a 87.04 c a 81.09 c a 64.56 b Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Pelaksanaan Percobaan

68 Tabel 8. Pengaruh Si, P dan Inokulasi FMA terhadap Kadar P, N dan K daun Bendera, Serta Kolonisasi Akar P P 1 P 2 Si x P Si X M Si Perlakuan M M 1 M M 1 M M 1 P P 1 P 2 M M 1 Kadar P Daun Bendera Si 0.18 0.28 0.28 0.30 0.30 0.34 0.23 a 0.29ab 0.32ab 0.13a 0.15a

0.28 a

Si 1 0.42 0.49 0.45 0.58 0.51 0.53 0.46abc 0.52bc 0.52bc 0.23a 0.27a 0.50 b Si 2 0.48 0.49 0.48 0.48 0.52 0.67 0.49bc 0.48bc 0.60 c 0.25a 0.27a

0.52 b

P x M

0.36 a 0.42 a

0.40 a 0.45 a

0.44 a 0.51a

P

0.39 a 0.43ab

0.48 b

M

0.40 a 0.46 b

Kadar N Daun Bendera Si 1.42 1.89 1.78 1.93 1.79 2.11 1.66a 1.86ab 1.95ab 1.66a 1.98b

1.82 a

Si 1 1.80 1.97 2.24 2.12 1.99 2.20 1.88ab 2.18b 2.09b 2.01b 2.09b

2.05 b

Si 2 1.82 1.84 1.91 2.07 1.72 2.24 1.83ab 1.99ab 1.98ab 1.82ab 2.05b

1.93 ab

P x M 1.68a 1.90ab 1.98b 2.04b 1.83ab 2.18b P

1.79 a 2.01 b

2.01 b

M

1.83 a 2.04 b

Kadar K Daun Bendera Si 1.61 1.62 1.57 1.72 1.64 1.82 1.61a 1.64ab 1.73ab 1.60a 1.72ab 1.62 a Si 1 1.62 1.66 1.58 1.67 1.73 1.86 1.64ab 1.62ab 1.79bc 1.64ab 1.73b 1.67 ab Si 2 1.52 1.69 1.57 1.70 1.77 1.85 1.60a 1.63ab 1.81c 1.62ab 1.75b 1.74 b P x M 1.58ab 1.65ab 1.57a 1.69ab 1.71bc 1.84 c P

1.62 a 1.63 ab

1.78 b

M

1.65 a 1.70 a

Kolonisasi Akar Si 0.00 90.00 0.00 80.50 0.00 74.02 45.00a 40.25a 37.01a 0.00a 81.51b 40.75 a Si 1 0.00 86.10 0.00 85.97 0.00 58.33 43.05a 42.99a 29.17a 0.00a 76.79b 38.40 a Si 2 0.00 85.10 0.00 76.80 0.00 61.20 42.55a 38.40a 30.60a 0.00a 74.36b 37.18 a P x M

0.0 a 87.04 c

0.0 a 81.09 c

0.0 a 64.56 b

P

43.53 b 40.54 b

32.26 a

M

0.0 a 77.55 b

angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama pada variabel yang menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Kontras pada taraf 1 angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, pada variabel yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Kontras pada taraf 1 68 angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan lajur yang sama, pada variabel yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Kontras pada taraf 1 69

