Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Ranga
BALGIES
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
(2)
Hidroksiapatit adalah material keramik yang digunakan sebagai biomaterial yang baik untuk tulang karena bersifat bioaktif. Dalam rangka meningkatkan sifat bioaktif tersebut maka dipilih bahan alami sebagai sumber prekursor kalsium, pada penelitian ini bahan yang digunakan sebagai sumber kalsiumnya adalah cangkang kerang ranga. Serbuk cangkang
kerang yang digunakan diperoleh dari perairan Belitung. Sebelum digunakan, serbuk cangkang kerang diidentifikasi fase kalsiumnya dengan x-ray diffractometer dan atomic absorption spectrophotometer. Hasil analisis menunjukkan fase kalsium yang dimiliki oleh
cangkang kerang adalah CaCO3 dengan kadar kalsium 79,68%. Sintesis hidroksiapatit
dilakukan dengan metode presipitasi pada suhu 800C yaitu dengan meneteskan larutan
H3PO4 pada larutan kalsium. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan 1100C dan
sintering pada suhu 9000C. Nisbah konsentrasi kalsium dan fosfat yang digunakan yaitu
1,67 dengan konsentasi kalsium 0,5 M dan 1 M. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan X-ray diffractometer, UV-VIS Spektrometer, atomic absorption spectrophotometer, dan
spektrofotometer fourier transform infrared. Dari hasil analisis, hidroksiapatit diperoleh
dari sintesis dengan konsentrsi kalsium 0,5 M dan sintering pada suhu 9000C. Pada
konsentrasi ini, jika hanya dikeringkan pada suhu 1100C hasilnya campuran hidroksiapatit
dan apatit karbonat. Sintesis dengan konsentrasi kalsium 1,0 M menunjukan masih terdapat
raw material pada sampel, sedangkan pada proses sintering dengan suhu kalsinasi 9000C
hasil yang diperoleh adalah hidroksiapatit.
Kata Kunci: Hidroksiapatit, X-ray diffractometer, Spektrometer UV-VIS, atomic absorption spectrophotometer, dan spektrofotometer fourier transform infrared. cangkang
(3)
NIM : G74070043
Disetujui,
Dr. Kiagus Dahlan
Pembimbing I
Setia Utami Dewi, M.Si
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Fisika
Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si
(4)
iii
SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT
DARI CANGKANG KERANG
RANGA
BALGIES
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
(5)
bersaudara dari pasangan Salim Amir Thalib dan Fatimah Ali. Penulis dianugrahi nama Balgies.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di SDN Singawinata V Purwakarta, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Purwakarta. Tahun 2007 penulis telah lulus dari SMA PGRI 1 Purwakarta dan diterima di InstitutPertanian Bogor (IPB) pada tahun yang sama melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk pendidikan sarjana strata satu (S1).
Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif di dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Bersama (TPB) 44 sebagai bendahara Departemen Politik (2007-2008), Staf komisi satu Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) (2008-2009), serta beberapa panitia pada dibeberapa kegiatan salahsatunya adalah berdahara umum Pesta Sains Nasional IPB (2010). Penulis pernah menjadi asisten Praktikum Fisika Dasar (2010) dan penulis juga aktif mengajar privat dan kelompok belajar pada lembaga bimbingan belajar Primagama.
(6)
lupa tercurah kepada suri teladan Rosulullah SAW.Merupakan karunia dan kebahagiaan terbesar bagi penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Ranga”. Ucapan terimakasih pula penulis haturkan kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
1. Dr. Kiagus Dahlan selaku dosen pembimbing pertama dan Setia Utami Dewi selaku dosen pembimbing kedua, yang telah banyak memberikan masukan, motivasi serta bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Sidikkrubadi, M.Si dan Siti Nikmatin, M.Si selaku dosen penguji, yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Ir. Hanedi Darmasetiawan, M.Si selaku dosen editor, yang membantu dalam proses penulisan tugas akhir ini.
4. Abi, umi, adik-adik tersayang, Yahya, Usamah, Khairiyah, Lukman, Amir, serta keluarga besar yang telah mendoakan dan memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam tulisan ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk hasil yang lebih baik. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca yang ingin meneliti lebih lanjut.
Bogor, Desember 2011
(7)
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 1
1.3 Perumusan Masalah ... 1
1.4 Hipotesis ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 1
2.1 Biokeramik ... 1
2.2 Hidroksiapatit... 2
2.3 Cangkang Kerang ... 2
2.4 Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) ... 3
2.5 X-Ray Diffractometer (XRD) ... 3
2.6 Spektrofotometer Fourier Transform InfraRed (FTIR) ... 4
2.7 Spektrofotometer UV-VIS ... 4
BAB 3 METODE PENELITIAN
... 53.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 5
3.2 Alat dan Bahan ... 5
3.3 Prosedur Penelitian ... 5
3.3.1 Penentuan kadar kalsium dari cangkang kerang ... 5
3.3.2 Sintesis hidroksiapatit ... 6
3.3.3 Karakterisasi XRD ... 6
3.3.4 Karakterisasi FTIR... 6
3.3.5 Karakterisasi AAS ... 6
3.3.6 Karakterisasi UV-VIS ... 6
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
... 6BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
... 115.1 Kesimpulan ... 11
5.2 Saran ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 11
(8)
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Klasifikasi Biokeramik ... 2
Tabel 2 Komposisi Kimia Serbuk Cangkang Kerang Buluh ... 3
Tabel 3 Derajat Kristalinitas ... 8
Tabel 4 Ukuran Kristal Sampel... 8
Tabel 5 Parameter Kisi Sampel... 9
(9)
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur hidroksiapatit... 2
Gambar 2 Perangkat difraktometer ... 3
Gambar 3 Pola difraksi hukum Bragg ... 4
Gambar 4 Skema FTIR ... 4
Gambar 5 Skema UV-VIS ... 5
Gambar 6 Cangkang kerang ranga (a) dan cangkang kerang ranga yang sudah dihaluskan (b) ... 7
Gambar 7 Pola XRD cangkang kerang ranga ... 7
Gambar 8 Pola XRD hidroksiapatit larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M suhu 1100C (a 1) dan pola XRD hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C (a2) ... 7
Gambar 9 Pola XRD hidroksiapatit larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 1100C (b 1) dan pola XRD hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C (b2) ... .... 8
Gambar 10 Pola FTIR hidroksiapatit larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M suhu 1100C (a 1) dan pola XRD hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C (a2) ... ... 9
Gambar 11 Pola FTIR hidroksiapatit larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 1100C (b 1) dan pola XRD hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C (b2) ... ... 10
(10)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Diagram Alir Sintesis HAp ... 14
Lampiran 2 Alat dan Bahan Penelitian ... 15
Lampiran 3 Data Base JCPDS (a) H3PO4, (b) AKA, (c) AKB, (d) CaCO3, (d) CaO, dan (e) HAp ... 16
Lampiran 4 Perhitungan Nisbah Ca/P ... 19
Lampiran 5 Pengolahan Data Cangkang Kerang Ranga ... 21
Lampiran 6 Pengolahan Data HAp Sampel a1 ... 22
Lampiran 7 Pengolahan Data HAp Sampel a2 ... 23
Lampiran 8 Pengolahan Data HAp Sampel b1 ... 24
Lampiran 9 Pengolahan Data HAp Sampel b1 ... 25
Lampiran 10 Pola XRD Hidroksiapatit Larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M Suhu 1100C (a 1) dan Pola XRD Hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M Suhu 9000C (b2) ... 26
Lampiran 11 Pola XRD Hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M Suhu 1100C (b 1) dan Pola XRD Hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M Suhu 9000C (b2) ... 27
Lampiran 12 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel a1 ... 28
Lampiran 13 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel a2 ... 29
Lampiran 14 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel b1 ... 30
Lampiran 15 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel b2 ... 31
Lampiran 16 Pengolahan Data Perhitungan Ukuran Kristal Sampel ... 32
Lampiran 17 Pola FTIR HAp Sampel a1 ... 33
Lampiran 18 Pola FTIR HAp Sampel a2 ... 34
Lampiran 19 Pola FTIR HAp Sampel b1 ... 35
Lampiran 20 Pola FTIR HAp Sampel b2 ... 36
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan biomaterial yang meningkat, memicu berbagai upaya untuk mencari alternatif biomaterial yang dapat menggantikan struktur jaringan yang hilang tanpa menimbulkan efek yang negatif serta terjangkau oleh masyarakat. Peningkatan kebutuhan masyarakat dalam penggunaan biomaterial dalam bidang kedokteran terutama bagian tulang dan gigi disebabkan oleh meningkatnya kasus patah tulang dan kerusakan gigi[1].
Pengembangan bahan biomaterial sintesis sebagai bahan rehabilitasi jaringan tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan melanjutkan fungsi daur kehidupan jaringan yang digantikan. Salah satu bahan yang sedang dikembangkan sebagai biomaterial sintesis adalah biokeramik. Akhir - akhir ini keramik tidak hanya digunakan sebagai komponen kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga, bahan bangunan dan lain-lain. Biokeramik merupakan teknologi keramik telah diarahkan sebagai bahan penambahan dan rehabilitasi jaringan[2]. Biokeramik tersebut bersifat
bioaktif. Bahan bioaktif tersebut adalah bahan yang dapat menimbulkan respon biologis spesifik pada pertemuan bahan dengan jaringan yang akan menimbulkan proses pembentukan tulang (osteogenesis) antara bahan dengan jaringan [2].
Biokeramik untuk tulang dan gigi yang telah dikembangkan adalah hidroksiapatit (HAp). Hidroksiapatit memiliki sifat bioaktif dan merupakan komponen utama pada tulang dan gigi. Hal ini dikarenakan sifat-sifat ion kalsium (Ca2+) pada hidroksiapatit dapat
mengubah ion-ion logam berat yang beracun dan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menyerap unsur-unsur kimia organik dalam tubuh serta memiliki sifat biokompatibilitas dan bioaktivitas yang baik pula [3].
