46 a
ij
= parameter fungsi pembatas ke-i pada variabel keputusan ke-j
pembatas ke-i = kredit usaha menengah dan besar, kredit usaha mikro, kredit usaha mikro kecil, pembinaan usaha, biaya
pengurusan kredit, n lain-lain Xj
= variabel putusan ke-j jumlah dan jenis lembaga keuangan Xj, DAi dan DBi 0, untuk i = 1, 2,…., m dan j = 1, 2…., n
3.4.4 Analisis strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap
dengan lembaga keuangan
Analisis ini dimaksud untuk menetapkan strategi bila kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan benar-benar akan dikembangkan
secara luas. Strategi tersebut sangat dibutuhkan supaya pengembangan kemitraan tersebut berhasil baik. Untuk maksud ini, maka penetapan prioritas strategi
dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan semua komponen dan pihak terkait suatu analisis hierarki yang dikenal dengan Analytical Hierarchy Process
AHP. Dalam kaitan dengan hierarki ini, AHP ini merupakan suatu analisis dengan pendekatan organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik
tolak analisis. Terkait dengan ini, maka sistem kemitraan yang mempertimbangkan kepentingan semua komponen terkait dengan usaha
perikanan tangkap, lembaga keuangan, dan lainnya menjadi fokus perhatian baik dalam penyusunan hierarki maupun proses analisisnya.
Dalam kaitan dengan analisis strategi yang menjadi pelengkap model pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan,
maka analisis menggunakan AHP ini dirancang sedemikianrupa sehingga dapat mengkaji interaksi menyeluruh dari semua komponen yang terkait. Dalam
menggunakan AHP, berbagai komponen yang berinteraksiterkait dengan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan tersebut akan
dikelompokkan ke dalam beberapa levelhierarki, misalnya level goal tujuan, level kriteria, level pembatas limit factor, dan level opsi strategi pengembangan
Wilson et al 2002.
47 Harapan akhir dari analisis AHP Analytical Hierarchy Process ini adalah
diketahuinya prioritas dari setiap opsi strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan, beserta kestabilansensitivitas dari
strategi tersebut dalam aplikasi nyatanya di pesisir utara Propinsi Jawa Barat. Hal penting, supaya dapat dilakukan antisipasi di kemudian hari dan model yang
dikembangkan menjadi akomodatif terhadap setiap perubahan nyata di lapangan. Adapun tahapan analisis dalam analisis strategi kemitraan usaha perikanan
tangkap dengan lembaga keuangan ini adalah :
1 Pendefinisian komponen
Pada tahapan ini, semua komponenvariabel yang berkaitan dengan pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga
keuangan ditetapkan dan didefinisikan. Lingkup komponen yang didefiniskan mencakup kriteria pengembangan kemitraan yang harus
dicapai, pembatas limit factor dalam pengembangan kemitraan, dan alternatif strategi yang menjadi opsi strategi pengembangan.
2 Penyusunan struktur hierarki
Pada tahapan ini, semua interaksi komponen atau variabel yang telah didefinisikan disusun secara bertingkat dalam bentuk struktur hierarki AHP
yang dimulai dari tingkat paling atas berupa tujuan umum level 1, dilanjutkan dengan sub tujuankriteria level 2, pembataslimit factor level
3 dan opsi strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan pada tingkatan paling bawah hierarki level 4.
3 Penetapan skala banding dan pembobotan
Pada tahapan ini, skala banding satu sama lain komponenvariabel penyusun ditetapkan. Hal ini dibutuhkan untuk menganalisis kepentingan setiap
kriteria pengembangan yang perlu dicapai dalam pengembangan kemitraan setiap kompenen di level 2, menganalisis kepentingan setiap pembatas
limit factor pengembangan yang perlu diperhatikan untuk setiap kriteria pengembangan yang perlu dicapai setiap komponen di level 3 pada setiap
komponen di level 2, dan menganalisis kepentingan setiap alternatif strategi
48 yang menjadi opsi strategi pengembangan untuk setiap pembatas
pengembangan pada setiap kriteria pengembangan komponen di level 4 untuk setiap komponen di level 3 pada setiap komponen di level 2.
Tabel 3 Ketentuan skala banding berpasangan Intensitas
pentingnya Definisi Penjelasan
1 3
5
7
9
2,4,6,8
Kebalikan Kedua komponen pentingnya
sifat Komponen yang satu sedikit
lebih penting dibandingkan komponen yang lainnya.
