Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
DI PETERNAKAN SAPI TERPADU (PESAT)
KABUPATEN KUTAI TIMUR

RANGGA LAWE SANDJAYA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten
Kutai Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Rangga Lawe Sandjaya
NIM D14100117

iv

ABSTRAK
RANGGA LAWE SANDJAYA. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi
Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur. Dibimbing
oleh RUDY PRIYANTO dan LUCIA CYRILLA ENSD.
Usaha penggemukan sapi Bali di Kalimantan Timur memiliki prospek
yang baik untuk dikembangkan. Namun perlu dilakukan analisa usaha yang baik
untuk mengetahui prospek usahanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kelayakan usaha penggemukan sapi Bali berdasarkan analisa
rentabilitas usaha, Break Event Point (BEP), dan R/C rasio. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014 di Peternakan Sapi Terpadu
(PESAT) Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Metode
pengumpulan data menggunakan metode studi kasus dan data yang diperoleh
dibedakan kedalam analisis ekonomi dan analisis finansial. Hasil analisis
kelayakan usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT)
menunjukan bahwa nilai rentabilitas berdasarkan analisis ekonomi dan analisis
finansial masing-masing adalah sebesar -10.21% dan 1.70%. Nilai BEP volume,
BEP unit dan BEP penjualan masing-masing adalah sebesar 5 808 kg, 25.81 ekor
dan Rp 259 556 547 pada analisis ekonomi sedangkan pada analisis finansial
sebesar 4 850 kg, 21.55 ekor dan Rp 217 322 867. Analisa R/C rasio pada analisis
ekonomi menunjukan nilai sebesar 0.89 dan pada analisis finansial adalah sebesar
1.02. Secara umum usaha penggemukan sapi Bali PT YSB dapat dikatakan belum
memberikan keuntungan dikarenakan beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya
adalah skala usaha masih tergolong kecil dan tingginya biaya produksi.
Kata kunci: break even point (BEP), kelayakan usaha, rentabilitas, R/C rasio, sapi
bali.

ABSTRACT

RANGGA LAWE SANDJAYA. Business Analysis of Fattening Bali Cattle in
Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) East Kutai Regency. Supervised by RUDY
PRIYANTO and LUCIA CYRILLA ENSD.
Bali cattle business in East Kalimantan has good prospect for
development. However it should be analyzed to determine good business
prospects and profitability. The aim of this study was to determine the feasibility
of Bali cattle based on analysis of business profitability, Break Even Point (BEP),
and R/C ratio value. This study was conducted in February-March 2014 in
Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) East Kutai Regency, East Kalimantan
Province. Methods of data collection using the case study method and data
obtained into economic and financial analysis. The results of the analysis of the
feasibility of Bali cattle in PESAT shows that the value of profitability based on
the analysis of economic and financial analysis, respectively by -10.21% and
1.70%. The result of Break Even Point (BEP) and sales volume respectively
amounted to 5 808 kg, 25.81 Bali cattle and Rp 259 556 547 in economic analysis,

v

while the financial analysis 4 850 kg, 21.55 Bali cattle and Rp 217 322 867.
Analysis of R/C ratio on the economic analysis showed a value of 0.89 and the

financial analysis is 1.02. In generally that Bali cattle business of PT YSB was
disadvantage dua to several factors include the business is still relatively small
scale and high cost of production.
Key words: bali cattle, break even point (BEP), business feasibility, profitability,
R/C ratio.

vii

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI
PETERNAKAN SAPI TERPADU (PESAT)
KABUPATEN KUTAI TIMUR

RANGGA LAWE SANDJAYA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

vii

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan
Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur.
Nama
: Rangga Lawe Sandjaya
NIM
: D14100117

Disetujui oleh

Dr Ir Rudy Priyanto

Pembimbing I

Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2014 ialah Analisis
Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu Kabupaten
Kutai Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rudy Priyanto dan Ibu
Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
waktu, tenaga, saran, bimbingan, dan kesabaran dalam penyusunan tugas akhir
ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Bapak Edit Lesa Aditia
S.Pt, MSc atas saran dan bimbingannya selaku dosen pembahas seminar, serta
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Afton Atabany, M.Si
selaku penguji ujian sidang yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi
saya. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada PT Kaltim Prima Coal (KPC)
dan tim Beasiswa Utusan Daerah Institut Pertanian Bogor (BUD IPB) atas
pembiayaan selama masa studi melalui program beasiswa utusan daerah PT KPC.
Terima kasih kepada ibu, ayah, adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya. Terima kasih kepada Ibu Nurul Karim, Bapak Achmad
Sholehoedin, Bapak Panji Setyadi, Puguh Dwi Jaya dan Yusi Ariska atas
bantuannya selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih juga
kepada Yusup Sopian, Bayu RF, Egha Jaka, Mujahid, Fahrul, Sela Pratiwi dan
teman-teman D’ Protector IPTP 47 yang telah memberikan dukungan motivasi
dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014

Rangga Lawe Sandjaya


ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Prosedur
Persiapan
Pengambilan Data
Analisa Data
Rentabilitas Usaha
Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Return Cost Ratio (R/C Rasio)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian
Karakteristik Usaha Penggemukan Sapi Bali
Kondisi Lingkungan
Kualitas Sapi Bakalan
Tatalaksana Pemeliharaan ternak
Aspek Pasar Ternak
Kelayakan Usaha
Rentabilitas Usaha
Break Even Point (BEP)
Return Cost Ratio (R/C rasio)
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vii
1
1
2
2

2
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
7
7
9
10
11

11
12
13

x

DAFTAR TABEL
1
2
3

Analisa biaya produksi usaha penggemukan sapi Bali PT YSB
Rincian penerimaan yang diterima oleh PT YSB
Hasil analisis kelayakan usaha berdasarkan analisis ekonomi dan
finansial

