Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis).
KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK
DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA
EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis)
ABDUL HALIM
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kulit
Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak
Daun Teh (Camelia sinensis) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Abdul Halim
NIM D14100072
ABSTRAK
ABDUL HALIM. Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan
Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis).
Dibimbing oleh MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO.
Penyamakan kulit adalah proses pengubahan protein kulit mentah menjadi
kulit tersamak oleh bahan penyamak, sehingga terjadi perubahan sifat fisik dari
labil menjadi stabil dan tahan terhadap pengaruh lingkungan seperti tekanan fisik,
cuaca, dan mikroorganisme. Limbah penyamakan kulit dibedakan menjadi limbah
padat, gas, dan cair. Limbah cair mengandung krom dalam jumlah yang sangat
tinggi (0.7%), agar tidak mencemari lingkungan sebaiknya proses penyamakan
dipadukan dengan penyamak nabati yaitu ekstrak teh. Penelitian ini menggunakan
kulit ceker ayam yang disamak dengan menggunakan kombinasi yaitu penyamak
kimia, mimosa, dan ekstrak teh dengan komposisi (70:20:10), (60:20:20) dan
(50:20:30). Parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas uji adalah
kekuatan tarik, kekuatan kemuluran, dan kekuatan sobek. Konsentrasi terbaik dari
penggunaan ekstrak teh terhadap karakteristik fisik kulit ceker ayam tersamak
adalah penambahan ekstrak teh 10% pada pengujian kekuatan tarik, ekstrak teh
20% pada pengujian kemuluran dan ekstrak teh 30% pada pengujian kekuatan
sobek.
Kata kunci: kulit, penyamakan, dan teh.
ABSTRACT
Abdul Halim. Characteristics Chicken Skin with Chrome Tanned Mimosa and
Tea Leaf Extract (Camellia sinensis). Supervised by MOCHAMMAD
SRIDURESTA SOENARNO.
Skin tanning is process of converting rawhide skin protein into skin tanned
by tanning materials, that result a change in the physical properties of unstable to
stable and resistant to environmental influences such as physical pressure, weather,
and microorganisms. Waste from tanning process is solid waste, gas, and liquid.
For not polluting the environment, liquid waste containing chromium (0.7%)
should be processed in the mix with natural tanning materials, like tea. This
research used the skin of chicken claw that used combination of tanning (chemical
tanning and tea extract) with different concentrations of chrome and nature
tanning materials (mimosa and tea extracts) (70:20:10), (60:20:20) and (50:20:30),
respectively. Parameters in this reseacrh was the quality of the skin tensile test,
elongation test and skin rips test. The best concentration of tea extract for physical
characteristics of the tanned chicken claw leather is addition of tea extract 10%
intensile test, 20% tea extract in elongation test and 30% tea extract in skin rips
test.
Key words: leather, tanning, and tea.
KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK
DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA
EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu dan Produksi Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi: Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi
Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis).
Nama
: Abdul Halim
NIM
: D14100072
Disetujui oleh
Pembimbing utama
Mochammad Sriduresta Soenarno, SPt MSc.
NIP. 19780302 201012 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof Dr Ir Muladno, MSA
NIP. 19610824 198603 1 001
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi
dengan judul Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi
Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis) pada Konsentrasi
Berbeda dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014
sampai April 2014 bertempat di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Mochammad
Sriduresta Soenarno, SPt MSc selaku pembimbing, ibu Ir. Komariah, MSi dan
bapak Ahmad Yani, Stp MSi selaku penguji skripsi. Penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada ayah, Dirman A. Dalimunthe, keluarga, dan teman-teman atas
doa dan dukungannya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Nadia
Aulia, Yusuf Jafar Rijali, Sahid Maswijaya, dan seluruh sahabat IPB atas semua
inspirasinya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam
penulisan.
Bogor, Desember 2014
Abdul Halim
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Sifat Fisik Kulit Samak
Kekuatan Tarik
Kekuatan Regang (kemuluran)
Kekuatan Sobek
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
ix
ix
1
1
1
2
2
2
2
2
2
8
8
9
10
11
13
13
16
17
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Diagram alir proses penyamakan kulit ceker ayam dengan
modifikasi
Pengujian kekuatan tarik
Pengujian kekuatan sobek
Hasil kulit samak
Reaksi kimia ikatan silang antara kolagen dengan krom
5
6
7
8
12
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Gambar keterangan alat dan bahan (a) peralatan dasar, (b) ceker
ayam, (c) proses pengulitan, (d) penimbangan, (e) alat
pencampuran, (f) wadah sampel, (g) pencucian, (h) tes pH, (i)
sampel kulit
Uji non parametrik Kruskal-Wallis kekuatan tarik kulit kaki ayam
Uji analisis ragam kemuluran kulit ayam
Analisis ragam kekuatan sobek kulit kaki ayam
16
17
17
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit hewan adalah lapisan yang terletak pada permukaan tubuh dan
memiliki banyak fungsi (Roddy 1978 dan Thorstensen 1985). Fungsi utama dari
kulit adalah menutup organ atau jaringan yang ada di bawahnya dan melindungi
tubuh dari pengaruh eksternal seperti mikroba, tekanan fisik serta radiasi sinar
matahari. Selain fungsi utama sebagai pelindung tubuh, dalam industri hasil
ikutan ternak, kulit hewan dikembangkan menjadi leather dan fur, sesuai dengan
pernyataan Direktorat Jenderal Aneka Industri Departemen Perindustrian (1989)
yang menyatakan bahwa salah satu arah dari pembinaan dan pengembangan
industri perkulitan adalah peningkatan produksi baik mutu maupun volume
produk kulit jadi.
Penggunaan hewan lain untuk menghasilkan produk kulit merupakan suatu
alternatif dalam pemenuhan bahan baku kulit mentah. Salah satu hasil ikutan yang
diperoleh dari Rumah Potong Ayam (RPA) dan mempunyai potensi untuk
dikembangkan adalah ceker ayam (shank). Ceker ayam merupakan kaki bagian
bawah dari tubuh ayam yang kurang diminati. Kulit ceker ayam merupakan salah
satu produk hasil ikutan ternak yang dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan kulit
seperti hiasan dompet, ikat pinggang, atasan sepatu, dan tas. Ceker ayam terdiri
atas komponen kulit, otot dan tulang dengan kandungan kolagen terutama pada
bagian kulitnya (Purnomo 1992).
Selama ini, ceker ayam baru dimanfaatkan sebagai campuran sup dan
krupuk ceker. Nilai tambah dari kedua produk tersebut masih rendah. Salah satu
komponen ceker ayam yang berpotensi untuk dikembangkan adalah kulit kaki
ayam yang memiliki komposisi kimia yang mendukung seperti kadar air 65.9%;
protein 22.98%; lemak 5.6%; abu 3.49%; dan bahan-bahan lain 2.03% (Purnomo
1991). Selain itu, yang menjadi permasalahan di industri kulit adalah limbah hasil
penyamakannya yang tidak ramah lingkungan. Hal tersebut berkaitan dengan
penggunaan bahan penyamak krom yang merupakan bahan penyamak mineral dan
dapat merusak ekosistem. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat penting
dalam penggunaan bahan penyamak yang berasal dari nabati dan bersifat ramah
lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan dalam penyamakan
kulit adalah ekstrak daun teh.
Teh merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Theaceae, genus
camelia, dan jenis Camellia sinensis (Graham 1984). Adapun kandungan teh
digunakan sebagai bahan penyamak nabati karena memiliki kandungan berupa
tanin. Menurut Nasution dan Tjiptadi (1985), kandungan tanin dalam daun teh
segar adalah sebanyak 25%.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kulit ceker ayam
dari kombinasi bahan penyamak mineral (krom) dan nabati (mimosa dan ekstrak
daun teh).
2
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi proses penyamakan kulit ceker ayam.
Kulit ceker ayam mendapat perlakuan penyamakan kombinasi antara krom,
mimosa, dan ekstrak teh, pengamatan pada konsentrasi yang berbeda, dan analisa
karakteristik kulit hasil penyamakan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu pada bulan Maret hingga
Juni 2014. Analisa kadar tanin dilakukan di Laboratorium Biofarmaka IPB. Proses
penyamakan kulit ceker ayam dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ikutan
Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis pengujian kulit dilakukan di
Laboratorium Uji Sepatu, Kulit, dan Karet, Unit Industri Kerajinan, Balai
Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat pemutar sederhana, Erlenmeyer dan
waterbath untuk proses ektraksi, botol air kemasan, pisau, timbangan, kertas pH
yang merupakan alat-alat untuk proses penyamakan. Alat-alat untuk analisis
diantaranya: penggaris, cutter, alat pengukur ketebalan, mesin uji tarik dan uji
sobek. Lampiran gambar alat terdapat pada Lampiran 1.
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah kulit ceker ayam yang berasal dari
Rumah Potong Ayam (RPA) di Kebon Pedes Bogor serta bahan penyamak nabati
berupa ekstrak daun teh dan mimosa. Bahan pembantu dalam proses penyamakan
meliputi air bersih, air hangat, soda kue (1% Na2CO3), soda api, Natrium Sulfida
(SN), Zwavelzure Amoniak (ZA), kapur, kromosal B, 1% H2SO4, 12% NaCl
(garam dapur), 0.5% Teepol, 0.5% Zenith MS, Natrium Formiat, 1% NaHCO3,
1% Oropon OR, 2% Ca(OH)2, 0.5% AsamFormiat, 0.5% Amoniak, 6% Minyak
Sulfat, HCl 4 N, Formic Acid, aquadest, dan cat dasar.
Prosedur
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan ekstrak, analisis
kadar tanin teh (Nugraha 1991), pengulitan kaki ayam (Purnomo 1992), dan
proses penyamakan ceker ayam (Purnomo 1992).