Pembuatan hidroksiapatit dapat dilakukan secara alami dan sintesis. Pada penelitian ini, hidroksiapatit yang dibuat dengan menggunakan sumber kalsium alami yaitu cangkang kerang. Sintesis hidroksiapatit dari bahan alami lebih baik dikarenakan bahan tersebut dapat meningkatkan bioaktif dan biokompotibel. Bahan alami yang digunakan adalah cangkang kerang ranga yang
didapatkan dari daerah perairan Bangka
Belitung. Bahan ini digunakan karena merupakan sumber kalsium alami. Selain itu, kelimpahan bahan yang besar didaerah Indonesia sehingga dapat dijadikan hidroksiapatit yang lebih terjangkauan bagi masyarakat jika dibandingkan dengan produk hidroksiapatit yang harus di expor dari Luar Negeri.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Mempelajari struktur dan kandungan kalsium cangkang kerang ranga.
2. Mempelajari molaritas optimum pada sintesis Hidroksiapatit dari cangkang kerang.
3. Menganalisis hidroksiapatit yang dihasilkan dengan perangkat analisis
x-ray diffractometer (XRD),
spektrometer UV-VIS, atomic absorbtion spectrophotometer (AAS),
dan spektrofotometer Fourier transform infrared (FTIR).
1.3 Perumusan Masalah
1. Mengapa harus dilakukan variasi molaritas?
2. Bagaimana struktur, dan komposisi hidroksiapatit yang dihasilkan?
1.4 Hipotesis
Konsentrasi 1 M dan suhu sintering
sebesar 9000C akan meningkatkan keberadaan
hidroksiapatit dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biokeramik
Keramik adalah material logam dan non logam yang memiliki ikatan ikatan ionik dan ikatan kovalen[4].Pengertian biokeramik
adalah keramik yang digunakan untuk kesehatan tubuh dan gigi pada manusia. Sifat biokeramik antara lain tidak beracun, tidak mengandung zat karsinogik, tidak menyebabkan alergi, tidak menyebabkan radang, memiliki biokompatibel yang baik, dan tahan lama [5].
Kelebihan biokeramik adalah memiliki biokompatibilitas yang baik dengan sel-sel tubuh dibandingkan dengan biomaterial polimer atau logam[7]. Biokeramik tidak
(12)
merusak sel-sel dalam tubuh, biasanya biokeramik digunakan untuk pengganti tulang, dan sebagai bahan penambal gigi.
Menurut sifatnya biokeramik terbagi menjadi tiga, yang diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi Biokeramik Reaksi sel –
implant
Akibat Contoh
Bioinert Sel membetuk kapsul
serabut yang tidak
menempel pada disekitar
implant
Alumina (Al2O3), Zirconia (ZrO2) dan
karbon
Bioaktif Sel membentuk ikatan antar muka
dengan implant
Hidroksiapatit, bio-glass, A-W glass
Bioresorable Sel mengganti implant -tricalsium fosfat, hidroksi apatit karbonat,
kalsium karbonat 2.2 Hidroksiapatit
Hidroksiapatit (HAp) yaitu senyawa mineral apatit yang mempunyai struktur heksagonal. HAp merupakan fase kristal dari senyawa kalsium fosfat yang paling stabil. Rumus kimia HAp adalah Ca10(PO4)6(OH)2
mempunyai parameter kisi: a=9,433Å, c=6,875Å, dan perbandingan Ca/P=1,67. Kelebihan hidroksiapatit adalah berpori, bioaktif, tidak korosi, dan tahan aus.
Unit sel terdiri dari dua subsel prisma
segitiga rombik. Terdapat dua kaca horizontal yaitu, Z = ¼ dan Z = ¾ dan sebagai tambahan terdapat bidang tengah inversi, tepatnya di setiap tengah muka vertikal dari setiap sub sel. Atom C ditunjukkan oleh lingkaran berwarna hijau, atom O ditunjukkan oleh lingkaran berwarna biru dan atom P ditunjukkan oleh lingkaran berwarna merah.
Gambar 1 Struktur hidroksiapatit.
Unit sel memiliki dua atom Ca yaitu,
1. Ca1: memiliki tiga pusat, puncak dan
dasar dihitung sebagai ½ Ca1.
Masing-masing subsel memiliki dua atom Ca dari Ca1.
2. Ca2: memiliki enam atom Ca2, total atom
Ca dalam setiap unit sel adalah sepuluh (terdiri dari 4 Ca1 dan 6 atom Ca 2). Atom-atom Ca2 membentuk dua segitiga
normal hingga sumbu C dan berotasi sebesar 600[6].
2.3 Cangkang Kerang Ranga
Kerang merupakan nama sekumpulan moluska dwicangkerang dari family cardiidae yang merupakan salah satu
komoditi perikanan yang telah lama dibudidayakan sebagai salah satu usaha sampingan masyarakat pesisir. Teknik budidayanya mudah dikerjakan, tidak memerlukan modal besar, dan dapat dipanen setelah berumur 6–7 bulan. Hasil panen kerang per hektar per tahun dapat mencapai 200–300 ton kerang utuh atau sekitar 60 – 100 ton daging kerang [8]. Ada dua jenis
kerang yang sangat dikenal yaitu kerang dagu dan kerang bulu. Perbedaan nyata dari kedua jenis ini pada lapisan cangkangnya. Pada jenis kerang buluh lapisan terluar cangkangnya masih terdapat rambut, bentuk kulitnya licin, sedangkan pada kerang dagu cangkangnya berjalur-jalur.
Dari hasil pola difraksi sinar–X didapat bahwa cangkang kerang pada suhu di bawah 5000C tersusun atas kalsium karbonat
(13)
struktur kristal orthorombik. Sedang pada suhu di atas 5000C berubah menjadi fase
kalsit dengan struktur kristal hexagonal [9].
Selain kalsium terdapat pula mineral-mineral lain pada cangkang kerang. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Syahrul Humaidi dan Syahril Efendi, mineral tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi Kimia Serbuk Cangkang
Kerang Buluh
No Komponen Kadar (% berat)
1 CaO 66,70
2 SiO2 7,88
3 Fe2O3 0,03
4 MgO 22,28
5 Al2O3 1,25
2.4 Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
Atomic absorption spectrophotometer
(AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dalam suatu bahan. Kandungan logam yang dapat ditentukan misalnya, Ca, Na, K, dan Mg. Metode analisis berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom tidak bergantung pada suhu. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometrik. AAS dalam pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.
Informasi yang diperoleh dari hasil karakteristik dengan menggunakan AAS yaitu nilai absorbansi yang sudang dibandingkan dengan standar absorbansinya, sehingga konsentrasi sampel dapat ditentukan dari hasil perbandingan dengan konsentrasi contoh, sehingga ahirnya kadar air unsur-unsur yang dianalisis dapat dicari[12].
2.5 X-Ray Diffractometer (XRD)
X-ray diffractometer (XRD) Instrumen
yang dirancang untuk aplikasi pengukuran perubahan fase, mengetahui struktur kristal dan derajat kristanilitas. Gambar 5 menunjukkan komponen-komponen yang terdapat pada XRD. Analisis XRD menggunakan perangkat difraktometer yang terdiri atas X-ray tube, collimating slits, sample holder dan detektor. X-ray tube
berada dalam kondisi vakum yang berperan untuk menghasilkan sinar-X. Sinar-X yang telah melewati collimating slits akan
mengarah ke sampel yang diletakkan di dalam sample holder. Ketika sampel atau
detektor diputar, maka intensitas dari sinar-X pantul direkam. Jika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg, maka akan terjadi interferensi konstruktif dan akan terbentuk suatu puncak [10].
Detektor akan merekam dan memproses hasil difraksi dan mengubahnya menjadi pola difraksi yang kemudian dikeluarkan pada layar komputer. Metoda XRD berdasarkan sifat difraksi sinar-X yakni hamburan cahaya pada panjang gelombang λ saat melewati kisi kristal pada sudut datang θ dan jarak antara bidang kristal sebesar d. (Gambar 3).
Untuk menghasilkan sinar-X, maka perlu mempercepat elektron-elektron dalam tabung sinar-X dalam medan potensial listrik sehingga menumbuk target (Cr, Fe, Co, Cu, Mo dan W), d-spacing dari pengamatan
difraksi puncak dihitung dengan menggunakan hukum Bragg. Sinar-X dapat didifraksikan oleh kristal sehingga proses penentuan struktur kristal dapat dilakukan. Syarat terjadinya difraksi harus memenuhi hukum Bragg, yang diperlihatkan pada Gambar 3 dan dengan persamaan 1:
n λ = 2d sinθ ………..(1)
(14)
Gambar 3 Pola difraksi hukum Bragg.
2.6 Spektrofotometer Fourier
Transform InfraRed (FTIR)
Fourier Transform InfraRed (FTIR)
adalah alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis ikatan kimia dalam senyawa kalsium fosfat, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur penyusunnya. Spektroskopi infra merah ini di dalamnya terdapat radiasi infra merah yang akan dilewatkan oleh sampel. Beberapa radiasi infra merah diserap oleh sampel dan sebagian dilewatkan (ditransmisikan) oleh sampel. Absorbsi infra merah oleh suatu materi dapat terjadi jika ada kesesuaian antara frekuensi radiasi infra merah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan momen dipol selama bervibrasi[13]. FTIR berguna untuk
mengidentifikasi bahan kimia baik organik atau anorganik. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menduga jumlah komponen dari suatu campuran yang tidak diketahui. Bahan yang dianalisis dapat berupa padatan, cairan, dan gas. Untuk mengidentifikasi bahan yang kurang umum, FTIR perlu dikombinasikan dengan resonansi magnet inti, spektroskopi massa, spektroskopi emisi, dikraksi sinar-X.
Gambar 4 Skema FTIR.
Setiap molekul memiliki energi tertentu dalam bervibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Pada senyawa kalisum fosfat, gugus fungsi yang dapat diamati yaitu gugus PO4, gugus CO3, dan gugus OH.
