Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah Di Kawasan Usaha Peternakan (Kunak), Kabutpaten Bogor

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK)
KABUPATEN BOGOR

AHMAD GEMILANG NASUTION

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

II

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Peternakan Sapi Perah di Kawasan usaha peternakan (Kunak), Kabupaten
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Ahmad Gemilang Nasution
NIM H34110060

IV

ABSTRAK
AHMAD GEMILANG NASUTION, Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Sapi
Perah di Kawasan usaha peternakan (Kunak), Kabutpaten Bogor. Dibimbing oleh
JUNIAR ATMAKUSUMA.
Peternakan sapi perah di Kawasan usaha peternakan (Kunak) yang dibangun
oleh KPS Bogor dihadapkan pada berbagai macam kendala seperti rendahnya harga
jual susu yang ditetapkan Industri Pengolahan Susu (IPS) dan produksi yang
fluktuatif. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap pendapatan peternak dan
kelangsungan usaha di Kunak. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek
non finansial dan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis kriteria investasi.

Seluruh aspek non finansial menunjukkan bahwa investasi peternak sapi perah Kunak
di setiap pilihan layak dijalanakan. Analisis finansial pada peternak yang memiliki
enam ekor sapi dan satu unit kandang menghasilkan NPV sebesar Rp 72.1 juta, Net
B/C sebesar 1.53, IRR sebesar 24 persen dan PP selama 6.28 tahun.Analisis finansial
pada peternak yang memiliki 12 ekor sapi dan satu unit kandang menghasilkan NPV
sebesar Rp 217.4 juta, Net B/C sebesar 2.00, IRR sebesar 34 persen dan PP selama
4.66 tahun. Analisis finansial peternak yang memiliki 16 ekor sapi dan dua unit
kandang menghasilkan NPV sebesar Rp 60.2 juta, Net B/C sebesar 1,17, IRR sebesar
15 persen dan PP selama 9.63 tahun.Hasil analisis finalsial pada semua pilihan usaha
ternak layak dijalankan. Hasil analisis switching value pada semua pilihan usaha
ternak sensitif terhadap perubahan produksi susu sapi atau harga susu per liter.
Kata kunci : studi kelayakan, analisis finansial, peternakan sapi perah Kunak,

ABSTRACT
AHMAD GEMILANG NASUTION, Feasibility Analysis of Dairy farm at Kawasan
usaha peternakan (Kunak), Bogor District. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.
Dairy farm at Kawasan usaha peternakan (Kunak) built b KPS Bogor faced
with various constraints such as low price of milk that applied by Milk Processing
Industry and fluctuating production, This condition can affect farmers income and
bussiness continuity of Kunak. Qualitative method for non financial criteria and

quantitative method are used to analyze investment criteria. The entire non aspect
financial shows that investment of dairy farmers on every options of dairy cattle is
feasible. Results of financial analysis of farmer dairy who has six cows and one stall
are NPV of Rp 72.1 million, Net B/C of 1.53, IRR of 24 percent and PP over 6.28
years.Resultsof financial analysis of farmer dairy who has twelve cows and one stall
are NPV of Rp 217.4 million, Net B/C of 2.00, IRR of 34 percent and PP over 4.66
years. Results of financial analysis of farmer dairy who has sixteen cows and two
stalls are NPV of Rp 60.2 million, Net B/C of 1,17, IRR of 15 percent and PP over
9.63 years. All options of dairy farms are feasible. Switching value analysis for all
options of dairy farms are sensitive to changes in milk production or fresh milk price.
Keywords : feasibility study, analysis financial, Kunak dairy farm

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI
PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK)
KABUPATEN BOGOR

AHMAD GEMILANG NASUTION

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

VI

VIII

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini adalah
kelayakan investasi, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah di
Kawasan usaha peternakan, Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Juniar Atmakusuma, MS selaku
pembimbing dan Yanti Nuraeni M, Sp MAgribuss yang selalu membantu penulis
dalam penyusunan tugas akhir ini serta para dosen penguji yaitu Dr Amzul Rifin,
SP MA dan Rahmat Yanuar, SP MSi. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada para peternak sapi perah di Kunak, Koperasi Produksi Susu
(KPS) Bogor, dan BPS Bogor yang telah memudahkan dan membantu penulis
dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih dan penghargaan juga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua bapak Hasan Bahri Nasution dan Ibu Nurhelmi
Hasibuan serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu,
penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak yang banyak membantu serta
mendukung penulis selama proses penyusunan skripsi, Tisyah Widiarti, temanteman IMMAM, teman-teman MAX, sahabat-sahabat Pomed, seluruh mahasiswa
Agribisnis angkatan 48 dan semua teman serta sahabat IPB yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

Ahmad Gemilang Nasution

X


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

VIII

DAFTAR GAMBAR

IX

DAFTAR LAMPIRAN

IX

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA


5

Kelayakan Aspek Non Finanasial

5

Aspek Pasar

5

Aspek Tenis

5

Aspek Manajemen dan Hukum

6

Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi


6

Aspek Lingkungan

6

Kelayakan Aspek Finansial

7

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

9
9
13
14


Lokasi dan Waktu Penelitian

14

Jenis dan Sumber Data

14

Metode Pengumpulan Data

15

Metode Pengolahan Data

15

Analisis Aspek Non Finansial

15


Analisis Aspek Finansial

16

Asumsi Dasar

18

GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Kawasan usaha peternakan (Kunak) Cibungbulang