46.8 23.4

3.12 6.24

0.30 0.26

0.16 0.24

0.26 0.15

0.24 0.23

0.12

0.00 0.05

0.10 0.15

0.20 0.25

0.30 Kadar P

Dosis Si g Na2SiO3 pot Dosis P g SP36 pot 20 23.4 46.8

0.27 0.25

0.27 0.23

0.15 0.11

0.00 0.05

0.10 0.15

0.20 0.25

0.30 Kadar P

Inokulan FMA g Mik pot Dosis Si g Na2SiO3 pot 20 3.12 6.24

0.26 0.22

0.23 0.20

0.21 0.18

0.00 0.05

0.10 0.15

0.20 0.25

0.30 Kadar P

Inokulan FMA g Mik pot Dosis P g SP36 pot a b c Gambar 13. Kadar P Daun Bendera Akibat Kerlakuan a Kombinasi Si dan P b Kombinasi Si dan FMA dan c Kombinasi P dan FMA Pada kombinasi Si dan FMA, peningkatan dosis Si ke Si 1 meningkatkan kadar N daun bendera pada M maupun M 1 , peningkatan dosis ke Si 2 menurun. Inokulasi FMA menaikkan kadar N daun bendera pada semua dosis Si Tabel, 8. Pada kombinasi Si dan P, peningkatan dosis Si meningkatkan kadar K daun bendera hanya pada P 2 sedangkan pada dosis P lainnya cenderung tetap. Peningkatan dosis P meningkatkan kadar K daun bendera pada semua dosis Si. Pada kombinasi P dan FMA, peningkatan dosis P meningkatkan K daun bendera pada M 1 . Pada M sampai dosis P 1 tidak berubah dan P 2 meningkat. Inokulasi FMA meningkatkan K daun bendera pada semua dosis P. Pada kombinasi Si dan FMA, inokulasi FMA meningkatkan kadar K daun bendera pada semua dosis Si. Peningkatan dosis Si meningkatkan kadar K daun bendera terutama pada M 1... Hasil pengamatan infeksi akar pada pot yang tidak diinokulasi dan diinokulasi FMA disajikan pada Gambar 14. 70 a c b Gambar 14. Morfologi Struktur Akar Padi Gogo Tanpa Inokulasi dan Diinokulasi FMA. a akar tanpa inokulasi, b hifa internal, c spora dalam akar Pada pot yang tidak diinokulasi FMA tidak dijumpai kolonisasi pada akar padi yang tumbuh, sedangkan pada tanaman yang diinokulasi dapat diidentifikasi hifa internal dan spora Pembahasan Peran kunci P didalam tumbuhan adalah pada pembentukan adenosin trifosfat ATP dan adenosin difosfat ADP Tisdale et al, 1985; Jones, Wolf dan Mills, 1991. Oleh sebab itu peningkatkan serapan P oleh tumbuhan akan meningkatkan proses metabolisme tumbuhan sehingga meningkatkan pertumbuhan dan hasilnya. Penambahan Si dan pupuk P kedalam tanah meningkatkan P tersedia, sehingga meningkatkan kadar P pada daun bendera. Inokulasi FMA meningkatkan kemampuan padi untuk menyerap P dari tanah sehingga juga meningkatkan kadar P daun bendera. Pengaruh Si terhadap kadar P daun bendera pada percobaan ini berbeda dengan hasil percobaan dengan kultur air yang menunjukkan penurunan serapan P akibat perlakuan Si Okuda dan Takahashi, 1965. Peningkatan kadar P daun bendera karena perlakuan Si juga akibat peningkatan kemampuan tanaman berfotosintesis sehingga serapan hara meningkat Okuda dan Takahashi 1965, dan Ma dan Takahashi 2002. Peningkatan kadar P daun bendera meningkatkan bobot gabah, jerami dan jumlah malai Tabel 7. Salah satu peran P pada tanaman padi adalah meningkatkan pengisian bulir padi sehingga meningkatnya kadar P daun bendera meningkatkan bobot gabah. Perlakuan Si meningkatkan bobot kering daun dan batang. Hal tersebut terjadi karena senyawa Si di tanaman padi diendapkan di permukaan daun dan batang Okuda dan Takahashi 1965. Pada padi silikat 71 berperan dalam hal : meningkatkan efisiensi penggunaan P, meningkatkan jumlah bulir per malai dan persentase pematangan gabah. Peningkatan kadar P daun bendera akibat inokulasi FMA berkaitan dengan kemampuannya FMA dalam menyerap P. Hifa eksternal FMA yang bersimbiosis dengan akar tanaman akan memperluas permukaan serapan akar, sehingga dapat lebih banyak menyerap hara dan air dari tanah, dan dapat menjangkau daerah perakaran yang lebih luas. Perluasan permukaan serapan akar tersebut juga menyebabkan peningkatan kadar N dan K daun bendera. FMA umumnya berperan