Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)

INTERAKSI JENIS BIOMULSA DAN JARAK TANAM
KAILAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KAILAN
(Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)

GUSTI REZA PUSPITA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Interaksi Jenis Biomulsa
dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L.
cv. grup Kailan) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Gusti Reza Puspita
NIM A24090179

ABSTRAK
GUSTI REZA PUSPITA. Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan
terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan).
Dibimbing oleh JUANG GEMA KARTIKA.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan-University Farm
IPB, Darmaga Bogor dari bulan Januari hingga September 2013. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian biomulsa dan jarak tanam
terhadap produksi tanaman kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) 2 faktor. Perlakuan yang diberikan adalah jenis biomulsa dan jarak
tanam. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Jenis biomulsa terdiri atas tanpa
mulsa, mulsa plastik hitam perak, biomulsa Arachis pintoi, dan biomulsa rumput
gajah mini sedangkan jarak tanam terdiri atas 30 cm x 30 cm dan 50 cm x 50 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara jenis biomulsa dan jarak

tanam terhadap diameter batang dan panjang tangkai daun kailan. Perlakuan seluruh
jenis biomulsa pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak
tanam 50 cm x 50 cm menghasilkan diameter batang dan panjang tangkai daun
kailan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan biomulsa
A. pintoi dapat meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan
mulsa lainnya. Pengaruh tunggal dari perlakuan jarak tanam menunjukkan bahwa
jarak tanam kailan yang lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan
bobot kailan per petak yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang
yaitu 50 cm x 50 cm. Penggunaan biomulsa A. pintoi dan jarak tanam 30 cm x
30 cm dapat meningkatkan produksi tanaman kailan.
Kata kunci: Arachis pintoi, biomulsa, jarak tanam, kailan, rumput gajah mini

ABSTRACT
GUSTI REZA PUSPITA. Interaction Type of Biomulch and Chinese Kale Plant
Spacing on Chinese Kale (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale) Crop
Production. Supervised by JUANG GEMA KARTIKA.
This research was conducted in Cikabayan Experimental Field-University
Farm IPB, Darmaga Bogor from January to September 2013. The objective of this
research was to study the effect of biomulch and plant spacing on Chinese kale
(Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale) crop production. The experiment

was arranged in Randomized Completely Block Design with 2 factors, the first
factor was types of biomulch and the second was plant spacing, with three
replication. Types of biomulch consisted of no mulch, plastic mulch, Arachis pintoi
biomulch, and a mini elephant grass biomulch, while the plant spacing were 30 cm
x 30 cm and 50 cm x 50 cm. The results revealed that there was interaction between
types of biomulch and plant spacing on stem diameter and petiole length. All types
of biomulch at plant spacing of 30 cm x 30 cm and A. pintoi of biomulch at plant
spacing of 50 cm x 50 cm can produce stem diameter and petiole lenght higher

compared with other treatments. A. pintoi of biomulch can increased on plant height
compared to other mulch. The plant spacing of 30 cm x 30 cm can increase Chinese
kale weight per plots harvested compared to lighter spacing of 50 cm x 50 cm.
Application of A. pintoi and plant spacing of 30 cm x 30 cm can increase Chinese
kale production.
Keywords: Arachis pintoi, biomulch, Chinese kale, mini elephant grass, plant
spacing

INTERAKSI JENIS BIOMULSA DAN JARAK TANAM
KAILAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KAILAN
(Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)


GUSTI REZA PUSPITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi
Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)
Nama
: Gusti Reza Puspita
NIM

: A24090179

Disetujui oleh

Juang Gema Kartika, SP, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Interaksi J enis Biomulsa dan J arak Tanam Kailan terhadap Produksi
Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)
: Gusti Reza Puspita
Nama
NIM
: A24090179


Disetujui oleh

Juang Gema Kartika, SP, MSi
Pembimbing

u
rwito MScA r
Ketua ャs^・ MᆪN 。イエ セ AQ・ョ@ャ

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
biomulsa, dengan judul Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap
Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Juang Gema Kartika, SP, MSi
selaku pembimbing skripsi; Bapak Prof Dr Ir MA Chozin dan Ibu Dr Ir Diny Dinarti

selaku penguji; serta Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Milin, Bapak Ganda, beserta seluruh pegawai unit Kebun Percobaan
Cikabayan Bawah IPB, yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adikku Mega;
sahabatku Amel, Fitri, dan Nurul; teman seperjuanganku di Cikabayan Abu dan
Silmi, serta keluarga besar Socrates AGH 46, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Gusti Reza Puspita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Deskripsi Tanaman Kailan

2

Syarat Tumbuh Tanaman Kailan

3

Manfaat Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini sebagai Biomulsa

3

Jarak Tanam

4


METODE

5

Tempat dan Waktu

5

Bahan dan Alat

5

Pelaksanaan

5

Analisis Data

7


HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum

7

Pertumbuhan dan Penutupan Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini

8

Pengaruh Biomulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kailan

9

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kailan

10

Produksi Tanamam Kailan

13

Marketable Kailan

13

Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap Pertumbuhan Gulma

15

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan
jarak tanam terhadap tolok ukur pengamatan
9
Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang
10
Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap panjang tangkai
daun
11
Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan vegetatif lainnya
12
Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap
komponen produksi tanaman
13
Jenis gulma yang tumbuh pada lahan percobaan
15
Pertumbuhan gulma pada berbagai perlakuan
15
Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap bobot
kering gulma total
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini
8
Perbedaan morfologi panen tanaman kailan dengan berbagai perlakuan
biomulsa dan jarak tanam
11
Perbandingan antara kailan penelitian dan komersil
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Layout percobaan
19
Perbandingan analisis tanah sebelum dan sesudah perlakuan
20
Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian
Tanah (1983)
21
Deskripsi kailan varietas Nova
22
Data jenis gulma dengan nilai NJD paling tinggi hasil analisis vegetasi
23
Kondisi lahan pada berbagai perlakuan
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan) adalah salah satu jenis sayuran
populer yang rasanya enak dan renyah serta mempunyai gizi tinggi. Tanaman kailan
merupakan sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C serta
mineral Ca dan Fe sehingga bermanfaat bagi kesehatan. Bentuk kailan mirip dengan
caisin atau disebut dengan sawi cina. Daunnya panjang dan melebar seperti caisin
sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Kailan diakui
sebagai tanaman yang sangat produktif bagi daerah tropis (Sagwansupyakorn 1992).
Meskipun di Indonesia kailan tergolong jenis sayuran baru tetapi kailan termasuk
sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Menurut Badan Pusat Statistik (2012), produksi kailan yang tergolong
keluarga kubis-kubisan di Indonesia mengalami pasang surut. Pada tahun 1998
merupakan puncak produksi yaitu 1.45 juta ton dan terus menurun sampai tahun
2002 menjadi 1.23 juta ton dan mulai meningkat kembali pada tahun 2008 sebesar
1.32 juta ton hingga tahun 2012 berhasil mencapai 1.48 juta ton. Diasumsikan
bahwa kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran saat ini semakin tinggi
sehingga menyebabkan permintaan sayuran termasuk kailan menjadi naik. Kondisi
tersebut mendorong perlunya usaha peningkatan produksi kailan melalui teknik
budidaya pertanian yang baik diantaranya dengan pemberian mulsa dan jarak tanam.
Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi
tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju
maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Keuntungan dari penggunaan
mulsa plastik atau polyethylen yaitu mempercepat pemanenan dan peningkatan
hasil, memperbaiki kelembaban tanah, mengurangi pencucian pupuk, mengurangi
kepadatan tanah, menurunkan penyakit busuk buah, dan meningkatkan efektivitas
fumigan. Akan tetapi, penggunaan mulsa plastik memiliki beberapa kekurangan
antara lain memerlukan alat khusus, meningkatkan biaya produksi, dan adanya
kesulitan dalam pemusnahan mulsa.
Sistem biomulsa yaitu mulsa dari tanaman yang tumbuh bersamaan dengan
tanaman utama. Penggunaan biomulsa dapat menekan erosi, mengurangi pencucian
hara, menekan perkembangan hama, dan menambah kandungan bahan organik
tanah (Peet 1996).
Penggunaan biomulsa masih belum biasa dilakukan oleh petani. Berdasarkan
hal tersebut, pada penelitian ini akan diaplikasikan penggunaaan biomulsa berupa
tanaman penutup tanah dari jenis Leguminoceae yaitu Arachis pintoi dan Graminae
yaitu rumput gajah mini.
Tanaman akan tumbuh baik jika kebutuhan unsur haranya terpenuhi untuk
mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman, selain dilakukan pemupukan pada
takaran yang sesuai juga harus dihindari persaingan antara tanaman itu sendiri
maupun dengan gulma yang dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam. Jarak
tanam kailan yang direkomendasikan adalah 20 cm x 20 cm, 30 cm x 30 cm, dan
40 cm x 40 cm. Jarak tanam yang lebih lebar akan memberikan kesempatan lebih
besar untuk menghasilkan daun yang lebih banyak, mengurangi serangan hama

2
penyakit, dan membuat penyiangan menjadi mudah (Rubatzky dan Yamaguchi
1999).
Penelitian ini bertujuan mempelajari interaksi jenis biomulsa dan jarak tanam
kailan terhadap produksi tanaman kailan. Atas dasar hal-hal tersebut, diharapkan
penggunaan biomulsa dan jarak tanam yang lebih lebar dapat memelihara
kesuburan tanah dan meningkatkan hasil sayuran kailan.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mempelajari interaksi jenis biomulsa
dan jarak tanam kailan terhadap produksi tanaman kailan. Secara khusus penelitian
ini bertujuan mempelajari jenis biomulsa dan jarak tanam kailan terbaik yang dapat
meningkatkan produksi tanaman kailan.
Hipotesis
1. Terdapat jenis biomulsa yang baik untuk meningkatkan hasil produksi kailan
dibandingkan dengan budidaya tanpa mulsa
2. Terdapat jarak tanam yang optimum untuk meningkatkan produksi kailan
3. Terdapat interaksi antara jenis biomulsa dengan jarak tanam kailan terhadap
produksi kailan

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Tanaman Kailan
Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan) merupakan salah satu jenis
sayuran famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri Cina dan
sekarang banyak dibudidayakan di Asia Tenggara. Kailan sebenarnya termasuk satu
spesies dengan kubis kepala, tetapi tidak pernah dapat membentuk kepala dan hanya
berbentuk daun biasa sehingga kailan sering disebut kubis daun. Hampir semua bagian
tanaman kailan dapat dikonsumsi yaitu batang dan daunnya. Dalam 100 g bagian
kailan yang dikonsumsi mengandung 7540 IU vitamin A, 115 mg vitamin C, 62 mg
Ca, dan 2.2 mg Fe (Sagwansupyakorn 1992).
Terdapat banyak kultivar dengan warna bunga dan ciri-ciri vegetatif yang
berbeda, terutama mengenai tingginya dan besarnya batang (Rubatzky dan
Yamaguchi 1999). Tinggi tanaman kailan dapat mencapai 40 cm selama tahap
vegetatif dan 1-2 m pada akhir berbunga. Batang tunggal, percabangan sempit, daun
tebal dan kuat, berbentuk bulat telur dengan batas garis tidak teratur dan sering
berombak-ombak, basal daun kecil, daun atas sempit dan lonjong. Perbungaan
berupa gugusan sepanjang 30-40 cm, panjang tangkai 1-2 cm, bunga biasanya
berwarna putih atau kuning dengan diameter 2-3 cm.
Kailan diakui sebagai tanaman yang sangat produktif bagi daerah tropis
(Sagwansupyakorn 1992). Meskipun di Indonesia kailan tergolong jenis sayuran
baru tetapi kailan termasuk sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