19
19

Gambaran Umun Usaha Ternak Sapi Perah
HASIL DAN PEMBAHASAN

20
22

Analisis Aspek Non Finansial

22

Aspek Pasar

22

Hasil Analalisis Aspek Pasar

23

Aspek Teknis

23

Hasil Analisis Aspek Teknis

28

Aspek Manajemen dan Hukum

28

Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

28

Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi

29

Hasil Ananalisis Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi

29

Aspek Lingkungan

29

Hasil Analisis Aspek Lingkungan

29

Analisis Aspek Finansial

29

Arus kas/Cash Flow

30

Analisis Laba Rugi

39

Analisis Kriteria Investasi

40

Analisis Switching Value

41

SIMPULAN DAN SARAN

42

Simpulan

42

Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

66

viii

DAFTAR TABEL
1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2009 sampai 2014 (000 ekor)
2 Produksi susu segar dan ekspor impor produk susu Indonesia tahun
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

2010 sampai 2014 (Ton)
Produksi susu segar Jawa Barat tahun 2010 sampai 2014
Produksi susu segar di Kawasan usaha peternakan (Kunak) tahun 2010
sampai 2014 (Liter)
Proyeksi penerimaan penjualan susu di Kunak selama umur proyek
(000 Rupiah)
Proyeksi penerimaan penjualan induk afkir sapi laktasi di peternakan
sapi perah Kunak selama umur proyek (000 Rupiah)
Proyeksi penerimaan penjualan pedet betina di peternakan sapi perah di
Kunak selama umur proyek (000 Rupiah)
Proyeksi penerimaan penjualan pedet jantan di peternakan sapi perah di
Kunak selama umur proyek (000 Rupiah)
Nilai sisa usaha pilihan kecil di peternakan sapi perah Kunak pada akhir
tahun proyek
Nilai sisa usaha pilihan menengah di peternakan sapi perah Kunak pada
akhir tahun proyek
Nilai sisa usaha pilihan besar di peternakan sapi perah Kunak pada
akhir tahun proyek
Biaya investasi peternak usaha pilihan I peternakan sapi perah Kunak
pada awal tahun proyek
Biaya investasi peternak usaha pilihan II di peternakan sapi perah
Kunak pada awal tahun proyek
Biaya investasi peternak usaha pilihan III di peternakan sapi perah
Kunak pada awal tahun proyek
Proyeksi pengeluaran biaya pakan konsentrat di peternakan Kunak
selama umur proyek (000 Rupiah)
Proyeksi pengeluaran biaya pakan ampas tahu di peternakan Kunak
selama umur Proyek (000 Rupiah)
Proyeksi pengeluaran biaya obat-obatan di peternakan kunak selama
umur proyek (Rupiah)
Proyeksi pengeluaran biaya vitamin di peternakan Kunak selama umur
proyek (Rupiah)
Proyeksi pengeluaran biaya inseminasi buatan (IB) di peternakan
Kunak selama umur proyek (Rupiah)
Proyeksi pengeluaran vaselin/pelumas di peternakan Kunak selama
umur proyek (Rupiah)
Laba bersih usaha peternak sapi perah pada setiap pilihan di Kunak
Bogor selama umur proyek (Rupiah)
Kriteria Investasi
Batas Maksimum Perubahan Harga Konsentrat, Harga Ampas Tahu dan
Jumlah Produksi Susu pada Pilihan I, II dan III

1
2
2
3
30
31
32
32
33
33
33
34
34
35
37
37
37
38
38
39
40
40
42

ix

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Saluran Pemasaran Susu Segar Kunak
Tipe Kandang (sistem stall) di Peternakan Sapi Perah Kunak
Kondisi di Dalam Kandang di Peternakan Sapi Perah Kunak 2015
Proses Pemerahan Susu di Peternakan Sapi Perah di Kunak 2015

14
23
24
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1 Populasi Sapi Perah menurut Provinsi (ekor)
2 Penyusutan dan nilai sisa peternak sapi perah pilihan I (peternak yang

memiliki enam ekor sapi dan satu unit kandang)

45
46

3 Penyusutan dan nilai sisa peternak sapi perah pilihan II (peternak yang

memiliki 12 ekor sapi dan satu unit kandang)

46

4 Penyusutan dan nilai sisa peternak sapi perah pilihan III (peternak yang

memiliki 16 ekor sapi dan dua unit kandang)

47

5 Laba rugi peternak sapi perah pilihan I (peternak yang memiliki enam

ekor sapi dan satu unit kandang)

47

6 Laba rugi peternak sapi perah pilihan II (peternak yang memiliki 12

ekor sapi dan satu unit kandang)

48

7 Laba rugi peternak sapi perah pilihan III (peternak yang memiliki 16
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

ekor sapi dan dua unit kandang)
Cashflow peternak sapi perah pilihan I (peternak yang memiliki enam
ekor sapi dan satu unit kandang)
Cashflow peternak sapi perah pilihan II (peternak yang memiliki 12
ekor sapi dan satu unit kandang)
Cashflow peternak sapi perah pilihan III (peternak yang memiliki 16
ekor sapi dan dua unit kandang)
Switching value peningkatan harga konsentrat sebesar 33.0 persen pada
pilihan I
Switching value peningkatan harga konsentrat sebesar 49.8 persen pada
pilihan II
Switching value peningkatan harga konsentrat sebesar 9.5 persen pada
pilihan III
Switching value peningkatan harga ampas tahu sebesar 118.2 persen
pada pilihan I
Switching value peningkatan harga ampas tahu sebesar 178.2 persen
pada pilihan II
Switching value peningkatan harga ampas tahu sebesar 34.1 persen pada
pilihan III
Switching value penurunan jumlah produksi susu atau harga susu per
liter sebesar 12.0 persen pada pilihan I
Switching value penurunan jumlah produksi susu atau harga susu per
liter sebesar 17.7 persen pada pilihan II

