Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.)

KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK
DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA
EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.)

SAHID MAS WIJAYA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kulit
Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014
Sahid Mas Wijaya
NIM D14100061

ABSTRAK
SAHID MAS WIJAYA. Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan
Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava
Linn.). Dibimbing oleh MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO.
Penyamakan adalah proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit
samak yang stabil dan tidak mudah membusuk. Penyamakan dapat dilakukan pada
kulit ceker ayam karena memiliki kandungan protein yang tidak jauh berbeda
dengan kulit ternak pada umumnya yaitu sekitar 23%. Penggunaan krom yang
berbahaya dapat ditanggulangi dengan bahan penyamak nabati berupa tanin yang
berasal dari tumbuhan dan bersifat ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik kulit ceker ayam yang disamak dengan
kombinasi krom dan mimosa serta ekstrak daun jambu biji. Peubah yang diamati
terdiri atas kuat tarik, kemuluran dan kuat sobek dengan pengulangan dilakukan

sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun
jambu biji yang berbeda berpengaruh terhadap kekuatan tarik, namun tidak
berpengaruh terhadap kemuluran dan kekuatan sobek kulit samak. Krom dan
mimosa tetap memberikan pengaruh pada proses penyamakan, namun
penambahan ekstrak daun jambu biji sebanyak 10% menunjukan kemampuan
optimal dalam membantu meningkatkan kekuatan tarik kulit samak.
Kata kunci: ceker ayam, daun jambu biji, penyamakan

ABSTRACT
SAHID MAS WIJAYA. Characteristics of Leather Derived from Chicken Claw
Skin Tanned Combine with Chrome, Mimosa and Guava Leaf Extract (Psidium
guajava Linn.). Supervised by MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO.
Tanning is the process of converting protein rawhide into leather which
stable and not easily decompose. Tanning can be performed on the skin of chicken
claw because it has a protein content that is not different from the protein skin of
cattle about 23%. The use of chromium can be overcome with vegetable tanning
materials that derived from plants and environmentally friendly. The purpose of
this study was to determine the characteristics of the tanned skin of chicken claw
with a combination of chrome, mimosa and guava leaf extract. Observed variables
consisted of tensile strength, elongation, and tear endurance with repetition

performed 3 times. The results showed that the concentration of guava leaf extract
different effect on tensile strength, but has no effect on elongation and tear
endurance of leather. Chrome and mimosa still give effect to the tanning process,
but the addition of guava leaf extract as much as 10% showed optimum ability to
help increase the tensile endurance of leather.
Key words : chicken claw, guava leaf, tanning

KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK
DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA
EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.)

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi: Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan
Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava Linn.)
Nama
: Sahid Mas Wijaya
NIM
: D14100061

Disetujui oleh

Mochammad Sriduresta Soenarno, SPt MSc
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi Krom,
Mimosa, dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.). Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kulit ceker
ayam yang disamak dengan krom dan mimosa serta ekstrak daun jambu biji.
Selama ini penyamakan kulit pada umumnya masih menggunakan bahan
penyamak krom yang berbahaya karena tergolong sebagai limbah B3. Penelitian
ini diharapkan dapat menanggulangi penggunaan krom yang berbahaya dengan
bahan penyamak nabati yang berasal dari tumbuhan dan bersifat ramah
lingkungan, dengan demikian penelitian ini dapat memberikan informasi bagi
industri kulit di Indonesia untuk menurunkan dampak negatif kegiatan
penyamakan kulit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Mochammad Sriduresta

Soenarno SPt MSc selaku pembimbing skripsi, Ibu Dr. Tuti Suryati SPt MSi
selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih pula kepada Dwi Febriyanti
dan Ulfa Dwi Jayanti atas bantuan dan bimbingannya saat penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga
atas segala doa dan dukungannya. Selain itu, terima kasih kepada teman kelompok
penelitian (Yusuf Jafar Rizali, Abdul Halim) serta teman-teman, khususnya IPTP
47 atas bantuan dan dukungannya. Terima kasih kepada keluarga besar UKM
Futsal IPB yang memberikan saya ilmu dan pengalaman yang sangat berharga
selama menjadi mahasiswa di IPB. Terima kasih kepada pelatih Agus Supriatna
SE yang selalu memberikan semangat untuk terus berjuang pantang menyerah
menghadapi masalah. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.

