Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT
BERBASIS CANGKANG KERANG MENCOS
(Anadara maculosa)

BUDI SETIADI

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis dan
Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara
maculosa) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Budi Setiadi
NIM G74090037

ABSTRAK
BUDI SETIADI. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang
Kerang Mencos (Anadara maculosa). Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan
AKHIRUDDIN MADDU.
Penelitian sintesis hidroksiapatit (HA) ini menggunakan metode single drop
dengan prekursor cangkang kerang mencos (Anadara maculosa) sebagai sumber
kalsium dan H3PO4 sebagai sumber fosfat. Proses sintesis HA dilakukan dengan
variasi waktu stirring 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 12 jam. Hasil analisis atomic
absorption spectrophotometer (AAS) menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
kalsinasi cangkang kerang mencos, maka semakin tinggi pula kadar kalsium yang
dihasilkan. Analisis x-ray diffractometer (XRD) menunjukkan bahwa pada suhu
kalsinasi 800 ºC fase yang terbentuk yaitu CaCO3 dan suhu 900 ºC dan 1000 ºC
fase yang terbentuk CaO. Sumber yang digunakan berupa CaCO3 menghasilkan
fase TCP, sedangkan CaO menghasilkan fase HA. Suhu kalsinasi merupakan

faktor utama dalam proses pembentukan HA, sedangkan pengaruh lama waktu
stirring tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil analisis fourier transform
infrared spectroscopy (FTIR) menunjukkan bahwa pada semua sampel terdapat
gugus CO32- yang diindikasikan sebagai BCA (B-type carbonate apatite).
Kata kunci: cangkang kerang mencos, hidroksiapatit, single drop, stirring

ABSTRACT
BUDI SETIADI. Synthesis and Characterization of Hydroxyapatite Cockle Shells
(Anadara maculosa). Supervised by KIAGUS DAHLAN and AKHIRUDDIN
MADDU.
The research about synthesis hydroxyapatite (HA) used a single drop
method with a precursor of a cockle shells (Anadara maculosa) as a source of
calcium and H3PO4 as a source of phospate. Process of synthesis HA was done
using variations of stirring time which were 1 hour, 3 hours, 6 hours, and 12
hours. The analytical results of atomic absorption spectrophotometer (AAS)
indicated that higher calcination temperature of cockle shells made higher calcium
that was produced. Analysis of x-ray diffractometer (XRD) indicated that the
calcination temperature of 800 °C it was formed the phase of CaCO3 and at
temperature 900 °C and 1000 °C it was formed the phase of CaO. The CaCO3
used as a source produced a TCP phase, that was different from CaO that

produced HA phase. The calcination temperature was the main factor in the
creation process of HA, while the long stirring time did not influenced the phases
significantly. The analytical results of fourier infrared spectroscopy (FTIR)
showed a groups of CO32- that indicated as BCA (B-type carbonate apatite) in all
variations of samples.
Keywords: cockle shells, hydroxyapatite, single drop, stirring

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT
BERBASIS CANGKANG KERANG MENCOS
(Anadara maculosa)

BUDI SETIADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang
Kerang Mencos (Anadara maculosa)
Nama
: Budi Setiadi
NIM
: G74090037

Disetujui oleh

Dr Kiagus Dahlan
Pembimbing I

Dr Akhiruddin Maddu
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Akhiruddin Maddu
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

..... ゥNM BN

Nama
NIM

Kerang _ _W : Budi Setiadi
: G740900:-

N セウ。U@

.c1

ゥ@ Hidroksiapatit Berbasis Cangkang

ra maculosa)

Disetujui oleh

Dr

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

D 5 MAR 201 4

aォィゥイオセ

Maddu
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala hidayah,
berkah, dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Sintesis dan

Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara
maculosa)” dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan program sarjana dari Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada emak dan bapak sebagai orang tua
yang selalu memberikan do’a, dukungan dan motivasi kepada penulis, Bapak Dr
Kiagus Dahlan dan Bapak Dr Akhirudin Maddu sebagai pembimbing skripsi,
beserta Ibu Setia Utami Dewi MSi yang telah membimbing dan membantu untuk
menyusun dan menyelesaikan penelitian ini, Bapak Setyanto Tri Wahyudi MSi,
Bapak Heriyanto Syafutra MSi, Ibu Dr Siti Nikmatin yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar dan melakukan penelitian di Laboratorium Analisis
Bahan, serta Bapak Hendi sebagai teknisi x-ray diffractometer (XRD) yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman tentang perangkat XRD. Ucapan terima kasih
juga untuk kak Aisyah, Indri, Mita, Noldy, Upri yang telah membantu dalam
melakukan penelitian, dan kakak-kakak, serta teman-teman dan adik-adik fisika
angkatan 44, 45, 46, 47, dan 48, serta warga Girma yang selalu memberikan
semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan bagi penulis agar penelitian
ini dapat berjalan dengan baik dan dapat bermanfaat.