maksimal pada tanaman-tanaman yang mempunyai perakaran kasar dan terbatas Reid, 1990. Peningkatan bobot gabah, jerami dan jumlah malai sejalan dengan peningkatan kadar P, N dan K daun bendera. Peningkatan N dan K daun bendera juga terjadi akibat perbaikan pertumbuhan tanaman padi, diantaranya perbaikan status P tanaman. Fosfor pada tanaman padi berperan dalam meningkatkan perkembangan perakaran, jumlah anakan dan pengisian bulir padi. Perbaikan kemampuan tanaman berfotosintesis, tegaknya daun bendera karena perlakuan Si dan perbaikan perakaran padi akibat pupuk P menyebabkan kemampuan tanaman untuk menyerap hara meningkat. Salah satu peran P dalam tumbuhan adalah mendorong perkembangan perakaran. Hal ini menyebabkan sering muncul pengaruh antagonis apabila inokulasi FMA dikombinasikan dengan pemupukan P seperti terlihat pada penurunan kolonisasi akar dari 87.04 ke 81.09 akibat meningkatnya dosis P dari P ke P 1 Tabel 7. Namun demikian Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa FMA tetap dapat meningkatkan kadar P, N dan K daun bendera dan bobot gabah yang menunjukkan bahwa pada kondisi ketersediaan P tinggi 0.2 μg Pml larutan tanah FMA tetap mampu memperbaiki serapan P padi, walaupun mungkin peranannya lebih kecil dibandingkan bila kondisi kekurangan P. Serapan ion oleh akar tanaman dari tanah diatur oleh dua faktor, yaitu: transfer ion dari tanah dan kekuatan akar menyerap. Pada kondisi hara yang cukup ion-ion NO 3 - , SO 4 -2 , dan Ca 2+ yang bergerak ke akar melalui aliran massa, maka serapannya ditentukan oleh kapasitas serapan akar dan hifa fungi simbion. Sedangkan ion yang sukar bergerak seperti H 2 PO 4 - , atau HPO 4 = yang bergerak ke akar terutama melalui proses difusi dan serapannya tergantung jangkauan perakaran tumbuhan. Menurut Powell dan Bagyaraj, 1984; Reid, 1990 dan Smith 72 and Read 1997; dengan adanya hifa mikoriza arbuskula maka serapan ion lebih cepat dibandingkan dengan difusi. Menurut Ezawa et al., 2002 tranlokasi dari hifa menuju tanaman berlangsung melalui arbuskul yang memegang peranan penting dalam translokasi ion P ke tanaman melalui sitoplasma dan diteruskan ke vakuola. Dengan demikian inokulasi FMA meningkatkan kadar P, N dan K daun bendera, yang terjadi karena perbaikan serapan oleh akar dan pemupukan. Sedangkan pengaruh Si terhadap kadar P, N dan K daun bendera diduga akibat peningkatan kemampuan tanaman berfotosintesis sehingga serapan hara meningkat Okuda dan Takahashi 1965. Peningkatan kadar N, P dan K juga diduga akibat perbaikan translokasi P. Secara keseluruhan dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut : 1. Perubahan bobot gabah sejalan dengan perubahan kadar P, N dan K daun bendera 2. Nilai peningkatan bobot gabah, bobot jerami, jumlah malai, kadar P, kadar N daun bendera akibat perlakuan Si dan P menurun setelah dosis Si 1 23.4 g Na 2 SiO 3 pot, dan P 1 3.12 g SP36pot 3. Perlakuan P sampai pada tingkat P 2 tetap meningkatkan bobot gabah, bobot jerami, jumlah malai dan kadar P, kadar N, kadar K daun bendera 4. Inokulasi FMA meningkatkan bobot gabah dan kadar P daun bendera pada semua dosis P dan Si 5. Interaksi antar perlakuan pada percobaan ini umumnya merupakan interaksi yang sinergis artinya penambahan satu faktor menyebabkan pengaruh faktor pertama meningkat dan sebaliknya. Kesimpulan Peningkatan bobot gabah, bobot jerami dan jumlah malai terjadi akibat perbaikan kadar hara tanaman seperti ditunjukkan oleh peningkatan kadar P, N dan K daun bendera. Perbaikan kadar hara tersebut terjadi akibat perbaikan ketersediaan P dan perbaikan serapan N dan K karena perbaikan pertumbuhan tanaman padi, Penambahan Si dan P ke dalam tanah meningkatkan P tersedia. Inokulasi FMA meningkatkan kolonisasi akar oleh minoriza sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap hara khusunya P. 73 Pengaruh kombinasi antar perlakuan Si dan P, Si dan inokulasi FMA dan P dan inokulasi FMA umumnya merupakan pengaruh sinergis. Walaupun kolonisasi akar menurun dari 87.04 ke 81.09 pada pemberian 98 μgg P0.2 μgml P dalam larutan tanah, tetapi kadar P daun bendera tetap meningkat yang menunjukkan FMA tetap mampu meningkatkan serapan P. Daftar Pustaka Ezawa, T., Smith, S.E. and Smith, F. A. 2002. P metabolism and transport in AM fungi. Plant and Soil. 244: 221-230 Jones Jr, J. B., Wolf, B., and Mills, H. A. 1991. Plant Analysis Handbook. Micro- Macro Publishing, Inc. Athens, Georgia. Killham, K. 1994. Soil Ecology. Cambridge University Press. Cambridge. Ma, J. F. And Takahashi, E. 2002. Soil, Fertilizer and Plant Silicon Research in Japan. Elsevier Science B. V. Amsterdam. Okuda, A. and Takahashi, E. 1965. The role of silicon. In. The Mineral Nutrition of the Rice Plant. The International Rice Research Institute. The John Hopkins Press, Baltimore, Maryland. Paul, E. A. and Clark, F. E. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. Academic Press, Inc. San Diego, California. Powel, C. L., and Bagyaraj, D. J. 1984. VA Mycorrhiza. CRC Press, Inc. Boca Raton. Florida. Reid, C.P.P. 1990. Mycorrhizas. In. Lynch, J.M. Ed. The Rhizosphere. John Wiley and Sons. Chichester. Setiadi, Y., Mansur, I., Budi., S.W., dan Ahmad. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Smith, S. E. dan Read, D. J. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. 2 nd Ed. Academic Press, Harcourt Brace and Company, Publ. San Diego. Tisdale, S. L., Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4 th Ed. Macmillan Publishing, Co. Inc. New York. Yoshida, S. 1975. Factors that limit the growth and yields of upland rice. In. Major Research in Upland Rice. The International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna. PENGARUH Na 2 SiO 3 , TERAK BAJA, FOSFAT DAN INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP PRODUKSI DAN SERAPAN HARA PADI VARIETAS CIRATA PADA ULTISOL JASINGA Rasional Percobaan laboratorium dan rumah kaca merupakan percobaan dalam kondisi lingkungan yang relatif terkendali sehingga pengaruh perlakuan tidak terganggu oleh berbagai faktor lingkungan yang mungkin berpengaruh negatif terhadap perlakuan yang diberikan. Dalam percobaan lapang berbagai faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara, inokulasi FMA dan pertumbuhan tanaman tidak dapat dikendalikan. Permasalahan produksi padi gogo umumnya berasal dari ketersediaan air dan kesuburan tanah yang rendah terutama kekurangan N, P, K, S dan Si De Datta dan Feuer, 1975; Ponnamperuma, 1975; dan Yoshida, 1975. Hasil percobaan laboratorium dan rumah kaca menunjukkan pengaruh positif perlakuan Si Na 2 SiO 3 , P dan inokulasi FMA pada beberapa sifat tanah dan pertumbuhan padi. Selain hal tersebut berbagai kombinasi perlakuan Si x P, P x FMA dan Si x FMA bersifat sinergis yang mendukung tanaman untuk tumbuh lebih baik. Namun demikian Na 2 SiO 3 bukan merupakan bahan pupukamelioran yang mudah diperoleh dan murah. Terak baja merupakan alternatif bahan amelioran yang kaya silikat, relatif murah dan lebih mudah diperoleh sehingga perlu dicoba untuk dibandingkan pengaruhnya dengan Na 2 SiO 3 . Demikian pula halnya dengan inokulan FMA, perlu dipelajari pengaruhnya dalam kondisi lingkungan tidak terkontrol. Kemampuan untuk berpengaruh pada kondisi lapang menunjukkan keunggulan isolat FMA tersebut untuk bersaing memperebutkan lingkungan dengan organisme indigenous . Percobaan lapang bertujuan untuk mempelajari pengaruh terak baja, Na 2 SiO 3 , fosfat dan inokulasi FMA dalam meningkatkan serapan hara dan produksi padi gogo. Bahan dan Metode