Bogor,

Desember 2014

Sahid Mas Wijaya

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekuatan Tarik
Kemuluran
Kekuatan Sobek
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


viii
viii
1
1
1
2
2
2
2
2
2
8
9
11
12
Error! Bookmark not defined.14
Error! Bookmark not defined.14
Error! Bookmark not defined.15
Error! Bookmark not defined.19


DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Diagram alir proses penyamakan kulit ceker ayam dengan
modifikasi pada tahap penyamakan
Struktur ikatan silang krom dengan kolagen
Coordination
Saline bonding

6
10
12
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3
4
5

Hasil analisis ragam kekuatan tarik kulit
Hasil uji Tukey kekuatan tarik kulit
Hasil analisis ragam kemuluran kulit
Hasil analisis ragam kekuatan sobek kulit
Ceker ayam, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
(a) Ceker ayam, (b) timbangan digital, (c) pisau, (d) tang,
(e) Bahan kimia
6 Hasil penyamakan kulit ceker ayam (tiga perlakuan dengan
Menggunakan tiga pengulangan)
7 Proses pengulitan kulit ceker ayam

15
16
16
16


16
17
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri penyamakan kulit merupakan agroindustri yang mengolah kulit
mentah menjadi kulit samak dengan krom sebagai bahan penyamak. Sebagaimana
diketahui, bahwa industri penyamakan kulit selain memberi nilai tambah pada
kualitas kulit mentah juga dapat membahayakan lingkungan. Proses industri ini
menghasilkan limbah yang mengganggu kelestarian lingkungan hidup terutama
lingkungan perairan. Hal ini dikarenakan penyamakan kulit memanfaatkan krom
yang termasuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagai bahan
penyamak. Krom termasuk jenis logam berat dan bersifat karsinogen (penyebab
kanker), salah satunya bila terhirup dapat menimbulkan kerusakan tulang hidung.
Apabila limbah cairan yang mengandung krom dibuang ke lingkungan berair
maka perairan tersebut akan tercemar, sehingga ekosistem yang ada di dalam
perairan akan terganggu bahkan rusak.
Penyamakan adalah proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit
samak yang stabil, tidak mudah membusuk, dan cocok untuk beragam kegunaan
(Purnomo 1992). Proses ini mengubah jaringan (serabut) kolagen menjadi tenunan
yang tersamak sehingga tahan terhadap pembusukan (Covington 1997).
Penyamakan dapat dilakukan pada kulit ceker ayam. Ceker ayam (shank)
merupakan salah satu organ tubuh ternak ayam yang memiliki beberapa
komponen seperti kulit, tulang, otot dan kolagen. Hasil ikutan ternak ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan bahan baku penyamakan kulit. Kulit
ceker ayam memiliki kandungan protein sekitar 23%, hal ini tidak jauh berbeda
dengan kulit ternak pada umumnya sehingga dapat disamak (Purnomo 1992).
Kulit ceker ayam merupakan salah satu bagian tubuh ayam yang belum
dimanfaatkan secara maksimal sehingga nilai ekonomisnya akan bertambah
apabila kulit tersebut disamak dan dijadikan kerajinan tangan yang bernilai seni
tinggi.
Penggunaan krom yang berbahaya dapat ditanggulangi dengan bahan
penyamak nabati yang berasal dari tumbuhan dan bersifat ramah lingkungan.
Kandungan pada tumbuhan yang dapat dijadikan bahan penyamak adalah tanin.
Purnomo (1992) menjelaskan bahwa untuk mengetahui suatu tumbuhan
mengandung tanin atau tidak, maka dapat dilakukan dengan cara digigit. Apabila
terasa sepat, maka tumbuhan tersebut mengandung tanin. Pada penelitian ini
digunakan bahan penyamak nabati dari tanaman jambu biji, khususnya pada
bagian daun yang mengandung senyawa tanin cukup tinggi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik kulit ceker ayam
yang disamak dengan kombinasi bahan penyamak krom dan mimosa serta ekstrak
daun jambu biji.