Bogor, Maret 2014
Budi Setiadi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3


Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE

3

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Penelitian
Penentuan suhu optimum kalsinasi
Sintesis hidroksiapatit dengan metode single drop

Karakterisasi hidroksiapatit dengan XRD dan FTIR
ProsedurAnalisis Data

3
3
3
4
4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Persiapan Sintesis Hidroksiapatit

5

Karakterisasi XRD Serbuk Cangkang Kerang mencos

5

Karakterisasi AAS Serbuk Cangkang Kerang mencos

6

Sintesis HA dari Cangkang Kerang mencos

7

Karakterisasi XRD Hasil Sintesis HA

8

Karakterisasi FTIR Hasil Sintesis HA

12

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

23

v

DAFTAR TABEL
1 Massa dan nilai efisiensi cangkang kerang mencos
2 Hasil karakterisasi AAS cangkang kerang mencos
3 Massa dan nilai efisiensi hasil sintesis HA
4 Persentase kandungan HA, TCP, OCP, dan ACA
5 Parameter kisi dan persentase ketepatan sampel
6 Ukuran kristal sampel

5
7
7
11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang mencos
2 Hasil karakterisasi XRD cangkang kerang mencos setelah dikalsinasi
3 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 1 jam
4 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 3 jam
5 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 6 jam
6 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 12 jam
7 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 1 jam
8 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 3 jam
9 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 6 jam
10 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 12 jam

5
6
8
9
9
10
12
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram Alir Penelitian
2 Keterangan Sintesis HA
3 JCPDS CaCO3
4 JCPDS Mg0.03Ca0.97CO3
5 JCPDS CaO
6 JCPDS HA
7 JCPDS TCP
8 JCPDS OCP
9 JCPDS ACA

vi

17
18
19
19
20
20
21
21
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerusakan tulang pada manusia dapat terjadi karena trauma, tumor,
kecelakaan atau faktor usia. Pada dasarnya, sel-sel tulang memiliki kemampuan
remodelling sendiri, namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses
remodelling tulang tersebut dapat dipercepat melalui metode bone graft. Bone
graft merupakan cara yang baik untuk memperbaiki tulang yang rusak tersebut.
Bone graft dapat dilakukan dengan memanfaatkan biomaterial. Biomaterial yang
digunakan haruslah bersifat bioaktif, biokompatibel, tidak mengandung racun, dan
kandungannya sama dengan mineral tulang alami.
Pada pembentukan tulang, sel-sel tulang keras membentuk senyawa kalsium
fosfat dan senyawa kalsium karbonat. Senyawa kalsium fosfat yang memberikan
sifat keras dalam jaringan tulang dikenal sebagai kristal apatit. Implan tulang ke
dalam tubuh manusia bisa menggunakan berbagai material sintetik alternatif dari
bahan keramik, logam, maupun polimer, contohnya serbuk apatit. Tubuh akan
memberikan respon yang berbeda tergantung material sintetik yang diimplankan.
Serbuk apatit merupakan salah satu bahan implan yang sangat dibutuhkan untuk
medis.1
Rekonstruksi dengan tranplantasi tulang dapat dilakukan dengan metode
allograft, autograft, dan xenograft, namun dari masing-masing tipe tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan. Autograft merupakan cara yang terbaik untuk
pembentukan tulang baru, namun ketersediaan secara kualitatif sangat terbatas
dan memerlukan bedah untuk mendapatkannya.2 Hal ini dapat mengakibatkan
mordibitas risiko situs donor.2,3 Allograft merupakan implantasi dari spesies yang
sama, autograft merupakan implantasi dari tulang diri sendiri, dan xenograft
merupakan implantasi dari spesies yang berbeda.4
Saat ini, bahan yang banyak digunakan untuk bone graft berupa biomaterial.
Biomaterial untuk tulang dikembangkan dan digunakan secara efektif dalam
orthopedic, traumatological, dan odontological.5 Salah satu biomaterial yang
dapat digunakan yaitu hidroksiapatit. Hidroksiapatit (HA) merupakan bioceramic
yang secara luas digunakan dalam berbagai aplikasi biomedis.6 HA digunakan
untuk restorasi dan regenerasi tulang,7 karena mempunyai fase yang mirip dengan
mineral tulang dan selama resorpsi memasok ion yang baik dalam pembentukan
tulang.8 Unsur penyusun HA berupa kalsium fosfat yang merupakan komponen
penyusun terbesar dari jaringan keras. HA bersifat biokompetibel dan tidak
beracun bagi tubuh.9
Bentuk rumus umum apatit adalah Ca10(PO4)6X2, dimana X dapat berupa F,
Cl, Br, atau OH.10 Hidroksiapatit merupakan mineral alam kalsium apatit dengan
rumus Ca5(PO4)3(OH), tetapi bisa juga ditulis Ca10(PO4)6(OH)2 untuk
menunjukkan bahwa struktur kristal terdiri dari dua molekul. Diketahui bahwa
rasio molar Ca/P yang optimum yaitu 1.667.11 HA mempunyai struktur kristal
yaitu heksagonal dengan parameter kisi a = 9.418 Å, c = 6.884 Å, dan α = = 90⁰,

2
dan = 1β0⁰.12 HA dibentuk melalui titrasi dan pengadukan untuk mencapai
partikel HA yang homogen.13
Sintesis HA diperoleh dengan mereaksikan hasil kalsinasi serbuk cangkang
kerang mencos (Anadara maculosa) dan sumber fosfat (H3PO4). Penggunaan
sumber kalsium dari cangkang kerang mencos dikarenakan terdapat kandungan
kalsium serta merupakan limbah. Kerang mencos diperoleh dari daerah Tuban,
Jawa Timur. Pada sebagian orang, limbah cangkang kerang mencos ini biasanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Padahal cangkang kerang mencos ini dapat
bernilai ekonomis tinggi jika dimanfaatkan sebagai bahan HA.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis HA dari cangkang kerang mencos
dengan metode presipitasi single drop. Sintesis HA dapat dilakukan dengan
metode presipitasi wise drop dan single drop. Metode wise drop yaitu larutan
fosfat diteteskan sedikit demi sedikit pada larutan kalsium. Metode presipitasi
single drop yaitu melakukan pencampuran larutan kalsium dan larutan fosfat
secara langsung.

Perumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana perubahan fase cangkang kerang mencos setelah di kalsinasi?
Berapa kadar kalsium cangkang kerang mencos?
Bagaimana pengaruh waktu stirring terhadap proses sintesis HA dengan
metode presipitasi single drop?
Bagaimana struktur kristal dan fase yang terbentuk dari HA dengan metode
presipitasi single drop?
Bagaimana pengaruh suhu kalsinasi terhadap HA yang dibuat dengan metode
presipitasi single drop?

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui dan mempelajari perubahan fase cangkang kerang mencos
setelah dikalsinasi.
Mengukur kadar kalsium cangkang kerang mencos setelah kalsinasi.
Menyintesis hidroksiapatit dari cangkang kerang mencos dengan metode
presipitasi single drop.
Mengetahui dan mempelajari pengaruh waktu stirring terhadap proses
sintesis hidroksiapatit.
Karakterisasi fase dan struktur kristal menggunakan x-ray diffraction (XRD),
kadar kalsium menggunakan atomic absorption spectrophotometer (AAS),
dan gugus fungsi menggunakan fourier transform infrared spectroscopy
(FTIR).

3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan informasi mengenai cangkang
kerang mencos yang dapat dijadikan sebagai bahan (biomaterial) sintesis
komposit untuk implantasi tulang. Informasi ini bermanfaat untuk penelitian dan
aplikatif selanjutnya sebagai upaya untuk mengembangkan biomaterial sintetik
yang harganya dapat lebih terjangkau.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menyintesis komposit sebagai pengganti
tulang dengan bahan alami yang berasal dari cangkang kerang mencos. Komposit
yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sama atau lebih baik dari yang ada
dipasaran, namun dengan harga yang lebih terjangkau.

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah serbuk cangkang kerang
mencos yang didapat dari daerah Tuban, H3PO4, dan aquades. Disiapkan tiga
sampel serbuk cangkang kerang.

Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain furnace, crucible,
magnet stirrer, erlenmeyer, labu ukur, pipet, corong, kertas saring, vakum, neraca
analitik, mortar, alumunium foil, perangkat x-ray diffraction (XRD) GBC EMMA,
atomic absorption spectrophotometer (AAS) Shimadzu 7000, dan fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR) ABB MB3000.

Prosedur Penelitian
Identifikasi fase dengan XRD
Serbuk cangkang kerang dipanaskan pada suhu 110 ⁰C dengan waktu
penahanan selama 8 jam. Setelah itu, dilakukan karakterisasi XRD untuk
mengidentifikasi fase yang terkandung pada serbuk tersebut.

Kalsinasi
Serbuk cangkang kerang dilakukan kalsinasi untuk menghasilkan kalsium.
Kalsinasi menggunakan furnace dengan variasi suhu 800 ⁰C, 900 ⁰C, dan 1000 ⁰C

4
dengan waktu penahanan 5 jam. Setelah itu dihitung penyusutan massanya
(dekomposisi) dengan persamaan:

Serbuk hasil kalsinasi dilakukan karakterisasi menggunakan XRD dan AAS.
Karakterisasi menggunakan XRD ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan
fase pada cangkang kerang tersebut. Karakterisasi AAS bertujuan untuk
mengetahui kadar Ca pada cangkang kerang.

Sintesis hidroksiapatit dengan metode presipitasi single drop
Sintesis HA menggunakan sumber fosfat H3PO4 dan kalsium (Ca) yang
berasal dari cangkang kerang mencos. H3PO4 dan serbuk tersebut yang telah di
kalsinasi dilarutkan dalam 100 ml aquades pada labu ukur yang berbeda. Rasio
konsentrasi Ca/P yang digunakan yaitu sebesar 1.67, dengan Ca cangkang kerang
0.5M dan H3PO4 0.3M. Selanjutnya dilakukan proses single drop, yaitu larutan
kalsinasi cangkang kerang ditempatkan pada erlenmeyer, lalu fosfat dimasukkan
kedalam larutan tersebut secara langsung. Campuran tersebut di stirer pada
kecepatan 300 rpm menggunakan magnet stirer dengan variasi waktu 1 jam, 3
jam, 6 jam, dan 12 jam. Selanjutnya hasil proses presipitasi tersebut dilakukan
aging selama overnight pada suhu ruang, kemudian disaring menggunakan kertas
saring. Lalu hasil saringan tersebut dipanaskan pada suhu 110 ⁰C dengan waktu
penahanan 5 jam menggunakan furnace. Setelah itu di sintering pada suhu 900 ⁰C
dengan waktu penahanan 5 jam dan hasilnya dihaluskan menggunakan mortar.
Selanjutnya nilai efisiensi massa HA dihitung dengan persamaan:
Efisiensi =

Karakterisasi hidroksiapatit dengan XRD dan FTIR
HA yang telah dibuat dengan metode single drop dilakukan karakterisasi
menggunakan XRD dan FTIR. Karakterisasi XRD ini bertujuan untuk
mengidentifikasi fase dan struktur kristal yang terbentuk dari hasil HA yang
dibuat dengan metode presipitasi single drop. Krakterisasi FTIR bertujuan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi dari HA yang sudah dibuat dengan metode
tersebut. Untuk menghitung parameter kisi menggunakan software XPowder dan
nilai ketepatannya dengan persamaan:
Ketepatan =