3
Bahan Penyamak Teh (Nugraha 1999)
Ekstrak daun teh diperoleh dengan cara daun teh segar dikeringkan dengan
oven pada suhu 50oC selama 1-2 hari hingga kering. Kemudian daun teh kering
tersebut dihaluskan menjadi serbuk. Sebanyak 3g serbuk di ekstraksi dengan
pelarut air. Perbandingan volume serbuk dengan pelarut 1:5. Ekstraksi dilakukan
pada suhu 70oC dengan waktu ekstraksi selama 3 jam. Setelah itu larutan tanin
dipisahkan dari ampasnya dengan cara disaring dengan menggunakan kertas
saring.
Pengulitan Kaki Ayam (Purnomo 1992)
Ceker di cuci terlebih dahulu sampai bersih dan pada sisiknya tidak
dilakukan pencabutan. Tiga buah jari ceker dipotong pada pangkal jari dan
disisakan jari tengah. Ceker ayam bagian belakang diiris dengan pisau mulai dari
bonggol atas sampai pangkal jari yang paling panjang. Bentuk potongan dikelupas
± 2 cm ke bawah lalu dijepit dengan jepitan tang.
Ceker ayam bagian yang sudah terpisah kulitnya (tulang bagian bonggol)
dijepit dengan tang. Masing-masing dipegang secara berlawanan berbeda arah,
lalu ditarik sampai kulit pada ujung jari terpisah. Daging yang ikut bersama kulit
dipotong dengan pisau.
Proses Penyamakan (Purnomo 1992)
Proses penyamakan ceker ayam dalam penelitian ini dilakukan sesuai
Purnomo (1992) dengan jenis penyamakan kombinasi yang dimodifikasi pada
tahap penyamakan sebagai berikut:
Pra Penyamakan
Penimbangan. Kulit ceker ayam dicuci supaya kotoran dan sisa garam yang
melekat pada kulit hilang. Kulit tersebut ditimbang. Hasilnya dipakai sebagai
dasar perhitungan bahan kimia pada proses perendaman dan pengapuran.
Perendaman (Soaking). Antiseptik dilarutkan ke dalam air dan
ditambahkan soda api lalu diaduk secara merata hingga tercapai pH 9-10. Soda api
ditambahkan lagi 0.1%-0.25% bila pH belum tercapai. Kulit dimasukkan ke dalam
larutan sampai terendam seluruhnya dan diaduk selama 30 menit. Kulit direndam
selama 18 jam (± 1 malam) dan dicuci selama 10 - 15 menit.
Pengapuran. SN dilarutkan dengan air panas dan diaduk. Larutan tersebut
ditambahkan kapur dan diaduk sampai larut dalam air. Kulit dimasukkan dan
diaduk selama 30 menit, lalu didiamkan 1 jam. Diaduk lagi 30 menit, lalu
didiamkan 2 jam. Kegiatan diulangi sampai 5 kali, lalu kulit terendam selama 18
jam (± 1 malam). Cek pH cairan rata-rata 11 – 12 lalu kulit dicuci sampai bersih.
Buang Sisik dan Buang Daging. Kulit dibalik agar sisik dapat dihilangkan.
Kulit bagian jari digunting menjadi lembaran. Sisiknya dihilangkan dengan cara
diremas, atau dibersihkan sisiknya dengan sikat yang halus sampai bersih. Kulit
dibalik (bagian daging di atas dan bagian rajah di bawah) dan dagingnya
dibersihkan dengan pisau.
4
Penimbangan. Kulit dicuci sampai bersih. Kulit ditimbang dan berat hasil
penimbangan ini disebut “bloten” yang digunakan sebagai dasar perhitungan
penggunaan bahan kimia untuk proses selanjutnya.
Pembuangan Kapur. ZA dimasukkan ke dalam air, lalu diaduk selama 1
jam. Asam sulfat diencerkan 10 kali dan dimasukkan bertahap sebanyak 3 kali
dengan interval waktu 15 menit. Kulit diaduk selama 2 jam, lalu direndam selama
5-7 jam. Kulit diperiksa untuk bisa masuk pada proses selanjutnya.
Pembuangan Lemak. Teepol dicampur hingga rata lalu diremas selama 45
menit. Kemudian air yang digunakan dibuang dan kulit dicuci dengan air bersih.
Proses tersebut dilakukan hingga kedua permukaan bagian rajah dan bagian
daging dipegang sudah tidak terasa berminyak.
Pengikisan Protein. Kulit dicuci sampai bersih lalu Oropon dimasukkan ke
dalam wadah berisi air hangat dan diaduk hingga Oropon larut. Kulit dimasukkan
dan diaduk selama 2 jam, lalu direndam selama 1 malam dalam larutan Oropon.
Air dibuang dan kulit dicuci dengan air sampai bersih.
Pengasaman. Garam dilarutkan dalam air lalu kulit dimasukkan ke
dalamnya dan diaduk selama 15 menit. Asam formiat dan asam sulfat masingmasing diencerkan 10 kali, lalu dimasukkan ke dalam ember yang berisi kulit
dengan cara dibagi menjadi 3 kali dengan interval waktu 15 menit. Kulit diaduk
selama 4 jam dan pengasaman cukup bila pH kulit sudah 2.5 - 3.
Penyamakan (Kombinasi)
Penyamakan. Setiap perlakuan penyamakan menggunakan bahan
penyamak (BP) yang sama, yaitu bahan penyamak mineral (krom) dan bahan
penyamak nabati (mimosa dan ekstrak daun teh), namun dengan konsentrasi yang
berbeda. Perlakuan pertama (P1) menggunakan bahan penyamak dengan
perbandingan 70:20:10, perlakuan kedua (P2) menggunakan bahan penyamak
dengan perbandingan 60:20:20, dan perlakuan ketiga (P3) menggunakan bahan
penyamak dengan perbandingan 50:20:30. Setiap perlakuan memiliki ulangan
sebanyak 3 kali.
Krom, mimosa, dan ekstrak daun teh (sesuai perlakuan) dicampurkan
dengan air dan kulit, lalu diaduk selama 4 jam terus-menerus, kemudian
ditambahkan Natrium bicarbonate yang sudah diencerkan 3 kali. Natrium
bicarbonate dibagi menjadi 3 kali dengan interval 15 menit, lalu diaduk sampai
kulit masak. Setiap 1 jam setelah pemasukan soda yang terakhir dilakukan uji
masak. Kulit sudah masak diangkat dari cairan tersebut dan dianginkan selama 1
malam.
Pasca Penyamakan
Netralisasi. Natrium formiat dimasukkan ke dalam air dan diaduk rata.
Kulit dimasukkan dan diaduk selama 45 menit. Natrium bicarbonate ditambahkan
dan diaduk selama 1 jam dan pemeriksaan pH hingga mencapai 5.5.
5
Penyamakan Ulang (Retanning) dan Pewarnaan. Mimosa dicampurkan
dengan air, lalu kulit dimasukkan dan diaduk selama 1 jam. Cat dasar yang sudah
diencerkan dengan air panas ditambahkan dan diaduk selama 1 jam. Minyak sulfat
yang sudah diencerkan dengan air panas ditambahkan dan diaduk selama 1.5 jam.
Asam Oksalat (diencerkan 10 kali) ditambahkan sekaligus dan diaduk selama 1
jam. Asam Formiat (diencerkan 10 kali) dan anti jamur ditambahkan sekaligus,
diaduk sampai cairan sisa tidak berwarna (bening).
Finishing. Kulit dikeringkan tidak langsung dengan sinar matahari ± selama
6 jam dan dijaga kelembabannya. Kulit di lembabkan dahulu ± 2 jam yang sudah
kering sebelum dilemaskan dengan alat stool. Kulit digosok searah dengan arah
jatuhnya sisik, dengan dasar botol kaca atau kulit kerang sampai mengkilap dan
halus.
Kulit ceker ayam
Pengapuran
Pra penyamakan
Pembuangan kapur dan bating
(Pengikisan protein)
Pengasaman (pickling)
Penyamakan
Penyamakan*
Netralisasi
Penyamakan
ulang
Pasca
penyamakan
Pewarnaan dan
peminyakan
Finishing
Kulit tersamak
Keterangan: * modifikasi formulasi
Gambar 1. Diagram alir proses penyamakan kulit ceker ayam dengan modifikasi
Sumber : Purnomo (1992)
6
Pengujian Kekuatan Regang (Kemuluran) (SNI 06-1795-1990)
Pengujian kekuatan regang (kemuluran) kulit diperoleh melalui perhitungan
antara selisih panjang cuplikan akhir dan panjang cuplikan awal dibagi dengan
panjang cuplikan awal yang selanjutnya dinyatakan dalam persen.
Kekuatan Regang=
Li - Lo
×100%
Lo
Keterangan:
Li = panjang contoh kulit setelah kulit ditarik sampai putus
Lo = panjang contoh kulit mula-mula pada jarak antara 2 penjepit.
Pengujian Kekuatan Tarik (SNI 06-1795-1990)
Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan cara membuat potongan kulit
berukuran 11 x 3 cm. Kulit diukur ketebalannya di 3 tempat sepanjang Lo dan dari
3 ketebalan tersebut diambil ukuran ketebalan terkecil.
Lebar kulit diukur di sepanjang wilayah Lo, diukur 3 bagian lebar dan
diambil ukuran lebar yang terkecil. Pengukuran dilakukan dengan ketelitian 0.01
mm. Setelah itu potongan kulit siap untuk diuji dan dipasang pada penjepit. Mesin
dijalankan dan penarikan dilakukan sampai kulit putus.