2
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terdiri atas proses penyamakan kulit ceker
ayam menggunakan krom, mimosa dan ekstrak daun jambu biji serta pengujian
kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek dari kulit yang disamak.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Maret sampai
Juni 2014. Pelaksanaan penyamakan kulit ceker ayam dengan krom dan mimosa
serta ekstrak daun jambu biji dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil
Ikutan Ternak dan Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian
sifat fisik kulit dilaksanakan di Unit Industri Kerajinan Dinas Perindustrian dan
Energi Provinsi DKI Jakarta.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penyamakan kulit ini adalah kulit ceker
ayam, krom dan mimosa serta ekstrak daun jambu biji. Bahan kimia yang
digunakan dalam proses penyamakan meliputi air bersih, soda api (NaOH),
antiseptik, kapur, natrium sulfida, amonium sulfat (ZA), asam sulfat, teepol,
oropon, garam dapur, asam formiat, krom (chromosal B), natrium bikarbonat, cat
dasar, minyak TRO, asam formiat, dan anti jamur.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah botol plastik, tongkat
pengaduk berbahan kayu, alat pengaduk, tang, pisau, botol kaca dan timbangan
digital.
Prosedur
Ekstraksi Daun Jambu Biji
Pembuatan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) menggunakan
metode ekstraksi cara dingin dengan cara maserasi dan memakai etanol 70%
sebagai pelarut. Daun jambu biji yang sudah dibuat halus dimasukkan ke dalam
gelas piala besar dan diberi etanol hingga terendam. Pelarut dilebihkan setinggi
kurang lebih 2.5 cm di atas permukaan serbuk.
Proses maserasi diawali dengan pengadukan selama 3 jam, dilanjutkan
dengan penyaringan ampas menggunakan kapas. Proses ini dilakukan berulangulang hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak, hal ini ditandai dengan
warna pelarut yang jernih. Filtrat dikumpulkan kemudian disaring dengan

3
menggunakan kertas saring, tahap berikutnya etanol diuapkan hingga didapat
ekstrak etanol yang kental.
Pengulitan Ceker Ayam
Proses pengulitan diawali dengan pencucian ceker ayam hingga bersih tanpa
dilakukan pembuangan sisik. Tiga jari ceker dipotong tepat pada pangkal jari dan
disisakan hanya jari tengah (yang paling panjang). Kulit kaki bagian belakang
diiris dengan pisau dari bonggol atas hingga pangkal jari yang paling panjang.
Kulit bagian bonggol dikelupas sekitar 2 cm ke bawah lalu dijepit dengan
mengunakan tang, tulang bagian bonggol juga dijepit dengan menggunakan tang.
Masing-masing tang dipegang dengan tangan yang berbeda, kemudian secara
berlawanan arah ditarik secepatnya hingga kulit pada ujung jari ikut terkelupas.
Daging yang ikut bersama kulit dibuang dengan menggunakan pisau.
Proses Penyamakan
Proses penyamakan kulit kaki ayam dalam penelitian ini dilakukan sesuai
Purnomo (1992) dengan dimodifikasi pada tahap penyamakan (tanning). Bahan
penyamak dibedakan setiap perlakuan, yaitu bahan penyamak mineral (krom) dan
bahan penyamak nabati (mimosa dan ekstrak daun jambu biji). Perlakuan
pertama adalah kombinasi bahan penyamak dengan 70% krom, 20% mimosa dan
10% ekstrak daun jambu biji. Perlakuan kedua adalah kombinasi bahan penyamak
dengan 60% krom, 20% mimosa dan 20% ekstrak daun jambu biji. Perlakuan
ketiga dalah kombinasi bahan penyamak dengan 50% krom, 20% mimosa dan
30% ekstrak daun jambu biji. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali. Persentase setiap kombinasi bahan penyamak dihitung dari bobot krom awal
yaitu 8% dari bobot bloten (kulit ceker yang sudah melewati tahap pembuangan
sisik dan daging).

Penimbangan. Kulit ceker ayam dicuci hingga bersih sehingga tidak ada kotoran
dan sisa-sisa garam yang melekat. Kulit ditimbang dan hasil penimbangan
digunakan sebagai dasar perhitungan persentase bahan kimia pada proses
perendaman dan pengapuran.
Perendaman. Proses perendaman bertujuan untuk mengembalikan kandungan air
yang hilang selama pengulitan dan pengawetan awal kulit mentah, serta
membersihkan kulit dari residu bahan-bahan kimia yang digunakan selama
pengawetan. Perendaman diawali dengan melarutkan antiseptik dalam air, lalu
ditambahkan soda api dan diaduk secara merata hingga pH mencapai 9-10.
Setelah itu dilakukan penambahan soda api 0.1%-0.25% bila pH yang diinginkan
belum tercapai. Kulit dimasukkan ke dalam larutan hingga terendam dan diaduk
selama 30 menit. Apabila telah diaduk, kulit direndam selama 18 jam
(semalaman) dan dicuci dengan air mengalir selama 10-15 menit.
Pengapuran. Proses pengapuran bertujuan untuk melarutkan unsur atau
komponen yang terdapat pada kulit yang tidak diperlukan dan dapat mengganggu
proses penyamakan seperti lemak natural (alami), protein bukan serat, dan
sakarida-sakarida yang terdapat di antara serat (Purnomo 2002). Selain itu