49
50
51
52
54
55
56
58
59
60
62
63

x

19 Switching value penurunan jumlah produksi susu atau harga susu per

liter sebesar 3.5 persen pada pilihan III

64

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemantapan
ketahanan pangan hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat di perdesaan dan
dapat memacu pengembangan wilayah1. Selain itu, pembangunan subsektor
peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang dilakukan
untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa mendatang. Langkah yang
dilakukan yaitu dengan mengarah pada pengembangan peternakan yang maju,
efisien, dan mempunyai daya saing global. Pembangunan subsektor peternakan
memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata
pendapatan penduduk serta menciptakan lapangan pekerjaan2. Hal tersebut sejalan
dengan perkembangan populasi ternak di Indonesia yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Populasi ternak di Indonesia mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 2.60 persen per tahun dari tahun 2009 sampai 2014.
Perkembangan populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2009 sampai 2014 (000 ekor)
Tahun
Ternak

2009

2010

2011

2012

2013

Sapi Potong 12 760
13 582
14 824
15 981
Sapi Perah
475
488
597
612
Kerbau
1 933
2 000
1305
1 438
Kuda
399
419
409
437
Kambing
15 815
16 620
16 946
17 906
Domba
10 199
10 725
11 791
13 420
Babi
6 975
7 477
7 525
7 900
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015

12 686
444
1 110
434
18 500
14 926
7 611

2014
14727
503
1335
428
18640
16092
7694

Rata-rata
Pertumbuhan
(%/ Tahun)
3.77
2.68
-4.73
1.48
3.36
9.59
2.05

Salah satu hewan ternak yang berpotensi untuk dikembangkan adalah sapi
perah. Populasi sapi perah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya
dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 2.68 persen. Sapi perah
merupakan salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu. Usaha sapi
perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif karena masih terdapat
kesenjangan yang cukup besar antara ketersediaan dan permintaan susu di
Indonesia. Kebutuhan susu di Indonesia hanya sekitar 32 persen yang dapat
dipenuhi dari produksi dalam negeri dan sisanya sekitar 68 persen harus dimpor
(Londa et al. 2013). Rata-rata pertumbuhan produksi susu nasional tahun 2010
sampai 2014 sebesar -2.30 persen sedangkan rata-rata pertumbuhan impor produk
susu tahun 2010 sampai 2014 sebesar 13.43 persen sehingga dapat dilihat bahwa
kebutuhan susu nasional sebagian besar dipenuhi dengan cara impor (Tabel 2).
Konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah yaitu sekitar 11.09 liter
perkapita pertahun jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN yang
1

http://www.mb.ipb.ac.id/output/popupPrint/id/8b9aecba29cc4b90b731c89bf35b1c8b/tipe/entri/ca
tegory/2.html [Diakses 15 Desember 2015].
2
https://ariefdaryanto.wordpress.com/2007/09/23/persusuan-indonesia-kondisi-permasalahan-danarah-kebijakan/ [Diakses 15 Desember 2015].

2

konsumsi susu perkapita pertahunnya sekitar 20 liter perkapita pertahun, namun
pertumbuhan sektor industri pengolahan susu pada tahun 2013 sebesar 12 persen
atau meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 10 persen.
Perkembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia terus meningkat dari
tahun ke tahun, salah satunya akibat peningkatan permintaan susu. Peningkatan
permintaan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran
masyarakat terhadap gizi seimbang akan sumber protein hewani (Kemenperin
2015).
Tabel 2 Produksi susu segar dan ekspor impor produk susu Indonesia tahun 2010
sampai 2014 (Ton)
tahun

Produksi

2010

909 533

Pertumbuhan
Produksi (%)

Ekspor

Pertumbuhan
Ekspor (%)

47 818

974 694
7.16
43 123
-9.82
2011
959 732
-1.54
52 173
20.99
2012
786 846
-18.01
52 671
0.95
2013
798 380
1.47
55 183
4.77
2014
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015

Impor

Pertumbuhan
Impor (%)

231 396
247 495
356 614
380 558
365 186

6.96
44.09
6.71
-4.04

Salah satu daerah yang memiliki populasi sapi perah yang cukup besar di
Indonesia yaitu propinsi Jawa Barat. Jawa Barat berkontribusi terhadap populasi
sapi perah Indonesia sebesar 24.50 persen pada tahun 2014 (Ditjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2015). Produksi susu segar di Jawa Barat mengalami
fluktuasi setiap tahun. Peningkatan produksi susu segar terjadi pada tahun 2011
sebesar 15 persen dan tahun 2014 hanya sebesar 1 persen. Penurunan produksi
susu segar tejadi pada tahun 2012 dan 2013 yaitu masing-masing sebesar 7 persen
dan sembilan persen. Produksi susu segar Jawa barat tahun 2010 sampai 2014
dengan rata-rata 0 persen atau tidak ada pertumbuhan selama 5 tahun tersebut
(Tabel 3).
Tabel 3 Produksi susu segar Jawa Barat tahun 2010 sampai 2014
Tahun

Produksi (Ton)

Pertumbuhan (%)

2010
262 177
2011
302 603
2012
281 438
2013
255 548
2014
258 999
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015

15
-7
-9
1

Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi susu sapi di Jawa
Barat, kawasan ini memiliki karakteristik wilayah yang berpotensi sebagai tempat
pengembangan usaha ternak sapi perah3. Kabupaten Bogor secara umum
terkonsentrasi ke dalam beberapa kawasan usaha ternak. Salah satu kawasan
penghasil susu sapi di Kabupaten Bogor adalah Daerah Cibungbulang dan
Pamijahan. Secara geografis Cibungbulang dan Pamijahan memiliki iklim yang
cocok untuk budidaya ternak sapi perah. Di daerah ini terdapat banyak peternak
sapi perah yang tergabung dalam beberapa kelompok-kelompok ternak dalam
3

http://gksi-jawabarat.co.id/?page_id=664 [Diakses 15 Desember 2015].