Kekuatan Tarik =
Fmaksimum
kg cm-2
t×w
Keterangan:
F maksimum = beban maksimum kulit sampai putus (kg)
t
= tebal contoh kulit (cm)
w
= lebar contoh kulit (cm)
Gambar 2. Pengujian kekuatan tarik
Pengujian Kekuatan Sobek (SNI 06-1794-1990)
Pengujian kekuatan sobek dilakukan dengan dibuat cuplikan dengan arah
pemotongan sejajar dan tegak lurus dengan garis punggung, masing-masing 3
buah cuplikan. Cuplikan dengan ukuran 10 x 2 cm, kemudian membuat lobang X
dengan diameter 0.2 cm yang berjarak 2.5 cm dari E ke X, kemudian membuat
7
irisan dari lobang X memanjang ke F sehingga cuplikan memanjang dan
berbentuk lidah.
Tebal cuplikan diukur pada 3 tempat dengan alat ukur tebal kulit. Diambil
yang paling kecil dari ketiga ukuran tersebut. Hasil yang terkecil dinyatakan
sebagai tebal cuplikan. Kemudian mesin dijalankan dan penarikan dilakukan
sampai culikan tersobek sempurna.
Kekuatan Sobek=
G
kg cm-1
t
Keterangan:
G= beban tarikan (kg); 1 kg = 9.8066 N
T= tebal cuplikan (cm)
Gambar 3. Pengujian kekuatan sobek
Rancangan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, setiap perlakuan menggunakan 3 ulangan
sehingga penelitian terdiri dari 12 unit percobaan. Berikut merupakan rancangan
perlakuan yang digunakan dalam penelitian :
Perlakuan:
P0 = Krom 100% (kontrol)
P1 = Krom 70%, mimosa 20%, dan ekstrak daun teh 10%
P2 = Krom 60%, mimosa 20%, dan ekstrak daun teh 20%
P3 = Krom 50%, mimosa 20%, dan ekstrak daun teh 30%
8
Model matematika rancangan acak lengkap menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Pi + Ɛij
Keterangan:
Yij: Nilai pengamatan peubah uji (kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan
sobek) kulit kaki ayam yang disamak pada perlakuan ke-i (0, 1, 2, dan 3)
dan ulangan ke-j (1, 2, dan 3);
µ : Rataan nilai peubah uji (kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek)
kulit kaki ayam yang disamak;
Pi : Pengaruh perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2, dan 3);
Ɛij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2, dan 3)
pada ulangan ke-j (1, 2, dan 3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Sifat Fisik Kulit Samak
Proses penelitian dilakukan daalam satu tahap yaitu proses penyamakan
kulit ceker ayam, dan pengujian karakteristik kulit ceker ayam. Tahap proses
dilakukan untuk menentukan kulit ceker ayam tersamak terbaik berdasarkan
bahan penyamak kombinasi, dilanjutkan dengan pengujian sifat fisik kulit ceker
ayam tersamak meliputi uji kekuatan tarik, kekuatan sobek dan kekuatan regang
atau kemuluran. Berikut merupakan hasil kulit yang telah disamak pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil kulit samak
Menurut Purnomo (1992), salah satu syarat penting untuk mengetahui
kualitas kulit adalah dengan mengetahui kekuatan kulit, yakni kekuatan tarik dari
kulit tersebut. Selain itu, Pahlawan dan Kasmudjiastuti (2012) menambahkan
bahwa sifat kuat tarik kulit menggambarkan kuatnya ikatan antara serat kolagen
penyusun kulit dengan zat penyamak. Selain itu, penelitian ini menunjukkan nilai
kemuluran dari kulit kaki ayam. Semakin panjang ukuran kulit saat putus, maka
nilai kemuluran yang dihasilkan semakin besar. Menurut Jayaningrat (2013),
9
perpanjangan putus (kemuluran) menunjukkan nilai keelastisan kulit. Kemuluran
yang tinggi menunjukkan kulit tersebut bermutu baik dan tidak mudah sobek,
tidak kaku maupun putus saat digunakan (Jayaningrat 2013).
Kekuatan sobek menunjukkan batas maksimum kulit tersebut untuk dapat
sobek. Fahidin (1977) menyatakan bahwa kulit yang disamak dengan
menggunakan bahan penyamak dengan kadar tinggi akan memiliki ketahanan
sobek yang tinggi. Data hasil pengujian kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan
sobek kulit kaki ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan nilai kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit kaki
ayam sesuai perlakuan
Perlakuan
Parameter
P0
P1
P2
P3
Kekuatan
tarik
94.66±4.67a 148.01±26.47ab 102.74±8.07bc 135.11±9.7c
-2
(kg cm )
Kemuluran
32.40±11.76 28±2.95
33.60±6.43
33.47±8.71
(%)
Kekuatan
14.55 ±
19.32 ±
sobek
20.99 ± 2.58ab
24.47 ± 6.04b
2.39a
2.026ab
(kg cm-1)
Keterangan : angka-angka yang disertai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukan
berbeda nyata
Kekuatan Tarik
Sifat kuat tarik kulit menggambarkan adanya kuat ikatan antara serat
kolagen penyusun kulit dengan zat penyamak. Kekuatan tarik adalah besarnya
gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus yang
dinyatakan dalam kg cm-2 atau N cm-2 (BSN 1990a). Proses penyamakan yang
baik akan menghasilkan hasil kulitdengan nilai kekuatan tarik yang tinggi
(Pahlawan dan Kasmudjiastuti 2012). Kekuatan tarik yang diukur dapat dilihat
pada Tabel 1.
Hasil analisis pengujian non parametrik menunjukkan konsentrasi ekstrak
daun teh yang berbeda pada proses penyamakan nabati memberikan pengaruh
berbeda nyata (P0.05) terhadap kekuatan kemuluran kulit ceker samak. Setiap
perlakuan memiliki hasil yang dapat dikatakan sama. Perlakuan P2 menunjukan
hasil yang terbaik jika dibandingkan dengan P0, P1, dan P3 secara deskriptif. Hal
ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya penambahan ekstrak daun teh
menunjukan kualitas yang tidak berbeda. Bahan penyamak nabati pada perlakuan
P2 tersebut memiliki kualitas yang sama dengan krom dengan nilai 33.60±6.43%
dibandingkan dengan bahan penyamak nabati lainnya. Perlakuan P2
menggunakan ekstrak daun teh 20% sebagai kombinasi bahan penyamak kulit.
Penambahan penyamak nabati memiliki kualitas kemuluran lebih tinggi
11
dibandingkan krom. Persentase kemuluran dipengaruhi pada proses peminyakan
yang membuat lapisan rajah terlindungi dari kekeringan (Judoamidjojo 1981).
Menurut Judoamidjojo (1974) mekanisme kemuluran disebabkan oleh
hilangnya elastin mulai dari pengawetan hingga penyamakan. Elastin merupakan
merupakan protein fibrous yang membentuk serat yang sangat elastis, karena
mempunyai rantai asam amino yang membentuk sudut sehingga pada saat
mendapat tegangan akan menjadi lurus dan kembali seperti semula apabila
tegangan tersebut dilepaskan, sehingga hilangnya elastin pada protein kulit akan
mengurangi elastisitas kulit samak (Judoamidjojo 1974).
Menurut Oetojo (1996) tinggi atau rendahnya kandungan asam bebas di
dalam kulit samak krom basah, mempengaruhi kemampuan emulsi minyak untuk
masuk kedalamnya. Hal ini menyebabkan makin rendah pula jumlah fiber kulit
yang dilapisi oleh emulsi minyak sehingga akan menghasilkan nilai kemuluran
kulit yang rendah atau sebaliknya (Oetojo 1996).
Kemuluran kulit samak dipengaruhi oleh penambahan bahan nabati, jenis
kelamin, dan umur hewan.Kulit ceker yang disamak memiliki nilai kemuluran
yang tinggi. Kemuluran yang tinggi disebabkan oleh kandungan tanin pada
ekstrak teh sehingga meningkatkan kemuluran kulit. Purnomo (1985) menyatakan
bahwa pada kulit yang disamak dengan bahan nabati didapatkan kulit yang berisi,
padat, tetapi kaku sehingga kemulurannya rendah. Kemuluran kulit dapat
dipengaruhi oleh kadar tannin yang terdapat pada bahan penyamak yang
digunakan. Rendahnya kemuluran adalah akibat dari meningkatnya ikatan seratserat kulit oleh bahan penyamak dan berubahnya serat menjadi struktur kulit yang
kompak. Minyak sebagai bahan pelemas terhambat oleh srtuktur kulit yang
kompak yang menyebabkan kaku pada kulit.
Nilai kemuluran kulit yang dihasilkan yaitu konsentrasi 20% penambahan
ekstrak daun teh merupakan konsentrasi yang paling optimal untuk kemuluran
kulit samak. Kemuluran kulit samak dengan penambahan ekstrak daun teh10%,
20%, dan 30% kurang baik digunakan sebagai bahan pembuatan alas kaki bagian
atas karena kemuluran maksimal untuk bahan alas kaki bagian atas adalah 55%
(BSN 2009).
Kekuatan Sobek
Kekuatan sobek menunjukkan batas maksimum kulit tersebut untuk dapat
sobek. Fahidin (1977) menyatakan bahwa kulit yang disamak dengan
menggunakan bahan penyamak dengan kadar tinggi akan memiliki ketahanan
sobek yang tinggi. Kekuatan sobek yang diukur dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil analisis pengujian parametrik menunjukkan konsentrasi ekstrak daun
teh yang berbeda pada proses penyamakan nabati memberikan pengaruh tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap kekuatan sobek kulit ceker samak. Setiap
perlakuan memiliki hasil atau pengaruh yang dapat dikatakan sama. Perlakuan P3
menunjukan hasil yang terbaik jika dibandingkan dengan P0, P1, dan P2 secara
deskriptif. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya penambahan ekstrak
daun teh menunjukan kualitas yang tidak berbeda. Bahan penyamak nabati pada
perlakuan P3 memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan krom dengan nilai
24.47±6.04 kg cm-1 dibandingkan dengan bahan penyamak nabati lainnya.