4
pengapuran dapat membengkakkan kulit agar sisa daging yang melekat pada kulit
lebih mudah hilang (Purnomo 1991). Pengapuran diawali dengan melarutkan
natrium sulfida ke dalam air panas dengan perbandingan 1:10 diaduk. Larutan
natrium sulfida tersebut dimasukkan ke dalam air yang sudah disediakan dan
diaduk hingga merata. Kapur ditambahkan dan diaduk hingga larut dalam air,
kemudian kulit dimasukkan dan diaduk selama 30 menit, lalu didiamkan selama 1
jam. Pengadukan dilakukan kembali selama 30 menit, lalu didiamkan selama 2
jam. Kegiatan tersebut diulangi 5 kali lalu kulit direndam selama 18 jam
(semalaman). Seluruh kulit diusahakan terendam dalam air dan pH cairan ratarata 11-12, pada pagi hari kulit dicuci dengan air mengalir sampai bersih.
Pembuangan Sisik dan Daging. Setelah selesai pengapuran, kulit dibalik agar
sisik yang ada di bagian telapak dan jari kaki dapat dihilangkan. Kulit bagian jari
digunting hingga seluruh kulit kaki ayam menjadi lembaran. Sisik dihilangkan
sampai bersih dengan cara diremas atau menggunakan sikat yang halus secara
pelan-pelan sampai seluruh sisik bersih. Setelah sisik terbuang bersih, kulit kaki
ayam dibalik (bagian daging di atas dan bagian rajah di bawah serta menempel
pada papan) kemudian sisa daging dibersihkan menggunakan pisau buang daging.
Tujuan utama proses pembuangan sisik dilakukan untuk menghilangkan sisik
yang masih melekat pada kulit, sebab sisik tersebut tidak diperlukan (Purnomo
1992). Sedangkan pembuangan daging adalah menghilangkan sisa-sisa daging
yang masih melekat pada kulit dan menghilangkan lapisan subkutis (lapisan
antara daging dan kutis) agar tidak menghalangi masuknya zat penyamak selama
proses penyamakan (Purnomo 1992).
Penimbangan Kulit Bloten. Setelah proses buang sisik dan buang daging, kulit
dicuci hingga bersih lalu dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat bloten
sebagai dasar perhitungan penggunaan bahan kimia untuk proses selanjutnya.
Pembuangan Kapur. Amonium sulfat (ZA) sebanyak 3% dari bobot bloten
dilarutkan ke dalam air 200% dari bobot bloten dan diaduk hingga rata. Kulit
dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan diaduk selama 1 jam. Asam sulfat
dilarutkan menggunakan air dengan perbandingan 1:10, lalu dimasukkan secara
bertahap selama 3 kali dengan interval waktu 15 menit. Kulit diaduk hingga 2
jam, lalu direndam selama 5-7 jam, setelah kulit diperiksa dan dianggap cukup
maka kulit bisa masuk pada proses selanjutnya. Proses buang kapur bertujuan
untuk menghilangkan sisa kapur yang tertinggal baik yang terikat pada serat kulit
atau yang bebas, agar tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia yang akan
digunakan dalam proses selanjutnya (Purnomo 2002).
Pembuangan Lemak. Teepol sebanyak 0.5% dilarutkan dalam 100% air
berdasarkan bobot bloten, setelah itu diaduk hingga larut dan merata. Kulit
dimasukkan ke dalam larutan dan diaduk selama 20 menit. Setelah itu air dibuang
dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Proses ini dianggap cukup apabila
pada kedua permukaan kulit (bagian rajah dan bagian daging) sudah tidak
berminyak saat dipegang.

5
Pengikisan Protein. Kulit dicuci hingga bersih dengan air mengalir. Oropon
sebanyak 1% dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi 100% air hangat
(40°C) dan diaduk hingga larut. Kulit dimasukkan dan diaduk selama 2 jam, lalu
direndam selama 1 malam dalam larutan Oropon. Pagi hari air dibuang dan kulit
dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Proses pengikisan protein bertujuan
untuk menghilangkan sebagian dari protein kulit yang tidak terpakai seperti
globular protein yang terdapat di antara serat kulit dan elastin. Pengikisan protein
menggunakan enzym proteolitik yang mampu menguraikan protein. Dengan
demikian akan banyak ruang kosong di antara serat-serat kulit, sehingga kulit
samakan menjadi lebih lunak dan lemas (Purnomo 1992).