Gugus PO4 memiliki 4 mode vibrasi, yaitu:
Vibrasi stretching (ν1), dengan bilangan
gelombang sekitar 956 cm-1. Pita
absorpsi ν1 ini dapat dilihat pada bilangan
gelombang 960 cm-1
Vibrasi bending (ν2), dengan bilangan
gelombang sekitar 363 cm-1
Vibrasi asimetri stretching (ν3), dengan
bilangan gelombang sekitar 1040 sampai 1090 cm-1. Pita absorpsi ν
3 ini
mempunyai dua puncak maksimum, yaitu pada bilangan gelombang 1090 cm -1 dan 1030 cm-1.
Vibrasi antisimetri bending (ν4), dengan
bilangan gelombang sekitar 575 sampai 610 cm-1
Bentuk pita ν3 dan ν4 yang tidak simetri
membuktikan bahwa senyawa kalsium fosfat tidak semuanya dalam bentuk amorf.
Spektrum senyawa kalsium fosfat juga dapat diteliti pada pita ν4, yang terbelah dengan
bilangan gelombang maksimum 562 cm-1
dan 602 cm-1. Pita absorpsi OH- dapat juga
dilihat pada spektrum kalsium fosfat, yaitu sekitar 3576 cm-1 dan 632 cm-1 sedangkan
pita absorpsi CO3 (karbonat) dilihat pada
1545, 1450, dan 890 cm-1[14].karbonat ini
juga berpengaruh dalam proses presipitasi dan kristalisasi pada senyawa kalsium fosfat[15].
2.7 Spektrofotometer UV-VIS
Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Dasar spektroskopi UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur molekul-molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi di antara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Oleh sebab itu, serapan radiasi UV-Vis sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Keuntungan dari serapan ultraviolet yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks.
(15)
Panjang gelombang cahaya UV-Vis jauh lebih pendek daripada panjang gelombang radiasi inframerah. Spektrum sinar tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai 400 nm. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi :
∆E = h ν= hc / λ ...(2) Keterangan :
∆E = energi yang diabsorpsi, dalam erg h = tetapan Planck, 6.6 x 1027 erg/det
ν = frekuensi, dalam Hz
C = kecepatan cahaya, 3 x 1010 cm/det
λ = panjang gelombang, dalam cm Spektrum ultraviolet mempunyai panjang gelombang yang pendek yaitu sebesar 200 – 380 nm. Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk menentukan gugus kromofor yang terdapat dalam sampel. Istilah kromofor digunakan untuk menyatakan gugus tak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah-daerah UV-Vis. Daerah UV yang paling banyak penggunaannya secara analitik mempunyai panjang. gelombang 200 - 380 nm, disebut sebagai UV pendek (dekat). Sedangkan panjang gelombang daerah tampak (visibel) berkisar antara 380 - 780 nm[16].
Gambar 5 Skema UV-VIS.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu PenelitianSintesis hidroksiapatit dilakukan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika FMIPA IPB, karakterisasi XRD dilakukan di Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, karakterisasi FTIR dilakukan di Laboratorium Biofarmaka, serta karakterisasi AAS dan UV-VIS, dilakukan di laboratorium Kimia FMIPA IPB. Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Desember 2010 sampai Desember 2011. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi magnetic stirrer, furnace,
timbangan analitik, burette, beaker glass, heating plate, crucible, mortar, vakum,
kertas saring, aluminium foil, XRD, FTIR,
UV-VIS dan AAS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkang kerang ranga, Pro Analis H3PO4, dan
aquabides.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penentuan kadar kalsium dari cangkang kerang
Cangkang kerang yang diperoleh dikeringkan selama 8 jam pada suhu 1100C.
Setelah kering cangkang ditumbuk dengan menggunakan mortar sampai halus. Selanjutnya, serbuk cangkang dikarakterisasi menggunakan AAS dan XRD.
Karakterisasi AAS ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari kadar kalsium yang ada dalam cangkang kerang. Massa cangkang kerang sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu dituksi, tambahkan 5 ml HCl (37%) dan panaskan dengan menggunakan hotplate sampai
homogen. Kemudian sampel didinginkan. Selanjutnya dimasukan ke dalam labu takar 200 ml dan di saring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat diukur dengan menggunakan AAS Simatsu Tipe 7000, dengan panjang gelombang 422,7 nm dan
slite (celah) 0,2 nm.
Sampel yang telah ditimbang sebanyak 200 mg, kemudian ditempatkan pada plat aluminium dengan ukuran diameter 2 cm. Setelah itu dikarakterisasi menggunakan XRD XD-610 SHIMADZU dengan sumber CuKα, yang memiliki panjang gelombang 1,54056 Å. Tegangan yang digunakan sebesar 40 kV dan arus generatornya sebesar
(16)
20 mA. Pengambilan data difraksi dilakukan dalam rentang sudut difraksi 10o sampai 80o
dengan kecepatan baca 0,02o per detik.
3.3.2 Sintesis hidroksiapatit
Hidroksiapatit disintesis dengan menggunakan sumber kalsium dari cangkang kerang dan fosfatnya berasal dari H3PO4. Metode sintesisnya yaitu
mereaksikan larutan H3PO4 dengan larutan
cangkang kerang. H3PO4 yang sudah
dilarutkan dengan aquabides kemudian dimasukkan ke dalam larutan Ca dari cangkang kerang ranga dengan metode
presipitasi menggunakan buret yang tingkat
laju alir 3 ml/menit dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan
kecepatan 300 rpm. Ketika proses presipitasi larutan Ca ditambahkan dengan larutan fosfat, permukaan gelas piala ditutup dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian hasil presipitasi tersebut diendapkan selama 6 jam pada suhu kamar. Hasil endapan tersebut disaring dengan menggunakan vakum. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 110oC selama 5 jam dan disintering dengan
suhu 9000C selama 5 jam. Hasilnya
dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, AAS, UV-VIS dan FTIR. Pada tahap ini dilakukan variasi konsentrasi larutan Ca, dan H3PO4. Variasi yang digunakan yaitu:
1) Larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M
2) Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M
3.3.3 Karakterisasi XRD
Sampel berupa serbuk sebanyak 200 mg ditempatkan di dalam plat aluminium dengan ukuran diameter 2 cm. Setelah itu dikarakterisasi menggunakan XRD XD-610 SHIMADZU dengan sumber CuKα, yang memiliki panjang gelombang 1,54056 Å. Tegangan yang digunakan sebesar 40 kV dan arus generatornya sebesar 20 mA. Pengambilan data difraksi dilakukan dalam rentang sudut difraksi βθ = 10o sampai
βθ = 80o dengan kecepatan baca di atur 0,02o
per detik.
3.3.4 Karakterisasi FTIR
Serbuk HAp sebanyak 2 mg dicampur dengan 100 mg KBr, kemudian dibuat pelet. Setelah itu, sampel dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR HITACHI 270–50 dengan menggunakan bilangan gelombang 400 – 4000 cm-1.
3.3.5 Karakterisasi AAS.
Serbuk HAp sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu detuksi. Filtrat diukur dengan menggunakan AAS Simatsu Tipe 7000, pada panjang gelombang 422,7 nm dan slite (celah) 0,2.
3.3.6 Karakterisasi UV-VIS.
Karakterisasi UV-VIS ini dilakukan untuk mengamati besar kandungan fosfat yang sudah dihasilkan pada sintesis hidroksiapatit. Massa yang digunakan adalah 1 gram lalu dimasukkan ke dalam labu detuksi. Lalu dikarakterisasi dengan menggunakan sinar violet pada panjang gelombang 230 nm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis hidroksiapatit (HAp) dilakukan dengan menggunakan senyawa kalsium dari serbuk cangkang kerang ranga dan fosfat
dari H3PO4. Serbuk cangkang kerang ranga
diperoleh dari perairan Belitung kerang tersebut termasuk kedalam family cardiidae.
Kerang dan serbuk kerang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6.
Serbuk kerang diperoleh dengan cara dibersihkan terlebih dahulu kemudian dipanaskan di atas kayu bakar untuk menghilangkan pigmen warna yang berada pada cangkang kerang. Pemanasan dilakukan hingga cangkang kerang berwarna putih dan lapuk. Selanjutnya, cangkang kerang ditumbuk hingga halus. Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara dengan warga setempat.
Sebelum digunakan untuk sintesis HAp serbuk cangkang kerang dikeringkan pada suhu 1100C selama 5 jam untuk
menghilangkan kadar air dan dikarakterisasi menggunakan XRD.
(17)
(a)
(b)
Gambar 6 Cangkang kerang ranga (a) dan
Cangkang kerang ranga yang
sudah dihaluskan (b).
Karakterisasi cangkang kerang dengan XRD bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari fase kalsium yang terdapat pada cangkang kerang. Pola karakterisasi XRD cangkang kerang dapat dilihat pada gambar 7.
Hasilnya memperlihatkan bahwa kalsium yang terkandung pada serbuk cangkang kerang ranga adalah kalsium karbonat
(CaCO3) dapat dilihat pada gambar 7.
Puncak-puncak XRD disesuaikan dengan
Joint Committee on Power Diffraction Standards (JCPDS) untuk CaCO3 dan CaO
(Lampiran 5). Puncak - puncak tertinggi yaitu pada sudut 18,20◦, 29,52◦, 34, 23◦. Selain fase CaCO3, terdapat fase CaO dengan
intensitas yang kecil pada sudut 54,42◦.
Muncul fase CaO dikarenakan beberapa senyawa CaCO3 sudah berubah fase pada
saat dikeringkan.
Gambar 7 Pola XRD cangkang kerang
ranga.
Senyawa kalsium yang diperoleh digunakan sebagai bahan dasar sintesis HAp yang direaksikan dengan H3PO4 dengan
metode presipitasi. Identifikasi fase yang dihasilkan di analisis dengan menggunakan XRD. Pola XRD hasil sintesis diperlihatkan pada Gambar 7. Penentuan fase dilakukan dengan data joint committee on power diffraction standards (JCPDS) no 09-0432
(lampiran 3).
