Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman kailan adalah kingdom:Plantae,divisi: Spermatophyta,
Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Papavorales, Famili:
Cruciferae (Brassicaceae),Genus: Brassica, Spesies:Brassica oleraceae var.
acephala(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang
akar yang kokoh. Cabang akar (akar sekunder) tumbuh dan menghasilkan akar
tersier yang akan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam tanah (Fisher and
Goldsworthy, 1992).
Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung air
(herbaceous).Di sekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang
bertangkai pendek (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman kailan adalah sayuran yang berdaun tebal, datar, mengkilap,
keras, berwarna hijau kebiruan, dan letaknya berselang.Daunnya panjang dan
melebar seperti caisim, sedangkan warna daun mirip dengan kembang kol
berbentuk bujur telur (Widaryantoet al, 2003).
Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna
putih.Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang atau
tunas.Kailan berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam
dua lingkaran.Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran

luar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji.Biji-bijinya
bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman.Biji-biji inilah yang
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan (Widaryantoet al, 2003).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kailan sesuai ditanam di kawasan yang mempunyai suhu antara
18-35oC.Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan kalian berkisar antara
60-90% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kailan yang ditanam di daerah yang bersuhu di atas 35oC, terutama untuk
varietas-varietas dataran tinggi akan gagal krop. Demikian pula untuk penanaman
yang kurang mendapat sinar matahari (terlindung), pertumbuhan kailan akan
kurang baik dan mudah terserang penyakit, dan pada saat masih muda tanaman
sering mengalami stagnasi (pertumbuhan terhenti akibat stres) (Sutedjo, 1999).
Pada umumnya kailan baik ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian
1000-3000meter di atas permukaan laut, seperti halnya kubis tunas yang hanya
baik ditanam pada ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan

laut.Beberapa varietas kubis-kubisan (cruciferae) ada yang dapat ditanam di
dataran rendah, seperti kailan mampu beradaptasi dengan baik pada dataran
rendah (Widaryantoet al, 2003).
Tanaman

kailan

memerlukan

curah

hujan

berkisar

1000-1500

mm/tahun,keadaan curah hujan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air bagi
tanaman.Kendala tingginya suhu lingkungan berpengaruh langsung terhadap
kecepatan metabolisme tanaman, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah

melalui pengaruhnya terhadap tanah. Tingginya suhu lingkungan menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

tingginya pelapukan tanah mineral dan dekomposisi bahan organik tanah, apabila
diikuti dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pencucian unsur hara
tanah(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Tempat tumbuh yang dibutukan oleh tanaman kailan yaitu tanahnya
gembur, subur, banyak mengandung bahan organik dan mineral serta drainase dan
aerase yang baik juga.Tanaman tahan terhadap naungan dan kekeringan.Waktu
tanam

yang

tepat

adalah

pada


akhir

musim

kemarau.Selama

pertumbuhannya,tanaman ini harus cukup air (Thompson and Kelly, 1957).
Jenis tanah yang baik untuk tanaman kubis-kubisan adalah jenis tanah
Regosol, tanah Aluvial, tanah Latosol, tanah Mediteran, ataupun tanah Andosol.
Kailan juga menghendaki tanah yang gembur dan subur dengan pH 5,0 –
6,5(Fisher and Goldsworthy, 1992).
Pupuk Hayati
Pupuk hayati atau biofertilizer adalah semua bentuk bahan organik yang
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman sebagai akibat dari
aktifitas mikroorganisme di dalamnya.Pupuk hayati mengandung mikroorganisme
hidup (laten) penambat N2, pelarut fosfat, selulotik dan sebagainya yang diberi
pada benih, tanah, atau areal pengomposan untuk meningkatkan jumlah dan
aktifitas mikroorganisme (Zulkarnain, 2009).
Berdasarkan fungsi metabolisme dan manfaat bagi manusia, terutama pada

bidang

pertanian,

mikroorganisme

tanah

dapat

dikelompokkan

menjadi

mikroorganisme yang merugikan (mencakup virus, bakteri dan nematoda
pengganggu tanaman yang bertindak sebagai hama atau penyebab penyakit) dan