Pengasaman. Garam sebanyak 10% dilarutkan dalam 100% air berdasarkan
bobot bloten, lalu kulit dimasukkan ke dalam larutan dan diaduk selama 15 menit.
Asam formiat 0.75% dan asam sulfat 0.5% masing-masing diencerkan ke dalam
air dengan perbandingan 1:10, kemudian dimasukkan secara bertahap selama 3
kali dengan interval waktu 15 menit dan diaduk selama 4 jam. Proses pengasaman
dianggap cukup bila pH kulit sudah mencapai 2.5 – 3.0. Pengasaman bertujuan
untuk menyiapkan kulit dalam kondisi asam (pH 2.5-3.0). Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan dengan zat penyamak krom yang mempunyai pH 2.5-3.0 sehingga
proses penyamakan dapat berjalan dengan lancar.
Penyamakan. Bahan penyamak dibedakan setiap perlakuan, yaitu bahan
penyamak mineral (krom) dan bahan penyamak nabati (mimosa dan ekstrak daun
jambu biji). Perlakuan pertama adalah kombinasi bahan penyamak dengan 70%
krom, 20% mimosa dan 10% ekstrak daun jambu biji. Perlakuan kedua adalah
kombinasi bahan penyamak dengan 60% krom, 20% mimosa dan 20% ekstrak
daun jambu biji. Perlakuan ketiga dalah kombinasi bahan penyamak dengan 50%
krom, 20% mimosa dan 30% ekstrak daun jambu biji. Setiap perlakuan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Persentase setiap kombinasi bahan penyamak
dihitung dari bobot krom awal yaitu 8% dari bobot bloten (kulit ceker yang sudah
melewati tahap pembuangan sisik dan daging).
Cara penyamakan jenis penyamakan kombinasi adalah sebagai berikut yang
pada tahap berikutnya dilanjutkan dengan penyamakan ulang (retanning). Krom
dicampurkan dengan air dan kulit, lalu diaduk selama 4 jam terus-menerus.
Tahap berikutnya yaitu penambahan natrium bikarbonat yang sudah diencerkan
dengan air dengan perbandingan 1:3. Penambahan natrium bikarbonat dibagi
menjadi 3 kali dengan interval 15 menit, lalu diaduk terus-menerus sampai kulit
masak. Uji kemasakan kulit dilakukan setiap 1 jam setelah pemasukan soda yang
terakhir. Apabila sudah masak, kulit diangkat dari cairan tersebut dan dianginanginkan selama satu malam.
Netralisasi. Natrium formiat dimasukkan ke dalam air dan diaduk hingga rata.
Kulit dimasukkan dan diaduk selama 45 menit, kemudian natrium bikarboat
ditambahkan dan diaduk selama 1 jam. Tahap selanjutnya yaitu pemeriksaan pH
hingga mencapai 5.5.

6
Penyamakan Ulang (Retanning). Mimosa dicampurkan dengan air, lalu kulit
dimasukkan dan diaduk selama 1 jam. Tahap berikutnya yaitu penambahan cat
dasar yang sudah diencerkan menggunakan air panas dan diaduk selama 1 jam.
Minyak sulfat diencerkan dengan air panas lalu dimasukan dan diaduk selama 1.5
jam. Asam oksalat diencerkan dengan air 1:10 dimasukkan dan diaduk selama 1
jam. Asam Formiat diencerkan dengan air 1:10 dimasukkan bersama dengan anti
jamur, kemudian diaduk hingga cairan sisa berwarna bening.
Pengeringan. Kulit dikeringkan menggunakan suhu ruang selama sekitar 6 jam
dan tidak terkena langsung oleh sinar matahari.
Pelemasan. Kulit yang sudah kering dilembabkan terlebih dulu dengan kain
basah selama sekitar 2 jam, lalu dilemaskan dengan digesekkan pada ujung benda
tumpul.
Finishing. Setelah dilemaskan kulit digosok searah dengan arah jatuhnya sisik
menggunakan dasar botol atau kulit kerang hingga halus dan mengkilap.