Hasil analisis untuk sampel dengan konsentrasi kalsium 1 M, dengan sintering 9000C (Gambar 8) memperlihatkan fase
yang terbentuk adalah HAp. Pada konsentrasi yang sama namun tanpa proses sintering, sampel yang hanya dikeringkan (Gambar 8) memperlihatkan fase yang terbentuk adalah HAp. Selain HAp pada sampel a2 terdapat fase lain yaitu apatit
karbonat tipe-A (AKA), dan H3PO4. Fase
AKA dapat muncul karena struktur HAp karbonat digantikan oleh ion OH-. Selain itu,
munculnya AKA dikarenakan pada saat proses pengeringan menggunakan suhu yang rendah yaitu 1100C.
Perbedaan sampel a1, dan a2 adalah
temperatur yang digunakan pada saat pengeringan. Fase terbentuknya HAp paling banyak yaitu pada sampel a1 yang
menggunakan proses sintering dengan suhu 9000C.
Hasil analisis sampel yang memiliki konsentrasi kalsium sebesar 0,5 M dapat dilihat pada Gambar 9. Pada sampel b1 dan
b2 menunjukan mayoritas fase yang
terbentuk adalah HAp.
Gambar 8 Pola XRD hidroksiapatit larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M suhu
1100C (a
1) dan pola XRD
hidroksiapatit Larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M suhu 9000C
(a2).
βθ (deg) Int ens ita s (c ount
) Intens
ita
s
(c
ount
(18)
Gambar 9 Pola XRD hidroksiapatit larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu
1100C (b
1) dan pola XRD
hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C
(b2).
Puncak-puncak yang terbentuk merupakan puncak milik HAp. Pada sampel b1 puncak tertingginya yaitu βθ = γ1,8β50
dan pada sampel b2 puncak tertingginya
yaitu pada βθ = γ1,9844. Pada sampel b2
terdapat fase lain selain HAp namun intensitas fase lain pada sampel ini sangat rendah.
Konsentrasi yang berbeda memperlihatkan pembentukan HAp yang berbeda. Pada sampel a yang memiliki konsentrasi kalsium 1 M dan konsentrasi fosfat 0,6 M dengan suhu pengeringan 1100C dalam sintesis HAp masih terdapat
banyak fase pengotor jika dibandingkan dengan sampel b yang konsentrasi kalsium 0,5 M dan konsentrasi fosfat 0,3 M. Hal ini dapat terjadi karena pada sampel a dengan suhu yang rendah pembentukan HAp lebih lambat karena komposisi yang banyak.
Konsentrasi yang sama dengan variasi suhu yang berbeda menunjukan derajat kristalinitas yang berbeda pula. Derajat kristalinitas merupakan besaran yang menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu material dengan membadingkankan luasan kurva kristal dengan luasan kurva amorf dan kristal. Pengukuran derajat kristalinitas diperoleh langsung dari program karakterisasi XRD.
Pada Tabel 3 terlihat perbedaan derajat kristalinitas antara sampel a dan b. Persentasi derajat kristalinitas meningkat sebanding dengan kenaikan suhu kalsinasi. Suhu kalsinasi yang semakin tinggi menyebabkan susunan atom semakin teratur sehingga menyebabkan banyak terbentuknya fase kristal. Sampel yang memiliki fase
AKA memiliki derajat kristalinitas yang rendah. Pada sampel a2 menunjukan bahwa
derajat kristalinitas lebih kecil dibandingkan dengan a1 yang seluruh fasenya adalah HAp.
Sampel yang memiliki konsentrasi kalsium 1 M dan fosfat 0,6 M menunjukan derajat kristalinitas lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang memiliki konsentrasi kalsium 0,5 M dan kosentrasi fosfat 0,3 M. Tabel 3 Derajat Kristalinitas Sampel
Kode
sampel Kristalinitas (%) a1 84,43
a2 72,12
b1 82,54
b2 66,11
Tabel 4 memperlihatkan nilai ukuran kristal sampel yang dihitung dengan persamaan scherrer. Persamaan tersebut
adalah
...(3) Dimana K adalah konstanta untuk matrial biologi yang bernilai 0,9, adalah panjang gelombang yang digunakan pada alat XRD yaitu 0,15406 nm, dan adalah FWHM (Full width at half maximum) dari
garis difraksi skala βθ. Tabel 4 Ukuran kristal sampel
Kode
sampel (deg) (rad) D002 (nm) a1 0,0654 0,0011 828,2670
a2 0,0885 0,0015 1129,4200
b1 10,532 0,1838 8,5663
b2 0,1708 0,0029 408,9359
Tabel 4 memperlihatkan nilai ukuran kristal sampel yang dihitung dengan persamaan scherrer (lampiran) ukuran kristal pada sampel berkisar antara 8,566387 – 408,9359 nm. Ukuran kristal yang didapatkan berbanding terbalik dengan nilai FWHM. Jika nilai FWHM kecil maka ukuran kristal akan besar. Pada konsentrasi kalsium dan fosfat 1/0,6 M ukuran kristal lebih kecil dibandingkan pada sampel yang memiliki konsentrasi 0,5/0,3 M karena penambahan konsentrasi mengakibatkan penurunan ukuran kristal.
Parameter kisi dapat dihitung dengan menggunakan jarak antara bidang pada
Int ens ita s (c ount )
(19)
geometri kristal hexagonal. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5 parameter kisi sampel berada pada kisaran HAp dengan kisaran akurasi parameter kisi a sebesar 86,03-92,72, sedangkan kisaran akurasi kisi c sebesar 99,25-99,94 sehingga dapat dikatakan fase yang terbentuk adalah fase HAp.
Tabel 5 Parameter Kisi Sampel Kode
sampel
Parameter Kisi
a (Å) Ketepatan c (Å) Ketepatan a1 8,213 87,21 6,935 99,25
a2 8,732 92,72 7,379 92,85
b1 8,102 86,03 6,887 99,94
b2 8,190 86,96 6,907 99,66
Spektroskopi FTIR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi OH-, PO
4
3-,CO32- yang terbentuk pada sampel. Variasi
suhu dan konsentrasi Ca/P pada sampel mempengaruhi bentuk pita serapan yang diidentifikasi dengan spektroskopi inframerah. Secara umum semua sampel menunjukan pita serapan gugus hidroksil, pita serapan ν1, ν3, dan ν4 fosfat dan ν3, ν4
gugus karbonat.
Gambar 10 Pola FTIR hidroksiapatit larutan Ca 1 M dan H3PO4 0,6 M suhu
1100C (a
1) dan pola XRD
hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C
(a2).
Intensitas spektrum inframerah bergantung pada kenaikan suhu pada saat kalsinasi dan kenaikan konsentrasi. Pada kenaikan suhu dapat dilihat pada Gambar 13 menunjukkan gugus fosfat pada sampel a2
lebih curam dibandingkan dengan sampel a1,
dan semakin panjangnya gugus fosfat menunjukkan konsentrasi yang tinggi. Pada konsentrasi kalsium 1 M dan konsentrasi fosfat 0,6 M dengan suhu sintering 9000C
(sampel a2) pita serapan fosfat ν1 berada
pada bilangan gelombang 944,51cm-1
sementara pada pita serapan fosfat ν3 berada
pada bilangan gelombang 1042,38 cm-1 dan
1090,85 cm-1, dan pada pita serapan fosfat ν 4
berada pada bilangan gelombang 552,78 cm -1 dan 572,35 cm-1. Munculnya gugus fosfat
menunjukan HAp pada sampel telah terbentuk.
Pita serapan pada sampel a1
menunjukkan puncak yang lemah. Pita serapan vibrasi asimetri ν3 fosfat yang
terbentuk pada sampel a2 tidak simerti, hal
ini menunjukkan bahwa HAp pada sampel a2
berbentuk kristal. Selain itu, belahan yang tinggi pada pita serapan ν4 fosfat
memperkuat nilai derajat kristalinitas yang besar. Hal tersebut diperkuat oleh hasil XRD yang menunjukkan bahwa sampel a2
memiliki derajat kristalinitas lebih tinggi dibandingkan dengan sampel a1. Gugus OH
-yang merupakan karakteristik HAp berada pada bilangan gelombang 3576 cm-1 dan 632
cm-1. Gugus OH- dengan karakteristik HAp
tersebut muncul pada sampel a2, kondisi ini
dapat memperlihatkan bahwa konsentrasi yang tinggi dapat meningkatkan jumlah hidroksil. Gugus hidroksil pada konsentrasi Ca/P 1/0,6 dengan suhu sintering 1100C
(sampel a1) memperlihatkan jumlah
hidroksil lebih sedikit. Suhu sintering yang
tinggi menyebabkan nilai transmitansi yang tinggi. Hal tersebut dapat terlihat pada sampel a2 yang memiliki nilai transmitansi
lebih tinggi dibandingkan dengan a1.
Ion karbonat merupakan inhibitor pertumbuhan kristal pada sampel. Pita serapankarbonat pada sampel a2 berada pada
bilangan geombang 1417,82 cm-1 dan pada
sampel a1 berada pada bilangan gelombang
1420,51 cm-1.
Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr ansm ita nsi ( % )
(20)
Gambar 11 Pola FTIR hidroksiapatit larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu
1100C (b
1) dan pola XRD
hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H3PO4 0,3 M suhu 9000C
(b2).
Sampel b1 dan b2 menunjukkan pita
serapan yang hampir sama dengan sampel a1
dan a2. Pada sampel b2 pita serapan ν1 fosfat
berada pada bilangan gelombang 944,51 cm -1, pada pita serapan ν
3 fosfat berada pada
bilangan gelombang 1090,85 cm-1, dan pada
pita serapan ν4 fosfat berada pada bilangan
gelombang 603,57 cm-1. Pita serapan
hidroksil pada sampel b2 berada pada
bilangan gelombang 3572,47 cm-1, dan pita
serapan karbonat berada pada bilangan gelombang 1417,32 cm-1. Pada sampel b
1
pita serapan hidroksil cukup banyak dibandingkan pada sampel yang lain. Hal ini terjadi karena pada sampel b2 kadar air yang
terkandung dalam sampel masih cukup banyak. Banyaknya kandungan air yang tersimpan dalam sampel dipengaruhi oleh suhu yang digunakan. Pada saat kalsinasi sampel tersebut suhu yang digunakan untuk proses pengeringan adalah 1100C.