Komponen yang satu esensial atau sangat penting dibanding
komponen yang lainnya. Suatu komponen jelas lebih
penting dari komponen lainnya. Satu komponen mutlak lebih
penting ketimbang komponen yang lain.
Nilai-nilai antara dua pertimbangan dua yang
berdekatan. Jika suatu aktivitas mendapat satu
angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai
nilai kebalikannya bila di bandingkan dengan j.
Dua komponen menyumbangkan sama besar pada sifat itu.
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu komponen
atas lainnya. Pengalaman dan pertimbangan
dengan kuat menyokong satu komponen atas komponen lainnya.
Suatu komponen dengan kuat di sokong, dan dominannya telah
terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong komponen
yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan antara
pertimbangan.
Sumber : Saaty 1993 Penetapan skala banding ini dan sistem pembobotannya mengacu kepada
skala banding berpasangan menurut Saaty 1993 pada Tabel 3. Lebar dan jumlah skala yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan untuk
membedakan dari setiap komponen yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapang. Pembobotan diberikan berdasarkan taraf relatif pentingnya
suatu komponen dibandingkan dengan komponen lainnya di level yang sama. Dalam pembobotan, diusahakan agar setiap komponen mempunyai
49 skala yang sama sehingga antara komponen satu dengan komponen lainnya
dapat diperbandingkan.
4 Formulasi data
Formulasi data merupakan kegiatan menginput data hasil analisis skala banding perpasangan ke dalam struktur hierarki. Pembuatan hierarki dan
input data ini dilakukan menggunakan Program Expert Choice 9.5, sedangkan data yang diinput disiapkan menggunakan program Microsoft
Excel .
5 Simulasi
Simulasi dilakukan setelah data terkait diinput ke dalam program. Simulasi merupakan kegiatan menganalisis dan membandingkan data semua
komponen yang ada dengan prinsip hasil banding antar dua pasangan komponen diperbandingkan dengan hasil banding antar dua pasangan
komponen lainnya di level sama dan hasil perbandingan tersebut dilanjutkan ke level di atasnya hingga berakhir di level 1. Simulasi seperti ini
merupakan upaya pertimbangan terhadap kepentingan semua komponen yang terkait sehingga strategi pengembangan kemitraan yang menjadi
prioritas benar-benar merupakan strategi terbaik.
6 Pengujian konsistensi dan sensitivitas
Tahapan ini bertujuan untuk menguji konsistensi dan sentivitas dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio
inconsistency 0,1 atau lebih berarti data yang digunakan tidak konsistensi
dan harus dilakukan pengambilan data ulang. Tabel 4 Kriteria uji konsistensi dan uji sentivitas AHP
Jenis Pengujian Kriteria
Rasio inconsistency 0,1
Sensitivity test Diharapkan tidak terlalu sensitif
Sumber : Expert Choice 9.5
50 Sedangkan untuk uji sensitivitas diharapkan hasil simulasi yang tidak terlalu
sensitif. Bila hasil simulasi terlalu sensitif berarti strategi pengembangan kemitraan yang dipilih sebagai prioritas terlalu labil terhadap dinamika yang
berkembang dalam usaha perikanan tangkap yang didukung lembaga keuangan yang ada. Kriteria uji konsistensi dan uji sentivitas AHP disajikan
pada Tabel 4.
7 Interpretasi hasil
Tahapan interpretasi ini merupakan tahapan penggunaan hasil analisis AHP dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas strategi
pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan dan sensitifitaskestabilan prioritas strategi terhadap berbagai
perubahan yang terjadi secara nyata di lokasi. Dalam penerapannya, strategi prioritas akan digunakan landasan atau acuan untuk membangun kemitraan
tersebut dengan mengedepankan pemenuhan kepentingan semaua stakeholders terkait di lokasi. Selama kemitraan berjalan mungkin terdapat
intervensi atau ketidakpuasan dari salah satu atau beberapa stakeholders yang ada. Pada kondisi ini, hasil uji sensitifitaskestabilan dari strategi
prioritas menjadi petunjuk sejauhmana keandalan strategi prioritas tersebut untuk memecahkan masalah dalam kemitraan yang dibangun. Bila tingkat
intervensi melebihi batas kestabilannya, maka strategi tersebut tidak lagi menjadi prioritas dan harus diganti dengan strategi lainnya yang lebih sesuai
berdasarkan hasil analisis AHP.
51
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Perkembangan Kegiatan Perikanan Tangkap di Pesisir Utara Jawa