5
Prosedur Analisis Data
Karakterisasi HA menggunakan XRD EMMA GBC dengan menempatkan
sampel pada plat alumunium dengak ukuran dimaeter 2 cm. Sampel tersebut
diambil sebanyak β gram, lalu dikarakterisasi pada sudut difraksi βθ dari 10⁰
sampai dengan 80⁰ dengan panjang gelombang 1.54059 Å, dan target CuKa. Arus
generator yang digunakan sebesar 28 mA dan tegangan sebesar 35 kV. Analisis
hasil karakterisasi XRD menggunakan software X’Pert HighScore Plus, PowderX,
dan XPowder.
Karakterisasi serbuk cangkang kerang menggunakan AAS Shimadzu 7000
dengan mengambil sampel sebanyak 1 gram yang dimasukkan ke dalam labu
detuksi, ditambahkan 5 ml HCL dan 100 ml aquades, lalu dipanaskan
menggunakan hotplate. Kemudian sampel tersebut diambil sebanyak 10 ml untuk
diencerkan dengan 100 ml aquades, lalu diambil sebanyak 1 ml untuk dianalisis.
Analisis ini dilakukan dengan AAS Simatsu 7000 pada panjang gelombang 422.7
nm dan celah 0.2 nm.
Karakterisasi HA menggunakan FTIR ABB MB3000 dengan
mencampurkan 2 mg sampel dengan 200 mg KBR, setelah tercampur dilakukan
proses pembuatan pellet dengan cara ditekan. Kemudian dianalisis dengan
panjang bilangan gelombang 4000-400 cm-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan Sintesis Hidroksiapatit
Serbuk cangkang kerang dimasukkan ke dalam crucible lalu dipanaskan
pada suhu 110 ⁰C dengan waktu penahanan 8 jam dan dikalsinasi dengan variasi
suhu
800 ⁰C, 900 ⁰C, dan 1000 ⁰C dengan waktu penahanan 5 jam. Pemanasan
pada suhu 110 ⁰C bertujuan untuk mengurangi kadar air pada serbuk cangkang
kerang, dan kalsinasi bertujuan untuk menghasilkan kalsium. Setelah serbuk
tersebut dipanaskan pada suhu 110 ⁰C dengan waktu penahanan 8 jam, dilakukan
karakterisasi XRD untuk mengetahui fase yang terkandung dalam serbuk tersebut
sebelum kalsinasi. Setelah serbuk cangkang kerang dikalsinasi dengan variasi
suhu 800 ⁰C, 900 ⁰C, dan 1000 ⁰C dengan waktu penahanan 5 jam dilakukan
karakterisasi XRD dan AAS.

6
Karakterisasi XRD
Hasil XRD serbuk cangkang kerang sebelum dikalsinasi dapat dilihat pada
Gambar 1.

CaCO3
Mg0.03Ca0.97CO3


Gambar 1 Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang
Identifikasi pada sampel tersebut dengan mencari intensitas tinggi βθ yang
match pada database XRD Joint Committee on Powder Diffraction Standards
(JCPDS), dengan reference code untuk kalsium karbonat (CaCO3) 75-2230 dan
magnesium kalsium karbonat (Mg0.03Ca0.97CO3) 89-1304. Pada serbuk cangkang
kerang CaCO3 ditunjukkan pada pola difraksi dengan intensitas tinggi pada nilai
βθ yaitu 26.30⁰, 27.36⁰, 31.2⁰, 33.26⁰, 37.96⁰, 38.58⁰, 39.54⁰, 41.20⁰, 42.98⁰,
45.92⁰, 48.40⁰, 50.30⁰, 52.48⁰, dan 53.31⁰. Sedangkan Mg0.03Ca0.97CO3
ditunjukkan pada pola difraksi dengan intensitas tinggi pada nilai βθ yaitu 29.52⁰,
36.16⁰ dan 47.56⁰.
Setelah serbuk cangkang kerang dikalsinasi dengan variasi suhu 800 ⁰C,
900 ⁰C, dan 1000 ⁰C waktu penahanan 5 jam dan dilakukan karakterisasi XRD.
Massa dan nilai penyusutannya (dekomposisi) hasil kalsinasi cangkang kerang
dapat dilihat pada
Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa massa hasil
kalsinasi lebih kecil dari massa sebelum dikalsinasi. Berkurangnya massa
cangkang kerang ini dikarenakan adanya perubahan fase yang terjadi akibat suhu
kalsinasi.
Tabel 1 Massa dan persentase dekomposisi cangkang kerang
Suhu kalsinasi Massa sebelum kalsinasi
Massa setelah
(gram)
kalsinasi (gram)
( ⁰C)
800
51.80
47.83
900
53.77
33.22
1000
50.60
28.73

Dekomposisi
(%)
92.33
61.78
56.77

7
Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang yang telah dikalsinasi
dapat dilihat pada Gambar 2.
CaCO3
CaO

800 ⁰C

900 ⁰C
1000 ⁰C

Gambar 2 Hasil karakterisasi XRD cangkang kerang setelah dikalsinasi
Hasil karakterisasi XRD cangkang kerang yang sudah dikalsinasi pada suhu
800 ⁰C masih berupa CaCO3, dan terdapat fase CaO dengan reference code
JCPDS 37-1497. Intensitas tinggi hampir keseluruhan menunjukkan fase CaCO3,
namun masih terdapat fase CaO pada intensitas tinggi βθ γ7.44⁰ dan 53.92⁰.
Kalsinasi pada suhu 900 ⁰C menunjukkan terjadinya perubahan fase yaitu CaCO3
berubah menjadi CaO, begitu juga dengan hasil kalsinasi pada suhu 1000 ⁰C
menunjukkan fase CaO.
Karakterisasi Menggunakan AAS
Karakterisasi menggunakan AAS bertujuan untuk mengukur kadar kalsium
(Ca) pada serbuk cangkang kerang yang telah dikalsinasi. Hasil karakterisasi AAS
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil karakterisasi AAS
No.
Suhu kalsinasi ( ⁰C)
1
800
2
900
3
1000

Kadar Ca (%)
36.58
59.26
72.70

Berdasarkan hasil karakterisasi AAS, semakin tinggi suhu kalsinasi, maka
semakin tinggi kadar Ca yang dihasilkan. Kadar Ca pada kalsinasi suhu 800 ⁰C
yaitu 36.58%, suhu 900 ⁰C yaitu 59.26%, dan suhu 1000 ⁰C yaitu 72.20%.