Karakterisasi AAS digunakan untuk mengetahui kadar kalsium yang berada pada sampel, dan karakterisasi UV-VIS digunakan untuk mengetahui kadar fosfat yang terdapat pada sampel. Tabel 6 memperlihatkan hasil pengukuran AAS dan UV-VIS. Konsentrasi mempengaruhi kadar ion kalsium dan fosfat yang terkandung dalam suatu sampel. Pada konsentrasi yang tinggi jumlah ion kalsium dan ion fosfat yang terkandung akan lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih kecil. Namun, pada sampel a2 mempunyai
kadar kalsium 25,80 % b/b dan kadar fosfat sebesar 9,37 % b/b, sedangkan pada sampel b2 kadar kalsium sebesar 34,56 % b/b dan
kadar fosfat sebesar 8,42 % b/b. Hal tersebut terjadi karena pada saat proses presipitasi ion fosfat pasampel a2 banyak
berikatan dengan ion yang lain, sehingga kandungan karbonat pada sampel lebih kecil. Selain konsentrasi, suhu kalsinasi mempengaruhi pula pada kandungan ion kalsium dan fosfat. Sampel a1 dan a2
memiliki konsentrasi yang sama namun suhu
sintering yang berbeda. Suhu kalsinasi yang
tinggi akan meningkatkan jumlah ion kalsium dan fosfat yang terkandung dalam sampel. Pada sampel a1 kadar kalsium yang
terdapat pada sampel adalah sebesar 24,60 % b/b dan kadar fosfat 15,62 % b/b. Kandungan kalsium pada sampel a2 yang
dikalsinasi menggunakan suhu 9000 C lebih
banyak dibandingkan dengan kandungan kasium pada sampel a1 yang dikalsinasi
dengan menggunakan suhu sebesar 1100C.
Hal tersebut terlihat pula pada sampel b1 dan
b2. Pada sampel b2 kadar kalsium yang
terdapat pada sampel adalah sebesar 34,56 % b/b dan kadar fosfat 8,42 % b/b, sedangkan pada sampel b1 kadar kalsium yang terdapat
pada sampel adalah sebesar 13,17 % b/b dan kadar fosfat 11,729 % b/b.
Tabel 6 Nisbah Ca/P dalam sampel Kode
sampel partikel Ca Jumlah Partikel P Jumlah Ca/P a1 1,8425E+21 2,2827E+21 0,81
a2 1,8250E+21 8,5560E+20 2,13
b1 1,4278E+21 1,1326E+21 1,26
b2 2,6600E+21 8,3739E+20 3,17
Nisbah Ca/P murni HAp adalah sebesar 1,67. Hasil AAS dan UV-VIS menunjukan nisbah antara Ca/P pada sampel berbeda dengan hasil murni HAp. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena pada saat proses presipitasi munculnya impuritas. Besar dan kecilnya nisbah Ca/P bergantung pada jumlah fosfat dalam sampel, semakin besar kadar fosfat pada sampel akan mengakibatkan nisbah Ca/P akan semakin kecil. Pada sampel b2 nisbah Ca/P paling
besar, hal tersebut terjadi karena kandungan fosfat pada sampel kecil sehingga menyebabkan nisbah Ca/P semakin besar, sedangkan pada sampel a1 yang memiliki
nisbah paling rendah, kandungan fosfat yang Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr ansm ita nsi ( % )
(21)
terkandung pada sampel besar. Jadi semakin besar nilai impuritas yang terkandung pada sampel akan menghasilkan nisbah yang menjauhi dari HAp murni.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanHidroksiapatit sebagai salah satu biokeramik pengganti tulang dapat dibuat dari bahan alami. Cangkang kerang yang memiliki kandungan kalsium tinggi dapat dijadikan sumber kalsium dalam sintesis HAp. Fase kalsium yang terdapat dalam cangkang kerang adalah CaCO3. Pembuatan
dapat dilakukan dengan proses presipitasi pada suhu 800C. Pembuatan HAP
dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi. Konsentrasi mempengaruhi jumlah kandungan kalsium dan fosfat pada sintesis HAp. Pada konsentrasi Ca/P yang tinggi HAp terbentuk apabila suhu sintering
sebesar 9000C sedangkan pada suhu 1100C
HAp yang terbentuk lebih sedikit dan dalam sampel banyak mengandung impuritas. Kenaikan suhu sintering meningkatkan
derajat kristalinitas HAp yang terbentuk. Pada konsentrasi kalsium 0,5 M dan konsentrasi fosfat 0,3 M dengan suhu
sintering 9000C dan suhu sintering 1100C
menghasilkan fase HAp seluruhnya. Pola FTIR menunjukkan gugus fungsi yang berubah ketika suhu dinaikkan, dan dilakukan perbedaan konsentrasi. Nisbah Ca/P pada pada sampel tidak sesuai dengan nisbah Ca/P HAp murni. Adanya fase pengotor pada sampel mempengaruhi nisbah Ca/P yang berada pada sampel.
5.2 Saran
Untuk penelitian lebih lanjut dapat divariasikan konsentrasi kalsium dan konsentrassi fosfat serta suhu pada saat presipitasi sehingga mendapatkan komposisi HAp yang lebih optimum. Selain itu pada saat proses presipitasi sebaiknya sebelum ditutup sampel disemprotkan dulu dengan gas N2.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurniawan, Y.A., 2008, Fabrikasi dan karakterisasi sem biomaterial hidroksiapatit dari gipsum alam kulon progo dengan tekanan 200 mpa yang disinter pada temperatur 200 oc, 800oc, 1400oc selama 3 jam [Skripsi].
Surakarta : Fakultas Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2. Hench, 1991. Biomaterials-the
Interfacial Problem.
Adv.Biomeg.Eng.,5, hal 35-150. 3. Suzuki, S., Fuzita, T., Maruyana, T.,
and Takashi, J., American Ceramic Society 1993; Vol. 76.
4. Callister, W.D. 2009 Material Science and Engineering an Introduction 7th
Ed-hal. 413
5. Widyastuti. 2009 Synthesis and Characterization of Carbonated Hydroxyapatite as Bioceramic Material. Universitas Sains Malaysia.
6. Aoki. H. 1991 Science and Medical Applications of Hydroksiapatite. Tokyo
: Tokyo Medical and Dental University 7. Samsiah, Robiatul. 2009. Karakteristik biokomposit apatit-kitosan dengan xrd (x-ray diffraction), ftir (fourier transform infrared), sem (scanning electron microscopy) dan uji mekanik
[skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
8. Porsepwandi. W, 1998. Pengaruh ph larutan terhadap kandungan hg dan mutu kerang hijau (mytilus viridia)
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Perairan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
9. Syahrul H, Efendi S. 1997, Difraksi Sinar-x tentang Perubahan Fasa Kandungan Mineral Kulit Kerang Akibat Pemanasan. Lembaga
Penelitian USU. Medan.
10. Purnama EF. 2006. Pengaruh suhu rekasi terhadap derajat kristalinitas dan komposisi hidroksiapatit dibuat dengan media air dan cairan tubuh buatan (synthetic body fluid) [Skripsi].
Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
11. Connolly JR. 2007. Introduction to X-ray Powder Diffraction. Spring :1-9.
12. Sulistiyani SR. 2007. Pengaruh ion karbonat, magnesium dan fluor dalam presipitasi senyawa kalsium fosfat:
(22)
karakterisasi dengan menggunakan atomic absorption spectroscopy (aas), spektroskopi uv-vis, dan fourier transform infrared (ftir) [Skripsi].
Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
13. Chatwall G. 1985. Spectroscopy Atomic and Molecule. Himalaya
Publishing House : Bombay.
14. Mulyaningsih NN. 2007. Karakteristik hidroksiapatit sintetik dan alami pada suhu 1400oc [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 15. Hidayat Y. 2005. Pengaruh suhu reaksi
terhadap derajat kristalinitas dan komposisi hidroksiapatit dibuat dengan media air dan cairan tubuh buatan (synthetic body fluid) [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
16. [Anonim]. Spektroskopi UV-Vis.2010.
Web. 20 Juli 2010. http://cacing.blogspot.com/2010/10/spe ktroskopi-uv-vis.html.