Ekstraksi daun
jambu biji

Pengikisan
protein

Pengasaman
(Pickling)

70% krom :
20% mimosa :
10% ekstrak

Pengulitan
kulit ceker
ayam

Pembuangan
lemak

Penyamakan
sesuai
perlakuan

60% krom :
20% mimosa :
20% ekstrak

Penimbangan

Pembuangan
kapur
(Deliming)

Netralisasi

50% krom :
20% mimosa :
30% ekstrak

Perendaman

Penimbangan

Penyamakan
ulang
(Retanning)

Finishing

Pengapuran
(Liming)

Buang sisik
dan buang
daging

Pengeringan

Pelemasan

Gambar 1 Diagram alir proses penyamakan kulit ceker ayam dengan modifikasi
pada tahap penyamakan.
Sumber : Purnomo (1992)

Pengujian Kekuatan Tarik (SNI 06-1795-1990)
Menurut SNI 06-1795-1990, uji kekuatan tarik diawali dengan pembuatan
cuplikan kulit berukuran 11 x 3 cm menggunakan cutter. Kulit diukur
ketebalannya di tiga tempat sepanjang Lo, dari tiga ketebalan tersebut diambil
ukuran ketebalan terkecil. Tahap berikutnya yaitu pengukuran lebar kulit dengan

7
ketelitian 0.01 mm di tiga bagian kulit sepanjang wilayah Lo, kemudian diambil
ukuran lebar yang terkecil. Cuplikan kulit dipasang pada mesin penjepit, lalu
dilakukan penarikan hingga kulit menjadi putus.
Kekuatan Tarik =
Keterangan:
F maksimum
t
w
Lo

=
=
=
=

F maksimum
kg cm−2
t×w

beban maksimum yang dibutuhkan untuk menarik contoh kulit sampai putus
tebal contoh kulit
lebar contoh kulit
ukuran cuplikan kulit

Pengujian Kemuluran (SNI 06-1795-1990)
Menurut SNI 06-1795-1990, kekuatan regang diperoleh melalui perhitungan
antara selisih panjang cuplikan akhir dan panjang cuplikan awal dibagi dengan
panjang cuplikan awal yang selanjutnya dinyatakan dalam persen.
Kemuluran =

Li − Lo
× 100%
Lo

Keterangan:
Li
= panjang contoh kulit setelah kulit ditarik sampai putus
Lo
= panjang contoh kulit mula-mula pada jarak antara 2 penjepit

Pengujian Kekuatan Sobek (SNI 06-1794-1990)
Menurut SNI 06-1794-1990, uji kekuatan tarik diawali membuat cuplikan
kulit dengan arah pemotongan sejajar dan tegak lurus dengan garis punggung,
masing-masing 3 buah cuplikan. Cuplikan berukuran 10 x 2 cm, kemudian
membuat lobang X dengan diameter 0.2 cm yang berjarak 2.5 cm dari E ke X,
kemudian membuat irisan dari lobang X memanjang ke F sehingga cuplikan
memanjang dan berbentuk lidah. Tebal cuplikan diukur pada tiga tempat dengan
alat ukur tebal kulit. Diambil yang paling kecil dari ketiga ukuran tersebut. Hasil
yang terkecil dinyatakan sebagai tebal cuplikan, mesin dijalankan dan penarikan
dilakukan sampai cuplikan tersobek sempurna.

Kekuatan Sobek =

G
kg cm−1
t

Keterangan:
G
= beban tarikan (kg); 1 kg = 9.8066 N
t
= tebal cuplikan (cm)

Analisis Data
Data hasil pengujian kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek
dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian terdiri
atas 4 perlakuan, setiap perlakuan menggunakan 3 ulangan sehingga penelitian

8
terdiri atas 12 unit percobaan. Hasil yang diperoleh apabila menunjukkan
pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji Tukey.
Perlakuan:
P0 = Krom 100% (kontrol)
P1 = Krom 70%, mimosa 20%, dan ekstrak daun jambu biji 10%
P2 = Krom 60%, mimosa 20%, dan ekstrak daun jambu biji 20%
P3 = Krom 50%, mimosa 20%, dan ekstrak daun jambu biji 30%
Persentase setiap kombinasi bahan penyamak dihitung dari bobot krom awal
yaitu 8% dari bobot bloten (kulit ceker yang sudah melewati tahap pembuangan
sisik dan daging). Model matematika rancangan acak lengkap menurut Mattjik
dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Pi + Ɛij
Keterangan:
Yij
: Nilai pengamatan peubah uji (kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek) kulit ceker
ayam yang disamak pada perlakuan ke-i (0, 1, 2, dan 3) dan ulangan ke-j (1, 2, dan 3);
µ
: Rataan nilai peubah uji (kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek) kulit ceker ayam
yang disamak;
Pi
: Pengaruh perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2, dan 3);
Ɛij
: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2 dan 3) pada ulangan
ke-j (1, 2, dan 3)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisik kulit samak merupakan sifat yang sangat mempengaruhi
penggunaan kulit samak pada suatu produk. Kualitas fisik kulit samak yang baik
akan meningkatkan kualitas produk. Beberapa kualitas fisik kulit samak
diantaranya kekuatan sobek, kemuluran dan kekuatan sobek. Kemuluran kulit
adalah pertambahan panjang kulit pada saat ditarik sampai putus dibagi dengan
panjang semula dan dinyatakan dalam persen. Kekuatan regang menunjukan
kemampuan mulur kulit, semakin panjang ukuran kulit pada saat putus maka nilai
kekuatan regang yang dihasilkan semakin besar. Kekuatan sobek menunjukan
batas maksimum kekuatan kulit tersebut untuk dapat sobek.
Menurut Rumiyati dan Widodo (1990) kekuatan tarik kulit dipengaruhi
oleh perubahan struktur kulit. Serabut-serabut kulit akan mengalami kontraksi dan
kekuatan tariknya akan menjadi rendah, selanjutnya kekuatan tarik akan turun bila
serabut-serabut kolagen mengalami pembengkakan yang disebabkan oleh air.
Lollar (1978) menyatakan bahwa kekuatan tarik kulit samak yang tinggi akan
diikuti oleh kemuluran yang rendah sampai batas tertentu. Kualitas fisik kulit
samak dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Lollar (1978) menyatakan
bahwa kekuatan tarik kulit samak yang tinggi akan diikuti oleh kemuluran yang
rendah sampai batas tertentu. Kualitas fisik kulit samak dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1.

