4.4.1 Pengaruh leverage terhadap kelengkapan pengungkapan disclosure laporan keuangan
Variabel leverage dalam penelitian ini memiliki nilai signifikasinya sebesar 0,639. Nilai ini lebih besar dari 0,05, maka disimpulkan bahwa Ho
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa H
1
yang menyatakan variabel leverage berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan disclosure laporan keuangan
pada perusahaan manufaktur ditolak. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung tidak
melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Karena perusahaan enggan untuk mempublikasikan
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang yang menunjukkan nilai besar, sehingga jika dipublikasikan dapat meragukan investor. Selain itu leverage
tidak dapat menjadi pedoman dalam menentukan luas pengungkapan wajib laporan keuangan hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kebijakan dari
masing-masing perusahaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai leverage perusahan yang termuat dalam laporan tahunan tidak
memberikan makna bagi investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani
2001 dan Irawan 2010 yang meneliti tentang pengaruh signifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan
perusahaan publik yeng terdaftar di BEJ. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung tidak memiliki pengungkapan yang luas dikarenakan untuk
mempertahankan para krediturnya. Apabila perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi mengungkapkan lebih luas laporan keuangannya dikhawatirkan kreditur akan mengetahui ketidakefisienan pinjaman yang digunakan oleh
perusahaan, bila kreditur mengetahui ketidakefisienan pinjaman, maka mereka tidak mau untuk meminjamkan dananya dalam jangka panjang karena khawatir
pinjaman tidak dapat dikembalikan. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung teori keagenan agency
theory yang dikemukakan oleh Na’im dan Rahman 2000 dan Simanjuntak
Widiastuti 2004 yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan maka semakin besar pula agency cost. Dengan demikian akan semakin
besar pula informasi mengenai penggunaan hutang tersebut kepada pemegang saham, sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas guna memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Dengan tidak signifikannya pengaruh DER terhadap IW mengindikasikan bahwa kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dengan penjelasannya tidak menekankan pada informasi hutang perusahaan. Sehingga penyajian informasi penjelas dari hutang
disajikan secara normal dengan tidak memperhatikan besarnya perubahan hutang yang terjadi
. Sama halnya seperti
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari 2007 bahwa variabel leverage berpengaruh terhadap
kelengkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh oleh Schipper 1981 dalam Marwata 2001 menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Semakin tinggi rasio leverage maka
perusahaan akan
menyediakan informasi
secara lebih
komprehensif. Ketidakkonsistenan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disebabkan
karena data tentang leverage memiliki nilai standar deviasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai meannya, artinya semakin besar nilai standar deviasi
maka semakin besar pula penyimpangan nilai dari nilai rata-rata DER yang diperoleh, sedangkan variance adalah kuadrat dari nilai standar deviasi. Apabila
semakin tinggi nilai variance maka semakin tinggi pula rentang antara nilai minimum dengan nilai maksimum DER. Hal ini mengakibatkan nilai variance
data untuk rasio leverage menjadi tinggi. Sehingga dimungkinkan dengan variasi yang tinggi pada variabel DER maka data cenderung tidak homogen.
4.4.2 Pengaruh