8
Sintesis HA
Sintesis HA dilakukan dengan mereaksikan senyawa kalsium dan senyawa
fosfat dengan rasio konsentrasi 1.67. Sumber fosfat yang digunakan yaitu H3PO4,
dan kalsium yang digunakan yaitu kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan dari
kalsinasi serbuk cangkang kerang pada suhu 800 ⁰C, dan kalsium oksida (CaO)
yang dihasilkan dari suhu kalsinasi 900 ⁰C dan 1000 ⁰C. Sintesis HA dilakukan
dengan variasi waktu stirring 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 12 jam. Massa dan nilai
efisiensi hasil sintesis HA dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Massa dan nilai efisiensi hasil sintesis HA
Waktu
Massa
Suhu
Massa sumber
stirring
H3PO4
kalsium (gram)
( ⁰C)
(jam)
(gram)
1
5.46
2.90
3
4.28
2.90
800
6
3.47
2.90
12
5.46
2.90
1
5.46
2.90
3
4.28
2.90
900
6
3.47
2.90
12
4.28
2.90
1
5.46
2.90
3
4.28
2.90
1000
6
3.47
2.90
12
3.47
2.90

Massa hasil
sintering
(gram)
3.90
4.14
4.62
4.68
4.56
3.98
4.91
4.88
4.57
4.00
3.95
3.60

Efisiensi
(%)
46.65
57.66
72.52
55.98
54.54
55.43
77.08
67.96
54.66
55.71
62.00
56.46

Karakterisasi XRD Hasil Sintesis HA
Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 1 jam dapat dilihat pada
Gambar 3.


Gambar 3 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 1 jam

9
Identifikasi hasil karakterisasi XRD pada Gambar 3 dengan menganalisis
sampel dengan JCPDS pada refference code Hydroxyapatite (HA) 09-0432, Tri
calcium phosphate (TCP) 09-0169, A-type carbonate apatite (ACA) 35-0180, dan
Octa calcium phosphate (OCP) 44-0778. Gambar 3 merupakan sintesis HA
dengan waktu stirring 1 jam dan pada suhu kalsinasi cangkang kerang 800 ⁰C
yang menunjukkan fase TCP, namun terdapat fase lainnya yaitu fase HA, ACA,
dan OCP. Fase TCP ditunjukkan pada tiga intensitas tertinggi βθ yaitu β7.86⁰,
31.08⁰, dan 34.44⁰, tiga intensitas tinggi fase HA pada intensitas βθ 18.0β⁰,
25.88⁰, dan 31.80⁰, fase ACA pada intensitas βθ γβ.β8⁰, 32.52⁰, dan 41.18⁰, dan
fase OCP pada intensitas βθ β6.56⁰, 39.86⁰, dan 41.82⁰. Hasil sintesis HA pada
suhu kalsinasi 900 ⁰C menunjukkan fase HA dan TCP. Fase HA ditunjukkan pada
tiga intensitas teringgi βθ γ1.80⁰, 32.26⁰, dan 32.96⁰. Hasil sintesis HA pada suhu
kalsinasi 1000 ⁰C menunjukkan fase HA dan TCP, namun fase TCP lebih sedikit
dibandingkan dengan suhu kaslinasi 900 ⁰C. Fase HA ditunjukkan pada intensitas
tertinggi βθ γ1.74⁰, 32.18⁰, dan 32.94⁰, sedangkan fase TCP pada intensitas βθ
10.94⁰, 21.82⁰, 25.94⁰, dan 31.10⁰.
Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 3 jam dapat dilihat pada
Gambar 4.
HA
TCP
OCP
800 ⁰C

900 ⁰C

1000 ⁰C


Gambar 4 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 3 jam
Hasil karakterisasi XRD pada Gambar 4 menunjukkan hasil sampel HA
pada suhu kalsinasi 800 ⁰C semua puncak didominasi oleh fase TCP, namun
terdapat fase HA pada intensitas βθ γ1.74⁰ saja. Pada sampel HA dengan suhu
kalsinasi 900 ⁰C terdapat fase HA, TCP, dan OCP. Fase HA ditunjukkan pada tiga
intensitas tinggi βθ β5.94⁰, 31.80⁰, dan 33.00⁰, fase TCP ditunjukkan pada tiga
intensitas tinggi βθ γ1.06⁰, 37.28⁰, dan 39.90⁰, sedangkan fase OCP ditunjukkan
pada intensitas βθ γ1.76⁰. Sampel HA dengan suhu kalsinasi 1000 ⁰C
menunjukkan fase HA dan TCP. Fase HA ditunjukkan pada tiga intensitas
tertinggi βθ γ1.80⁰, 32.26⁰, dan 32.96⁰, sedangkan fase TCP ditunjukkan pada
intensitas βθ 10.92⁰, 17.88⁰, 21.82⁰, dan 39.86⁰.