1. Waktu dan Tempat

Percobaan lapang dilakunan di lahan petani di Desa Koleang, Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor berjarak 61 km dari Bogor Peta 1. Lahan yang 75 digunakan merupakan lahan kebun di punggung kaki bukit. Penduduk sekitar biasa menggunakan lahan lahan tersebut untuk usaha pertanian permanen berupa kebun karet dan tanaman semusim termasuk padi gogo. Percobaan berlangsung dari bulan Pebruari-Agustus 2006

2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanah lokasi percobaan yang diklasifikasikan sebagai Typic Tropudult, berliat, campuran, masam Dai, 1983, Na 2 SiO 3 teknis, terak baja, SP 36, pupuk Mikofert, Urea, KCl, dan benih padi gogo varietas Cirata. Peralatan yang digunakan adalah ember plastik, timbangan, cangkul, meteran, emrad dan serangkai alat laboratorium untuk analisis kimia.

3. Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Lahan Pertama-tama dilakukan pengambilan contoh tanah untuk keperluan pengamatan mikoriza dan penetapan Al-dd. Selanjutnya lahan diolah dengan cangkul dan garpu hingga halus dan dibuat petak percobaan dengan ukuran 3 x 3 m 2 . Secara keseluruhan dibuat 36 petak percobaan yang terbagi ke dalam dua blok dengan masing-masing 18 petak yang terbagi ke dalam 3 lajur. Perlakuan dan Penanaman Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Petak-petak Terpisah dalam rancangan lingkungan Acak Kelompok. Sebagai kelompokblok digunakan lokasi lahan atas dan bawah. Petak utama adalah sumber silikat yaitu dalam bentuk Na 2 SiO 3 teknis dan terak baja dengan dosis tanpa Si Si , 1 x Al-dd sebagai Na 2 SiO 3 17.61 kgpetak Si 1 dan 1 X Al-dd sebagai terak baja 39 kgpetak Si 2 dan diberikan dalam jalur 10 cm kiri dan kanan jalur tanaman. Anak petak adalah pupuk P dengan dosis 0 P , 49 μgg tanah P 1 dan 98 μgg tanah P 2 0, 561 dan 1122 g SP36petak,dan anak-anak petak inokulasi FMA yaitu tanpa mikofert M dan 1.5 kg mikofertpetak M 1 . Sebagai pupuk dasar diberikan Urea dengan dosis 391gpetak dan KCl 362gpetak. Dengan demikian jumlah satuan percobaan adalah 2 X 3 X 3 X 2 = 36. Model matematika rancangan tersebut : Ŷ ijkl = μ + T i + A j + E ij + B k + AB jk + E ijk + C l + AC jl + BC kl + ABC jkl + E ijkl i = 1, 2 k = 0, 1, 2 j = 0, 1, 2 l = 0,1 76 Ŷ ijkl = nilai pengukuran peubah yang sebenarnya μ = nilai tengah umum T i = pengaruh blok percobaan A j = pengaruh perlakuan Si ke-j E ij = galat petak utama B B k = pengaruh perlakuan P ke-j AB jk = pengaruh kombinasi perlakuan Si ke-j dan P ke-k E ijk = galat anak petak C l = pengaruh inokulasi FMA ke-k AC jl = pengaruh kombinasi perlakuan Si ke-j dan inokulan FMA ke-l BC kl = pengaruh kombinasi perlakuan P ke-kdan inokulasi FMA ke-l ABC jkl = pengaruh kombinasi perlakuan Si ke-j, P ke-k dan inokulasi FMA ke-l E ijkl = galat anak-anak petak Peubah yang diamati adalah bobot gabah, bobot jerami, jumlah malai, serapan P, N ,K, Ca, Mg dan kadar Fe jerami. Pada data peubah yang diperoleh selanjunya dilakukan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji kontras. Hasil analisis Al-dd tanah lokasi percobaan lapang sebesar 9 me100 g dan digunakan sebagai dasar penentuan dosis Na 2 SiO 3 dan terak baja. Hasil pengamatan propagul mikoriza diperoleh nilai antara 19.3-88.4 propagul100 g tanah. Mula-mula lahan dibagi menjadi dua blok masing-masing 18 petak percobaan. Pada setiap petak ditetapkan jalur tanaman dengan jarak antar jalur 40 cm sehingga masing-masing petak ada 7 jalur tanaman. Kedalam masing-masing blok selanjutnya diberikan perlakuan silikat dalam bentuk Na 2 SiO 3 dan terak baja sesuai dosis. Na 2 SiO 3 diberikan dengan cara dilarutkan dalam air dan disiramkan dalam jalur 10 cm di kiri dan kanan jalur tanaman dan diaduk dengan tanah. Terak baja diberikan dengan cara ditabur dalam jalur 10 cm di kiri dan kanan jalur tanaman, diaduk dan diinkubasikan selama 1 minggu. Dengan demikian terdapat 6 petak percobaan untuk masing-masing perlakuan tanpa Si, Na 2 SiO 3 dan terak baja. Setelah inkubasi berakhir, dibuat lubang tanam dengan cara ditugal dengan jarak tanam 40 x 10 cm sistem tanam legowo. Kedalam lubang tanam diberikan mikofert dengan dosis sekitar 7 g per lubang dan ditanam 5 benih padi gogo per lubang, sehingga setiap petak ada 210 rumpun padi gogo yang terbagi kedalam 7 77 lajur. Perlakuan P SP36 dan Urea serta KCl diberikan dengan ditugal di kiri dan kanan lajur padi gogo. Urea dan KCl diberikan dua kali masing-masing ½ dosis saat tanam dan sisanya pada saat padi gogo berumur 30 hari. Pemeliharaan Untuk mencegah gangguan hewan pada padi gogo maka dibuat pagar bambu disekeliling kebun dan pagar plastik setinggi 60 cm di sekeliling petak percobaan. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan seperlunya dengan diambil secara langsung dan disemprot dengan pestisida. Hama yang sempat menyerang dalam skala ringan adalah kelinci hutan, tikus semak, sundep, belalang dan burung Panen Panen dilakukan pada umur 115 hari, batang padi dipotong tepat di atas permukaan tanah. Mula-mula dilakukan panen tanaman contoh sebanyak 14 rumpun per petak. Jumlah malai tanaman contoh dihitung hingga diperoleh rata-rata jumlah malai per rumpun, gabah dirontokkan dan gabah serta jerami ditimbang. Selanjutnya dilakukan panen tanaman sisa, gabah dirontokkan, dan gabah serta jerami tanaman sisa ditimbang. Sebagian gabah dan jerami diambil dan dioven di laboratorium untuk keperluan analisis serapan hara P, N, K, Ca, Mg dan kadar Fe dan penetapan kadar air. Bobot gabah dihitung atas dasar kadar air gabah kering giling kadar air 13 . Hasil dan Pembahasan Hasil Lampiran 15 menyajikan hasil sidik ragam pengaruh perlakuan Si, P dan inokulasi FMA terhadap bobot gabah, bobot jerami, serapan P, N, K, Ca, Mg dan kadar Fe jerami setelah panen. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dari ketiga perlakuan hanya perlakuan P yang berpengaruh nyata terhadap serapan P, N, Ca Mg dan kadar Fe jerami. Perlakuan Si berpengaruh nyata terhadap kadar Fe jerami. Kombinasi Si dan P berpengaruh nyata terhadap bobot jerami.