8
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Keadaan umum lokasi penelitian
Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB per periode

14
16

11
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia secara tidak langsung
memberi korelasi positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita penduduk.
Hal ini menyebabkan pula meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, salah
satunya yakni daging sapi. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap kebutuhan protein, maka kecukupan pangan hewani perlu ditingkatkan.
Mengingat saat ini sumber daging sapi di negara Indonesia diperoleh dari 3
sumber yakni dari ternak sapi lokal, usaha penggemukan, dan impor dari negara
lain sehingga perlu penguatan dari salah satu dari ketiga sumber tersebut
(Diatmojo et al. 2012).
Usaha penggemukan sapi perlu memperhatikan segi manajemen
pemeliharaan yang baik. Selain itu analisa kelayakan usaha penggemukan sapi
juga perlu diperhatikan agar tujuan usaha bisa tercapai. Penggemukan sapi pada
prinsipnya masih menjadi salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan daging
nasional yang kebutuhannya pada tahun 2012 masih mengimpor sapi sebesar
36.850 ton (DPKH 2012). Penguatan salah satu sumber penyediaan daging sapi
tersebut harus disertai dengan manajemen usaha yang baik dan menguntungkan
khususnya pada usaha penggemukan sapi Bali. Sapi Bali merupakan plasma
nutfah yang memiliki potensi dalam usaha penggemukan sapi karena memiliki
banyak keunggulan, salah satunya adalah adaptif terhadap lingkungan (Bandini
2003). Usaha penggemukan sapi tidak terlepas dari pengelolaan manajemen usaha
yang baik dalam mencapai keuntungan. Salah satu upaya untuk menghindari
terjadinya kerugian dalam usaha penggemukan sapi adalah melakukan analisis
kelayakan usaha tersebut (Suharno dan Nazaruddin 1994).
Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) merupakan lokasi pengembangan
peternakan sapi Bali PT Kaltim Prima Coal dengan konsep terpadu. Konsep
peternakan terpadu pada dasarnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi
baik sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya alam (SDA) dan produksi ternak
sehingga dapat dipanen secara seimbang dan menguntungkan. Menurut Handaka
et al (2019) sistem pertanian terpadu antara tanaman dan ternak merupakan sistem
pertanian yang memiliki ciri adanya keterkaitan yang erat antara komponen
tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan usaha tani dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan.
Secara umum PESAT bergerak dalam bidang pembibitan dan
penggemukan sapi Bali. Penggemukan sapi merupakan usaha yang mulai
diperkenalkan di peternakan ini, karena sebelumnya PESAT hanya
mengembangkan usaha pembibitan. Peternakan tersebut beroperasi pada wilayah
reklamasi tambang batubara dengan jumlah ternak yang dipelihara sebanyak 62
ekor sapi Bali. Manajemen pemeliharaan dilakukan oleh 5 orang petugas kandang
yang dikepalai oleh 1 orang koordinator serta didukung oleh 1 orang kepala
pengembangan ternak dan 1 orang sekretaris. PESAT memiliki potensi yang
besar dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi Bali. Pengamatan
mengenai keberlangsungan usaha tersebut perlu dilakukan sebagai acuan untuk
mengembangkan skala usaha kearah yang lebih baik dan menguntungkan.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha penggemukan
sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur.
Ruang Lingkup Penelitian
Usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT)
merupakan usaha percobaan yang memiliki potensi yang cukup baik bila
dikembangkan. Analisis kelayakan usaha difokuskan pada analisa rentabilitas
usaha, Break Even Point (BEP), dan analisa R/C rasio.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 5 minggu, dimulai pada tanggal 3
Februari hingga 9 Maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Sapi
Terpadu (PESAT) yang berlokasi di wilayah D2 Murung, Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Prosedur
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus di
wilayah PESAT Kabupaten Kutai Timur. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai gambaran umum lokasi PESAT, manajemen tata
laksana pemeliharaan ternak, dan karakteristik usaha penggemukan sapi potong
Bali. Gambaran umum lokasi penelitian meliputi kondisi geografis lokasi secara
umum.
Manajemen tata laksana dideskripsikan dari informasi manajemen
pemberian pakan, penanganan kesehatan, dan cara pengelolaan limbah.
Karakteristik usaha penggemukan yang dideskripsikan meliputi biaya produksi,
penerimaan, rentabilitas usaha, analisis Break Even Point (BEP), dan nilai R/C rasio
dari usaha penggemukan tersebut.
Persiapan
Tahap persiapan meliputi pembuatan daftar pertanyaan (kusioner) yang
telah disesuaikan dengan tujuan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
penggemukan sapi Bali. Kusioner berisi daftar pertanyaan mengenai manajemen
tata laksana pemeliharaan ternak yang dilakukan serta rincian biaya produksi, total
penerimaan dan total pendapatan dari usaha penggemukan tersebut.
Pengambilan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 2 jenis yakni data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara kepada
kepala pengelola dan staf kandang yang ada di PESAT. Data primer diperoleh
dengan melakukan observasi dan wawancara mengenai aspek manajemen