10
Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 6 jam dapat dilihat pada
Gambar 5.
HA
TCP
OCP
800 ⁰C

900 ⁰C

1000 ⁰C


Gambar 5 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 6 jam
Hasil karakterisasi XRD pada Gambar 5 menunjukkan hasil sintesis HA
dengan wktu stirring 6 jam, dan pada suhu kalsinasi 800 ⁰C didominasi oleh fase
TCP, terdapat fase HA dan OCP. Intensitas tertinggi dimiliki oleh fase HA dan
intensitas tinggi selanjutnya adalah fase TCP. Fase HA ditunjukkan pada βθ
22.94⁰, 31.80⁰, dan 48.06⁰, fase TCP ditunjukkan pada tiga intensitas tinggi βθ
31.10⁰, 32.98⁰, dan 34.46⁰, sedangkan fase OCP ditunjukkan pada βθ β5.86⁰.
Pada suhu kalsinasi 900 ⁰C intensitas tinggi βθ sudah didominasi oleh fase HA,
namun terdapat fase TCP. Fase HA ditunjukkan oleh tiga intensitas tertinggi pada
βθ 31.76⁰, 32.22⁰, dan 32.96⁰, fase TCP pada βθ 10.86⁰, 39.84⁰, 49.48⁰ dan
50.52⁰. Pada suhu kalsinasi 1000 ⁰C menunjukkan fase HA dan TCP, namun
dibandingkan dengan suhu kalsinasi 900 ⁰C fase TCP lebih banyak. Fase HA
ditunjukkan pada intensitas tertinggi βθ γ1.78⁰, 32.24⁰, dan 32.96⁰, sedangkan
tiga intensitas tertinggi βθ fase TCP yaitu γ1.08⁰, 39.86⁰, dan 49.98⁰.

11
Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 3 jam dapat dilihat pada
Gambar 4.
HA
TCP
OCP
800 ⁰C

v
vvv
v

v v vv

900 ⁰C

1000 ⁰C


Gambar 6 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 12 jam
Hasil karakterisasi XRD pada Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat tiga
fase pada setiap sampel, yaitu HA, TCP, dan OCP. Sampel yang dikalsinasi pada
suhu 800 ⁰C suluruh fase didominasi oleh fase TCP yang ditunjukkan oleh tiga
fase tertinggi βθ β7.84⁰, 31.06⁰, dan 34.42⁰, namun terdapat fase HA dan OCP
yang lebih sedikit dari waktu stirring lainnya. Fase HA ditunjukkan pada
intensitas βθ γ1.78⁰, dan fase OCP di βθ 48.00⁰. Sampel HA dengan suhu
kalsinasi 900 ⁰C menunjukkan bahwa fase didominasi oleh HA, namun terdapat
fase TCP dan OCP. Intensitas tertinggi dimiliki oleh fase HA pada 2θ γ1.8β⁰,
sedangkan fase TCP berada pada intensitas tinggi βθ γ1.1β⁰, 32.96⁰, 37.28⁰, dan
39.92⁰, serta fase OCP berada pada intensitas βθ β5.9β⁰ dan 32.24⁰. Sampel HA
dengan suhu kalsinasi 1000 ⁰C didominasi oleh fase HA, namun terdapat fase
TCP. Intensitas tertinggi pada βθ γ1.86⁰ dimiliki oleh fase HA, fase TCP
ditunjukkan pada intensitas βθ 10.88⁰, 33.00⁰, 37.40⁰, 39.88⁰, dan 53.92⁰.
Persentase kandungan HA, TCP, OCP, dan ACA pada semua sampel dapat
dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada cangkang kerang dengan
suhu kalsinasi 800 ⁰C menghasilkan TCP, sedangkan suhu kalsinasi 900 ⁰C dan
1000 ⁰C menghasilkan HA. Hal ini dikarenakan pada suhu kalsinasi 800 ⁰C
sumber kalsium yang digunakan berupa CaCO3, sedangkan suhu kalsinasi 900 ⁰C
dan 1000⁰C sumber kalsium yang digunakan berupa CaO. Pada suhu kalsinasi
800 ⁰C persentase fase TCP tertinggi yaitu pada waktu stirring 3 jam dengan nilai
97.16%, pada suhu kalsinasi 900 ⁰C persentase fase HA tertingi yaitu pada waktu
stirring 6 jam dengan nilai 84.41%, dan pada suhu kalsinasi 1000 ⁰C persentase
HA tertinggi pada waktu stirring 3 jam dengan nilai 89.90%. Hal ini dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi suhu kalsinasi, semakin cepat dalam
pembentukan fase HA.

12
Tabel 4 Persentase kandungan HA, TCP, OCP, dan ACA
%
Waktu stirring
Suhu ( ⁰C)
(jam)
HA
TCP
1
25.68
61.98
3
2.84
97.16
800
6
16.47
77.89
12
2.84
94.01
1
48.51
51.49
3
62.14
27.40
900
6
84.41
15.59
12
64.41
18.63
1
83.95
16.05
3
89.90
10.10
1000
6
74.49
25.51
12
68.58
31.42

OCP
6.67
5.64
3.15
10.46
16.96
-

ACA
5.67
-

Parameter kisi dan persentase ketepatannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan JCPDS, parameter kisi TCP adalah a = b = 10.42 Å, c = 37.38 Å, dan
parameter kisi HA adalah a = b = 9.418 Å, c = 6.884 Å. Berdasarkan Tabel 5,
persentase ketepatan parameter kisi semua sampel diatas 99%. Hal ini dapat
dikatakan bahwa semua sampel cukup baik.
Tabel 5 Parameter kisi dan persentase ketepatan
Suhu ( ⁰C)
800

900

1000

Waktu
stirring
(jam)
1
3
6
12
1
3
6
12
1
3
6
12

Parameter kisi

Ketepatan

a = b (Å)

c (Å)

a = b (%)

c (%)

10.4218
10.4284
10.4250
10.4245
9.4198
9.4172
9.4230
9.4217
9.4234
9.4260
9.4266
9.4177

37.4006
37.4323
37.4167
37.4045
6.8693
6.8768
6.8791
6.8762
6.8794
6.8766
6.8845
6.8712