a. Bobot Jerami dan Bobot Gabah

Jerami padi merupakan hasil akumulasi pertumbuhan yang lebih panjang dibandingkan gabah. Pertumbuhan vegetatif padi untuk menghasilkan jerami minimal terjadi sampai padi berbunga merata pada umur sekitar 70 hari. Umur 78 sekitar 70 hari merupakan umur kritis untuk pengisian bulir padi, karena proses penyerbukan, pembuahan dan pengisian bulir sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan kekeringan atau terlalu banyak angin dapat menyebabkan penyerbukan padi gagal sehingga banyak dihasilkan gabah hampa. Hasil uji kontras pengaruh perlakuan terhadap bobot jerami dan gabah Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi Si dan P berpengaruh nyata pada bobot jerami, sedangkan kombinasi perlakuan lainnya tidak nyata, juga pengaruh perlakuan terhadap variabel lainnya. Bobot jerami tertinggi diperoleh pada perlakuan Si 2 P 2 kombinasi terak baja dan 1122 g SP36 yang nyata lebih tinggi 25 dibandingkan kontrol. Perlakuan Na 2 SiO 3 Si 1 tanpa kombinasi dengan perlakuan lainnya, menurunkan bobot jerami dibandingkan kontrol. Namun demikian pada kombinasi dengan P 2 Si 1 P 2 bobot jerami yang dihasilkan hampir menyamai perlakuan Si 2 P 2 . Gambar 15 menyajikan gambar pengaruh kombinasi perlakuan Si x P, Si x M dan P x M terhadap bobot jerami. Pada kombinasi Si dan P Gambar 15 a, perlakuan P meningkatkan bobot jerami pada Si 1 Na 2 SiO 3 dan Si 2 terak baja. Pada perlakuan tanpa silikat Si pemberian P relatif tidak mengubah bobot jerami. Pada Si 1 , pelakuan tanpa pupuk P P menurunkan bobot jerami, namun pada dosis P 1 dan P 2 bobot jerami meningkat. Pada Si 2 terak baja peningkatan dosis P ke P 1 tidak meningkatkan bobot jerami tetapi meningkat pada dosis selanjutnya. Pada kombinasi perlakuan Si dan FMA Gambar 15b inokulasi FMA meningkatkan bobot jerami pada Si dan Si 2 , namun terjadi sebaliknya pada Si 1 . Pada kombinasi P dan FMA, Gambar 15c perlakuan P meningkatkan bobot jerami pada M dan M 1 . Pada M bobot jerami meningkat pada dosis P ke P 1 tetapi dosis selanjutnya menurun. Pada M 1 peningkatan dosis dari P ke P 2 meningkatkan bobot jerami. Inokulasi FMA meningkatkan bobot jerami pada P dan P 2 , tetapi menurunkan pada P 1 . Gambar 16 menyajikan pengaruh kombinasi Si x P, Si x M dan, P X M terhadap bobot gabah. Pada kombinasi Si dan P Gambar 16a perlakuan P meningkatkan bobot gabah pada Si 1 dan Si 2 tetapi menurunkan pada Si 0. Seperti halnya pada bobot jerami bobot gabah tertinggi di peroleh pada perlakuan Si 2 P 2 yaitu kombinasi terak baja dengan pemupukan P 1122 gpetak. 79 Tabel 9. Hasil Uji Kontras Pengaruh Perlakuan Si, P dan Inokulasi FMA terhadap Bobot Jerami dan Bobot Gabah P P 1 P 2 Si XP Si X M Si Perlakuan M M 1 M M 1 M M 1 P P 1 P 2 M M 1 Bobot Gabah kgpetak Si 0.929 1.419 0.951 0.691 0.853 1.106 1.174a 0.821a 0.980a 0.911a 1.102a 1.007a Si 1 0.483 0.744 0.930 0.553 1.263 0.936 0.613a 0.742a 1.100a 0.892a 0.615a 0.754a Si 2 1.047 1.145 0.551 0.601 1.079 1.332 1.096a 0.576a 1.206a 0.892a 1.026a 0.959a P x M 0.820a 1.103a 0.811a 0.615a 1.065a 1.125a P 0.961a 0.697a 1.095a M 0.897a 0.948a Bobot Jerami kgpetak Si 1.896 3.312 2.054 2.853 2.208 3.003 2.604bc 2.454bc 2.605bc 2.053a 3.056a 2.554a Si 1 1.402 2.321 3.532 1.720 3.692 2.810 1.862a 2.626c 3.251d 2.875a 2.284a 2.580a Si 2 2.525 2.645 2.000 2.473 2.993 3.551 2.585bc 2.237ab 3.272d 2.506a 2.890a 2.698a P x M 1.941a 2.765a 2.529a 2.349a 2.964a 3.121a P 2.350a 2.439a 3.043b M 2.478a 2.743a angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama pada variable yang menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Kontras pada taraf 1 angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, pada variable yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Kontras pada taraf 1 angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan lajur yang sama, pada variable yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Kontras pada taraf 1 Si 1 = Na 2 SiO 3 ; Si 2 = terak baja . 79 80 Si2 Si1 Si0 561 1122 3.272 3.251 2.605 2.237 2.626 2.454 2.585 1.862 2.604