12
Perlakuan P3 menggunakan ekstrak daun teh 30% sebagai kombinasi bahan
penyamak kulit. Penambahan penyamak nabati memiliki kualitas kekuatan sobek
lebih tinggi dibandingkan krom. Hasil rata-rata pengukuran kekuatan tarik kulit
ceker ayam dengan adanya penambahan ekstrak daun teh memenuhi standar (BSN
1998) persyaratan nilai kekuatan sobek minimal adalah 16.5078 kg cm-1.
Suparno dan Wahyudi (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi daya tahan
sobek maka mutu yang dihasilkan semakin bagus dan kekuatan sobek kulit samak
dipengaruhi oleh ketebalan, arah serat kolagen, dan sudut serat kolagen terhadap
lapisan grain. Tenunan kolagen yaitu hipodermis atau tenunan subcutis
merupakan penyusun utama dan bagian pokok pembentuk kulit samak karena
menjadi penghubung korium dengan bagian lain dari tubuh (Judoamidjojo 1981).
Adanya konsentrasi tanin pada ekstrak daun teh yang semakin besar akan
memperkuat struktur komposisi serat dari kulit. Untari dkk (1995) menyatakan
bahwa besar kecilnya kekuatan sobek sejalan dengan kadar penyamak yang
terkandung dalam kulit samaknya dan penampilan fisik kulit akan mencerminkan
kandungan zat penyamak di dalam kulit tersebut. Ini berarti bahwa besarnya
kekuatan sobek menunjukan derajat kestabilan antara bahan penyamak dan
lapisan kulit.
Struktur jaringan kulit yang berpengaruh terhadap kekuatan kulit adalah
kolagen. Serabut kolagen tersusun dalam berkas-berkas kolagen yang saling
beranyaman. Sudut yang dibentuk oleh anyaman dan kepadatan berkas serabut
kolagen inilah yang menentukan tinggi rendahnya kekuatan sobek (Mann 1981).
Kekuatan sobek kulit tersamak juga dipengaruhi oleh perubahan struktur
kulit dan tingginya komposisi protein serat didalam kulit. Serabut-serabut kulit
akan mengalami kontraksi pada saat pengapuran dan pengikisan protein sehingga
kekuatan sobeknya akan menjadi rendah, selanjutnya kekuatan sobek akan
meningkat bila serabut-serabut kolagen mengadakan ikatan dengan krom dalam
kompleks krom (Purnomo 1985). Kestabilan kulit dipengaruhi oleh ikatan silang
antara krom dengan protein kulit (Purnomo 1992). Ikatan silang antara krom dan
kolagen dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Reaksi kimia ikatan silang antara kolagen dengan krom
Sumber : Purnomo (1992)
13
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Konsentrasi terbaik dari kombinasi penggunaan ekstrak teh dan mimosa
terhadap karakteristik fisik (pengujian kekuatan tarik, kekuatan sobek, dan
kemuluran) kulit ceker ayam tersamak adalah penambahan ekstrak teh 10% pada
pengujian kekuatan tarik memenuhi standar (BSN 1998) dan 30% ekstrak teh
pada pengujian kekuatan sobek memenuhi standar (BSN 1998) persyaratan nilai
kekuatan sobek.
Saran
Hasil produk penelitian dapat dijadikan bahan baku pembuatan kerajinan
kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Alfindo T. 2009. Penyamakan kulit ikan tuna (Thunus sp) menggunakan kulit
akasia (Acacia mangium Wild) terhadap mutu fisik kulit [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (ID)
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1989. SNI 06-1117-1989. Cara Uji
Kekuatan Jahit. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1990a. SNI 06-1795-1990. Cara Uji
Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi
Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1990b. SNI 06-1794-1990. Cara Uji
Kekuatan Sobek dan Kekuatan Sobek Lapisan Kulit. Jakarta (ID): Badan
Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 06-4586-1998. Kulit Jadi Dari
Kulit Ular Air Tawar. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 0253:2009. Kulit Bagian Atas
Alas Kaki-Kulit Kambing. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
Direktur Jenderal Aneka Industri, Departemen Perindustrian. 1989. Kebijaksanaan
Pemerintah dalam Upaya Pengembangan Industri Perkulitan di Indonesia.
Di dalam W. Harjosubroto, M. Soejono dan S. Djojowidagdo (eds).
Proceedings Seminar Perkulitan Nasional. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (ID).
Fahidin.1977. Pengolahan Hasil Ternak Unit Pengolahan Kulit. Bogor (ID):
Departemen Pertanian, Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan
Pertanian, Sekolah Pertanian Pembangunan (SNAKMA).
Fahidin, Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Bogor (ID). Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
14
Graham HN. 1984. Tea : the plant and its manufacture : chemistry and
consumption of the beverage. Di dalam: Liss AR, editor. The
Methylxanthine Beverages and Foods: Chemistry, Consumption, and
Health Effect. Prog Clin Biol Rev. 1984 : 29-74.(GB)
Haslam E. 1993. Pholiphenol complexation. J Leather Intern, 198 (4652) : 59-71.
Herawati SY. 1996. Pengaruh kadar Cr2O3 dalam penyamakan kulit tuna
(Thunnus albacores) terhadap mutu kulit tersamaknya. [skripsi]. Teknologi
Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor (ID).
Jayaningrat MSP. 2013. Penentuan konsestrasi bahan penyamak aldehida dan
minyak biji karet untuk penyamakan kulit samoa pada skala pilot plant
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Judoamidjojo RM. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Judoamidjojo RM. 1981. Teknik Penyamakan Kulit Pedesaaan. Bandung (ID):
Angkasa.
Kanagy JR. 1977. Physical and performance properties of leather. In: The
Chemistry And Technology Of Leather. Vol. 4 Ed. New York (US): Fred O
Flaherty.
Mann I. 1981. Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan. Judoamidjojo RM,
penerjemah; Soekarbowo P, editor. Bandung (ID): Angkasa. Terjemahan
dari: Rural Tanning Technique.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab.Bogor (ID): IPB Pr.
Nasution Z, Tjiptadi W. 1985. Pengolahan Teh. Bogor (ID): Agroindustri Pr.
Nugraha G.1991. Pemanfaatan tanin dari kulit kayu akasia (Acacia Mangium
Wild) sebagai bahan penyamak nabati [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Teknologi Petanian. Institut Pertanian Bogor.
O’ Flaherty F, Roddy WT. 1978. The Chemictry and Technology of Leather Vol.
IV. New York (US): Reinhold Publishing.
Oetojo, B. 1996. Penggunaan campuran kuning telur dan putih telur untuk
peminyakan kulit. Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik. 12 (24) : 4753.
Pahlawan IF, Kasmudjiastuti E. 2012. Pengaruh jumlah minyak terhadap sifat
fisis kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) untuk bagian atas
sepatu.Yogyakarta (ID): Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik.
Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Yogyakarta
(ID): Akademi Teknologi Kulit.
Purnomo E. 1991. Penyamakan Kulit Reptil. Yogyakarta (ID):Penerbit Kanisius.
Purnomo E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Roigl M, Segarral V, Bertazzol M, Martinezl MA, Ferrerl J, Raspi2 C. 2012.
Chrome-free leather, tanned with oxazolidine. Journal of Aqeic 63: 101110.
Suparno O, Wahyudi E. 2012. Pengaruh konsentrasi natrium perkarbonat dan
jumlah air pada penyamakan kulit samoa terhadap mutu kulit samoa. J
Teknol Indust Pertanian. 22 (1):1-9.
Suramto, Pertiwi S, Widhiati. 1993. Pengaruh perbedaan lama pengawetan dengan
garam terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit kaki ayam pedaging
15
samak krom.Yogyakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Barang Kulit, Karet dan Plastik.
Untari S. 2000. Penyamakan Kulit Ikan Pari. Yogyakarta (ID): Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP).
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar keterangan alat dan bahan (a) peralatan dasar, (b) ceker
ayam, (c) proses pengulitan, (d) penimbangan, (e) alat pencampuran, (f) wadah
sampel, (g) pencucian, (h) tes pH, (i) sampel kulit
(a)
(b)
(c)
Peralatan dasar
Ceker ayam
Proses pengulitan
(d)
(e)
(f)
Penimbangan
Alat pencampuran bahan
Wadah sampel
(g)
(h)
(i)
Pencucian
Tes Ph
Sampel kulit
17
Lampiran 2 Uji non parametrik Kruskal-Wallis kekuatan tarik kulit ceker ayam.
Perlakuan
N
Median
P
0
3
96.97
0.034
1
3
133.33
2
3
102.63
3
3
135.90
Lampiran 3 Uji analisis ragam kemuluran kulit kaki ayam
SK
Db
JK
KT
Perlakuan
3
60.
20.0
Galat
8
528.5
66.1
Total
11
588.5
F
0.30
Lampiran 4 Uji analisis ragam kekuatan sobek kulit kaki ayam
SK
Db
JK
KT
F
Perlakuan
3
152.90
51.00
3.85
Galat
8
105.20
13.20
Total
11
258.90
P
0.823
P
0.057
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1991 dari pasangan
Dirman Ansyari Dalimunthe dan Roslaini Siregar. Penulis merupakan anak ketiga
dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 saudara laki-laki yaitu Okto Rosihanmora dan
Iskandar. Penulis menyelesai pendidikan di SMAIT Nurul Fikri tahun 2010.
Penulis diterima di Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM) 2010.
Penulis aktif dalam organisasi HIPMI PT IPB sebagai ketua eksternal, aktif
dalam organisasi PEMUDA HSBC sebagai ketua kontingen Jawa Barat dan
organisasi HIMAPROTER sebagai anggota. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Teknologi Hasil Ikutan Ternak tahun 2014.
DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA
EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis)
ABDUL HALIM
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kulit
Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak
Daun Teh (Camelia sinensis) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Abdul Halim
NIM D14100072
ABSTRAK
ABDUL HALIM. Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan
Kombinasi Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis).
Dibimbing oleh MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO.
Penyamakan kulit adalah proses pengubahan protein kulit mentah menjadi
kulit tersamak oleh bahan penyamak, sehingga terjadi perubahan sifat fisik dari
labil menjadi stabil dan tahan terhadap pengaruh lingkungan seperti tekanan fisik,
cuaca, dan mikroorganisme. Limbah penyamakan kulit dibedakan menjadi limbah
padat, gas, dan cair. Limbah cair mengandung krom dalam jumlah yang sangat
tinggi (0.7%), agar tidak mencemari lingkungan sebaiknya proses penyamakan
dipadukan dengan penyamak nabati yaitu ekstrak teh. Penelitian ini menggunakan
kulit ceker ayam yang disamak dengan menggunakan kombinasi yaitu penyamak
kimia, mimosa, dan ekstrak teh dengan komposisi (70:20:10), (60:20:20) dan
(50:20:30). Parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas uji adalah
kekuatan tarik, kekuatan kemuluran, dan kekuatan sobek. Konsentrasi terbaik dari
penggunaan ekstrak teh terhadap karakteristik fisik kulit ceker ayam tersamak
adalah penambahan ekstrak teh 10% pada pengujian kekuatan tarik, ekstrak teh
20% pada pengujian kemuluran dan ekstrak teh 30% pada pengujian kekuatan
sobek.
Kata kunci: kulit, penyamakan, dan teh.
ABSTRACT
Abdul Halim. Characteristics Chicken Skin with Chrome Tanned Mimosa and
Tea Leaf Extract (Camellia sinensis). Supervised by MOCHAMMAD
SRIDURESTA SOENARNO.
Skin tanning is process of converting rawhide skin protein into skin tanned
by tanning materials, that result a change in the physical properties of unstable to
stable and resistant to environmental influences such as physical pressure, weather,
and microorganisms. Waste from tanning process is solid waste, gas, and liquid.
For not polluting the environment, liquid waste containing chromium (0.7%)
should be processed in the mix with natural tanning materials, like tea. This
research used the skin of chicken claw that used combination of tanning (chemical
tanning and tea extract) with different concentrations of chrome and nature
tanning materials (mimosa and tea extracts) (70:20:10), (60:20:20) and (50:20:30),
respectively. Parameters in this reseacrh was the quality of the skin tensile test,
elongation test and skin rips test. The best concentration of tea extract for physical
characteristics of the tanned chicken claw leather is addition of tea extract 10%
intensile test, 20% tea extract in elongation test and 30% tea extract in skin rips
test.
Key words: leather, tanning, and tea.
KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK
DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA
EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu dan Produksi Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi: Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi
Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis).
Nama
: Abdul Halim
NIM
: D14100072
Disetujui oleh
Pembimbing utama
Mochammad Sriduresta Soenarno, SPt MSc.
NIP. 19780302 201012 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof Dr Ir Muladno, MSA
NIP. 19610824 198603 1 001
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi
dengan judul Karakteristik Kulit Ceker Ayam yang Disamak dengan Kombinasi
Krom dan Mimosa serta Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis) pada Konsentrasi
Berbeda dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014
sampai April 2014 bertempat di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Mochammad
Sriduresta Soenarno, SPt MSc selaku pembimbing, ibu Ir. Komariah, MSi dan
bapak Ahmad Yani, Stp MSi selaku penguji skripsi. Penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada ayah, Dirman A. Dalimunthe, keluarga, dan teman-teman atas
doa dan dukungannya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Nadia
Aulia, Yusuf Jafar Rijali, Sahid Maswijaya, dan seluruh sahabat IPB atas semua
inspirasinya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam
penulisan.
Bogor, Desember 2014
Abdul Halim
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Sifat Fisik Kulit Samak
Kekuatan Tarik
Kekuatan Regang (kemuluran)
Kekuatan Sobek
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
ix
ix
1
1
1
2
2
2
2
2
2
8
8
9
10
11
13
13
16
17
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Diagram alir proses penyamakan kulit ceker ayam dengan
modifikasi
Pengujian kekuatan tarik
Pengujian kekuatan sobek
Hasil kulit samak
Reaksi kimia ikatan silang antara kolagen dengan krom
5
6
7
8
12
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Gambar keterangan alat dan bahan (a) peralatan dasar, (b) ceker
ayam, (c) proses pengulitan, (d) penimbangan, (e) alat
pencampuran, (f) wadah sampel, (g) pencucian, (h) tes pH, (i)
sampel kulit
Uji non parametrik Kruskal-Wallis kekuatan tarik kulit kaki ayam
Uji analisis ragam kemuluran kulit ayam
Analisis ragam kekuatan sobek kulit kaki ayam
16
17
17
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit hewan adalah lapisan yang terletak pada permukaan tubuh dan
memiliki banyak fungsi (Roddy 1978 dan Thorstensen 1985). Fungsi utama dari
kulit adalah menutup organ atau jaringan yang ada di bawahnya dan melindungi
tubuh dari pengaruh eksternal seperti mikroba, tekanan fisik serta radiasi sinar
matahari. Selain fungsi utama sebagai pelindung tubuh, dalam industri hasil
ikutan ternak, kulit hewan dikembangkan menjadi leather dan fur, sesuai dengan
pernyataan Direktorat Jenderal Aneka Industri Departemen Perindustrian (1989)
yang menyatakan bahwa salah satu arah dari pembinaan dan pengembangan
industri perkulitan adalah peningkatan produksi baik mutu maupun volume
produk kulit jadi.
Penggunaan hewan lain untuk menghasilkan produk kulit merupakan suatu
alternatif dalam pemenuhan bahan baku kulit mentah. Salah satu hasil ikutan yang
diperoleh dari Rumah Potong Ayam (RPA) dan mempunyai potensi untuk
dikembangkan adalah ceker ayam (shank). Ceker ayam merupakan kaki bagian
bawah dari tubuh ayam yang kurang diminati. Kulit ceker ayam merupakan salah
satu produk hasil ikutan ternak yang dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan kulit
seperti hiasan dompet, ikat pinggang, atasan sepatu, dan tas. Ceker ayam terdiri
atas komponen kulit, otot dan tulang dengan kandungan kolagen terutama pada
bagian kulitnya (Purnomo 1992).
Selama ini, ceker ayam baru dimanfaatkan sebagai campuran sup dan
krupuk ceker. Nilai tambah dari kedua produk tersebut masih rendah. Salah satu
komponen ceker ayam yang berpotensi untuk dikembangkan adalah kulit kaki
ayam yang memiliki komposisi kimia yang mendukung seperti kadar air 65.9%;
protein 22.98%; lemak 5.6%; abu 3.49%; dan bahan-bahan lain 2.03% (Purnomo
1991). Selain itu, yang menjadi permasalahan di industri kulit adalah limbah hasil
penyamakannya yang tidak ramah lingkungan. Hal tersebut berkaitan dengan
penggunaan bahan penyamak krom yang merupakan bahan penyamak mineral dan
dapat merusak ekosistem. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat penting
dalam penggunaan bahan penyamak yang berasal dari nabati dan bersifat ramah
lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan dalam penyamakan
kulit adalah ekstrak daun teh.
Teh merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Theaceae, genus
camelia, dan jenis Camellia sinensis (Graham 1984). Adapun kandungan teh
digunakan sebagai bahan penyamak nabati karena memiliki kandungan berupa
tanin. Menurut Nasution dan Tjiptadi (1985), kandungan tanin dalam daun teh
segar adalah sebanyak 25%.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kulit ceker ayam
dari kombinasi bahan penyamak mineral (krom) dan nabati (mimosa dan ekstrak
daun teh).
2
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi proses penyamakan kulit ceker ayam.
Kulit ceker ayam mendapat perlakuan penyamakan kombinasi antara krom,
mimosa, dan ekstrak teh, pengamatan pada konsentrasi yang berbeda, dan analisa
karakteristik kulit hasil penyamakan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu pada bulan Maret hingga
Juni 2014. Analisa kadar tanin dilakukan di Laboratorium Biofarmaka IPB. Proses
penyamakan kulit ceker ayam dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ikutan
Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis pengujian kulit dilakukan di
Laboratorium Uji Sepatu, Kulit, dan Karet, Unit Industri Kerajinan, Balai
Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat pemutar sederhana, Erlenmeyer dan
waterbath untuk proses ektraksi, botol air kemasan, pisau, timbangan, kertas pH
yang merupakan alat-alat untuk proses penyamakan. Alat-alat untuk analisis
diantaranya: penggaris, cutter, alat pengukur ketebalan, mesin uji tarik dan uji
sobek. Lampiran gambar alat terdapat pada Lampiran 1.
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah kulit ceker ayam yang berasal dari
Rumah Potong Ayam (RPA) di Kebon Pedes Bogor serta bahan penyamak nabati
berupa ekstrak daun teh dan mimosa. Bahan pembantu dalam proses penyamakan
meliputi air bersih, air hangat, soda kue (1% Na2CO3), soda api, Natrium Sulfida
(SN), Zwavelzure Amoniak (ZA), kapur, kromosal B, 1% H2SO4, 12% NaCl
(garam dapur), 0.5% Teepol, 0.5% Zenith MS, Natrium Formiat, 1% NaHCO3,
1% Oropon OR, 2% Ca(OH)2, 0.5% AsamFormiat, 0.5% Amoniak, 6% Minyak
Sulfat, HCl 4 N, Formic Acid, aquadest, dan cat dasar.
Prosedur
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan ekstrak, analisis
kadar tanin teh (Nugraha 1991), pengulitan kaki ayam (Purnomo 1992), dan
proses penyamakan ceker ayam (Purnomo 1992).
