Cadangan Karbon Tegakan Mangrove di Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

CADANGAN KARBON TEGAKAN MANGROVE
DI DESA PASAR BANGGI
KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

NADYA AYU OKTARIZA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Cadangan Karbon
Tegakan Mangrove di Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014

Nadya Ayu Oktariza
NIM E14100081

ABSTRAK
NADYA AYU OKTARIZA. Cadangan Karbon Tegakan Mangrove di Desa Pasar
Banggi Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh MUHDIN.
Hutan mangrove biasanya difungsikan sebagai upaya pencegahan abrasi
pantai dan tempat budidaya ikan (tambak). Secara ekologis tegakan mangrove
berpotensi sebagai penyimpan cadangan karbon. Hutan mangrove yang terletak di
Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang ini merupakan kawasan konservasi. Di
sana terdapat empat jenis tanaman mangrove yaitu Rhizophora mucronata,
Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, dan Avicennia marina. Penelitian ini
bertujuan untuk menduga biomassa, cadangan karbon, dan serapan CO2
menggunakan metode perhitungan atas dasar per pohon dan atas dasar nilai
diameter tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai biomassa,
cadangan karbon dan serapan CO2 hutan mangrove menggunakan metode

perhitungan atas dasar per pohon berturut-turut yaitu 341.352 ton, 160.436 ton,
dan 588.799 ton. Penggunaan metode perhitungan atas dasar nilai diameter tengah
tidak dapat digunakan untuk menduga biomassa, cadangan karbon dan serapan
CO2 hutan mangrove di Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang karena memiliki
perbedaan yang signifikan.
Kata kunci: mangrove, biomassa, cadangan karbon, serapan CO2, pendugaan

ABSTRACT
NADYA AYU OKTARIZA. Standing Carbon Stocks of Mangrove in
PasarBanggi Village, Rembang Regency. Central Java. Supervised by MUHDIN.
Mangroves are usually used as a prevention of coastal erosion and the fish
farming (ponds). Ecologically mangrove has potential as carbon stocks.
Mangroves that located in Pasar Banggi Village Rembang Regencyhave a
function as conservation area. There are four types of mangroves such as
Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, and Avicennia
marina. The purposes of this study are to calculate the biomass,the carbon stocks
and CO2 sequestration estimation using per tree method and midpoint diameter
calculation method. The result showed that the value of the biomass, carbon
stocks, and CO2 sequestration consecutively are 81.274 ton/ha, 38.199 ton/ha, dan
140.190 ton/ha. The use of midpoint diameter calculation method can not be

applied to find out the value of the biomass, carbon stocks, and CO2 sequestration
in mangrove of Pasar Banggi Village Rembang Regency because it has a
significant difference.
Keywords:mangrove, biomass, carbon stocks, CO2 sequestration, estimation

CADANGAN KARBON TEGAKAN MANGROVE
DI DESA PASAR BANGGI
KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

NADYA AYU OKTARIZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Cadangan Karbon Tegakan Mangrove di Desa Pasar Banggi
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
Nama
: Nadya Ayu Oktariza
NIM
: E14100081

Disetujui oleh

Dr Ir Muhdin, MScFTrop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah karbon,
dengan judul Cadangan Karbon Tegakan Mangrove di Pasar Banggi Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah..
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Muhdin M Sc F Trop selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi ilmu, saran, dan nasihat dalam
membimbing penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada
Bapak Sahal selaku Ketua Kelompok Tani di Desa Pasar Banggi yang
membimbing penulis saat di lapangan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayah, Ibu, seluruh Keluarga, serta seluruh teman perjuangan Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB angkatan 47 atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Nadya Ayu Oktariza

E14100081

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

3

Waktu dan Tempat


3

Alat dan Bahan

3

Metode Pengambilan Data

3

Pengolahan Analsisi Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


9

Penentuan Persamaan Nilai Tinggi

9

Hasil Pendugaan Volume, Biomassa, Cadangan Karbon, dan Serapan CO2
SIMPULAN DAN SARAN

13
14

Simpulan

14

Saran

14


DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6


Nilai diametertengah per kelas diameter
Nilai kerapatan kayu beberapa jenis kayu di hutan mangrove
Sebaran jumlah pohon per kelas diameter
Model regresi masing – masing jenis mangrove di Desa Pasar Banggi
Indikator nilai koefisien kolerasi
Nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon dan serapan CO2
totalpohon contoh dengan perhitungan atas dasar per pohon (M1) dan
nilai diameter tengah (M2)
7 Nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon dan serapan CO2per
hektar
8 Hasil pengurangan M1 dengan M2 pendugaan serapan CO2 pohon
contoh pada masing-masing jalur