3

suatu Kawasan usaha peternakan (Kunak) yang merupakan bagian anggota dari
Koperasi Produksi Susu (KPS) Bogor.
Perumusan Masalah
Indonesia mempunyai potensi pasar susu sangat besar karena jumlah
penduduk yang besar sekitar 240 juta jiwa dengan konsumsi susu perkapita masih
sangat rendah. Potensi tersebut masih belum mampu dipenuhi oleh produksi susu
nasional, sehingga impor susu semakin meningkat. Selain impor yang meningkat,
agribisnis susu nasional juga menghadapi beberapa masalah yaitu sistem
agribisnis susu nasional belum terintegrasi dengan baik yang mengakibatkan
hubungan yang kurang baik antara industri pengolahan susu (IPS) dengan
oraganisasi pengumpul susu seperti koperasi dan kelompok peternak, serta
sebagian besar unit-unit dalam masing-masing subsistem masih bersifat usaha
sambilan dengan pilihan usaha yang kecilyang mengakibatkan biaya produksi
relatif tinggi dan kualitas susu yang baik sulit untuk dipertahankan (Saragih
2015).
Salah satu wilayah usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor adalah
Kawasan usaha peternakan (Kunak). Kawasan ini berada di bawah kendali
Koperasi Peternak Susu (KPS) Bogor sebagai lembaga ekonomi. Pada saat ini
produksi susu segar di kawasan ini sebagian besar pemasarannya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan Industri Pengolahan Susu (IPS) terutama PT. Indolakto.
Pasokan susu segar dari peternak belum dapat memenuhi kebutuhan IPS. Salah
satu permintaan susu yang diajukan PT.Indolakto mencapai 25 000 liter per hari,
namun jumlah tersebut masih belum dapat dipenuhi oleh KPS Bogor yang baru
dapat mensupplai 14 000-15 000 liter per hari. Kunak KPS Bogor dihadapkan
dengan produksi yang fluktuatif dan harga jual susu per liter ke koperasi yang
masih rendah dibandingkan dengan harga jual eceran susu yaitu Rp 6 000 sampai
dengan Rp 8 0000 per liter4 (Tabel 4).
Tabel 4 Produksi susu segar dan harga susu rata-rata per liter di Kawasan usaha
peternakan (Kunak) tahun 2010 sampai 2014
Tahun

Produksi (Liter)

2011
3 362 354
2012
3 113 864
2013
2 473 736
2014
3 039 144
Sumber : Koperasi Produksi Susu (KPS) Bogor 2015

Harga rata-rata per liter (Rp)
3 116.93
3 355.30
3 615.03
4 294.45

Kunak terletak di Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik,
cocok untuk budidaya ternak sapi perah. Lahan yang digunakan untuk kawasan ini
seluar 140 hektar yang terdiri dari 100 hektar untuk kavling (rumah, kandang dan
lahan hijauan) dan 40 hektar untuk lahan usaha KPS Bogor. Jumlah kavling di
Kunak sebesar 200 kavling dengan luas masing-masing sebesar 4 250-5 000 m2,
namun saat ini kavling yang aktif digunakan sekitar 109 kavling. Hal ini
4

http://zulhamariansyah.com/2015/03/05/susu-sapi-murni-memiliki-banyak-manfaat [Diakses 28
Februari 2016].

4

disebabkan banyak peternak yang tidak melanjutkan usahanya karena bagi mereka
usaha peternakan ini merupakan usaha sampingan.
Sebagian besar kandang pada setiap kavling memiliki kapasitas sebanyak 12
ekor sapi dewasa, namun masih ada kandang yang belum digunakan secara
maksimal karena beberapa peternak hanya memiliki sapi yang jumlahnya kurang
dari kapasitas (under capacity) dan juga terdapat beberapa peternak yang
menggunakan kandangnya dengan jumlah sapi lebih dari 12 ekor (over capacity).
Hal ini membuat peternak melakukan usaha dengan pilihan jumlah sapi yang
berbeda, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pada setiap pilihan tersebut
untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha sapi perah yang dilakukan oleh
para peternak di Kunak.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan sapi perah pada peternak di Kunak jika
dianalisis dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah pada peternak di
Kunak jika dianalisis dari aspek finansial?
3. Bagaimana tingkat kepekaan investasi peternak sapi perah di Kunak
berdasarkan switching value pada perubahan harga konsentrat, perubahan
harga ampas tahu dan perubahan produksi susu atau harga susu?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha peterternakan sapi perah pada peternak di
Kunak dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan).
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha peterternakan sapi perah pada peternak
di Kunak dari aspek finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan investasi peternak sapi perah di Kunak
berdasarkan switching value pada perubahan harga konsentrat, perubahan
harga ampas tahu dan perubahan produksi susu atau harga susu.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi penulis sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi peternak diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
terhadap manajemen usaha ternak untuk mengetahui kelayakan pengembangan
usaha sapi perah.
3. Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai analisis
kelayakan usaha bagi penelitian selanjutnya.