3
Bahan Penyamak Teh (Nugraha 1999)
Ekstrak daun teh diperoleh dengan cara daun teh segar dikeringkan dengan
oven pada suhu 50oC selama 1-2 hari hingga kering. Kemudian daun teh kering
tersebut dihaluskan menjadi serbuk. Sebanyak 3g serbuk di ekstraksi dengan
pelarut air. Perbandingan volume serbuk dengan pelarut 1:5. Ekstraksi dilakukan
pada suhu 70oC dengan waktu ekstraksi selama 3 jam. Setelah itu larutan tanin
dipisahkan dari ampasnya dengan cara disaring dengan menggunakan kertas
saring.
Pengulitan Kaki Ayam (Purnomo 1992)
Ceker di cuci terlebih dahulu sampai bersih dan pada sisiknya tidak
dilakukan pencabutan. Tiga buah jari ceker dipotong pada pangkal jari dan
disisakan jari tengah. Ceker ayam bagian belakang diiris dengan pisau mulai dari
bonggol atas sampai pangkal jari yang paling panjang. Bentuk potongan dikelupas
± 2 cm ke bawah lalu dijepit dengan jepitan tang.
Ceker ayam bagian yang sudah terpisah kulitnya (tulang bagian bonggol)
dijepit dengan tang. Masing-masing dipegang secara berlawanan berbeda arah,
lalu ditarik sampai kulit pada ujung jari terpisah. Daging yang ikut bersama kulit
dipotong dengan pisau.
Proses Penyamakan (Purnomo 1992)
Proses penyamakan ceker ayam dalam penelitian ini dilakukan sesuai
Purnomo (1992) dengan jenis penyamakan kombinasi yang dimodifikasi pada
tahap penyamakan sebagai berikut:
Pra Penyamakan
Penimbangan. Kulit ceker ayam dicuci supaya kotoran dan sisa garam yang
melekat pada kulit hilang. Kulit tersebut ditimbang. Hasilnya dipakai sebagai
dasar perhitungan bahan kimia pada proses perendaman dan pengapuran.
Perendaman (Soaking). Antiseptik dilarutkan ke dalam air dan
ditambahkan soda api lalu diaduk secara merata hingga tercapai pH 9-10. Soda api
ditambahkan lagi 0.1%-0.25% bila pH belum tercapai. Kulit dimasukkan ke dalam
larutan sampai terendam seluruhnya dan diaduk selama 30 menit. Kulit direndam
selama 18 jam (± 1 malam) dan dicuci selama 10 - 15 menit.
Pengapuran. SN dilarutkan dengan air panas dan diaduk. Larutan tersebut
ditambahkan kapur dan diaduk sampai larut dalam air. Kulit dimasukkan dan
diaduk selama 30 menit, lalu didiamkan 1 jam. Diaduk lagi 30 menit, lalu
didiamkan 2 jam. Kegiatan diulangi sampai 5 kali, lalu kulit terendam selama 18
jam (± 1 malam). Cek pH cairan rata-rata 11 – 12 lalu kulit dicuci sampai bersih.
Buang Sisik dan Buang Daging. Kulit dibalik agar sisik dapat dihilangkan.
Kulit bagian jari digunting menjadi lembaran. Sisiknya dihilangkan dengan cara
diremas, atau dibersihkan sisiknya dengan sikat yang halus sampai bersih. Kulit
dibalik (bagian daging di atas dan bagian rajah di bawah) dan dagingnya
dibersihkan dengan pisau.
4
Penimbangan. Kulit dicuci sampai bersih. Kulit ditimbang dan berat hasil
penimbangan ini disebut “bloten” yang digunakan sebagai dasar perhitungan
penggunaan bahan kimia untuk proses selanjutnya.
Pembuangan Kapur. ZA dimasukkan ke dalam air, lalu diaduk selama 1
jam. Asam sulfat diencerkan 10 kali dan dimasukkan bertahap sebanyak 3 kali
dengan interval waktu 15 menit. Kulit diaduk selama 2 jam, lalu direndam selama
5-7 jam. Kulit diperiksa untuk bisa masuk pada proses selanjutnya.
Pembuangan Lemak. Teepol dicampur hingga rata lalu diremas selama 45
menit. Kemudian air yang digunakan dibuang dan kulit dicuci dengan air bersih.
Proses tersebut dilakukan hingga kedua permukaan bagian rajah dan bagian
daging dipegang sudah tidak terasa berminyak.
Pengikisan Protein. Kulit dicuci sampai bersih lalu Oropon dimasukkan ke
dalam wadah berisi air hangat dan diaduk hingga Oropon larut. Kulit dimasukkan
dan diaduk selama 2 jam, lalu direndam selama 1 malam dalam larutan Oropon.
Air dibuang dan kulit dicuci dengan air sampai bersih.
Pengasaman. Garam dilarutkan dalam air lalu kulit dimasukkan ke
dalamnya dan diaduk selama 15 menit. Asam formiat dan asam sulfat masingmasing diencerkan 10 kali, lalu dimasukkan ke dalam ember yang berisi kulit
dengan cara dibagi menjadi 3 kali dengan interval waktu 15 menit. Kulit diaduk
selama 4 jam dan pengasaman cukup bila pH kulit sudah 2.5 - 3.
Penyamakan (Kombinasi)
Penyamakan. Setiap perlakuan penyamakan menggunakan bahan
penyamak (BP) yang sama, yaitu bahan penyamak mineral (krom) dan bahan
penyamak nabati (mimosa dan ekstrak daun teh), namun dengan konsentrasi yang
berbeda. Perlakuan pertama (P1) menggunakan bahan penyamak dengan
perbandingan 70:20:10, perlakuan kedua (P2) menggunakan bahan penyamak
dengan perbandingan 60:20:20, dan perlakuan ketiga (P3) menggunakan bahan
penyamak dengan perbandingan 50:20:30. Setiap perlakuan memiliki ulangan
sebanyak 3 kali.
Krom, mimosa, dan ekstrak daun teh (sesuai perlakuan) dicampurkan
dengan air dan kulit, lalu diaduk selama 4 jam terus-menerus, kemudian
ditambahkan Natrium bicarbonate yang sudah diencerkan 3 kali. Natrium
bicarbonate dibagi menjadi 3 kali dengan interval 15 menit, lalu diaduk sampai
kulit masak. Setiap 1 jam setelah pemasukan soda yang terakhir dilakukan uji
masak. Kulit sudah masak diangkat dari cairan tersebut dan dianginkan selama 1
malam.
Pasca Penyamakan
Netralisasi. Natrium formiat dimasukkan ke dalam air dan diaduk rata.
Kulit dimasukkan dan diaduk selama 45 menit. Natrium bicarbonate ditambahkan
dan diaduk selama 1 jam dan pemeriksaan pH hingga mencapai 5.5.
5
Penyamakan Ulang (Retanning) dan Pewarnaan. Mimosa dicampurkan
dengan air, lalu kulit dimasukkan dan diaduk selama 1 jam. Cat dasar yang sudah
diencerkan dengan air panas ditambahkan dan diaduk selama 1 jam. Minyak sulfat
yang sudah diencerkan dengan air panas ditambahkan dan diaduk selama 1.5 jam.
Asam Oksalat (diencerkan 10 kali) ditambahkan sekaligus dan diaduk selama 1
jam. Asam Formiat (diencerkan 10 kali) dan anti jamur ditambahkan sekaligus,
diaduk sampai cairan sisa tidak berwarna (bening).
Finishing. Kulit dikeringkan tidak langsung dengan sinar matahari ± selama
6 jam dan dijaga kelembabannya. Kulit di lembabkan dahulu ± 2 jam yang sudah
kering sebelum dilemaskan dengan alat stool. Kulit digosok searah dengan arah
jatuhnya sisik, dengan dasar botol kaca atau kulit kerang sampai mengkilap dan
halus.
Kulit ceker ayam
Pengapuran
Pra penyamakan
Pembuangan kapur dan bating
(Pengikisan protein)
Pengasaman (pickling)
Penyamakan
Penyamakan*
Netralisasi
Penyamakan
ulang
Pasca
penyamakan
Pewarnaan dan
peminyakan
Finishing
Kulit tersamak
Keterangan: * modifikasi formulasi
Gambar 1. Diagram alir proses penyamakan kulit ceker ayam dengan modifikasi
Sumber : Purnomo (1992)
6
Pengujian Kekuatan Regang (Kemuluran) (SNI 06-1795-1990)
Pengujian kekuatan regang (kemuluran) kulit diperoleh melalui perhitungan
antara selisih panjang cuplikan akhir dan panjang cuplikan awal dibagi dengan
panjang cuplikan awal yang selanjutnya dinyatakan dalam persen.
Kekuatan Regang=
Li - Lo
×100%
Lo
Keterangan:
Li = panjang contoh kulit setelah kulit ditarik sampai putus
Lo = panjang contoh kulit mula-mula pada jarak antara 2 penjepit.
Pengujian Kekuatan Tarik (SNI 06-1795-1990)
Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan cara membuat potongan kulit
berukuran 11 x 3 cm. Kulit diukur ketebalannya di 3 tempat sepanjang Lo dan dari
3 ketebalan tersebut diambil ukuran ketebalan terkecil.
Lebar kulit diukur di sepanjang wilayah Lo, diukur 3 bagian lebar dan
diambil ukuran lebar yang terkecil. Pengukuran dilakukan dengan ketelitian 0.01
mm. Setelah itu potongan kulit siap untuk diuji dan dipasang pada penjepit. Mesin
dijalankan dan penarikan dilakukan sampai kulit putus.
