopi
dapat dilihat pada Lampiran 1. Di pasar internasional, Indonesia hanya mampu
menyumbang 27.7 persen kopi jenis Arabika dari total produksi kopi domestik.
Jenis Robusta lebih mudah dibudidayakan dikarenakan lebih tahan terhadap
penyakit, sementara itu jenis hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di
dataran tinggi kisaran 2 000 kaki atau sekitar 1 000 meter diatas permukaan laut,
sementara dataran tinggi Indonesia umumnya adalah lahan kehutanan yang tidak
bisa dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan. Maraknya sertifikasi bahan baku
oleh eksportir asing menjadi masalah tersendiri yang memberatkan bagi petani.
Hal ini dikarenakan oleh negara-negara yang menjadi pasar utama kopi dunia
menginginkan kualitas kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti food
safety.
Guna mendorong keberlanjutan perkopian nasional dimasa mendatang,
maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan
pencapaian strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut
:
1. Bagaimana dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan
kompetitif?
2. Bagaimana analisis dan rumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan
dayasaing tersebut?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Menganalisis dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan
kompetitif.
2. Menganalisis dan merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan
dayasaing tersebut?

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang
berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Para pengambil kebijakan khususnya pemerintah dan pelaku industri kopi
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengambilan
keputusan mengenai agribisnis kopi di Indonesia.
2. Bagi penulis :
a. Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pertanian yang terkait dengan
permasalahan sekitar agribisnis kopi di Indonesia.
b. Sebagai praktek pengalaman di dalam upaya menguji dan
membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan
fakta-fakta (riil) di lapangan.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi :
a. Sebagai bahan bacaan dan rujukan pustaka bagi penelitian sejenis dan
penelitian lanjutan.
b. Sebagai data dasar (bahan masukan data) untuk penelitian lebih lanjut
dalam bidangnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ruang Lingkup Penelitian
Komoditi kopi yang dianalisis dalam penelitian ini tidak membedakan
jenis kopi, baik arabika maupun robusta. Kopi yang di analisis adalah biji kopi
yang belum disangrai dan belum dihilangkan kafeinnya dengan kode internasional
090111. Analisis dayasaing di pasar internasional menggunakan analisis
keunggulan komparatif yang dilihat dari total ekspor masing-masing negara,
sedangkan analisis dayasaing kopi dalam negeri menggunakan analisis
keunggulan kompetitif. Negara yang dianalisis hanya empat negara produsen dan
eksportir kopi terbesar dunia. Data yang dianalisis adalah dalam kurun waktu 7
tahun yaitu tahun 2008 sampai 2014.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Pertanian
Cahyani (2008) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan
Agribisnis Gula Indonesia dengan tujuan menganalisis peramalan konsumsi dan
produksi dan dayasaing serta strategi pengembangan agribisnis gula Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Model terbaik untuk meramalkan produksi gula Indonesia adalah
ARIMA 1,1,2, sedangkan untuk konsumsi adalah Double Exponential Smoothing.
Hasil peramalan adalah sampai dengan tahun 2025, konsumsi gula mengalami
peningkatan, sedangkan produksinya belum mampu mencukupi kebutuhan