3

pemeliharaan ternak yang meliputi manajemen pemberian pakan, manajemen
penanganan penyakit dan teknik pengelolaan limbah.
Data sekunder diperoleh dari catatan arus kas usaha selama 1 periode.
Data mengenai karakteristik lokasi penelitian diperoleh dari arsip PT Kaltim
Prima Coal.
Analisa Data
Data yang telah diperoleh baik data primer maupun sekunder ditampilkan
secara deskriptif. Hasil data primer mengenai manajemen pemeliharaan ternak
yang diperoleh dideskripsikan secara menyeluruh. Data sekunder berupa
pencatatan kondisi keuangan usaha penggemukan sapi Bali dibagi kedalam 2
analisis yakni analisis ekonomi dan analisis finansial.
Analisa kelayakan usaha menggunakan perhitungan rentabilitas usaha,
nilai BEP (Break Even Point) dan perhitungan R/C rasio. Metode analisis
tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi kelayakan usaha penggemukan sapi
Bali di PESAT.
Rentabilitas Usaha
Kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dapat ditunjukan
dengan menganalisis nilai rentabilitas usaha tersebut yakni dengan cara
membandingkan laba dengan modal usaha yang digunakan dikalikan dengan
100%. Ningsih (2010) mengemukakan bahwa rentabilitas merupakan
pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya.
Menurut Riyanto (1989) rentabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

R = Rentabilitas (%)
L = Laba (Rp/th)
M = Modal (Rp)

Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis BEP (Break Even Point) dapat memberikan gambaran pada
pelaku usaha terhadap berapa volume produksi dan penjualan yang harus
diusahakan oleh suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Menurut Kasmir
(2010) analisa break even point dapat memberikan informasi hubungan antara
biaya tetap, biaya variabel, tingkat keuntungan yang diinginkan dan volume
kegiatan (penjualan atau produksi). Sigit (1992) mengemukakan bahwa cara
menentukan BEP volume dan BEP penjualan adalah sebagai berikut:

Keterangan : TFC = total biaya tetap
AVC = biaya variabel rata-rata per kg bobot hidup
Py = harga jual per kg bobot hidup

4

Analisis Return Cost Ratio (R/C Rasio)
Analisis dengan metode R/C rasio digunakan untuk mengetahui jumlah
penerimaan yang diperoleh dari setiap satu rupiah biaya yang dibayarkan. Suatu
usaha dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan jika nilai R/C rasio > 1 dan
tidak layak dijalankan jika nilai R/C rasio < 1. Perhitungan R/C rasio
menggunakan rumus :

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) yang
berada di wilayah D2 Murung PT Kaltim Prima Coal (KPC). Luas areal PESAT
adalah ± 22 ha yang terbagi menjadi lahan penggembalaan ternak, kebun hijauan,
dan bangunan peternakan. PESAT merupakan salah satu program yang dikelola
oleh departemen Community Empowerment PT KPC yaitu salah satu departemen
yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Wilayah PESAT
merupakan areal bekas tambang yang telah direklamasi untuk mendukung
pengembangan peternakan di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.
Tujuan pendirian PESAT adalah untuk pemanfaatan lahan pasca tambang,
percontohan peternakan sapi terpadu, pelestarian plasma nutfah dan pelestarian
sapi Bali, pelatihan usaha peternakan kepada masyarakat, pengolahan pupuk
padat, pupuk cair, dan biogas, serta sebagai sarana praktikum dan praktek kerja
lapang. Hal ini merupakan salah satu tujuan dari PT KPC dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat dalam bidang peternakan yang erat kaitannya dengan
skema penutupan tambang pada tahun 2021. Pada awal pendiriannya salah satu
bidang yang dikembangkan di PESAT adalah pembibitan sapi Bali untuk
pelestarian plasma nutfah sapi lokal di Kabupaten Kutai Timur, namun kini
PESAT bergerak pula dalam bidang usaha penggemukan sapi Bali.
Usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT)
dinaungi oleh satu unit anak perusahaan dari PT KPC yaitu PT Yakin Sukses
Bersama (YSB). Secara teknis PT YSB bergerak dengan koordinasi dari
departemen Community Empowerment PT KPC. Perusahaan tersebut secara
spesifik didirikan untuk mengelola unit-unit usaha yang dilakukan oleh
perusahaan PT KPC selain batubara. Perusahaan PT YSB dipimpin oleh seorang
direktur utama dan seorang manajer pengembangan peternakan.
Inisiasi usaha penggemukan sapi Bali di PESAT merupakan langkah
percobaan yang hasilnya nanti akan diproyeksikan untuk penggemukan sapi Bali
dengan kapasitas yang lebih besar. Peran pengembangan usaha tersebut adalah
untuk turut andil dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten
Kutai Timur secara mandiri dengan penerapan usaha agribisnis peternakan di