(23)
(24)
Lampiran 1 Diagram Alir Sintesis HAp
Analis Data
Laporan
Karakterisasi AAS dan XRD
Siapkan cangkang kerang
ranga
Pembuatan larutan Ca, H
3PO
4,
Presipitasi
Penyaringan
Sintering
Serbuk Sempel
Alat dan Bahan Penelitian
Siap
Kalsinasi Cangkang Kerang Ranga
Karakterisasi XRD
Karakterisasi AAS
dan Uv-Vis
Karakterisasi FTIR
Mulai
(25)
Lampiran 2 Alat dan Bahan Penelitian
Crucible
Mortar
Neraca anaitik
Burette
Beaker glass
Heating plate
(26)
Lampiran 3 Data Base JCPDS (a) H3PO4, (b) AKA, (c) AKB, (d) CaCO3 (d)
CaO, dan (e) HAp
(a)
(27)
Lanjutan
Lampiran 3 Data Base JCPDS (a) H3PO4, (b) AKA, (c) AKB, (d)
CaCO3 (d) CaO, dan (e) HAp
(c)
(28)
Lanjutan
Lampiran 3 Data Base JCPDS (a) H3PO4, (b) AKA, (c) AKB, (d)
CaCO3 (d) CaO, dan (e) HAp
(e)
(29)
Lampiran 4 Perhitungan Nisbah
Ca/P
Sampel a
1Massa Ca = % b/b x massa awal
=
x 0,47 = 0,1213
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 1,825 x 10
21Massa P = % b/b x massa awal
=
x 0,47 = 0,0440
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 8,556 x 10
20Nisbah Ca/P
=
= 2,1329
Sampel a
2Massa Ca = % b/b x massa awal
=
x 0,497 = 0,1223
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 1,8415 x 10
21Massa P = % b/b x massa awal
=
x 0,728 = 0,1137
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 2,2827 x 10
21Nisbah Ca/P
=
= 0,8067
Sampel b
1Massa Ca = % b/b x massa awal
=
x 0,512 = 0,1769
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 2,66 x 10
21Massa P = % b/b x massa awal
=
x 0,512 = 0,0431
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 8,3739 x 10
20Nisbah Ca/P
=
(30)
Sampel b
2Massa Ca = % b/b x massa awal
=
x 0,72 = 0,0948
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 1,4278 x 10
21Massa P = % b/b x massa awal
=
x 0,497 = 0,05829
Jumlah partikel = mol x Avogadro
=
x 6,023 x 10
23=
x 6,023 x 10
23= 1,1326 x 10
21Nisbah Ca/P
=
(31)
2theta int CaCO3 Cao FASE int-f 2θ int int-f %Δ2θ 2θ int %Δ2θ
23.1757 22 4 23.053 89 9 99.46 32.204 36 71.96
CaCO3
28.8179 36 7 29.4 999 100 98.02 32.204 36 89.48
CaCO3
29.5254 498 100 29.4 999 100 99.57 32.204 36 91.68
CaCO3
31.5923 14 3 31.435 22 2 99.49 32.204 36 98.10
CaCO3
34.2333 221 44 35.968 147 15 95.17 32.204 36 93.69
CaCO3
36.0933 38 8 35.968 147 15 99.65 37.347 100 96.64
CaCO3
39.5109 51 10 39.408 202 20 99.73 37.347 100 94.20
CaCO3
43.2668 48 10 43.157 161 16 99.74 37.347 100 84.14
CaCO3
47.2792 119 24 47.113 70 7 99.64 37.347 100 73.40
CaCO3
47.6466 52 10 47.505 217 22 99.70 37.347 100 72.42
CaCO3
48.6157 58 12 48.503 232 23 99.76 37.347 100 69.82
CaCO3
57.4929 22 4 57.397 118 12 99.83 53.856 54 93.24
CaCO3
60.7619 13 3 60.666 66 7 99.84 53.856 54 87.17
CaCO3
62.7322 24 5 63.05 27 3 99.49 53.856 54 83.51
CaCO3
64.4542 27 5 64.658 84 8 99.68 64.154 16 99.53
CaCO3
65.7171 40 8 65.61 48 5 99.83 64.154 16 97.56
CaCO3
71.924 16 3 72.89 37 4 98.67472 67.375 16 93.24
CaCO3
Lampiran 5 Pengolahan data Cangkang Kerang
Ranga
Keterangan :
Int
= intensitas
Int-f = intensitas relatif
(32)
Lampiran 6 Pengolahan Data HAp Sampel a
12 theta int int-f HA CaCO3 H3Po4 AKA AKB Fase
2θ int %Δ2θ 2θ int %Δ2θ 2θ int %Δ2θ 2θ int %Δ2θ 2θ int %Δ2θ
25.8395 41 39 25.879 33 99.84 23.053 89 87.91 24.032 90 92.31 25.972 35 88.76 25.726 25 93.41 Hap
26.4636 10 10 25.879 33 97.74 23.053 89 85.20 27.857 25 92.89 26.847 1 85.86 25.726 25 91.71 Hap
29.0002 14 13 28.966 16 99.88 29.4 999 98.64 29.655 60 97.67 29.682 20 99.04 29.355 10 98.97 Hap
31.0844 8 8 31.773 100 97.83 31.435 22 98.88 31.059 100 97.70 31.529 100 99.70 32.172 100 96.54 AKA
31.9844 104 100 31.773 100 99.33 31.435 22 98.25 31.059 100 97.70 31.529 100 99.70 32.172 100 96.54 Hap
32.9725 61 59 32.902 62 99.78 31.435 22 95.10 32.593 15 99.05 32.214 70 97.58 32.172 100 98.69 Hap
34.0782 26 25 34.048 27 99.91 31.435 22 91.59 34.654 10 98.25 33.917 19 92.68 34.168 10 98.57 Hap
39.9606 20 19 39.818 25 99.64 39.408 202 98.59 40.49 10 98.34 39.793 13 99.03 39.401 6 97.23 Hap
46.7303 28 27 46.711 43 99.95 47.113 70 99.18 46.358 5 99.23 39.793 13 81.60 47.071 16 98.48 Hap
48.1564 10 10 48.103 24 99.88 47.505 217 98.62 48.734 10 98.70 39.793 13 80.61 48.985 16 99.48 Hap
49.4533 30 29 49.468 61 99.97 48.505 232 98.04 49.239 10 99.53 39.793 13 78.10 49.554 16 99.36 Hap
50.6103 11 11 50.493 31 99.76 48.503 232 95.65 50.463 10 99.94 39.793 13 78.11 49.554 16 98.16 H3PO4
52.1514 10 10 52.1 26 99.90 56.561 42 92.20 52.325 2 99.57 39.793 13 57.86 52.1 6 99.56 Hap
53.1177 16 15 53.143 33 99.95 56.561 42 93.91 52.519 2 98.81 39.793 13 57.86 52.682 10 99.69 Hap
63.981 10 10 64.078 25 99.84 63.05 27 98.52 63.011 5 98.30 39.793 13 41.55 52.682 10 80.39 Hap
(33)
Lampiran 7 Pengolahan Data HAp Sampel a
22theta
int
HAp
Fase
int-f
2θ
int
%Δ2θ
25,92 128 35 25,879 33 99,84 HAp
28,12 56 15 25,879 33 91,34 HAp
28,98 82 22 28,966 16 99,95 HAp
31,84 365 100 31,773 100 99,78 HAp
31,92 210 58 31,92 100 100
HAp
32,96 232 64 32,902 62 99,82 HAp
34,08 96 26 34,048 27 99,90 HAp
39,82 90 25 39,818 25 99,99 HAp
46,72 134 37 46,711 43 99,98 HAp
48,14 68 19 48,103 24 99,92 HAp
49,48 110 30 49,468 61 99,97 HAp
50,54 68 19 50,493 31 99,90 HAp
50,62 48 13 50,493 31 99,74 HAp
(34)
Lampiran 8 Pengolahan Data HAp Sampel b
12 theta int int-f HAp Fase
2θ int %Δ2θ
25,88 118 33 25,879 33 99,99 HAp 28,98 82 23 28,966 16 99,95 HAp 31,84 356 100 31,773 100 99,78 HAp 32,96 232 65 32,902 62 99,82 HAp 34,08 100 28 34,048 27 99,90 HAp 39,82 90 25 39,818 25 99,99 HAp 46,72 134 38 46,711 43 99,98 HAp 48,14 70 20 48,103 24 99,92 HAp 49,48 110 31 49,468 61 99,97 HAp 50,44 46 13 50,493 31 99,89 HAp 51,26 46 13 51,283 12 99,95 HAp
52,14 54 15 52,1 26 99,92 HAp
55,9 32 9 55,879 10 99,96 HAp
(35)
Lampiran 9 Pengolahan Data HAp Sampel b
22 theta int int-f
HAp
Fase
2θ int %Δ2θ
25,8 118 33 25,879 33 99,69 HAp
28,02 82 23 28,125 12 99,62 HAp
28,94 356 100 28,966 16 99,91 HAp
31,86 232 65 31,773 100 99,72 HAp
32,2 100 28 32,196 60 99,98 HAp
32,74 90 25 32,902 62 99,50 HAp
39,98 134 38 39,818 25 99,59 HAp
46,74 70 20 46,711 43 99,93 HAp
49,42 110 31 49,468 61 99,90 HAp
50,6 46 13 50,493 31 99,78 HAp
52,02 46 13 52,1 26 99,84 HAp
(36)
Lampiran 10 Pola XRD Hidroksiapatit Larutan Ca 1 M dan H
3PO
40,6 M Suhu 110
0C (a
1) dan Pola XRD
Hidroksiapatit Larutan Ca 1 M dan H
3PO
40,6 M Suhu 900
0C (a
2)
a
1Int
ensi
ta
s
(c
ount
)
Int
ensi
ta
s
(c
ount
)
(37)
Lampiran 11 Pola XRD Hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H
3PO
40,3 M Suhu 110
0C (b
1) dan Pola XRD
Hidroksiapatit Larutan Ca 0,5 M dan H
3PO
40,3 M Suhu 900
0C (b
2)
b
1b
2Int
ensi
ta
s
(c
ount
)
Int
ensi
ta
s
(c
ount
)
(38)
Lampiran 12 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel a
1βθ h k l α (rad) βθ θ δ sin2θ αsin2θ sin2θ δsin2θ α2 2 δ2 α δ αδ a(Å) ketepatan c(Å) Ketepatan
25,8395 0 0 2 0 4 0,451 0,225 1,900 0,050 0,000 0,200 0,095 0 16 3,609 0 7,599 0,000 8,2136 87,21 6,935 99,25 26,4636 0 0 2 0 4 0,462 0,231 1,986 0,052 0,000 0,210 0,104 0 16 3,944 0 7,943 0,000
29,0002 2 1 0 7 0 0,506 0,253 2,350 0,063 0,439 0,000 0,147 49 0 5,525 0 0,000 16,453 31,0844 2 1 1 7 1 0,543 0,271 2,666 0,072 0,503 0,072 0,191 49 1 7,106 7 2,666 18,660 31,9844 2 1 1 7 1 0,558 0,279 2,806 0,076 0,531 0,076 0,213 49 1 7,872 7 2,806 19,640 32,9725 3 0 0 9 0 0,575 0,288 2,962 0,081 0,725 0,000 0,239 81 0 8,773 0 0,000 26,657 34,0782 2 0 2 4 4 0,595 0,297 3,140 0,086 0,343 0,343 0,270 16 16 9,857 16 12,559 12,559 39,9606 3 1 0 13 0 0,697 0,349 4,125 0,117 1,518 0,000 0,482 169 0 17,016 0 0,000 53,625 46,7303 2 2 2 12 4 0,816 0,408 5,302 0,157 1,887 0,629 0,834 144 16 28,109 48 21,207 63,622 48,1564 3 1 2 13 4 0,840 0,420 5,550 0,166 2,164 0,666 0,924 169 16 30,800 52 22,199 72,147 49,4533 2 1 3 7 9 0,863 0,432 5,774 0,175 1,225 1,575 1,010 49 81 33,340 63 51,967 40,419 50,6103 3 2 1 19 1 0,883 0,442 5,973 0,183 3,471 0,183 1,091 361 1 35,676 19 5,973 113,486 52,1514 4 0 2 16 4 0,910 0,455 6,235 0,193 3,091 0,773 1,205 256 16 38,878 64 24,941 99,764 53,1177 0 0 4 0 16 0,927 0,464 6,398 0,200 0,000 3,199 1,279 0 256 40,933 0 102,367 0,000 63,981 3 0 4 9 16 1,117 0,558 8,076 0,281 2,526 4,491 2,267 81 256 65,217 144 129,211 72,681
Keterangan
