3.65 Dosis Si g 3.65 Perlakuan Si 6.55 6.77 3.65 Dosis Si g SiO2 kg tanah 80.54 93.12 3.65 Dosis Si g SiO2 kg tanah 14.42 37.59 120.81

47 195.41 178.61 194.4 193.73 150 200

250 300

1.83 3.65

5.48 Dosis Si g

Erapan maksimum ppm 195 2799.55 3192.85 2992.22 3142.68 2600 2800 3000 3200 3400

1.83 3.65

5.48 Perlakuan Si

Erapan Maksimum ppm 202.9 201.7 273.88 205.77 230.05 150 200

250 300

49 98 147 196 Perlakuan P Erapan M aksimum ppm 2937.72 2948.98 3042.29 3072.19 3069.37 2600 2800 3000 3200 3400 49 98 147 196 Perlakuan P Erapan M aksimum ppm a b c d

6.77 6.55

6.33 6.77

2 4 6 8 10

1.83 3.65

5.48 Dosis Si g SiO2 kg tanah

Al-P ppm

78.02 80.54

77.18 93.12

50 60 70 80 90 100

1.83 3.65

5.48 Dosis Si g SiO2 kg tanah

Fe-P ppm

10.05 14.42

26.66 37.59

50.04 10 20 30 40 50 49 98 147 196 Dosis P ppm Al-P ppm 6

85.57 120.81

141.78 176.17 202.18 60 90 120 150 180 210 240 49 98 147 196 Dosis P ppm Fe-P ppm. e f f g h Gambar 9. Pengaruh Si terhadap Erapan Maksimum P Tapak I dan II a dan b, Al-P dan FeP e dan f; dan P terhadap Erapan Maksimum P Tapak I dan II c dan d, Al-P dan Fe-P g dan h 48 Perlakuan Si relatif tidak mengubah Al-P pada inkubasi 1 dan 2 bulan Gambar 9e dan Lampiran 8 dan sedikit meningkatkan Fe-P pada inkubasi 1 bulan dan relatif tidak mengubah Fe-P pada inkubasi 2 bulan Gambar 9f dan Lampiran 8. Hal sebaliknya terjadi peningkatan Al-P dan Fe-P akibat perlakuan P Gambar 9g dan h. Pembentukan senyawa Fe-P sangat berpeluang terjadi, mengingat KSp untuk pembentukan senyawa Fe-P cukup kecil berkisar antara 10 -21.6 untuk senyawa FePO 4 amorf dan 10 -26.4 untuk Strengite FePO 4 .2H 2 O. Variabel Al-P menunjukkan hal yang sama. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya perubahan senyawa P dari bentuk KH 2 PO 4 ke bentuk Al-P dan Fe-P dalam 1 bulan inkubasi. Hasil analisis Al-P dan Fe-P setelah inkubasi 2 bulan Lampiran 9 berpola yang sama. Senyawa Al-P dan Fe-P merupakan salah satu senyawa P berkelarutan rendah, yang dalam jangka panjang akan menurunkan ketersediaan pupuk P yang ditambahkan. Perlakuan P 2 98 μgg P atau 0.2 μgml dalam larutan tanah meningkatkan Al-P 160 dan Fe-P 65.6 serta 212 dan 65.3 dibandingkan kontrol setelah inkubasi 1 dan 2 bulan . Tabel 5. menyajikan hubungan antara erapan maksimum P, Al-P dan Fe-P dengan kombinasi perlakuan Si dan P. Tabel 5. Hubungan Perlakuan Si dan P dengan Erapan Maksimum b1 dan b2, Al-P dan Fe-P dengan Koefisien Korelasinya r r Sifat Tanah Regresi Berganda Si P Si P b1 Ŷ = 243.867 + 0.0223 X 1 – 0.0280 X 2 0.59 -0.04ns b2 Ŷ = 3586.01 + 0.2361 X 1 – 4.1312 X 2 0.22ns -0.35ns Al-P Ŷ = 8.250 - 5.628 x 10 -4 X 1 + 152.301 x 10 -3 X 2 -0.04ns 0.92 Fe-P Ŷ = 94.366 - 4.677 x 10 -4 X 1 + 527.76 x 10 -3 X 2 -0.09ns 0.97 PSi b1 Ŷ = 27.772 + 0.1775 X 1 + 1.9239 X 2 0.62 0.59 b2 Ŷ = 3390.52 - 1.2949 X 1 + 5.9265 X 2 -0.73 0.33ns Al-P Ŷ = 13.485 - 46.877x10 -4 X 1 + 156.689x10 -3 X 2 -0.28 0.86 Fe-P Ŷ = 94.014 - 46.634x10 -4 X 1 + 541.745 x 10 -3 X 2 -0.09ns 0.92 X 1 = Si; X 2 = P ; nyata pada taraf 99 nyata pada taraf 95 nyata pada taraf 90 . ns tidak nyata Pada perlakuan SiP, erapan maksimum tapak 1 b1 berkorelasi nyata dengan perlakuan Si dengan r = 0.59, sedangkan dengan perlakuan P berkorelasi tidak nyata. Pada perlakuan PSi, b1 berkorelasi nyata dengan r = 0.62 dan 0.59 masing-masing dengan perlakuan Si dan P. Dari segi koefisien regresi, pengaruh P 49 terhadap b1 lebih besar dibandingkan Si pada perlakuan PSi yang ditandai dengan nilai koefisien regresi X 2 X 1 tetapi pada SiP relatif sama. Pada perlakuan SiP, b2 berkorelasi tidak nyata dengan perlakuan Si dan P, akan tetapi pada PSi, b2 berkorelasi nyata dengan r = -0.73 dengan perlakuan Si, sedangkan perlakuan P berkorelasi tidak nyata. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan Si menimbulkan tapak erapan baru apabila ditambahkan lebih dahulu dari P, seperti hasil Berthelsen et al., 2003. Tetapi apabila ditambahkan setelah pemberian P maka perlakuan Si akan menurunkan erapan maksimum sejalan dengan peningkatan ketersediaan P akibat perlakuan Si seperti pada Gambar 8. Pengaruh kombinasi perlakuan Si dan P pada Al-P dan Fe-P mirip dengan pengaruhnya terhadap P tersedia. Pada perlakuan SiP, Al-P berkorelasi nyata dengan r = 0.93 dengan perlakuan P, sedangkan perlakuan Si berkorelasi tidak nyata . Pada perlakuan PSi, Al-P berkorelasi nyata tetapi lebih kecil yaitu r = 0.86 dengan perlakuan P, namun korelasi perlakuan Si meningkat menjadi nyata dengan r = -0.28 . Hal tersebut menunjukkan bahwa Si pada PSi mampu menggeser P dari komplek pertukaran sehingga ketersediaan P meningkat. Pada perlakuan SiP, Fe-P berkorelasi nyata dengan perlakuan P dengan r = 0.97, namun nilainya turun menjadi 0.92 pada perlakuan PSi. Fe-P berkorelasi sangat kecil dengan perlakuan Si. Hal ini diduga karena Fe bukan merupakan unsur dominan dalam tanah. Pada kedua cara perlakuan SiP dan PSi pengaruh perlakuan P terhadap Al-P dan Fe-P jauh lebih besar dibandingkan Si seperti terlihat dari nilai koefisien regresi X 2 X 1 Tabel 5. Seperti halnya pada Al-P pengaruh perlakuan Si terhadap Fe-P meningkat pada perlakuan PSi dibandingkan SiP walaupun korelasinya tidak nyata. Kesimpulan 1. Peningkatan muatan negatif tanah merupakan kunci untuk meningkatkan ketersediaan P yang terjadi melalui penurunan energi erapan P 2. Penurunan energi erapan P akibat perlakuan Si tidak mencegah pembentukan senyawa P berkelarutan rendah seperti Al-P dan Fe-P. 3. Penambahan Si dalam bentuk Na 2 SiO 3 kedalam tanah menimbulkan tapak erapan baru 4. Si mampu menggantikan P dari kompleks erapan 50 Daftar Pustaka Berthelsen. S., et al., 2003. Improving Yield and CCS in Sugarcane Through the Application of Silicon Based Amendments. Sugar Research and Development Corporation Blair, G.J., Freney, J.R. and Park, J.K. 1989. The effect of sulfur, silicon and trace metal interactions in determining the dynamics of P in agricultural systems. In. Symposium on Phosphorus Requirements for Sustainable Agriculture in Asia and Oceania. Bolt, G.H., and Bruggenwert, M.G.M. 1978. Soil Chemistry. A. Basic Elements. Elseviers Scientific. Publishing. Company. Djokosudardjo, S. 1982. Pengaruh Pemberian Fosfor Terhadap Tingkat Keefisienan Pemupukan Beberapa Macam Tanah di Indonesia. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Fox, R.L. and Kamprath, E.J. 1970. Phosphate sorption isotherm for evaluating the phosphate requirements of soils. Soil Sci. Soc. Amer. Proc., 34:902-907 Hingston, F. J. and Raupach., M. 1967. The reaction between monosilicic acid and aluminium hydroxide : I. Kinetics of adsorption of silicic acid by aluminium hydroxide. Aust. J. Soil Res. 5 : 295 –309 Kussow, W. R. 1971. Introduction to Soil Chemistry. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sample, E.C., Soper, R.J., and Racz, G.J. 1980. Reaction of phosphate fertilizer in soils. In. The Role of Phosphorus in Agriculture. ASA-CSSA-SSSA. Madison. Syers, J.K. , Johnston, A.E. and Curtin, D. 2008. Efficiency of Soil and Fertilizer Phosphorus Use. Reconciling Changing Concepts of Soil Phosphorus Behaviour with Agronomic Information. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. PENGARUH SILIKAT DAN FOSFAT TERHADAP KEMASAMAN TANAH, ALUMINIUM DAN BESI DAPAT DITUKAR ALUMINIUM DAN BESI AMORF SERTA KAPASITAS TUKAR KATION Rasional Penambahan suatu bahan ke dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah yang mendapatkan tambahan bahan tersebut. Silikon merupakan unsur terbanyak kedua di dalam tanah. Silikon merupakan unsur yang mengalami banyak perubahan dalam proses pelapukan batuan dan pembentukan tanah. Silikon merupakan unsur yang banyak keluar dari sistem tanah, dalam proses pembentukan tanah Tisdale et al., 