5

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah peternakan sapi perah di Kawasan usaha
peternakan (Kunak) di Kabupaten Bogor. Penelitian ini difokuskan pada
penelitian kelayakan usaha peternakan sapi perah baik secara aspek non finansial
dan aspek finansial. Kelayakan non finansial yang akan dibahas dibatasi pada
aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial budaya dan ekonomi serta
lingkungan. Kelayakan secara aspek finansial yang akan dibahas dibatasi pada
perhitungan Net Present Value (NPV),Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal
Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Analisis Sensitivitas, dan Switching
Value.

TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Aspek Non Finanasial
Aspek Pasar
Analisis aspek pasar pada penelitian Harahap (2011) menunjukkan potensi
dan pangsa pasar dinilai memadai untuk pemasaran produk susu. Permintaan
bahan baku susu sapi pihak PT. Indolakto belum terpenuhi. Hal ini menandakan
bahwa pemasaran produk masih terbuka lebar, sehingga aspek pasar usaha
peternakan sapi perah di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos layak untuk dijalankan.
Hermanto (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Sapi Perah Kelompok Ternak Baru Sireum Di Desa Cibeureum,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, menunjukkan adanya permintaan susu
oleh perusahaan Cimory sebanyak 10 000 liter belum terpenuhi oleh pemasok,
sehingga menjadikan peluang pasar yang baik bagi peternak sapi perah Kelompok
Ternak Baru Sireum untuk dapat memenuhi kebutuhan baku susu Cimory
tersebut. Hasil kelayakan aspek pasar, permintaan bahan baku susu sapi pihak
Cimory saat ini belum terpenuhi sehingga pemasaran produk masih terbuka lebar.
Pada penelitian Sinambela (2013), Kelompok ternak KANIA menjual hasil
produksi susu melalui KPS Bogor untuk memenuhi kebutuhan baku susu Indutri
Pengolahan Susu yaitu PT Indomilk dan PT Diamond. Saat ini semakin banyak
usaha bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk olahan susu. Salah
satunya adalah perusahaan Sugeng Milk yang berada di daerah Ciomas Bogor,
Sugeng Milk membutuhkan bahan baku susu sapi segar sebanyak 1000 liter per
hari. Hal ini menjadikan peluang pasar yang baik, sekaligus target pasar bagi
peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA dalam memenuhi kebutuhan bahan
baku susu Sugeng Milk dan KPS
Aspek Tenis
Aspek teknis yang dijalankan para peternak sapi perah pada penelitian
Harahap (2011), Hermanto (2010) dan Sinambela (2013) sangat tergantung dari
lokasi proyek, sarana dan prasarana pendukung, serta proses produksi yang
dilaksanakan. Secara teknis, aspek-aspek tersebut akan sangat mempengaruhi
tingkat produksi yang dihasilkan peternak sapi perah tersebut.

6

Setiap unsur dalam aspek teknis pada setiap penelitian terdahulu sudah
terpenuhi dengan baik. Produksi susu rata-rata pada penelitian Hermanto (2010)
dan Sinambela (2013) sama yaitu sebesar 12.19 liter per ekor per hari sedangkan
pada penelitian Harahap (2011) sebesar 18 liter per ekor per hari. Perbedaan
produksi susu rata-rata per hari pada beberapa penelitian tersebut disebabkan
salah satunya karena perbedaan proses pemerahan. Pada penelitain Hermanto
(2010) dan penelitian Sinambela (2013) pemerahan dilakukan secara manual yaitu
dengan tangan peternak sedangkan pada penelitian Harahap (2011), pemerahan
menggunakan mesin perah otomatis sehingga hasil produksi lebih efisien.
Aspek Manajemen dan Hukum
Pada Penelitian Harahap (2011) Peternakan sapi perah di PT. Rejo Sari
Bumi Unit Tapos sudah memiliki bentuk dan struktur organisasi yang formal,
dimana secara tertulis dalam hitam di atas putih. Hal ini akan memudahkan para
pekerja untuk mengetahui tugas dan wewenang serta tanggung jawab terhadap
pekerjaannya. Sistem pembayaran gaji oleh peternakan dilakukan dengan cara
pembayaran bulanan. Perekrutan tenaga kerja pun dilakukan secara sederhana
dengan tidak menggunakan prosedur yang rumit, walaupun berasal dari bermacam
latar belakang hal terpenting adalah kesungguhan untuk berkerja.
Pada penelitian Hermanto (2010) dan Sinambela (2013) peternakan pada
setiap peternak belum memiliki bentuk dan struktur organisasi yang formal,
dimana secara tertulis dalam hitam di atas putih. Namun dengan demikian, bukan
berarti semua peternak tidak memiliki struktur organisasi usaha. Tetap ada
struktur organisasi di usaha tersebut yang terbentuk secara alami dan tidak tertulis.
Hal ini hanya memudahkan para pekerja untuk mengetahui tugas dan wewenang
serta tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi
Pada penelitian terdahulu keberadaan usaha peternakan sapi perah
berdampak baik terhadap masyarakat setempat, terutama dalam menyerap tenaga
kerja sehingga aktifitas ekonomi di desa tersebut berjalan dengan baik. Khususnya
pada penelitian Sinambela (2013), adanya apresiasi peternak dengan menyisihkan
pendapatan sebesar 50 rupiah per liter untuk anak yatim dan kegiatan desa. Hal ini
menyebabkan tenaga kerja memperoleh pendapatan sehingga memberikan
kesejahteraan bagi tenaga kerja itu sendiri dan juga keluarganya.
Aspek Lingkungan
Pada penelitian Hermanto (2010) keberadaan peternakan sapi perah tidak
menimbulkan masalah yang besar dalam hal pencemaran lingkungan. Salah satu
upaya antisipasi adalah dengan cara menampung sementara limbah peternakan di
kolam penampungan (holding pond) sebelum akhirnya dibuang ke sungai.
Berbeda dengan penelitian Sinambela (2013), limbah peternakan yaitu berupa
kotoran ternak diolah menjadi bio gas, pembuangan bio gas di tampung lalu
dikeringkan dan di gunakan sebagai pupuk kandang. Usaha peternakan sapi perah
pada penelitian Harahap (2011) keberadaan kelompok Ternak Baru Sireum
memberikan dampak negatif bagi lingkungan, karena pada umumnya peternak
membuang kotoran ternak dan sisa air pencucian ke dalam aliran sungai. Hal ini
menyebabkan pencemaran air sungai dan kerusakan biota air sungai.