(39)
Lampiran 13 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel a
2βθ h K l α (rad) βθ θ δ sin2θ αsin2θ sin2θ δsin2θ α2 2 δ2 α δ αδ a(Å) ketepatan c(Å) Ketepatan
25,88 0 0 2 0 4 0,452 0,226 1,905 0,050 0,000 0,201 0,096 0 16 3,630 0 7,621 0,000 8,190 86,96 6,907 99,66 28,12 1 0 2 1 4 0,491 0,245 2,221 0,059 0,059 0,236 0,131 1 16 4,935 4 8,886 2,221
28,98 2 1 0 7 0 0,506 0,253 2,347 0,063 0,438 0,000 0,147 49 0 5,510 0 0,000 16,432 31,84 2 1 1 7 1 0,556 0,278 2,783 0,075 0,527 0,075 0,209 49 1 7,746 7 2,783 19,482 32,96 3 0 0 9 0 0,575 0,288 2,960 0,080 0,724 0,000 0,238 81 0 8,761 0 0,000 26,639 34,08 2 0 2 4 4 0,595 0,297 3,140 0,086 0,343 0,343 0,270 16 16 9,859 16 12,560 12,560 39,82 3 1 0 13 0 0,695 0,347 4,101 0,116 1,508 0,000 0,476 169 0 16,817 0 0,000 53,311 46,72 2 2 2 12 4 0,815 0,408 5,300 0,157 1,887 0,629 0,833 144 16 28,090 48 21,200 63,600 48,14 3 1 2 13 4 0,840 0,420 5,547 0,166 2,162 0,665 0,923 169 16 30,769 52 22,188 72,110 49,48 2 1 3 7 9 0,864 0,432 5,779 0,175 1,226 1,576 1,012 49 81 33,394 63 52,009 40,451 50,44 3 2 1 19 1 0,880 0,440 5,944 0,182 3,450 0,182 1,079 361 1 35,328 19 5,944 112,932 51,26 4 1 0 21 0 0,895 0,447 6,084 0,187 3,929 0,000 1,138 441 0 37,014 0 0,000 127,762 52,14 4 0 2 16 4 0,910 0,455 6,233 0,193 3,090 0,773 1,204 256 16 38,854 64 24,933 99,733
55,9 3 2 2 19 4 0,976 0,488 6,857 0,220 4,174 0,879 1,506 361 16 47,016 76 27,427 130,280
Keterangan
(40)
Lampiran 14 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel b
1βθ h k l α (rad) βθ θ δ sin2θ αsin2θ sin2θ δsin2θ α2 2 δ2 α δ αδ a(Å) ketepatan c(Å) Ketepatan
25,8395 0 0 2 0 4 0,451 0,225 1,900 0,050 0,000 0,200 0,095 0 16 3,609 0 7,599 0,000 8,102 86,03 6,887 99,94 26,4636 0 0 2 0 4 0,462 0,231 1,986 0,052 0,000 0,210 0,104 0 16 3,944 0 7,943 0,000
29,0002 2 1 0 7 0 0,506 0,253 2,350 0,063 0,439 0,000 0,147 49 0 5,525 0 0,000 16,453 31,0844 2 1 1 7 1 0,543 0,271 2,666 0,072 0,503 0,072 0,191 49 1 7,106 7 2,666 18,660 31,9844 2 1 1 7 1 0,558 0,279 2,806 0,076 0,531 0,076 0,213 49 1 7,872 7 2,806 19,640 32,9725 3 0 0 9 0 0,575 0,288 2,962 0,081 0,725 0,000 0,239 81 0 8,773 0 0,000 26,657 34,0782 2 0 2 4 4 0,595 0,297 3,140 0,086 0,343 0,343 0,270 16 16 9,857 16 12,559 12,559 39,9606 3 1 0 13 0 0,697 0,349 4,125 0,117 1,518 0,000 0,482 169 0 17,016 0 0,000 53,625 46,7303 2 2 2 12 4 0,816 0,408 5,302 0,157 1,887 0,629 0,834 144 16 28,109 48 21,207 63,622 48,1564 3 1 2 13 4 0,840 0,420 5,550 0,166 2,164 0,666 0,924 169 16 30,800 52 22,199 72,147 49,4533 2 1 3 7 9 0,863 0,432 5,774 0,175 1,225 1,575 1,010 49 81 33,340 63 51,967 40,419 50,6103 3 2 1 19 1 0,883 0,442 5,973 0,183 3,471 0,183 1,091 361 1 35,676 19 5,973 113,486 52,1514 4 1 0 21 0 0,910 0,455 6,235 0,193 4,057 0,000 1,205 441 0 38,878 0 0,000 130,940 53,1177 0 0 4 0 16 0,927 0,464 6,398 0,200 0,000 3,199 1,279 0 256 40,933 0 102,367 0,000
63,981 3 0 4 9 16 1,117 0,558 8,076 0,281 2,526 4,491 2,267 81 256 65,217 144 129,211 72,681
Keterangan
(41)
Lampiran 15 Pengolahan Data Perhitungan Parameter Kisi Sampel b
2βθ h k l α (rad) βθ θ δ sin2θ αsin2θ sin2θ δsin2θ α2 2 δ2 α δ αδ a(Å) ketepatan c(Å) Ketepatan
25,80 0 0 2 0 4 0,450 0,225 1,894 0,050 0,000 0,199 0,094 0 16 3,588 0 7,577 0,000 8,171 87,21 6,923 99,25
28,02 1 0 2 1 4 0,489 0,245 2,207 0,059 0,059 0,234 0,129 1 16 4,871 4 8,828 2,207
28,94 2 1 0 7 0 0,505 0,253 2,342 0,062 0,437 0,000 0,146 49 0 5,483 0 0,000 16,391
31,86 2 1 1 7 1 0,556 0,278 2,786 0,075 0,527 0,075 0,210 49 1 7,763 7 2,786 19,503
32,20 1 1 2 3 4 0,562 0,281 2,840 0,077 0,231 0,308 0,218 9 16 8,063 12 11,358 8,519
32,74 3 0 0 9 0 0,571 0,286 2,925 0,079 0,715 0,000 0,232 81 0 8,555 0 0,000 26,325
39,98 3 1 0 13 0 0,698 0,349 4,128 0,117 1,519 0,000 0,482 169 0 17,043 0 0,000 53,668
46,74 2 2 2 12 4 0,816 0,408 5,304 0,157 1,888 0,629 0,834 144 16 28,127 48 21,214 63,642
49,42 2 1 3 7 9 0,863 0,431 5,768 0,175 1,223 1,573 1,008 49 81 33,274 63 51,915 40,379
50,60 3 2 1 19 1 0,883 0,442 5,971 0,183 3,470 0,183 1,091 361 1 35,655 19 5,971 113,452
52,02 4 0 2 16 4 0,908 0,454 6,213 0,192 3,077 0,769 1,195 256 16 38,601 64 24,852 99,408
Keterangan
(42)
Lampiran 16 Pengolahan Data Perhitungan Ukuran Kristal Sampel
Persamaan
Scherrer
D =
Kode Sampel Θ (rad) K λ β (deg) β (rad) D002 (nm)
a1 0,225 0,9 0,15606 0,2588 0,002 648,2999
a2 0,226 0,9 0,15606 0,1783 0,002 828,8366
b1 0,225 0,9 0,15606 0,4867 0,004 340,2744
b2 0,225 0,9 0,15406 0,1400 0,001 1183,4270
Keterangan : D = Ukuran kristal
K =
Konstanta untuk matrial biologi yang bernilai 0,9λ =
Panjang gelombang yang digunakan pada alat XRD yaitu 0,15406 nm=
FWHM (Full width at half maximum) dari garis difraksi skala βθ(43)
Lampiran 17 Pola FTIR HAp Sampel a
1Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(44)
Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(45)
Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(46)
Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(47)
Lampiran 21 Hasil Pengolahan Data FTIR
Kode sampel
Puncak
Data
base
gugus Fungsi
a
1420,37 CO32- 472
472,35 CO32- 472
566,01 PO43- 565
603,14 PO43- 603
892,66 PO43- 960
1035,73 PO43- 1000-1100
1420,51 CO32- 1400-1550
1456,76 CO32- 1400-1550
1540,48 CO32- 1400-1550
1558,15 CO32- 1400-1550
1635,71 OH- 1600-1700
1650,58 OH- 1600-1700
1699,17 OH- 1600-1700
1716,36 OH- 1600-1700
2924,35 OH- 2400-3400
3567,5 OH- 3400-3650
a
2419,5 CO32- 472
471,51 CO32- 472
566,79 PO43- 565
603,95 PO43- 603
962,07 PO43- 960
1036,02 PO43- 1000-1100
1338,82 CO32- 1400-1550
1420,23 CO32- 1400-1550
1457,71 CO32- 1400-1550
1472,43 CO32- 1400-1550
1490,63 CO32- 1400-1550
1507,22 CO32- 1400-1550
1520,64 CO32- 1400-1550
1540,41 CO32- 1400-1550
1557,98 CO32- 1400-1550
(48)
1635,57 OH- 1600-1700
1650,58 OH- 1600-1700
1671,44 OH- 1600-1700
1683,77 OH- 1600-1700
1699,65 OH- 1600-1700
1716,79 OH- 1600-1700
1734,84 OH- 1600-1700
1771,78 OH- 1600-1700
2360,83 OH- 2400-3400
3444,97 OH- 3400-3650
3566,7 OH- 3400-3650
3613,92 OH- 3400-3650
b1
435,16 PO43- 472
552,78 PO43- 565
572,35 PO43- 565
603,57 PO43- 603
944,51 PO43- 960
1042,38 PO43- 1000-1100
1090,85 PO43- 1000-1100
2923,31 OH- 2400-3400
3434,54 OH- 3400-3650
3572,47 OH- 3400-3650
b2
474,29 PO43- 472
568,91 PO43- 565
602,67 PO43- 603
633,28 PO43- 603
876,17 CO32- 873
962,03 PO43- 960
1037,11 PO43- 1000-1100
1092,42 PO43- 1000-1100
1417,82 CO32- 1400-1550
2924,28 OH- 2400-3400
Kode sampel Puncak Data
base
gugus fungsi
Lanjutan Lampiran 21 Hasil Pengolahan Data FTIR
(49)
Hidroksiapatit adalah material keramik yang digunakan sebagai biomaterial yang baik untuk tulang karena bersifat bioaktif. Dalam rangka meningkatkan sifat bioaktif tersebut maka dipilih bahan alami sebagai sumber prekursor kalsium, pada penelitian ini bahan yang digunakan sebagai sumber kalsiumnya adalah cangkang kerang ranga. Serbuk cangkang
kerang yang digunakan diperoleh dari perairan Belitung. Sebelum digunakan, serbuk cangkang kerang diidentifikasi fase kalsiumnya dengan x-ray diffractometer dan atomic absorption spectrophotometer. Hasil analisis menunjukkan fase kalsium yang dimiliki oleh
cangkang kerang adalah CaCO3 dengan kadar kalsium 79,68%. Sintesis hidroksiapatit
dilakukan dengan metode presipitasi pada suhu 800C yaitu dengan meneteskan larutan
H3PO4 pada larutan kalsium. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan 1100C dan
sintering pada suhu 9000C. Nisbah konsentrasi kalsium dan fosfat yang digunakan yaitu
1,67 dengan konsentasi kalsium 0,5 M dan 1 M. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan X-ray diffractometer, UV-VIS Spektrometer, atomic absorption spectrophotometer, dan
spektrofotometer fourier transform infrared. Dari hasil analisis, hidroksiapatit diperoleh
dari sintesis dengan konsentrsi kalsium 0,5 M dan sintering pada suhu 9000C. Pada
konsentrasi ini, jika hanya dikeringkan pada suhu 1100C hasilnya campuran hidroksiapatit
dan apatit karbonat. Sintesis dengan konsentrasi kalsium 1,0 M menunjukan masih terdapat
raw material pada sampel, sedangkan pada proses sintering dengan suhu kalsinasi 9000C
hasil yang diperoleh adalah hidroksiapatit.