1985; Drees et al., 1989; Sommer et al., 2006. Pada tanah terlapuk lanjut, sisa pelapukan adalah bahan yang relatif resisten terhadap pelapukan, diantaranya adalah seskuioksida dan kwarsa. Penambahan Na 2 SiO 3 sumber silikat ke dalam tanah akan meningkatkan konsentrasi silikat, sehingga komponen tanah yang mempunyai afinitas tinggi terhadap silikat Al dan Fe oksidaseskuioksida dapat bereaksi dan membentuk senyawa baru. Berthelsen et al., 2003 menyatakan bahwa penambahan silikat ke dalam tanah akan menimbulkan senyawa amorf, yang dapat menjadi tapak erapan baru dan menimbulkan berbagai perubahan sifat tanah. Penambahan KH 2 PO 4 sumber P akan mengubah kadar P tanah, termasuk P tersedia. Pada Ultisol yang kaya seskuioksida yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap P, pembentukan senyawa Al-P dan Fe-P dan senyawa P lainnya yang berkelarutan rendah sangat mungkin terjadi. Penambahan Na 2 SiO 3 dan KH 2 PO 4 serta berbagai reaksi yang timbul sesudahnya menyebabkan perubahan berbagai sifat tanah yang mempengaruhi kondisi tanah bagi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan uraian di atas percobaan ini bertujuan : mempelajari pengaruh aplikasi silikat terhadap perubahan kemasaman tanah, Al dan Fe dapat ditukar, Al dan Fe amorf dan Kapasitas Tukar Kation. Metode 1. Perlakuan Si sebelum perlakuan P SiP. Setengan kilogram BKM tanah diberi perlakuan dengan Na 2 SiO 3 setara dengan 0 Si , 13 Si 1 , 23 Si 2 , dan 1 x Al-dd Si 3 0, 1.83, 3.65 dan 5.48 g SiO 2 kg tanah atau 0, 3.96, 7.91 dan 11.87 ml Na 2 SiO 3 p.a.kg tanah dan 52 diinkubasikan selama 1 bulan. Setelah inkubasi berakhir dilakukan analisis: pH tanah pH H 2 O 1 : 5, KTK Efektif, Al-dd KCl 1 N, titrasi, Fe-dd KCl 1 N, AAS, dan Al-amorf NH 4 -oksalat pH 3.0, AAS dan Fe amorf NH 4 -oksalat pH 3.0, AAS. Selanjutnya tanah tersebut diberi perlakuan dengan KH 2 PO 4 setara dengan 0 P , ½ P 1 , 1 P 2 , 1 ½ P 3 , dan 2 P 4 kali dosis yang menimbulkan P 0,2 μgml dalam larutan 0, 49, 98, 147, dan 196 μgg P sehingga diperoleh kombinasi perlakuan Si dan tanah dan diinkubasikan selama 1 bulan. Setelah inkubasi selesai kembali dilakukan analisis yang sama. 2. Perlakuan Si sesudah perlakuan P PSi. Setengan kilogram BKM tanah diberi perlakuan dengan KH 2 PO 4 yang setara dengan 0 P , ½ P 1 , 1 P 2 , 1½ P 3 , dan 2 P 4 kali dosis yang menimbulkan P 0,2 µgg dalam larutan tanah 0, 49, 98, 147, 196 µgg P dan diinkubasikan selama 1 bulan. Setelah inkubasi berakhir dilakukan analisis pH tanah pH H 2 O 1 : 5, KTK Efektif, Al-dd, Fe-dd, Al dan Fe amorf. Selanjutnya tanah tersebut diberi perlakuan dengan Na 2 SiO 3 dengan dosis 0 Si , 13 Si 1 , 23 Si 2 , dan 1 x Al dd Si 3 , 0, 1.83, 3.65 dan 5.48 g SiO 2 kg tanah atau 0, 3.96, 7.91 dan 11.87 ml Na 2 SiO 3 p.a.kg tanah sehingga diperoleh kombinasi perlakuan P dan Si dan diinkubasikan selama 1 bulan. Setelah inkubasi berakhir kembali dilakukan analisis yang sama. Hasil Dan Pembahasan 1. Perubahan pH, Al dan Fe Dapat Ditukar, Al dan Fe-amorf dan Kapasitas Tukar Kation Efektif akibat Perlakuan Silikat dan Fosfat Setelah inkubasi 1 bulan, perlakuan Si meningkatkan pH Gambar 10a, menurunkan Al dapat ditukar Al-dd Gambar 10b dan KTK efektif KTKe Gambar 10f, sedangkan Fe dapat ditukar Fe-dd dan Fe-amorf tidak menunjukkan pola yang konsisten Gambar 10c dan e. Al-amorf Gambar 10d meningkat sampai dosis Si 2 dan selanjutnya menurun kembali. Pola yang sama diperoleh pada hasil analisis setelah inkubasi 2 bulan Lampiran 8. Kenaikan pH akibat perlakuan Si terjadi karena SiO 3 menetralkan kemasaman tanah, sehingga pH tanah meningkat. Reaksi antara SiO 3 dengan komponen tanah, sama seperti reaksi penetralan oleh pengapuran dan dapat digambarkan sebagai berikut: Na 2 SiO 3 + 2H 2 O H 2 SiO 3 + 2 OH - + 2 Na + 14 53 Kenaikan jumlah relatif OH - hasil reaksi 14 di atas menyebabkan pH tanah meningkat.