7

Berdasarkan penelitian terdahulu, semua penelitian pada aspek non finansial
menggunakan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi budaya
dan lingkungan untuk melihat layaknya suatu bisnis dalam aspek non finansial.
Aspek non finansial merupakan aspek yang penting untuk menilai layaknya suatu
usaha untuk dijalankan. Setiap aspek terbukti tidak berdiri sendiri tetapi saling
berkaitan. Jika salah satu aspek tidak terpenuhi maka perlu dilakukan evaluasi
agar aspek yang tidak layak menjadi layak.
Kelayakan Aspek Finansial
Harahap (2011), melakukan penelitian mengenai analisis keyakan usaha
sapi perah PT Rejo Sari Bumu Unit Tapos Kecamatan Ciawi Bogor. Analisis
kelayakan finansial pada usaha yang memiliki umur proyek selama 10 tahun dan
dengan discount factor sebesar 13 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 14 205
952 071,27 yang mempunyai arti bahwa nilai keuntungan bersih selama 10 tahun
sebesar Rp 14 205 952 071.27 yang besarnya lebih dari nol maka usaha dikatakan
layak. Usaha ini dikatakan layak juga dengan melihat nilai net B/C ratio yang
nilainya sebesar 2.59 yang artinya jika terjadi penambahan produksi sebesar Rp 1
akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2.59. Jika dilihat dari segi IRR yang
nilainya sebesar 83 persen, nilainya lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang
berlaku maka investasi untuk usah ini menguntungkan. Payback Period (PP)
menunjukan jangka waktu untuk pengembalian pengeluaran atas investasi riil
melalui penerimaan yang diterima setiap tahun. Hasil perhitungan cashflow usaha
ternak sapi perah menunjukan bahwa besarnya PP sebesar lima tahun delapan
bulan sembilan hari Artinya investasi yang ditanamkan dalam unit bisnis sapi
perah di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos akan kembali dalam jangka waktu lima
tahun dlapan bulan sembilan hari.
Pada penelitian Hermanto (2010), berdasarkan kriteria kelayakan investasi
peternak pada pilihan usaha kecil, menengah dan besar layak untuk dijalankan.
Hal ini dikarenakan pada ketiga pilihan, NPV lebih dari satu, IRR lebih dari
diskonto yang digunakan dan Net B/C lebih dari satu. Dari ketiga pilihan usaha
tersebut, usaha pilihan besar dinilai lebih layak dibandingkan usaha pilihan kecil
dan menengah. Peternak pilihan usaha besar dinilai lebih efisien dalam
penggunaan biaya investasi usaha.
Sinambela (2013) meneliti tentang analisis kelayakan usaha sapi perah
kelompok KANIA di desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk menggunakan lima
pilihan.Kriteria kelayakan investasi peternak usaha pilihan besar dengan
menggunakan sumber modal sendiri dinilai lebih layak dibandingkan peternak
usaha pilihan kecil dengan menggunakan sumber modal sendiri dan peternak
usaha pilihan menengah dengan menggunakan sumber modal sendiri. Hal ini
dikarenakan NPV, IRR dan Net B/C peternak usaha pilihan besar dengan
menggunakan sumber modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan lainnya,
selain itu waktu pengembalian investasi lebih cepat dibandingkan dengan lainnya.
Peternak usaha pilihan besar dengan menggunakan sumber modal sendiri dinilai
lebih efisien dalam penggunaan biaya investasi usaha. Pada peternak usaha pilihan
kecil, peternak usaha pilihan menengah dan peternak usaha pilihan besar yang
menggunakan sumber modal berasal dari kombinasi 50 persen modal sendiri dan
50 persen modal pinjaman yang paling layak yaitu peternak usaha pilihan