3

Syarat Tumbuh Tanaman Kailan
Kailan dapat tumbuh dengan baik di bawah kondisi cerah dalam kondisi
lembab dan tanah berdrainase baik. Kailan dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah
tropis. Suhu optimal tanaman kailan berkisar 25-30 oC untuk perkecambahan, dan
18-28 oC untuk suhu rendah yang dapat memacu pembungaan dini dan juga
diperlukan untuk pengembangan bunga secara lengkap. Tanaman kailan untuk
dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi memerlukan pH 5.5–6.5 dan
cukup tersedia unsur hara. Produksi tanaman kailan sangat rendah apabila ditanam
pada tanah yang memiliki pH rendah (Sagwansupyakorn 1992).
Kailan diperbanyak dengan biji yang dapat berkecambah 3-5 hari setelah
tanam. Perkembangan vegetatif lambat selama dua minggu pertama, tetapi
kemudian beranjak dengan cepat (Sagwansupyakorn 1992). Bibit semai dipindah
tanam pada umur 3-4 minggu dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, 30 cm x 30 cm,
dan 40 cm x 40 cm. Kailan mengalami penyerbukan silang dengan bantuan
serangga. Tanaman ini masak dalam 6-8 minggu di daerah rendah tropika dan
dipanen bila bunga mulai mekar. Pada garis lintang dan ketinggian yang lebih tinggi
pertanaman ini memakan waktu kira-kira 10 minggu. Beberapa kultivar (yaitu tipe
berbunga kuning) diusahakan sebagai pertanaman musim dingin. Hasil sampai
20 ton/ha dapat diperoleh (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Hama serangga merupakan masalah yang serius untuk petani kailan.
Kumbang, penggerek, dan ulat kubis adalah yang paling berbahaya selain kutu
daun, belalang dan jangkrik. Penyemprotan insektisida dua kali seminggu biasa
dilakukan untuk mencegah penyebaran hama lebih lanjut (Sagwansupyakorn 1992).
Manfaat Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini sebagai Biomulsa
Sistem biomulsa yaitu mulsa dari tanaman yang tumbuh bersamaan dengan
tanaman utama. Biomulsa dapat ditanam sebelum atau sesudah tanaman utama
dipanen. Biomulsa memiliki fungsi ganda yaitu selama belum terdekomposisi
berfungsi sebagai mulsa dan setelah terdekomposisi berfungsi sebagai pupuk untuk
tanah. Penggunaan biomulsa dapat menekan erosi, mengurangi pencucian hara,
menekan perkembangan hama, dan menambah kandungan bahan organik tanah
(Peet 1996).
Mulsa hidup atau biomulsa yang baik adalah tanaman yang tumbuh rendah,
tumbuh cukup rapat untuk menekan pertumbuhan gulma dan memiliki respon yang
baik terhadap penyiangan. Menurut Peet (1996) dan Sumarni et al. (2009) tanaman
penutup tanah dapat digunakan sebagai mulsa organik yang dapat mengurangi
aliran permukaan dan pencucian hara, memelihara struktur tanah, menekan
pertumbuhan gulma, dan menambah kandungan bahan organik tanah. Persyaratan
penting yang harus dimiliki tanaman penutup tanah adalah mudah diperbanyak,
mempunyai sistem perakaran yang tidak mengganggu tanaman pokok,
pertumbuhannya cepat, tahan pangkas, dan dapat memfiksasi N bebas (Kartika
et al. 2009). Tanaman penutup yang paling sering digunakan adalah rumput dan
kacang-kacangan. Rumput dapat menutup dengan cepat dan melindungi tanah saat
musim dingin. Tanaman leguminosa baik herba maupun perdu mempunyai
kemampuan mengikat N udara dan merubahnya menjadi bentuk N yang tersedia
bagi tanaman bila bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium (Peet 1996).

4
Hasil penelitian Sumarni dan Rosliani (2009) menunjukkan bahwa tanaman
kacang-kacangan yaitu Arachis pintoi adalah salah satu alternatif untuk pilihan dan
cocok ditanam sebagai penutup tanah. Fisher and Cruz (1991) menambahkan
bahwa A. pintoi selain toleran terhadap naungan juga relatif tahan terhadap defisit
air. Tanaman A. pintoi merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh rendah.
Batangnya tumbuh menjalar, akar dan sulur akan tumbuh dari buku batang apabila
ada kontak langsung dengan tanah. Setiap tangkainya mempunyai dua pasang helai
daun. Daunnya berbentuk oval dengan ukuran panjang 3 cm dan lebar 1.5 cm.
Perbanyakan tanaman A. pintoi dapat dilakukan dengan menggunakan biji, stek,
dan stolon. Diperlukan waktu 2–5 bulan untuk menutupi seluruh permukaan tanah
dengan pertumbuhan yang seragam, tergantung kondisi lingkungan dan jarak tanam
(Balittan 2004). Menurut Kartika et al. (2009) A. pintoi sebagai biomulsa memiliki
manfaat bagi lingkungan antara lain untuk konservasi tanah, mengurangi erosi,
memperbaiki lahan yang rusak, mempercepat perputaran nutrisi; memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah; memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif
dari tananaman utama; meningkatkan jumlah dan kualitas makanan ternak;
mengontrol penyebaran penyakit; menekan pertumbuhan gulma; pilihan baru untuk
tanaman hias; dan diharapkan sebagai sumber yang baik dari nektar untuk lebah.
Rumput dapat digunakan sebagai penutup tanah terutama penanaman pada tapak
yang berkontur karena fungsi rumput yang baik untuk menahan erosi. Rumput gajah
mini (Pennisetum purpureum schamach) merupakan jenis rumput dari Amerika
yang daunnya tebal dan pendek, tumbuhnya rendah (kerdil) dan lebih lambat, tetapi
dapat menutup dengan rapat karena pola pertumbuhan daunnya menyamping.
Rumput gajah mini mempunyai warna hijau yang melebihi rumput biasa. Rumput
gajah mini memiliki kemampuan hidup tinggi, toleran terhadap segala kondisi
cuaca, dan tidak sensitif terhadap patogen tanah (Pujaratna 2011).
Jarak Tanam
Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan
pertumbuhan tanaman. Semakin rapat suatu populasi tanaman maka semakin
sedikit jumlah intensitas cahaya matahari yang didapat oleh tanaman dan semakin
tinggi tingkat kompetisi antar tanaman untuk mendapatkan sinar matahari tersebut.
Tujuan pengaturan jarak tanam adalah untuk mendapatkan ruang tumbuh yang baik
bagi pertumbuhan tanaman guna menghindari persaingan unsur hara dan sinar
matahari, mengetahui jumlah benih yang diperlukan, serta mempermudah dalam
pemeliharaan terutama dalam penyiangan. Jarak tanam dapat mempengaruhi hasil,
karena dengan populasi tanaman yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang berbeda pula. Peningkatan jarak tanam sampai tingkat tertentu, hasil
per satuan luas dapat meningkat sedangkan hasil tiap tanaman dapat menurun.
Rekomendasi jarak tanam tergantung pada jenis tanaman, kondisi iklim dan tingkat
kandungan hara dalam tanah (Gardner et al. 1991).