5

konsumsi dalam negeri. Analisis dayasaing menggunakan pendekatan Berlian
Porter, dengan menggunakan enam komponen yaitu; (1) kondisi faktor
sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung;
(4) persaingan, struktur, dan strategi agribisnis gula Indonesia; (5) peran
pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Hasil analisis menunjukkan adanya
komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dalam
pengembangan agribisnis gula. Sedangkan strategi pengembangan agribisnis gula
menggunakan metode SWOT antara lain strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T.
Strategi SO antara lain optimalisasi sumberdaya yang ada, pemanfaatan hasil
samping pengolahan gula, penguatan kelembagaan, penyuluhan penerapan
teknologi on farm. Strategi S-T antara lain, menjaga ketersediaan pasokan tebu,
peningkatan kualitas dan efisiensi produksi gula, pengaturan produksi dan impor
gula rafinasi. Strategi W-O antara lain, menciptakan lembaga permodalan bagi
petani dan industri gula, rehabilitasi sarana prasarana penunjang PG, penataan
varietas dan pembibitan, pengaturan ketersediaan pupuk dan bibit dalam waktu,
jumlah, jenis, dan harga yang tepat, pengembangan industri gula di luar Jawa,
perbaikan manajemen tebang muat angkut (TMA), mencari teknik budidaya yang
sesuai untuk lahan bukan sawah. Sedangkan strategi W-T yang dirumuskan adalah
rehabilitasi tanaman tebu keprasan (bongkar ratoon)., hasil SWOT kemudian
dipetakan ke dalam gambar yang disebut arsitektur strategi. Rancangan arsitektur
strategik Agribisnis Gula Indonesia merupakan rekomendasi yang diberikan
peneliti sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agribisnis gula. Rancangan
ini merupakan peta strategi (blue print strategy) untuk mencapai sasaran
agribisnis gula pada tahun 2025 mendatang, yaitu mencapai swasembada gula
yang berdayasaing.
Puspita (2009) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan
Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia dengan tujuan untuk menganalisis kondisi
sistem agribisnis gandum di Indonesia saat ini serta dayasaing agribisnis gandum
lokal. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Metode analisis data yang
digunakan antara lain: analisis sistem agribisnis gandum di Indonesia, analisis
dayasaing gula Indonesia menggunakan pendekatan Berlian Porter dengan
menggunakan enam komponen yaitu ; (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi
permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur,
dan strategi agribisnis gandum Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran
kesempatan. Sedangkan untuk strategi pengembangan agribisnis gandum
menggunakan analisis SWOT yang kemudian dipetakan kedalam arsitektur
strategik. Berdasarkan analisis Berlian Porter dihasilkan keterkaitan antar
komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dayasaing
agribisnis gandum. Keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung
lebih dominan dibandingkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung.
Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia
masih lemah. Hasil analisis SWOT menghasilkan strategi strategi S-O, S-T, W-O,
dan W-T. Strategi S-O antara lain, optimalisasi lahan gandum lokal, membangun
industri berbasis gandum lokal di pedesaan, penguatan kelembagaan, melakukan
bimbingan, pembinaan, dan pendampingan bagi petani. Startegi S-T antara lain
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal, pembatasan volume
impor. Strategi W-O antara lain, melakukan kerjasama dengan industri makanan,
membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan serta memberdayakan