5

masyarakat serta menyiasati ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan
tambang PT KPC.
Karakteristik Usaha Penggemukan Sapi Bali
Usaha penggemukan sapi PT YSB merupakan suatu usaha percobaan
untuk mengetahui bagaimana prospek usaha di bidang penggemukan sapi Bali
khususnya di Kabupaten Kutai Timur. Secara umum usaha penggemukan sapi
Bali di Kabupaten Kutai Timur dikatakan menguntungkan karena harga jual
ternak tidak berdasarkan bobot per kg sehingga harga jual cenderung lebih tinggi
dan ketersediaan hijauan yang cukup dapat menjadi daya dukung untuk usaha
penggemukan.
Keberhasilan usaha ternak potong dipengaruhi beberapa faktor. Menurut
Santoso (2008) keberhasilan pemeliharaan sapi ditentukan oleh faktor kualitas
bakalan, sistem usaha yang diterapkan, serta teknik pemeliharaan yang meliputi
seleksi bibit, pemberian pakan, pemberian air minum, kebersihan kandang, serta
pemberian obat-obatan. Secara umum faktor yang mempengaruhi usaha
penggemukan sapi Bali PT YSB diantaranya adalah kondisi lingkungan, performa
sapi bakalan, tata laksana pemeliharaan, serta aspek pasar ternak.
Kondisi lingkungan
Wilayah di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) memiliki karakteristik
tanah yang bertekstur liat dan masam. Menurut Murjanto (2011) tekstur tanah
pada seluruh lahan reklamasi didominasi oleh liat dan debu. Selain itu curah
hujan cukup tinggi dan beriklim basah dengan kelembaban relatif berkisar antara
63%-100% (Kaltim Prima Coal 2005). Areal di PESAT merupakan area tertutup
karena terletak dalam lingkup areal penambangan PT KPC.
Terbatasnya akses bagi masyarakat konsumen untuk melihat langsung
kondisi ternak di kandang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan
usaha yang dilakukan. Kondisi tersebut menyebabkan sulitnya kegiatan
pemasaran ternak yang siap jual karena calon konsumen tidak bisa melihat
kondisi ternak melainkan PT YSB hanya menampilkan foto ternak kepada calon
konsumen tersebut. Hal ini terkait dengan peraturan (golden rules) perusahaan PT
KPC yang mengikat pada semua kegiatan yang dilakukan dalam usaha tersebut.
Kualitas Sapi Bakalan
Sapi bakalan yang terdapat di PESAT merupakan bakalan sapi Bali yang
berasal dari Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga bakalan per ekornya memiliki rataan sebesar Rp 6 809 100 dengan rataan
bobot badan sebesar 170 kg. Bakalan yang digemukkan memiliki umur I1 (24- 30
bulan). Sugeng (2000) menyatakan bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan
pada ternak sapi usia 12 hingga 18 bulan atau paling tua umur 2.5 tahun karena
mampu merespon pakan dengan baik.
Bakalan sapi Bali yang terdapat di PESAT tergolong memiliki performa
yang baik karena pada saat pembelian bakalan diseleksi. Kriteria bakalan sapi
Bali yang dipilih yakni ternak dalam kondisi sehat, umur bakalan maksimal 2.5
tahun, memiliki bulu halus dan mengkilat, kaki kokoh dan tegak.

66

Tatalaksana Pemeliharaan Ternak
Usaha penggemukan sapi Bali di PESAT memiliki jumlah ternak yang
digemukkan sebanyak 22 ekor. Periode penggemukan sapi Bali dilakukan selama
120 hari yakni pada bulan Mei hingga Agustus 2013. Kandang yang digunakan
dalam penggemukan sapi Bali ini yakni menggunakan 2 unit kandang koloni.
Setiap kandang diisi 11 ekor ternak dengan memisahkan ternak yang dominan
agar tidak mendominasi ternak lain di dalam kandang tersebut. Pemeliharaan
ternak dilakukan secara intensif yaitu ternak tidak digembalakan di padang
penggembalaan namun masih tetap diberi hijauan.
Aspek pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
penggemukan sapi. Sistem pemberian pakan di PESAT adalah dengan memberi
dua jenis pakan yakni pakan konsentrat dan pakan hijauan pada ternak. Setiap hari
pakan konsentrat diberikan pada ternak sebanyak 7 kg per ekor. Pakan konsentrat
diberikan sebanyak dua kali yakni pada pagi dan sore hari. Pakan konsentrat yang
diberikan pada ternak merupakan pakan komersial yang didatangkan dari wilayah
Jawa dengan harga Rp 3 500 per kg. Pakan hijauan diberikan pula pada ternak
namun jumlahnya tidak diukur pada saat diberikan. Hijauan makanan ternak
diperoleh dari kebun rumput dengan sistem cut and carry. Hijauan yang diberikan
pada ternak yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan sebagian rumput
yang diangkut dengan menggunakan gerobak angkut. Pemberian pakan hijauan
diberikan apabila pakan konsentrat telah dihabiskan oleh ternak ditempat
pakannya.
Pananganan kesehatan ternak selama digemukkan dilakukan dengan
pengecekan ternak setiap hari. Kegiatan penanganan kesehatan dilakukan pada
fase pra produksi dan fase produksi. Penanganan kesehatan ternak pada fase pra
produksi meliputi kegiatan mengistirahatkan ternak dari stres perjalanan selama 8
jam dari kota Balikpapan ke Sangatta. Kegiatan untuk merekondisi bakalan sapi
Bali dari stres dilakukan dengan pemberian air gula, pemberian hijauan,
pemberian obat cacing dan pemberian vitamin. Apabila terdapat ternak yang
sakit, maka akan langsung ditangani. Secara umum ternak yang digemukkan tidak
terjangkit penyakit yang serius. Namun pada masa awal pemeliharaan, ternak
sapi banyak terjangkit penyakit mata yakni sebanyak 30% dari populasi sehingga
mengakibatkan menurunnya performa ternak.
Aspek penanganan limbah di PESAT dilakukan dengan mengolah limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat diolah dengan cara pengomposan yakni
dengan mencampurkan starter dengan kotoran. Bahan pembuatan starter terdiri
atas campuran tapai singkong, gula, susu cair, dan tempe basi dan dicampur air
dengan perbandingan 1:10 kemudian didiamkan selama 2 minggu. Pembuatan
pupuk cair tidak menggunakan teknik khusus, yakni hanya perlakuan
penampungan dan penyaringan. Hasil samping lainnya ialah biogas yang berasal
dari penampungan sebagian limbah padat dan cair ternak kedalam instalasi biogas
yang telah tersedia. Hasil dari pengolahan limbah di PESAT berupa pupuk padat,
pupuk cair, dan biogas. Produk pupuk padat dan pupuk cair yang telah dibuat
dijual secara komersial kepada masyarakat umum. Pupuk padat dijual dengan
harga Rp 2 500 per kg sedangkan pupuk cair dijual dengan harga Rp 5 000 per
liter. Biogas tidak dijual secara komersial melainkan hanya digunakan untuk
kebutuhan memasak karyawan PT YSB.