Kekuatan Tarik =
Fmaksimum
kg cm-2
t×w
Keterangan:
F maksimum = beban maksimum kulit sampai putus (kg)
t
= tebal contoh kulit (cm)
w
= lebar contoh kulit (cm)
Gambar 2. Pengujian kekuatan tarik
Pengujian Kekuatan Sobek (SNI 06-1794-1990)
Pengujian kekuatan sobek dilakukan dengan dibuat cuplikan dengan arah
pemotongan sejajar dan tegak lurus dengan garis punggung, masing-masing 3
buah cuplikan. Cuplikan dengan ukuran 10 x 2 cm, kemudian membuat lobang X
dengan diameter 0.2 cm yang berjarak 2.5 cm dari E ke X, kemudian membuat
7
irisan dari lobang X memanjang ke F sehingga cuplikan memanjang dan
berbentuk lidah.
Tebal cuplikan diukur pada 3 tempat dengan alat ukur tebal kulit. Diambil
yang paling kecil dari ketiga ukuran tersebut. Hasil yang terkecil dinyatakan
sebagai tebal cuplikan. Kemudian mesin dijalankan dan penarikan dilakukan
sampai culikan tersobek sempurna.
Kekuatan Sobek=
G
kg cm-1
t
Keterangan:
G= beban tarikan (kg); 1 kg = 9.8066 N
T= tebal cuplikan (cm)
Gambar 3. Pengujian kekuatan sobek
Rancangan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, setiap perlakuan menggunakan 3 ulangan
sehingga penelitian terdiri dari 12 unit percobaan. Berikut merupakan rancangan
perlakuan yang digunakan dalam penelitian :
Perlakuan:
P0 = Krom 100% (kontrol)
P1 = Krom 70%, mimosa 20%, dan ekstrak daun teh 10%
P2 = Krom 60%, mimosa 20%, dan ekstrak daun teh 20%
P3 = Krom 50%, mimosa 20%, dan ekstrak daun teh 30%
8
Model matematika rancangan acak lengkap menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Pi + Ɛij
Keterangan:
Yij: Nilai pengamatan peubah uji (kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan
sobek) kulit kaki ayam yang disamak pada perlakuan ke-i (0, 1, 2, dan 3)
dan ulangan ke-j (1, 2, dan 3);
µ : Rataan nilai peubah uji (kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek)
kulit kaki ayam yang disamak;
Pi : Pengaruh perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2, dan 3);
Ɛij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2, dan 3)
pada ulangan ke-j (1, 2, dan 3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Sifat Fisik Kulit Samak
Proses penelitian dilakukan daalam satu tahap yaitu proses penyamakan
kulit ceker ayam, dan pengujian karakteristik kulit ceker ayam. Tahap proses
dilakukan untuk menentukan kulit ceker ayam tersamak terbaik berdasarkan
bahan penyamak kombinasi, dilanjutkan dengan pengujian sifat fisik kulit ceker
ayam tersamak meliputi uji kekuatan tarik, kekuatan sobek dan kekuatan regang
atau kemuluran. Berikut merupakan hasil kulit yang telah disamak pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil kulit samak
Menurut Purnomo (1992), salah satu syarat penting untuk mengetahui
kualitas kulit adalah dengan mengetahui kekuatan kulit, yakni kekuatan tarik dari
kulit tersebut. Selain itu, Pahlawan dan Kasmudjiastuti (2012) menambahkan
bahwa sifat kuat tarik kulit menggambarkan kuatnya ikatan antara serat kolagen
penyusun kulit dengan zat penyamak. Selain itu, penelitian ini menunjukkan nilai
kemuluran dari kulit kaki ayam. Semakin panjang ukuran kulit saat putus, maka
nilai kemuluran yang dihasilkan semakin besar. Menurut Jayaningrat (2013),
9
perpanjangan putus (kemuluran) menunjukkan nilai keelastisan kulit. Kemuluran
yang tinggi menunjukkan kulit tersebut bermutu baik dan tidak mudah sobek,
tidak kaku maupun putus saat digunakan (Jayaningrat 2013).
Kekuatan sobek menunjukkan batas maksimum kulit tersebut untuk dapat
sobek. Fahidin (1977) menyatakan bahwa kulit yang disamak dengan
menggunakan bahan penyamak dengan kadar tinggi akan memiliki ketahanan
sobek yang tinggi. Data hasil pengujian kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan
sobek kulit kaki ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan nilai kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit kaki
ayam sesuai perlakuan
Perlakuan
Parameter
P0
P1
P2
P3
Kekuatan
tarik
94.66±4.67a 148.01±26.47ab 102.74±8.07bc 135.11±9.7c
-2
(kg cm )
Kemuluran
32.40±11.76 28±2.95
33.60±6.43
33.47±8.71
(%)
Kekuatan
14.55 ±
19.32 ±
sobek
20.99 ± 2.58ab
24.47 ± 6.04b
2.39a
2.026ab
(kg cm-1)
Keterangan : angka-angka yang disertai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukan
berbeda nyata
Kekuatan Tarik
Sifat kuat tarik kulit menggambarkan adanya kuat ikatan antara serat
kolagen penyusun kulit dengan zat penyamak. Kekuatan tarik adalah besarnya
gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus yang
dinyatakan dalam kg cm-2 atau N cm-2 (BSN 1990a). Proses penyamakan yang
baik akan menghasilkan hasil kulitdengan nilai kekuatan tarik yang tinggi
(Pahlawan dan Kasmudjiastuti 2012). Kekuatan tarik yang diukur dapat dilihat
pada Tabel 1.
Hasil analisis pengujian non parametrik menunjukkan konsentrasi ekstrak
daun teh yang berbeda pada proses penyamakan nabati memberikan pengaruh
berbeda nyata (P0.05) terhadap kekuatan kemuluran kulit ceker samak. Setiap
perlakuan memiliki hasil yang dapat dikatakan sama. Perlakuan P2 menunjukan
hasil yang terbaik jika dibandingkan dengan P0, P1, dan P3 secara deskriptif. Hal
ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya penambahan ekstrak daun teh
menunjukan kualitas yang tidak berbeda. Bahan penyamak nabati pada perlakuan
P2 tersebut memiliki kualitas yang sama dengan krom dengan nilai 33.60±6.43%
dibandingkan dengan bahan penyamak nabati lainnya. Perlakuan P2
menggunakan ekstrak daun teh 20% sebagai kombinasi bahan penyamak kulit.
Penambahan penyamak nabati memiliki kualitas kemuluran lebih tinggi
11
dibandingkan krom. Persentase kemuluran dipengaruhi pada proses peminyakan
yang membuat lapisan rajah terlindungi dari kekeringan (Judoamidjojo 1981).
Menurut Judoamidjojo (1974) mekanisme kemuluran disebabkan oleh
hilangnya elastin mulai dari pengawetan hingga penyamakan. Elastin merupakan
merupakan protein fibrous yang membentuk serat yang sangat elastis, karena
mempunyai rantai asam amino yang membentuk sudut sehingga pada saat
mendapat tegangan akan menjadi lurus dan kembali seperti semula apabila
tegangan tersebut dilepaskan, sehingga hilangnya elastin pada protein kulit akan
mengurangi elastisitas kulit samak (Judoamidjojo 1974).
Menurut Oetojo (1996) tinggi atau rendahnya kandungan asam bebas di
dalam kulit samak krom basah, mempengaruhi kemampuan emulsi minyak untuk
masuk kedalamnya. Hal ini menyebabkan makin rendah pula jumlah fiber kulit
yang dilapisi oleh emulsi minyak sehingga akan menghasilkan nilai kemuluran
kulit yang rendah atau sebaliknya (Oetojo 1996).
Kemuluran kulit samak dipengaruhi oleh penambahan bahan nabati, jenis
kelamin, dan umur hewan.Kulit ceker yang disamak memiliki nilai kemuluran
yang tinggi. Kemuluran yang tinggi disebabkan oleh kandungan tanin pada
ekstrak teh sehingga meningkatkan kemuluran kulit. Purnomo (1985) menyatakan
bahwa pada kulit yang disamak dengan bahan nabati didapatkan kulit yang berisi,
padat, tetapi kaku sehingga kemulurannya rendah. Kemuluran kulit dapat
dipengaruhi oleh kadar tannin yang terdapat pada bahan penyamak yang
digunakan. Rendahnya kemuluran adalah akibat dari meningkatnya ikatan seratserat kulit oleh bahan penyamak dan berubahnya serat menjadi struktur kulit yang
kompak. Minyak sebagai bahan pelemas terhambat oleh srtuktur kulit yang
kompak yang menyebabkan kaku pada kulit.
Nilai kemuluran kulit yang dihasilkan yaitu konsentrasi 20% penambahan
ekstrak daun teh merupakan konsentrasi yang paling optimal untuk kemuluran
kulit samak. Kemuluran kulit samak dengan penambahan ekstrak daun teh10%,
20%, dan 30% kurang baik digunakan sebagai bahan pembuatan alas kaki bagian
atas karena kemuluran maksimal untuk bahan alas kaki bagian atas adalah 55%
(BSN 2009).
Kekuatan Sobek
Kekuatan sobek menunjukkan batas maksimum kulit tersebut untuk dapat
sobek. Fahidin (1977) menyatakan bahwa kulit yang disamak dengan
menggunakan bahan penyamak dengan kadar tinggi akan memiliki ketahanan
sobek yang tinggi. Kekuatan sobek yang diukur dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil analisis pengujian parametrik menunjukkan konsentrasi ekstrak daun
teh yang berbeda pada proses penyamakan nabati memberikan pengaruh tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap kekuatan sobek kulit ceker samak. Setiap
perlakuan memiliki hasil atau pengaruh yang dapat dikatakan sama. Perlakuan P3
menunjukan hasil yang terbaik jika dibandingkan dengan P0, P1, dan P2 secara
deskriptif. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya penambahan ekstrak
daun teh menunjukan kualitas yang tidak berbeda. Bahan penyamak nabati pada
perlakuan P3 memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan krom dengan nilai
24.47±6.04 kg cm-1 dibandingkan dengan bahan penyamak nabati lainnya.