99.9310
99.9942
99.9616
99.9569
99.9809
99.9915
99.9469
99.9607
99.9427
99.9151
99.9087
99.9968

99.9449
99.8601
99.9018
99.9345
99.7865
99.8954
99.9288
99.8867
99.9332
99.8925
99.9927
99.8141

13
Ukuran kristal sampel dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan
bahwa ukuran kristal sampel terbesar yaitu pada waktu stirring 1 jam.
Tabel 6 Ukuran kristal
Suhu ( ⁰C)
800

900

1000

Waktu stirring (jam)
1
3
6
12
1
3
6
12
1
3
6
12

Ukuran kristal (nm)
37.071
29.247
31.072
31.206
41.993
29.283
31.679
28.842
41.650
28.612
30.018
29.494

Karakterisasi FTIR Hasil Sintesis HA
Identifikasi gugus fungsi HA dilakukan karakterisasi menggunakan FTIR.
Hasil karakterisasi FTIR untuk waktu stirring 1 jam dapat dilihat pada Gambar 7,
waktu stirring 3 jam pada Gambar 8, waktu stirring 6 jam pada Gambar 9, dan
waktu stirring 12 jam pada Gambar 10.
800 ⁰C

-

OH

900 ⁰C
1000 ⁰C
-1

Bilangan gelombang (cm )
Gambar 7 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 1 jam

14

800 ⁰C
-

OH
3PO4

900 ⁰C

2-

CO3

1000 ⁰C

-1

Bilangan gelombang (cm )
Gambar 8 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 3 jam

800 ⁰C
-

v

OH

3-

v PO4

900 ⁰C

2-

CO3
v
v

1000 ⁰C

-1

Bilangan gelombang (cm )
Gambar 9 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 6 jam

15

800 ⁰C
-

OH
3PO4

900 ⁰C

2-

CO3

1000 ⁰C

Gambar 10 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 12 jam
Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10 menunjukkan hasil
karakterisasi sampel HA. Sampel dengan suhu kalsinasi 800 ºC menunjukkan
gugus PO43- dan CO32- pada waktu stirring 3 jam, 6 jam, dan 12 jam, namun pada
waktu stirring 1 jam terdapat gugus OH-. Sedangkan pada sampel dengan suhu
kalsinasi 900 ºC dan 1000 ºC terdapat gugus OH-, PO43-, dan CO32-. Terdapatnya
gugus OH- ini menunjukkan sampel tersebut masih terdapat kandungan H2O,
sedangkan gugus CO32- menunjukkan bahwa masih terdapat kandungan karbonat.
Karbonat pada semua sampel ini dapat diindikasikan sebagai B-type carbonate
apatite (BCA) yang tidak dapat terdeteksi oleh XRD karena kadarnya sangat
kecil. Karbonat tersebut terdeteksi oleh FTIR pada bilangan gelombang 14001460 cm-1. Oleh karena itu, FTIR ini bermanfaat untuk mendeteksi senyawa yang
sangat kecil sekalipun.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Cangkang kerang mencos memiliki fase CaCO3. Setelah dilakukan proses
kalsinasi pada suhu 800 ºC fase cangkang kerang masih berupa CaCO3, dan
kalsinasi pada suhu 900 ºC dan 1000 ºC fase cangkang kerang berubah menjadi
CaO. Setelah dikalsinasi, serbuk cangkang kerang dikarakterisasi menggunakan
AAS untuk mengetahui kadar Ca yang terkandung pada cangkang kerang tersebut.
Hasil karakterisasi AAS menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu kalsinasi,

16
semakin tinggi kadar Ca yang dihasilkan. Kadar Ca hasil kalsinasi pada suhu 800
ºC 36.58%, suhu 900 ºC 59.26%, dan suhu 1000 ºC 72.70%.
Sintesis HA dilakukan dengan metode single drop, dengan prekursor
sumber kalsium berasal dari serbuk cangkang kerang berupa CaCO3 dan CaO
yang direaksikan dengan H3PO4 dengan rasio konsentrasi 1.67. Hasil pereaksian
tersebut yaitu pada suhu kalsinasi 800 ºC menghasilkan TCP, dan suhu kalsinasi
900 ºC dan 1000 ºC menghasilkan HA. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan
bahwa persentase TCP tertinggi yang dihasilkan dari suhu kalsinasi 800 ºC yaitu
pada lama waktu stirring 3 jam sebesar 97.16%. Persentase HA tertinggi yang
dihasilkan dari suhu kalsinasi 900 ºC yaitu pada lama waktu stirring 6 jam sebesar
84.41%, dan suhu kalsinasi 1000 ºC pada lama waktu stirring 3 jam sebesar
89.90%. Pengaruh lama waktu stirring pada proses sintesis HA tidak terlalu
signifikan dalam pembentukan fase dan struktur kristal. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa yang berpengaruh dalam pembentukan fase dan struktur kristal yaitu suhu
kalsinasi. Semakin tinggi suhu kalsinasi, maka semakin cepat dalam
pemebentukan HA. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan gugus fungsi pada
semua sampel yang dihasilkan terdapat kandungan karbonat, yakni kandungan
BCA. Kandungan BCA ini dapat terdeteksi menggunakan FTIR, karena
kandungannya sangat kecil.