Universitas Sumatera Utara

mikroorganisme yang bermanfaat yaitu sejumlah jamur dan bakteri yang karena

kemampuannya

melaksanakan

fungsi

metabolisme

menguntungkan

bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman. Mikroorganisme yang menguntungkan ini
dapat dikategorikan sebagai biofertilizer (pupuk hayati) (Gunalan, 1996).
Ada beberapa jenis bakteri penambat nitrogen yang berasoasiasi dengan
perakaran tanaman.Bakteri yang mampu meningkatkan hasil tanaman tertentu
apabila diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis
yaitu Azospirillum dan Azotobacter.Keuntungan dari kedua bakteri ini, bahwa
apabila saat berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka
pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam

tanah.Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini tidak berkelanjutan, tetapi
apabilaAzospirillum yang berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu
menambat nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat
dipertahankan dalam waktu relatif panjang (Rahmawati, 2005).
Adapun mekanisme penambatan nitrogen oleh bakteri yakni konversi N2
dari udara menjadi ammonia dimediasi oleh enzim nitrogenase.Banyaknya N2
yang dikonversikan menjadi ammonia sangat tergantung pada kondisi fisik, kimia
dan biologi tanah.Ketersediaan sumber energi (C-organik) di lingkungan rizosfir
merupakan

faktor

utama

yang

menentukan

banyaknya


nitrogen

yang

dihasilkan.Penambahan sisa-sisa tanaman sebagai sumber C ke dalam tanah
memacu perkembangan populasi bakteri penambat N. Ini menjelaskan mengapa
jumlah nitrogen yang ditambat oleh bakteri bervariasi di tiap tempat tergantung
pada ketersediaan energi dan kemampuan bakteri penambat N bersaing dengan
mikroba lain (Simanungkalit et al, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Pupuk hayati agrobost adalah pupuk hayati yang berbahan aktif
mikrobakteri indigenous asli Indonesia yang ramah lingkungan karena tidak
mengandung logam berat dan mikroba patogen.Pupuk hayati agrobost
diaplikasikan ke dalam tanah atau media tanam yang di dalamnya terkandung
inokulan bakteri dan beberapa unsur hara makro maupun mikro.
Kandungan pupuk hayati agrobostantara lain sebagai berikut: Azotobacter
sp.: 2,0 x 107-105 sel/ml; Azospirilium sp.: 2,3 x 108-105 sel/ml; Mikroba pelarut
fosfat: 3,0 x 107-105 sel/ml;


Mikroba

Pendegradasi Selulose: 3,5 x 107-104 sel/ml;

Lactobacilus

sp: 1,5 x 104-103 sel/ml; Pseudomonas sp: 1,7 x 106-104 sel/ml;
ppm; K: 1770 ppm; N: 0,04%; C-Organik: 0.92%; Fe: 44,3 ppm;

P: 34,70
Mn:

0,233 ppm; Cu: 0,85 ppm; Zn: 3,7 ppm (Tambunan, 2010).
Jarak Tanam
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh jarak tanam, karena
populasi yang terlalu padat akan menyebabkan terjadinya kompetisi untuk
memperebutkan zat hara dan sinar matahari. Selain itu jarak tanam juga turut
mempengaruhi hasil produksi tanaman(Musa et al., 2007).
Pemanfaatan potensi sumberdaya lahan setempat secara optimal bagi

pembangunan pertanian berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan penerapan
teknologi pengaturan jarak tanam. Keunggulan sistem ini dapat mempengaruhi
populasi tanaman, efisien dalam penggunaan cahaya, menekan perkembangan
hama dan penyakit serta mengurangi kompetisi dalam penggunaan air dan unsur
hara (Dad, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Upaya peningkatan produksi per satuan luas tertentu dapat dilakukan
dengan peningkatan populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi
produktivitas tanaman.Kerapatan atau ukuran populasi tanaman sangat penting
untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam hara,
air, dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar
tanaman (Musa et al., 2007).
Kerapatan tanaman sangat erat kaitannya dengan dosis pupuk yang
diberikan.Pada budidaya dengan kerapatan tanam yang cukup tinggi seharusnya
dosis pupuk yang diaplikasikan juga harus lebih tinggi dari biasanya.Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisir dampak persaingan antar tanaman akibat
kerapatan yang terlalu tinggi (Suryana, 2003).
Petani sayur terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan,

mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya.Jumlah tanaman pada lahan,
sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian
selama beberapa dekade.Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam
menjadi

lebih

dekat

dan

meningkatkan

persaingan

antar

tanaman

(Farnham, 1999).
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara
yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang
pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan
dan produksi tanaman (Barri, 2003).Jarak yang lebih sempit mampu
meningkatkan produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot
biji (Maddonni et al, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan gulma terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat
ditekan (Dad, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin
tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya
kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam
optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.Sebagai parameter pengukur
pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu
seperti cahaya.Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi
dari tanaman yang mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik Dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) Gray)

3 105 96

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica Oleraceae L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik Dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia Diversifolia (Hemsl.) Gray)

5 79 96

Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica Oleraceae Var. Acephala) Pada Berbagai Media Tanam Dan Pemberian Pupuk

6 84 72

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae Var. Acephala DC.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair dan Limbah Kulit Kopi

15 92 102

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

0 3 79

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

0 0 13

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

0 0 3

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

1 4 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) terhadap Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam

0 0 31