6

kelompok tani untuk melayani kegiatan simpan pinjam, mengatur ketersediaan
benih, menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium,
melakukan sosialisasi dan promosi tentang agribisnis gandum kepada petani.
Sedangkan strategi W-T yang dirumuskan adalah menciptakan produk olahan
gandum berkualitas untuk segmentasi pasar tertentu. Dari sasaran, tantangan, dan
program yang telah dirumuskan, hasilnya dipetakan ke dalam gambar yang
disebut Arsitektur Strategik Agribisnis Gandum Lokal. Rancangan arsitektur
strategik Agribisnis Gandum Lokal merupakan rekomendasi yang penulis berikan
sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agribisnis gandum lokal.
Rancangan tersebut merupakan peta strategi (blue print strategy) untuk mencapai
sasaran terbentuknya desa industri, mewujudkan diversifikasi pangan, dan
mensubstitusi sebagian permintaan domestik dengan gandum lokal.
Nurunisa (2011) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan
Agribisnis Teh Indonesia dengan tujuan untuk menelaah kondisi sistem agribisnis
teh di Indonesia, menganalisis dayasaing serta merumuskan strategi
pengembangan yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut. Analisis
dilakukan secara deskriptif kualitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Berlian
Porter untuk menganalisis dayasaing the Indonesia secara kompetitif, dan SWOT
dan arsitektur strategik untuk menghasilkan alternatif strategi. Analisis Berlian
Porter digunakan dengan pendekatan enam komponen yang dianalisis
keterkaitannya yaitu (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3)
industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur, dan strategi
agribisnis teh Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Analisis
Berlian Porter menunjukkan bahwa komponen faktor sumberdaya dan komponen
komposisi permintaan domestik, serta komponen faktor sumberdaya dengan
komponen industri terkait dan industri telah saling mendukung, sementara
komponen lainnya belum saling mendukung. Selain itu, apabila dilihat dari
komponen pendukungnya, komponen peranan pemerintah baru memiliki
keterkaitan yang mendukung dengan komponen faktor sumberdaya saja,
sementara komponen peranan kesempatan telah mampu mendukung semua
komponen utama. Strategi peningkatan dayasaing yang dihasilkan melalui analisis
Matriks SWOT lebih mengarah kepada strategi peningkatan kinerja petani teh
rakyat, yaitu dengan meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan
kelompok tani dan dukungan dari adanya asosiasi dan Dewan Teh Indonesia.
Soetrisno (2009) menganalisis strategi peningkatan dayasaing agribisnis
kopi robusta dengan model daya saing tree five. Hasil penelitian dijelaskan ke
dalam lima bagian. Pertama dari sisi usaha tani atau penawaran produksi, bahwa
jumlah produksi kopi, harga pupuk di dalam negeri dan kebijakan protektif
pemerintah kurang mendukung percepatan daya saing kopi robusta Indonesia.
Kedua, dari segi permintaan, adanya peluang pasar yang besar di pasar domestik
untuk produk kopi olahan. Ketiga, dari sisi lingkungan dan peluang usaha tani
kopi robusta sebgaian besar masih diusahakan secara sederhana. Kegiatan usaha
hilir kopi robusta belum banyak dilakukan padahal hal ini akan memberikan nikai
tambah dari kopi robustan serta membuka lapangan kerja. Keempat dari segi
kebijakan domestik dan internasional menyebutkan bahwa kurangnya dukungan
dari pemerintah. Dan kelima dari segi sosial dan perilaku petani yang masih safety
first, sehingga produktivitas belum mencapai optimal.

7

Daya Saing Kopi
Asmarantaka (2011) melakukan penelitian mengenai daya saing ekspor
kopi Indonesia dengan data time series 1989 sampai 2008. Metode analisis yang
digunakan untuk menganalisis daya saing secara komparatif adalah RCA
sedangkan secara kompetitif adalah EPD. Hasil dari RCA menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki dayasaing kopi secara komparatif dengan nilai RCA rata-rata
6.55. sedangkan secara kompetitif melalui EPD diketahui bahwa meskipun ekspor
kopi dunia mengalami pertumbuhan yang menurun, namun ekspor kopi Indonesia
mengalami pertumbuhan yang positif.
Penelitian mengenai daya saing juga pernah dilakukan oleh Meryana
(2007), yang menganalisis daya saing kopi robusta Indonesia di pasar
internasional dengan tujuan (1) mengetahui struktur industri kopi robusta di pasar
internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif industri kopi robusta
Indonesia, (3) mengetahui keunggulan kompetitif industri kopi robusta Indonesia
dan (4) merumuskan strategi dayasaing kopi robusta Indonesia. Struktur industri
dianalisis dengan menggunakan Herfindahl Index dengan hasil struktur pasar ke
arah oligopoli. Keunggulan komparatif dianalis dengan menggunakan Revealed
Comparative Advantage (RCA) yang menunjukkan bahwa industri kopi nasional
memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih
dari satu, sementara hasil analisis keunggulan kompetitif yang menggunakan
pendekatan Berlian Porter dengan empat kompenen yaitu faktor sumberdaya,
faktor permintaan, faktor industri terkait dan pendukung serta faktor persaingan,
struktur dan strategi perusahaan, menunjukkan bahwa faktor sumberdaya, kondisi
permintaan domestik, dan struktur pasar mendukung industri kopi dalam negeri
berkembang. Strategi dianalisis dengan alat analisis SWOT. Guna meningkatkan
keunggulan kompetitif, maka industri kopi robusta nasional perlu memperbaiki
dalam hal budidaya dan infrastruktur sehingga dapat menghasilkan biji kopi
dengan kualitas yang baik.
Mustopa (2010) juga menganalisis dayasaing kopi Indonesia di pasar
internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keunggulan
komparatif kopi Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keunggulan komparatif dan kompetitif kopi Indonesia, serta menyusun strategi
dalam rangka meningkatkan dayasaing kopi Indonesia di pasar internasional.
Keunggulan komparatif dianalisis menggunakan RCA, sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi keunggulan komparatif menggunakan OLS, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi keunggulan kompetitif menggunakan pendekatan Berlian
Porter dengan menggunakan empat kompenen yaitu faktor sumberdaya, faktor
permintaan, faktor industri terkait dan pendukung serta faktor persaingan, struktur
dan strategi perusahaan. Hasil RCA yang dianalisis Andiati Mustopa sama dengan
Meryana (2007) bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Sementara
faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komperatif kopi adalah
produktivitas kopi, volume ekspor kopi, harga ekspor kopi, dan dummy krisis
perkopian dunia. Hasil Berlian Porter menunjukkan bahwa kopi Indonesia
mempunyai keunggulan kompetitif yang didukung oleh cuaca, iklim dan luas
lahan.