5
6
10
12
13

13
14
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Sketsa penempatan jalur contoh
Bentuk plot ukur dalam transek (jalur)
Sketsa lokasi penelitian
Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Rhizophora
mucronata
5 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Rhizophora
apiculata
6 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Sonneratia
alba
7 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Avicennia
marina

4
4
9
10
11
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon (C), dan serapan
CO2 menggunakan metode perhitungan atas dasar per pohon
2 Hasil nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon (C), dan serapan
CO2 menggunakan metode perhitungan atas dasar nilai tengah diameter

16
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia termasuk dalam tipe hutan hujan tropika. Pengelompokan hutan
hujan tropika terbagi bersadarkan ketinggian tempat, iklim, physiognomi,
sosiologi vegetasi, dan khusus (Azonal). Hutan mangrove termasuk dalam
klasifikasi hutan hujan tropika pada kondisi khusus (Azonal). Tegakannya
didominasi oleh jenis Rhizophora, Avicennia, dan Bruguiera. Berbeda dengan tipe
hutan lainnya, keunikan hutan mangrove terpengaruh pasang surut air laut.
Pada umumnya ekosistem hutan mangrove hanya difungsikan sebagai upaya
pencegahan abrasi pantai dan sebagai budidaya ikan (tambak). Selain fungsi
tersebut, secara ekologis tegakan mangrove juga berpotensi sebagai perosot emisi
karbon (CO2) (Purnobasuki 2012). Di Indonesia hutan mangrove membentang di
pantai sepanjang 80 000 km. Hutan mangrove dalam setengah abad terakhir
mengalami penurunan 30%-50% karena penebangan yang berlebihan (Donato et
al. 2012). Hal ini berpengaruh pada besarnya emisi karbon yang dapat diserap
oleh hutan mangrove.
Perhitungan simpanan karbon dalam ekosistem mangrove secara
keseluruhan dilakukan dengan mengukur biomassa tegakan. Penelitian mengenai
cadangan karbon tegakan mangrove untuk memperkirakan kandungan karbon
masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan topik tersebut. Hutan
mangrove yang berada di Desa Pasar Banggi termasuk ke dalam potensi hutan
yang belum diketahui. Masyarakat melarang adanya penebangan mangrove di
daerah ini. Oleh karena itu, metode yang dilakukan untuk pendugaan cadangan
karbon yaitu pengukuran dimensi pohon yang bersifat non-destruktif.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya cadangan karbon dan
serapan CO2 pada tegakan mangrove di Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan hasil antara metode yang perhitungan atas
dasar per pohon dengan metode perhitungan atas dasar nilai tengah diameter.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai biomassa,
cadangan karbon, dan serapan karbon CO2 tegakan mangrove yang ada di Desa
Pasar Banggi dan memperoleh metode yang lebih praktis dalam menghitung
cadangan karbon.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi Hutan Mangrove
Hutan Mangrove merupakan formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit
subropika yang terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur dan sedikit
berpasir, serta mendapat pengaruh pasang surut air laut (Arief 2003). Ada sekitar
lima jenis vegetasi yang ditemukan pada hutan mangrove di Indonesia, yaitu
Avicennia, Rhizophora, Sonneratia, Bruguiera, dan Nypha. Dalam hal asosiasi di
hutan mangrove di Indonesia, asosiasi antara Bruguiera spp. dengan Rhizophora
spp. sering ditemukan terutama di zona terdalam. Dari segi keanekaragaman jenis,
zona transisi peralihan antara hutan mangrove dengan hutan rawa merupakan zona
dengan jenis yang beragam (Kusmana 1995). Tumbuhan mangrove bersifat unik
karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di
laut mengingat habitat dari mangrove berada di pinggir pantai atau pesisir.
Faktor yang mempengaruhi zonasi hutan mangrove terkait respon dari jenis
tanaman yaitu salinitas, pasang-surut, dan keadaan tanah. Kondisi tanah
merupakan faktor yang besar dalam membentuk zonasi penyebaran tanaman dan
hewan (Hapsari 2011). Formasi hutan mangrove biasanya didahului oleh jenis
Sonneratia dan Avicennia sebagai pionir yang memagari daratan dari kondisi laut
dan angin. Jenis tersebut mampu hidup di tempat terendam air waktu pasang
karena mempunyai akar pasak. Mengarah ke daratan banyak ditumbuhi jenis
Rhizophora spp. Tempat tumbuh pada jenis ini tidak selalu terendam air walau
kadang terendam air. Jenis Bruguiera spp. tumbuh semakin menjauh dari lautan
menuju ke daratan. Kondisi tanahnya agak keras karena jarang terendam air laut.
(Murdiyanto 2003). Jenis tegakan mangrove yang ada di Desa Pasar Banggi yaitu
Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba. dan Avicennia
marina. Sebagian besar didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata.