12
Perlakuan P3 menggunakan ekstrak daun teh 30% sebagai kombinasi bahan
penyamak kulit. Penambahan penyamak nabati memiliki kualitas kekuatan sobek
lebih tinggi dibandingkan krom. Hasil rata-rata pengukuran kekuatan tarik kulit
ceker ayam dengan adanya penambahan ekstrak daun teh memenuhi standar (BSN
1998) persyaratan nilai kekuatan sobek minimal adalah 16.5078 kg cm-1.
Suparno dan Wahyudi (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi daya tahan
sobek maka mutu yang dihasilkan semakin bagus dan kekuatan sobek kulit samak
dipengaruhi oleh ketebalan, arah serat kolagen, dan sudut serat kolagen terhadap
lapisan grain. Tenunan kolagen yaitu hipodermis atau tenunan subcutis
merupakan penyusun utama dan bagian pokok pembentuk kulit samak karena
menjadi penghubung korium dengan bagian lain dari tubuh (Judoamidjojo 1981).
Adanya konsentrasi tanin pada ekstrak daun teh yang semakin besar akan
memperkuat struktur komposisi serat dari kulit. Untari dkk (1995) menyatakan
bahwa besar kecilnya kekuatan sobek sejalan dengan kadar penyamak yang
terkandung dalam kulit samaknya dan penampilan fisik kulit akan mencerminkan
kandungan zat penyamak di dalam kulit tersebut. Ini berarti bahwa besarnya
kekuatan sobek menunjukan derajat kestabilan antara bahan penyamak dan
lapisan kulit.
Struktur jaringan kulit yang berpengaruh terhadap kekuatan kulit adalah
kolagen. Serabut kolagen tersusun dalam berkas-berkas kolagen yang saling
beranyaman. Sudut yang dibentuk oleh anyaman dan kepadatan berkas serabut
kolagen inilah yang menentukan tinggi rendahnya kekuatan sobek (Mann 1981).
Kekuatan sobek kulit tersamak juga dipengaruhi oleh perubahan struktur
kulit dan tingginya komposisi protein serat didalam kulit. Serabut-serabut kulit
akan mengalami kontraksi pada saat pengapuran dan pengikisan protein sehingga
kekuatan sobeknya akan menjadi rendah, selanjutnya kekuatan sobek akan
meningkat bila serabut-serabut kolagen mengadakan ikatan dengan krom dalam
kompleks krom (Purnomo 1985). Kestabilan kulit dipengaruhi oleh ikatan silang
antara krom dengan protein kulit (Purnomo 1992). Ikatan silang antara krom dan
kolagen dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Reaksi kimia ikatan silang antara kolagen dengan krom
Sumber : Purnomo (1992)
13
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Konsentrasi terbaik dari kombinasi penggunaan ekstrak teh dan mimosa
terhadap karakteristik fisik (pengujian kekuatan tarik, kekuatan sobek, dan
kemuluran) kulit ceker ayam tersamak adalah penambahan ekstrak teh 10% pada
pengujian kekuatan tarik memenuhi standar (BSN 1998) dan 30% ekstrak teh
pada pengujian kekuatan sobek memenuhi standar (BSN 1998) persyaratan nilai
kekuatan sobek.
Saran
Hasil produk penelitian dapat dijadikan bahan baku pembuatan kerajinan
kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Alfindo T. 2009. Penyamakan kulit ikan tuna (Thunus sp) menggunakan kulit
akasia (Acacia mangium Wild) terhadap mutu fisik kulit [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (ID)
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1989. SNI 06-1117-1989. Cara Uji
Kekuatan Jahit. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1990a. SNI 06-1795-1990. Cara Uji
Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi
Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1990b. SNI 06-1794-1990. Cara Uji
Kekuatan Sobek dan Kekuatan Sobek Lapisan Kulit. Jakarta (ID): Badan
Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 06-4586-1998. Kulit Jadi Dari
Kulit Ular Air Tawar. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 0253:2009. Kulit Bagian Atas
Alas Kaki-Kulit Kambing. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
Direktur Jenderal Aneka Industri, Departemen Perindustrian. 1989. Kebijaksanaan
Pemerintah dalam Upaya Pengembangan Industri Perkulitan di Indonesia.
Di dalam W. Harjosubroto, M. Soejono dan S. Djojowidagdo (eds).
Proceedings Seminar Perkulitan Nasional. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (ID).
Fahidin.1977. Pengolahan Hasil Ternak Unit Pengolahan Kulit. Bogor (ID):
Departemen Pertanian, Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan
Pertanian, Sekolah Pertanian Pembangunan (SNAKMA).
Fahidin, Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Bogor (ID). Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
14
Graham HN. 1984. Tea : the plant and its manufacture : chemistry and
consumption of the beverage. Di dalam: Liss AR, editor. The
Methylxanthine Beverages and Foods: Chemistry, Consumption, and
Health Effect. Prog Clin Biol Rev. 1984 : 29-74.(GB)
Haslam E. 1993. Pholiphenol complexation. J Leather Intern, 198 (4652) : 59-71.
Herawati SY. 1996. Pengaruh kadar Cr2O3 dalam penyamakan kulit tuna
(Thunnus albacores) terhadap mutu kulit tersamaknya. [skripsi]. Teknologi
Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor (ID).
Jayaningrat MSP. 2013. Penentuan konsestrasi bahan penyamak aldehida dan
minyak biji karet untuk penyamakan kulit samoa pada skala pilot plant
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Judoamidjojo RM. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Judoamidjojo RM. 1981. Teknik Penyamakan Kulit Pedesaaan. Bandung (ID):
Angkasa.
Kanagy JR. 1977. Physical and performance properties of leather. In: The
Chemistry And Technology Of Leather. Vol. 4 Ed. New York (US): Fred O
Flaherty.
Mann I. 1981. Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan. Judoamidjojo RM,
penerjemah; Soekarbowo P, editor. Bandung (ID): Angkasa. Terjemahan
dari: Rural Tanning Technique.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab.Bogor (ID): IPB Pr.
Nasution Z, Tjiptadi W. 1985. Pengolahan Teh. Bogor (ID): Agroindustri Pr.
Nugraha G.1991. Pemanfaatan tanin dari kulit kayu akasia (Acacia Mangium
Wild) sebagai bahan penyamak nabati [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Teknologi Petanian. Institut Pertanian Bogor.
O’ Flaherty F, Roddy WT. 1978. The Chemictry and Technology of Leather Vol.
IV. New York (US): Reinhold Publishing.
Oetojo, B. 1996. Penggunaan campuran kuning telur dan putih telur untuk
peminyakan kulit. Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik. 12 (24) : 4753.
Pahlawan IF, Kasmudjiastuti E. 2012. Pengaruh jumlah minyak terhadap sifat
fisis kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) untuk bagian atas
sepatu.Yogyakarta (ID): Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik.
Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Yogyakarta
(ID): Akademi Teknologi Kulit.
Purnomo E. 1991. Penyamakan Kulit Reptil. Yogyakarta (ID):Penerbit Kanisius.
Purnomo E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Roigl M, Segarral V, Bertazzol M, Martinezl MA, Ferrerl J, Raspi2 C. 2012.
Chrome-free leather, tanned with oxazolidine. Journal of Aqeic 63: 101110.
Suparno O, Wahyudi E. 2012. Pengaruh konsentrasi natrium perkarbonat dan
jumlah air pada penyamakan kulit samoa terhadap mutu kulit samoa. J
Teknol Indust Pertanian. 22 (1):1-9.
Suramto, Pertiwi S, Widhiati. 1993. Pengaruh perbedaan lama pengawetan dengan
garam terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit kaki ayam pedaging
15
samak krom.Yogyakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Barang Kulit, Karet dan Plastik.
Untari S. 2000. Penyamakan Kulit Ikan Pari. Yogyakarta (ID): Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP).
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar keterangan alat dan bahan (a) peralatan dasar, (b) ceker
ayam, (c) proses pengulitan, (d) penimbangan, (e) alat pencampuran, (f) wadah
sampel, (g) pencucian, (h) tes pH, (i) sampel kulit
(a)
(b)
(c)
Peralatan dasar
Ceker ayam
Proses pengulitan
(d)
(e)
(f)
Penimbangan
Alat pencampuran bahan
Wadah sampel
(g)
(h)
(i)
Pencucian
Tes Ph
Sampel kulit
17
Lampiran 2 Uji non parametrik Kruskal-Wallis kekuatan tarik kulit ceker ayam.
Perlakuan
N
Median
P
0
3
96.97
0.034
1
3
133.33
2
3
102.63
3
3
135.90
Lampiran 3 Uji analisis ragam kemuluran kulit kaki ayam
SK
Db
JK
KT
Perlakuan
3
60.
20.0
Galat
8
528.5
66.1
Total
11
588.5
F
0.30
Lampiran 4 Uji analisis ragam kekuatan sobek kulit kaki ayam
SK
Db
JK
KT
F
Perlakuan
3
152.90
51.00
3.85
Galat
8
105.20
13.20
Total
11
258.90
P
0.823
P
0.057
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1991 dari pasangan
Dirman Ansyari Dalimunthe dan Roslaini Siregar. Penulis merupakan anak ketiga
dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 saudara laki-laki yaitu Okto Rosihanmora dan
Iskandar. Penulis menyelesai pendidikan di SMAIT Nurul Fikri tahun 2010.
Penulis diterima di Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM) 2010.
Penulis aktif dalam organisasi HIPMI PT IPB sebagai ketua eksternal, aktif
dalam organisasi PEMUDA HSBC sebagai ketua kontingen Jawa Barat dan
organisasi HIMAPROTER sebagai anggota. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Teknologi Hasil Ikutan Ternak tahun 2014.