5

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan-University Farm IPB,
Darmaga Bogor, dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Penelitian dimulai bulan
Januari sampai September 2013.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kailan
varietas Nova; stek batang Arachis pintoi; anakan rumput gajah mini; pupuk
kandang 20 ton/ha; pupuk NPK (16-10-18) 1 kg/50 l air; pupuk daun 1 g/l air; kapur
1 ton/ha; kascing 1.25 kg/tray; Rootone F 1 g/l air; dan insektisida berbahan aktif
karbofuran 3%. Peralatan yang digunakan adalah tray semai; mulsa plastik hitam
perak; alat-alat pertanian; alat ukur; serta alat-alat lainnya yang menunjang
pelaksanaan penelitian.
Pelaksanaan
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan 2 faktor yaitu jenis biomulsa dan jarak tanam. Jenis biomulsa
terdiri atas tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak (MPHP), biomulsa A. pintoi, dan
biomulsa rumput gajah mini sedangkan jarak tanam terdiri atas 30 cm x 30 cm dan
50 cm x 50 cm. Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan
percobaan. Layout percobaan disajikan pada Lampiran 1. Tanaman contoh yang
diamati sebanyak 5 tanaman diambil secara acak untuk setiap petak.
Sebelum penanaman A. pintoi, dilakukan pembersihan dan pengolahan lahan
serta membuat petak-petak percobaan berukuran 4 m x 1.5 m dengan jarak antar
petak 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Pemberian pupuk kandang dan kapur
dilakukan setelah pembuatan bedengan. Dua minggu setelah pemberian pupuk
kandang dan kapur dilakukan penanaman A. pintoi pada bedeng sesuai perlakuan.
Penanaman A. pintoi dilakukan dengan stek batang sepanjang 15 cm atau empat
ruas yang sebelumnya direndam selama 1 malam dalam Rootone F dengan
konsentrasi 1 g/l air. A. pintoi ditanam pada bedengan dengan jarak 10 cm x 10 cm
dan dilakukan pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Pemupukan
Urea dengan dosis 100 kg N/ha dilakukan saat penanaman dan umur 4 minggu
setelah tanam (MST). Penyulaman dilakukan pada 1 hingga 3 MST.
Rumput gajah mini ditanam 12 minggu setelah penanaman A. pintoi. Rumput
gajah mini ditanam dalam bentuk ubinan persegi dengan ukuran 3 cm x 3 cm.
Rumput gajah mini ditanam secara zigzag dengan jarak 3-5 cm dan dilakukan
pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Pada penanaman rumput gajah
mini ini tidak dilakukan pemupukan. Penyulaman dilakukan pada 1 hingga 3 MST.
Pemasangan MPHP dilakukan satu minggu sebelum penanaman kailan.
Penanaman kailan dilakukan 8 minggu setelah penanaman rumput gajah mini.
Benih kailan dibibitkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman di lahan
menggunakan tray penyemaian dengan ukuran 108 lubang/tray. Media tanam yang
digunakan pada pembibitan adalah kascing. Pemberian pupuk daun dilakukan

6
setiap 10 hari sekali setelah semai dengan konsentrasi 1 g/l air. Sehari sebelum
kailan dipindah tanam ke lahan, pada seluruh petak perlakuan dilakukan
penyiangan gulma. Pada biomulsa A. pintoi dan rumput gajah mini dilakukan
pembuatan baris atau alur tanam dengan lebar 10 cm. Bibit kailan yang telah
berumur 3 minggu kemudian dipindah tanam ke lahan dengan jarak tanam 30 cm x
30 cm (populasi 48 tanaman/petak) dan 50 cm x 50 cm (populasi 24 tanaman/petak)
dengan satu lubang tanam diisi satu bibit kailan. Penyulaman kailan dilakukan pada
1 dan 2 MST. Penyiraman dilakukan secara teratur di awal penanaman. Pemberian
pupuk dilakukan pada 2 dan 4 MST dengan konsentrasi pupuk NPK (16-10-18)
1 kg/50 l air. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara drenching yaitu dikocor atau
dilarutkan dalam air. Selama periode penanaman kailan, tidak dilakukan
pembersihan gulma pada seluruh petak perlakuan. Panen mulai dilakukan pada
umur 5 MST dengan terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti tinggi, diameter
batang, warna, bentuk, dan ukuran daun.
Pengamatan dibagi menjadi tiga yaitu terhadap tanaman utama, mulsa, dan
gulma. Pengamatan terhadap tanaman utama yaitu kailan meliputi komponen
pertumbuhan dan hasil tanaman.
A. Pengamatan pada Arachis pintoi dan rumput gajah mini :
1. Persentase tumbuh. Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini
diamati setiap 2 minggu secara kualitatif (visual).
2. Persentase penutupan. Pengamatan persen penutupan dilakukan mulai umur
4 MST karena pada 3 minggu awal masih dilakukan penyulaman stek yang
kering dan mati agar jumlah populasi stek seragam.
B. Komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kailan diamati pada 5 tanaman
contoh saat umur 5 MST atau setelah kailan dipanen, peubah yang diamati antara
lain:
1. Tinggi tanaman (cm). Pengamatan tinggi tanaman dengan mengukur dari
permukaan tanah sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau
meteran.
2. Diameter batang (cm). Pengamatan tinggi diameter batang dengan mengukur
dari batang bagian tengah menggunakan jangka sorong.
3. Jumlah daun (helai). Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung
jumlah daun yang telah membuka dengan sempurna.
4. Panjang daun (cm). Pengamatan panjang daun diukur dengan menggunakan
penggaris dari pangkal daun hingga ujung daun terpanjang.
5. Lebar daun (cm). Pengamatan lebar daun diukur dengan menggunakan
penggaris di bagian tengah dari sisi kiri hingga kanan daun terpanjang.
6. Panjang tangkai daun (cm). Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan
dengan mengukur panjang tangkai daun dari pangkal tangkai yang melekat di
batang hingga ujung batas dengan pangkal daun.
7. Panjang akar (cm). Pengamatan panjang akar diukur dengan menggunakan
penggaris dari pangkal akar hingga ujung akar terpanjang.
8. Bobot daun (g). Pengamatan bobot daun dilakukan dengan menimbang daun
menggunakan timbangan analitik.
9. Bobot batang (g). Pengamatan bobot batang dilakukan dengan menimbang
akar menggunakan timbangan analitik.