Biomassa
Hutan adalah salah satu rosot karbon yang penting. Kemampuan rosot
karbon tersebut terdapat pada biomassa. Biomassa juga dapat diartikan sebagai
berat kering seluruh makhluk hidup. Terdapat empat metode dalam menghitung
biomassa yaitu Destructive Sampling (sampling dengan pemanenan), NondestructiveSampling (sampling tanpa pemanenan), pendugaan melalui
penginderaan jauh, dan pembuatan model (Soemarwoto 1998).
Metode non-destruktif merupakan cara sampling dengan melakukan
pengukuran tanpa melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan
dengan mengukur tinggi atau diameter pohon dan menggunakan persamaan
alometrik untuk mengekstrapolasi biomassa. Biasanya metode ini digunakan pada
kawasan yang memiliki tujuan khusus seperti kawasan konservasi yang tidak
memperbolehkan adanya penebangan.

3
Penyerapan Karbon pada Hutan Mangrove
Manfaat langsung dari keberadaan hutan diantaranya adalah kayu dan hasil
hutan bukan kayu, sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah jasa lingkungan,
baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen
dan penyerap karbon. Kerusakan hutan, perubahan iklim dan pemanasan global,
menyebabkan manfaat tidak langsung dari hutan berkurang, karena hutan
merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan yang penting dalam
siklus karbon global.
Pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan cocok untuk penyerapan dan
penyimpanan karbon. Hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon
dibandingkan dengan penghasil karbon. Penyerapan emisi gas buang menjadi
maksimal karena mangrove memiliki sistem akar napas dan keunikan struktur
tumbuhan pantai (Purnobasuki 2012). Selain untuk pembenihan tambak dan
melindungi daerah pesisir dari abrasi, tanaman mangrove mampu menyerap emisi
yang terlepas dari lautan dan udara.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Waktu pengambilan data dilakukan pada
bulan Juni 2014.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, kalkulator,
tally sheet, pita ukur, haga, dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan
software Curve Expert 1.4, Microsoft Word 2007, dan Microsoft Excel 2007.
Objek penelitian ini adalah tegakan mangrove jenis Rhizophora mucronata,
Rhizophora apiculata, Sonneratia alba. dan Avicennia marina seluas 42 ha.

Metode Pengambilan Data
Pengambilan pohon contoh menggunakan systematic line sampling with
random start dengan starting point secara acak, selanjutnya dibuat transek (jalur)
dari zona belakang mangrove ke arah garis pantai. Jumlah jalur yang dibuat
sebanyak dua belas jalur dengan jarak antar jalur 250 m (Gambar 1). Tegakan
mangrove ini membentang sepanjang tiga kilometer dan memiliki lebar tidak
merata antara lima puluh meter sampai dua ratus meter. Hal tersebut
menyebabkan panjang jalur bervariasi menurut ketebalan garis hijau. Bentuk plot
yang dipakai berbentuk persegi dengan ukuran 10 m × 10 m. Pengukuran
dilakukan pada tingkat pancang dalam petak berukuran 5 m × 5 m dan pohon pada

4
petak berukuran 10 m × 10 m. Data pohon yang diambil yaitu diameter dan tinggi
pohon. Batasan diameter untuk tingkat pancang yaitu 1 cm sampai 10 cm
sedangkan untuk tingkat pohon yaitu ≥ 10 cm. Bentuk transek menggunakan
metode kuadrat plot (Gambar 2).

Gambar 1 Sketsa penempatan jalur contoh

Gambar 2 Bentuk plot ukur dalam transek (jalur)
Metode pendugaan dimensi tegakan atas dasar diameter tengah memerlukan
persamaan tinggi. Untuk menyusun persamaan kurva tinggi diperlukan data
diameter dan tinggi pohon contoh. Persamaan kurva tinggi diperoleh dengan
menggunakansoftware Curve Expert 1.4.
Pengolahan dan Analisis Data
Pendugaan Volume Tegakan
Pendugaan volume tegakan ini dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
atas dasar per pohon dan metode perhitungan menggunakan diameter tengah per
kelas diameter.
Metode perhitungan volume atas dasar per pohon:
1 Menghitung volume per pohon contoh:

5
= Volume pohon contoh ke-i (m3)

(m2) = luas bidang dasar pohon ke-i
T
= Tinggi pohon ke-i (m)
f
= Angka bentuk = 0.7 (Onrizal 2008)
Menghitung volume total pohon contoh:

Keterangan:

2

Keterangan:
3

= Total volume pohon contoh berdasarkan metode
volume per pohon (m3)
Menghitung volume total populasi:

Keterangan:
A

1

= Total volume pohon populasi (m3)
= Luas total tegakan mangrove (ha)
= Luas sampel tegakan mangrove (ha)

Metode perhitungan volume atas dasar kelas diameter:
Menentukan kelas diameter pohon
Tabel 1 Nilai diameter tengah per kelas diameter
Kelas diameter
1
2
3
4
5
6
7
8