8

Senada dengan Meryana (2007), Siahaan (2008) menyatakan bahwa
struktur pasar kopi arabika di pasar internasional berbentuk oligopoli. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai CR4 sebesar 64 persen. RCA bernilai 2,65 menandakan
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam hal daya saing kopi robusta di
pasar internasional. Berdasarkan analisis kualitatif, yaitu menggunakan Teori
Berlian Porter maka dapat diketahui kondisi internal dan eksternal dalam
pengusahaan kopi Arabika. Industri kopi Arabika nasional mempunyai
keunggulan kompetitif namun masih harus dibenahi melalui perbaikan teknik
budidaya, penyediahaan modal, dan pengadaan infrastruktur yang mendukung
terhadap indutri kopi Arabika nasional sehingga dapat menghasilkan kopi yang
berkualitas dan mampu bersaing dengan negara-negara produsen kopi Arabika di
dunia.
Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini tidak hanya membahas dayasaing kopi namun juga kondisi
agribisnis kopi Indonesia dari subsistem hulu hingga hilir serta strategi
pengembangan agribisnis kopi Indonesia dengan alat analisis SWOT.

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk
membantu dalam pelaksanaan setiap tahapan penelitian dan penyusunan karya
ilmiah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Konsep Agribisnis,
Konsep Dayasaing dan Formulasi Strategi.
Konsep Agribisnis

1.

2.
3.

4.

Konsep agribisnis (Pasaribu 2012) adalah sebagai berikut:
Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang luas, yaitu
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang
ditunjang oleh kegiatan-kegiatan pertanian.
Sebuah sistem kegiatan yang meliputi tiga komponen the farm input sector, the
farming sector, dan the product marketing sector.
Keseluruhan dan kesatuan dari seluruh organisasi dan kegiatan mulai dari
produksi dan distribusi sarana produksi, kegiatan produksi pertanian di lahan
pertanian sampai dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan turun
sampai distribusi hasil akhir dari pengolahan tersebut ke konsumen.
Agribisnis meliputi semua aktivitas sebagai rangkaian system, terdiri dari (1)
sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan
pengembangan sumberdaya pertanian, (2) subsistem produksi pertanian atau
usaha tani, (3) subsistem pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri,
dan (4) subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian.

