Relasi Sirtu dengan Pambudi

34 laki-laki.

4.1.1 Relasi Sirtu dengan Pambudi

Pambudi merupakan sosok pegawai negeri di lingkungan pemerintah kota Semarang. Perkenalan Pambudi dengan Sirtu diawali keinginan sang ibu agar anaknya menjalin hubungan serius dengan sosok ini. Ketertarikan hati Pambudi terhadap Sirtu membawa hubungan keduanya masuk dalam ranah pribadi. Dengan posisinya sebagai pegawai negeri dan harta yang berlimpah, Pambudi ingin Sirtu menuruti kehendak hatinya untuk bersanding dengannya. Keengganan Sirtu dalam membina hubungan dengan Pambudi juga disebabkan sikap congkak dan arogan yang ditujukan untuk memikat hatinya. Pambudi berpikir bahwa dengan harta dan kuasa yang dimilikinya ia dapat dengan mudah memiliki Sirtu. “....Jare Pambudi paling dikasihi dening Gubernur. Tau marak Gubernure nyuwun supaya dheweke diangkat dadi bupati Sragen. Adate yen Pambudi sing ngadhep dhewe bisa keturutan.” Nona Sekretaris : 53 ....Biyasane nggawa mobil plat abang. Mobil dhines. Wiwit sasi Juni kepungkur, rong sasi sadurunge Sirtu budhal menyang Jakarta, jare mobil dhines kuwi wis dituku, dadi duweke dhewe. Pambudi umuk jare mobile kurang apik, arep diijolake karo sing luwih apik, tukar tambah. Nona Sekretaris : 52 Wong lanang Drs. Pambudi kuwi kerep wae dianggep kaduk wani kurangajar, cluthak, wani ngrudapeksa ngekep lan ngambung dheweke kanthi nyolong-nyolong. Sirtu pancen ora wani nulak utawa bengok- bengok nalika dikekep peksa. Nanging gragapan, bingung, lan rumangsa kepeksa. Nanging marga njaga becike pasrawungan, Sirtu tansah mangapura. Mangapura peksan Nona Sekretaris : 55 ‘“....Katanya Pambudi paling disayang oleh Gubernur. Suatu hari pernah menemui Gubernurnya meminta agar dirinya dapat diangkat menjadi 35 bupati Sragen. Biasanya jika Pambudi sendiri yang menghadap bisa dikabulkan’”. ‘....Biasanya membawa mobil berplat merah. Mobil dinas. Sejak bulan Juni lalu, dua bulan sebelum Sirtu berangkat ke Jakarta, katanya mobil dinas tersebut sudah dibeli, jadi hak milik pribadi. Pambudi menyombongkan katanya mobilnya kurang bagus, hendak ditukar dengan yang lebih bagus, tukar tambah’. ‘Seorang Drs. Pambudi sering bertindak kurang ajar, usil, berani memaksa memeluk dan menciumi dirinya ketika lengah. Sirtu memang tidak berani menolak atau menjerit ketika dipeluk dengan paksa. Tetapi bingung, dan merasa terpaksa. Tetapi karena menjaga hubungan baik, Sirtu selalu memaafkan. Memaafkan dengan terpaksa’ Nraktir nenonton apa memangan marang sanake sing isih lagi lulus SMA wis salumrahe. Nanging bareng Pambudi wiwit nuduhake adrenge kawigaten tumuju jejodhohan, lan Sirtu wiwit nintingi karaktere Pambudi, Sirtu banjur kipa-kipa kumudu-kudu enggal nginggati rumakete srawung karo Drs. Pambudi. Lunga saka Sragen. Nona Sekretaris : 53 ‘Membayari menonton atau makan kepada saudaranya masih dalam tahap yang lumrah. Namun, ketika Pambudi mulai menunjukan sikapnya untuk menuju hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan, mulai dari itu Sirtu menimbang-nimbang karakter Pambudi, karena sikap itu Sirtu lantas ingin bersegera meninggalkan Sragen, meninggalkan hubungannya dengan Drs. Pambudi.’ Dari kutipan diatas terlihat bagaimana sosok pambudi mencoba mendominasi pribadi Sirtu. Selama ini konstruksi sosial membentuk laki-laki haruslah berada diatas perempuan peran sosial sehingga seorang laki-laki dipandang pertama-tama dari segi harta. Kecongkakan Pambudi dengan menunjukan dirinya berharta dan memunyai kedudukan merupakan suatu cara menunjukan kuasa dirinya atas perempuan.

4.1.2 Relasi Sirtu dengan Pradangga Praba