Rentang diameter
1–5
6 – 10
11 – 15
16 – 20
21 – 25
26 – 30
31 – 35
36 – 40

Nilai diameter tengah(cm)
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
37.5

2

Menghitung tinggi pohon menggunakan persamaan tinggi yang dibuat dengan
menggunakan Curve Expert 1.4 pada setiap kelas diameter.
3 Menghitung volume pohon pada diameter tengah per kelas diameter:
(
)( )
Keterangan:
= Volume pohon contoh ke-j (m3)

(m2) = pada kelas diameter ke-j
= Tinggi pohon berdasarkan persamaan tinggi (m)
f
= Angka bentuk = 0.7
4 Menghitung volume total pohon contoh pada masing – masing kelas diameter:
Keterangan:

5

= Total volume pohon contoh berdasarkan
diameter tengah setiap kelas diameter (m3)
nj
= Jumlah pohon contoh pada masing – masing
kelas diameter ke-j
Menghitung volume total populasi melalui persamaan berikut:
( ) ⁄

6
Keterangan:

= Total volume pohon populasi dengan diameter
bilangan tengah

Pendugaan Biomassa Tegakan
Pendugaan biomassa pada penelitian ini menggunakan metode nondestruktif yaitu mengalikan volume hasil inventarisasi dengan nilai kerapatan
kayu dan BEF (Biomass Expansion Factor). Nilai BEF yang digunakan sebesar
1.3 (IPPC 2003). Nilai kerapatan ditentukan sesuai jenis pohonnya(Tabel 2).
Tabel 2 Nilai kerapatan kayu beberapa jenis pohon di hutan mangrove
No
1
2
3
4

Nama Latin
Rhizophora mucronata
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba
Avicennia marina

Kerapatan Kayu (Kg/m3)
820
850
630
520

Sumber: Zanne et al. 2009.

Menduga biomassa tegakan atas dasar per pohon:
1 Menduga biomassa per pohon:
Keterangan:
WD
pohon

=

= Biomassa pohon ke-i (Kg)
= Volume pohon (m3)
Kerapatan Kayu (Wood density) sesuai jenis

BEF = Biomass Expansion Factor = 1.3
2 Menghitung biomassa total pohon melalui persamaan berikut:
Keterangan:

= Biomassa total pohon contoh berdasarkan
metode per pohon (Kg)
3 Menghitung biomassa total populasi dengan persamaan berikut:

Keterangan:
= Total biomassa pohon pada populasi
berdasarkan metode per pohon (Kg)
Menduga biomassa tegakan dasar kelas diameter:
1 Menduga nilai biomassa pada masing-masing pohon per kelas diameter:
( )
Keterangan:
= Biomassa pohon contoh berdasarkan diameter
tengah setiap kelas diameter per jenis pohon
(Kg)
2 Menghitung biomassa total pohon contoh pada masing – masing kelas
diameter:
Keterangan:

= Total biomassa pohon contoh (Kg)
= Jumlah pohon contoh pada masing – masing
kelas diameter ke-j

7
3

Menghitung biomassa total populasi:
( ) ⁄
Keterangan:
= Total biomassa pohon pada populasi
berdasarkan diameter tengah setiap kelas
diameter (Kg)

Pendugaan Cadangan Karbon
Metode atas dasar per pohon:
1 Menduga potensi cadangan karbon:
Keterangan:

= Total dugaan karbon pohon contoh berdasarkan
metode per pohon (Kg)
= Faktor konversi biomassa ke karbon = 0.47
(IPCC 2006)
2 Menghitung dugaan cadangan karbon:

Keterangan:
= Total dugaan karbon pohon pada populasi
berdasarkan metode per pohon (Kg)

1

Metode atas dasar kelas diameter:
Menduga potensi cadangan karbon:

( )
Keterangan:
= Total dugaan karbon pohon contoh berdasarkan
kelas diameter (Kg)
= Faktor konversi biomassa ke karbon = 0.47
(IPCC 2006)
2 Menghitung dugaan cadangan karbon:

Keterangan:
= Total dugaan karbon pohon pada populasi (Kg)
Pendugaan Serapan CO2
Metode atas dasar per pohon:
1 Menduga serapan CO2:
Keterangan:

= Total dugaan karbon dioksida pohon contoh
berdasarkan metode per pohon (Kg)
= Faktor konversi karbon ke karbon dioksida =
3.67 (IPCC 2006)
2 Menghitung dugaan serapan CO2 populasi:
(
) ⁄
Keterangan:
= Total dugaan karbon dioksida pohon pada
populasi berdasarkan metode per pohon (Kg)