8

menengah. Hal ini dikarenakan NPV, IRR dan Net B/C peternak usaha pilihan
menengah lebih besar dibandingkan dengan pilihan lainnya, selain itu waktu
pengembalian investasi lebih cepat dibandingkan dengan lainnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu, analisis aspek finansial pada penelitian
tersebut menggunakan kriteria investasi yaitu net present value (NPV), Internal
Rate Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Penelitian Harahap (2010)
tidak menggunakan pilihan usaha sedangkan penelitian Sinambela (2013)
menggunakan pilihan usaha sebanyak lima pilihan usaha. Penelitian yang akan
dilakukan juga menggunakan kriteria investasi tersebut dengan tiga pilihan usaha.
Switching Value
Analisis switching value pada penelitian Hermanto (2010), peningkatan
harga pakan yang masih dapat ditolelir pada peternak usaha pilihan kecil yaitu
sebesar 5.80 persen. Artinya apabila tingkat kenaikan harga susu diatas 5.80
persen, maka usaha pilihan kecil yang dijalankan menjadi tidak layak. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi nilai NPV, IRR, Net B/C dan waktu pengembalian
investasi menjadi tidak sesuai dengan kriteria kelayakan. Demikian juga kepekaan
pada penurunan harga susu yang masih dapat ditolelir pada usaha pilihan kecil
yaitu 3.54 persen, yang artinya apabila terjadi peningkatan lebih dari nilai tersebut
maka usaha tersebut menjadi tidak layak. Hal ini dikarenakan keuntungan yang
diperoleh habis digunakan untuk menutupi seluruh biaya kegiatan usaha tersebut.
Pada peternak usaha pilihan menengah, peningkatan harga pakan yang
masih dapat ditolelir yaitu sebesar 38.75 persen dan penurunan harga susu yang
masih dapat ditolelir yaitu sebesar 22.06 persen. Sedangkan pada usaha
peternakan pilihan besar, peningkatan harga pakan yang masih dapat ditolelir
yaitu sebesar 86.01 persen dan penurunan harga susu yang masih dapat ditolelir
yaitu sebesar 37.82 persen. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa usaha pilihan
kecil lebih sensitif (peka) dibandingkan dengan skal menengah dan pilihan besar,
terhadap perubahan harga baik dari peningkatan harga pakan dan penurunan harga
susu. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa pada semua pilihan yang dibuat,
parameter penuruan harga susu lebih sensitif (peka) dibandingkan parameter
kenaikan harga pakan
Analisis Switching Value pada penelitian Harahap (2011) dilakukan pada
penurunan produksi susu murni. Penurunan produksi susu murni yang dilakukan
dalam analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana produksi susu
murni yang diturunkan oleh perusahaan dapat mengakibatkan bisnis yang
dijalankan menjadi tidak layak. Dari hasil swicthing value dapat diketahui bahwa
pengembangan bisnis yang dijalankan perusahaan menjadi tidak layak apabila
terjadi penurunan produksi melebihi 6.78 persen.
Berdasarkan penelitian terdahulu, analisis switching value digunakan untuk
mengetahui perubahan maksimal yang bisa ditoleransi pada komponen penting
dari bisnis yang dijalankan agar usaha tetap layak. Variabel-variabel yang
digunakan pada penelitian terdahulu yaitu perubahan harga susu, perubahan harga
pakan dan perubahan produksi susu.

9

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang
didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan
penelitian. Pengetahuan diperoleh dari ilmu yang dipelajari dari sumber bacaan
berupa buku teks, skripsi, jurnal dan logika peneliti yang berdasarkan dari
pengalaman penelitian sebelumnya. Berikut beberapa teori yang mendasari
kerangka pemikiran penelitian ini.
Definisi Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi
kelayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang
bergerak dalam bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam
kegiatan bisnis menuntunt adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan
kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan
(Nurmalina et al. 2014).
Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilaian apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi
kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar
kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari suatu bisnis sehingga
hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Saat ini, studi
kelayakan bisnis sudah menjadi tolok ukur yang sangat berguna sebagai dasar
penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis terutama oleh pihak investor dan
lembaga keuangan sebelum member bantuan dana dan modal. Dengan demikian,
studi kelayakan yang juga sering disebut feasibility study merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan: (a) apakah menerima atau
menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan, dan (b) apakah menghentikan
atau mempertahankan bisnis yang sudah/sedang dilaksanakan (Nurmalina et al.
2014).
Menurut Umar (2005), hasil dari suatu studi kelayakan bisnis adalah laporan
tertulis. Isi laporan studi kelayakan bisnis menyatakan bahwa suatu rencana bisnis
layak direalisasikan. Namun bisa saja terjadi pada pihak-pihak tertentu yang
memerlukan laporan tadi sebagai bahan masukan utama dalam rangka mengkaji
ulang untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak kelayakan laporan
tadi sesuai dengan kepentingannya.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Nurmalina et al. (2014) secara umum aspek-aspek yang diteliti
dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial, dan budaya, aspek lingkungan
serta aspek finansial (keuangan). Setiap aspek untuk dikatakan layak harus
memiliki suatu standar tertentu dan penilaian tidak hanya dilakukan hanya pada
satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada
seluruh aspek yang akan dinilai. Terdapat beberapa aspek yang perlu dilakukan
studi untuk menentukan kelayakan usaha. Masing-masing aspek tidak berdiri

10

sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Hal ini berarti jika salah satu aspek tidak
terpenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan
(Kasmir dan Jakfar 2003). Selain menganalisis kriteria investasi, dalam
pengelolaan bisnis juga dianalisis mengenai kriteria tambahananalisis switching
value.
1. Aspek pasar
Aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menganalisis seberapa besar
potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang dikuasai oleh para pesaing (Kasmir dan Jakfar 2003). Menurut
Nurmalina et al (2014), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang:
a) Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi
permintaan tersebut.
b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa
yang akan datang.
c) Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi dalam
negeri lainnya.
d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa
dikuasai.
2. Aspek teknis
Aspek ini bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan
teknologi perencanaan yang telah dilakukan dapat dilaksanakan secara layak atau
tidak (Husnan dan Muhammad 2000). Aspek teknis merupakan suatu aspek yang
berkenaan dengan pembangunan bisnis secara teknis dan pengorganisasiannya
setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Faktor yang diperlukan dalam menilai
aspek teknis ini yaitu lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, tata letak
(layout) (Nurmalina et al. 2014).
3. Aspek manajemen dan hukum
Dalam aspek ini, dilakukan pengkajian tentang bentuk organisasi atau badan
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, serta jabatan apa saja yang dibutuhkan. Aspek manajemen
mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen
dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2014).
Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yang akan digunakan,
berbagai akta, sertifikat, dan izin yang dimiliki perusahaan. Selain itu, aspek
hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan
memperlancarkegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain
(Nurmalina et al. 2014).
4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar
bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat
keseluruhan. Sementara dari aspek ekonomi suatu usaha dapat memberikan
peluang peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, pendapatan asli daerah
(PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan
dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam usaha dapat secara budaya
mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat (Nurmalina et al. 2014).