9

Secara konseptual, agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas
empat subsistem yang saling mendukung dan terkait satu sama lain sebagai
berikut (Sa’id dan Prastiwi, 2005) :
1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), meliputi kegiatan
pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian primer termasuk dalam
subsistem tersebut adalah industri agrokimia (pupuk dan pestisida),
agroindustri otomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih.
2. Subsistem usahatani (on farm agribusiness), meliputi kegiatan yang
menggunakan sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis hulu.
3. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), meliputi pengolahan
komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara
(intermediate product) maupun produk akhir (finished product) beserta
kegiatan distribusinya.
4. Subsistem pemasaran komoditas-komoditas agribisnis.
Keempat subsistem agribisnis tersebut dalam pelaksanaannya didukung
oleh subsistem penunjang agribisnis (supporting system) sebagai jasa dalam
menunjang kegiatan subsistem agribisnis. Yang termasuk dalam penunjang
subsistem agribisnis antara lain lembaga pertanahan, lembaga keuangan
(perbankan dan asuransi), lembaga penelitian, infrastuktur, lembaga pendidikan
dan konsultasi agribisnis, serta kebijakan pemerintah. Dengan demikian,
agribisnis merupakan suatu sistem usaha dibidang pertanian yang bersifat mega
sektor, meliputi tingkat hulu, produksi komoditas agribisnis, dan kegiatan
ditingkat hilir berupa kegiata pascapanen.
Sub-Sistem
Agribisnis

Sub-Sistem
Usahatani

 Industri benih
/ pembibitan
 Industri
kimia,
agrochemical
 Industri agro
otomotif

 Usaha
tanaman
pangan dan
hortikultura
 Usaha
tanaman
perkebunan –
kehutanan
 Usaha
Peternakan
perikanan






Sub-Sistem
Pemasaran

Sub-Sistem
Pengolahan
 Industri
makanan
 Industri
minuman
 Industri serat
alam: tekstil
 Industri
biofarma
 Industri wisata,
estetika

 Distribusi
 Promosi
 Informasi
pasar
 Struktur pasar
 Kebijakan
perdagangan

Sub Sistem Jasa dan Penunjang
Keuangan: perkreditan, pembiayaan, permodalan dan asuransi
Penelitian dan pengembangan
Pendidikan dan penyuluhan
Transportasi dan pergudangan

Gambar 1 Lingkup Pengembangan Sistem Agribisnis
Sumber : Saragih, 2010.

10

Konsep Dayasaing
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar
luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut.
Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan suatu negara untuk
memasarkan produk yang dihasilkan negara relatif terhadap kemampuan negara
lain (Porter, 1990).
Simanjuntak (1992) dalam Siregar (2009) mengatakan bahwa dayasaing
dapat diartikan sebagai kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu
produk dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi
di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pada dasarnya,
pembangunan agribisnis merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dayasaing
yang dilakukan melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan
bersaing (competitive advantage). Pendekatan yang sering digunakan untuk
mengukur dayasaing suatu komoditi di suatu negara dilihat dari dua indicator
yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
Konsep Keunggulan Komparatif
Pada tahun 1817 David Ricardo menerbitkan buku berjudul Principles of
political Economy and Taxation yang berisi penjelasan mengenai hukum
keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan
internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih
belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek.
David Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatifnya pada
sejumlah asumsi yang disederhanakan yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua
komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang
sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya
produksi constant, (5) tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan
teknologi, dan (7) menggunakan teori tenaga kerja. Sementara asumsi satu sampai
enam dapai diterima dengan mudah, asumsi tujuh tidaklah berlaku dan seharusnya
tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif.
Keunggulan Kompetitif (Teori Berlian Porter)
Keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi
perekonomian aktual. Secara operasional, Simatupang dalam Siregar (2009)
menyebutkan bahwa keunggulan kompetitif adalah kemampuan memasok barang
dan jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar
domestik maupun pasar internasional, pada harga yang sama atau lebih rendah
dibandingkan yang ditawarkan oleh pesaing, seraya memperoleh laba paling tidak
sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumberdaya. Kondisi ini
menyebabkan keunggulan kompetitif tidak saja ditentukan oleh keunggulan
komparatif (menghasilkan barang lebih murah dibandingkan dengan pesaing),
tetapi juga ditentukan oleh kemampuan untuk memasok produk dengan atribut
(karakter) yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Porter (1990) melakukan studi kasus di 10 negara maju untuk mengkaji
daya saing (competitiveness) dari perspektif mikro (perusahaan) ke perspektif
daya saing negara. Konsep Porter ini dikenal sebagai Diamond of Competitive
Advantage atau teori Porter’s Diamond. Keunggulan kompetitif suatu negara