9
Tabel 1 Rataan nilai kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit ceker
ayam sesuai perlakuan
Parameter
Kekuatan tarik
(kg cm-2)
Kemuluran (%)
Kekuatan sobek
(kg cm-1)

P0

Perlakuan kombinasi bahan penyamak
P1
P2

P3

94.66 ± 4.67b

122.62 ± 8.02a

101.01 ± 10.89b

99.05 ± 3.56b

32.40 ±11.76

46.40 ± 4.91

41.60 ±14.66

43.80 ± 3.82

14.55 ± 2.39

18.17 ± 1.25

19.85 ± 1.92

18.81 ± 2.42

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris parameter kekuatan tarik menunjukkan
perbedaan yang nyata (P0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kekuatan sobek, baik pada kontrol maupun di setiap perlakuan sehingga ekstrak
daun jambu biji diasumsikan dapat menggantikan krom dalam proses penyamakan
kulit.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kombinasi ekstrak daun jambu biji dan mimosa memiliki potensi untuk
dijadikan bahan penyamak nabati sehingga mengurangi penggunaan krom.
Konsentrasi ekstrak daun jambu biji berpengaruh terhadap kekuatan Tarik.
Penggunaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang optimal pada kekuatan tarik
kulit samak adalah sebanyak 10%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh kombinasi bahan
penyamak nabati dengan konsentrasi yang lebih tinggi terhadap kualitas fisik kulit
samak. Meskipun penggunaan krom menghasilkan kualitas tinggi pada hasil kulit
samak, namun harus tetap digantikan dengan kombinasi bahan penyamak lain
yang ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Browning BL. 1967. Methode of Wood Chemistry. Vol I. New York (US) :
Interscience Publ.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1990. Pengujian Kekuatan Sobek Lapisan
Kulit (SNI 06-1794-1990). Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1990. Pengujian Kekuatan Tarik dan
Kemuluran Kulit (SNI 06-1795-1990). Jakarta (ID): BSN.
Covington AD. 1997. Modern Tanning Chemistry. Chem. Soc. Rev. 26:111.
Aachen (DE).
Fahidin. 1977. Pengolahan Hasil Ternak Unit Pengolahan Kulit. Bogor (ID):
Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian Sekolah Pembangunan.
Departemen Pertanian.
Fahidin, Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Bogor (ID) : Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (terjemahan Badan Litbang
Kehutanan Jakarta). Jakarta (ID) : Koperasi Karyawan Departemen Hutan.
Judoamidjojo M. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Bogor (ID) :
Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Kanagy JR. 1977. Physical and performance properties of leather. In The
Chemistry and Technology of Leather Vol. 4. Ed. By O’Flaherty F, Roddy
WT, Lollar RM. Florida (US) : Krieger Publishing Company.
Lehninger AL. 1997. Dasar-dasar Biokimia, Jilid I. Diterjemahkan oleh
Thenawidjaya. Jakarta (ID) : Erlangga.