8
Metode atas dasar kelas diameter:
1 Menduga serapan CO2 pohon:
( )
Keterangan:
= Total dugaan serapan CO2 pohon contoh
berdasarkan kelas diameter (Kg)
= Faktor konservasi biomassa ke karbon dioksida =
3.67
2 Menghitung dugaan serapan CO2 populasi melalui persamaan berikut:
(
) ⁄
Keterangan:
= Total dugaan karbon dioksida pohon pada
populasi berdasarkan diameter tengah setiap kelas
diameter (Kg)
Uji Komparatif Hasil Pendugaan
Uji komparatif hasil pendugaan menggunakan uji-t yang dilakukan untuk
menentukan apakah perbedaan yang dihasilkan signifikan antara metode
perhitungan atas dasar pohon dengan metode perhitungan atas dasar diameter
tengah. Cara menentukannya yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan
nilai ttabel. Berikut persamaan untuk mendapatkan thitung:
1 Pendugaan nilai rata-rata:
̅

2 Ragam rata-rata:

3 Menghitung nilai t:

Keterangan:

̅

[
̅

⁄ ]

̅ √
̅ = nilai rata-rata selisih serapan CO2 dengan kedua metode
̅ = nilai simpangan baku selisih serapan CO2 dengan kedua
metode
N = jumlah jalur

Hipotesa yang diuji: H0

H1

: Tidak ada perbedaan signifikan antara hasil
perhitungan atas dasar nilai diameter tengah dengan
hasil perhitungan atas dasar per pohon
: Ada perbedaan signifikan antara hasil perhitungan
atas dasar nilai diameter tengah dengan hasil
perhitungan atas dasar per pohon

Kaidah Keputusan: thitung ≤ ttabel, terima H0
thitung >ttabel, tolak H0

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi penelitian
Kabupaten Rembang terletak di ujung paling timur Provinsi Jawa Tengah.
Kondisi geologis dan geomorfologi wilayah pesisir Kecamatan Rembang di
sebelah Timur merupakan daratan alluvial yang tersusun oleh endapan lumpur
yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa arus
sepanjang pantai, sedangkan sebelah Barat merupakan daratan alluvial yang
terbentuk oleh pelapukan batuan vulkanik dari daerah perbukitan diatasnya.
Faktor hidro-oseanografi di Kabupaten Rembang meliputi pasang surut air laut,
gelombang, dan arus (BAPPEDA Kabupaten Rembang 2011).

Gambar 3 Sketsa lokasi penelitian
Desa Pasar Banggi terletak di Kecamatan Rembang bagian Utara Kabupaten
Rembang. Desa ini memiliki batas di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kandeman, sebelah Barat dengan Desa
Tireman, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tritunggal. Desa Pasar
Banggi memiliki luas daerah sebesar 410 ha dengan panjang garis pantai tiga
kilometer.
Jenis mata pencaharian masyarakat Desa Pasar Banggi sebagian besar
berhubungan dengan ekosistem mangrove yaitu nelayan, petani tambak dan buruh
tambak. Kegunaan mangrove untuk masyarakat yaitu salinitas air lebih bagus,
abrasi tidak sering terjadi, dan saat air surut masyarakat dapat mencari tiram dan
kepiting untuk dijual. Pada musim kemarau aktifitas yang dikerjakan masyarakat
yaitu bertani tambak ikan atau udang sedangkan saat musim penghujan bertani
sawah dan budidaya ikan atau udang.
Penggunaan Persamaan Nilai Tinggi
Persamaan tinggi tegakan mangrove dibuat per jenis pohon. Pohon contoh
yang digunakan dalam penyusunan persamaan tinggi dibagi berdasarkan kelas
diameter yang sudah ditentukan. Persamaan tinggi dipilih dari kurva tinggi yang

10
mempunyai korelasi tertinggi. Jumlah pohon contoh berdasarkan kelas diameter
untuk setiap jenis pohon disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran jumlah pohon per kelas diameter
Rhizophora
Rhizophora
Sonneratia
mucronata
apiculata
alba
478
114
10
639
132
2
330
65
4
21
4
23
1
0
14
0
0
26
0
0
7
1
0
1

Kelas
Diameter
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
26-30
31-35
35-40

Avicennia
marina
131
5
0
0
1
0
0
0

Kurva tinggi yang dibuat merupakan hubungan antara diameter dan tinggi
pohon dengan menggunakan software Curve Expert 1.4 untuk mengetahui sebaran
data yang dihasilkan. Berikut kurva tinggi antara diameter dengan tinggi pohon
disajikan pada Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7.