11

ditentukan oleh empat faktor yang harus dipunyai suatu negara untuk bersaing
secara global. Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor produksi (factor
condition), keadaan permintaan dan tuntutan mutu (demand condition), industri
terkait dan pendukung yang kompetitif (related supporting industry) dan juga
faktor struktur, strategi serta persaingan perusahaan. Selain keempat faktor
penentu tersebut ditambah juga oleh dua faktor eksternal yaitu sistem
pemerintahan (government) dan kesempatan (chance events). Secara bersama
faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing
yang disebut model The National Diamond.

Chance

Firm strateg, structure and
rivalry

Demand conditions

Factor conditions

Goverment

Goverment

Related and supporting
industries

Chance

Gambar 2 Porter’s Diamond
Sumber : Porter, 1990
Porter juga memasukkan dua variabel di luar model, yaitu peranan
pemerintah dan peranan kesempatan yang turut akan mempengaruhi model,
dimana peran pemerintah menjadi faktor penting dalam meningkatkan dayasaing
melalui kebijakan. Tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan
bersaing secara langsung. Peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing
adalah dengan memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki
kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien.
Sementara itu peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun
pemerintah, namun dapat mempengaruhi daya saing seperti adanya penemuan
baru.
Setiap atribut yang terdapat dalam Teori Berlian Porter memiliki poin-poin
penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Factor Condition (Kondisi Faktor)
Kondisi faktor yaitu posisi negara dalam hal penguasaan faktor produksi
merupakan syarat kecukupan untuk bersaing. Sumber daya merupakan faktor
produksi yang penting untuk bersaing. Sumber daya digolongkan menjadi lima
kelompok, yaitu : (i) sumber daya manusia; (ii) sumber daya fisik seperti
aksesbilitas; (iii) sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); (iv)

12

sumber daya modal; dan (v) sumberdaya infrastruktur. Tenaga kerja yang
terampil ditunjang dengan penguasaan IPTEK, ketersediaan bahan mentah
merupakan keunggulan kompetitif suatu negara yang juga didukung oleh
kemudahaan dalam memperoleh modal dan kondisi infrastruktur yang memadai.
i.

Sumberdaya Fisik atau Alam
Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing
industri nasional mencakup biaya, aksesibilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi),
ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan (termasuk sumberdaya perairan laut lainnya), peternakan,
serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak
dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis,
kondisi topografis, dan lain-lain.
ii. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri nasional
terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan
keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan
etika kerja (termasuk moral).
iii. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar,
pengetahuan teknis, dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan
dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber
pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan
penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan
dan teknologi lainnya.
iv. Sumberdaya Modal
Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari
jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber modal),
aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan,
tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter dan fiskal,
serta peraturan moneter dan fiskal.
v. Sumberdaya Infrastruktur
Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari
ketersediaan jenis, mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi
persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran
transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain.
2. Demand Condition (Kondisi Permintaan)
Kondisi permintaan mempengaruhi besarnya dayasaing suatu komoditi
atau produk, dimana kondisi permintaan dapat berasal dari pasar domestik dan
pasar internasional. Kondisi ini berperan penting dalam meningkatkan dayasaing,
ka