Saran
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan sintesis hidroksiapatit dari
cangkang kerang mencos menggunakan sumber fosfat dan dengan metode yang
lainnya agar HA yang dihasilkan yaitu murni HA tanpa ada impuritas lainnya,
serta dapat dilakukan sintesis -TCP (β-tricalcium phosphate) dengan sumber
kalsium berupa CaCO3 dan rasio konsentrasi Ca/P yang tepat. Suhu optimum
kalsinasi yang dapat digunakan untuk sinteis HA yaitu suhu 1000 ºC dan untuk
sintesis -TCP yaitu suhu 800 ºC karena lebih cepat dalam pembentukan fase dan
struktur kristalnya, yaitu pada waktu stirring 3 jam.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Prasentyanti F. 2008. Pemanfaatan cangkang telur ayam untuk sintesis
hidroksiapatit reaksi kering [skirpsi]. Bogor (ID): Departemen Fisika Institut
Pertanian Bogor.

2.

I. Sopyan, M. Mel, S. Ramesh, K.A. Khalid. 2007. Porous hydroxyapatite for
artificial bone applications. Science and Technology of Advanced Materials
Vol. 8, Issues 1-2, Pages 116–123.

3.

Ehrler, Douglas M. MD, Vaccaro, Alexander R. MD. 2000. The use of
allograft bone in lumbar spine surgery. Clinical Orthopaedics & Related
Research: Vol. 1 (371) pp 38-45.

17
4.

M. Anthony Rosales, Merri Bruntz, David G Armstrong. 2004. Gammairradiation human skin allograft: A potential treatment modality for lower
extremity ulcers. International Wound Journal. Vol. 1 No 3.

5.

J. X. Lu, A. Gallur, B. Flautre, K. Anselme, M. Descamps, B. Thierry, P.
Hardouin. 1998. Comparative study of tissue reactions to calcium phosphate
rceramics among cancellous, cortical, and medullar bone sites in Rabbits. J
Biomed Mater Res, 42, 357-367.

6.

A. K Nayak. 2010. Hydroxiapatite synthesis methodologies: An overview.
Int.J. ChemTech Res. 2 (2).

7.

Z. Ajdukovic, S. Najman, L.J. Dordevic, V. Savic, D.Mihailovic, D. Petrovic,
N. Ignjatovic and D. Uskokovic. 2005. Repair of bone tissue affected by
osteoporosis with hydroxyapatite-poly-l-lactide (HAp-PLLA) with and
without blood plasma. J Boimater Appl 20: 179.

8.

E. Landi, Federica V, and Anna T. 2008. Porous hydroxyapatite/gelatine
scaffolds with ice-designed channel-like porosity for biomedical applications.
Institute of Science and Technology for Ceramics, National Research
Council. Acta Biomaterialia 4 1620–1626.

9.

Desi L. M, Desy N, Heru S. 2012. Sintesis hydroxyapatite berukuran nano
dengan metode elektrokimia sebagai bioimplan tulang dan gigi. Jurnal Teknik
POMITS Vol. 1, No. 1 1-3.

10. Zhao Qin, Alfonso Gautieri, Arun K. Nair, Hadass Inbar, and Markus J.
Buehler. 2012. Thickness of hydroxyapatite nanocrystal controls mechanical
properties of the collagen-hydroxyapatite interface. Langmuir, 28.
11. Jena, Preetam. 2007. Synthesis and characterization of hydroxiapatite [thesis].
Rourkela (IN): Departemen of Ceramic Engineering, National Institute of
Technology Rourkela.
12. Joint Committee on Powder Diffraction Standards.
13. Hong Li, Chang-Ren Zhou, Min-Ying Zhu, Jin-HuanTian, Jian-Hua Rong.
2010.
Preparation
and
characterization
of
homogeneous
hydroxyapatite/chitosan composite scaffolds via in-situ hydration. Journal of
Biomaterials and Nanobiotechnology. 1, 42-49.

18

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian
Mulai

Persiapan alat dan bahan

Siap?

Tidak

Ya
Kalsinasi serbuk cangkang kerang mencos (800 ºC, 900 ºC, dan 1000 ºC)
CaCO3 dan CaO
Pencampuran dengan H3PO4 secara single drop
Stirring (1 jam, 3 jam, 6jam, dan 12 jam)
Penyaringan

Sintering
Serbuk Hidroksiapatit
Analisis

Gugus fungsi

Fase dan struktur kristal

Laporan
Selesai

19
Lampiran 2 Keteputihn Sintesis HA

(a)

(e)

(b)

(c)

(f)

Keterangan:
(a) Serbuk cangkang kerang mencos
(b) Kalsinasi cangkang kerang mencos
(c) Hasil kalsinasi cangkang kerang mencos
(d) Proses presipitasi single drop
(e) Proses stirring
(f) Penyaringan
(g) Sintering
(h) Serbuk HA

(d)

(g)

(h)

20
Lampiran 3 JCPDS CaCO3

Lampiran 4 JCPDS Mg0.03Ca0.97CO3

21
Lampiran 5 JCPDS CaO

Lampiran 6 JCPDS HA

22
Lampiran 7 JCPDS TCP

Lampiran 8 JCPDS OCP

23
Lampiran 9 JCPDS ACA

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang, pada tanggal 18 Agustus
1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan masa studi di SD Negeri Panosogan III
selama 6 tahun, SMP Negeri 1 Cikeusal selama 3 tahun, dan
SMA Negeri 1 Cikeusal selama 3 tahun, serta melanjutkan
pendidikan sarjana di Departemen Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis aktif dalam organisasi
kemahasiswaan sebagai anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB tahun 20092010, anggota Lingkungan Seni Sunda Gentra Kaheman IPB 2010-2013, dan
Pengurus Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) IPB tahun 2011-2012. Penulis
aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB dan seminar atau
workshop yang diadakan di dalam kampus atau luar kampus. Penulis juga bekerja
sebagai operator XRD di Laboratorium Analisis Bahan Departemen Fisika,
FMIPA IPB.