T in ggi (m)

S = 1.20609920
r = 0.75532451

8 .6

5

7 .3

5

6 .0

5

4 .7

5

3 .4

5

2 .1

5

0 .8

5
0.1

7.0

14.0

20.9

27.8

34.8

41.7

Diameter (cm)

Gambar 4 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Rhizophora
mucronata

11

T in ggi (m)

S = 1.02431535
r = 0.85847976

8 .7

0

7 .3

0

5 .9

0

4 .5

0

3 .1

0

1 .7

0

0 .3

0
0.1

3.7

7.4

11.0

14.6

18.3

21.9

Diameter (cm)

Gambar 5 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Rhizophora
apiculata

T in ggi (m)

S = 0.82949962
r = 0.87205649

9 .7

0

8 .3

0

6 .9

0

5 .5

0

4 .1

0

2 .7

0

1 .3

0
0.2

7.5

14.7

22.0

29.3

36.5

43.8

Diameter (cm)

Gambar 6 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Sonneratia
alba

12

T in ggi (m)

S = 0.44035264
r = 0.73567628

6 .6

0

5 .5

0

4 .4

0

3 .3

0

2 .2

0

1 .1

0

0 .0

0
0.0

4.4

8.8

13.2

17.6

22.0

26.4

Diameter (cm)

Gambar 7 Kurva tinggi hubungan diameter dengan tinggi pohon pada Avicennia
marina
Model pada Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7 menghasilkan
sebaran data pada masing-masing pohon yang cenderung mengarah ke sebaran
non-linier. Model persamaan yang dipilih berbeda dari masing-masing jenis
pohon. Pada jenis Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba model penduga
tinggi yang dipilih yaitu MMF (Morgan-Mercer-Flodin) model, jenis Rhizophora
apiculata yaitu Weibull model, dan jenis Avicennia marina yaitu Harris model.
Model persamaan regresi yang digunakan beserta nilai koefisien korelasi untuk
masing-masing jenis pohon disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Persamaan penduga tinggi pada masing-masing jenis mangrove di Desa
Pasar Banggi
Jenis Pohon
Rhizophora
mucronata
Rhizophora
apiculata
Sonneratia alba
Avicennia
marina

Model Pendugaan

T

R

r2 (%)

S

0.755

57.05

1.206

0.858

73.70

1.024

0.872

76.05

0.829

0.736

54.12

0.440

Keterangan: T = Tinggi pohon, D= Diameter tengah, R= Nilai korelasi, r2= Koefisien determinasi,
S= simpangan baku

Pemilihan model tersebut ditentukan dengan melihat nilai koefisien korelasi
yang terbaik dari model persamaan yang lain. Dapat dilihat pada Tabel 4 setiap
jenis pohon mempunyai nilai koefisien korelasi yang berbeda-beda. Menurut
Hasan (2003) terdapat nilai rentang koefisien korelasi yang dapat dijadikan untuk
melihat keterkaitan antara peubah bebas (diameter) dan peubah terikat (tinggi)
yang disajikan pada Tabel 5.

13

Tabel 5 Indikator nilai koefisien korelasi
No
1
2
3
4
5
6
7

Rentang nilai koefisien korelasi (KK)
KK = 0
0 < KK < 0.2
0.2 ≤ KK < 0.4
0.4 ≤ KK < 0.7
0.7 ≤ KK < 0.9
0.9 ≤ KK < 1
KK = 1

Keterangan
Tidak ada korelasi
Korelasi rendah
Korelasi rendah, tapi pasti
Korelasi cukup berarti
Korelasi tinggi, dan kuat
Korelasi tinggi, dan kuat sekali
Korelasi sempurna

Sumber: Hasan 2003

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui nilai korelasi model pohon Rhizophora
mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba dan Avicennia marina
berturut-turut adalah 0.755, 0.858, 0.872, dan 0.736. Dapat disimpulkan bahwa
keterkaitan antara peubah bebas (diameter) dengan peubah pengikat (tinggi)
masuk dalam kategori kelima yaitu korelasi tinggi dan kuat untuk semua jenis
pohon. Parameter lain yang digunakan untuk mendukung seberapa besar
keterkaitan antara kedua peubah adalah dengan melihat nilai koefisien determinasi.
Pada Tabel 5, nilai koefisien determinasi untuk masing-masing model yaitu di atas
50%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara diameter dengan
tinggi sudah cukup memadai.
Pendugaan Volume, Biomassa, Cadangan Karbon, dan Serapan CO2
Pendugaan volume, biomassa, cadangan karbon, dan serapan CO2 pada
penelitian ini berdasarkan masing-masing jenis pohon yaitu Rhizophora
mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba dan Avicennia marina. Nilai
dugaan volume, biomassa, cadangan karbon, dan serapan CO2 melalui metode
perhitungan atas dasar per pohon (M1) dan atas dasar diameter tengah disajikan
pada Tabel 6. Pada Tabel 7 disajikan nilai dugaan volume, biomassa, cadangan
karbon, dan serapan CO2 per hektar.
Tabel 6 Nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon dan serapan CO2
totalpohon contoh dengan perhitungan atas dasar per pohon (M1) dan nilai
diameter tengah (M2)
No