15
Lollar RM. 1978. Criteria Which Define Tannage In The Chemistry and
Technology of Leather. Vol. II-Types of Tannage Editor By Fred O’Flaherty,
W.T. Roddy, R.M. Lollar. Krieger R.E. Publishing Company. Huntington.
New York (US).
Ludvik J. 2000. Chrome Management in Tanyard. United Nations industrial
Development Organization (UNIDO). Viena, Austria (AT).
Mann I. 1960. Rural Tanning Tecnique. FAO. Roma (IT).
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab, Jilid 1. Bogor (ID) : IPB Pr.
Nugraha G. 1999. Pemanfaatan tanin dari kulit kayu akasia (Acacia mangium
Wild) sebagai bahan penyamak nabati [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
O’Flaherty F, Roddy WT, Lollar RM. 1978. The Chemistry and Technology og
Leather. Vol. I. New York (US) : Reinhold Publishing Co.
Planmuller J. 1978. Bating in The Chemistry and Technology of Leathe. Vol I. Ed.
By Roddy and Robert E. Florida (US) : Krieger Publishing Co.
Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Yogyakarta
(ID) : Akademi Teknologi Kulit. Departemen Perindustrian.
Purnomo E. 1992. Dasar-dasar Teknologi Kulit 1. Yogyakarta (ID) : Penerbit
Kanisius.
Purnomo E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Yogyakarta (ID) : Penerbit
Kanisius.
Purnomo E. 2002. Penyamakan Kulit Ikan Pari. Yogyakarta (ID) : Penerbit
Kanisius.
Rumiyati VSP, Widodo. 1990. Hubungan Antara Kekuatan Tarik Dengan
Kemuluran Kulit Boks. HAKTKI. BBKKP. Yogyakarta (ID).
Sharphouse JH. 1991. Leather Technicians’s Hand Book. Leather Product
Association. 9th. Thomas Street, London (UK).
Suparno O. 2010. Optimization of chamois leather tanning using rubber seed oil.
JSLTC. 105(6):189-194.
Suparno O, Kartika IA, Mubarak S. 2011. An innovative new application
of oxidizing agents to accelerate chamois leather tanning. JALCA.
106(12):360-366.
Thorstensen TC. 1985. Practical Leather Tecnology. Florida (US) : R.E.
Krieger Publ.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis ragam kekuatan tarik kulit
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
3
1 400.2
466.7
Galat
8
434.90
54.40
Total
11
1 835.1

F
8.59

P
0.0007

16
Lampiran 2 Uji Tukey kekuatan tarik kulit
Perlakuan
N
Rata-rata
1
3
122.617
2
3
101.007
3
3
99.053
0
3
94.663
Lampiran 3 Analisis ragam kemuluran kulit
SK
DB
JK
Perlakuan
3
333.90
Galat
8
784.20
Total
11
1 118.2

Pengelompokan
A
B
B
B

KT
111.3
98.00

Lampiran 4 Analisis ragam kekuatan sobek kulit
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
3
47.650
15.883
Galat
8
33.599
4.200
Total
11
81.249

F
1.140

P
0.391

F
3.78

P
0.059

Lampiran 5 Ceker ayam, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian (a)
Ceker ayam, (b) Timbangan digital, (c) pisau, (d) tang, (e) bahan
kimia

(a) Ceker ayam

17

(b) Timbangan digital

(d)Tang

(c) Pisau

(e) Bahan kimia

Lampiran 6 Hasil penyamakan kulit ceker ayam (3 perlakuan dengan
menggunakan 3 pengulangan)

I

II

III

18
Lampiran 7 Proses pengulitan kulit ceker ayam

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 27 Juni 1992
dari pasangan Siswoyo dan Siti Suhar Jati. Penulis merupakan anak ketiga dari 6
bersaudara yang terdiri dari 3 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SDN Taman Pagelaran tahun 2004, SMP Taruna
Andigha Bogor tahun 2007 dan di SMA Negeri 2 Bogor tahun 2010. Penulis
diterima di Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2010.
Penulis pernah aktif sebagai pengurus Forum aktifitas mahasiswa muslim
(FAMM) AL-AN’AM Fakultas Peternakan IPB 2011-2013 divisi Syiar dan UKM
Futsal IPB 2010-2014 sebagai ketua divisi logistik. Penulis juga pernah mengikuti
beberapa kepanitiaan yaitu Seminar Qur’an dan Sains Peternakan (SQSP) 2012,
IPB Futsal League 2012, Livestock Vaganza 2012, Hari Minum Susu 2014 dan
Masa Perkenalan Fakultas (MPF) mahasiswa Fakultas Peternakan IPB angkatan
50 tahun 2014. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Teknologi Hasil Ikutan Ternak dan mata kuliah Ruminansia Kecil tahun 2014.