7

Aspek Pasar Ternak
Salah satu faktor keberhasilan suatu usaha penggemukan sapi adalah
kondisi pasar yang mendukung. Hal ini berpengaruh langsung terhadap
permintaan ternak sapi siap jual. Usaha penggemukan di PESAT mengincar pasar
hari raya Idul Adha. Hal ini karena permintaan ternak sapi pada hari tersebut
tergolong tinggi. Permintaan ternak sapi di Kabupaten Kutai Timur berkisar 400600 ekor pada hari Idul Adha. Hal ini merupakan salah satu acuan bagi PT YSB
untuk memasarkan ternak pada hari raya Idul Adha untuk mengetahui bagaimana
pengembangan usaha yang akan dilakukan.
Pada usaha penggemukan ini produk yang dihasilkan oleh PT YSB adalah
berupa ternak sapi Bali jantan dengan kisaran umur I1- I2 dengan rataan bobot jual
225 kg per ekor. Harga jual ternak memiliki rataan harga sebesar Rp 10 136 363.
Selain itu produk yang dihasilkan dari usaha penggemukan sapi Bali tersebut
adalah berupa pupuk padat dan pupuk cair. Proses pemasaran ternak yang
dilakukan yakni kepada masyarakat umum di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan
para karyawan perusahaan PT KPC. Adapun teknik pemasaran ternak dilakukan
dengan menampilkan foto ternak pada calon pembeli yakni berupa foto kondisi
ternak dan riwayat kesehatan ternaknya. Hal ini dilakukan untuk menyiasati
terbatasnya akses konsumen untuk masuk ke area peternakan.
Kelayakan Usaha
Menurut Soekartawi (2006) analisis kelayakan usaha peternakan dapat
diketahui dengan cara menghitung biaya produksi dari usaha yang dilakukan.
Biaya produksi dari usaha penggemukan sapi Bali PT YSB terdiri atas biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Analisa biaya tetap dilakukan cara
mengukur terlebih dahulu nilai penyusutan dari masing-masing investasi. Total
biaya tetap yang dikeluarkan merupakan hasil dari biaya penyusutan yang
disesuaikan dengan lamanya periode penggemukan sapi Bali yakni 4 bulan.
Rincian biaya produksi disajikan ke dalam 2 bentuk analisis data yakni analisis
ekonomi dan analisis finansial seperti pada Tabel 1.
Berdasarkan rincian biaya pada Tabel 1 bahwa biaya produksi yang
dikeluarkan oleh PT YSB terbagi menjadi 2 jenis yakni biaya tetap (fixed cost)
dan dan biaya variabel (variable cost). Menurut Soekartawi (2006) biaya tetap
didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap. Biaya tersebut relatif
konstan selama aktivitas produksi tersebut berlangsung dan tidak terpengaruh
dengan volume produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel adalah biayabiaya yang secara proporsional dipengaruhi oleh jumlah output produksinya
(Pujawan 2009). Total biaya tetap pada analisis ekonomi lebih besar dibandingkan
dengan analisis finansial yakni Rp 176 498 452 dan Rp 149 952 778 serta total
biaya variabel cenderung lebih besar yakni Rp 72 576 500 pada analisis ekonomi
dan Rp 69 957 333 pada analisis finansial. Hal tersebut mengakibatkan total biaya
produksi usaha penggemukan sapi Bali PT YSB berbeda yakni pada analisis
ekonomi sebesar Rp 249 074 952 dan Rp 219 910 111 pada analisis finansial.

8

Tabel 1 Analisa biaya produksi usaha penggemukan sapi bali PT YSB
Analisis kelayakan usaha
Komponen biaya
Analisis ekonomi
Analisis finansial
Jumlah
Total biaya
Jumlah
Total biaya
per periode
per periode
Komponen biaya tetap
Bakalan
22 ekor
149 800 000
22 ekor
149 800 000
Gaji pegawai
3 orang
13 500 000
Sewa lahan
1.8 ha
6 000 000
Penyusutan kandang
2 unit
7 045 674
Penyusutan cangkul
3 unit
25 000
3 unit
25 000
Penyusutan sabit
4 unit
30 000
4 unit
30 000
Penyusutan parang
2 unit
15 000
2 unit
15 000
Penyusutan skop
3 unit
25 000
3 unit
25 000
Penyusutan arco
2 unit
57 778
2 unit
57 778
Total
176 498 452
149 952 778
Komponen biaya variabel
Pakan hijauan
26 400 kg
2 640 000
Pakan konsentrat
18 800 kg
65 800 000
18 800 kg
65 800 000
Transportasi
1 kali
2 200 000
1 kali
2 200 000
Obat-obatan
2 000 ml
1 909 000
2 000 ml
1 909 000
Ember
3 unit
5 000
3 unit
15 000
Sapu lidi
2 unit
5 000
2 unit
10 000
Garukan sampah
2 unit
17 500
2 unit
23 333
Total
72 576 500
69 957 333
Total biaya produksi
249 074 952
219 910 111
Total biaya produksi pada analisis ekonomi lebih tinggi dibandingkan
dengan analisis finansial dikarenakan pada analisis finansial data yang digunakan
merupakan data yang sebenarnya yakni biaya untuk sewa lahan, sewa kandang,
pakan hijauan, serta gaji karyawan tidak dibayarkan oleh PT YSB. Sedangkan
pada analisis ekonomi data yang digunakan merupakan data estimasi dari biaya
produksi sehingga jumlahnya lebih besar dibandingkan data analisis finansial
(Soekartawi 2006). Berdasarkan analisis ekonomi biaya terbesar dalam usaha
penggemukan sapi Bali PT YSB adalah biaya pengadaan bakalan yakni 60.14%
namun berdasarkan analisis secara finansial persentase biaya pengadaan bakalan
sebesar 68.12%. Biaya kedua terbesar adalah biaya pakan konsentrat yakni
sebesar 26.42% secara analisis ekonomi dan 29.92% secara analisis finansial.
Biaya variabel meliputi biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya transportasi serta
biaya beberapa peralatan. Biaya transportasi digunakan untuk proses pengiriman
ternak ke konsumen di kota Samarinda.
Penerimaan dari usaha yang dijalankan PT YSB bersumber dari beberapa
komponen penerimaan yakni penjualan ternak, penjualan pupuk, serta penjualan
sisa pakan dan obat-obatan yang tidak habis terpakai. Total penerimaan yang
diterima oleh PT YSB adalah sebesar Rp 223 630 000. Rincian penerimaan yang
diterima oleh PT YSB disajikan pada Tabel 2.