0.0 0.5

Dokumen yang terkait

Diversity Arbuscular Mycorrhizal Fungi And Mycorrhizal Plant Status At Agroforestry Sites Of Gunung Walat Educational Forest

0 7 6

The Application of Mixed Arbuscular Mycorrhizal Fungi Inoculant to Peanut and Soybean

0 13 4

Increasing Yield of Upland Rice by Applications of Silicate, Phosphate and Inoculation of Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Ultisol

0 12 274

Effect of drought and inoculation of arbuscular mycorrhizal fungi in enhancing productivity and tolerance mechanism of grasses

0 4 4

Effect of Phosphate Fertilizer and Arbuscular Mycorrhizal Fungi on The Nutrient, Phosphateuptake and in Vitro Digestibility of Alfalfa | Suwignyo | Buletin Peternakan 12401 30222 1 PB

0 1 8

Effect of Bio-phosphate on Increasing the Phosphorus Availability, the Growth and the Yield of Lowland Rice in Ultisol - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

MYCORRHIZAL GROWTH RESPONSE AND GLOMALIN PRODUCTION EFFECTED BY ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGI (AMF) AND NITROGEN OF ORGANIC MATERIALS ON CORN

0 1 11

PENGARUH INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP GLOMALIN, PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Effect of Arbuscular Mycorrizhal Fungi Inoculation on Glomalin, Growth and Rice Yield)

0 1 8

Effects of biochar amendment and arbuscular mycorrhizal fungi inoculation on availability of soil phosphorus and growth of maize

0 0 6

The Role of Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Enhancing Productivity, Nutritional Quality, and Drought Tolerance Mechanism of Stylosanthes seabrana

0 0 6