7

10. Bobot akar (g). Pengamatan bobot akar dilakukan dengan menimbang akar
menggunakan timbangan analitik.
11. Bobot panen per petak (g). Pengamatan bobot panen per petak dilakukan
dengan menimbang seluruh hasil kailan tiap petak menggunakan timbangan
analitik.
C. Pengamatan pada gulma
Pengamatan gulma dilakukan setelah kailan dipanen menggunakan kuadrat
berukuran 0.5 m x 0.5 m. Pengamatan pada gulma meliputi :
1. Jenis gulma yang tumbuh. Gulma dipisahkan berdasarkan spesies masingmasing.
2. Jumlah gulma. Gulma dihitung berdasarkan jumlah individu per spesies.
3. Bobot kering. Perhitungan bobot kering dilakukan dengan cara mengoven
gulma pada suhu 80 oC selama dua hingga tiga hari kemudian ditimbang
bobotnya menggunakan timbangan analitik.
4. Dominansi gulma. Dominansi gulma dianalisis dengan menggunakan NJD
(Nisbah Jumlah Dominansi). Nilai NJD dicari berdasarkan rata-rata 3 nilai
penting, yaitu kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan bobot kering nisbi.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F dengan perangkat lunak
SAS 9.1.3. Jika terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Hasil analisis Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
menunjukkan bahwa kondisi tanah awal penelitian mengandung C-organik
(2.07%), N-Total (0.19%), P2O5 Bray (5.30 ppm), dan K (117.80 ppm).
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah yang dikeluarkan oleh Pusat
Penelitian Tanah (1983), kandungan C-organik tanah tersebut tergolong sedang,
tetapi N-Total, P2O5 Bray, dan K tergolong rendah. Rendahnya kandungan N, P, K
ini menunjukkan bahwa tanah pada penelitian ini kurang subur. Kriteria penilaian
analisis tanah disajikan pada Lampiran 3.
Hasil analisis tanah akhir yang dilakukan setelah penelitian selesai
menunjukkan bahwa masing-masing kandungan N-Total dari seluruh perlakuan
yaitu terdiri atas tanpa mulsa (0.19%), MPHP (0.14%), A. pintoi (0.13%), dan
rumput gajah mini (0.15%). Perlakuan biomulsa A. pintoi dan rumput gajah mini
belum mampu meningkatkan kandungan N-Total dalam satu musim tanam karena
masih sedikitnya bahan organik dan serasah yang berasal dari pelapukan daun dan
batang biomulsa yang masuk ke dalam tanah. Hasil analisis tanah sebelum dan
setelah perlakuan disajikan pada Lampiran 2.
Pertumbuhan biomulsa A. pintoi mengalami beberapa kendala pada fase awal

8
penanaman diantaranya karena cuaca dan serangan hama penyakit. Stek batang
A. pintoi mudah kering dan layu pada cuaca panas. Kondisi yang kering akan
menghambat pertumbuhan akar dan tunas pada stek A. pintoi. Pertumbuhan
A. pintoi akan terhambat dan daun menjadi kuning pada tanah-tanah yang kurang
air atau sering banjir (Balittan 2004). Rayap merupakan hama yang menjadi
masalah selama masa pertumbuhan. Akibat dari serangan rayap adalah tunas
mengering karena batang stek dimakan oleh rayap dari dalam tanah. Penyakit yang
menyerang A. pintoi diantaranya penyakit sapu. Gejala A. pintoi yang terinfeksi
dini menunjukkan pertumbuhan tunas-tunas baru dari ketiak daun dalam jumlah
banyak dan berukuran kecil, yang tumbuh tegak seperti sapu. Penyakit ini
menurunkan nilai estetika sebagai tanaman hias maupun fungsi penutup tanah atau
pakan ternak (Budiyarto dan Mutaqin 2012).
Pada biomulsa rumput gajah mini tidak mengalami masalah berarti di awal
pertumbuhan karena sifatnya yang relatif mudah berdaptasi dan tumbuh rapat
dengan cepat. Saat musim hujan, rumput relatif tidak perlu disiram. Sebaliknya, di
musim kemarau rumput bisa disiram sehari dua kali (Waldan 2009).
Persentase hidup tanaman kailan di lapang pada 5 MST mencapai 88.07%.
Kondisi lahan saat penanaman kailan dapat dilihat pada Lampiran 6. Salah satu
penyebab rendahnya persentase hidup tanaman kailan di lapang adalah banyaknya
hama yang menyerang tanaman. Hama serangga yang dominan menyerang kailan
pada penelitian ini adalah ulat kubis, kutu daun, dan belalang. Penyemprotan
insektisida dilakukan 1 hingga 2 kali untuk mengendalikan penyebaran hama lebih
lanjut.
Pertumbuhan dan Penutupan Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini
Penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini pada setiap petak perlakuan
diamati secara visual dengan melihat persentase tanaman A. pintoi dan rumput
gajah mini yang menutupi kuadrat ukuran 0.5 m x 0.5 m. Pengamatan A. pintoi dan
rumput gajah mini dilakukan pada waktu yang berbeda tetapi pada umur tanaman
yang sama. Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini diamati setiap
2 minggu secara kualitatif (visual) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Persentase (%)

100
80
60
Arachis pintoi
40

Rumput gajah mini

20
0
4

6

8

10

12

Umur (MST)

Gambar 1 Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini

9

Biomulsa A. pintoi ditanam dengan jarak 10 cm x 10 cm menggunakan stek
batang, panjangnya 4-5 ruas dan kondisinya masih segar. Menurut Huang et al.
(2004) penanaman A. pintoi dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm mampu menutup
tanah sampai 87% pada saat tanaman berumur 6 MST, sedangkan pada jarak tanam
20 cm x 20 cm penutupan mencapai 89% ketika berumur 10 MST. Penanaman
A. pintoi dengan jarak tanam yang rapat telah terbukti lebih cepat penutupannya,
tetapi bahan tanam yang diperlukan juga lebih banyak. Pertumbuhan awal
membutuhkan kondisi lingkungan mendukung, tertama ketersediaan air yang
cukup. Pengamatan persen penutupan dilakukan mulai umur 4 MST karena pada
3 minggu awal masih dilakukan penyulaman stek yang kering dan mati agar jumlah
populasi stek seragam. Gambar 1 menunjukkan bahwa penutupan biomulsa
A. pintoi telah mencapai 98% pada umur 12 MST. Penutupan A. pintoi sebesar
100% dapat diperoleh setelah umur tanaman lebih dari 12 MST.
Rumput gajah mini ditanam dalam bentuk ubinan persegi dengan ukuran
3 cm x 3 cm. Penanaman dilakukan secara zigzag dengan jarak 3-5 cm. Penutupan
mulsa rumput gajah mini sebesar 100% dapat diperoleh setelah umur tanaman
8 MST (Gambar 1). Periode kecepatan penutupan rumput gajah mini pada
percobaan ini dipengaruhi oleh kerapatan tanam gajah mini yang lebih tinggi
dibandingkan A. pintoi.
Pengaruh Biomulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kailan
Rekapitulasi analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara
perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terjadi pada diameter batang dan panjang
tangkai daun kalian. Secara tunggal perlakuan jenis biomulsa meningkatkan
pertumbuhan tanaman kailan meliputi tinggi, diameter batang, dan panjang tangkai
daun. Secara tunggal perlakuan jarak tanam kailan memberikan hasil yang tinggi
terhadap bobot panen kailan per petak. (Tabel 1).