Kata Kunci: Hidroksiapatit, X-ray diffractometer, Spektrometer UV-VIS, atomic absorption spectrophotometer, dan spektrofotometer fourier transform infrared. cangkang
(50)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan biomaterial yang meningkat, memicu berbagai upaya untuk mencari alternatif biomaterial yang dapat menggantikan struktur jaringan yang hilang tanpa menimbulkan efek yang negatif serta terjangkau oleh masyarakat. Peningkatan kebutuhan masyarakat dalam penggunaan biomaterial dalam bidang kedokteran terutama bagian tulang dan gigi disebabkan oleh meningkatnya kasus patah tulang dan kerusakan gigi[1].
Pengembangan bahan biomaterial sintesis sebagai bahan rehabilitasi jaringan tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan melanjutkan fungsi daur kehidupan jaringan yang digantikan. Salah satu bahan yang sedang dikembangkan sebagai biomaterial sintesis adalah biokeramik. Akhir - akhir ini keramik tidak hanya digunakan sebagai komponen kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga, bahan bangunan dan lain-lain. Biokeramik merupakan teknologi keramik telah diarahkan sebagai bahan penambahan dan rehabilitasi jaringan[2]. Biokeramik tersebut bersifat
bioaktif. Bahan bioaktif tersebut adalah bahan yang dapat menimbulkan respon biologis spesifik pada pertemuan bahan dengan jaringan yang akan menimbulkan proses pembentukan tulang (osteogenesis) antara bahan dengan jaringan [2].
Biokeramik untuk tulang dan gigi yang telah dikembangkan adalah hidroksiapatit (HAp). Hidroksiapatit memiliki sifat bioaktif dan merupakan komponen utama pada tulang dan gigi. Hal ini dikarenakan sifat-sifat ion kalsium (Ca2+) pada hidroksiapatit dapat
mengubah ion-ion logam berat yang beracun dan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menyerap unsur-unsur kimia organik dalam tubuh serta memiliki sifat biokompatibilitas dan bioaktivitas yang baik pula [3].
Pembuatan hidroksiapatit dapat dilakukan secara alami dan sintesis. Pada penelitian ini, hidroksiapatit yang dibuat dengan menggunakan sumber kalsium alami yaitu cangkang kerang. Sintesis hidroksiapatit dari bahan alami lebih baik dikarenakan bahan tersebut dapat meningkatkan bioaktif dan biokompotibel. Bahan alami yang digunakan adalah cangkang kerang ranga yang
didapatkan dari daerah perairan Bangka
Belitung. Bahan ini digunakan karena merupakan sumber kalsium alami. Selain itu, kelimpahan bahan yang besar didaerah Indonesia sehingga dapat dijadikan hidroksiapatit yang lebih terjangkauan bagi masyarakat jika dibandingkan dengan produk hidroksiapatit yang harus di expor dari Luar Negeri.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Mempelajari struktur dan kandungan kalsium cangkang kerang ranga.
2. Mempelajari molaritas optimum pada sintesis Hidroksiapatit dari cangkang kerang.
3. Menganalisis hidroksiapatit yang dihasilkan dengan perangkat analisis
x-ray diffractometer (XRD),
spektrometer UV-VIS, atomic absorbtion spectrophotometer (AAS),
dan spektrofotometer Fourier transform infrared (FTIR).
1.3 Perumusan Masalah
1. Mengapa harus dilakukan variasi molaritas?
2. Bagaimana struktur, dan komposisi hidroksiapatit yang dihasilkan?
1.4 Hipotesis
Konsentrasi 1 M dan suhu sintering
sebesar 9000C akan meningkatkan keberadaan
hidroksiapatit dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biokeramik
Keramik adalah material logam dan non logam yang memiliki ikatan ikatan ionik dan ikatan kovalen[4].Pengertian biokeramik
adalah keramik yang digunakan untuk kesehatan tubuh dan gigi pada manusia. Sifat biokeramik antara lain tidak beracun, tidak mengandung zat karsinogik, tidak menyebabkan alergi, tidak menyebabkan radang, memiliki biokompatibel yang baik, dan tahan lama [5].
Kelebihan biokeramik adalah memiliki biokompatibilitas yang baik dengan sel-sel tubuh dibandingkan dengan biomaterial polimer atau logam[7]. Biokeramik tidak
(1)
33
Lampiran 17 Pola FTIR HAp Sampel a
1Bilangan Gelombang (cm-1)
Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(2)
Bilangan Gelombang (cm-1)
Lampiran 18 Pola FTIR HAp sampel a
2Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(3)
35
Bilangan Gelombang (cm-1)
Lampiran 19 Pola FTIR HAp Sampel b
1Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(4)
Bilangan Gelombang (cm-1)
Lampiran 20 Pola FTIR HAp Sampel b
2Tr
ansm
ita
nsi
(
%
)
(5)
37
Lampiran 21 Hasil Pengolahan Data FTIR
Kode sampel
Puncak
Data base gugus Fungsi
a
1420,37 CO32- 472 472,35 CO32- 472 566,01 PO43- 565
603,14 PO43- 603
892,66 PO43- 960
1035,73 PO43- 1000-1100
1420,51 CO32- 1400-1550
1456,76 CO32- 1400-1550
1540,48 CO32- 1400-1550
1558,15 CO32- 1400-1550
1635,71 OH- 1600-1700
1650,58 OH- 1600-1700
1699,17 OH- 1600-1700
1716,36 OH- 1600-1700
2924,35 OH- 2400-3400
3567,5 OH- 3400-3650
a
2419,5 CO32- 472 471,51 CO32- 472 566,79 PO43- 565
603,95 PO43- 603
962,07 PO43- 960
1036,02 PO43- 1000-1100
1338,82 CO32- 1400-1550
1420,23 CO32- 1400-1550
1457,71 CO32- 1400-1550
1472,43 CO32- 1400-1550
1490,63 CO32- 1400-1550
1507,22 CO32- 1400-1550
1520,64 CO32- 1400-1550
1540,41 CO32- 1400-1550
1557,98 CO32- 1400-1550
(6)
1635,57 OH- 1600-1700
1650,58 OH- 1600-1700
1671,44 OH- 1600-1700
1683,77 OH- 1600-1700
1699,65 OH- 1600-1700
1716,79 OH- 1600-1700
1734,84 OH- 1600-1700
1771,78 OH- 1600-1700
2360,83 OH- 2400-3400
3444,97 OH- 3400-3650
3566,7 OH- 3400-3650
3613,92 OH- 3400-3650
b1
435,16 PO43- 472
552,78 PO43- 565
572,35 PO43- 565
603,57 PO43- 603
944,51 PO43- 960
1042,38 PO43- 1000-1100
1090,85 PO43- 1000-1100
2923,31 OH- 2400-3400
3434,54 OH- 3400-3650
3572,47 OH- 3400-3650
b2
474,29 PO43- 472
568,91 PO43- 565
602,67 PO43- 603
633,28 PO43- 603
876,17 CO32- 873
962,03 PO43- 960
1037,11 PO43- 1000-1100
1092,42 PO43- 1000-1100
1417,82 CO32- 1400-1550
2924,28 OH- 2400-3400