Jenis Pohon

Volume (m3)

Biomassa
(ton)

C (ton)

CO2 (ton)

M1

M2

M1

M2

M1

M2

M1

M2

1

Rhizophora
mucronata

39.83

31.15

41.73

33.21

19.61

15.61

71.97

57.28

2

Rhizophora apiculata

9.03

6.44

9.89

7.11

4.65

3.34

17.07

12.27

3

Sonneratia alba

20.71

15.24

17.17

12.48

8.07

5.87

29.61

21.53

Avicennia marina

0.33

0.23

0.30

0.15

0.14

0.07

0.51

0.27

Jumlah

69.90

53.06

69.08

52.96

32.47

24.89

119.16

91.35

4

14
Tabel 7 Nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon dan serapan
CO2per hektar
No
1
2

Metode Perhitungan Volume (m3) Biomassa (ton)
Per pohon
82.232
81.274
Diameter tengah
62.421
62.302
Selisih
19.811
18.972

C (ton)
38.199
29.282
8.917

CO2 (ton)
140.190
107.465
32.725

Pada Tabel 7 hasil keseluruhan yang diperoleh menggunakan metode
perhitungan atas dasar per pohon lebih besar dari pada metode atas kelas diameter.
Untuk mengetahui nilai selisih dari kedua metode signifikan atau tidak, dapat
ditentukan dengan menggunakan analisis uji komparatif. Analisis dilakukan
berdasarkan selisih hasil pendugaan antara kedua metode. Selisih yang digunakan
adalah selisih hasil pendugaan serapan CO2 M1 dikurangkan dengan M2 pada 12
jalur yang disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil pengurangan M1 dengan M2 pendugaan serapan CO2 pohon contoh
pada masing-masing jalur
Jalur
M1 (ton)
M2 (ton)
Hasil (ton)
1
12.670
13.305
-0.635
2
9.774
7.555
2.219
3
6.833
3.495
3.338
4
13.999
9.616
4.383
5
1.176
2.286
-1.110
6
12.412
7.972
4.439
7
11.103
1.546
9.557
8
12.181
7.813
4.368
9
4.661
4.158
0.503
10
9.705
7.337
2.369
11
12.806
9.870
2.936
12
11.845
8.026
3.819
Hasil perhitungan analisis berdasarkan selisih antara kedua metode
menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 3.893 sedangkan nilai ttabel yaitu 1.782.
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa thitung > ttabel, dengan demikian
H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil pendugaan CO2 atas dasar diameter pohon dengan atas
dasar kelas diameter.
Nilai dugaan cadangan karbon pada hutan mangrove di Desa Pasar Banggi
sebesar 38.199 ton/ha. Penelitian pada hutan mangrove sebelumnya pernah
dilakukan oleh Dharmawan (2010) diCiasem, Purwakarta. Hasil cadangan karbon
pada penelitian tersebut adalah 38.6 ton/ha. Terdapat perbedaan antara kedua hasil
pendugaan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor terutama metode yang digunakan.
Pendugaan cadangan karbon di Ciasem, Purwakarta dilakukan dengan metode
destruktif (persamaan alometrik) dimana pendugaan dilakukan pada daun, ranting,

15
cabang, batang, bunga, dan buah dengan mengukur berat keringnya. Berbeda
dengan pendugaan yang dilakukan di Desa Pasar Banggi yang menggunakan
metode non-destruktif (dimensi pohon) dimana pendugaan dilakukan pada batang
dengan mengukur diameter dan tinggi pohon.Faktor yang lain yaitu dari jenis
mangrove. Hutan mangrove di Ciasem, Purwakartahanya difokuskan pada jenis
Rhizophora mucronata, sedangkan pada penelitian ini terdapat beberapa jenis
mangrove yang diduga cadangan karbonnya (Rhizophora mucronata, Rhizophora
apiculata, Sonneratia alba, dan Avicennia marina). Sebagian besar jenis mangrove
yang diduga di Desa Pasar Banggi adalah Rhizophora mucronata sehingga
perbedaannya tidak begitu besar.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai dugaan
biomassa, cadangan karbon, dan serapan CO2 pada hutan mangrove di Desa Pasar
Banggi menggunakan metode perhitungan atas dasar per pohon berturut-turut
yaitu 81.274 ton/ha, 38.199ton/ha, dan 140.190 ton/ha dan atas dasar diameter
tengah berturut-turut adalah 62.302 ton/ha, 29.282 ton/ha, dan 107.465 ton/ha.
Selisih hasil antara metode perhitungan per pohon dengan kelas diameter
memiliki perbedaan yang signifikan.Oleh karena itu, metode perhitungan atas
dasar kelas diameter tidak dapat digunakan untuk menduga potensi biomassa,
cadangan karbon, dan serapan CO2 pada hutan mangrove di Desa Pasar Banggi.