11

5. Aspek Lingkungan
Aspek ini memepertimbangkan tentang dampak yang terjadi terhadap
lingkungan sekitar apabila adanya suatu bisnis. Analisis terhadap aspek
lingkungan berkenaan dengan
implikasi yang lebih luas, apakah usaha
menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak (Nurmalina et al.
2014).

6. Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Dalam pengkajian aspek finansial
diperhitungkan besarnya dana yang diperlukan, sumber pendanaan keuntungan
yang didapatkan dan dampaknya bagi perekonomian (Nurmalina et al. 2014).
Arus Kas (cashflow)
Aliran kas (cash flow) merupakan istilah dari aliran penerimaan dan
pengeluaran dalam usaha. Menurut Nurmalina et al. (2014) aliran kas (cash flow)
yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu
periode tertentu dan cash flow menjadi bagian penting yang harus diperhatikan
oleh manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk
memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi.Suatu arus
kas menurut Nurmalina et al. (2014) terdiri atas beberapa unsur, yakni:
1. Inflow atau arus penerimaan, dimasukkan setiap komponen yang merupakan
pemasukan dalam usaha. Komponen yang masuk ke dalam inflow terdiri dari:
a) Nilai produksi total
b) Penerimaan pinjaman
c) Grants
d) Nilai sewa
e) Salvage value
2. Outflow merupakan aliran yang menunjukkan pengurangan kas akibat biayabiaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha baik pada saat di awal
pendirian maupun pada saat tahun berjalan. Komponen-komponen yang
terdapat dalam outflow diantaranya adalah:
a) biaya investasi
b) biaya produksi
c) biaya pemeliharaan
d) biaya tenaga kerja, tanah dan bahan-bahan
e) debt service (bunga dan pinjaman pokok)
f) pajak
3. Manfaat bersih merupakan selisih antara nilai inflow dengan outflow.
Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan gambaran kinerja perusahaan dengan dalam
upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi berisi
tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laba merupakan
selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari

12

penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang
yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi
mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output,
diantaranya adalah biaya operasional-variabel dan biaya operasional-tetap.
(Nurmalina et al. 2014).

Analisis Kriteria Investasi
Menurut Nurmalina et al. (2014) studi kelayakan bisnis pada dasarnya
bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi.
Beberapa kriteria tersebut diantaranya NPV, Net B/C, IRR dan PP. Berikut
penjelasan 4 kriteria tersebut sebagai berikut:
1. Nilai Bersih Kini (Net Present Value = NPV)
Net present valueadalah selisih antara total present value manfaat dengan
total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan
selama umurusaha. Suatu usaha dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol
yang artinya usaha menguntungkan atau memberikan manfaat (Nurmalina et al.
2014).
2. Rasio Manfaat Biaya
Rasio manfaat biaya adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih
yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian
dari usaha tersebut. kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah :
a) Net B/C > 0, maka NPV > 1, usaha layak atau menguntungkan
b) Net B/C < 0, maka NPV < 1, usaha tidak layak atau merugikan
c) Net B/C= 1, maka NPV = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi
3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Menurut Nurmalina et al. (2014) IRR adalah tingkat discount rate (DR)
yang menghasilkan NPV sama dengan nol dan besaran yang dihasilkan dalam
perhitungannya dalam satuan persentase (%). Dengan catatan bahwa NPV bernilai
nol ini bukan berarti bahwa usaha mengalami titik impas. Namun, usaha tersebut
mengalami keuntungan yang bernilai sangat kecil atau mendekati nilai nol karena
pada perhitungan IRR ini berkaitan dengan nilai waktu uang (time value of
money).Perhitungan IRR pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode
interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah yang menghasilkan
NPV positif dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi yang menghasilkan
NPV negatif.
4. Jangka WaktuPengembalian Modal Investasi (Payback period)
Model ini digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal
kembali, dilihat dari keuntungan bersih usaha sesudah diperhitungkan pajak
perusahan. Semakin cepat modal itu dapat kembali maka semakin baik suatu
usaha untuk diusahakan. Menurut Nurmalina et al. (2014) masalah utama dari
metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang
diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Selain itu, metode
PP ini memeliki beberapa kelemahan yaitudiabaikannya nilai waktu uang (time
value of money) dan diabaikannya cash flow setelah payback period.

13

Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap
ketidakpastian (Gittinger 1986 dalam Nurmalina et al 2014). Analisis ini
digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap
hasil suatu analisis kelayakan. Penentuan persentase perubahan variabel-variabel
penting diketahui berdasarkan data historis perusahaan. Analisis switching value
merupakan perhitungan untuk mengukur tingkat maksimum dari perubahan suatu
komponen inflow atau perubahan komponen outflowyang masih ditoleransi agar
usaha masih tetap layak (Nurmalina et al. 2014). Menurut Gittinger (1986) dalam
Nurmalina et al. (2014) menyatakan bahwa analisis switching value merupakan
suatu variasi pada analisis sensitivitas, namun perbedaan yang mendasar adalah
pada analisis sesitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik
sementara pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari
sampai nilai NPV bernilai sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
terjadi perubahan di dalam komponen inflow atau outflow, maka perubahan
tersebut tidak boleh melebihi batas nilai switching value. Dengan kata lain apabila
melebihi nilai pengganti tersebut, maka usaha menjadi tidak layak atau NPV