9

Tabel 2 Rincian penerimaan yang diterima oleh PT YSB
Komponen
Jumlah
Nilai jual (Rp)
Penjualan ternak (ekor)
22
223 000 000
Penjualan pupuk (kg)
420
630 000
Jumlah
223 630 000
Berdasarkan rincian penerimaan pada Tabel 2 penjualan ternak mencapai
Rp 223 000 000 sehingga dapat dikatakan rata-rata harga jual ternak per ekornya
adalah Rp 10 136 364. Penjualan pupuk sebesar Rp 630 000 berdasarkan hasil
penjualan pupuk padat. Pupuk padat yang dihasilkan tidak diolah secara khusus
melainkan hanya dengan perlakuan pengomposan tanpa penambahan starter.
Harga pupuk padat per kg adalah Rp 1 500.
Analisis kelayakan usaha penggemukan sapi Bali PT YSB digambarkan
dengan hasil perhitungan nilai rentabilitas usaha, Break Even Point (BEP), dan
nilai R/C rasio. Hasil analisis kelayakan usaha disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisis kelayakan usaha berdasarkan analisis ekonomi dan finansial
Komponen
Analisis ekonomi
Analisis finansial
Total biaya produksi (Rp)
249 074 952.00
219 910 111.00
Penjualan ternak (Rp)
223 630 000.00
223 630 000.00
Keuntungan (Rp)
- 25 444 952.00
3 719 889.00
Rentabilitas (%)
-10.21
1.70
BEP volume (kg)
5 808.00
4 850.00
BEP unit (ekor)
25.81
21.55
BEP penjualan (Rp)
259 556 547.00
217 322 867.00
R/C rasio
0.89
1.02
Data analisis kelayakan usaha pada Tabel 3 menunjukan bahwa
berdasarkan hasil analisis ekonomi, PT YSB mengalami kerugian yakni sebesar
Rp 25 444 952. Sedangkan secara finansial PT YSB mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 3 719 889. Secara ekonomi PT YSB mengalami kerugian yang cukup
besar disebabkan biaya produksi yang terlalu tinggi bila dibandingkan dengan
volume penjualan ternak. Kondisi tersebut secara langsung dapat berpengaruh
pula terhadap nilai rentabilitas usaha, Break Even point (BEP), dan nilai R/C rasio
pada usaha penggemukan sapi Bali PT YSB tersebut.
Rentabilitas Usaha
Rentabilitas usaha merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba pada periode tertentu. Menurut Riyanto (2004) rentabilitas
usaha peternakan menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal yang
menghasilkan laba. Rentabilitas dari suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan
demikian dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara
laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah modal perusahaan.
Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan
keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting dan
perlu mendapat perhatian khusus sehingga perlu dianalisis demi memperoleh
penilaian atas rentabilitas suatu perusahaan (Riyanto 2004). Berdasarkan hasil