4.85 5.28

Dokumen yang terkait

Diversity Arbuscular Mycorrhizal Fungi And Mycorrhizal Plant Status At Agroforestry Sites Of Gunung Walat Educational Forest

0 7 6

The Application of Mixed Arbuscular Mycorrhizal Fungi Inoculant to Peanut and Soybean

0 13 4

Increasing Yield of Upland Rice by Applications of Silicate, Phosphate and Inoculation of Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Ultisol

0 12 274

Effect of drought and inoculation of arbuscular mycorrhizal fungi in enhancing productivity and tolerance mechanism of grasses

0 4 4

Effect of Phosphate Fertilizer and Arbuscular Mycorrhizal Fungi on The Nutrient, Phosphateuptake and in Vitro Digestibility of Alfalfa | Suwignyo | Buletin Peternakan 12401 30222 1 PB

0 1 8

Effect of Bio-phosphate on Increasing the Phosphorus Availability, the Growth and the Yield of Lowland Rice in Ultisol - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

MYCORRHIZAL GROWTH RESPONSE AND GLOMALIN PRODUCTION EFFECTED BY ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGI (AMF) AND NITROGEN OF ORGANIC MATERIALS ON CORN

0 1 11

PENGARUH INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP GLOMALIN, PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Effect of Arbuscular Mycorrizhal Fungi Inoculation on Glomalin, Growth and Rice Yield)

0 1 8

Effects of biochar amendment and arbuscular mycorrhizal fungi inoculation on availability of soil phosphorus and growth of maize

0 0 6

The Role of Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Enhancing Productivity, Nutritional Quality, and Drought Tolerance Mechanism of Stylosanthes seabrana

0 0 6