DAFTAR PUSTAKA
Arief A. 2003. Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daaerah. 2011. Laporan Akhir
Rencana Tata Ruang Laut Kabupaten Rembang. Pemerintah Kabupaten
Rembang.
Dharmawan IWS. 2010. Pendugaan biomasa karbon di atas tanah pada tegakan
Rhizophora mucronata di Ciasem, Purwakarta [Estimation of above ground
biomassa carbon of Rhizophora mucronata stand at Ciasem, Purwakarta]. JIlmu
Pert Indonesia. 15(1): 50-56
Donato DC, Kauffman JB, Murdiyarso D, Kurnianto S, Stidham M, Kannien M. 2012.
Mangrove adalah Salah Satu Hutan Terkaya Karbon di Kawasan Tropis. [Buletin].
CIFOR.
Hapsari MR. 2011. Pendugaan serapan karbon pada tanaman mangrove di desa
sawah luhur serang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hasan MI. 2003. Pokok-pokok materi statistik I edisi ke-2. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Keith Paustian, N.H. Ravindranath, Andre van Amstel, Michael Gytarsky, Werner
A. Kurz, Stephen Ogle, Gary Richards, and Zoltan Somogyi. [IPCC]
Intergovernmental Panel on Climate Change: 2006 IPCC Guidelines for

16
national greenhouse gas inventories, agriculture, forestry and other land use.
The Institute for Global Environmental Strategies (IGES)
Kusmana C. 1995. Habitat Mangrove dan Biota. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor: IPB.
Murdiyanto B. 2003. Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan. Jakarta.
Onrizal. 2008. Teknik Survey dan Ananlisa Data Sumberdaya Mangrove. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Penman J, Gytarsky M, Hiraishi T, Krug T, Kruger D, Pipatti R, Buendia L, Miwa
K, Ngara T, Tanabe K,Wagner F. 2003. [IPCC] Intergovernmental Panel on
Climate Change: Good practice guidance for land use, land-use change and
forestry. Hayama (JP): The Institute for Global Environmental Strategies
(IGES)
Purnobasuki H. 2012. Pemanfaatan Hutan Mangrove sebagai Penyimpanan Karbon
[Buletin]. Surabaya: Universitas Surabaya.
Soemarwoto O.1998. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung:
Djambatan.
Zanne AE, Gonzalez LG, Coomes DA, Ilic J, Jansen S, Lewis SL, Miller RB,
Swenson NG, Wiemann MC, Chave J. 2009. Global Wood Density Database.
Dryad. Identifier: http://hdl.handle.net/10255/dryad.235

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon (C), dan
serapan CO2 menggunakan metode perhitungan atas dasar per pohon
Jalur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Luas Jalur (m2)
600
600
500
900
1400
800
900
600
500
700
400
600

Volume (m3)
7.516
5.855
3.885
7.989
0.673
7.31
6.503
7.222
2.549
5.604
8.351
6.44

Biomassa (ton)
7.346
5.666
3.962
8.116
0.682
7.196
6.437
7.062
2.702
5.627
7.424
6.865

C (ton)
3.452
2.663
1.862
3.814
0.320
3.382
3.025
3.319
1.270
2.645
3.489
3.226

CO2 (ton)
12.670
9.774
6.833
13.999
1.176
12.412
11.103
12.181
4.661
9.705
12.806
11.845

Lampiran 2 Hasil nilai dugaan volume, biomassa, cadangan karbon (C), dan
serapan CO2 menggunakan metode perhitungan atas dasar nilai
tengah diameter
Jalur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Luas Jalur (m2) Volume (m3) Biomassa (ton) C (ton) CO2 (ton)
7.309
600
7.714
3.625
13.305
4.523
600
4.380
2.058
7.555
2.077
500
2.026
0.952
3.495
5.699
900
5.896
2.771
9.616
0.656
1400
0.623
0.293
2.286
4.969
800
4.888
2.297
7.972
4.921
900
0.948
0.445
1.546
4.954
600
4.529
2.129
7.813
2.269
500
2.410
1.133
4.158
4.211
700
4.253
1.999
7.337
6.458
400
5.722
2.689
9.870
6.93
600
4.921
2.313
8.026

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 29 Oktober 1992.
Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Jufrizal dan Ibu Dwi Wahyuningsih.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Kutoharjo 4, SMPN 1Rembang,
SMAN 1 Rembang, kemudian diterima sebagai mahasiswa strata 1 di Fakultas
Kehutanan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima
di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan tahun 2011. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Forest Management Student
Club (FMSC), Gentra Kaheman dan kepanitiaan IPB Fair 2013. Penulis telah
melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Indramayu - Ciremai,
Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Gunung Walat, dan
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan pada IUPHHK-HA PT. Ratah Timber,
Padang, Kalimantan Timur.