10
10

analisis ekonomi nilai rentabilitas usaha penggemukan sapi Bali PT YSB
menghasilkan persentase sebesar -10.21%. Hal tersebut berarti bahwa usaha
penggemukan PT YSB mengalami kerugian karena modal yang ditanamkan tidak
menghasilkan keuntungan. Menurut Ningsih (2010) hal yang menyebabkan
kerugian dalam suatu usaha ternak adalah biaya produksi terlalu tinggi serta
kurang efisien dalam penggunaan modal dan pengadaan sarana produksi. Namun
nilai rentabilitas usaha berdasarkan analisis finansial yaitu sebesar 1.70%. Secara
finansial dapat diartikan bahwa setiap modal yang ditanamkan dalam usaha
penggemukan sapi Bali ini akan menghasilkan keuntungan masing-masing
sebesar 1.70%.
Secara umum dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil analisis ekonomi
dan analisis finansial usaha penggemukan sapi PT YSB belum mampu
menghasilkan laba secara maksimal. Hasil analisis ekonomi menunjukan bahwa
nilai rentabilitas usaha yang diperoleh PT YSB lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian Ardhani (2006) mengenai usaha sapi potong di Kalimantan Timur
yakni sebesar 15.97% pada skala kepemilikan 20 ekor ternak sapi Bali dan
Peranakan Ongole (PO).
Ningsih (2010) mengemukakan pada penelitiannya bahwa nilai rentabilitas
usaha ternak sapi potong di Kabupaten Malang mencapai 34.04% pada skala
ternak 30 ekor. Secara umum nilai rentabilitas dipengaruhi oleh jumlah
keuntungan yang diperoleh serta besarnya biaya produksi yang dibayarkan dalam
suatu usaha. Jumlah kepemilikan ternak yang dipelihara dapat menentukan
besarnya keuntungan dan nilai rentabilitas suatu usaha. Menurut Pambudi (2013)
semakin banyak ternak yang dipelihara akan meningkatkan nilai keuntungan dan
secara langsung dapat meningkatkan nilai rentabilitas usaha.
Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) merupakan indikator peternak dalam
mengetahui pada titik berapa kapasitas produksi maupun penerimaan usaha
sehingga tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Analisa BEP pada
usaha penggemukan sapi Bali PT YSB terbagi ke dalam 2 jenis yakni BEP
volume, BEP unit, serta BEP penjualan. Data analisis kelayakan pada Tabel 3
menunjukan bahwa berdasarkan analisis ekonomi, nilai BEP volume ternak
adalah sebesar 5 808 kg sehingga apabila dikonversi kedalam jumlah ternak, maka
nilai BEP unit adalah 25.81 ekor dan analisis BEP penjualan yang diperoleh
adalah sebesar Rp 259 556 547. Hasil analisis BEP tersebut dapat diartikan bahwa
pada skala kepemilikan ternak sebanyak 25.81 ekor serta total penjualan sebesar
Rp 259 556 547 PT YSB tidak mengalami kerugian dan tidak pula menerima
keuntungan. Berdasarkan hasil tersebut, usaha penggemukan sapi Bali PT YSB
masih berada dibawah titik impas sehingga PT YSB mengalami kerugian karena
skala usaha berada pada volume sebesar 4 950 kg, jumlah ternak 22 ekor dan pada
titik penjualan sebesar Rp 223 630 000.
Hasil tersebut berbeda dengan analisis finansial yang dilakukan.
Berdasarkan analisis finansial usaha penggemukan sapi Bali PT YSB memperoleh
nilai BEP volume ternak sebesar 21.55 ekor sedangkan untuk nilai BEP penjualan
sebesar Rp 217 322 867. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa secara finansial
usaha penggemukan sapi Bali PT YSB cenderung memberikan keuntungan positif
dibandingkan dengan hasil secara ekonomi karena hasil analisis BEP volume dan

11

BEP penjualan masih berada dibawah skala usaha PT YSB. Secara umum hasil
analisa BEP menunjukan bahwa usaha PT YSB tidak efisien dalam penggunaan
modal dan belum dikatakan menguntungkan dikarenakan selisih skala usaha dan
nilai BEP masih sangat rendah dikarenakan skala usaha masih tergolong kecil.
Menurut Kasmir (2010) faktor yang mempengaruhi nilai BEP terdiri atas besarnya
biaya tetap, biaya variabel satuan produk, harga jual satuan, serta jumlah
penjualan produk.
Return Cost Ratio (R/C rasio)
Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha
peternakan. Menurut Soekartawi (2006) analisis R/C rasio digunakan untuk
menganalisa kelayakan suatu usaha dengan membandingkan antara total
penerimaan (revenue) dan total biaya. Kriteria yang digunakan adalah usaha
dikatakan memberikan keuntungan dan layak dijalankan jika nilai R/C rasio > 1
dan usaha dikatakan tidak layak dijalankan apabila nilai R/C rasio < 1 serta usaha
dikatakan impas apabila nilai R/C rasio = 1 (Soekartawi 2006).
Usaha penggemukan sapi Bali PT YSB menghasilkan nilai R/C rasio
sebesar 0.89 pada analisis ekonomi, sedangkan pada analisis finansial nilai R/C
rasio yang diperoleh ialah sebesar 1.02. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara
ekonomi, usaha PT YSB tidak menguntungkan dan tidak layak dijalankan.
Menurut Soekartawi (2006) usaha dikatakan tidak layak dijalankan apabila nilai
R/C rasio < 1. Namun secara finansial, usaha PT YSB memiliki nilai R/C rasio
sebesar 1.02. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa skala usaha berada pada titik
impas sehingga dapat dikatakan usaha penggemukan sapi Bali PT YSB belum
dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan.

SIMPULAN
Simpulan
Hasil analisis kelayakan usaha menggunakan parameter rentabilitas usaha,
Break Even Point (BEP) dan R/C Rasio menunjukan bahwa secara ekonomi dan
secara finansial usaha penggemukan sapi Bali PT YSB belum layak dijalankan.
Hal tersebut disebabkan skala usaha masih tergolong kecil karena masih
merupakan usaha percobaan dari PT YSB. Selain itu tingginya biaya produksi
menyebabkan usaha tersebut belum memberikan keuntungan secara maksimal.
Saran
Saran untuk penelitian ini adalah perlu meningkatkan skala usaha dengan
menambah jumlah ternak yang digemukkan agar memperoleh keuntungan yang
lebih baik. Pengolahan konsentrat berbahan baku lokal diharapkan dapat menekan
jumlah biaya produksi usaha penggemukan sapi Bali di PT YSB.