Tabel 1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak
tanam terhadap tolok ukur pengamatan
Tolok ukur
Tinggi (cm)
Diameter batang (cm)
Jumlah daun (helai)
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Panjang tangkai daun (cm)
Panjang akar (cm)
Bobot daun (g)
Bobot batang (g)
Bobot akar (g)
Bobot panen per petak (g)

Jenis mulsa
(M)
**
*
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
tn
tn

Jarak tanam
(J)
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**

Interaksi M x J

KK (%)

tn
*
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
tn
tn

12.85
25.69
17.44
17.41
18.81
12.54
23.33
26.86Tr
19.64Tr
17.54Tr
27.80Tr

Keterangan: **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, *: berpengaruh sangat nyata pada taraf
5%, tn: tidak berpengaruh nyata; Tr: hasil transformasi akar.

10
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kailan
Pengamatan vegetatif tanaman kailan terdiri dari tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, dan panjang
akar. Pengamatan dilakukan pada 5 MST atau setelah kailan dipanen. Hasil analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa ada interaksi antara perlakuan jenis biomulsa dan
jarak tanam kailan terhadap diameter batang (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang
Perlakuan
Tanpa mulsa (M0)
MPHP (M1)
Arachis pintoi (M2)
Rumput gajah mini (M3)
Anova
Interaksi M x J
KK
Keterangan:

Diameter batang
30 cm x 30 cm
50 cm x 50 cm
1.26a
0.89b
A
A
1.23a
0.99b
A
A
1.15a
1.94a
A
A
1.13a
1.02b
A
A
tn
**
*
25.69

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada
taraf α = 5%; MPHP: mulsa plastik hitam perak.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak
tanam 30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm
menghasilkan diameter batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Secara tunggal perlakuan jarak tanam kailan 30 cm x 30 cm maupun 50 cm
x 50 cm menunjukkan respons yang sama terhadap diameter batang pada masingmasing jenis biomulsa.
Peningkatan pertumbuhan diameter batang tanaman kailan pada perlakuan
biomulsa A. pintoi diduga karena A. pintoi sebagai tanaman penutup tanah
berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah dari hasil fiksasi nitrogen secara
biologi. Selain dapat menambat nitrogen, A. pintoi yang tumbuh menutupi
permukaan tanah dapat menjaga kelembaban tanah. A. pintoi mampu menahan air
untuk mencegah evaporasi, sehingga memaksimalkan air yang tersedia bagi
tanaman.
Di samping itu, kondisi lingkungan A. pintoi yang terdapat di sekitar tanaman
kailan juga mampu memberikan pertumbuhan panjang tangkai daun yang optimal.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa ada interaksi antara perlakuan jenis
biomulsa dan jarak tanam kailan terhadap panjang tangkai daun (Tabel 3).

11

Tabel 3 Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap panjang tangkai daun
Perlakuan
Tanpa mulsa (M0)
MPHP (M1)
Arachis pintoi (M2)
Rumput gajah mini (M3)
Anova
Interaksi M x J
KK
Keterangan:

Panjang tangkai daun
30 cm x 30 cm
50 cm x 50 cm
4.33a
3.53b
A
A
3.25a
2.89c
A
A
3.62a
5.10a
A
A
3.97a
3.67b
A
A
Th
**
**
12.54

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α =
5%; MPHP: mulsa plastik hitam perak.

Perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dan
biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm menghasilkan panjang tangkai
daun kailan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3).
Secara tunggal perlakuan jarak tanam kailan memberikan respons yang sama
terhadap panjang tangkai daun pada masing-masing jenis biomulsa. Perbedaan
morfologi panen tanaman kailan dengan berbagai perlakuan mulsa dan jarak tanam
ditunjukkan pada Gambar 2.

Keterangan:

M0J1 = tanpa mulsa, jarak tanam 30 cm x 30 cm
M0J2 = tanpa mulsa, jarak tanam 50 cm x 50 cm
M1J1 = mphp, jarak tanam 30 cm x 30 cm
M1J2 = mphp, jarak tanam 50 cm x 50 cm
M2J1 = A. pintoi, jarak tanam 30 cm x 30 cm
M2J2 = A. pintoi, jarak tanam 50 cm x 50 cm
M3J1 = rumput gajah mini, jarak tanam 30 cm x 30 cm
M3J2 = rumput gajah mini, jarak tanam 50 cm x 50 cm

Gambar 2 Perbedaan morfologi panen tanaman kailan dengan berbagai perlakuan
biomulsa dan jarak tanam

12
Penggunaan biomulsa A. pintoi mampu memberikan pertumbuhan tinggi
tanaman kailan yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 4).
Seperti halnya pada hasil penelitian Rosliani et al. (2010) yang menyatakan bahwa
tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah berpengaruh nyata terhadap
peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar kanopi kubis. Penggunaan
biomulsa A. pintoi ini memberikan kondisi lingkungan yang mendukung
pertumbuhan tanaman kailan dibandingkan dengan tanaman tanpa mulsa. Di
samping itu, masih terdapat dampak positif penggunaan A. pintoi yaitu adanya efek
sisa, keuntungan untuk penanaman musim selanjutnya tidak perlu menanam
kembali, dan dapat memanfaatkan mulsa yang sudah tumbuh. Hal ini dapat
menghemat biaya produksi dibandingkan dengan penggunaan mulsa plastik yang
harus diganti untuk satu kali tanam.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap pertumbuhan
vegetatif lainnya
Perlakuan
Jenis mulsa
Tanpa mulsa (M0)
MPHP (M1)
Arachis pintoi (M2)
Rumput gajah mini (M3)
Anova
Jarak tanam
30 cm x 30 cm (J1)
50 cm x 50 cm (J2)
Anova
Interaksi M x J
KK

Tinggi
(cm)

Jumlah
daun
(helai)

Panjang
daun
(cm)

Lebar
daun
(cm)

Panjang
akar
(cm)

6.06b
5.55b
7.58a
6.14b
**

5.67
6.77
5.47
5.10
tn

8.49
7.89
9.35
7.89
tn

7.85
7.65
8.54
7.34
tn

6.60
7.39
6.24
5.55
tn

6.29
6.37
tn
tn
12.85

5.92
5.58
tn
tn
17.44

8.56
8.25
tn
tn
17.41

8.07
7.62
tn
tn
18.81

6.35
6.54
tn
tn
23.33

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5%; MPHP: mulsa
plastik hitam perak.

Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan biomulsa menunjukkan respons
yang sama terhadap panjang daun, lebar daun, dan panjang akar kailan pada seluruh
perlakuan. Kondisi lahan bermulsa A. pintoi dan rumput gajah mini memberikan
lingkungan yang relatif seragam untuk pertumbuhan panjang daun, lebar daun, dan
panjang akar kailan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumarni et al. (2006) yang
menunjukkan bahwa tanaman penutup tanah tidak memberikan persaingan yang
berat dalam pengambilan cahaya, air, dan unsur hara pada tanaman pokok.
Perlakuan jarak tanam kailan juga tidak memberikan pengaruh yang nyata pada
semua tolok ukur pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman kailan mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai jarak tanam dan
dapat tumbuh bersamaan dengan biomulsa.

13

Produksi Tanaman Kailan
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi antara perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap komponen
produksi kailan.

Tabel 5 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap komponen
produksi tanaman

Perlakuan

Jenis mulsa
Tanpa mulsa (M0)
MPHP (M1)
Arachis pintoi (M2)
Rumput gajah mini (M3)
Anova
Jarak tanam
30 cm x 30 cm (J1)
50 cm x 50 cm (J2)
Anova
Interaksi M x J
KK

Bobot
daun
(g)

Bobot
batang
(g)

Bobot
akar
(g)

Bobot
panen
per petak
(g)

12.93
13.36
15.64
12.26
tn

3.38
2.91
5.01
3.66
tn

1.44
1.69
2.27
1.83
tn

390.6
340.2
392.0
385.1
tn

14.52
12.57
tn
tn
26.86Tr

4.20
3.28
tn
tn
19.64Tr

2.01
1.60
tn
tn
17.54Tr

508.81a
245.16b
**
tn
27.80Tr

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5%; MPHP: mulsa
plastik hitam perak; Tr: hasil transformasi akar.

Pengaruh tunggal dari perlakuan jarak tanam terhadap bobot kailan per petak
menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan (Tabel 5). Jarak tanam kailan yang
lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan bobot kailan per petak yang
lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang yaitu 50 cm x 50 cm. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa dengan jarak tanam yang rapat berarti populasi tanaman
tinggi, sementara itu bobot kailan per tanaman tidak berbeda nyata sehingga jumlah
populasi tanaman sangat menentukan hasil yang didapat tiap petakan. Dalam hal
yang sama Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pada kerapatan tanam yang
tinggi, setiap tambahan dari hasil panen keseluruhan per hektar disebabkan oleh
tambahan dari kelebihan tanaman yang diikuti oleh penurunan hasil per tanaman.
Marketable Kailan
Kailan yang ditanam pada penelitian ini merupakan varietas Nova. Deskripsi
kailan varietas tersebut disajikan pada Lampiran 4. Gambar 3.a menunjukkan
bahwa kailan penelitian setelah dipanen dalam kondisi belum dilakukan
penanganan pasca panen sehingga masih terdapat daun yang tua, patah, busuk,
ataupun berlubang. Setelah melalui proses penanganan pasca panen, penampilan

14
fisik kailan penelitian (Gambar 3.b) tampak lebih baik dibandingkan dengan kailan
komersil yang dijual di supermarket (Gambar 3.c). Sayuran kailan tetap baik
mutunya atau tetap segar seperti saat panen dan sayuran menjadi lebih menarik
sehingga memenuhi standar perdagangan. Adanya penanganan pasca panen yang
tepat mengakibatkan hasil sayuran kailan lebih awet dan sewaktu-waktu dapat
digunakan atau dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin

a

b

c

Keterangan : a: kailan penelitian sebelum perlakuan pasca panen
b: kailan penelitian setelah fresh handling
c: kailan komersil (dari supermarket)

Gambar 3 Perbandingan antara kailan penelitian dan komersil

Penanganan pasca panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca
panen. Di samping itu, kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai
jual produk sayuran. Menurut Ditjen PPHP (2007) rata-rata kehilangan atau
kerusakan hasil produk sayuran diperkirakan mencapai 5–25% untuk negara-negara
maju, dan 20–50% untuk negara-negara berkembang. Penanganan pasca panen
yang dapat dilakukan untuk mengurangi kehilangan hasil kailan tersebut
diantaranya meliputi pembersihan, penyortiran (sortasi), dan pengkelasan
(grading).
Pembersihan bertujuan membuang kotoran yang melekat pada sayuran,
memperbaiki penampilan sayuran, dan menghilangkan bagian yang busuk atau
rusak (Akamine et al. 1986). Pembersihan penting bukan hanya untuk menghemat
waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga menyingkirkan
sumber-sumber kontaminasi. Penanganan pasca panen setelah pembersihan adalah
penyortiran (sortasi). Kegiatan ini bertujuan memisahkan hasil panen yang
berpenampilan baik dengan yang rusak, busuk, terserang hama, atau terkena
penyakit. Pengkelasan (grading) dimaksudkan untuk mendapatkan sayuran yang
bermutu baik dan seragam dalam satu golongan atau kelas yang sama sesuai dengan
standar mutu yang telah ditetapkan atau atas pemintaan konsumen. Pengkelasan
dilakukan berdasarkan berat, besar, bentuk, rupa, warna, bebas dari penyakit, dan
cacat lainnya (Ditjen PPHP 2007).

15

Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap Pertumbuhan Gulma
Analisis vegetasi dilakukan setelah kailan dipanen. Selama penanaman
kailan, tidak dilakukan pembersihan gulma pada petakan seluruh perlakuan
termasuk perlakuan tanpa mulsa. Hal ini bertujuan melihat kemampuan mulsa
dalam menekan pertumbuhan gulma. Analisis vegetasi menggunakan kuadrat
berukuran 0.5 m x 0.5 m. Hasil ananalisis vegetasi menunjukkan bahwa jenis gulma
yang tumbuh pada setiap satuan percobaan didominasi oleh golongan rumput dan
daun lebar sedangkan golongan rumput teki hanya tumbuh pada perlakuan MPHP
saja. Jenis gulma yang tumbuh pada lahan percobaan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis gulma yang tumbuh pada lahan percobaan
Golongan rumput
Brachiaria mutica
Cynodon dactylon
Digitaria adscendens
Digitaria ciliaris
Imperata cylindrica
Ottochloa nodosa
Paspalum conjugatum

Golongan daun lebar
Ageratum conyzoides
Amaranthus spinosus
Borreria alata
Borreria laevis
Emilia sonchifolia
Euphorbia hirta
Portulaca oleracea

Perbedaan perlakuan biomulsa pada tanaman kalian menyebabkan perbedaan
jumlah spesies gulma dan sebarannya. Hasil analisis vegetasi menunjukkan gulma
yang mendominasi adalah jenis rumput pada perlakuan tanpa mulsa, MPHP, dan
A. pintoi (Tabel 7).