12
12

DAFTAR PUSTAKA
Ardhani F. 2006. Prospek dan analisa usaha penggemukan sapi potong di
Kalimantan Timur ditinjau dari sosial ekonomi. EPP.Vol.3.No.1:21-30
Bandini Y. 2003. Sapi Bali. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Diatmojo N, Emawati S, Sari AI. 2012. Analisis finansial usaha penggemukan
sapi peranakan Friesian Holstein (PFH) jantan di Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali. Tropical Animal Husbandry. Vol 1 (1): 43-51.
[DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI. 2012. Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan 2012.
Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian RI.
Handaka, Hendriadi A, Alamsyah T. 2009. Perspektif pengembangan mekanisasi
pertanian dalam sistem integrasi ternak- tanaman berbasis sawit, padi, dan
kakao. Prosiding workshop nasional dinamika dan keragaan sistem
integrasi ternak- tanaman. Puslitbang Peternakan. Bogor
Irawan TC. 2013. Analisis ekonomi usaha peternakan sapi potong di
Tulungagung. [skripsi]. Malang (ID). Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya.
Kaltim Prima Coal PT. 2005. Analisis mengenai dampak lingkungan PT Kaltim
Prima Coal untuk kegiatan peningkatan kapasitas produksi batubara.
Jakarta (ID): PT Kaltim Prima Coal.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Kencana.
Murjanto D. 2011. Karakterisasi dan perkembangan tanah pada lahan reklamasi
bekas tambang batubara PT Kaltim Prima Coal [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ningsih UW. 2010. Rentabilitas usaha ternak sapi potong di Desa Wonorejo
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. JTT Vol. XI. No.2: 48-53.
Pambudi TR, Edy O, Hidayat NN. 2013. Analisis keuntungan dan rentabilitas
usaha ayam niaga pesaing. Jurnal Ilmiah Peternakan Vol. 1(3): 11281135.
Pujawan IN. 2009. Ekonomi Teknik. Edisi Kedua. Surabaya (ID): Penerbit
Guna Wijaya.
Riyanto B. 2004. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.
Yogyakarta (ID): BPFE Yogyakarta.
Santoso U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Sigit. 1992. Analisa Break Even. Yogyakarta (ID): BFFE.
Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Jakarta (ID): UI Press.
Sugeng YB. 2000. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suharno, Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1991 di Karawang, Jawa Barat.
Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Dadang Suryana dan Ibu Iyoh
Nurhayuni. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SDN 020
Kecamatan Sangatta. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2006 di SLTPN 1 Kecamatan Rantau Pulung dan pendidikan lanjutan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMAN 1 Kecamatan Rantau
Pulung.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun
2010 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah PT Kaltim Prima Coal. Penulis aktif
di kegiatan organisasi kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak
(HIMAPROTER) sebagai staf divisi keprofesian pada tahun 2011-2012 dan
menjadi ketua keprofesian 2012-2013 serta mengikuti beberapa kegiatan
kepanitiaan, pelatihan dan seminar yang di laksanakan di Institut Pertanian Bogor.
Penulis pernah mengikuti magang di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PT
Kaltim Prima Coal. Penulis juga ikut serta dalam pelaksanaan Lomba Karya
Tulis Ilmiah (LKTI) yang diselenggarakan oleh HIMAPROTER pada tahun 2013
dengan judul Biofermentor Kultivasi Padat untuk Biokonversi Cangkang Kakao
sebagai Teknologi Pengayaan Pakan Sapi Terintegrasi dengan Tanaman Kakao.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Keadaan umum lokasi penelitian

(1) Area lokasi PESAT

(2) Kandang sapi

(3) Kandang koloni

(4) Fasilitas mess

(5) Kebun rumput

(6) Pengomposan

15

(7) Produk pupuk padat

(8) Produk pupuk cair

16

Lampiran 2 Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB per periode
Tabel 4 Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB berdasarkan analisis ekonomi
No
Nama barang
Jumlah
Satuan
Harga satuan
Total harga
(Rp)
(Rp)
1
Sewa Lahan
1.8
ha
10 000 000
18 000 000
2
Penyusutan Kandang
1
unit
1 056 851 037
3
Bakalan
22
ekor
149 800 000
4
Gaji pegawai
4
orang
1 125 000
13 500 000
5
Ember
3
unit
15 000
45 000
6
Cangkul
3
unit
50 000
150 000
7
Sabit
4
unit
45 000
180 000
8
Sapu lidi
2
unit
15 000
30 000
9
Parang
2
unit
45 000
90 000
10 Garukan Sampah
2
unit
35 000
70 000
11 Skop
3
unit
50 000
150 000
12 Arco
2
unit
260 000
520 000
13 Pakan hijauan
26 400
kg
100
2 640 000
14 Pakan konsentrat
18 800
kg
3 500
65 800 000
15 Transportasi
1
rit
2 200 000
2 200 000
16 Obat-obatan
2 000
ml
955
1 909 000
Jumlah

Umur ekonomis
(Tahun)
50
1
1
2
2
1
2
1
2
3
-

Penyusutan/
tahun (Rp)
21 137 021
75 000
90 000
45 000
75 000
173 333
21 595 354

Total biaya/ 4 bulan
(Rp)
6 000 000
7 045 674
149 800 000
13 500 000
5 000
25 000
30 000
5 000
15 000
17 500
25 000
57 778
2 640 000
65 800 000
2 200 000
1 909 000
249 074 952

17

Tabel 5 Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB berdasarkan analisis finansial
No
Nama barang
Jumlah
Satuan
Harga satuan
Total harga
Umur ekonomis
(Tahun)
(Rp)
(Rp)
1
Bakalan
22
ekor
149 800 000
1
2
Ember
3
unit
15 000
45 000
1
3
Cangkul
3
unit
50 000
150 000
2
4
Sabit
4
unit
45 000
180 000
2
5
Sapu lidi
2
unit
15 000
30 000
1
6
Parang
2
unit
45 000
90 000
2
7
Garukan sampah
2
unit
35 000
70 000
1
8
Skop
3
unit
50 000
150 000
2
9
Arco
2
unit
260 000
520 000
3
10 Pakan konsentrat
18 800
kg
3 500
65 800 000
11 Transportasi
1
rit
2 200 000
2 200 000
12 Obat-obatan
2 000
ml
955
1 909 000
Jumlah

Penyusutan/
tahun (Rp)
45 000
75 000
90 000
45 000
75 000
173 333
503 333

Total biaya/ 4 bulan
(Rp)
149 800 000
15 000
25 000
30 000
10 000
15 000
23 333
25 000
57 778
65 800 000
2 200 000
1 909 000
219 910 111