Tabel 7 Pertumbuhan gulma pada berbagai perlakuan
Nisbah Jumlah
Dominansi
(NJD) (%)

Jumlah gulma
Perlakuan
R

DL

T

DL

T

318

20

0

77.11

22.89

0.00

9

16

35

56.37

14.47 29.15

Arachis pintoi (M2)

343

54

0

82.02

17.98

0.00

Rumput gajah mini (M3)

137

130

0

42.92

57.08

0.00

30 cm x 30 cm (J1)

498

110

20

63.15

23.69 13.16

50 cm x 50 cm (J2)

296

93

15

65.46

23.88 10.86

Jenis mulsa
Tanpa mulsa (M0)
MPHP (M1)

R

Jarak tanam

Keterangan: R: rumput, DL: daun lebar, T: teki; MPHP: mulsa plastik hitam perak.

16
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan MPHP menunjukkan jumlah spesies
gulma terendah karena ruang tumbuh gulma lebih rendah dibandingkan dengan
perlakuan tanpa mulsa, A. pintoi, maupun rumput gajah mini. Di sisi lain, jumlah
spesies gulma pada perlakuan biomulsa A. pintoi menunjukkan nilai yang sesuai
dengan kondisi kerapatan tanam. Perlakuan biomulsa A. pintoi menghasilkan
jumlah spesies gulma yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan rumput gajah mini.
Perlakuan biomulsa A. pintoi pada semua jarak tanam kailan menunjukkan nilai
dominansi rumput yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun lebar. Gulma jenis
rumput umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon atau rhizome yang
mampu bertahan hidup di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah
baik.
Di samping itu, diduga jenis daun lebar yang terdapat pada lahan tertekan oleh
pertumbuhan A. pintoi yang semakin tinggi persen penutupannya. Jenis spesies
rumput yang paling sulit ditekan oleh A. pintoi adalah Digitaria ciliaris, jenis gulma
ini mampu bertahan pada kondisi penutupan A. pintoi karena tumbuh berumpun
pada pangkalnya dengan batang yang merayap di atas biomulsa A. pintoi. Menurut
Severino dan Pedro (2004), A. pintoi hanya efektif untuk menekan pertumbuhan
beberapa jenis gulma. Jenis gulma dengan nilai NJD paling tinggi hasil analisis
vegetasi pada berbagai perlakuan disajikan pada Lampiran 5.
Salah satu komponen dari analisis vegetasi adalah berat kering gulma. Berat
kering ini menunjukkan jumlah biomassa gulma yang terdapat pada lahan yang
diamati. Berat kering gulma disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap bobot
kering gulma total
Perlakuan
Jenis mulsa
Tanpa mulsa (M0)
MPHP (M1)
Arachis pintoi (M2)
Rumput gajah mini (M3)
Anova
Jarak tanam
30 cm x 30 cm (J1)
50 cm x 50 cm (J2)
Anova
Interaksi M x J
KK

Bobot kering gulma total (g)
22.46a
7.77b
28.01a
15.56ab
*
21.26
15.64
tn
tn
29.19Tr

Keterangan: MPHP: mulsa plastik hitam perak; Tr: hasil transformasi akar.

MPHP relatif lebih efektif menekan pertumbuhan gulma terhadap bobot
kering gulma total dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa maupun biomulsa
A. pintoi (Tabel 8). Walau demikian, dengan melihat hasil tersebut terlihat bahwa
selain MPHP, biomulsa rumput gajah mini relatif lebih baik menekan pertumbuhan
gulma dibandingkan perlakuan tanpa mulsa maupun A. pintoi. Menurut Baharuddin
(2010) perlakuan biomulsa A. pintoi belum mampu menekan gulma secara efektif.

17

Hal ini diduga karena A. pintoi memberikan kondisi tanah yang lebih lembab untuk
menyimpan air sehingga memberikan peluang gulma untuk tumbuh dengan baik.
Kecepatan tumbuh A. pintoi pada percobaan ini lambat, sehingga pertumbuhan
gulma lebih cepat karena daya saing A. pintoi yang rendah. Pada mulsa rumput
gajah mini tumbuh relatif lebih rapat dibandingkan dengan A. pintoi sehingga tidak
memberikan peluang lebih banyak pada gulma untuk tumbuh dengan baik.
Kerapatan tanam yang lebih tinggi menjamin perkembangan tajuk yang lebih cepat
untuk berkompetisi melawan gulma.
Rata-rata berat kering gulma dari hasil analisis vegetasi tidak menunjukkan
adanya pengaruh jarak tanam kailan terhadap berat kering gulma total. Kondisi
lahan dengan kedua perlakuan jarak tanam kailan memberikan lingkungan yang
relatif seragam untuk pertumbuhan gulma.

SIMPULAN
Simpulan
Interaksi antara jenis biomulsa dan jarak tanam terjadi pada diameter batang
dan pajang tangkai daun kailan. Perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak tanam
30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm
menghasilkan diameter batang dan panjang tangkai daun kailan yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan biomulsa A. pintoi dapat meningkatkan
tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan mulsa lainnya. Pengaruh tunggal
dari perlakuan jarak tanam terhadap bobot kailan per petak menunjukkan bahwa
jarak tanam kailan yang lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan
bobot kailan per petak yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang
yaitu 50 cm x 50 cm. Penggunaan biomulsa A. pintoi dan jarak tanam 30 cm x
30 cm dapat meningkatkan produksi tanaman kailan.
Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada peneliti selanjutnya adalah
diperlukan pengaturan baris (row) biomulsa dan waktu pembersihan gulma pada
biomulsa yang tepat agar tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman
utama.

DAFTAR PUSTAKA
Akamine EK, Kitagawa H, Subramanyam H, Long PG. 1986. Fisiologi Pasca
Panen: Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayursayuran Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah; Pantastico EB,
editor. Yogyakarta(ID): UGM Pr. Terjemahan dari: Activit